• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gamal Ahmad (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gamal Ahmad (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) ("

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARISAN ALMARHUM KO BING NIO MENURUT KUH PERDATA (STUDI KASUS

PUTUSANPENGADILAN NEGERI SEMARANG NOMOR:

188/PDT.G/2013/PN.SMG) Gamal Ahmad

ABSTRAK

Kitab Undang-udang Hukum Perdata memuat beberapa peraturan yang bersifat menggunakan sistem penggolongan untuk pembagian harta warisan Almarhum Ko Bing Nio kepada ahli warisnya. Didalam pokok permasalahan yang pertama (1) Bagaimana pembagian harta warisan almarhum Ko Bing Nio kepada ahli warisnya berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Barat? (2) Apakah putusan pengadilan negeri No. 188/Pdt.G/2013/PN.Smg tentang pembagian harta warisan almarhum Ko Bing Nio kepada ahli warisnyasudah sesuai atau tidak menurut KUH Perdata? Untuk menjawab pokok-pokok permasalahan tersebut pemulin menganalisis secara yuridis-normatif yang bersifat deskriptif serta menggunakan data sekunder, primer, dan tersier. Analisis ini penulis lakukan secara kualitatif berdasarkan hasil analisis pada masyarakat yang menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Perdata, para ahi waris yang berhak mendapatkan harta warisan. Didalam putusan Pengadilan Negeri Semaarang Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg ini masih belum sesuai dengan sistem pewarisan yang terdapat didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu membagikan kepada Golongan I dengan meninggalkan seorang anak kandung yang seharusnya juga mendapatkan harta warisan.

Kata Kunci: Pembagian Waris Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: jkt.shounen@gmail.com)

Endang Suparsetyani (Dosen Fakultas Hukum Trisakti)

(Email: endang.s@trisakti.ac.id)

(2)

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang hukum perdata yang memiliki kesamaan sifat dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk hukum waris perdata, meski letaknya dalam bidang hukum perdata, ternyata terdapat unsur paksaan didalamnya.

Unsur paksaan dalam hukum waris perdata, misalnya ketentuan pemberian hak mutlak (legitime portie) kepada ahli waris tertentu atas sejumlah tertentu dari harta warisan atau ketentuan yang melarang pewaris telah membuat ketetapan seperti menghibahkan bagian tertentu dari harta warisannya, maka penerima hibah mempunyai kewajiban untuk mengembalikan harta yang telah dihibahkan kepadanya ke dalam harta warisan guna memenuhi bagian mutlak (legitimeportie) ahli waris yang mempunyai hak mutlak tersebut, dengan memperhatikan Pasal 1086 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tentang hibah-hibah yang wajib inbreng (pemasukan).

Meskipun di dalam hukum waris perdata, terdapat unsur paksaan, namun posisi hukum waris perdata, sebagai salah satu cabang hukum perdata yang bersifat mengatur tidak berpengaruh. Konsekwensi dari hukum waris perdata, sebagai salah satu cabang hukum perdata yang bersifat mengatur, adalah apa saja yang dibuat oleh pewaris terhadap hartanya semasa ia masih hidup adalah kewenangannya, namun kalau pelaksanaan kewenangan itu melampui batas yang diperkenankan oleh Undang-Undang, maka harus ada resiko hukum yang dikemudian hari akan terjadi terhadap harta warisannya setelah ia meninggal dunia.

Hukum waris perdata, sangat erat hubungannya dengan hukum keluarga,

maka dalam mempelajari hukum waris perlu dipelajari pula sistem hukum

waris yang bersangkutan seperti sistem kekeluargaan, sistem kewarisan,

wujud dari barang warisan dan bagaimana cara mendapatkan warisan. Sistem

kekeluargaan dalam hukum waris perdata adalah system kekeluargaan yang

bilateral atau parental, dalam sistem ini keturunan dilacak baik dari pihak

(3)

suami maupun pihak isteri. Sistem kewarisan yang diatur dalam hukum waris perdata adalah sistem secara individual, ahli waris mewaris secara individu atau sendiri-sendiri, dan ahli waris tidak dibedakan baik laki-laki maupun perempuan hak mewarisnya sama.

Dalam hukum waris perdata, berlaku suatu asas, yaitu apabila seseorang meninggal dunia (pewaris), maka demi hukum dan seketika itu juga hak dan kewajibannya beralih kepada para ahli warisnya, sepanjang hak dan kewajiban tersebut termasuk dalam lapangan hukum harta kekayaan atau dengan kata lain hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Sistem hukum waris perdata memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem hukum waris lainnya, yaitu menghendaki agar harta peninggalan pewaris sesegera mungkin dapat dibagi-bagi kepada mereka yang berhak atas harta tersebut.

Fenomena yang menarik penulis dalam penelitian ini adalah adanya wasiat yang melanggar legitime portie dalam proses pemeriksaan perkara warisan di Pengadilan Negeri Semarang yang dilatar belakangi adanya :

a. Dalam keluarga terdapat pihak yang mempunyai harta warisan, terdapat surat wasiat yang melanggar hak dari ahli waris yang lain,

b. Pertimbangan hakim terhadap putusan waris dalam kaitannya dengan wasiat yang melanggar legitime portie dalam pemeriksaan perkara warisan.

Fenomena yang hendak diteliti di atas terkait dengan peninggalan harta waris Alm Ko Bing Nio yang harus ditetapkan secara hukum pembagian dan atau pemecahan obyek sengketa (harta waris Ko Bing Nio dan menetapkan bahwa para penggugat, tergugat 1, turut tergugat 1, dan turut tergugat 2 adalah ahli waris dari alm Ko Bing Nio dan berhak mewaris obyek sengketa dan mendapatkan bagiannya dari keseluruhan obyek sengketa.

Selanjutnya agar dapat menjadi ahli waris harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

a. Harus ada orang yang meninggal dunia.

b. Ahli waris harus ada pada saat si pewaris meninggal dengan tetap

memperhatikan pasal 2 KUH Perdata yang menyatakan bahwa anak yang

masih dalam kandungan seorang ibu, dianggap sebagai telah lahir

(4)

bilamana kepentingan si anak tersebut menghendaki, dan apabila anak ini lahir meninggal maka ia dianggap tidak pernah ada.

c. Seorang ahli waris harus cakap serta berhak mewarisi dalam arti tidak dinyatakan oleh undang-undang sebagai seseorang yang tidak patut mewarisi karena kematian, atau dianggap sebagai tidak cakap untuk menjadi ahli waris.

Mengenai kriteria ahli waris yang dinyatakan tidak patut menjadi ahli waris menurut J. Satrio,8 adalah :

a. Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh si pewaris.

b. Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan karena fitnah telah mengajukan bahwa si pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara 5 tahun atau lebih.

c. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si pewaris untuk membuat surat wasiat.

d. Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat dari si pewaris.

Ketentuan dalam pasal 839 KUHPerdata mewajibkan seorang ahli waris yang tidak patuh itu untuk mengembalikan apa yang telah ia ambil dari barang- barang warisan semenjak warisan jatuh terluang.

Berkaitan dengan uraian di atas telah mendorong penulis untuk mengungkapkan ke dalam penulisan skripsi dengan judul : “Analisis Yuridis Terhadap Pembagian Harta Warisar Almarhum Ko Bing Nio Menurut Kuh Perdata (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.G/2013/PN.Smg)”.

2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang penelitian, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pembagian harta warisan almarhum Ko Bing Nio kepada Ahli Warisnya menurut KUH Perdata?

b. Apakah Putusan PN Semarang No. 188/Pdt.G/2013/PN.Smg tentang

(5)

pembagia harta warisan almarhum Ko Bing Nio kepada ahli warisanya sudah sesuai atau tidak menurut KUH Perdata?

D. Metode Penelitian

1.

Jenis Penelitian

Penelitian ini hendak mengungkap tentang wasiat yang melanggar legitime portie dari ahli waris dalam proses pemeriksaan perkara warisan di Pengadilan Negeri Semarang, adalah penelitian hukum metode yang digunakan adalah kajian normatif, yaitu dilakukan dengan menelaah secara mendalam terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur hukum keluarga.

2.

Sifat Penelitian

Penelitian ini hendak mengkaji masalah yang berhubungan dengan wasiat yang melanggar legitime portie dalam proses pemeriksaan perkara warisan di Pengadilan Negeri Semarang, termasuk penelitian diskualitatif yang berguna untuk menganalisis data penelitian pada data saat sekarang. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang tata kerjanya memberi data seteliti mungkin tentang wasiat yang melanggar legitime portie dalam proses pemeriksaan perkara warisan tersebut diatas.9

3. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan data penelitian kepustakaan sebagai berikut :

a.

Penelitian kepustakaan

1)

Bahan Hukum Primer

Adapun bahan hukum primer penelitian ini adalah sebagai berikut : Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

2)

Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan kepustakaan tentang hak waris diantaranya Hukum

waris keluarga Hukum Pembuktian, Membagi Waris Berdasarkan Pasal-

pasal Hukum Perdata, dan Hukum Perdata Asas-asas Hukum Waris.

(6)

4. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data dalam penelitian ini dibutuhkan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang keduanya akan dianalisis, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kepustakaan yaitu Dilakukan dengan cara penelusuran terhadap dokumen- dokumen sebagai bahan hukum kemudian memberikan penjelasan atas hasil penelusuran bahan hukum primer, ditelusuri pula bahan-bahan hukum sekunderdi beberapa perpustakaan seperti perpustakaan FH Universitas Trisakti, Perpustakaan UI, dan Perpustakaan Nasional.

5. Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan untuk mengkaji masalah wasiat yang melanggar legitime portie di Pengadilan Negeri Semarang, adalah analisa kualitatif adalah cara analisis data melalui pemilihan data yang menghasilkan data deskriptif. Apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata yang diteliti dipelajari secara utuh.10

Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan secara sistematis, terperinci dan menyeluruh mengenai wasiat yang melanggar legitiime portie di Pengadilan Negeri Semarang. Analisis bahan hukum didasarkan pada prinsip konsistensi logis antara asas-asas hukum yang kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang ditulis dalam buku ini, dengan melihat kemungkinan terjadinya penyimpangan asas.

Pengambilan kesimpulan dilakukan secara deduktif, yaitu ditarik dari ketentuan yang bersifat umum kemudian dikaitkan dengan ketentuan yang bersifat khusus.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data meliputi tiga langkah pokok yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi.12 Tiga komponen itu terlibat dalam proses dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.

6. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan memberikan

gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah

(7)

peneliti untuk mencari kembali data itu apabila diperlukan.

7. Sajian data

Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan.13 Sajian data diperlukan peneliti untuk lebih mudah memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya.

8. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Sejak awal kegiatan pengumpulan data seorang peneliti sudah harus memahami arti berbagai hal yang ditemui dengan mulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola, pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Kesimpulan atau verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, dan mempertimbangkan yurisprudensi hal-hal lain yang sering timbul dan sebagainya.

9. Cara Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimoulan yang bersifat khusus. Penarikan Kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.

1

Cara Penarikan Kesimpulan dilakukan dengan menganalisis pokok permasalahan yang diajukan yaitu bagaimana pembagian harta warisan alm. Ko Bing Nio kepada ahli warisnya menurut KUHPerdata dan apakah putusan Pengadilan Negeri No. 188/Pdt.G/2013/PN.Smg tentang pembagian harta warisan Alm. Ko BBing Nio kepada ahli warisnya sudah sesuai atau tidak menurut KUHPerdata

1 Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005).

(8)

D. Pembahasan

1. Pembagian harta warisan Almarhum Kho Bing Nio Kepada Ahli Waris Berdasarkam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dalam menentukan pembagian harta warisan almarhum Ko Bing Nio yang didasarkan kepada kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka pasal-pasal yang melandasi mengenai hal ini adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan pasal 830 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Pewarisan hanya berlangsung karena kematian”

Jika dikaitkan dengan kasus ini karena Ko Bing Nio telah meninggal dunia dan istrinya juga sudah meninggal dunia sebelum Ko Bing Nio maka terbukalah pewarisan bagi ahli warisnya, dalam hal ini ahli warisnya adalah anak-anaknyayaitu Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), Sutadi Goyono (Tergugat 1), Ko Pien Tjoe (Penggugat 1), dan Ratna Utomo ( Turut Tergugat 2).

b. Berdasarkan pasal 832 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Menurut Undang-undang yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah para keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin, dan si suami atau istri yang hidup terlama, semua menurut peraturan tertera dibawah ini.

Dalam hal, bilamana baik keluarga sedarah, maupun si yang hidup terlama antara suami istri, tidak ada, maka semua harta peninggalan, si yang meninggal, menjadi milik negara, yang mana berwajib akan melunasi segala utangnya, sekadar harga harta peninggalan mencukupi untuk itu.”

Jika dikaitkan dengan kasus ini maka yang berhak menjadi ahli waris dari almarhum Ko Bing Nio adalah anak-anak yang ditinggalkannya yaitu Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), Sutadi Goyono (Tergugat 1), Ko Pien Tjoe (Penggugat 1), dan Ratna Utomo ( Turut Tergugat 2).

c. Berdasarkan pasal 833 KUHPerdata yang menyatakan bahwa;

“Para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak miik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal.

Bila ada perselisihan tentang siapa yang berhak menjadi ahli waris, dan

dengan demikian berhak memperoleh hak milik seperti tersebut di atas,

(9)

maka Hakim dapat memerintahkan agar semua harta peninggalan itu ditaruh lebih dahulu dalam penyimpanan Pengadilan.

Negara harus berusaha agar dirinya ditempatkan pada kedudukan besit oleh Hakim, dan berkewajiban untuk memerintahkan penyegelan harta

peninggalan itu, dan memerintahkan pembuatan perincian harta itu, dalam bentuk yang ditetapkan untuk penerimaan warisan dengan hak istimewa akan pemerincian harta, dengan ancaman untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga.”

Jika dikaitkan dengan kasus ini maka para ahli waris yaitu Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), Sutadi Goyono (Tergugat 1), Ko Pien Tjoe (Penggugat 1), dan Ratna Utomo ( Turut Tergugat 2) berdasarkan hukum tanpa harus melakukan perbuatan hikum apapun dengan sendirinya memiliki hak dan harta yang ditinggalkan almarhum Ko Bing Nio.

d. Berdasarkan pasal 834 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Ahli waris berhak mengajukan gugatan untuk memperoleh warisannya terhadap semua orang

yang memegang besit atas seluruh atau sebagian warisan itu dengan alas hak ataupun tanpa alas hak, demikian pula terhadap mereka yang dengan licik telah menghentikan besitnya.

Dia boleh mengajukan gugatan itu untuk seluruh warisan bila ia adalah satu- satunya ahli waris, atau hanya untuk sebagian bila ada ahli waris lain.

Gugatan itu bertujuan untuk menuntut supaya diserahkan apa saja yang dengan alas hak apa pun ada dalam warisan itu, beserta segala penghasilan, pendapatan dan ganti rugi, menurut peraturan-peraturan yang termaktub dalam Bab III buku ini mengenai penuntutan kembali hak milik.”

Jika dikaitkan dengan kasus ini Lany Wibobo (Penggugat 2), Hendra

Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), dan Ko Pien Tjoe

(penggugat 1) selaku Para Penggugat dan selaku ahli waris yang sah dari

pewaris berhak melakukan penuntutan ke pengadilan untuk mendapatkan

haknya sebagai ahli waris yang sah secara hukum dengan menuntut Sutadi

Goyono (Tergugat 1), Hendri Goyono (Tergugat 2), Sugunto Komarudin

(10)

(Turut Tergugat 1), Ratna Utomo (Turut Tergugat 2), dan Alexander Wahyu Permana, SH (Turut Tergugat 3) selaku Para Tergugat dan Para Turut Tergugat.

e. Berdasarkan pasal 852 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai perkawinan, mewarisiharta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu.

Mereka mewarisi bagian-bagian yang sama besarnya kepala demi kepala, bila dengan yang meninggal mereka semua bertalian keluarga dalam derajat pertama dan masing-masing berhak karena dirinya sendiri; mereka mewarisi pancang demi pancang, bila mereka semua atas

sebagian mewarisi sebagai pengganti”.

Jika dikaitkan dengan kasus ini maka anak kandung almarhum Ko Bing Nio pada perkawinan pertamanya yaitu Ko Pien Tjoe (Penggugat 1) mendapatkan harta warisan yang sama besarnya.

Berdasarkan uraian dari pasal diatas, secara ringkas pembagian harta warisan tersebut berdasarkan ab institate ( berdasarkan ketentuan Undang-undang) adalah sebagai berikut:

HPA: 1 (untuk: Lany Wibowo, Hendra Gunawan, Go Kien Lam, Sutadi Goyono, Ko Pien Tjoe, Ratna Utomo (B,C,D,E,F, dan G))

Masing-masing mendapatkan: 1/6 x 1= 1/6 Jadi pembagian HP A adalah:

B = 1/6 C = 1/6 D = 1/6 E = 1/6 F = 1/6 G = 1/6

Total HP A = 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6

(11)

= 6/6 = 1

2. Isi Amar Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 188/Pdt.G/

2013/PN.Smg Tentang Pembagian Waris Almarhum Ko Bing Nio Kepada Ahli Warisnya Telah Sesuai atau Tidak Sesuai Menurut Kitab Undang- undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

Isi amar putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 188/Pdt.G/

2013/PN.Smg adalah sebagai berikut:

a. Mengabulkan gugatan para penggugat sebagian.

b. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan terhadap obyek sengketa berupa tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya sebagaimana dalam sertifikat HGB No. 318/Peterongan atas nama Ko Bing Nio terkenal dengan Jl.

Mataram/MT Haryono No. 896, Kelurahan Peterongan, Kecamtan Semarang Timur Kota Semarang luas + 999 m2.

c. Menyatakan batal demi hukum testamen Ko Bing Nio yang dibuat dihadapan Turut Tergugat III, Notaris pengganti pada kantor notaris Tan Bian Tjong, SH, sebagaimana Akta No. 1 tanggal 29 Desember 2003 mengenai testamen dan akta No. 10 tanggal 6 Maret 1999 tentang Akta pelepasan Ha katas HGB No. 318/Peterongan atas nama Ko Bing Nio.

d. Menyatakan Para Penggugat dan Tergugat I ahli waris dari Ko Bing Nio.

e. Menyatakan obyek sengketa adalah satu-satunya harta warisan Ko Bing Nio yang belum terbagi.

f. Menyatakan Para Penggugat dan tergugat I berhak atas bagian yang sama atas obyek sengketa masing-masing 1/5 bagian.

g. Menyatakan sah dan berdasar hukum keberadaan sertifikan HGB No.

318/Peterongan atas nama Ko Bing Nio dikuasai oleh Turut Tergugat II.

h. Menyatakan tindakan Tergugat I yang menyatakan satu-satunya yang berhak

atas obyek sengketa dan meminta sertifikan HGB No.318/Peterongan atas

nama Ko Bing Nio dari tergugat II adalah perbuatan melawan hukum.

(12)

i. Menghukum Para Tergugat atau pihak ketiga yang mendapatkan hak dari Para Tergugat untuk mengosongkan obyek sengketa dan selanjutnya dibagi rata yaitu masing-masing 1/5 bagian atas obyek sengketa.

j. Menghukum Para Tergugat untuk tunduk dan patuh atas putusan ini.

k. Menolak gugatan Para Penggugat selebihnya.

l. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

2.800.000 (Dua Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah).

Sehingga pembagian harta warisan Almarhum Ko Bing Nio kepada ahli warisnya sebagai berikut:

HPA: 1 (untuk: Lany Wibowo, Hendra Gunawan, Go Kien Lam, Sutadi Goyono, Ko Pien Tjoe (B,C,D,E, danF))

Masing-masing mendapatkan: 1/5 x 1= 1/5 Jadi pembagian HP A adalah:

B = 1/5 C = 1/5 D = 1/5 E = 1/5 F = 1/5

Total HP A = 1/5 + 1/5 + 1/5 + 1/5 + 1/5 = 5/5

= 1

Jika dikaitkan dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Barat sebagai berikut:

1) Menurut Pasal 830 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Pewarisan hanya terjadi karena kematian.”

Jika kita kaitkan dengan kasus ini dengan meninggalnya Almarhum Ko

Bing Nio maka harta warisan akan terbuka bagi para ahli warisnya yaitu 1

orang anak kandung dari pernikahan pertama pewaris yaitu Ko Pien Tjoe

(penggugat 1) dan 5 orang anak kandung dari perkawinan kedua pewaris

dengan Go A Sing yaitu Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan

(13)

(Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), Sutadi Goyono (Tergugat 1) dan Ratna Utomo (Turut Tergugat 2).

2) Berdasarkan Pasal 832 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:

“Menurut undang-undang, yang berhak menjadi ahli waris ialah keluarga sedarah, baik yang sahmenurut undang-undang maupun yang di luar perkawinan, dan suami atau isteri yang hidup terlama, menurut peraturan- peraturan berikut ini.

Bila keluarga sedarah dan suami atau isteri yang hidup terlama tidak ada, maka semua harta peninggalan menjadi milik negara, yang wajib melunasi utang-utang orang yang meninggal

tersebut, sejauh harga harta peninggalan mencukupi untuk itu”

Jika dikaitkan dengan kasus ini maka para ahli waris yang berhak mendapatkan harta warisan adalah anak-anak kandung dari pewaris yaitu Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), Sutadi Goyono (Tergugat 1), Ko Pien Tjoe (Penggugat 1), Ratna Utomo (Turut Tergugat 2).

3) Berdasarkan Pasal 833 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak miik atas semua barang,semua hak dan semua piutang orang yang meninggal.

Bila ada perselisihan tentang siapa yang berhak menjadi ahli waris, dan dengan demikian berhak memperoleh hak milik seperti tersebut di atas, maka Hakim dapat memerintahkan agar semua harta peninggalan itu ditaruh lebih dahulu dalam penyimpanan Pengadilan.Negara harus berusaha agar dirinya ditempatkan pada kedudukan besit oleh Hakim, dan berkewajiban untuk memerintahkan penyegelan harta peninggalan itu, dan memerintahkan pembuatan perincian harta itu, dalam bentuk yang ditetapkan untuk penerimaan warisan dengan hak istimewa akan pemerincian harta, dengan ancaman untuk mengganti biaya,kerugian dan bunga.”

Jika dikaitkan dengan kasus ini maka para ahli waris almarhum Ko Bing Nio

yaitu Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go

Kien Lam (Penggugat 4), Sutadi Goyono (Tergugat 1), Ko Pien Tjoe

(Penggugat 1), Ratna Utomo (Turut Tergugat 2) berdasarkan hukum tanpa

(14)

harus melakukan perbuatan hukum apapun dengan sendirinya sudah memiliki ha katas harta yang ditinggalkan oleh Almarhum Ko Bing Nio.

4) Menurut Pasal 834 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Ahli waris berhak mengajukan gugatan untuk memperoleh warisannya terhadap semua orangyang memegang besit atas seluruh atau sebagian warisan itu dengan alas hak ataupun tanpa alas hak, demikian pula terhadap mereka yang dengan licik telah menghentikan besitnya.Dia boleh mengajukan gugatan itu untuk seluruh warisan bila ia adalah satu-satunya ahli waris,atau hanya untuk sebagian bila ada ahli waris lain. Gugatan itu bertujuan untuk menuntutsupaya diserahkan apa saja yang dengan alas hak apa pun ada dalam warisan itu, beserta segala penghasilan, pendapatan dan ganti rugi, menurut peraturan-peraturan yang termaktub dalam Bab III buku ini mengenai penuntutan kembali hak milik.”

Jika dikaitkan dengan kasus ini maka Para Penggugat yaitu Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), dan Ko Pien Tjoe (Penggugat 1) berhak untuk mengajukan gugatan kepada pihak yang berwenang yaitu pengadilan dengan menggugat Para Tergugat dan Para Turut Tergugat yaitu Sutadi Goyono (Tergugat 1), Hendri Goyono (Tergugat 2), Sugunto Komarudin (Turut Tergugat 1), Ratna Utomo (Turut Tergugat 2), Alexander Wahyu Permana, SH (Turut Tergugat 3). Untuk mendapatkan status sebagai ahli waris yang sah.

5) Berdasarkan Pasal 852 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai

perkawinan, mewarisiharta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan

nenek mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam

garis lurus ke atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang

lebih dulu.Mereka mewarisi bagian-bagian yang sama besarnya kepala demi

kepala, bila dengan yang meninggal mereka semua bertalian keluarga dalam

derajat pertama dan masing-masing berhak karena dirinya sendiri; mereka

mewarisi pancang demi pancang, bila mereka semua atassebagian mewarisi

sebagai pengganti.”

(15)

Jika kita kaitkan dengan kasus ini maka anak kandung dari Almarhum Ko Bing Nio berhak mendapatkan jumlah warisan yang sama besar. Berdasarkan pasal-pasal yang terurai diatas maka, dapat kita ketahui bahwa Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 3), Sutadi Goyono (Tergugat 1), Ko Pien Tjoe (Penggugat 1), dan Ratna Utomo (Turut Tergugat 2) adalah ahli waris yang sah dari almarhum Ko Bing Nio.

Dari hasil analisis diatas maka pembagian harta waris Almarhum Ko Bing Nio adalah sebagai berikut:

HPA: 1 (untuk: Lany Wibowo, Hendra Gunawan, Go Kien Lam, Sutadi Goyono, Ko Pien Tjoe, Ratna Utomo (B,C,D,E,F, dan G))

Masing-masing mendapatkan: 1/6 x 1= 1/6 Jadi pembagian HP A adalah:

B = 1/6 C = 1/6 D = 1/6 E = 1/6 F = 1/6 G = 1/6

Total HP A = 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 = 6/6

= 1

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa isi Amar putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg tentang pembagian harta warisan Almarhum Ko Bing Nio belum sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yaitu sebagai berikut:

1. Ko Pien Tjoe (Penggugat 1) = 1/5

2. Lany Wibowo (Penggugat 2) = 1/5

3. Hendra Gunawan (Penggugat 3) = 1/5

(16)

4. Go Kien Lam (Penggugat 4) = 1/5 5. Sutadi Goyono (Tergugat 1) = 1/5

Total HP = 5/5

E. Kesimpulan

1. Isi Amar Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 188/Pdt.

G/2013/PN.smg Tentang Pembagian Warisan Almarhum Ko Bing Nio Kepada Ahli Warisnya Sudah Sesuai atau Belum Sesuai dengan Ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Isi Amar Putusan dari Putusan Pengadilan Negeri Nommor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg masih belum sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) karena, menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Ratna Utomo (Turut Tergugat 2) juga merupakan salah satu Ahli Waris dari Almarhum Ko Bing Nio namun menurut isi Amar Putusan Pengadian Negeri Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg Ratna Utomo (Turut Tergugat 2) bukanlah termasuk sebagai Ahli Waris dari Almarhum Ko Bing Nio.

Berdasarkan isi Amar Putusan Pengadilan Negeri Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg pembagian harta warisan Almarhum Ko Bing Nio adalah sebagai berikut:

HP Ko Bing Nio = 1

Masing-masing mendapatkan = 1/5 x 1

= 1 Jadi Pembagian HP Ko Bing Nio adalah:

Ko Pien Tjoe = 1/5

Lany Wibowo = 1/5

Hendra Gunaawan = 1/5

Go Kien Lam = 1/5

(17)

Sutadi Goyono = 1/5

Total Pembagian HP = 1/5 + 1/5 + 1/5 + 1/5 + 1/5

= 5/5

= 1

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg masih belum sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata karena tidak membagi harta warisan Almarhum Ko Bing Nio dengan tepat dan sesuai kepada para Ahli Waris yang ditinggalkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan bagian Ko Pien Tjoe (Penggugat 1), Lany Wibowo (Penggugat 2), Hendra Gunawan (Penggugat 3), Go Kien Lam (Penggugat 4), Sutadi Goyono (Tergugat 1) masing-masing mendapatkan 1/5 bagian sama besar sebagai Ahli Waris namun tidak memberikan bagian kepada Ratna Utomo (Turut Tergugat 2) yang juga merupakan Ahli Waris yang sah dari Almarhum Ko Bing Nio.

2. Saran

Setiap ahli waris yang ditinggalkan oleh si pewaris berhak atas harta warisan dari pewaris, oleh karena itu, salahsatu pewaris tidak bisa mendapatkan bagian atas harta warisan secara seluruhnya, dimana harta warisan pada kenyataannya merupakan hak waris untuk ahli waris lain. Didalam kasus ini, salah satu yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan adalah karena harta warisan Alm.

Ko Bing Nio tidak langsung dibagi pada saat setelah Alm. Ko Bing Nio

meninggal dunia. Jadi agar tidak muncul permasalahan seperti ini, penulis

menyarankan agar setiap harta warisan segera dibagikan kepada ahli waris sesaat

setelah si pewaris meninggal dunia.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Afandi Ali, 2000, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta:

Rineka Cipta.

Anisitus Amanat, 2001, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Perdata BW. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Darmabrata, Wahyono. 2003. Hukum Perdata Asas-asas Hukum Waris, Jakarta:

CV Gitama Jaya.

Endang Supersetyani, Diktat Hukum Waris Perdata Barat, Jakarta: Universitas Trisakti

J. Satrio, Hukum Waris, Penerbit Alumni, Bandung, 1992

Komar Andasasmita, Notaris III Hukum Harta Perkawinan dan Waris Menurut KUH Perdata (Teori dan Praktek), Bandung: Alumni.

R. Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Waris Kodifikasi, Surabaya: Airlangga University ress, 2000

Rahmadi Usman, Hukum Kewarisan Islam, Mandar maju, Bandung, 2009

Sembiring M U, Beberapa Bab Penting Dalam Hukum Waris Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Program Pendidikan Notariat, Fakultas Hukum Usu, Medan, 1989

Soerjono Soekanto, 1988, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press.

Surani Ahlan Sjarif, 1982, Intisari Hukum Waris Menurut Bergerlijk Wetoboek, Jakarta: Ghalia Indonesia

Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Internet

http://id.wikipedia.org/w/index.php?Istimewa%3APencarian&search=wasiat+m enurut+kuh+perdata&fulltext=Cari diakses tanggal 14 juni

http://mkn-unsri.blogspot.com/2010/02/macam-macam-bentuk-wasiat.html

diakses tanggal 15 juni 2010

(19)

Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenad, 2005

Referensi

Dokumen terkait

Mencermati hubungan kausalitas tersebut, dapat diintrepretasikan bahwa harga minyak goreng sawit di pasar dunia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga

Kandungan nutrisi dari ketiga varietas SHF memiliki nilai yang cukup untuk dijadikan sebagai sumber pakan ternak.. Begitu pula dengan hasil kecernaan in vitro yang

Isi amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor: 311/PDT/2009/ PT.SBY Nomor 3 tentang pembagian warisan Almarhum Agus Wijaya kepada ahli warisnya tidak sesuai menurut Kitab

Kesimpulan dari akibat hukum pemberian warisan saat pewaris masih hidup berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah batal demi hukum karena bertentangan

Telah berhasil dibuat prototip Survey Meter yang digunakan untuk mengetahui tingkat radiasi beta atau gamma di suatu lokasi, yang dipadukan dengan Global Positioning System

Jika liabilitas keuangan yang ada digantikan dengan liabilitas lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau persyaratan dari

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS sebagai alternative tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil

Begitu tingginya ilmu meringankan tubuh yang di- miliki Pendekar Rajawali Sakti, sehingga dalam sekeja- pan mata saja bayangan tubuhnya sudah tidak terlihat lagi.. Wadagari