• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP TEORITIS 1. Pengertian Strategi

Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus yang diinginkan (Hamdani, 2008: 18)

Apabila di hubungkam dengan proses belajar mengajar, strategi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sikap, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memeberikan pengalaman belajar siswa (Hamdani, 2008: 19)

Maka strategi dapat di gunakan untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Wina Sanjaya, 2010: 125).

Dengan demikian, strategi pada intinya adalah lnagkah-langkah terencana yang bermakna luas dan mendalam yang dihasilkan dari sebuah proses pemikiran dan perenenungan yang mendalam berdasarkan pada teori dan pengalaman tertentu (Abudin Nata, 2011: 206).

Salah-satu tujuan pendidkan adalah peserta didik harus mampu memahami materi pelajaran yang di berikan oleh guru, untuk mencapai semua itu

(2)

10 maka ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal- hal sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma- norma dan batas minimal keberhasilan atau kreteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 5).

Strategi pembelajaran merupakan pokok-pokok tindakan yang akan digunakan untuk memilih metode pembelajaran yang mana strategi tersebut hendaknya menganjurkan partisipasi pembelajaran dalam hal ini adalah siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran (Suprahatiningrum, 2016: 152).

Strategi pembelajaran adalah cara pandang, pola berpikir, dan perbuatan yang diambil guru dalam memilih metode yang pembelajaran yang memungkinkan efektifnya pembelajaran (Darmansyah, 2012: 20).

(3)

11 Dasar-dasar strategi pembelajaran berkarakter yang dimaksud kemampuan dasar bagi seorang guru untuk melakukan tiga hal:

a. Kemampuan membuka dan menutup pelajaran b. Kemampuan menjelaskan materi pelajaran

c. Kemampuan memotivasi peserta didik agar berani bertanya

Ketiga kemampuan dasar di atas seharusnya dipraktikan seacara berulang- ulang, sehingga guru telah terampil menggunakan ketiga kemampuan dasar di atas sebelum memulai pembelajaran (Suyadi, 2013: 19).

Dari berbagai pengertian strategi diatas, penulis mengemukakan, bahwa strategi adalah cara atau langkah-langkah dan keputusan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai suatu tujuan, disusun sebelum pelaksanaan kegiatan dilaksanakan maupun saat kegiatan berlangsung (sifatnya darurat), dengan mempertimbangkan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan, serta sangat berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efesien.

2. Strategi pendidikan karakter

Penerapan pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (Cognitif), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif (AkhmadMuhaimin Azzet, 2016: 27).

Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui, diantaranya :

(4)

12 a. Moral Knowing / Learning to Know

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter.

Dalam tahapan ini tujuan diorentasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai- nilai. Siswa harus mampu : a) membedakan nilai- nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai- nilai universal: b) memahami secara logis dan rasional ( bukan secara dogmatis dan doktriner ) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan: c) mengenal sosok Nabi Muhammad Saw. Sebagai figure teladan akhlak mulia melalui hadist- hadist dan sunnahnya.

b. Moral Loving / Moral Feeling

Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nila- nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata kepada dirinya sendiri.

c. Moral Doing / Learning to do

Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa memperhatikan nilai- nilai akhlak mulia itu dalam perilaku sehari- hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya. Contoh atau teladan adalah guru yang paling baik

(5)

13 dalam menanamkan nilai. Siapa kita dan apa yang kita berikan. Tindakan selanjutnya adalah pembiasaan dan pemotivasian (Abdul majid dan dian andayani , 2011: 112).

3. Jenis-jenis strategi pembelajaran

Jenis-jenis strategi pembelajaran yang dibutuhkan oleh guru dalam mengajar :

a. Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar merupakan strategi yang paling tua, disebut juga strategi pembelajaran tradisional. Ada yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian demikian, tekanan pembelajaran berada pada pengajar itu sendiri. Pengajar berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai posisi sangat dominan.

b. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, tujuan mengajar adalah membelajarkan peserta didik. Membelajarkan berarti meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan diri peserta didik dalam konteks lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan mengajar. .

c. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran, Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi di sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar

(6)

14 pengajaran agar lebih relevan dan aktual berdasarkan situasi yang nyata (Iskandarwassid, 2015: 25-28).

4. Komponen-komponen Strategi Pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman dan uji coba para ahli, terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam menetapkan strategi pembelajaran.

Komponen tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Penetapan perubahan yang diharapkan

Kegiatan belajar sebagaimana tersebut di atas ditandai oleh adanya usaha secara terencana dan sistematika yang ditujukan untuk mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik baik pada aspek wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya.

b. Penetapan pendekatan

Pendekatan adalah sebuah pendekatan analisis yang akan digunakan dalam memahami suatu masalah. Didalam pendekatan tersebut terkadang menggunakan tolak ukur sebuah disiplin ilmu pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, langkah-langkah yang akan digunakan, atau sasaran yang dituju.

c. Penetapan metode

Penggunaan metode pembelajaran sangat memegang peran penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode tersebut harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, harus memperhatikan bahan pelajaran yang diberikan, kondisi anak didik, dan kemampuan dari guru itu sendiri.

(7)

15 d. Penetapan norma keberhasilan.

Menetapkan norma keberhasilan dalam satu kegiatan pembelajaran merupakan hal yang penting. Dengan demikian, guru akan mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas yang telah dilakukan, suatu program pembelajaran dapat diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi (Nata, 2014 : 210-214)

Maka Strategi Guru dapat diartikan sebagai pola atau sisasat, yang mengambarkan langkah-langkah yang di gunakan guru dalam menciptakan, mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif, sehingga siswa dapat belajar optimal, aktif, dan menyenangkan dengan efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Thomas Lickona dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Heri Gunawan, 2014:23).

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen : kesadaran, pemahaman, kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya (E Mulyasa, 2013: 7).

(8)

16 Pendidikan karakter adalah sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintai dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013: 6).

Menurut Wiliams dan Scnaps menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh para personel sekolah, bahkan dilakukan bersama-sama oleh orang tua dan anggota masyrakat, untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian dan bertanggung jawab (Zubaedi, 2011: 15).

Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (efektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan prilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada hobi atau kebiasaan yang terus menerus di praktekkan dan dilakukan (Amirulloh Syarbini, 2012: 16-17).

Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Demikian juga, seorang pendidik dikatakan berkarakter jika ia memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan

(9)

17 serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah Saw.Dalam pribadi Rasullulah Saw bersemai nilai- nilai Akhlak yang mulia dan agung.

Allah berfirman :

َّ ل

َّ دَق

َّ يلوُسَرَّ يفَِّ مُك َلَّ َنَكَ َّ

َّي للّٱ

َّ

َّْاوُج رَيَّ َن َكََّنَمي لَّٞةَن َسَحٌَّةَو س ُ أ

ََّ للّٱ

َََّّو

ََّريخلۡأٓٱَم وَ لۡٱ

َّ

ََّرَكَذَو

ََّ للّٱ

َّاٗيريث َك َّ

٢١

َّ

Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasullulah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. AI- Ahzab, 33 : 21) (Dapartemen Agama RI, 2004: 657).

6. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu dan proses hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari- sehari (E Mulyasa, 2013 :9).

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh , kompetitif, berakhlak, mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,

(10)

18 berjiwa, patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada tuhan yang maha Esa berdasarkan pancasila (Heri Gunawan, 2014: 30).

7. Prinsip Pendidikan Karakter

Agar pendidikan karakter dapat terlaksana dengan baik dan lancar khususnya di sekolah/dimadrasah sebagai salah satu lingkunggan tempat pelaksanaan pendidikan karakter, maka guru sebagai pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas (2010) memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter,

Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku,

b. Menggunakan pendekteksi yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter,

c. Menciptakan komunitas sekolah yag memiliki kepedulian,

d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

e. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

f. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik.

(11)

19 g. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang bertanggung

jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama,

h. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter,

i. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter,

j. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan oleh komendiknas tersebut, Dasyim Budimasyah berpendapat bahwa program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas).

b. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan, c. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak dianjarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran. Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka tetap di ajarkan dengan proses, pengatahuan (knowing), melakukan (doing), membiasakan dan akhirnya (hobit),

d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukkan bahwa proses

(12)

20 pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan prinsip “tut wuri handayani“ dalam setiap perilaku yang ditujukan oleh agama (Heri Gunawan, 2014:36).

8. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Karakter

Dalam kamus Besar Bahasa (2008:605) kata nilai diartikan sebagai harga.

Namun ketika dihubungkan dengan suatu objek atau sudut pandang tentunya,

“harga” yang terkandung didilamnya memiliki tafsiran yang bermacam-macam akan tetapi penafsiranya di harapkan untuk menyadari atau memanfaatkan makna kehidupan.

Nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai (Heri Gunawan, 2014: 31).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah rujukan untuk bertindak. Nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik atau tidak baik dilakukan. Maka yang dimaksud dengan nilai- nilai pendidikan karakter dalam pembahasan ini adalah suatu nilai yang dapat dialaksanakan karena pertimbangan diatas yaitu baik atau tidak baiknya suatu perilaku untuk di lakukan.

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, maka kementrian pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa yang bersumber dari agma budaya dan falsafah bangsa yang kemudian dijadikan

(13)

21 sebagai nilai rujukan dalam pelaksanakan pendididkan karakter disetiap satuan pendidikan. Delapan belas nilai tersebut adalah sebagai berikut beserta diskripsinya:

a. Religuis

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun degan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaiknya.

f. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

(14)

22 g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.

h. Demokratif

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.

j. Semangat kebangsaan

Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Komunikastif /bersahabat

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

(15)

23 n. Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan mnyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli social

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orangg lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara dan tuhan yang Maha Esa (Amirulloh Syarbini, 2011:25-28).

B. Penelitian yang Relevan

Aadapun sebagai bahan rujukan bagi penulis dan untuk mendukung kevalidan dalam skripsi ini, maka penulis sampaikan beberapa karya yang mungkin terkait dengan skripsi yang menulis bahas antara lain :

(16)

24 Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Marsidah, Fakultas Agama Islam Jurusan Tarbiyah Universitas Islam Riau pada tahun 2015 yang meneliti Strategi Guru Dalam Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Plus YLPI Pekanbaru, 2015. Jenis penelitian ini Deskriptif Kualitatif.

Sedangkan penulis Deskriptif Kualitatif. Subjek untuk penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Plus YLPI Pekanbaru. Sedangkan Subjek penelitian dua orang guru Pendidikan Agama Islam yang mengajar Di SMP IT Pondok Pesantren Syahruddiniah Desa Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar. Objek penelitian ini adalah Strategi Guru Dalam Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Plus YLPI Pekanbaru. Sedangkah objek penelitian adalah Strategi guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan Pendidikan Karakter Bagi Siswa di SMP IT Pondok Pesantren Syahruddiniah Desa Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar.

Hasil penelitian Skripsi Rawani (2015) Mahasiswa SI Program Studi pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau Pekanbaru dengan judul “Strategi Guru Dalam Pendidikan Nilai-Nilai Agama Islam Pada Anak Di Paud Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Pekanbaru” Jenis penelitian ini Deskriptif Kualitatif. Sedangkan penulis Deskriptif Kualitatif. Subjek penelitian adalah guru TK YLPI pekanbaru. Sedangkan subjek penelitian adalah dua oarang guru Pendidikan Agama Islam yang mengajar di SMP IT Pondok Pesantren Syahruddiniah Sungai Pagar. Objek penelitian ini adalah strategi guru dalam menanam nilai-nilai agama pada anak di PAUD YLPI Pekanbaru. Sedangkan

(17)

25 Objek penelitian adalah strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam Menerapkan pendidikan Karakter Bagi Siswa Di SMP IT Pondok Pesantren Syahruddiniah Sungai Pagar.Hasil penelitian nya adalah : pertama guru melakukan pembiasaan dan tauladan dalam hal ini disebut dengan aspek psikomotorik, kedua guru menyentuh jiwa/hati siswa melalui kisah-kisah karakter disebut dengan aspek afektif dan ketiga adalah guru menjelaskan pengetahuan yang berkaitan tentang pendidikan karakter disebut dengan aspek kognitif. Persamaannya penelitian ini sama-sama meneliti tentang strategi guru, tetapi cakupannya berbeda.

Hasil penelitian Skripsi Yusnita (2013) Mahasiswa SI Program Studi pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau Pekanbaru dengan Judul “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan pembelajaran Di MTS Pondok Pesantren Hidayatul Ma’rifah Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan” Jenis penelitian ini Deskriptif Kualitatif. Sedangkan penulis Deskriptif Kualitatif. Subjek penelitian adalah guru seluruh MTS Pondok Pesantren Hidayatul Ma’rifah Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Sedangkan subjek penelitian adalah 4 oarang guru Pendidikan Agama Islam yang mengajar di SMP IT Pondok Pesantren Syahruddiniah Sungai Pagar. Objek penelitian ini adalah strategi guru PAI dalam kegiatan pembelajran. Sedangkan Objek penelitian adalah strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam Menerapkan pendidikan Karakter Bagi Siswa Di SMP IT Pondok Pesantren Syahruddiniah Sungai Pagar. Hasil penelitian nya adalah : pertama guru melakukan pembiasaan dan tauladan dalam hal ini disebut dengan aspek psikomotorik, kedua guru menyentuh jiwa/hati siswa melalui kisah-kisah karakter disebut dengan aspek afektif dan ketiga adalah guru

(18)

26 menjelaskan pengetahuan yang berkaitan tentang pendidikan karakter disebut dengan aspek kognitif. Persamaannya penelitian ini sama-sama meneliti tentang strategi guru, tetapi cakupannya berbeda.

C. Konsep Operasional

Strategi guru PAI dalam menerapkan pendidikan karakter adalah sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.

Penerapan pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (Cognitif), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif.

Adapun indikator dari starategi guru pendidikan agama islam dalam menerapkan pendidikan karakter bagi siswa adalah sebagai berikut:

Variabel Dimensi Indikator

1 2 3

Strategi Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Karakter Bagi Siswa

1

Kemampuan Membuka dan Menutup Pelajaran

2

a. Guru memulai pelajaran dengan membaca doa untuk menumbuhkan sikap relagius

3

(19)

27 b. Guru memulai

pelajaran dengan membaca doa untuk menumbuhkan sikap relagius

c. Guru mampu menarik perhatian siswa dengan mengaitkan d. tema pelajaran dengan

kejadian nyata untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa e. Guru mampu

memotivasi siswa agar bersemangat dalam belajar

f. Guru mampu menguasai situasi kelas untuk

menumbuhkan sikap komunikatif /

bersahabat dengan siswa

g. Guru mampu

menumbuhkan sikap kreatif siswa dengan bersama – sama siswa Kemampuan

Menjelaskan Materi Pelajaran

a. Guru menumbuhkan sikap jujur siswa dengan memberikan tugas mengenai tema pelajaran

b. Guru mampu menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran agar siswa menjadi lebih paham apa yang di sampaikan guru c. Guru memanfaatkan

media pembelajaran untuk siswa agar siswa lebih kreatif dalam belajar

(20)

28 d. Guru membiarkan

siswa mengerjakan tugas sendiri – sendiri e. Guru menumbukan

sikap demokratif kepada siswa dengan cara memberikan kesempatan menyampaikan pendapat.

Kemampuan Memotivasi Peserta

Didik agar Berani Bertanya

a. Guru mampu

membuat siswa untuk bertanya untuk menumbuhkan sikap aktif

b. Guru mampu

menumbuhkan sikap menghargai prestasi dengan memberikan reward kepada siswa c. Guru mampu

menumbuhkan sikap toleransi dengan memberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran

D. KERANGKA KONSEPTUAL

Dari kesimpulan konsep operasional diatas, maka dapat penulis beriikan gambaran kerangka konseptual sebagai berikut :

Strategi Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Karakter

Bagi Siswa

a. Kemampuan Membuka dan Menutup Pelajaran b. Kemampuan

Menjelaskan Materi Pelajaran

c. Kemampuan Memotivasi Peserta Didik agar Berani Bertanya

Referensi

Dokumen terkait

The complimentary close and the signature are aligned and placed near the center of the letter, two spaces below the last paragraph.. Modifed

Program Magister (S2) Sistem Informasi, Manajemen, Teknik Elektro, Sastra Inggris, Psikologi, Teknik Sipil Program Doktor (S3) Ilmu Ekonomi, Teknologi Informasi / Ilmu Komputer..

Kajikan Model Presumptive Taxation Scheme : Dampaknya terhadap Beban dan Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Kecil dan Menengah (Kajian implementasi PP 46/2013 dalam Perspektif

Pada grafik tampak bahwa sistem yang menggunakan R-22 dengan penambahan pre-cooling menunjukkan nilai nilai koefisien yang lebih besar yaitu rata-rata 4,788 apabila

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia. NOVITA RISKIAYU SAVITRI

Our main contributions can be summarized as follows: (i) we show that classi fi er ensembles formed by diversi fi ed components are promis- ing for tweet sentiment analysis; (ii)

Skripsi ini telah disetujui oleh Penguji pada ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi ...

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA BAGIAN PELEBURAN BESI BAJA DI