ANTIEPILEPSI
PENDAHULUAN
Epilepsi adalah kompleks gejala heterogen - suatu penyakit kronik yang ditandai oleh kejang (seizure) berulang, dimana
kejang adalah episode terbatas disfungsi otak yang terjadi karena kelainan lepas muatan neuron-neuron serebrum.
Epidemilogi: 1% populasi dunia
Etiologi: herediter (dominan), Penyakit, contoh: meningitis, cidera otak dsb
Jenis Kejang
Kejang Parsial
Sederhana Kompleks Parsial sekunder
generalisata
Kejang generalisata
Klonik dan Mioklonik
Tonik Absence Tonik-klonik
generalisata Atonik
Spasme infantil
PATOFISIOLOGI
PROSES PENGHANTARAN IMPULS SARAF
Cl-
Cl-
Na+
Na+
GABAA receptor Glutamate receptor
Inhibition Excitation
Cl-
Kejang: eksitasi >> inhibisi
Lanjutan
Ketidakseimbangan bisa terjadi karena :
Kurangnya transmisi inhibitori
Desensitisasi GABA penurunan efek inhibisi
Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)
Meningkatnya aksi eksitatori
Pompa Na/K terganggu
Kanal saluran Na+ terganggu
Peningkatan aktivitas glutamat Na+ di dalam sel >>> neuron terdepolarisasi
TERAPI EPILEPSI
TERAPI
FARMAKOLOGI NON-
DIET
KETOGENIK
ASPARTAT &
GLUTAMAT
VAGUS NERVE STIMULATION
BEDAH:
Temporal Lobectomy
FARMAKOLOGI OAE
DIET KETOGENIK
Mengurangi konsumsi karbohidrat
Menggunakan lemak sebagai sumber energi utama
Pembakaran lemak ↑ senyawa keton
Keton dapat mencegah kerusakan sistem saraf pusat ↓
frekuensi kejang
Harus dibarengi asupan vitamin dan mineral
ES : Batu ginjal, ↑ fraktur tulang, gangguan pertumbuhan
DIET ASPARTAT & GLUTAMAT
Glutamat dan Aspartat stimulasi saraf berlebihan memicu timbulnya kejang pada pasien epilepsi.
Sumber Glutamat : MSG
Sumber Aspartat : Aspartam
TERAPI FARMAKOLOGI
PRINSIP TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan terapi : menghilangkan/ mengurangi seizure
Terapi sedini mungkin, bila serangan seizure 2x/lebih
Upayakan monoterapi, jika gagal obat pelan-pelan dihentikan &
diganti obat lain/terapi kombinasi
Terapi sesuai dengan jenis epilepsinya, dimulai dengan dosis terkecil
ES minimal, perhatikan ES kronis terapi jangka panjang
Hindari antiepilepsi sedatif sebisa mungkin
Biaya terjangkau disesuaikan dgn finansial pasien
Penyuluhan pada pasien
Ada variasi individual terhadap respon OAE pemantauan ketat &
penyesuaian dosis (lansia : ↓ fungsi renal & hati, anak-anak: dosis >>
dosis dewasa)
Mekanisme Kerja OAE (obat anti epilepsi)
Mekanisme Kerja Obat Contoh Obat Anti Epilepsi Inhibisi kanal Na+ dan
menstabilkan membran neuron fenitoin, karbamazepin, topiramat, lamotrigin, fenobarbiturat dan asam valproat.
Inhibisi kanal Ca2+ tipe T asam valproat, etosuksimid, klonazepam
Penurunan eksitasi yang
dimediasi glutamate topiramat, lamotrigin, fenobarbital Peningkatan inhibisi yang
dimediasi GABA barbiturat, benzodiazepin, asam valproat
1. Inhibisi Kanal Na
+dan
menstabilkan membran neuron
Selama potensial aksi, kanal Na+ aktif ion Na+ masuk
Stimulus berhenti kanal Na+ inaktif stop perambatan
potensial aksi
Target OAE:
Cegah kanal kembali aktif dgn menstabilkan bentuk inaktif kanal ini
Cegah ‘firing’ berulang dari akson stop seizure berulang
2. Inhibisi kanal Ca
2+tipe T
Kanal Ca2+ ter-inaktivasi cepat
Ion Ca2+ masuk saat kondisi istirahat
depolarisasi parsial
Kanal Ca2+ tipe T berperan dlm
timbulnya arus T pada Absence seizure
OAE yg menghambat Kanal Ca2+
tipe T cegah depolarisasi lambat u/
membangkitkan arus T stop absence seizure
3. Peningkatan inhibisi yang
dimediasi GABA
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh:
benzodiazepin, barbiturat
menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat contoh:
Vigabatrin
menghambat GABA transporter (uptake blocker)
memperlama aksi GABA contoh:
Tiagabin
meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan
cerebrospinal pasien mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool contoh:
Gabapentin
4. Penurunan Eksitasi yang
Dimediasi Glutamat
Glutamat + reseptor glutamat Ca & Na masuk, K keluar
EKSITASI
Reseptor glutamat :
N-Methyl-D-aspartate (NMDA), AMPA (alfa-amino-3
hidroxy-5 methyl-4-isoazolepropionic acid), kainat, Glysin, metabotropik
Glutamat blocker ↓ EKSITASI stop Seizure
Profil Obat
Subkelas dan
contoh Mekanisme Kerja Penggunaan Klinis Farmakokinetik
Ureida Siklik
Fenitoin, Fosfenitoin
Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps
Kejang tonik-klonik generalisata, kejang parsial
Penyerapan bergantung sediaan, sangat terikat protein plasma, tidak ada metabolit aktif, eliminasi
bergantung dosis, waktu paruh 12- 36 jam fosfenitoin untuk IV dan IM
Primidon Serupa dengan fenitoin Kejang tonik-klonik generalisata, kejang parsial
diserap baik PO, tidak banyak
terikat protein plasma, kons puncak plasma 2-6 jam, waktu paruh 10-25 jam metabolit aktif: fenobarbital, fenil etilmanolamid
Fenobarbital Meningkatkan respon reseptor GABAA, mengurangi respon sinaps eksitatorik
Kejang tonik-klonik generalisata, kejang parsial, mioklonik, generalisata, status epileptikus, kejang neonatus
penyerapan nyaris sempurna tidak terikat protein plasma secara
signifikan, kons puncak0.5-4 jam, tidak ada metabolit aktif, waktu paruh 75-125 jam
Etosuksimid Mengurangi arus Ca2+ tipe T kejang absence
diserap baik PO, kadar puncak plasma 3-7 jam, tidak terikat ke protein, dimetabolisme komplit menjadi metabolit inaktf, waktu paruh 40 jam
TRISIKLIK
Karbamazepin
Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps
Kejang tonik-klonik generalisata, kejang parsial
diserap baik PO, kadar puncak
plasma 6-8 jam, pengikatan protein tidak signifikan, dimetabolisme sebagian --> 10-11-epoksid aktif, waktu paruh obat induk 8-12 jam pd pasien
Okskarbazepin=karbamazepi tapi waktu paruh lebih singkat, metabolit aktif dengan durasi lebih lama IO sedikit; Eslikarbazepin asetat = okskarbazepin tetapi terbukti efektif jika diberikan 1 x sehari mungkin lebih
cepat diubah menjadi metabolit aktif Benzodiazepin
Diazepam BAB Sedatif Hipnotik Status epileptikus
diserap baik peroral, IV untuk status epileptikus, sangat terikat protein plasma, dimetabolisme ekstensif menjadi bbrpmetabolit aktif, waktu paruh 2 hari
Klonazepam BAB Sedatif Hipnotik kejang absence, kejang mioklonik, spasme infantil
Ketersediaan hayati >80%,
metabolisme ekstensif tapi tanpa metabolit aktif, waktu paruh 20-50 jam
TURUNAN GABA Gabapentin
Menurunkan transmisi eksitatori dg bekerja pada saluran Ca berpintu voltase prasinap
kejang tonik klonik, generalisata, parsial,
ketersediaan hayati 50%, tidak terikat protein plasma, tidak dimetabolisme, waktu paruh 6-8 jam
Pregabalin seperti gabapentin kejang parsial diserap baik peroral, tidak terikat ke protein plasma, tidak
dimetabolisme, waktu paru 6-7 jam LAIN-LAIN
Valproat
menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron, memodifikasi metabolisme asam amino
tonik klonik
generalisata, parsial, generalisata,
absence, mioklonik
diserap baik dari bbrp sediaan, sangat terikat protein plasma, dimetabolisme ekstensif, waktu paruh 9-16 jam.
Lamotrigin
memperlama inaktifasi saluran Na berpintu voltase, bekerja disaluran Ca prasinaps,
menurunkan pelepasan glutamat
tonik klonik
generalisata, parsial, generalisata, absence
diserap baik po, pengikatan protein tidak signifikan, dimetabolisme ekstensif tapi tidak ada metabolit aktif, waktu paruh 25-35 jam.
Penatalaksanaan Epilepsi
Parsial &Tonik Klonik
generalisata Generalisata
Awal: Fenitoin,
Karbamazepin, Barbiturat
Obat sedatif seperti
barbiturat dan
benzodiazepin cenderung dibatasi penggunaan karbamazepin meningkat (1980an) obat baru (dipasarkan setelah 1990an) sering lebih dipilih
Tonik klonik generalisata:
obat kejang parsial dan valproat
Absence: etosuksimid, valproat, klonazepam, lamotrigin, topiramat
Sindrom mioklonik: valproat, klonazepam, nitrazepam,
benzodiazepin, zonisamid, levetirasetam
Atonik: valproat, lamotrigin, Benzodiazepin, Felbamat
Spasme Infantil
The treatment of infantile spasms is unfortunately limited to improvement of control of the seizures
Contoh obat: Kortikotropin IM, Prednison PO, Benzodiazepin, Vigabatrin
Mekanisme kerja kortikosteroid atau kortikotropin dlm terapi penyakit ini belum diketahui
Sumber: Dipiro
KONDISI KHUSUS
ANAK
Peningkatan dosis dan perubahan regimen sering memaksimalkan kontrol kejang
Laju metabolisme cepat dosis obat lebih tinggi dalam mg/Kg dibandingkan dewasa
Monitor konsentrasi serum untuk mengontrol dan meyakinkan dosis yang telah diberikan
Wanita
Tantangan: teratogen, interaksi antara obat antiepilepsi dan kontrasepsi hormonal, menurunkan fertilitas.
Beberapa obat antiepilepsi menyebabkan kelainan pada janin, terutama berhubungan dg valproat dan kemungkinan
karbamazepin. Dengan valproat hampir 90% lahir normal (tidak KI)
Diazepam should not be used during pregnancy. Because malformation effect
Obat menginduksi sistem enzim mikrosomal hati (contoh topiramat, valproat tidak) menurun efektifitas kontrasepsi hormonal gunakan kontrol kehamilan lain
Menurunkan fertilitas: Induksi atau inhibisi metabolisme
hormon reproduksi dan perubahan pengikatan hormon pada sex hormon binding globulin shg menyebabkan penurunan fraksi hormon steroid yg tak terikat (unbond)
ASPEK KHUSUS TOKSIKOLOGI
Teratogenitas
Anak: Peningkatan resiko, mungkin 2x lipat, malformasi kongenital.
Efek teratogen masih kontroversial & penting:
Penting: efek besar
Kontroversial: obat epilepsi dan non epilepsi heterogen, hanya sedikit pasien yang bersedia ikut penelitian.
Penghentian Obat
Patients who become seizure-free following surgery for their epilepsy may have medications slowly tapered starting 1 to 2 years after their surgery.
Five criteria must be met before:
considering the discontinuation of AEDs.
No seizures for 2 to 5 years
Normal neurologic examination
Normal intelligence quotient
Single type of partial or generalized seizure
Normal EEG (elektroensefalografik) with treatment
Individuals who fulfill all of these criteria have a 61% chance of remaining seizure-free after AEDs are discontinued.
Withdrawal of AEDs is done slowly, usually with a tapering dose over at least 3 months.
OVER DOSE
Obat antikejang depresan SSP tapi jarang mematikan
Efek berat depresi pernafasan
Terapi suportif
Upaya mempercepat eliminasi obat: Alkalinisasi urin (fenitoin) kurang efektif
Status Epileptikus
Serangan kejang berulang tanpa melewati suatu periode sadar sebelum serangan kejang berikutnya terjadi atau serangan
kejang yang berlangsung selama lebih dari 30 menit, dengan ataupun tanpa gangguan kesadaran
neurotransmitter excitatory (glutamat, asetilkolin)
neurotransmitter inhibitor (GABA)
kejang yang berkelanjutan diikuti dengan kematian
neuron
Sistem GABA tidak berfungsi untuk menghambat serangan kejang reseptor GABA mengalami perubahan/termodifikasi
Etiologi
Tipe 1
(tidak ada lesi struktural)
Infeksi
Infeksi CNS
Gangguan metabolik
Turunnya level AED
Alkohol
Idiopatik
Tipe 2
( Ada lesi struktural)
Anoksia/hipoksia
Tumor CNS
CVA (Cardiovascular Accident)
Overdose obat
Hemoragi
Trauma
Terapi
Non-farmakologi:
Tanda-tanda vital dipantau
Pelihara ventilasi
Berikan oksigen
Cek gas darah utk memantau asidosis respiratory atau metabolik
Kadang terjadi hipoglikemi berikan glukosa
Farmakologi : dengan obat-obatan