• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori perdagangan internasional

Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara dengan negara lain diluar batas wilayah negara tersebut (Amir, 2000). Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang munculnya perdagangan internasional antar negara, yaitu (Nopirin, 2012: 7-35):

1. Teori Klasik

a. Kemanfaatan absolut (Absolute Advantage: Adam Smith), teori ini sering disebut dengan teori murni (pure theory) perdagangan internasional karena teori ini lebih memusatkan pada variabel riilnya saja misalnya variabel tenaga kerja digunakan untuk mengukur besarnya nilai suatu barang. Tingginya nilai suatu barang menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan jumlahnya besar.

b. Kemanfaatan relatif (Comparative Advantage: J.S Mill), teori ini

menyebutkan bahwa suatu negara akan melakukan ekspor jika

memiliki comparative advantage terbesar atau biaya dalam

menghasilkan suatu barang lebih murah. Sedangkan suatu negara

akan melakukan impor jika memiliki comparative disadvantage

lebih besar atau dalam menghasilkan suatu barang biaya yang

dikeluarkan lebih besar. Menurut Archarya (2008) juga menyatakan

bahwa suatu negara akan memiliki keunggulan komparatif apabila

(2)

12

dalam proses produksinya menghabiskan biaya rendah dibandingkan dengan negara lain.

c. Biaya relatif (Comparative Cost: David Ricardo), teori ini menjelaskan tentang nilai/value suatu barang tergantung pada banyaknya faktor produksi yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan didalam proses menghasilkan barang tersebut (labor cost value theory). Antar negara akan melakukan kegiatan perdagangan internasional jika masing-masing negara memiliki comparative cost yang paling kecil.

d. Kelemahan teori klasik

Teori klasik menjelaskan bahwa perdagangan internasional akan

menguntungkan jika terdapat kemanfaatan relatif yang berbeda

antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan adanya

perbedaan kemanfaatan relatif tersebut karena adanya perbedaan

fungsi produksi antara dua negara atau lebih. Jika fungsi

produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja dan nilai

produksinya akan sama sehingga tidak akan terjadi perdagangan

internasional. Syarat timbulnya perdagangan antarnegara adalah

adanya perbedaan fungsi produksi antar dua negara. Namun teori

klasik tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan antara

dua negara.

(3)

13

2. Teori Modern

a. Faktor Proporsi (Hecksher dan Ohlin)

Teori modern dimulai dengan menganggap bahwa fngsi produksi itu sama dan menjelaskan penyebab perbedaaan kemanfaatan relatif antara dua negara atau lebih adalah proporsi pemilikan faktor produksi. Sehingga kelemahan teori klasik dapat dijawab dengan meenggunakan teori proporsi. Teori ini menyatakan perbedaaan dalam kemungkinan biaya suatu negara dengan negara lain terjadi karena perbedaan jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari negara lain, sedangkan negara lain memiliki kapital dari negara tersebut. Sehingga terjadi pertukaran. Dalam teori ini secara mudah dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva Isocost dan Isoquant.

b. Kesamaan harga faktor produksi

Teori ini menjelaskan perdagangan bebas cenderung

mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa

negara. Negara B memiliki lebih banyak faktor produksi kapital

dengan semakin banyaknya produksi barang Y, permintaan kapital

akan bertambah maka harganya cenderung naik. Sebaliknya

semakin sedikit produksi barang X permintaan tenaga kerja juga

berkurang sehingga harga cenderung rendah. sebelum berdagang

upah lebih tinggi di B, tetapi harga kapital lebih tinggi di A.

(4)

14

Dengan berdagang tendensi upah dan harga kapital akan sama di kedua negara tersebut

c. Teori permintaan dan penawaran

Perdagangan antara dua negara pada prinsipnya terjadi karena adanya permintaan dan penawaran antara dua negara tersebut.

Permintaan terjadi karena perbedaan pendapatan dan selera, sedangkan penawaran terjadi karena perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.

d. Kurva kemungkinan produksi dan indifference

Kurva kemungkinan produksi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan secara penuh untuk menghasilkan jumlah output tertentu. Bentuk kurva ini tergantung dari ongkos alternatif yang digunakan.

e. Offer Curve

Seorang ahli ekonomi dari Inggris bernama James Meade mengemukakan alat analisa offer curve untuk menjelaskan terjadinya keseimbangan harga internasional. Menentukan harga serta volume perdagangan dalam keadaan seimbang, offer curve dan trade indifference curve harus digabungkan.

2.1.2 Konsep daya saing

Asal mula konsep daya saing adalah dari konsep keunngulan komparatif

oleh David Ricardo. Daya saing dapat dibagi sesuai tingkatannya yaitu negara,

(5)

15

industri dan perusahaan. Daya saing atau competitiveness berasal dari bahasa latin yaitu competer artinya keikutsertaan dan keterlibatan didalam suatu persaingan bisnis pada sebuah pasar yang menunjukkan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara (Ambastha dan Momaya, 2004). Daya saing merupakan kemampuan yang dimiliki komoditas suatu negara dapat memberikan keuntungan terus- menerus bagi negara tersebut serta dapat memperbaiki pangsa pasar (Martin et al.

dalam Rifai dan Tarumun, 2005). Menurut Latruffe (dalam David, 2013) daya saing adalah kemampuan suatu negara untuk menawarkan produk dan layanan yang memenuhi standar kualitas, harga pasar dan nilai baik dalam negeri maupun luar negeri serta mendapatkan keuntungan yang memadai sebagai pengganti sumber daya yang digunakan dalam proses produksi mereka.

Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi suatu negara memiliki keunggulan pada komoditasnya adalah faktor alam (keunggulan absolute), manajemen produksi yang membuat biaya produksi menjadi rendah dan tingkat teknologi yang digunakan akan menimbulkan keunggulan komparatif. Daya saing dapat dianalisis menggunakan 2 pendekatan yaitu (Rifai dan Tarumun, 2005):

1. RCA (Revealed Comparative Advantage) dikembangkan oleh Ballasa,

menunjukkan ekspor komoditas dari suatu negara terhadap total ekspor

Negara tersebut dan total ekspor dunia. Kemudian, indeks spesialisasi

perdagangan (net ekspor /total trade) menggambarkan keunggulan suatu

negara terhadap komoditasnya yang menyatakan suatu negara sebagai

eksportir atau importir. Menurut Erkan dan Saricoban (2014) menyatakan

bahwa adanya keterkaitan antara keunggulan komparatif dengan RCA

(6)

16

yaitu EC > CA > TPC > RCA. Economic condition (EC) suatu negara akan menentukan comparative advantage (CA) secara internasional.

Keadaan ini yang akan mengatur pola dari perdagangan, produksi dan konsumsi internasional antar negara (TPC) yang mendasari perbandingan RCA.

2. CMS (Constant Market Share) dikembangkan oleh Richardson untuk mengukur dinamika tingkat daya saing ekspor yang menunjukkan efek dari pertumbuhan ekspor, sehinggga dapat diketahui apakah ekspor komoditas yang diteliti mengalami peningkatan atau penurunan di pasaran dunia berdasarkan pada pangsa pasar periode tahun sebelumnya.

Gambaran pertumbuhan ekspor pada CMS ini meggunakan 3 efek komposisi yaitu efek pertumbuhan standar (growth effect) menunjukkan keuntungan yang didapat suatu negara dari kegiatan ekspor komoditasnya akibat pertumbuhan perdagangan komoditas tersebut di pasar dunia, efek distribusi pasar (distribution market effect) menunjukkan kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan pasar ekspor komoditas dari suatu negara dan efek sisa (residual effect) menunjukkan daya saing komoditas suatu negara antar negara lain di pasar ekspor.

2.1.3 Konsep ekspor

Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa ke negara lain yang

diselenggarakan oleh penduduk negara tersebut seperti pengangkutan dengan

kapal, permodalan dan lain-lain yang berkaitan dengan ekspor tersebut (Winardi,

1986). Suatu negara dapat melakukan ekspor karena produksi barang negara

(7)

17

tersebut berlebihan atau pemenuhan kebutuhan barang tersebut telah terpenuhi di dalam negeri dan produksi barang tersebut lebih efektif dan efisien sehingga harganya lebih murah serta kualitas bagus dibandingkan negara lain pada persaingan perdagangan Internasional. Ekspor adalah salah satu sektor penting didalam perekonomian suatu negara melalui perluasan pasar antar negara yaitu perluasan pada sektor industri, sehingga mendorong industry-industi lainnya dan akhirnya akan mendorong sektor lainnya dari perekonomian (G.M. Meier dan Baldwin dalam Galih dan Setiawina, 2014).

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Pengkajian atas hasil – hasil penelitian sebelumnya akan sangat membantu peneliti-peneliti lainnya dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman komprehensif mengenai posisi peneliti. Beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu:

1. Menurut Rakhmadina dkk. (2013) dengan penelitiannya yang berjudul

“Analisis Tingkat Daya Saing Karet Indonesia” menggunakan teknik analisis Uji Mann-Whitney, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata jumlah produksi karet alam dan sintesis; jumlah impor karet alam;

jumlah ekspor karet alam dan sintesis; serta daya saing ekspor karet antara

negara Indonesia dengan Thailand dari tahun 2007-2011. Jumlah

konsumsi karet alam dan sintesis; jumlah impor karet sintesis antara

Indonesia dengan Thailand tidak terdapat perbedaan yang nyata.

(8)

18

2. Menurut Ratnawati (2011) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekspor Karet Alam Indonesia Di Pasar Internasional”. Hasil dari penelitian tersebut adalah Indonesia memiliki peluang yang besar dalam ekspor karet alam karena nilai ECI Indonesia hingga tahun 2008 lebih kecil dari 1 dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand.

3. Menurut Ragimun (2007) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China”

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor komoditas karet dan produk dari

karet Indonesis selama tahun 2001-2010 terus mengalami peningkatan dan

rata-rata kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 6 persen. Demikian

juga nilai impornya mengalami tren naik, namun rata-rata impornya lebih

rendah yaitu hanya 1 persen. Daya saingnya cukup tinggi yaitu tahun

2001-2010 rata-rata RCA diatas 4. Tahun 2010 RCA sebesar 5,17. Daya

saing Indonesia terhadap China rata-rata RCAnya sangat tinggi yaitu

diatas 6, sedangkan tahun 2010 sebesar 7,44. Dari hasil perhitungan ISP,

rata-ratanya sebesar 0,70 atau mendekati 1. Artinya Indonesia masih

dominan menjadi pengekspor karet dan produk dari karet. Untuk IKP nya

menunjukkan rata-rata dibawah 0,30 selama 2001-2010 yang

menunjukkan bahwa konsentrasi pasar komoditas karet dan produk dari

karet Indonesia tidak seluruhnya terkonsentrasi di negara China.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai yang diperoleh akan menggambarkan seberapa besar dampak erupsi Gunungapi Merapi 2010 dalam hal ini digunakan hujan abu vulkanik terhadap produksi padi di

Menurut Sajogyo dalam Takdir (2013) menetapkan garis kemiskinan berdasarkan penghasilan rumah tangga senilai 360 Kg beras per tahun di perkotaan dan 240 Kg beras

bagian rangka anggota gerak (Diberikan torso dan gambar kerangka manusia) E. Metode Pembelajaran 1.Ceramah 2.Tanya Jawab 3.Penugasan G. Kegiatan Awal.. a) Do’a

Hasil penelitian menujukan bahwa (1) pemberian bonus diberikan pada karyawan yang mampu menjual barang melebihi target yang telah ditentukan oleh perusahaan, (2)

Istilah expert system berasal dari knowledge-based expert system (sistim cerdas berbasis pengetahuan), dimana suatu sistem yang menggunakan pengetahuan manusia (human

Kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 1 Belitang Hilir adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan alokasi waktu untuk pelajaran Seni Budaya yaitu

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisiensi korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil maka dapat dilihat table 3.4 dengan nilai koefisiensi 0.953 maka

Sistem Pengawasan Mutu (Quality Control/ QC) hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan dengan mutu yang benar dan jumlah yang ditetapkan