Lokasi
Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat strategis karena dilalui jalur lintas kabupaten (lampiran 1. Peta Desa), dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rawa Kalong
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parung Kecamatan Parung 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Padurenan dan Desa Cidokom 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Curug Kodya Depok.
Wilayah Desa Curug terbagi atas dua dusun, yaitu Dusun I dan Dusun II, serta lima RW dan 10 RT. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar peta wilayah Desa Curug di Lampiran 1.
Luas wilayah Desa Curug adalah 567 hektar dengan kepadatan penduduk 1376 per kilometer, dan menurut penggunaannya atau pemanfaatannya terbagi sebagai berikut :
Tabel 2. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Desa Curug Tahun 2003
No. Penggunaan Luas (Ha) Persentase
1. Perumahan / Pemukiman dan Pekarangan 179,35 32,00
2. Sawah /empang 144,67 26,00
3. Ladang / huma 217,83 38,00
4. Jalan 18,00 3,00
5. Pemakaman / kuburan 1,85 0,30
6. Perkantoran 0,28 0,04
7. Lapangan olahraga 0,50 0,08
8. Tanah / bangunan pendidikan 3,14 0,50
9. Tanah / bangunan peribadatan 1,07 0,18
Jarak tempuh dari Desa Curug ke Ibukota Kecamatan Gunung Sindur kurang lebih delapan kilometer dengan waktu tempuh yang dapat dicapai kurang lebih 30 menit, sedangkan untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor jarak tempuhnya
32 Km dengan waktu tempuh satu jam, untuk ke Ibukota Propinsi Jawa Barat jarak tempuhnya sekitar 155 Km dengan waktu tempuh kurang lebih empat jam.
Untuk waktu tempuh ke pusat fasilitasi terdekat (baik ekonomi, kesehatan, pemerintahan) dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan naik kendaraan umum. Perlu diketahui, ketersediaan angkutan umum yang menghubungkan Desa Curug dengan wilayah desa yang lain maupun untuk ke kota ada setiap saat.
Untuk keluar dari perkampungan ke jalan raya tersedia banyak ojek, demikian pula apabila masyarakat akan pergi dengan tujuan manapun, sangat mudah untuk mendapatkan angkutan antar desa.
Kependudukan
Menurut Rusli (2004) profil penduduk suatu wilayah (daerah) dapat ditunjukkan antara lain oleh gambaran komposisi penduduk menurut berbagai karakteristik. Diantaranya karakteristik yang tergolong sangat penting adalah karakteristik umur dan jenis kelamin. Berbagai fenomena dalam kehidupan terkait dengan umur dan jenis kelamin. Umpamanya, fenomena biologis, ekonomi, sosial dan politik terkait dengan karakteristik umur dan jenis kelamin penduduk.
Jumlah penduduk Desa Curug sampai akhir 2003 tercatat seluruhnya berjumlah 7803 jiwa, terdiri dari 3842 jiwa laki-laki dan 3961 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2247 Kepala Keluarga. Apabila jumlah penduduk dirinci menurut golongan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel berikut ini memperlihatkan bahwa struktur penduduk menurut rasio jenis kelamin dan rasio beban tanggungan. Rasio jenis kelamin dihitung untuk penduduk keseluruhan, dan untuk setiap kelompok umur. Dari tabel tersebut rasio jenis kelamin yang didapat sebesar 96,99 dalam hal ini jumlah penduduk perempuan lebih besar 3,01 persen daripada penduduk laki-laki.
Tingginya angka rasio beban tanggungan merupakan indikasi dari beratnya beban tanggungan penduduk yang produktif untuk menanggung penduduk yang tidak produktif. Rasio beban tanggungan tabel diatas adalah sebesar 40,06. Hal ini
berarti masih besar beban pembangunan yang harus di tanggung oleh penduduk usia produktif di Desa Curug ini.
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Desa Curug berdasarkan Golongan Usia dan Jenis Kelamin tahun 2003
No. Golongan Umur (Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan
1. 0-4 374 333 551
2. 5-12 700 667 1367
3. 13-18 840 804 1644
4. 19-25 575 543 1118
5. 26-35 382 367 749
6. 36-45 331 332 663
7. 46-50 282 381 663
8. 51-60 193 385 578
9. 61-75 130 120 250
10. Lebih dari 75 35 29 64
Jumlah 3842 3961 7803
Sumber : Data Dasar Profil Desa Curug Tahun 2003
Besar angka kelahiran pada tahun 2003 mengalami kenaikan yakni sebesar 16,69 persen dibanding satu tahun sebelumnya. Angka kelahiran ini tidak mempunyai pengaruh langsung kepada semua umur, sedangkan untuk angka kematian dan migrasi berpengaruh pada semua umur.
Migrasi yang terjadi di Desa Curug lebih banyak disebabkan karena perpindahan keluar wilayah terutama ke Kota Jakarta. Mereka yang bermigrasi sebagian besar berprofesi sebagai karyawan swasta dan wiraswasta/pedagang Alasan migrasi yang terjadi adalah untuk mencari nafkah yang lebih baik di luar desa. Pada tahun 2003 ini menurut informasi yang di dapat, bahwa untuk penduduk yang meninggal dunia dan penduduk yang migrasi baik datang maupun pergi adalah sejumlah 164 jiwa.
Adapun keadaan mata pencaharian penduduk di Desa Curug ditampakkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Penduduk Desa Curug menurut Jenis Pekerjaan pada Tahun 2002 dan 2003.
No. Jenis Pekerjaan Persentase Th.2002
Persentase Th.2003 1. Pegawai Negeri Sipil 4,39 7,90
2. ABRI 0,34 1,11
3. Karyawan Swasta 5,15 3,97 4. Wiraswasta/Pedagang 12,88 5,91
5. Tani 24,44 27,09
6. Pemilik Usaha Kerajinan 4,10 0,48 7. Buruh Tani 26,45 44,15 8. Jasa Angkutan 3,22 9,10
9. Lain-lain 19,03 0,29
JUMLAH 100,00 100,00
Sumber : Data Dasar Profil Desa Tahun 2003
Tabel di atas menunjukkan bahwa perubahan persentase terbesar dari penduduk adalah yang bermata pencaharian sebagai buruh tani yakni sebesar 44,15 persen dari semula yakni sebesar 26,45 persen, yang terbagi baik sebagai buruh di peternakan, pertanian dan buruh di industri. Persentase penurunan mata pencaharian penduduk adalah pada mata pencaharian karyawan swasta, wiraswasta atau pedagang dan pemilik usaha kerajinan. Yang melatarbelakangi penurunan ini di antaranya adalah sulitnya modal dan pengadaan bahan baku bagi pedagang dan pemilik usaha kerajinan.
Meskipun penggunaan lahan terbesar setelah pemukiman adalah untuk persawahan, ternyata dari tabel di atas yang bermata pencaharian sebagai petani hanya sebesar 27,09 persen. Dan dari Tabel di atas ternyata menunjukkan bahwa mata pencaharian sebagai tani ternyata mengalami kenaikan, hal ini disebabkan
bahwa penduduk mulai memiliki minat lagi terdapat lahan pertanian walaupun sebelumnya sudah sempat menjual lahannya. Lahan yang baru diperoleh dengan cara menyewa untuk bertani menanam singkong kembali, karena ternyata di pasaran permintaan akan singkong banyak namun terbatas penawarannya.
Kenaikan mata pencaharian juga terjadi pada bidang jasa angkutan, yakni dari semula 3,22 persen menjadi 9,10 persen, hal ini lebih dipengaruhi karena adanya perbaikan infrastruktur jalan beraspal dari pemerintah yang ada di Desa Curug.
Jumlah penduduk merupakan potensi dari jumlah angkatan kerja dalam mengukur besar (jumlah) angkatan kerja di suatu daerah. Dan pendekatan yang digunakan untuk mengukur besar angkatan kerja adalah dengan labour force approach yakni dengan melihat angkatan kerja dari orang-orang yang bekerja dan
orang-orang yang mencari pekerjaan. Keadaan sosial budaya masyarakat di Indonesia menjadi alasan untuk dipakai dalam menilai seseorang bekerja ataupun mencari pekerjaan umumnya dengan menentukan batas usia 10 tahun sampai dengan 64 tahun.
Sesuai dengan Tabel 3 dan Tabel 4 di atas, dari hasil informasi yang didapat bahwa penduduk usia kerja ada sejumlah 3751 jiwa, penduduk usia kerja yang bekerja sebanyak 2801 jiwa dan penduduk usia kerja yang belum bekerja adalah sebanyak 472 jiwa. Jadi jumlah keseluruhan untuk angkatan kerja yang ada di Desa Curug pada tahun 2003 adalah sebanyak 3273 jiwa. Maka dapat pula kita lihat kesempatan kerja dan pengangguran yang ada. Dari jumlah angkatan kerja sebanyak 3273 orang dan penduduk usia kerja sebanyak 3751 orang maka Reit Partisipasi Angkatan Kerja (RPAK) yang didapat adalah sebesar 87,2 persen, dan dengan jumlah pengangguran sebanyak 472 orang maka reit pengangguran yang ada adalah sebesar 14,42 persen. Hal ini menunjukkan sumberdaya manusia yang ada di Desa Curug amat potensial untuk menunjang kegiatan pengembangan masyarakat, di dukung pula dengan kualitas sumberdaya manusia tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kualitas Sumberdaya Manusia Dirinci menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Desa Curug Tahun 2003.
No. Pendidikan Jumlah (Orang)
Persentase
1. Buta Aksara dan Angka 925 11,85 2. Tidak Tamat SD 1349 17,28
3. Tamat SD 1644 21,06
4. Tamat SLTP 1980 25,37
5. Tamat SLTA 1889 24,20
6. Tamat Akademi (D1-D3) 6 0,08 7. Sarjana
a. S1 7 0,09
b. S2 2 0,04
c. S3 1 0,02
Jumlah 7803 100,00
Sumber : Data Dasar Profil Desa Tahun 2003
Struktur Masyarakat
Secara formal, masyarakat yang ada di Desa Curug seperti pada umumnya wilayah-wilayah desa lainnya dipimpin oleh seorang kepala desa yang dalam pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan desa dibantu oleh para stafnya.
Di Desa Curug ini pegawai desa tersebut dianggap mempunyai kedudukan lebih terhormat dibanding dengan masyarakat biasa. Tokoh lain yang dianggap memiliki pengaruh di masyarakat Desa Curug adalah para sesepuh desa baik itu para mantan pegawai desa ataupun tokoh ulama yang ada di Desa Curug tersebut dan juga profesi guru mendapat kedudukan yang lebih dihormati di masyarakat.
Kultur masyarakat yang ada di Desa Curug menurut informasi yang didapat sesuai dengan kewarganegaraan penduduk di Desa Curug terdapat sekitar 18,3 persen warganegara Indonesia keturunan Cina, hal ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu bahwa kewarganegaraan penduduk yang ada di Desa Curug selain Warga Negara Indonesia juga ada keturunan Cina.
Pendekatan terhadap masyarakat dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat melalui organisasi keagamaan, kursus-kursus, penataran dan pengkaderan. Untuk
mengembangkan potensi generasi muda selain melalui kegiatan keagamaan juga melalui olah raga dan seni.
Untuk menambah pendapatan keluarga umumnya masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan dengan membudidayakan tanaman hias palem, rumput peking dan tanaman sayuran seperti singkong (diambil daun mudanya).
Selain itu tenggangrasa antar sesama warga juga terwujud dalam bentuk kegiatan pemugaran rumah kumuh (tidak layak huni) dengan dana stimulan dari rereongan sarupi yakni suatu kegiatan kumpul-kumpul bersama warga yang diadakan tidak ditentukan waktunya secara rutin namun hasil dari kumpul- kumpul tersebut adalah untuk menolong orang-orang yang lebih membutuhkan.
Kelembagaan Desa Lembaga Pemerintahan
Pemerintah desa merupakan satu-satunya lembaga pemerintahan di tingkat desa. Sebagai wadah penyelengaraan tugas-tugas pemerintah desa dari aparat desa, meliputi penyelenggaraan : (1) administrasi desa; (2) rumah tangga desa dan (3) pembangunan desa.
Pemerintah desa sebagai tingkat terbawah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pembangunan nasional termasuk tujuan-tujuan pembangunan desanya. Tugas tersebut meliputi (1) otonomi yang maknanya sebagai usaha untuk mengurus rumah tangga dan kemajuan desa; (2) perbantuan yang berupa tugas-tugas untuk membantu berbagai dinas dan non dinas dalam usaha kemasyarakatan lainnya. Dengan demikian di tingkat desa terdapat suatu kesatuan tugas-tugas termasuk pembangunan untuk mencapai tujuan, baik bermakna langsung bagi kemajuan daerah maupun nasional.
Pola pembangunan suatu desa masih tergantung pada peran pemerintahnya. Dengan demikian keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembangunan desa berhubungan dengan struktur dan kinerja pemerintah desa tersebut.
Badan Perwakilan Desa (BPD)
BPD merupakan lembaga tempat anggota masyarakat menyalurkan pendapat, kebutuhan dan kepentingan pembangunan desa. Lembaga ini bersifat pleno dari seluruh lapisan masyarakat. Selain itu juga sebagai wadah musyawarah anggota masyarakat desa.
Beberapa fungsi dari BPD : (1) Penampungan segala pendapat, kebutuhan dan kepentingan pembangunan desa; (2) Memusyawarahkan masalah- masalah pembangunan desa; (3) Mengambil keputusan-keputusan pembangunan desa yang mengikat anggota masyarakat secara keseluruhan; (4) Menyalurkan keputusan-keputusan yang telah diambil; (5) bertindak sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan desa. Fungsi tersebut umumnya menjadi patokan hidup matinya demokrasi desa. BPD yang berfungsi sebagai lembaga legislatif tingkat desa, di dalamnya berlangsung pembuatan keputusan. Di mana keputusannya mempunyai daya ikat terhadap anggota masyarakat secara keseluruhan.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan perencana dan pelaksana pembangunan di tingkat desa. Lembaga ini adalah pendamping aktif pemerintah desa dalam urusan pembangunan desa.
Fungsi LPM antara lain : (1) Sebagai wadah atau arena pertemuan ide/usul/gagasan tentang pembangunan desa, baik berasal dari pemerintah, maupun anggota masyarakat ; (2) Membantu pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan, pemerataan pembangunan dan menumbuhkan prakarsa swadaya anggota masyarakat; (4) Menggali potensi sosial, ekonomi, budaya dan ketahanan masyarakat desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa melalui partisispasi masyarakat.
Lembaga Gotong Royong
Gotong royong sebagai kebiasaan turun temurun dan menjadi ciri khas kehidupan masyarakat desa, ternyata masih ditemui di desa penelitian. Bahkan berjalan lancar dan sudah melembaga. Lembaga ini ada di setiap RT.
Keberadaanya selain berkaitan dengan kegiatan kehidupan sehari-hari dari anggota masyarakat juga dengan kegiatan-kegiatan pembangunan di Desa Curug.
Selain merupakan kebiasaan turun temurun, timbulnya lembaga ini terutama didorong oleh : (1) kesadaran warga desa untuk bergotong royong dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan cukup tinggi ; (2) Hampir setiap program yang dilaksanakan membutuhkan kegotong royongan dari warga, baik berasal dari atas maupun dari bawah ; (3) Keterbatasan kemampuan warga dalam hal-hal tertentu cenderung membutuhkan bantuan tetangganya.
Lembaga Keagamaan
Latar belakang kehidupan beragama yang kuat di desa penelitian ini, menjadikan agama sebagai sesuatu yang melembaga yang memunculkan jamaah pengajian.
Fungsi lembaga ini terutama sebagai wadah kegiatan warga desa dalam agama. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai forum penampungan pendapat warga terhadap permasalahan di desanya dan penyampaian informasi kegiatan pembangunan. Forum ini dihadiri tokoh-tokoh masyarakat (ulama-ulama), perangkat desa, kepala desa dan warga masyarakat.
Lembaga Kesenian
Kesenian yang ada di Desa Curug lebih berciri khas Islam yaitu seni baca al qur’an dan terbang. Kedua lembaga ini sebagai wadah anggota masyarakat, terutama remaja untuk menyalurkan bakat seninya. Namun demikian perhatian terhadap kesenian ini hanya dari sebagian kecil warga desa, khususnya remaja. Hanya kesenian terbang yang tampak banyak diminati sebagian besar warganya terutama ibu-ibu majelis taklim, yang kadangkala mengadakan pertunjukan pada hari-hari besar Islam seperti Mauludan, Syawalan dan sebagainya.
Lembaga Perekonomian
Di Desa Curug, dapat dikatakan tidak banyak dijumpai lembaga perekonomian seperti di desa-desa sekitarnya. Kemungkinan disebabkan letaknya
berdekatan dengan daerah yang memiliki berbagai lembaga perekonomian lengkap seperti pasar, toko-toko, warung, koperasi, bank dan lain sebagainya, yang meskipun tidak berada di desa tersebut namun mudah di jangkau dengan angkutan umum. Lembaga perekonomian yang ada adalah perusahaan tekstil dan peternakan ayam yang cukup besar di Desa Curug. Tetapi tidak khusus melayani kebutuhan warga setempat dan sekitarnya, karena produksinya untuk melayani kebutuhan nasional dan bahkan diekspor ke negara lain.
Kondisi Pertanian
Luasnya wilayah terbuka di Desa Curug sebelum tahun 1992 membuat beberapa investor dari luar wilayah melirik ke desa ini. Dan saat sekarang terdapat 5 buah pabrik konveksi yang ada di wilayah ini, begitu pula dengan adanya pemilik peternakan-peternakan ayam yang sampai sekarang berjumlah 27 orang muncul di wilayah yang sebelumnya merupakan kawasan pertanian di Desa Curug. Namun adanya investor-investor tersebut tidak terlalu menyerap tenaga kerja lokal untuk bekerja sebagai buruh di tempat itu. Sebagai contoh untuk peternakan-peternakan tersebut hanya menyerap sekitar 300 orang buruh peternakan yang bekerja, sedangkan pada pabrik garmen tidak sampai 10 % dari keseluruhan pekerja garmen yang berasal dari masyarakat Curug dapat bekerja di sana, karena harus mempunyai ketrampilan tertentu, meskipun ada perjanjian antara investor dan pemerintah desa untuk menggunakan tenaga kerja lokal sebesar 15% dari keseluruhan pegawai yang dipekerjakannya.
Kondisi Non Pertanian
Dari hal tersebut di atas dapat kita lihat bahwa kawasan lahan pertanian sudah menjadi kawasan pemukiman dan industri. Hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Curug merasa tidak sanggup lagi mengolah lahan pertanian dengan alasan hasil yang di harapkan tidak sebanding dengan kebutuhan hidupnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu maka sumberdaya agraria menjadi beralih kepemilikannya ke orang-orang diluar wilayah Desa Curug. Dengan banyaknya kawasan pertanian yang dipakai otomatis wilayah
sekitarnya menjadi terbuka dengan didirikannya rumah-rumah oleh masyarakat, sehingga menambah sempit luasnya kawasan pertanian.
Pemerintah desa Curug dalam hal ini tidak bisa berbuat apa-apa, karena dengan adanya investor-investor tersebut maka pendapatan desa menjadi meningkat, sebab 25% dari pendapatan desa yang di setor ke Kabupaten Bogor akan kembali ke desa untuk pembangunan wilayah setempat. Disatu sisi memang ada sebagian warga terutama warga pendatang, yang merasa keberatan dengan adanya pabrik dan peternakan tersebut karena menyebabkan polusi udara yang berasal dari limbah peternakan, namun disisi lain limbah peternakan ini oleh masyarakat yang masih mengolah tanah bisa dipergunakan sebagai alternatif pengganti pupuk dengan biaya yang lebih murah.