• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana yang vital dan utama dalam hidup. Karena tanpa bahasa sulit bagi kita untuk mengerti atau memahami arti dan maksud dari perkataan orang lain. Untuk itu, ada penuturan bahwa bahasa itu adalah milik manusia, maksudnya bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita sebagai manusia dengan mahluk hidup lainnya di dunia ini. Demikian juga dengan bahasa Indonesia, digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari.

Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi, yaitu sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa, dan (4) alat perhubungan antarbudaya dan daerah.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi, yaitu sebagai : (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi di dalam perhubungan serta pemerintah, dan (4) bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern (Halim, 1976: 145)

(2)

Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di lembaga-lembaga pendidikan, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia harus dipergunakan dalam proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik di tingkat pendidikan dasar (PAUD, SD, dan SMP), pendidikan menegah (SMU/MA/SMK/MAK) dan perguruan tinggi. Peserta didik sebagai generasi penerus dapat belajar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun mata pelajaran-mata pelajaran lainnya. Dengan demikian penggunaan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran ini hendakya memperhatian pemakaian bahasa yang baik dan benar.

Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan secara beragam tidak dapat dipungkiri, sebagaimana dikemukakan oleh Rusyana (1989: 104), bahwa dalam kenyataan bahasa itu tidaklah seragam, di dalamnya mengandung keragamanan. Hal ini sebenarnya merupakan hakikat bahasa itu sendiri bahwa bahasa itu beragam, seperti yang dijelaskan oleh Kentjono (1982: 3-4) bahwa bahasa yang dipakai oleh kelompok manusia itu banyak ragamnya, karena kelompok manusia itu terdiri atas laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang kota dan orang desa, yang bersekolah dan tidak bersekolah. Keragaman kelompok manusia tersebut, akan berpengaruh terhadap keragaman pemakaian bahasa Indonesia.

Keragaman bahasa bertalian dengan siapa yang memakainya, kepada siapa ia berbicara, dalam suasana apa pembicaraan itu dilakukan, apa yang menjadi topik pembicaraan, dan apa tujuan pembicaraan itu (Rusyana, 1989: 121). Hal senada juga dikemukakan oleh Kridalaksana (1989: 2), yang

(3)

menyatakan bahwa keragaman bahasa tergantung pada pokok pembicaraan, medium pembicaraan dan hubungan antarpembicara.

Kenyataannya dalam pembelajaran, bahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat pendidikan yang heterogen dan multilingual itu sangat bervariasi atau beragam. Keragaman tersebut akan berpengaruh pada situasi dan kondisi dalam pembelajaran. Apakah pembelajaran itu akan lebih hidup (aktif) atau justru menjadi pasif, apakah isi materi lebih mudah diterima atau justru menjadi lebih sulit dimengerti.

Latar belakang hidup dalam masyarakat yang bilingual dan multilingual membuat orang Indonesia mampu berbicara setidaknya dalam dua bahasa. Mereka dapat menggunakan paling tidak bahasa daerahnya (biasanya merupakan bahasa ibu) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Oleh karena pengaruh globalisasi dan masuknya budaya asing, saat ini bahkan banyak orang yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan lebih dari satu bahasa. Penguasaan tersebut mendorong orang-orang untuk menggunakan variasi bahasa yang sesuai dengan situasi dan tujuannya. Oleh karena inilah, maka salah satu fenomena kebahasaan dalam masyarakat bilingual, yaitu campur kode (code mixing), tidak dapat dihindari. Hampir tidak mungkin bagi seorang pemakai bahasa dalam masyarakat bilingual dan masyarakat multilingual untuk menggunakan satu bahasa saja tanpa terpengaruh bahasa lain, meskipun hanya sejumlah kosa kata saja.

Campur kode merupakan akibat adanya kontak bahasa, penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam satu wacana menurut pola-pola yang

(4)

masih belum jelas (Nababan, 1993: 25). Campur kode dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor lingkungan, kebiasaan pemakai bahasa menggunakan bahasa asing atau daerah beserta variasinya, terbatasnya kosa kata dalam bahasa Indonesia, serta kurangnya kesadaran pemakai bahasa dalam menggunakan bahasa Indonesia.

Demikian juga yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Seorang guru dalam komunikasinya dengan peserta didik, sebagai dwibahasawan yang menguasai bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Jawa), bahkan mungkin menguasai bahasa Asing, akan terjadi kontak bahasa yang memungkinkan munculnya variasi bahasa berupa campur kode. Kemunculan campur kode dalam pembelajaran ini, apalagi dalam pembelajaran bahasa Indonesia, merupakan fenomena yang perlu dikaji. Misalnya tuturan guru dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia yang memunculkan campur kode pada kalimat (1) berikut:

(1) ”Dalam membuat diagram diberi garis, kalau ke sana lurus. Kalau naik sreet, kalau turun sreet mudhun.”

Tersirat dalam kalimat tersebut, ada penyisipan kata dari bahasa Jawa yang digunakan guru yaitu kata sreet dan mudhun.

Bertolak pada permasalahan tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian, khususnya mengenai campur kode. Penelitian yang akan dilakukan khususnya mengenai kemunculan campur kode dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP.

(5)

Dengan mempertimbangkan keterbatasan dan kemampuan peneliti, serta agar penelitian berjalan terarah dalam hubungannya dengan pembahasan permasalahan, maka penelitian ini penulis memfokuskan pada kemunculan campur kode dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, pada tahun pelajaran 2010-2011. Bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan sumber data penelitian pada tuturan guru dalam peristiwa proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng.

Berdasarkan pada fokus masalah tersebut, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi :

1) bentuk campur kode yang digunakan dalam tuturan guru; 2) latar belakang munculnya campur kode;

3) fungsi komunikatif kemunculan campur kode.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang akan penulis teliti, penulis memfokuskan masalah pokok, tentang kemunculan campur kode dalam proses pembelajaran, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1) bagaimanakah bentuk campur kode yang digunakan guru dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng ?

2) apakah latar belakang munculnya campur kode dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng ?

(6)

3) apakah fungsi komunikatif kemunculan campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan campur kode yang muncul dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng tahun 2010-2011. Tujuan umum tersebut dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut :

1) mendeskripsikan bentuk campur kode yang digunakan guru dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng;

2) mendeskripsikan latar belakang munculnya campur kode dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng;

3) mendeskripsikan fungsi komunikatif munculnya campur kode dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungbanteng.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) hasil penelitian ini apat menambah wawasan dan pemahaman peneliti

(7)

2) penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dan lembaga bahasa sebagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, terutama sebagai usaha pembinaan bahasa Indonesia dalam pembelajaran;

3) secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi informasi pengetahuan bagi pengajaran bahasa Indonesia, sebagai bahan penunjang materi dalam rangka untuk membangun agar pembelajaran dapat lebih hidup dan bervariatif;

4) hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang relevan.

Referensi

Dokumen terkait

pain pada pekerja pembuat batu bata. Mengetahui hubungan faktor indeks masa tubuh dengan kejadian low. back pain pada pekerja pembuat batu bata. Mengetahui hubungan faktor kebiasaan

Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Prestasi Belajar IPS”.. ini merupakan eksperimen semu dengan menggunakan rancangan The Posttest-Only Control Group Design dengan

Penyebab dari overconfidence yaitu kepercayaan diri yang berlebihan bahwa informasi yang diperoleh mampu dimanfaatkan dengan baik karena memiliki kemampuan analisis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian air buah nenas terhadap ayam petelur afkir dapat menurunkan persentase lemak abdominal, meningkatkan

Penurunan tingkat konsumsi bahan bakar yang tidak disertai dengan penurunan torsi dan daya menunjukkan bahwa engine map modifikasi yang dihasilkan dari penelitian

Metode yang digunakan adalah: (i) pengamatan terhadap curah hujan, suhu udara, dan kedalaman muka air tanah untuk periode 1 April 2009 sampai 11 Mei 2010 digunakan untuk

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS SASTRA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI BAHASA PERANCIS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0 Quantity demanded Quantity supplied Min wage Excess supply of labour (unemployment) Equilibrium wage Labour demand Labour supply Quantity of employed Wage Labour demand Labour