• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Status Gizi Anak Balita

1. Pengertian

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan keadaan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Saat ini, selain berkaitan dengan kesehatan, gizi juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa, 2002).

(2)

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck dalam creasoft, 2008). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an dikelompokkan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2002).

Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002).

Bentuk dan jenis makanan bergizi bagi balita berdasarkan Depkes RI (2009) yang menyebutkan untuk anak usia 0-6 bulan makanan yang terbaik bagi bayi adalah ASI eksklusif. Usia 6-9 bulan ASI tetap diberikan dan mulai ditambahkan makanan pendamping seperti bubur susu dan bubur tim yang dilumat. Balita ketika suda berusia 9-12 bulan ASI masih bisa diberikan dan ditambahkan MP ASI yang lebih padat seperti bubur nasi dan nasi lembek. Anak yang sudah berusia 1-2 tahun dapat diberikan makanan orang dewasa seperti nasi, lauk pauk dan sayur yang diberikan 3 kali sehari dengan porsi 1/3 piring orang dewasa, pada usia in ASI juga masih dapat diberikan. Anak ketika sudah berusia 2 tahun ke atas, dapat diberikan makanan orang dewasa dengan porsi yang diperbesar serta ditambahkan buah dan sayur.

(3)

Berikut cara memberi makan anak

Umur Contoh MP ASI

6 bulan Pagi : Bubur susu 3 sendok makan Sore : Bubur susu 3 sendok makan

7 bulan Pagi : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc Siang : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc Malam : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc 8 bulan Pagi : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc

Siang : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc Malam : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc 9 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc

Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Ditambah 1 kali makanan kecil

10 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Ditambah 1 kali makanan kecil

11 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc Ditambah 1 kali makanan kecil

Anak yang berumur lebih dari 1 tahun dapat dilakukan dengan memberikan makanan orang dewasa dengan kombinasi antara nasi, lauk pauk dan sayuran dengan porsi makan 1/3 piring sebanyak 3 kali sehari, berikan makanan buah atau perasan buah dan ajari makan sendiri. Setelah anak usia diatas 2 tahun ditambahkan porsinya menjadi ½ piring dengan tidak memberi makanan manis sebelum waktu makan (Dekpes RI, 2009).

(4)

2. Pengukuran Status Gizi Balita

Beberapa cara mengukur status gizi balita yaitu dengan pengukuran antropometri, klinik dan laboratorik. Diantara ketiga cara pengukuran satatus gizi balita, pengukuran antropometri adalah yang relatif sering dan banyak digunakan (Soegiyanto dan Wiyono, 2007). Pengukuran antropometri dapat digunakan untuk mengenali status gizi seseorang. Antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagaimya. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal.

Ilmu status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB / TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi diantara ketiganya. Masing-masing indikator mempunyai makna sendiri, misalnya kombinasi antara BB (berat badan) dan U (umur) membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan dengan BB / U. Indikator BB / U Dapat normal lebih rendah atau lebih tinggi setelah dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB / U normal maka digolongkan pada status gizi baik, dan BB / U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang / buruk, serta bila BB / U tinggi dapat digolongkan berstatus gizi lebih. Baik satus gizi kurang ataupun status gizi lebih, kedua-duanya mengandung resiko yang tidak baik bagi kesehatan balita. Sedangkan pegukuran klinik biasanya dilakukan oleh dokter di klinik untuk melihat adanya kelainan-kelainan organ tubuh akibat KEP, misalnya adanya pembegkakan (oedem), perubahan warna, dan sifat rambut, kelainan kulit dan sebagainya.

Berdasarkan WHO – NHCS (Soegiyanto & Wiyono, 2007) menyatakan bahwa kriteria keberhasilan nutrisi ditentukan oleh status gizi:

(5)

Tabel 1. Klasifikasi KEP menurut Gomes

Kategori (Derajat KEP) BB/U (% BAKU)

0 = Normal Lebih dari 90%

1 = Ringan 89-75%

2 = Sedang 74-60%

3 = Berat < 60%

Tabel 2. Penggolongan KEP menurut Jellife

KATEGORI BB / U ( % BAKU)

KEP I 90-80

KEP II 80-70

KEP III 70-60

KEP IV < 60

Tabel 3 Klasifikasi Status Gizi menurut WHO NCHS

BB / TB BB / U TB / U STATUS GIZI

Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang gizi

Normal Normal Normal Baik

Normal Tinggi Tinggi Baik, jangkung

Rendah Rendah Tinggi Buruk

Rendah Rendah Normal Buruk / kurang

Rendah Normal Tinggi Kurang

Tinggi Tinggi Rendah Lebih, kemungkinan obese Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang gizi Tinggi Tinggi Normal Lebih tetapi tidak obese

Berdasarkan penilaian Z-skor adalah sebagai berikut : a. BB/ U ( Berat bada menurut Umur berdasarkan Z-Score )

1). Gizi buruk ; <- 3 SD

2) Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD 3) Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD 4) Gizi lebih ; > +3 SD Rumus Z skor = Low SD median nilai -riil nilai

Penilaian status gizi berdasarkan KMS (Depkes RI, 2000).

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat

(6)

badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).

a. Balita naik berat badannya bila :

1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau 2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya. b) Balita tidak naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar, atau garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

d) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya. f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita

warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

Penilaian Status Gizi balita dapat dibagi 2 (dua) (Soegiyanto & Wiyono, 2007):

1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

a) Antropometri Pengertian :

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

(7)

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Keterseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b) Klinis Pengertian :

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.

Penggunaan:

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat

(rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat hidup.

c) Biokimia Pengertian:

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secra laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Penggunaan :

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan dapat terjadi keadaan malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d) Biofisik Pengertian :

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya

(8)

jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Penggunaan :

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a) Survey Konsumsi Makan Pengertian :

Survey konsumsi makana nadalah metode penentuan khusus gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan :

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b) Statistik Vital Pengertian :

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan :

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

(9)

c) Faktor Ekologi Pengertian :

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Penggunaan :

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi (Supariasa, 2002) :

a. Faktor langsung 1) Keadaan infeksi

Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

2) Konsumsi makan

Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat

(10)

berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.

b. Faktor tidak langsung 1) Pengaruh budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.

2) Pola pemberiaan makanan

Program pemberian makanan tambahan juga merupakan factor langsung yang merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita ini biasanua diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun pemberin tambahan makanan tersebut berupa makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat (Almatsier, 2002).

3) Faktor sosial ekonomi

Faktor sposial ekonomi dibedakan berdasarkan : a) Data sosial

Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, penyimpanan makanan, air dan kakus

(11)

b) Data ekonomi

Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan dan sebagainya serta harga makanan yang tergantung pada pasar dan n variasi musim.

Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi (Almatsier, 2002).

4) Pola Asuh Keluarga

Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional.

5) Produksi pangan

Data yang relevan untuk produksi pangan adalah penyediaan makanan keluarga, sistem pertanian, tanah, peternakan dan perikanan serta keuangan.

6) Pelayanan kesehatan dan pendidikan

Pelayanan kesehatan meliputi ketercukupan jumlah pusat-pusat pelayanan kesehatan yang terdiri dari kecukupan jumlah rumah sakit, jumlah tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas pendidikan meliputi jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi karang tarunanya serta media masa seperti radio, televisi dan lain-lain.

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan

(12)

makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit (Almatsier, 2002).

4. Cara penanganan masalah gizi pada balita a. Penanganan farmakologis

Perawat merupakan posisi yang bagus untuk mengenal tanda-tanda nutrisi buruk dan mengambil langkah-langkah untuk mengawali perubahan. Kontak sehari-hari yang dekat dengan keluarganya memungkinkan perawatan untuk mengobservasi status fisik, asupan makanan, penambahan dan kehilangan berat badan, dan respon terapi klien. Perawat dapat mengidentifikasi masalah aktual atau potensial dalam status nutrisi dan mengimplementasikan terapi perawatan, medis dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi atau membalikkan perubahan nutrisi (Perry & Potter, 2006)..

Perawat berkolaborasi dengan ahli diet dalam memimpin pengkajian nutrisi yang komprehensif, karena makanan dan cairan adalah kebutuhan dasar biologis semua makhluk hidup, maka pengkajian nutrisi penting khususnya bagi klien yang beresiko masalah mutrisi yang berhubungan dengan stress, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan hidup dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi meliputi 4 area pokok yaitu :

1) Pengukuran fisik (tinggi dan berat) dan antropometri 2) Tes laboratorium

3) Riwayat diet dan kesehatan 4) Observasi klinik

b. Penanganan non farmakologis

Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Permasalahan gizi terjadi karena faktor

(13)

budaya, sosial ekonomi dam faktor ketidaktahuan. Berbagai kebijaksanaan dan startegi telah dilibatkan untuk mengurangi terjadinya kekurangan gizi anak-anak terutama yang tinggal di pedesaan dan daerah-daerah pingiran kota. Berbagai startegi yang paling tepat adalah menganjurkan pada masyarakat untuk mengkonsumsi semaksimal mungkin makanan yang ada disekitarnya. Berkaitan dengan hal itu masyarakat perlu diberi petunjuk dan ilmu pengetahuan tentang membuat makanan dengan bahan yang ada disekitar untuk bayi, balita, ibu hamil dan menyusui. Petunjuk tersebut harus dissosialisasikan dengan baik kepada masyarakat (Wiryo, 2002).

B. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosian budaya (Poerwadarminta, 2002). Sementara itu menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia dipengaruhi dari mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran).

Sedangkan yang dimaksudkan dengan pengetahuan ibu tentang gizi itu sendiri dimaksudkan sebagai sesuatu atau beberapa hal yang diketahui oleh ibu sebagai pengasuh, diantaranya mengenai cara menyiapkan ataupun menyajikan makanan untuk memenuhi gizi anak, serta bagaimana cara memodifikasi penyediaan makanan tanpa mengurangi gizinya walaupun dengan harga murah dan mudah didapat atau sudah tersedia dilingkkugan rumahnya. Tingginya tingkat pengetahuan ibu akan gizi membentuk sikap positif terhadap masalah gizi yang pada gilirannya dari

(14)

pengetahuan dan sikap tersebut, mendorong ibu untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan zat gizi anak. Kondisi zat gizi sendiri dipengaruhi oleh pengtahuan dan kebiasaan ibu terhadap gizi dan kesehatan, daya beli keluarga, makanan tambahan dan nilai makanan yang dimakan.

Pengetahuan tentang gizi merupakan sesuatu yang diketahui tentang zat gizi (nutrients) yang berkaitan dengan zat yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringfan serta mengatur proses-proses kehidupan. Pengetahuan tentang gizi ini juga berkaitan dengan zat-zat yang diperlukan tubuh yang meliputi hidrat arang atau karbohidrat, lemak, protein, mineral dan garam-garam, vitamin-vitamin dan air.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu dengan cara tradisional dan dengan cara modern. Cara tradisional terbagi dalami beberapa macam diantaranya cara coba dan salah, dimana cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Cara kekerasan atau otoriter pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoriter atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh tanpa terlebih dahulu menguji / membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris / penalarannya sendiri. Berdasarkan pengalaman pribadi, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Melalui jalan pikiran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya melalui induksi maupun deduksi. Cara modern yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan, kemudian hasil pengamatan

(15)

tersebut dikumpulkan dan diklasifikasi kemudian akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2010).

3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apaa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: Dapat menyebabkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam

(16)

perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesisi)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menfsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

(17)

tersebut di atas. (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang dibedakan menjadi pengetahuan kurang (< 65%), sedang (65-79%), dan baik (80-100%).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dalam masyarakat di pengaruhi beberapa faktor meliputi :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Suami yang berpendidikan tentu akan lebih banyak memberikan respon emosi, karena ada tanggapan bahwa hal yang baru akan memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa lalu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, sesorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang yang dimiliki.

b. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarkat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

(18)

c. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder. Keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

d. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinterkasi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

e. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

C. Pendapatan Perkapita 1. Pengertian

Tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan. Semakin rendah pendapatan keluarga semakin tidak mampu lagi ibu dalam membelanjakan bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitasnya, sebagai ketersediaan pangan di tingkat keluarga tidak mencukupi (Syamsul, 1999).

(19)

Pendapatan per kapita (per capita income) keluarga adalah pendapatan rata-rata dalam suatu keluarga pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu keluarga pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan keseluruhan anggota keluarga pada periode tertentu dibagi dengan jumlah anggota keluarga pada periode tersebut. Ternyata tingginya pendapatan keluarga, tidak menjamin pendapatan per kapitanya juga tinggi. Hal ini terjadi karena faktor jumlah anggota keluarga juga sangat menentukan tinggi rendahnya pendapatan per kapita (Budiono, 2004).

D. Hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi balita

Pendapatan perkapita sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Ratarata keluarga dengan pendapatan yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu (Notoatmodjo, 2007). Penghasilan perkapita perbulan yang dihitung dari jumlah rata-rata pendapatan yang diterima keluarga baik tetap maupun tidak tetap setiap bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah. Keluarga dengan pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan untuk memperoleh atau menyediakan jenis makanan yang lebih bervariasi baik dari aneka macam makanan maupun kualitasnya.

Pendapatan mempunyai pengaruh dalam penyediaan konsumsi makanan keluarga. Bertambahnya tingkat pendapatan perkapita, diharapkan keluarga dapat menyajikan makanan yang dianggap baik. Sebagian besar kejadian gizi buruk terjadi oleh penyediaan konsumsi yang kurang. Keluarga miskin tidak mampu menyediakan makanan yang bergizi bagi seluruh anggotanya, juga tidak mampu merawat dan membina anaknya dengan baik shingga mudah terkena penyakit infeksi. Akibatnya status gizi keluarga menjadi rendah

(20)

terutama pada usia anak balita dan pada giliranya sulit terwujud Sumber Daya Manusia generasi selanjutnya yang berkualitas

Penelitian Atiq Supriatin (2009) menyebutkan bahwa salah stu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah terletak pada pola asuh makan. Sementara pola asuh makan yang diberikan ibu kepada anak balitanya adalah salah satunya berkaitan dengan pendapatan keluarga. Tinggi rendahnya pendapatan keluarga memberi dampak terhadap baik buruknya pola asuh makan yang pada akhrnya berpengaruh pada status gizi balita.

E. Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita

Peningkatan gizi keluarga, perlu dukungan seluruh anggota keluarga. Namun demikian, di dalam masyarakat penanganan makanan masih didominasi oleh ibu. Oleh karena itu ibu dituntut untuk memahami seluk beluk makanan yang berkaitan dengan gizi. Praktek ibu dalam menyediakan makanan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi, pengetahuan gizi ibu yang cukup diharapkan dapat memilih dan menyediakan makanan yang bergizi, serta menyusun menu seimbang dengan baik yang secara tidak langsung akan meningkatkan status gizi balita (Almatsier, 2002).

Pemilihan pengolahan dan penyajian makanan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi. Semakin tinggi pengetahuan gizi semakin diperhitungkan jumlah dan jenis makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak cukup pengetahuan gizi akan memilih makanan yang paling menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan penilaian gizi makanan. Sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan gizi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan gizinya tentang nilai gizi makanan tersebut (Supariasa, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2009) menemukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi balita di Desa Dukuhlo Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes. Purwanti memberikan

(21)

penjelasan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan orang tua mengenai status gizi balita maka semakin baik pula dalam memberikan asupan makanan yang bergizi kepada balitanya

F. Kerangka teori

Bagan 2.1 Kerangka teori

Sumber : Almatsier (2002) dan Supariasa (2002)

G. Kerangka konsep

Bagan 2.2 Kerangka konsep Pengetahuan ibu tentang

gizi balita

Status gizi balita

Pendapatan perkapita keluarga Pengetahuan gizi ibu Pelayanan kesehatan Faktor langsung Sosial Budaya Pola pemberian makan Pendapatan

Asupan zat gizi

Status gizi balita

Penyakit infeksi

Pendidikan

(22)

H. Variabel penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang gizi dan pendapatan perkapita

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi anak I. Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak di Posyandu Melati Kecamatan Sulang Rembang.

2. Ada hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi anak di Posyandu Melati Kecamatan Sulang Rembang.

Referensi

Dokumen terkait

A study of home based-enterprises in Semarang City depicts the role of home based enterprises for a sustainable financing and

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun.)

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, merupakan salah satu tempat berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar dalam pengembangan dan pembentukan

Kaki diabetik terutama terjadi pada penderita diabetes melitus yang. telah menderita 10 tahun atau lebih dengan kadar glukosa

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

Hasil penelitian menjelaskan, berdasarkan data sejarah dan bukti-bukti arkeologi, Tidore berkembang sebagai pusat kekuasaan dengan ciri sebagai kota kesultanan,

Particle size and degree of partial cement replacement by treated LUSI mud affect the compressive strength, the strength activity index (SAI), the rate of pozzolanic

Setelah mendapatkan informasi yang sesuai, dan Saudara diminta untuk membuat suatu karya, apakah Saudara menuliskannya sesuai dengan bahasa Saudara sendiri.. Setelah