559
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MATEMATIKA TIPE PROBLEM POSING UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP OPERASI
BENTUK ALJABAR
Muriadi, I Nengah Parta, dan Makbul Muksar
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Dosen Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang, Dosen
Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang ABSTRAK.Perangkat pembelajaran yangdigunakan sekolah selama ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kegiatan Siswa yang kurang dapat memotivasi siswa untuk belajar, akibatnya siswa cenderung pasif dan penguasaan konsep matematika khususnya materi Operasi Bentuk Aljabar masih rendah. Sebaiknya perangkat pembelajaran yang digunakan dapat membuat siswa menjadi aktif dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep matematikanya. Untuk itu penulis menyusun perangkat pembelajaran matematika tipe Problem Posing dengan langkah-langkah pembelajaran: (1) siswa memperoleh pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari, (2) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang mempunyai kemampuan matematika yang heterogen, (3) siswa diminta untuk mengajukan masalah atau soal tentang materi yang diberikan guru, (4) siswa diminta menyelesaikan soal yang telah diajukan dan saling menukar soal yang diajukan untuk saling diselesaikan, (5) siswa diminta berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang belum terselesaikan, (6) kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, (7) Guru memberi koreksi dan penguatan tentang masalah pembelajaran yang dilaksanakan dan semua pekerjaan siswa dikumpulkan.
Kata kunci:Pengembangan, Perangkat Pembelajaran, Problem Posing.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di SMP yaitu Operasi Bentuk Aljabar. Cakupan materi adalah penjumlahan dan pengurangan bentuk Aljabar, perkalian dan pembagian Bentuk Aljabar, pemfaktoran Bentuk Aljabar dan penyederhanaan pecahan Bentuk Aljabar. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru matematika di SMPN 4 Kepanjen, diketahui bahwa penguasaan siswa tentang Operasi Bentuk Aljabar masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes siswa untuk materi tersebut mulai tahun pelajaran 2009-2010 sampai 2011-2012,rata-ratanya masih 72, 74 dan 76. Rendahnya pengua-saan konsep Operasi Bentuk Aljabar ini,
diduga disebabkan oleh strategi pembelajaran yang dipilih kurang tepat.
Salah satu jenis model pembe-lajaran efektif adalah model pembepembe-lajaran
Problem Posing. Menurut Silver (dalam
Sutiarso, 2000), Problem Posing
mempunyai beberapa arti. Pertama,
Problem Posing adalah perumusan soal
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Kedua,
Probem Posing adalah perumusan soal
yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan.. Ketiga, Problem
yang diberikan. Problem Posing
dimaksudkan perumusan masalah (soal) oleh siswa dari situasi yang tersedia atau soal yang diberikan oleh guru, yang dilakukan sebelum, ketika, dan setelah pemecahan masalah. Misalnya guru mengajukan masalah/soal kepada siswa, selanjutnya siswa disuruh mengajukan soal yang mengarah kepada pemecahan masalah. Akibatnya pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Problem Posing sudah pernah dilakukan oleh beberapa ahli, diantaranya : (1) Suryanto, 1998 dengan judul “Problem Posing dalam Pembe-lajaran Matematika”, (2) Sutiarso, 1999 dengan judul “Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing
Terhadap Hasil Belajar Aritmatika Siswa SMPN 18 Malang”, (3) Suharta, 2000 dengan judul “Pengkonstruksian Masalah oleh Siswa”, (4) As’ari. A. R, 2000 dengan judul“Problem Posing untuk Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika”
Hasil penelitian English (dalam Siswono, 1999) menunjukkan bahwa (1) siswa senang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing dan ingin tahu lebih banyak tentang materi yang dipelajari, (2) mengerjakan soal yang dibuat sendiri lebih menyenangkan, dan (3) mengajukan soal dapat mendorongsiswa lebih banyak membaca materi pelajaran.
Menurut pendapat (Hudojo, 2002)yang menyatakan bahwa pendekatan
Problem Posing sangat efektif untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Karena dalam pembelajaran yang menerapkan Problem
Posing siswa diminta untuk mengajukan
soal sendiri melalui situasi yang disediakan.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika tipe Problem Posing untuk meningkatkan penguasaan konsep Operasi Bentuk Aljabar yang valid, praktis dan efektif. Pengembangan perangkat pembela-jaran ini menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah pendidikan (Plomp: 1997, 6-13) sebagai kerangka acuan. Berdasar langkah-langkah Plomp ini, maka pengembangan perangkat pembela-jaran dilakukan dalam empat fase, yaitu; (1) investigasi awal, (2) desain atau perancangan, (3) realisasi atau konstruksi, dan (4) tes, evaluasi, revisi. Fase implementasi dalam pengertian dalam pengertian implementasi solusi yang dikembangkan dalam situasi masalah, dalam penelitian ini tidak dilakukan. Ini didasari oleh alasan bahwa penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang orientasinya adalah menghasilkan produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Pengembangan perangkat pembe-lajaran matematika tipe Problem Posing pada materi Operasi Bentuk Aljabar, diharapkan mampu mengubah orientasi pembelajaran matematika. Perubahan ini juga akan berakibat berkurangnya dominasi guru sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran matematika yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tipe
Problem Posing yang dikembangkan
memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif, dikembangkan juga instrumen penelitian. Instrumen penelitian terdiri dari lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar validasi
Lembar Kegiatan Siswa (LKS), lembar validasi observasi keterlaksanaan perang-kat pembelajaran dan aktivitas guru dalam pembelajaran, lembar validasi observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, lembar validasi tes penguasaan bahan ajar, lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan aktivitas guru dalam pembelajaran, lembar observasi keterlak-sanaan perangkat pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan tes penguasaan bahan ajar.
Kevalidan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ditunjukkan oleh persentase rata-rata semua indikator dari ketiga validator yaitu 91,41%. Berdasarkan persentase rata-rata ketiga validator, prototipe Rencana Pelaksanaan Pembela-jaran(RPP) memenuhi kriteria validitas yaitu valid tanpa revisi.
Kevalidan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ditunjukkan oleh kevalidan aspek (1) isi, (2) desain, dan (3) bahasa. Secara keselu-ruhan persentase rata-rata ketiga aspek dari ketiga validator adalah 90,22%. Berda-sarkan kriteria validitas, prototipe Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memenuhi kriteria validitasvalid tanpa revisi.
Selain valid, perangkat pembe-lajaran yang dikembangkan harus praktis. Hal ini bertujuan agar perangkat pembelajaran benar-benar dapat diterapkan dan diamati sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kepraktisan perangkat pembelajaran ini juga diukur melalui pengamatan tentang keterlaksanaan pembelajaran dan observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Kepraktisan perangkat pembelajaran ditunjukkan oleh tanggapan ketiga observer, bahwa perangkat pembelajaran ini dapat diterapkan dalam setting penelitian. Disamping itu juga kepraktisan ini ditunjukkan oleh persentase rata-rata ketercapaian dari observasi keterlaksanaan
perangkat pembelajaran dan aktivitas guru dalam pembelajaran, sertaobservasi keter-laksanaan perangkat pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu 93,91% dan 94,01%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam definisi istilah, maka perangkat pembelajaran ini sudah memenuhi kriteria praktis.
Disamping harus valid dan praktis, desain harus memenuhi kriteria efektif. Keefektifan desain diukur melalui kemampuan siswa dalam melakukan
Problem Posing dan tes penguasaan bahan
ajar (TPBA) . Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan diperoleh data bahwa hasil dari kemampuan siswa melakukan
Problem Posing dan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan Tes Penguasaan Bahan Ajar (TPBA) mempunyai nilai rata-rata adalah 92,00. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka hasil tes ini dikatakan efektif. Dan ketuntasan secara klasikal termasuk kategori tuntas, karena jumlah siswa yang telah tuntas sebesar 100%.
Disamping diukur melalui tes penguasaan bahan ajar, keefektifan perangkat pembelajaran ditunjukkan oleh persentase rata-rata observasi aktivitas siswa. Aktivitas siswa mempunyai rata-rata ketercapaian 94,01%. Dalam arti aktivitas siswa secara keseluruhan mememuhi kriteria sangat baik.
Berikut ini disajikan kajian produk pengembangan yang telah direvisi. Kajian tersebut berkaitan dengan aspek yang dikembangkan, yaitu perangkat pembe-lajaran matematika tipe Problem Posing.
Dalam penelitian ini dikem-bangkan Perangkat Pembelajaran Matema-tika tipe Problem Posing untuk mening-katkan penguasaan konsep Operasi Bentuk Aljabar yang valid, praktis dan efektif. Untuk menilai kualitas perangkat pembelajaran ini dikembangkan instrumen dan perangkat pembelajaran yang berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Untuk mengetahui apakah perang-kat pembelajaran matematika yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tipe
Problem Posing yang dikembangkan
memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif, dikembangkan juga instrumen penelitian. Instrumen penelitian terdiri dari lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS), lembar validasi observasi keterlaksanaan perang-kat pembelajaran dan aktivitas guru dalam pembelajaran, lembar validasi observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, lembar validasi tes penguasaan bahan ajar, lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan aktivitas guru dalam pembelajaran, lembar observasi keterlak-sanaan perangkat pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan tes penguasaan bahan ajar.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan harus valid. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa perangkat pembelajaran mempunyai mem-punyai kesesuaian yang tinggi dengan situasi masalah yang akan dijawab. Kesesuaian ini diukur dari kevalidan isi dan konstruk dari perangkat itu. Kevaliditas isi menunjukkan adanya kesesuaian sintaks pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk meningkatkan penguasaan konsep matematika. Validitas konstruksi menun-jukkan adanya kesesuaian perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), teori yang melandasi, dan metode yang dipilih untuk menjawab masalah itu.
Tanggapan, saran, kritik, serta hasil belajar dari siswa digunakan untuk
menyempurnakan produk pengembangan yang ada sehingga menjadi lebih baik.
Menurut praktisi dan teman sejawat, perangkat pembelajaran ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
a. pembelajaran berpusat pada siswa; b. siswa dapat lebih giat dalam membaca
materi pelajaran yang dikarenakan, sebelum mengajukan soal harus memahami dulu materi yang dipelajari; c. siswa menjadi senang;
d. dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa;
e. membantu siswa untuk mengem-bangkan pengetahuannya.
Disamping kelebihan di atas, perangkat pembelajan ini juga memiliki kelemahan,kelemahan itu disajikan sebagai berikut:
a. membutuhkan cukup waktu untuk persiapan;
b. kemenarikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) perlu disempurnakan;
c. siswa masih belum terbiasa mengajukan soal sendiri ;
PENUTUP Kesimpulan
Pengembangan perangkat pembe-lajaran matematika tipe Problem Posing pada materi Operasi Bentuk Aljabar telah mampu mengubah proses pembelajaran matematika. Dari pembelajaran yang sebelumnya didominasi guru, dimana siswa cenderung pasif dan menerima saja materi yang disampaikan guru. Sehingga penguasaan konsep matematika yang diperoleh siswa kurang berkembang dan akibatnya nilai yang diperoleh siswa rendah. Sebaliknya dengan menggunakan perangkat pembelajaran tipe Problem
Posing, pembelajaran menjadi berjalan
dua arah, dimana siswa menjadi aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga berakibat penguasaan konsep
yang diperoleh siswa meningkat dengan baik. Dan hal ini mengakibatkan nilai matematika khususnya pada materi Operasi Bentuk Aljabar yang diperoleh
siswa tidak kurang dari kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan.
DAFTAR RUJUKAN
As’ari, A.R. 2000. Problem Posing untuk
Peningkatan Profesionalisme Guru Matema-tika. Jurnal Matematika.
Tahun V, Nomor 1, April 2000. Depdiknas, 2007. Standar Kompetensi
Lulusan Mata Pelajaran Matema-tika SMP- SBI, Jakarta : Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMP.
Dris, J, 2006. Matematika untuk SMP dan
MTs kelas VIII,Jakarta: Piranti
Darma Kalokatama.
Plomp, T. 1997, Educational & Training
System Design. Enschede,
Netherland: University of Twente. Siswono, Y.T.E., 2000. Pengajuan Soal
(Problem Posing) dalam
PembelajaranMatematika di Se-kolah (Implementasi dari Hasil Penelitian). Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pengajaran Matema-tika Sekolah Mene-ngah,25 Maret 2000. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Suharta, I.G.P. 2000. Pengkonstruksian
Masalah oleh Siswa (Suatu
StrategiPembelajaran
Matematika). Makalah disajikan
pada Seminar Nasional Pengajaran Matematika di Sekolah Menengah yang dilaksanakan oleh Jurusan Matematika FMIPA UM. Malang, 25 Maret 2000.
Sutiarso, S. 1999. Pengaruh Pembelajaran
dengan Pendekatan Problem
Posing Terhadap Hasil Belajar
Aritmatika Siswa SMPN 18
Malang. Tesis tidak
diter-bitkan.Malang:
Program Pascasarjana UM.
Suryanto, 1998. Problem Posing dalam
Pembelajaran Matematika.
Maka-lah disajikan pada Seminar Nasi-onal: Upaya-upaya Meningka-tkan Peran Pendidikan dalam Menghadapi Era Globalisasi. Malang: Program Pascasarjana IKIP Malang, 3 April1998.