3.1. Konsep Desain
3.1.1. Konsep Penataan Massa
Dalam hal ini, penataan massa sangat dipengaruhi oleh analisis urban seperti urban effect (pengaruh yang ditimbulkan akibat pengaruh lingkungan / urban), site / tapak dan masih banyak aspek lain yang bisa menjadi pertimbangan.
Dalam penataan massa bangunan, hal pertama yang dilihat adalah peraturan site yaitu GSB, KDB dan KLB. Dimana peraturan ini merupakan acuan dasar / pegangan dalam disain. Dengan peraturan sebagai berikut :
3.1.1.1. Garis Sempadan Bangunan
Batas Jl. Melati sebesar 3 m, kemudian GSB Jl. Kusuma Bangsa sebesar 3 m. Sedangkan GSB untuk Jl. Gubeng Pojok dan Jl. Slamet sebesar 15 m.
3.1.1.2. Koefisien Dasar Bangunan
KDB untuk lokasi ini adalah sebesar 50%.
3.1.1.3. Koefisien Lantai Bangunan
KLB untuk lokasi ini sebesar 240-400%.
Kemudian ada beberapa pertimbangan dalam penataan massa setelah melakukan analisis urban, antara lain :
¾ Solid Void
Dengan adanya area perumahan yang padat pada sisi Utara site maka bangunan “ditarik” ke sisi Selatan site dimana pada sisi ini merupakan area yang cukup lapang dengan adanya Kalimas dan jalan yang cukup lebar. Dan juga dengan “menarik” bangunan ke sisi Selatan akan berpengaruh pada tinggi bangunan dimana bangunan dimungkinkan hingga tiga lantai. Selain itu juga,
agar bangunan tidak terkesan “angkuh” terhadap area perumahan yang ada.
Oleh karena itu, diharapkan dengan “menarik” bangunan ke sisi yang agak jauh, dapat memberikan ruang yang cukup sebagai transisi antara perumahan dan museum. Selain itu, tetap diberikan area void antar bangunan yang juga dapat berfungsi sebagai plasa dan penyambung antar bangunan.
Gambar 3.1. Suasana Plasa
¾ Pathways
Dengan adanya pathways ini, dapat membantu dalam menentukan entrance bangunan. Dimana dengan pemilihan Jl. Kusuma Bangsa sebagai entrance utama site maka penataan massa bangunan diletakkan pada sisi yang berdekatan dengan Jl. Slamet dan Jl. Gubeng Pojok, dimana hal ini dimaksudkan agar bangunan bisa “menangkap” view dari pengunjung yang berasal dari Jl. Kusuma Bangsa.
Void antar bangunan yang berupa plasa
Gambar 3.2. Pola Penataan Massa
Gambar 3.3. Aplikasi Penataan Massa
Void Museum
Bangunan penunjang
3.1.2. Konsep Bentuk
Bentuk sangat mempengaruhi ekspresi dari bangunan. Area ini terletak pada daerah yang merupakan perpaduan dari berbagai jenis fungsi lahan mulai dari komersil hingga perumahan. Oleh karena itu, hal ini menjadi pertimbangan dalam memunculkan penampilan bangunan. Dalam rencana disain, diharapkan bangunan dapat menjadi sebuah landmark apalagi daerah ini termasuk “daerah radio” sehingga dengan adanya bangunan ini semakin memperkuat akan hal itu.
Dengan penampilan yang modern, diharapkan bangunan tidak menjadi ketinggalan jaman. Tapi tanpa melepaskan pengaruh dari lingkungan sekitar.
Dimana hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pengolahan pada penataan massa dan bagian facade bangunan.
Konsep dasar dari disain bangunan adalah untuk “membangkitkan”
kembali kenangan atau memori tentang radio dimana hal ini berkaitan dengan proyek yaitu museum radio. Oleh karena itu, nantinya banyak unsur-unsur dalam radio yang akan mempengaruhi dalam disain museum radio ini. Seperti unsur gelombang dan juga semboyan “mengudara”. Dimana hal-hal tersebut dapat dijadikan sebagai ide dalam mencapai bentukan.
Ide gelombang didapat dari pemikiran bahwa gelombang frekuensi merupakan salah satu unsur dari radio yang paling penting selain daripada alat radionya sendiri.
Gelombang adalah sesuatu yang berbentuk spiral. Dengan pengertian tersebut maka bentuk spiral menjadi dasar disain untuk bangunan utama yaitu museum. Aplikasi dalam bangunan tersebut diletakkan pada bagian sirkulasi antar lantai, dimana bagian ini dapat mengaplikasikan konsep gelombang tadi. Area sirlukasi ini didesain dengan menggunalan ramp agar terlihat spiral. Dan juga area ini diekspos dengan diletakkan pada area paling luar bangunan dengan diberi kaca agar terlihat dari luar, sehingga kesan spiral semakin terasa. Gelombang juga seakan-akan ”memancarkan” gelombangnya dengan ”menyebar” ke bagian- bagian lain. Untuk hal ini, aplikasi konsep terletak pada bagian-bagian yang terkena ”efek” gelombang tersebut. Sehingga nantinya, pada bagian bangunan yang lain akan terbentuk bidang-bidang lengkung yang seolah-olah timbul akibat terkena ”pancaran” gelombang tersebut.
Gambar 3.4. Sketsa Konsep
Ide ”mengudara” digunakan sebagai unsur kedua, dimana hal ini diaplikasikan pada bentuk yang seolah-olah ringan. Yaitu dengan menggunakan rangka-rangka pada bagian tertentu dan juga kaca sehingga diharapkan bangunan dapat terlihat tidak terlalu masif secara keseluruhan.
Kemudian untuk tampilan bangunan, ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan. Dimana hal ini dapat berkaitan dengan struktur maupun sains yang berkaitan dengan bangunan. Dalam hal ini yang lebih diutamakan adalah sains yang berorientasi pada bangunan hemat energi, yang berkaitan dengan pendalaman yang dipilih. Sehingga pada facade bangunan nantinya akan diberi bidang-bidang yang nantinya menggunakan photovoltaic ( PV ) yang diharapkan bisa mencapai kearah bangunan yang hemat energi. Dan juga tidak mengganggu facade bangunan dan justru bisa menambah estetika bangunan.
Gambar 3.5. Perspektif Bangunan
3.2 Pendekatan Perancangan
Pendekatan perancangan merupakan sudut pandang seseorang dalam mendekati suatu masalah desain guna mencapai pemecahan masalah yang tepat.
Dengan kata lain dapat diartikan sebagai metode atau cara untuk mendesain suatu proyek. Pada proyek Museum Radio di Surabaya ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan metafora, dimana hal ini sesuai dengan konsep yang dipilih sehingga unsur-unsur radio dapat masuk dalam bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.3. Pendalaman Perancangan
Pendalaman yang digunakan yaitu pendalaman sains dengan mengambil tema bangunan yang bisa menghemat energi. Dimana hal ini menjadi salah satu
Rangka-rangka yang menimbulkan efek mengudara
Kaca mengesankan ringan Kaca PV
unsur yang penting bagi bangunan. Aplikasi pada bangunan nantinya yaitu dengan menggunakan panel-panel Photovoltaic ( PV ) yang dapat menyimpan energi dari matahari, dimana energi ini nantinya dapat menggantikan energi listrik yang dibutuhkan bangunan. Sehingga dengan adanya dukungan dari PV diharapkan biaya listrik dapat ditekan sehingga bisa menghemat biaya. Selain itu juga, pada bangunan utama yaitu museum menggunakan kaca Low-E glass, dimana diharapkan dengan penggunaan kaca ini dapat mengurangi cooling load pada bangunan sehingga juga ikut mengurangi beban AC sehingga beban listrik juga bisa dikurangi.
3.3.1 Aplikasi Photovoltaic
Photovoltaic diletakkan pada area atap dan dinding dimana pada bagian ini bisa didapatkan intensitas radiasi total matahari yang diukur dengan menggunakan pyranometer sebesar :
I horizontal > 800 W/m² I vertikal > 600 W/m²
Dengan penempatan photovoltaic pada bangunan dapat diperoleh : Total kebutuhan listrik pada bangunan : 1107620,63 Watts ( lampiran 2) Total luas PV pada bangunan : 1240,45 + 1536 + 2543 = 5319,45 m² 1 m² PV menghasilkan kurang lebih 150 Watts
Total listrik yang dihasilkan 150 x 5319,45 = 797917,5 Watts
Listrik yang disupport oleh PV sebesar 797917,5 / 1107620,63 = 0,73 Sehingga PV bisa mensupport energi listrik dalam bangunan sampai 73 %
3.4. Penataan Ruang
Penataan ruang untuk bangunan museum bisa tergolong “bebas” karena dalam museum diperlukan suatu fungsi ruang yang bisa fleksibel. Dimana tidak ada sekat atau pembatas yang permanen, yang bertujuan agar penataan ruang dapat disesuaikan dengan display barang yang dibutuhkan pada saat pameran.
Sedangkan untuk fungsi bangunan lainnya, yang merupakan fungsi penunjang, berbeda dalam penataan ruangnya. Dimana nantinya penataan ruang untuk bangunan penunjang dapat diatur berdasarkan zoning ruang, yang dibagi
menjadi 3 bagian yaitu area publik, transisi, dan privat. Sebagai contoh pada bangunan stasiun radio, nantinya akan dibagi menjadi 3 lantai dimana pada lantai satu merupakan area publik seperti restoran dan toko souvenir. Kemudian pada lantai dua diberikan area yang lebih privat (transisi) seperti kantor, ruang editing dan rekaman. Kemudian pada lantai tiga sebagai ruang kantor, studio siaran dan ruang-ruang lainnya yang khusus bagi karyawan.
Dan bangunan yang lain adalah bangunan servis. Dimana pada lantai satu nantinya adalah loading dock untuk barang-barang museum. Kemudian lantai dua sebagai kantor bagi pengelola museum agar mudah dalam pengawasan. Dan lantai tiga merupakan area yang lebih privat yaitu perpustakaan.
3.5. Program Ruang
Desain Museum Radio ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu bangunan penunjang 1, bangunan penunjang 2, dan bangunan utama. Dimana setiap bangunan mempunyai fasilitas-fasilitas tertentu. Dan dibagi sebagai berikut :
3.5.1 Bangunan Penunjang 1
Bangunan ini terdiri atas 3 lantai dengan luasan dan fungsi yang berbeda
¾ Lantai 1
Pada lantai ini terdapat lobby, restoran, toko souvenir, dan swalayan yang terbuka untuk umum. Dimana area ini sekaligus merupakan area publik dan area penerima bagi pengunjung yang datang. Dimana pengunjung setelah dari museum mereka bisa membeli cendera mata atau makan setelah berkeliling di museum.
¾ Lantai 2
Area ini merupakan area kantor bagi para staff radio yang dilengkapi dengan fasilitas internet bagi karyawan, ruang rapat, ruang rekaman dan ruang editing bagi keperluan siaran. Merupakan area transisi.
Gambar 3.6. Interior Ruang Internet
¾ Lantai 3
Area ini juga merupakan ruang kantor bagi kepala bagian. Dan juga pada lantai ini terdapat tiga studio siaran yang dilengkapi dengan ruang tunggu penggemar dan juga ruang istirahat bagi penyiar.
Gambar 3.7. Interior Studio Siaran
3.5.2. Bangunan Penunjang 2
¾ Lantai 1
Lantai ini terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama merupakan area servis.
Dimana pada area ini terdapat ruang pompa, ruang genset, dan ruang PLN.
Kemudian yang kedua merupakan area unit pelayanan teknis bagi museum yang terdiri dari gudang dan ruang preparasi.
¾ Lantai 2
Lantai ini juga difungsikan sebagai area untuk unit pelayanan teknis yang terdiri dari ruang laboratorium, ruang karantina, ruang kurator, dan ruang staff koleksi dan konservasi. Area ini juga dilengkapi kantin bagi karyawan.
¾ Lantai 3
Area ini dapat dibilang sebagai ruang semi privat karena pada lantai ini terdapat perpustakaan bagi para karyawan museum dan radio. Dan tidak dibuka untuk umum.
Gambar 3.8. Perpustakaan
Gambar 3.9. Denah Bangunan
3.5.3. Bangunan utama
Bangunan utama berupa museum radio 4 lantai yang terbagi menjadi :
¾ Lantai 1
Merupakan area penerima yang terdiri dari lobby, ruang penitipan, loket, dan ruang pengenalan sebagai area penerima. Pada lantai ini juga terdapat area kantor bagi karyawan museum.
¾ Lantai 2 dan 3
Merupakan area museum yang dibagi menjadi dua bagian yaitu area display dimana para pengunjung hanya diperkenankan melihat barang-barang yang dipamerkan tetapi tidak bisa mencoba. Bagian kedua adalah area display dimana pengunjung juga dapat mencoba/menggunakan barang yang dipamerkan.
Bangunan Utama Bangunan Penunjang 2
Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4
Layout plan
Bangunan Penunjang 1
Gambar 3.10. Suasana Museum
¾ Lantai 4
Area ini merupakan area pameran yang difungsikan untuk mengenang dan mengenal para penemu radio dan perkembangannya. Sehingga area ini hanya berisi foto-foto dan cerita tentang sejarah perkembangan radio dari awal penemuannya sampai ke teknologi yang terbaru dan tercanggih baik dari dalam maupun luar negeri.
Pada lantai ini juga terdapat ruang lelang bagi para pecinta radio dan juga museum sendiri untuk mendapatkan koleksi-koleksi baru untuk melengkapi koleksi yang sudah ada. Acara pelelangan sendiri dilaksanakan setiap dua tahun sekali yang bertujuan agar museum bisa mendapatkan koleksi baru dan juga mengganti koleksi lama. Dimana hal ini juga sangat menguntungkan bagi para kolektor radio karena dengan lelang ini terjadi barter yang saling menguntungkan.
Gambar 3.11. Denah Massa Utama
3.6. Sistem Struktur
Sistem struktur menggunakan sistem rangka biasa dengan kolom dan balok dengan bentang 8 meter dan 9 meter untuk bangunan penunjang dengan ukuran kolom 80 x 80 cm dan balok 40 x 80 cm. Sedangkan untuk bangunan utama yaitu museum menggunakan bentang 15 meter dan 7,5 meter dengan menggunakan kolom bulat dengan diameter 1 meter dan balok prestressed dengan dimensi 40 x 75 cm.
Gambar 3.12. Axonometri Struktur
R. Lelang Kantor
Area Penerima
R. Pamer
3.7. Sistem Utilitas
3.7.1. Sistem Air Bersih
Untuk air bersih menggunakan tandon bawah sebagai tandon utama tanpa menggunakan tandon atas dengan pertimbangan bahwa pemakaian air tidak terlalu banyak. Tetapi untuk kebutuhan penting seperti untuk kebakaran menggunakan tandon cadangan dimana air diperoleh dari tandon utama. Sehingga bangunan ini menggunakan dua tandon.
Diagram 3.1. Distribusi Air Bersih
Gambar 3.13. Axonometri Sistem Air Bersih Meter air
PDAM
Tandon Tandon Kebakaran
distribusi 1 distribusi 2 distribusi 3 Sprinkle
meter Tandon bawah
Septic tank Sumur resap
Pipa kotoran Pipa air kotor 3.7.2. Sistem Pembuangan
Untuk kebutuhan air kotor dan kotoran menggunakan septic tank dan sumur resap. Untuk air hujan menggunakan bak kontrol yang kemudian menuju saluran kota
Diagram 3.2. Sistem Pembuangan
Gambar 3.14. Axonometri Sistem Pembuangan
Air Kotor Pipa Shaft Sumur Resap
Kotoran Pipa Shaft Septic Tank
Sumur Resap
Diagram 3.3. Pembuangan Air Hujan
Gambar 3.15. Axonometri Sistem Air Hujan
3.7.3. Sistem Penghawaan
Untuk penghawaan menggunakan sistem aktif dengan menggunakan air conditioning ( AC ). Dimana hal ini untuk menjaga kestabilan suhu ruangan yang diperlukan untuk museum dan stasiun radio. Sistem yang dipilih adalah sistem VRV karena sistem ini lebih hemat.
3.8. Sistem Listrik
Listrik didapat dari PLN dengan melalui trafo terlebih dahulu untuk menurunkan tegangan, lalu menuju meteran, baru kemudian menuju ke panel- panel listrik tiap bangunan. Listrik untuk bangunan juga didukung dengan bantuan dari tenaga matahari yang diperoleh dengan bantuan sel-sel photovoltaic yang diletakkan pada bagian atap dan dinding bangunan.
Air Hujan Pipa Bak Kontrol
Saluran Kota
Bak kontrol
Diagram 3.4. Skema Sistem Listrik
PLN Trafo Panel
Panel Utama
Panel Distribusi
ATS Genset Panel
Genset
Gardu A
Gardu B
Gardu C Meter
Sel-sel PV