• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA TIMBUSENG KABUPATEN GOWA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA TIMBUSENG KABUPATEN GOWA SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

HILYATUL JANNA NIM 105721125517

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

EKSISTENSI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA TIMBUSENG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

HILYATUL JANNA 105721125517

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2021 M

(3)

iii MOTTO

“Jika Semangat Perjuangan Telah Hilang Dari Hatimu, Maka Gantilah

Pakaianmu Dengan Kain Kafan. Sebab, Kehilangan Semangat Perjuangan Sama Saja Dengan Mati”

(Buya Hamka)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada allah swt atas Ridho-nya serta karunianya sehingga Skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillah Rabbil’alamin,

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta Orang-orang yang saya sayangi dan almamaterku

Perjuangan untuk sampai ke tahap ini adalah hal yang semua mahasiswa inginkan, tetap bangun energi positif untuk mencapai ini. Pengorbanan

waktu, tenaga dan pikiran sebagai bekal untuk masa depan,

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya, dan tidak lupa shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Timbuseng Kabupaten Gowa”.

Ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang, dan doa tulus tanpa pamrih dan saudara-saudaraku tercinta senantiasa mendukung dan memberikan semangat.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Prof. Dr. H. Andi Jam’an, SE.,MM selaku Dekan Feb Unismuh Makassar Periode 2021-2025

3. Bapak Muhammad Nur R,S.E., M.M Ketua Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Dr. Mahmud Nuhung, S.E.,M.A, Selaku Pembimbing 1 yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga selesai dengan baik.

(8)

viii

6. Bapak dan Asistensi/Konsultan dosen fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal Lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap staf dan karyawan fakultas ekonomi dan bisnis universitas Muhammadiyah makassar

8. Rekan-Rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Program Studi Manajemen Angkatan 2017 yang selalu belajar Bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima Kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, Sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini maish sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang Budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Nasrun min Allahu wa Fathun Karien, Billahi Fii sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, 13 September 2021

Hilyatul Janna

(9)

ix

Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Mahmud Nuhung, dan Ismail Rasulong.

Tujuan penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang di peroleh dari Wawancara dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan dalam pengumpulan data mencakup data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan data dengan menggunakan Wawancara mengenai Badan Usaha Milik Desa Di desa Timbuseng, maka penulis menarik kesimpulan penting Bahwa dengan adanya Badan Usaha Milik Desa mampu Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dengan memperkerjakan masyarakat yang berada di desa Timbuseng dan menjadi Solusi di berbagai problematik di Desa Timbuseng.

Kata kunci: Eksistensi, Badan Usaha Milik Desa, Kesejahteraan

(10)

x

Regency. Thesis, Management Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Mahmud Nuhung, and Ismail Rosulong

The purpose of this study is a type of qualitative research with the aim of knowing the Existence of Village Owned Enterprises (Bumdesa) in Improving Community Welfare. The type of data used in this study is qualitative data obtained from interviews and related to the problem under study. Data collection is done by observation, interviews and documentation. In this study the data sources used in data collection include primary data and secondary data.

The results of the study show data using interviews about Village-Owned Enterprises in Timbuseng village, the authors draw an important conclusion that the existence of Village-Owned Enterprises is able to improve Community Welfare by employing people in Timbuseng village and become solutions to various problems in Timbuseng Village.

Keywords: Existence, Village Owned Enterprises, Welfare

(11)

xi

HALAMAN JUDUL………. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...…. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ………... iv

HALAMAN PENGESAHAN………..……… v

KATA PENGANTAR ……… vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Teori ... 6

B. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) ... 12

C. Landasan Hukum Bumdes ... 17

D. Prinsip Tata Kelola ... 17

1. Kerja sama ………. 17

2. Keikutsertaan (Partisipatif) ……….. 17

3. Transparasi ……… 19

4. Akuntabel ……… 21

E. Kajian Empiris ... 24

F. Kerangka Konsep ... 27

(12)

xii

C. Sumber Data ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Metode Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……….…… 32

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xiii

Tabel 4.1 Informan Wawancara ……… 47

(14)

xiv

Gambar 4.1 Struktur BUMDES SMB Timbuseng ……….. 46

(15)

1 A. Latar Belakang

Kondisi perdesaan di Indonesia mempertahankan berbagai karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat perkembangannya. Secara umum dalam merumuskan pengaturan pembangunan, desa memiliki potensi untuk berkembang dan desa tertinggal. Desa-desa berkembang pesat terutama karena desa-desa dekat atau memiliki akses mudah ke kota. Kegiatan ekonomi masyarakat sudah mulai terfokus pada ekonomi pasar dan menunjukkan perubahan adat dan budayanya. Sumber daya desa menjadi bagian penting bagi implementasi kewirausahaan yang dijalankan oleh pemuda tersebut.

Dalam posisi pembangunan desa, kaum muda menempati posisi sentral dalam dinamika perjalanan pembangunan desa, bahkan menjadi bagian dari duta kreatif dan inovatif yang dapat memanfaatkan berbagai jenis peluang ekonomi. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat pedesaan dalam kerangka negara kesatuan, salah satu isi dari sembilan program Nawacita Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Salah satu implementasi dari strategi Nawacita adalah pemerintah memberikan perhatian yang besar kepada desa sebagai bagian dari unit perangkat daerah yang lebih rendah, dengan membentuk lembaga negara setingkat kementerian yang menangani masalah desa yaitu kementerian desa, pembangunan dan transmigrasi.

Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya percepatan perekonomian desa didasarkan pada

(16)

pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Keberadaan orang-orang ketika Permendesa Nomor 4 Tahun 2015, ditegaskan bahwa BUMDes adalah badan usaha yang seluruh modalnya atau sebagian besar dimiliki melalui penyertaan langsung yang bersumber dari kekayaan yang dipisahkan untuk mengelola aset, jasa, dan usaha lainnya dalam kesejahteraan masyarakat Desa.

Gerakan pedesaan di Indonesia telah menarik perhatian berbagai pihak, seperti lembaga pendidikan, dunia usaha terbatas pada lembaga swadaya masyarakat, baik lokal, nasional maupun internasional. Hanya sedikit orang yang mengira bahwa desa tersebut merupakan kawasan kumuh yang tidak memiliki potensi yang dapat dipercaya. Faktanya, dari rakyatlah langkah awal membangun ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan undang-undang sangat jarang dilakukan untuk mendorong dan membangun masyarakat atau kesejahteraan rakyat dan menyempurnakan jaringan dalam menjalin kerjasama antar masyarakat dengan menghasilkan produk berkualitas.

Sebelum UU No 6 Tahun 2014, masyarakat desa tidak mendapatkan bantuan/dana untuk membangun usaha yang ada di desa. maka masyarakat desa harus bekerja dan berpikir keras untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal dari desa. Di era modern ini menawarkan peluang besar di semua daerah yang terus berkembang dengan memajukan daerahnya sendiri.

Manusia memiliki banyak kebutuhan yang perlu di benahi. Kebutuhan ini dapat berupa barang atau jasa. barang yaitu berupa pakaian sandang dan papan kalau jasa yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Kebutuhan ini muncul dari kebutuhan fisik atau psikologis untuk menjalani kehidupan yang layak sebagai pribadi. Dalam hal ini, kebutuhan manusia beragam dan tidak dapat dipenuhi,

(17)

karena manusia memiliki naluri untuk selalu merasa langka. Semakin banyak fasilitas yang Anda miliki, semakin banyak permintaan yang dianggap tidak terpuaskan, dan semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin banyak permintaan yang akan bertambah.

Pentingnya perubahan ekonomi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Peluang sangat luas di depan mereka yang mengikuti rencana karena mencoba pemukiman baru dan mencoba suasana baru.

Sumber pendapatan masyarakat desa harus dikelola dengan baik untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.

Keberadaan bumdes. Diantaranya, bumdes adalah Lembaga hukum untuk mengembangkan usaha dan ekonomi masyarakat setempat (Desa).

Desa dengan sumber daya yang luar biasa, jika di era persaingan bebas tidak dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera membutuhkan upaya kreatif untuk mengembangkan modal sosial yang dimiliki.

Bumdes merupakan pilar ekonomi di desa yang berfungsi sebagai Lembaga sosial (social instution) dan komersial (commercial instution).

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk wewengan lokal skala desa dalam meningkatkan eksistensi BUMDES di Desa Timbuseng Kabupaten Gowa untuk mensejahterahkan masyarakat Timbuseng Kabupaten Gowa. Oleh karena itu, bumdes menjadi penting untuk menciptakan usaha ekonomi bagi masyarakat pedesaan.

Eksistensi BUMDES di tengah-tengah masyarakat desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi. melahirkan produk unggulan lokal yang menjadi citra positif bagi desa timbuseng di bidang seperti sosial,

(18)

budaya, politik, maupun ekonomi untuk melahirkan usaha perekonomian masyarakat desa yang kompetitif.

Maka dari sini desa harus mampu menggali sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) desa agar mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pendapatan penduduk desa. Pemerintah memberdayakan masyarakat tidak hanya untuk menyediakan dana, tetapi juga untuk mendorong masyarakat desa agar lebih mandiri dan produktif.

Selain itu, masyarakat dan pemerintah harus dapat bekerja sama untuk memajukan dan mengatasi masalah kemiskinan dan kesejahteraan sosial.

Arsitektur desa memberikan pilihan baru bagi desa, memposisikan penduduk desa termasuk pemuda sebagai tubuh utama dalam pembangunan desa, bertujuan untuk mewujudkan cita-cita kemakmuran bersama dan pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam meningkatkan masyarakat Desa Timbuseng Kabupaten Gowa, Faktor dan Penghambat Badan Usaha Milik Desa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Timbuseng Kabupaten Gowa. Untuk itu peneliti mengangkat judul eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam meningkatkan masyarakat Desa Timbuseng Kabupaten Gowa.

(19)

B. Fokus Penelitian

Adapun mengenai Fokus Penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam meningkatkan masyarakat Desa Timbuseng Kabupaten Gowa

2. Faktor dan Penghambat Badan Usaha Milik Desa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Timbuseng Kabupaten Gowa

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 2. Untuk mengetahui Faktor dan Penghambat Badan Usaha Milik Desa

D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis

a) Menambah wawasan tentang eksistensi Badan usaha milik desa (BUMDes)

b) Menambah wawasan tentang esensi Lembaga ekonomi melalui program badan usaha milik desa (BUMDES)

2) Manfaat Praktis

a) Mengembangkan potensi dan memajukan perekonomian masyarakat atau refrensi penelitian yang akan datang

b) Penelitian dapat menjadikan ulasan pemerintah.dan perimbangan dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat terutama dalam Badan Usaha Milik Desa(BUMDES).

(20)

6 A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Eksistensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada masalah yang sudah ada atau sudah ada. BUMDES adalah organisasi yang dikelola masyarakat yang mengupayakan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pendapatan, meningkatkan usaha, dan memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan. Eksistensi adalah sejenis eksistensi yang akan mewarisi pengaruh baik/buruk.

Masyarakat dapat mengembangkan kreativitas, inovasi dan kemampuan sesuai dengan kondisi dan potensinya. Rencana BUMDES merupakan rencana pembangunan yang berbasis pada kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat membutuhkan peran serta masyarakat, yang terpenting untuk meningkatkan pelaksanaan rencana Bumdes, terutama dalam hal peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan.

Selain itu, pengertian keberadaan secara terminologi adalah pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki realitas (memiliki), dan ketiga adalah segala sesuatu yang menghambat keberadaan sesuatu (apa saja). Sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007) Eksistensi adalah:

“Eksistensi adalah suatu proses dinamis dimana sesuatu menjadi atau ada. Sedangkan menurut Abidin Zaenal (2007) Eksistensi adalah:

“Eksistensi adalah proses dinamis dalam di mana sesuatu menjadi atau ada. Hal ini sejalan dengan asal usul kata eksistensi itu sendiri yaitu

(21)

exsistere yang artinya menyingkirkan, melampaui atau mengada.

Mengatasi, jadi ada. Tidak kaku dan berhenti, tetapi luwes atau lunak, mengalami perkembangan dan sebaliknya, tergantung pada kemampuan merealisasikan potensinya. Dari pengertian dan niat di atas.

a. Pengertian Desa

Desa merupakan pemukiman manusia yang letaknya di luar kota dan penduduknya bergerak di bidang agraris. Dalam Bahasa Indonesia sehari-hari adalah kampong. Desa ini bentuk kesatuan administrative yang disebut juga kelurahan, lalu lurah adalah kepala desa. Adapun desa yang tersebar di luar kota dengan lingkungan fisisbiotisnya adalah gabungan kampong; kampong ini sendiri dapat mewujudkan suatu unit geografis karena tersebar seperi pulau di tengah-tengah persawahan.

Undang-undang republic Indonesia tahun no.6 tahun.2014 mengenai.desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berhak untuk mengatu dan memegang urusan pemerintahan,keperluan masyarakat setempat berdasarkan prakasta masyarakat. Menurut ndraha bahwa desa yang otonomi adalah desa- desa yang merupakan sumber hukum, artinya desa dapat melakukan Tindakan-tindakan hukum. Tindakan-tindakan hukum yang dapat dilakukan antara lain: mengamnil keputusan dan membuat yang dapat mengikat segenap warga desa atau pihak tertentu sepanjang menyangkut penyelenggaraan rumah tangganya.

a) Menjalankan pemerintah desa . b) Memilih kepala desa.

c) Memiliki harta benda dan kekayaan sendiri.

(22)

d) Mempunyai tanah sendiri.

e) Menggali dan menetapkan sumber-sumber kekayaan desa.

f) Menyusun anggaran pendapatan dan pengeluaran desa.

g) Menyellenggarakan gotong royong.

h) Menyellenggarakan perdilan desa.

i) Penyelenggaraan urusan lain demi kesejahteraan desa.

Desa dapat dijadikan sebagai awal pembangunan daerah. Memiliki potensi tersendiri dan dapat digali dan dikembangkan agar desa tidak memiliki potensi ketertinggalan, ketertinggalan, ketertinggalan dan kekumuhan. Banyak desa memiliki sumber daya alam berkualitas tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi desa. Di pemerintahan daerah kabupaten/kota telah dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari kepala desa dan badan permusyawaratan desa. Perangkap desa terdiri dari petugas desa atau perangkap desa lainnya. Ayat-ayat Al-Qur'an menggambarkan kesejahteraan pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dalam aspek politik, sosial dan ekonomi. Salah satu kesejahteraan sosial adalah tanggung jawab pemerintah.

اًرۡيِقَن َساانلا َن ۡوُت ۡؤُي الَّ اًذِاَف ِكۡلُمۡلا َنِّم ٌبۡي ِصَن ۡمُهَل ۡمَا

Am lahum nasiibum minal mulki fa izal laa yu'tuunan naasa naqiiraa Ataukah mereka mempunyai bagian dari kerajaan (kekuasaan), meskipun mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia, (An- nisa 4:53).

Melukiskan desa sebagaimana kita kenal sejak lama, akan tetapi rasa- rasanya kini dalam alam kemerdekaan, konsepsi desa perlu di tinjau Kembali

(23)

agar cocok dengan perkembangan baru. Bintarto dalam bukunya berjudul pengantar geografi pembangunan (1975).

b. Keuangan Desa

Desa Hukum desa adalah segala hak dan kewajiban desa, sehingga diukur dalam bentuk mata uang dan uang atau barang yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Kebutuhan ini menciptakan pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan yang perlu disesuaikan melalui pengelolaan keuangan desa yang baik.

Mengalokasikan Dana Desa (ADD) untuk membantu mendorong pendanaan bagi rencana pengelolaan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan, pengembangan masyarakat, atau pemberdayaan masyarakat (Permendesa no 5 tahun 2015). Oleh karena itu, pemerintah desa memiliki peruntukan setingkat desa sehingga bantuan dana dari pemangku kepentingan dapat mendorong kegiatan dan rencana atau kegiatan dan rencana yang akan diselenggarakan oleh pemerintah desa.

Aktifkan desa untuk membangun desa yang mandiri, kreatif dan kuat.

c. Otonomi Desa

Widjaja (2003) berpendapat bahwa otonomi desa adalah otonomi yang benar, utuh, dan utuh, bukan pemberian dari pemerintah, dan pemerintah berkewajiban mengkaji otonomi asli desa. Selliantara (2003) menjelaskan bahwa otonomi desa bukanlah semacam kedaulatan, tetapi pengakuan akan adanya hak, tetapi bertujuan untuk mengatur urusan keluarga sendiri atas dasar pragmatisme masyarakat. Menurut Indraha, beberapa elemen penting desa antara lain:

(24)

1) Adat tertentu yang mengikat dan ditaati kepada masyarakat desa yang bersangkutan.

2) Tanah Pustaka dan pendapatan desa 3) Asal mula kekayaan desa.

4) komponen rumah tangga.

5) Pemerintah desa memiliki fungsi mengatur.

6) Lembaga atau badan perwakilan atau musyawarah yang sepanjang penyelenggara urusan rumah tangga desa memiliki fungsi mengatur.

Dari penjelasan di atas, otonomi desa adalah desa yang berhak mengatur, membina, dan mengembangkan segala sesuatu yang ada di desa tanpa campur tangan dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat akan menyediakan dana dan membantu menunjukkan kebutuhan di desa.

Adapun bebrapa masalah yang di hadapi di desa dapat dipaparkan dalam garis besar adalah seagai berikut:

a) Pandangan dan sikap warga desa terhadap masalah penduduk dan;

b) Perbahan pandangan ekonomi dan intelektual sehingga adalah

“bottleneck” atau penghalang bagi tercapainya jumlah penduduk yang optimum.

Bahwa penting untuk menyesuaikan perencanaan dan pelaksanaan program dengan kebutuhan dan kemampuan penduduk yang akan memanfaatkannya, sehingga mereka tidak lagi harus diidentifikasi sebagai

"kelompok sasaran". Mereka harus dilihat sebagai "penggunaan yang diharapkan". Merekalah yang akan mendapat manfaat sesuai dengan

(25)

kebutuhan dan kemungkinan mereka. Pemberdayaan sebagai suatu proses atau sebagai tujuan pada hakikatnya merupakan alasan untuk mendorong individu atau kelompok. Sebagai sesuatu yang baru dalam pembangunan, pemberdayaan masyarakat tidak luput dari berbagai implikasi, seperti:

a. Pemberdayaan masyarakat ini terjadi terutama pada tingkat yang membutuhkan lebih banyak bantuan material daripada keterampilan teknis dan material.

b. Anggapan bahwa teknologi yang diperkenalkan jauh lebih kuat daripada teknologi masyarakat itu sendiri.

c. bahwa kelembagaan yang berkembang di masyarakat tidak efektif dan semakin mempersulit proses pembangunan. Akibatnya, lembaga-lembaga ini tidak sepenuhnya digunakan dan tidak ada upaya untuk memperbaharui, memperkuat dan memperkuatnya.

Selain itu, Anda juga dapat menggunakan dan membuat prosa yang berbeda dan menikmati hidup untuk tujuan yang berbeda kapan saja dan di seluruh dunia. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan desa, Dalam pembangunannya model pembangunan telah menciptakan suatu metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk merencanakan program. Ada dua versi modelnya sangat besar:

a. Versi model Paul Freire yang memberdayakan dengan pendekatan politik.

b. Model pemberdayaan versi Schumaker yang berbasis dengan pendekatan ekonomi. Sementara itu, kesamaan dari kedua versi tersebut adalah sama-sama menekkankan akan adanya agen

(26)

pembangunan yang ingin berkumpul dengan kelompok penduduk setempat untuk membangun kemandirian.

B. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) 1. Pengertian Badan Usaha Milik Desa

Badan usaha milik desa yang didefinisikan pasal 1 angka 6 UU No.6/2014 tentang desa, sebagai : “Badan Usaha Milik Desa selanjutnya di sebut BUM desa, merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang di pisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan dan usaha lainnya agar bertujuan kesejahteraan masyarakat desa.

Maryunani (2008) juga meyakini BUMDES organisasi usaha desa yang dikelola bersama masyarakat dan pemerintahan desa, tujuannya memperkuat perekonomian.desa dan membangun kohesi sosial masyarakat berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDES adalah.organisasi bisnis untuk menghasilkan keuntungana atau profit.Badan usaha milik desa (BUMDES) merupakan Lembaga desa yang dikelola langsung oleh masyarakat desa sendiri dalam menghasilkan pendapatan, meningkatnya usaha dan untuk mencapai kebutuhan masyarakat desa. Bumdes dikelola dari desa untuk desa untuk mesejahterahkan masyarakatnya;

Sutardjo Kartohadikusumo dalam bukunya Desa (1953) mendefinisikan desa sebagai suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. BUMDes adalah wahana untuk mengelola usaha di desa. Apa

(27)

yang di maksud dengan “usaha desa” merupakan jenis usaha yang menaungi pelayanan ekonomi desa seperti antara lain:

a. Usaha jasa keuangan, jasa transportasi darat dan udara, tenaga listrik pedesaan dan usaha sejenis,

b. Distribusi kebutuhan ekonomi dasar desa secara lateral,

c. Hasil perdagangan hasil pertanian seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan agribisnis,

d. Perindustrian dan kerajinan tangan.

Ada 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan lembaga ekonomi niaga dengan lembaga ekonomi niaga pada umumnya, yaitu:

1) Usaha ini milik desa dan dikelola secara bersama,

2) Modal niaga dari desa (51%) dan dari masyarakat ( 49%) penyertaan modal (saham dan saham),

3) Operasinya mengadopsi filosofi bisnis yang berakar pada budaya lokal (kearifan lokal),

4) Area bisnis berdasarkan potensi dan hasil informasi pasar,

5) Keuntungan yang diperoleh dengan meningkatkan kesejahteraan anggota (peserta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa, 6) Difasilitasi Oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, Dan Pemdes,

Di bawah dorongan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah desa, Bumdesa adalah alat untuk memanfaatkan ekonomi lokal dengan berbagai potensi. Tujuan utama dari peningkatan potensi ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Selain itu, keberadaan gelandangan juga membantu

(28)

meningkatkan sumber pendapatan asli desa sehingga masyarakat dapat menjalani kehidupannya secara optimal.

Dalam pendirian BUMDes, beberapa hal yang sangat menentukan bagi perkembangan BUMDes, yaitu:

a) Kepemimpinan.

Faktor kepemimpinan sebagai acuan bagi BUMDes terbukti berperan penting dalam keberhasilan dan keberlanjutan BUMDes. Siapapun, termasuk pemerintah desa dan warga desa, dapat menjadi motor penggerak BUM desa, meskipun secara hukum masih berada di bawah koordinasi pengelola BUM Desa. Datang dari BUMDes, kebetulan dipimpin oleh kepala desa. Kepala desa menjabat sebagai konsultan di BUMDes dan didukung penuh oleh pengelola BUMDes, bertujuan untuk mewujudkan ide dan bisnis.

b) Pilihan Potensi Usaha

Untuk semua jenis usaha yang dapat dikembangkan, BUMDes Timbuseng memilih Pusat Pengelolaan Sampah (RPS) sebagai usaha utama yaitu unit pabrik gula. Selain untuk mengatasi permasalahan di desa, jenis usaha yang dipilih juga untuk meningkatkan kreativitas dan peluang ekonomi dan usaha produktif bagi masyarakat desa yang paling utama berpenghasilan.

c) Potensi Kelayakan Usaha

Aspek positif yang terkandung dalam BUM kedua desa tersebut adalah berkembangnya dokumen potensi kelayakan komersial pada tahap perencanaan pendirian BUMDes. Oleh karena itu, kelangsungan bisnis dan strategi penghindaran kerugian dapat lebih diprediksi.

(29)

Dokumen potensi kelayakan komersial atau studi kelayakan adalah penyimpanan hasil penelitian yang mengevaluasi realisasi kegiatan komersial. Tujuannya adalah legitimasi keuntungan dari bisnis yang dioperasikan.

d) Sumber Daya Manusia

Memperoleh manajer dengan jiwa kewirausahaan dan keterampilan manajemen dan sistem insentif terbesar. Selain itu, BUM Desa harus mampu menjadi wadah untuk mempersatukan masyarakat.

BUMDes adalah organisasi ekonomi dengan gaya bisnis sosial, e) Permodalan

Secara umum, ketika sistem bagi hasil yang ada memiliki peraturan, pendanaan awal BUMDes berasal dari penyertaan modal desa. Meski masalah pendanaan sangat kritis, namun tidak menjadi masalah besar karena ada dana desa yang bisa digunakan. Dengan berjalannya waktu dan perkembangan BUMDes, nilai penyertaan modal pemerintah desa dapat disesuaikan dengan kebutuhan anggaran BUMDes asli dalam proses hukum formal yang telah ditentukan.

2. Tujuan Badan Usaha Milik Desa Tujuan utama pendiri bumdes adalah:

A. Mengembangkan perekonomian desa, B. Meningkatkan pendapatan asli desa,

C. Mengembangkan potensi desa yang diolah sesuai kebutuhan masyarakat,

(30)

D. Menjadi penopang pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan

E. Terbukanya lapangan kerja;

Untuk mencapai tujuan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), kebutuhan masyarakat (produksi dan konsumsi) terpenuhi dengan mendistribusikan barang dan jasa. dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa. Sambil memenuhi permintaan, pihaknya berusaha untuk tidak membebani masyarakat.

Keterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal besar bumdes atau sebagai pendiri Bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi standar pelayanan minimal (SPM), yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan (proteksi) atas intervensi yang merugikan dari pihak ke tiga. Pemerintah desa ikut berperan dalam pembentukan bumdes sebagai badan hukum yang berpijak pada tata aturan perundangan yang berlaku, serta sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa.

Bumdes pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau penguatan kelembagaan atau penguatan kelembagaan ekonomi desa. Beberapa agenda yang dapat diselesaikan antara lain:

1. Pengembangan kemampuan Sumber Daya Manusia sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam pengelolaan aset ekonomi.desa,

2. Mengintergrasikan produk ekonomi pedesaan sehingga memiliki posisi tawar dalam jaringan pasar,

3. Mewujudkan skala yang ekonomi kompetitif bagi perusahaan ekonomi maju,

4. Memperkuat pembangunan kelembagaan ekonomi tingkat desa

(31)

C. Landasan Hukum Bumdes

Untuk dapat menjalankan kegiatan usaha, BUMDes berpedoman pada:

1. UU No. 32 Tahun 2004 pasal 213 tentang BUMDes;

2. UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) 3. UU No. 6 Tahun 2014 pasal 87 dan 88 tentang Desa;

4. PP No. 43 tahun 2014 dan PP No. 47 tahun 2015 tentang Perubahan PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa, khususnya BAB VIII tentang BUM Desa pasal 132 terkait dengan pendirian BUM Desa;

5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia No.4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, dan Pengelolaan, dan Pembubaran Bumdes;

6. Peraturan Desa Kampung Gelgel Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pendirian dan Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Timbuseng.

D. Prinsip Tata Kelola

Terdapat empat prinsip tata kelola badan usaha, antara lain:

1. Kerja sama

Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, sehingga perlu bekerjasama dalam segala aktivitas. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bidang, seperti di bidang ekonomi dan kegiatan ekonomi lainnya. Tujuan utama ekonomi Islam adalah untuk mencapai kemakmuran bersama, bukan hanya untuk individu.

Untuk mendirikan perusahaan Islam, tujuan utama ekonomi Islam perlu dipertimbangkan. Dalam Islam, mereka yang memiliki bisnis tidak

(32)

diperbolehkan untuk membiarkan orang lain berpartisipasi dalam bisnis mereka untuk keuntungan mereka sendiri, tanpa memperhatikan orang lain yang terlibat dalam bisnis mereka. Ketika kita mempekerjakan orang lain, kita membayar pekerjaan yang dilakukan oleh orang itu atau sesuai dengan kesepakatan di antara kita. Dalam proses kerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan usahanya

Syirkah adalah kerjasama dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan atau kepercayaan, pembagian keuntungan atas dasar kesepakatan bersama. Dalam menjalankan usaha syariah, kerjasama adalah kerjasama dua orang atau lebih yang sepakat untuk menggabungkan dua atau lebih keuntungan (modal aset, keahlian dan tenaga kerja) sebagai modal komersial, seperti perdagangan, industri pertanian atau lainnya dan berorientasi pada keuntungan.

2. Keikutsertaan (Partisipatif)

Pada dasarnya partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan atau pemikiran, emosi, atau perasaan spiritual seseorang dalam suatu situasi kelompok, yang mendorongnya untuk memberikan kontribusi kepada kelompok untuk mencapai tujuan. Partisipasi aktif berarti lebih dari sekedar partisipasi fisik.

Partisipasi dapat dipahami sebagai partisipasi spiritual, pikiran, emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kolektif, mendorong dia untuk memberikan kontribusi kepada kelompok, berusaha untuk mencapai tujuan dan tanggung jawab untuk bisnis terkait. Menurut Keith Davis, ada tiga elemen penting dari partisipasi:

(33)

1) Ketidakpastian pertama adalah bahwa partisipasi atau partisipasi sebenarnya adalah semacam partisipasi spiritual dan emosional, bukan sekedar partisipasi fisik.

2) Tidak kedua adalah kesediaan untuk berkontribusi dalam upaya mencapai tujuan tim. Artinya ada rasa senang dan suka rela membantu kelompok.

3) Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur ini merupakan aspek yang menonjol dari perasaan anggota. Pengakuan sebagai anggota ini berarti rasa memiliki. Partisipasi atau kontribusi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tidak akan lepas dari kekuasaan dan tanggung jawab.

Pemberian wewenang ini dalam sistem manajemen adalah mutlak untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas atau tugas yang dibebankan kepada seseorang. Tanpa otoritas, seseorang akan ragu- ragu dalam menjalankan tugasnya dan akhirnya gagal menjalankan tugasnya dengan benar.

Otorisasi itu sendiri juga harus disertai dengan tanggung jawab.

Kekuasaan dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan kewenangannya.

3. Transparasi

Transparansi berarti tembus, jelas dan benar dalam bahasa Indonesia.

Selain itu, agar kebenaran di baliknya mudah dilihat dan dipahami dengan jelas, beberapa hal yang tidak mengandung kesalahan dan keraguan atau diungkapkan dalam proses pengambilan keputusan, serta publisitas saat menyampaikan materi terkait perusahaan dan informasi terkait .

(34)

Komite Basel mendefinisikan transparansi sebagai kegiatan untuk memberikan informasi kepada publik secara tepat waktu dan dapat diandalkan sehingga pengguna informasi dapat memanfaatkan kebutuhannya. Proses penyediaan informasi ini bukanlah hasil dari transparansi, jika salah satu pihak dapat menyiapkan informasi secara tepat waktu, relevan, akurat dan tepat, transparansi dapat tercapai.

Joseph Stiglitz telah menyampaikan pentingnya informasi dalam proses pengambilan keputusan dalam beberapa literatur. Ia dianalogikan dengan informasi, seperti uang, aset, atau sumber daya lainnya.

Dalam pandangan Islam, transparansi merupakan shiddiq (jujur).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 105, yang berbunyi:

ِٰاللّ ِتٰيٰاِب َن ۡوُنِم ۡؤُي َلَّ َن ۡيِذالا َبِذَكـۡلا ى ِرَتۡفَي اَمانِا َن ۡوُبِذ ٰك ۡلا ُمُُ َككِٕ ٰلوُاَو ۚ

Terjemahan: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta (QS. An-Nahl:.105).

Dari ayat ini, hanya ada orang yang tidak percaya pada kebohongan, dan informasi yang diperoleh setelah jelas, akurat dan relevan tidak diungkapkan. Transparansi (keterbukaan informasi) di BUMDes berarti masyarakat dapat menggunakan informasi tentang perkembangan BUMDes. Yang penting di sini adalah keterbukaan informasi Dalam semangat pelayanan publik, informasi seperti ini adalah hak publik.

Transparansi pengelolaan BUMDes erat kaitannya dengan pengungkapan laporan keuangan BUMDes. Pembahasan lebih lanjut

(35)

akan dibahas dalam sistem akuntabilitas dalam prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes.

4. Akuntabel

Bertanggung jawab atas pengelolaan BUMDes, semua kegiatan harus dilaksanakan, dan akuntabel kepada pemerintah desa dan masyarakat, semua kegiatan harus tercatat dengan rapi dan jelas. Prasetio (2017) menulis bahwa akuntabilitas adalah tanggung jawab pengurus atau wali amanat kepada wali amanat untuk mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya secara vertikal dan horizontal.

Sebagai pertanggungjawaban, sistem pertanggungjawaban pada mulanya merupakan ungkapan yang digunakan untuk mengukur apakah dana publik digunakan secara tepat untuk tujuan yang telah ditentukan, bukan untuk penggunaan yang tidak sah. Dalam merumuskan sistem akuntabilitas, juga digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui apakah pegawai memiliki penyimpangan.

Sistem akuntabilitas ditujukan pada “checks and balances” sistem administrasi. Akuntabilitas adalah segala bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh suatu organisasi, yang benar-benar sesuai dengan keadaan nyata yang terjadi, dan tidak ditutupi atau dimanipulasi.

5. Transparansi

Lembaga publik perlu transparan secara finansial karena:

Meningkatkan kepercayaan. Keterbukaan publik pemerintah atas informasi keuangan kepada publik lebih mudah dipercaya masyarakat, dan juga merupakan pemerintahan yang relatif tertutup. Pemerintahan yang tertutup

(36)

dalam hal penyampaian informasi keuangan dapat dinilai oleh warga negara sebagai pemilik rahasia dalam penggelapan keuangan.

Dapat dikatakan bahwa kemampuan pemerintah untuk menutup informasi keuangan dalam pelaporan dan pengelolaan keuangan masih rendah dalam memperkuat pengawasan (pengendalian) masyarakat. Agar pelaksanaan pembangunan masyarakat dapat berjalan efektif, maka perlu diikutsertakan dalam pengawasan. Jika anggota masyarakat memahami pembiayaan proyek/kegiatan, pengawasan masyarakat tersebut akan efektif. Jika pemerintah transparan dalam memberikan informasi keuangan, masyarakat dapat mengevaluasi dan memberikan pendapat atas berbagai kekurangan atau kekurangan dalam rencana/kegiatan pelaksanaan. Rencana/kegiatan.

Warga negara berhak memperoleh informasi dan pengetahuan, dan masyarakat berhak memperoleh informasi dan memahami kebijakan, rencana, dan kegiatan pemerintah, yang secara tidak langsung atau langsung mempengaruhi kehidupan penduduk dan masyarakat. Dana yang dialokasikan oleh pemerintah juga harus terbuka (transparan) sehingga warga dapat menilai apakah dana tersebut cukup untuk mendanai kebijakan, program, dan kegiatan.

Sistem akuntabilitas dalam pandangan Islam berawal dari khalifah, cara berpikirnya bahwa manusia adalah pemimpin di muka bumi, selalu menggunakan pedoman Al-Qur'an.dan.Hadits sebagai asal usul Islam.

Tanggung jawab ini ada antara investor dan manajer atau kesepakatan pemilik. Melaksanakan akuntabilitas dalam laporan keuangan dan

(37)

transparansi. Bentuk peranan bumdes dalam meningkatkan masyarakat setempat yakni:

1. Menyediakan modal bagi masyarakat

2. Menyediakan unit produk dan jasa bumdes serta mengakormodir kebutuhan masyarakat setempat melalui bumdes mart.

E. Kajian Empiris

No Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Egidius Fkun Eksistensi Badan Usaha Milik Desa

Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Desa Subun Bestobe Kecamatan Insane Barat

 terciptanya efektivitas dan efesiensi harga dan waktu

dalam menunaikan

kebutuhan pokok,

 tersedianya pasar bagi masyarakat untuk menjual hasil bumi dan perlunya pengawasan dilakukan kepala desa Bersama untuk menjaga agar pengelolaan bumdes dilakukan dengan baik

2 Nofiratullah Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam Meningkatkan Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima

Kurangnya Sosialisasi Program Bumdes Ini Baik Sosialisasi Pemerintah Daerah Ke Desa- Desa Mengenai Kebijakan Bumdes Sosialisasi Maupun

(38)

Pemerintah Desa Kepada Masyarakat Desa Mengenai Program Bumdes Yang Di Jalankan Desa Soki Sehingga Masyarakat Tidak Banyak Mengenai Tentang Pelaksanaan Bumdes

3 Ahyar Rasyid Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Pelaksanaan Kewenangan Lokal Berskala Desa Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

 Bumdes mart sendiri hanya ada satu yakni di desa gondang, sedangkan yang lain belum ada, karena di masing-masing kecamatan berdiri satu BUMDes, dan untuk kecamatan gangga hanya ada di desa gondang

 Untuk mensejahterahkan masyarakat di kecamatan gangga yaitu menyediakan simpan pinjam atau menyediakan modal terutama bagi para UMKM 4. Tri Mayasari Pengembangan Potensi Ekonomi

Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa

Masyarakat menyatakan bahwa program yang di jalankan Bumdes ini sudah bagus hanya saja perlu adanya program-

(39)

Adijaya Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timor

program lain yang harus di kembangkan lagi oleh Bumdes agar dampaknya dapat mencangkup semua lapisan masyarakat, baik mereka petani, peternak, pedagang, wiraswasta dan lain-lain

5. Hartini Peran badan usaha Milik desa (BUMDes) dalam meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Di Desa Batetangnga Kab. Polman

BUMDes Batetangnga memang sudah sesuai dengan tinjauan ekonomi islam. Ini di karenakan BUMDes de desa batetangga sudah sangat relevan dengan prinsip-prinsip ekonomi islam yakni kerja, kompensasi, efesien, profesional, dan kecukupan, selain itu kegiatan BUMDes juga tidak mengambil bunga yang terlalu banyak dan rata-rata masyarakat tidak

mengeluhkan bunga

pengembalian pinjaman jadi bisa di katakan bahwa tidak ada unsur riba di dalamnya

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(40)

F.

K

erangka Konsep

Menurut Noor (2017: 76) kerangka berpikir atau kerangka pikir adalah konseptual mengenai bagaimana satu teori berhubungan di antara berbagai faktor yang telah diidentifikasi penting terhadap masalah penelitian. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Eksistensi Badan.Usaha.Milik.

Desa.(BUMDES)

kesejahteraan Masyarakat Meningkatkan

penghasilan

Memporkokoh Perekonomian

Prinsip Tata Kelola Mengembangkan

Perekonomian masyarakat

(41)

27 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian desktiptif kualitatif. Penelitian yang digunakan untuk melihat eksistensi badan usaha milik desa (BUMDES) Di desa timbuseng kabupaten Gowa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tetntang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat di amati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dana atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks tertentu.

B. Lokasi dan Situs Penelitian.

Lokasi ini akan dilaksanakan di Desa Timbuseng Kabupaten Gowa.

Alasan peneliti mengambil penelitian ini:

1. Keinginantahuan peneliti mengenai badan usaha milik desa (BUMDES) dilaksanakan oleh desa Timbuseng

2. Peneliti mengetahui bahwa belum ada peneliti yang mendalami berkaitan dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) untuk meningkatkan Kesejahteraan masyarakat di desa Timbuseng.

(42)

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder

1. Primer

Informasi yang menjadikan sumber dalam meneliti ini sebagai berikut kepala Desa, Ketua Bumdes dan Masyarakat. Ketiga ini merupakan yang terlibat dalam kegiatan dan usaha yang dilaksanakan oleh Bumdes Timbuseng.

2. Sekunder

Data sekunder diperoleh dari sumber lain selain data primer. Sumber ini berasal seperti buku, situs Web BUMDES Timbuseng, Jurnal Dan Perpustakaan yang berkaitan dengan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah penunjang yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

Semakin banyak data yang diperoleh maka semakin bagus pula hasil akhir dari suatu penelitian.

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara dan metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Observasi dapat dibedakan menjadi observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah pengamatan terhadap tempat kejadian atau arah kejadian sehingga pengamat berada dengan objek yang diteliti. Sedangkan

(43)

pengamatan tidak langsung adalah pengamatan yang tidak dilakukan pada saat peristiwa yang akan diselidiki atau objek penelitian itu terjadi.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti langsung mendatangi kantor BUMDes Timbuseng dan melakukan wawancara langsung untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan BUMDes dan pekerjaan yang dilakukan oleh BUMDes Timbuseng dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.

Informasi yang diberikan adalah kepala Desa, Direktur BUMDes dan Masyarakat yang sedang bergelut dalam BUMDes Timbuseng. Dalam hal ini, peneliti akan merekam percakapan selama wawancara, menuliskan poin-poin utama atau hal-hal yang diperlukan selama wawancara, dan berfoto bersama dengan yang diwawancarai. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh data yang akhirnya peneliti dapat memperoleh jawabannya.

3. Dokumentasi

Metode ini secara sempit di dasarkan pada pengumpulan data berbasis dokumen mengacu pada data lisan yang di kumpulkan dalam bentuk tertulis. Penulis menggunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data letak geografis, jumlah masyarakat desa, kondisi desa, dan kondisi fasilitas. Metode kepustakaan adalah suatu metode penelitian dan pengembangan dengan menggunakan bahan-bahan klasik yang secara khusus menjawab tentang apa, mengapa, dan bagaimana.

(44)

E. Metode Analisis Data

Bogdan percaya bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang dihasilkan dari wawancara, inspeksi lapangan dan hal-hal lain untuk memfasilitasi pemahaman, penemuan dan menginformasikan orang lain.

Analisis data kualitatif merupakan proses penjabaran yang.terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan pembuatan kesimpulan atau verifikasi yang dapat digambarkan.

(45)

31 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Sebelum terbentuknya Desa Timbuseng pada tahun 1958 Desa Timbuseng merupakan sebuah kampung yang terdiri dari 3 Kampung yaitu :

a. Kampung Koccikang b. Kampung Borongpa’la’la c. Kampung Bollangi

DiGabungkan menjadi satu Desa yang bernama Timbuseng, yang di Kepalai seorang Kepala Desa yang bernama Dammang, yang diangkat oleh camat (Kepala Distrik Borongloe). Nama Desa Timbuseng diambil dari nama suatu perkampungan kecil diwilayah Kampung Borongpa’la’la sekarang masuk ke Desa Borongpa’la’la. Ibukotanya berkedudukan di kampong Koccikang (Pa’baeng-Baeng) pada tahun 1982 perkampungan Borongpa’la’la dimekarkan menjadi Desa Sunggumanai. Pada tahun 2004 diadakan pemekaran Kecamatan dari Bontomarannu ke Kecamatan Pattallassang.

Sekarang Kepala Desa Timbuseng bernama H. RABAKING, SE periode dari tahun 2017-2022. Desa Timbuseng terbagi 6 Dusun yaitu :

1. Dusun Koccikang 2. Dusun Tamalate

(46)

3. Dusun Bollangi 4. Dusun Parassui 5. Dusun Balangpapa 6. Dusunn Palemba

Desa Timbuseng adalah salah satu bagian dari Kecamatan Pattallassang dulu Kecamatan Bontomarannu yang berbatasan sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Pattallassang/Desa Borongpal’la

 Sebelah Timur : Kecamatan Parangloe (Kelurahan Lanna)

 Sebelah Selatan : Desa Pakkatto Kecamatan Bontomarannu

 Sebelah Barat : Desa Pakkatto/Kelurahan Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Kondisi Geografis

 Letak dan luas wilayah.

Desa Timbuseng merupakan salah satu Desa dari 8 Desa diwilayah Kecamatan Pattallassang yang terletak ± 3 Km kearah selatan dari Ibukota Kecamatan Pattallassang, ± 15 Km dari Ibukota Kabupaten dan ± 25 km dari ibukota Propinsi. Desa Timbuseng mempunyai luas wilayah seluas ± 2.062.Ha.

Dilihat dari tofografinya Desa Timbuseng mempunyai tofografi rata hingga berbukit dengan ketinggian 25 – 300 meter diatas permukaan laut.

(47)

 Iklim

Desa Timbuseng memiliki ikilim dengan tipe B2 dengan rata –rata curah hujan 2563 mm/tahun dan hari hujan 149hari/tahun. Jumlah bulan basah 4 bulan, bulan kering 4 bulan, dan bulan lembab 4 bulan.

Suhu udara pada siang hari antara 28˚C - 33˚C pada malam hari suhunya antara 18˚C - 24˚C

Adapun visi misi dari desa Timbuseng yaitu:

1) Visi

Visi adalah pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu daerah harus dibawa agar konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif serta realistis. Visi yang baik merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan, cita dan citra yang ingin diwujudkan sebuah daerah. Visi, di samping sebagai sumber inspirasi dan sumber motivasi, juga menjadi acuan dan penuntun bagi setiap upaya yang akan dikembangkan suatu daerah ke masa depan.

Setelah melakukan survey asset atau potensi setiap dusun di Desa Timbuseng, serta menganalisa dan melakukan identifikasi masalah setiap dusun maka secara umum Desa Timbuseng melalui musyawarah di tingkat Desa maka lahirlah Rumusan Visi sebagai berikut:

“Melayani Masyarakat Desa Timbuseng secara menyeluruh demi terwujudnya Desa Timbuseng yang Maju, Mandiri, Sehat dan Sejahtera”.

(48)

2) Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang telah ditetapkan agar tujuan pembangunan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik, sehingga seluruh masyarakat dan pihak yang berkepentingan (stakeholder) mengetahui program-programnya dan hasil yang akan diperoleh di masa yang akan datang. Sejalan dengan visi yang telah ditetapkan dan dengan memperhatikan kondisi obyektif yang dimiliki Desa Timbuseng, dirumuskan misi pembangunan sebagai berikut :

a) Mengoptimalkan kinerja Perangkat Desa secara maksimal sesuai tugas pokok dan fungsi Perangkat Desa demi tercapainya pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;

b) Melaksanakan koordinasi antar mitra kerja;

c) Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk mencapai kesejahteraan masyarakat;

d) Meningkatkan kapasitas kelembagaan yang ada di Desa Timbuseng;

e) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat;

f) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Timbuseng dengan melibatkan secara langsung masyarakat Desa Timbuseng dalam berbagai bentuk kegiatan;

g) Melaksanakan kegiatan pembangunan yang jujur, adil dan transparan serta dapat dipertanggungjawabkan;

h) Mensingkronkan antara program-program pemerintahan desa dengan program-program daerah dan pusat sebagai sumber pendapatan dan pembiayaan utama desa;

(49)

i) Meningkatkan kesejahteraan aparatur pemerintahan dan seluruh elemen yang bekerja untuk mengurus kepentingan masyarakat sebagai motifasi untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan masyarakat;

j) Melaksanakan program Pemerintahan Desa Timbuseng berdasarkan undang-undang dan aturan yang ada serta berpedoman kepada RPJMDesa yang telah disusun sebagai hasil musyawarah dan kesepakatan bersama seluruh perwakilan masyarakat.

a. Sejarah Pendirian Bumdes

Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 4 tahun 2015 Tentang Pendirian,Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 2 adalah: Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

Salah satu rujukan sumber hukum atas didirikannya BUMDes Timbuseng Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa Namun, penerapan Peraturan Menteri Desa tersebut, pemerintah Desa Timbuseng mendirikan BUMDes Timbuseng juga berdasarkan Peraturan Desa No. 2 tahun 2017 Tentang Pembentukan BUMDes acuan sebagai pendiriannya. Terkait dengan pembentukan BUMDes secara

(50)

keseluruhan, pemerintah Kabupaten Gowa sendiri telah memulai merintis berdirinya BUMDes sejak berdirinya tahun 2018, dari rentang waktu berdirinya BUMDes Smb Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa tersebut, mulai merintis berdirinya BUMDes mereka sendiri sejak tahun 2019. Dengan berbekal SK Kepala Desa.

BUMDes SMB Timbuseng Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dibentuk. Pada saat itu Pemerintah desa setempat memiliki inisiatif bahwa dalam rangka peningkatan pendapatan desa dan membantu memperkuat otonomi desa diperlukan sebuah badan usaha atau lembaga yang bisa berhubungan langsung dengan masyarakat Desa Timbuseng untuk meningkatkan perekonomian Desa Timbuseng serta untuk memiliki pendapatan desa secara mandiri, melalui pemaksimalan potensi masyarakat Desa Timbuseng. Pada awalnya, pengoperasionalan BUMDes ditopang oleh beberapa masyarakat desa setempat, yang bertindak sebagai pengurus inti BUMDes Timbuseng di kemudian, setelah diresmikan oleh Kepala Desa Timbuseng. BUMDesa menjadi jembatan dalam upaya penguatan ekonomi di pedesaan. Elemen penting otonomi desa yakni kewenangan desa.

Hak desa adalah hak desa untuk mengatur sepenuhnya pekerjaan rumah tangganya sendiri. Kekuasaan ini dipegang oleh pemerintah desa sebagai bagian integral dari pemerintahan desa. Kekuasaan desa meliputi kekuasaan dalam pengelolaan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.

Desa juga berkewajiban untuk mengatur sepenuhnya urusan keluarganya

(51)

sendiri, dan desa juga untuk mencapai tujuan peraturan desa, antara lain meningkatkan pelayanan publik pada masyarakat pedesaan untuk mencapai kesejahteraan semesta, memajukan masyarakat desa, mengatasi pembangunan nasional dan memperkuat masyarakat pedesaan sebagai pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut, desa perlu menerapkan berbagai strategi.

Strategi ini sangat penting dan dapat secara efektif mendukung konfigurasi, potensi dan sumber daya desa untuk mendukung terwujudnya pembangunan desa. Pembangunan desa berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kualitas hidup guna tercapainya kesejahteraan masyarakat desa yang sebesar-besarnya.

Salah satu strategi yang dapat dipertimbangkan adalah pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Pembentukan BUMDes disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi desa. Pendirian BUMDes dapat dijadikan sebagai strategi yang harus diperhatikan dalam pembangunan desa.

Bahkan di beberapa wilayah desa lainnya, BUMDes ini telah beroperasi, memberikan kesejahteraan dan meningkatkan pendapatan bagi keuangan desa.

Pada dasarnya BUMDes merupakan lembaga ekonomi di tingkat desa yang dirancang sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BUMDes merupakan bagian penting dari bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di tingkat desa sejak dimasukkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014. Bahkan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 meniscayakan kehadiran BUMDes sebagai

(52)

sentra pengembangan program ekonomi masyarakat dengan mengedepankan prinsip keterbukaan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Pendirian BUMDES harus didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari segi perencanaan dan pendirian, BUMDES dibangun atas prakarsa masyarakat dan didasarkan pada prinsip-prinsip kerjasama, partisipasi ("kepemilikan pengguna, manfaat pengguna dan kontrol pengguna"), transparansi, pembebasan, akuntabilitas dan pembangunan berkelanjutan dengan basis anggota dan swadaya. - mekanisme layanan.

Diantaranya yang terpenting adalah pengelolaan BUMDES harus dilakukan secara profesional dan mandiri.

BUMDES merupakan penopang kegiatan ekonomi di desa dan memiliki fungsi lembaga sosial (lembaga sosial) dan perdagangan (lembaga komersial). Sebagai organisasi sosial, BUMDES berpihak pada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam memberikan pelayanan sosial. Pada saat yang sama, sebagai organisasi komersial, ia bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan memasok sumber daya lokal (barang dan jasa) ke pasar.

b. Selayang Pandang BUMDesa Semesta Mandiri Bersama Timbuseng

Pemerintah Desa membentuk dan/atau mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang bernama BUMDES “SMB Timbuseng” sesuai dengan hasil musyawarah desa (Peraturan Desa Nomor : 3 Tahun 2017 Tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Timbuseng yang ditetapkan di Desa

(53)

Akah pada 30 November 2017. Pemilik BUMDES adalah masyarakat Desa Timbuseng. BUMDes Timbuseng berkedudukan di wilayah Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

Pembentukan BUMDES ”Semesta Mandiri Bersama” dimaksudkan guna mendorong dan menampung seluruh kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang sesuai potensi setempat untuk dikelola bersama oleh pemerintah desa dan masyarakat;

c. Tujuan Pendirian BUMDES Semesta Mandiri Bersama Timbuseng

Adapun maksud didirikannya BUMDes Semesta Mandiri Bersama Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa adalah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga ekonomi desa guna menampung kegiatan ekonomi masyarakat, baik yang berkembang menurut adat istiadat / budaya maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk dikelola oleh masyarakat melalui program dan atau proyek pemerintah dan pemerintah daerah. Tujuan pendirian BUM Desa “Semesta Mandiri Bersama”

adalah sebagai berikut :

1) melakukan kegiatan pelayanan umum melalui penyediaan barang dan atau jasa serta pemenuhan kebutuhan umum masyarakat Desa, dan mengelola lumbung pangan Desa;

2) memperoleh keuntungan atau laba bersih bagi peningkatan pendapatan asli Desa serta mengembangkan sebesar-besarnya manfaat atas surnber daya ekonomi masyarakat Desa;

3) pemanfaatan Aset Desa guna menciptakan nilai tambah atas Aset Desa.

(54)

d. VISI DAN MISI

1) Visi BUM Desa “Semesta Mandiri Bersama” adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa Timbuseng Melalui pengembangan usahaekonomi dan pelayanan social;

2) Misi BUM Desa “Semesta Mandiri Bersama” adalah sebagai berikut:

a) Menciptakan lapangan pekerjaan b) Memberikan pelayanan yang maksimal c) Menggali potensi Desa untuk didayagunakan d) Membuka pola wirausaha masyarakat

e. Struktur Organisasi Dan Job Description

Tugas pokok Bumdes Timbuseng provinsi sulawesi selatan yaitu:

a) Komisaris (Penasehat) Penasehat berkewajiban untuk:

1) Memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam melaksanakan pengelolaan Bumdes

2) Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan Bumdes

3) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan Bumdes b) Pengawas

1) Pemilihan dan pengangkatan pengurus

2) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pelaksana operasional

c) Direktur

1) Merumuskan kebijakan operasional pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

(55)

2) Merumuskan strategi pengelolaan sumber daya Badan Usaha Milik Desa

3) Mengangkat dan memberhentikan anggota pengelola Badan Usaha Milik Desa dengan persetujuan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa

4) Mengkoordinasikan seluruh tugas pengelola Badan Usaha Milik Desa baik dalam maupun keluar

5) Menyusun dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban pengelolaan Badan Usaha Milik Desa kepada musyawarah Desa.

Kepala Unit Kepala unit mempunyai tugas pokok membantu direktur melaksanakan fungsi dan memimpin pengelolaan sumber daya di Unit Usaha Badan Usaha Milik Desa yang dipimpinnya.

1) Memimpin organisasi unit usaha dan bertanggung jawab kepada Direktur

2) Mencari sumber sumber pendapatan unit usaha dan melaksanakan usaha yang sesuai dengan kegiatan unitnya

3) Menetapkan besarnya pinjaman yang diajukan anggota kepada unit usaha Bumdes berdasarkan kelayakan usulan

4) Melakukan pengendalian dan pembinaan bagi kegiatan kegiatan unit yang dipimpinnya serta mengkoordinasikannya keluar maupun kedalam untuk membangun relasi usaha yang baik

5) Mengatur efektifitas kinerja staf unit usaha

6) Memberi usul kepada direktur untuk mengangkat tenaga administrasi dan atau tenaga teknis yang diperlukan

(56)

7) Melaporkan posisi keuangan kepada Direktur dan atau Komisaris 8) Melakukan koordinasi dengan aparat Desa, BPD, lembaga

kemasyarakatan, serta kepada pihak pihak lain dalam rangka efektifitas kegiatan unit usahanya

9) Membangun jaringan kerja terhadap pihak-pihak terkait

10) Memastikan terlaksananya prinsip transparasi dalam pengurusan kegiatan unit usaha

d) Sekretaris Unit Usaha Tata usaha /

Sekretaris Unit Usaha mempunyai tugas pokok membantu kepala unit melaksanakan fungsi pengeloaanadministrasi sumber daya unit usaha Badan Usaha Milik Desa. Tugas sekretaris adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan kebijakan operasional pengelolaan fungsi administrasi unit usaha Badan Usaha Milik Desa

2) Melaksanakan strategi pengelolaan administrasi unit usaha Badan Usaha Milik Desa.

3) Memberikan pelayanan administrasi pengangkatan dan pemberhentian anggota pengelola unit usaha Badan Usaha Milik Desa

4) Memberikan pelayanan administrasi seluruh tugas pengelola unit usaha Badan Usaha Milik Desa, baik kedalam maupun keluar 5) Menyusun adminstrasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan

tugas pengelola unit usaha Badan Usaha Milik Desa

6) Mengelola surat menyurat, mengelola kearsipan secara umum 7) Mengelola data dan informasi unit usaha Badan Usaha Milik Desa

(57)

e) Bendahara mempunyai tugas pokok pembantu kepala unit dalam melaksanakan fungsi pengelolaan keuangan sumber daya unit usaha Badan Usaha Milik Desa. Tugas Kasir/bendahara adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan kebijakan operasional pengelolaan fungsi keuangan unit usaha Badan Usaha Milik Desa.

2) Melaksanakan strategi pengelolaan unit usaha Badan Usaha Milik Desa.

3) Menyusun pembukuan penerimaan dan pengeluaran keuangan unit usaha Badan Usaha Milik Desa.

4) Mengelola gaji dan insentif pengurus unit usaha.

5) Pengelola belanja dan pengadaan barang/jasa unit usaha Badan Usaha Milik Desa.

6) Mengelola penerimaan keuangan unit usaha Badan Usaha Milik Desa dan menyusun laporan pengelolaan keuangan unit usaha Badan Usaha Milik Desa.

f) Unit Usaha Simpan Pinjam

Staf analis kredit mempunyai tugas pokok pembantu kepala unit dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan kelayakan usaha pemanfaat dana usaha Desa yang dikelola Bumdes. Tugas staf analis kredit adalah sebagai berikut :

1) Melakukan pemeriksaan administrasi dan kelengkapan dokumen proposal dalam mengajukan proposal kegiatan.

2) Melakukan penilaian kelayakan usulan dengan melakukan kunjungan lapangan meliputi : cek fisik kelayakan usaha (tempat

(58)

usaha), cek fisik kelayakan agunan, mencari informasi ke masyarakat tentang karakter calon peminjam

3) Mengisi formulir verifikasi usulan saat kunjungan lapangan dan membuat rekomendasi awal hasil kunjungan lapangan

4) Melakukan umpan balik kepada pemanfaat

5) Memberikan rekomendasi akhir kepada Kepala Unit untuk dimusawarahkan dalam rapat pengurus.

Struktur Bumdesa Semesta Mandiri Bersama Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

Pengawas BPD Komisaris

Kepala Desa Timbuseng

DIREKTUR

SEKRETARIS BENDAHARA

Unit Usaha Simpan Pinjam

Unit Usaha BRI Link Unit Usaha Home Industri

Unit Usaha Jasa Angkutan H. Rabaking S.E

IKBAL

HAERUDDIN

Syahrul Arisandi,S.Pd.I Nur Hikmah,SE

Masita Syahrul

Arisandi,S.Pd.I

Heriadi Muh Ilham, SE

Gambar 4. 1

STRUKTUR BUMDes SMB Timbuseng Semesta Mandiri Bersama Desa Timbuseng

(59)

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Informan

Berikut ini adalah Informan dari penelitian ini:

Tabel 4.1 Informan Wawancara

No Nama Inisial Jabatan

1. H. Rabaking. SE R Kepala Desa Timbuseng Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

2. Ikbal I Ketua BumDesa Timbuseng Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

3 Irma I Masyarakat

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Kepala Desa / Senin, 02/08/2021

1) Sudah berapa lama bumdes berdiri dan berjalan di desa Timbuseng?

Bumdes efektif berdiri 2019 dan berjalan 3 tahun

2) Bagaimana upaya pemerintah desa melalui program BumDes dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

Ada beberapa unit usaha

a. Koperasi termasuk simpan pinjam, harapan koperasi ini efektif berjalan demi agar bagaimana kebutuhan masyarakat terpenuhi kebutuhannya terkait butuh modal usaha walaupun limitnya terbatas.

Referensi

Dokumen terkait

1 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang dikelola masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Kegiatan seminar Eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sangat memberikan manfaat bagi masyarakat, masyarakat sangat bersemangat dalam diskusi dan berkeinginan

Desa 1 terletak di Kabupaten Gunung Kidul memiliki BUMDes bernama Hkp yang telah berdiri dari tahun 2011. BUMDes ini mengelola pariwisata dengan aset yang bernama Water

43 Dalam meningkatkan pendapatan asli desa guna mendukung penyelenggaraan pemerintah dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa melalui kegiatan usaha ekonomi masyarakat,

Berdasarkan hasil wawancara yang di dapatkan dari pelaku-pelaku pengguna usaha BUMDes dapat membantu atau berperan dengan baik bagi masyarakat di desa Batetangnga mulai dari segi

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BADAN USAHA MILIK DESA BUMDES DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA DITINJAU DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Studi kasus BUMDes Jaya Abadi

Dalam mencapai tujuan tanpa kemiskinan dalam SDGs Desa, BUMDes memiliki peran penting sebagai berikut: 1 BUMDes berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat desa melalui berbagai

Peranan BUMDes dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Tibubeneng Kuta Utara Nih Luh Putu Sri Pradnyadi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti BUMDes