• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN TUGAS AKHIR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

xviii

LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN TUGAS AKHIR

(2)

xix

(3)

xx

LAMPIRAN B: WAWANCARA

Wawancara Dengan Syifa Yolla Mardiana dari Earth Hour Tangerang

Hallo nama saya Syifa Yolla Mardiana, saya dari Earth Hour Tangerang Alifia: BYB itu apasih?

Yolla: BYB itu kampanye, BYB itu singkatan dari Beli Yang Baik, jadi BYB sebuah kampanye untuk masyarakat supaya beralih kepada pembelian yang baik, beli yang baik itu bukan Cuma beli yang kaya kita untuk diri sendiri tetapi juga untuk lingkungan, Earth Hour Tangerang itu sebenernya bawahan dari Earth Hour Indonesia, dan Earth Hour Indonesia itu bawahannya WWF, sebenarnya kampanye BYB itu diawali dari WWF sendiri, jadi BYB ini mengglobal, BYB ini di adaptasi dari WWF lalu ke Earth Hour Indonesia lalu di sosialisasikan lagi ke Earth Hour Tangerang, dan regional – regional earth hour, nah dari situ komunitas earth hour regional itu transfer BYB itu menjadi campaign - campaign yang baik, tetapi sebenarnya di Indonesia sendiri, regionalnya yang memegang kampanye itu baru lima Kota, jadi BYB masih dalam proses percobaan, jadi belum secara global, kalo kita tau earth hour kan sudah banyak untuk kampanye hemat energy, nah sekarang kita coba kampanye untuk Beli Yang Baik, tetapi ini masih dalam proses

Alifia: BYB inikan kampanye, pasti ada program programnya, diantara program program yang udah di jalankan itu, program mana yang paling suksess dari BYB sendiri?

Yolla: Nah sebenernya BYB itu baru ada di regional Tangerang atau di 5 regional Kota di Indonesia, baru ada tahun 2018, nah harusnya per-Kota itu ini semacam event yang ada periodenya, nah satu Kota bertanggung jawab untuk dua tahun, setelah itu evaluasi namannya juga percobaanya, setelah evaluasi baru nanti adalagi atau enggak, atau gimana gitu, tapi Earth Hour Tangerang sendiri itu jujur belum bisa mencapai dua tahun itu selesai, progressnya belum sesuai yang di harapkan, jadi kita mundur sampai 2020 ini, dan ini sedang berjalan, jadi 2018, 2019 off, 2020 baru mau mulai lagi, oh iya isinya apa aja, jadi BYB itu karena Earth Hour Tangerang sudah banyak ngelakuin hal – hal yang berhubungan dengan kampanye hemat energi, kita pertama hemat energi, baru lebih luas ke lingkungannya, baru ada BYB ini nambah lebih ke konsumen supaya gimana caranya beli yang baik, jadi kalo ditanya isi di BYB itu apa aja, sebenarnya sama dengan yang dilakukan di Earth Hour, seperti, menginformasikan kepada masyarakat kalua misalkan beli barang itu harus sesuai dengan kebutuhan, supaya

(4)

xxi

sampah dana apa yang dipakai masyarakat itu ya sesuai jadi gak waste barang, makanan, beli itu produk sumbernya darimana.

Alifia: Selain melakukan kampanye secara langsung ke masyarakat, Jenis sosialisasi ke masyarakat itu apa lagi sih? kaya sosial media atau apa untuk pengenalan ke masyarakatnya?

Yolla: nah kalo ke masyarakat sebenarnya tu rada unik ya, karena masyarakat khususnya di Tangerang rata rata tuh sulit banget kalua pendekatan tiba – tiba satu komunitas datang ke masyarakat itu sulit, tapi kalua misalkan kita bekerja sama dengan pemerintah itu bakal lebih mudah,

Alifia: masyarakat juga bakal lebih banyak yang datang

Yolla: betull, betull

Alifia: jadi kaya relasinya itu berpengaruh ya,

Yolla: betul banget, apalagi Earth Hour Tangerang dari tahun 2018 kita tu kerjasama dengan pemerintah Kota Tangerang, nah sejak itu jadinya kaya peluang untuk sosialisasi ke masyarakat itu lebih mudah, jadi kita lebih banyak komunitas kita tu lebih di Tarik pemerintah, baru kita sosialisasiin, bukan kita yang punya ide baru kita selesain, tapi lebih kepada, ada sosialisasi ni misalkan pemerinta Kota Tangerang mau ke Kelurahan mana, Earth Hour mau masukin apa? Gitu.

Alifia: ohh kaya ikut gitu ya, bukan kita yang jalanin sendiri

Yolla: iya betul itu lebih mudah banget.

Alifia: berarti kalo, gitu nunggu pemerintah ingin melakukan apa dulu dong?

Yolla: iya tapi pemerintah Kota Tangerang, salah satu pemerintahan yang sering ngelakuin kegiatan lingkungan, karena mungkin dinas lingkungan hidupnya itu udah deket dengan komunitas kita dari dulu dan pemimpin Kota dari antara tiga ya, Kota Tangerang, Kota Tangsel, sama Kabupaten Tangerang itu yang paling mudah, maksudnya welcome dengan komunitas itu ya Kota Tangerang, kalo misalkan bukan Cuma kita yang nunggu ide juga sii karena kita ibaratnya sama pemerintah kota Tangerang “ ayok mau ikut kemana?” gitu jadi kita tuh lebih usahain masyarakat Kota Tangsel atau Kab. Tangerang, karna kita kurang banget disana, karna akses pemerintahannya itu susah,

(5)

xxii

Alifia: terus cara pengenalannya tu selain sosialisasi ke masyarakat itu ada lagi gak? Kaya misalnya buat billboard atau buat video di tempat tempat umum atau di instagram, social media?

Yolla: sejauh ini pokoknya kita pakai sosial media, apalagi masuknya kita youth community karna kita memperdayakan teman- teman kampus, sekolah minimal SMA sih, mereka udah mulai ngerti dan paham, aware dengan masalah lingkungan yang ada, jadi kita banyak ngadain Hastag challenge. Kalo liat campaign, kita di twitter aktif,, Instagram, FB di Earth Hour Indonesia dan di WWF, itu tuh kampanye kita biasanya tuh karena sosial media, jadi kita bikin gimana caranya social media tuh langsung blow up gitu kan. Jadi kalo misalkan secara konvensional pasang billboard itu tuh masalahnya lebih ke atas kita, kaya WWF dan Earth Hour Indonesia, kalo secara regional lebih main ke Sosmed dan itu caranya naikin Hastag atau kita bikin challenge

Alifia: bagaimana cara Earth Hour melakukan kampanye ke masyarakat?

Yolla: nah untuk bagaimana cara dari kami dari Earth Hour Tangerang itu kampanye ke masyarakat, sebenarnya dari pihak WWF terutama dari Earth Hour Indonesia sudah memberikan seperti guidenya gimana cara kita ngelakuin rencana-rencana kampanye, tapi terutama itu tuh dikembangin lagi ke komunitas di regionalnya, karna pasti tiap regional punya caranya masing- masing masyarakat, apalagi kalo Earth Hour Tangerang itukan lebih kepada masyarakatnya tuh kebanyakan millennial-millennial seusia kita kan yang sama sosmed itu lagi gini banget, beda sama kalo misalkan yang di Jogja, kalo di Jogja itu beda lagi, nah kalo khususnya di Kota Tangerang kita tuh kamarin di 2018 punya acara BYB fest, nah ada dua acara yang kita tekanin, yang pertama acara di sosial media yang kedua tu acara closingnya gitu di kampus, kenapa kampus, karna kita tau, maksudnya focus dari kampanye kita tu ke anak- anak kampus, jadi pertama kita ngadain lomba video singkat BYB, waktu itu di kampus UIN, acaranya sama kaya acara Earth Hour lainnya, kaya ke talk show tentang lingkungan khususnya tentang BYB, terus ngadain workshop tentang penggunaan sampah, kemarin bikin tas dari baju,

Alifia: terus dari beberapa kampanye yang sudah dijalanin sama Earth Hour, pasti ada kampanye yang kurang dong peminatnya, biasanya tu peminatnya gara- gara apa?

(6)

xxiii

Yolla: jadi sebenernya masalah kampanye itu kita itu lebih banyak, karena misalkan kampanye itu, kita tu kan komunitas lebih banyak ke anak anak muda, nah biasanya kampanye kita kalo misalkan kurang karena biasanya anak kampusnya itu sibuk dengan urusan kampusnya masing- masing, itu anak kampus ya, kalo misalkan masyarakat itu beda lagi, kalo masyarakat kita itu terkadang punya perizinan ke masyarakat itu susah, terus kalo misalkan ke pemerintah itu juga masalah perizinan, terus kalo misalkan ke sekolah sekolah itu masalah waktu, sama kaya di kampus masalah waktu itu berdampak besar banget sama kampanye kita, sedangkan kita isinya anak- anak muda jadi kita pasti pakai waktu liburan, sabtu minggu, jadi agak bentroknya disitu dan jadinya ketika kita ngadain suatu talkshow atau seminar itu tuh agak kurangnya dii situ

Alifia: berarti kaya masalah cocokin waktunya

Yolla: iya betul waktunya ga cocok, perizinan

Alifia: kalo misalnya kaya targetnya gacocok?

Yolla: targetnya ya?

Alifia: ada gak kemungkinan ?

Yolla: kalo masalah target

Alifia: atau emang dari Earth Hour udah di targetin?

Yolla: iya kalo tadikan kita bikin acara kita tau nih fokusnya ke anak kampus, anak sekolah atau ke masyarakat, nah tadi penyebabnya ya gara gara waktu dan lain lain,

Alifia: nah kalo paling sukses nih itu karna apa? Paling wah dari kampanye kampanye lain, atau event yang besarkah, atau apa

Yolla: sebenernya event besar tuh ngaruh banget ya, kaya ada Earth Hour, Earth Hour itukan sebenernya kegiatan kan, komunitas itu Earth Hour Tangerang, nah pas kegiatan switch off tanggal 22 Maret itu tuh dibilang suksess banget, iya, karena ibaratnya itu tuh gongnya Earth Hour setelah satu tahun kita ngadain aksi aksi, edukasi, itu baru switch off itu..

Alifia: oh karena persiapannya sudah lama perkenalan ke masyarakat ya

(7)

xxiv

Yolla: iya…satu tahun betul, jadi ibaratnya setiap satu tahun itu tuh kita ngadain edukasi, kita ke masyarakat ke komunitas yang lain, kita penyuluhan, bukan penyuluhan si, lebih ke sharing aja, kita ngadaian apa sih, kenapa ada komunitas ini, kita tu bilang misalkan 22 Maret tuh kita matiin lampu tapi kita kasih edukasi Alifia: oh jadi kaya berlanjut gitu ya

Yolla: betul kita jelasin lakuin apa, terus nanti ketika tanggal 22 itu selain kita minta dukungan sama pemerintah atau kaya influencer– influencer jadi orang makin aware gitu kan, itusi yang menurut aku kenapa event kita itu bisa ada yang besar

Wawancara dengan Reza Cordova dari Oceanografi LIPI (Lembanga Ilmu Pengertahuan Indonesia)

Alifia: kan mikroplastik mencemari lautan ya pak, cara pembuatan mikroplastik ini bagai mana sih pak?

Reza: jadi gini, mikroplastik itu ada dua sumber, yang pertama adalah sumber primer yang kedua adalah sumber sekunder. Mikroplastik itu adalah, plastik dengan ukuran kurang dari 5 mili, tetapi ada juga peneliti lain yang menyatakan mikroplastik ini adalah plastik yang ukurannya kurang dari 1 mili sampai satu micron itu lebih kecil daripada virus. Kemudian, mikroplastik ini asalnya ada dua yang pertama sumber primer dan yang kedua dalah sumber sekunder.

Mikroplastik primer adalah mikroplastik yang memang diciptakan sedemikian rupa memang ukurannya sudah kecil, contohnya apa, microbead, facial scrub, spa body spray, dll. Tapi tidak cuma itu sebenernya ada juga plastic yang dipakai untuk scrubbing pembersih kapal, kemudian ada juga plastic campuran dari fertilizer campuran pupuk, itu ada juga, memang diciptakan ukurannya sedemikian rupa ukurannya itu kecil sebagai tempat penempelan dari bakteri, jadi lebih cepat kalau di pertanian dan lain lain. Yang kedua adalah plastic yang terdegradasi ukurannya besar menjadi ukurannya kecil nah, tapi ukuranbesar ke kecil ini pertama tergantung dari waktu, tergantung dari jenis polimernya apa,

(8)

xxv

tergantung dari konsidi lingkungan ketika dia sudah masuk linggukan tuh seperti apa. Misalnya katakanlah ini plastic bungkus flashdisk saya dibandingkan dengan kresek pasti akan lebih cepat hancur yang plastic kresek dibandingkan yang seperti ini, dan plastic kersek juga da levelnya nih ada yang tebal kayak misalnya plastic sachet itu kan ada beberapa lapis malah, nah itu bisa dalam tiga bulan atau dalam waktu enam tahun, dalam waktu lima tahun itu tergantung dari jenis pollymernya apa itu tadi. Jadi sumbernya ada dua.

Alifia: Kan dia juga mencemari lingkungan juga kan pak, dia memiliki dampak yang serius gitu gak pak terhadap manusia atau ke hewan?

Reza: Dampaknya ada dua, dampak yang langsung maupun tidak langsung.

Dampak langsungnya, ketika masuk kedalam tubuh, mau biota ataupun tubuh bio manusia, dia bisa mengganggu saluran pencernaan. Bisa yang pertama clogging atau menghambat, yang harusnya menyerap sari-sari makanan menjadi tertutup sehingga mahluk hidup selalu merasa kenyang, kurang lebih seperti itu. Dari mikroplastik sampai yang meso plastic atau bahkan yang besar, itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, bahayanya secara tidak langsung adalah plastic ini bisa menjadi tempat penempelan atau media bagi polutan polutan lain. Apakah itu polutan organic, seperti polutan minyak kah atau misalkan pestisida kah atau bahkan samapi logam berat. Nah itu sifatnya Cuma menempel bukan mengikat karna berbeda, ketika polutan ini misalkan katakanlah ini adalah plastiknya kemudia ditempeli polutan, dia hanya menempel, digoyang sekalipun dia akan kemudia lepas, tergantung dari bahan organik duluan yang menempel di lapisan biofilm dari bakteri misalnya. Ketika masuk kedalam tubuh, mau itu biota mau itu tumbuhan itu kirang lebih mirip. Kalau misalnya masuk ke hewan atau ke manusia yang namanya manusia atau hewan itukan pasti masuk ke lambung disalamnya prosesnya ada dua. Pertama proses secara peristaltic atau gerakan, yang kedua dalah lewat enzim atau lewat asam lambung nah itu bisa membuat lepas. Ini si plastik ini bisa clogging atau bahkan bisa melukai saluran pencernaan, nah yang kedua si polutan ini dia justru dapat berikatan atau di ikat, karna ini kan

(9)

xxvi

racun masuk kedalam tubuh kalo yang namanya polutan organik ataupun logam berat masuk kedalam tubuh nanti bisa diikat dengan gugus sulfhidril namanya, gugus sulfhidril itu dia mengikat, target petramanya kalau dihewan tingkat besar masuk ke hati disimpan disana, tapi itu juga memiliki batasan jadi sama seperti ruangan ini nih jika sudah penuh dia akan disimpan di tempat lain kan gitu, nah harusnya ketika masuk kedalam hati dia di ikat saja kemudian dicari formula yang terbaik supaya dia itu bisa dikeluarkan lagi atau supaya tidak bisa membahayakan tubuh, tetapi kalau plastik tidak seperti itu dia hanya sebagai pembawa, nah tapi ketika plastik ini masuk kedalam tubuh, pertama menutup yang seharusanya bisa menyerap sari sari makanan kemudian terasa kenyang kemudian yang kedua robek, katakana lah ususnya ataupun lambungnya si polutan inibisa lebih cepat masuk kedalam tubuh dan terakumulasi pada organ yang lain gitu, jadi secara tidak langsung bisa kita bilang dia pembawa dan mempercepat rusaknya tubuh dibandingkan polutan itu masuk kedalam tubuh, gitu

Alifia: Cara penyebarannya tuh mikroplastik ini tuh gak Cuma di laut doang kan ya pak?

Reza: Engga jadi mikroplastik itu kalau menurut dari hasil penelitian mau dari air, mau dari tanah, mau dari sedimen, sampai udara sekalipun itu ada mikro plastik, tergantung dari media apa yang membawa, karna kenapa? Dia ini densitasnya rendah, densitas itu seperti berat jenis. Nah kita tiup kapas, kapas itu sebernya polymer tapi alami atau natural polymer kalo plastik itu kan synthetic polymer. Ketika kita tiup aja dia kan terbang, sekarang kita seperti ini dia pasti banyak dan kemudia kalau di air dia sama seperti sampah sampah biasa, dia pasti akan mengikuti arus itu mengalir dia pasti akan ada gitu, nah yang belum kita ketahui sekarang apakah ground water juga, tapi menurut beberapa kajian ground water juga sudah terkontaminasi sama mikroplastik tetapi jumlahnya ini masih belum tau, karena misalkan katakanlah saluran air yang didepan itu mengandung mikroplastik, dia masuk bawah itu berapa cepat sih? Itu masih belum tau. Gitu, karenakan tergantung dari jenis sedimen atau tanah nya kan. Tapi yang jelas

(10)

xxvii

mikroplastik sudah di temukan di seluruh tempat baik yang tempat memang kotor, ya kalau kotor katakanlah kayak di pesisir pantai yang banyak penduduk kayak misalnya Jakarta itu udah banyak. Bahkan sampai laut dalam sampai kedalaman lebih dari 4000 meter pun sudah ada, hasil penelitian kami yang ada di selatan Sumatera itu sampai kedalaman lebih dari 2000 meter, bahkan sampai di palung laut yang ada di Mariana itu juga sudah ada. Kemudian kemarin saya baru baca berita dari Newcastle University mererka menyatakan ada biota yang hidup di deep sea ternyata mereka makan plastik, gitu. Nah termasuk itu tadi yang tadi baru dateng, mereka penelitiannya juga sama yang ada di laut dalam itu juga ada, mau tempat bersih seklipun sudah ada, mungkin kecuali di.. saya gak tau, saya terakhir kali penelitian hulu Citarum itu ada mikroplastik, tapi memang asalnya itu dari pertanian. Jadi banyak

Alifia: di Indonesia ini di lautan nya wilayah yang paling banyak terdapat mikroplastik itu dimana ya pak?

Reza: Jadi gini, secara garis besar kita bisa bilang semakin tinggi jumlah penduduk semakin banyak pula mikroplastik yang ada. Karena apa? Karena wajar, mikroplastik ini kan tergantung dari penggunaannya dan kemudian kesadaran setiap orang ini berbeda beda, kalau misalkan katakanlah kita bilang Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, Makasar, itu tinggi tinggi semua tapi kalau kita bandingkan sama negara negara lain di yang sudah maju misalnya Manhattan atau misalnya di German, atau misalnya di Belgia, jumlahnyabmasih lebih tinggi disana dibandingkan di Indonesia kenapa? Karna kemungkinan bisajadi sumber nya yang sekunder itu disana lebih banyak, gitu. Dan karakternya pun beda yang ada di luar negri karna pengelolaan sampahnya sudah lebih baik daripada di kita, kita sampah plastic masih banyakdisana itu justru lebih banyak adalah sampah dari mikrolastik yang dari polyester dari baju, sedangkan kalau kita lebih banyak yang bentuknya bersal dari plastic sachet kah atau dari apa namanya? Plastic kresek atau dari Styrofoam itu cukup banyak gitu, tapi bukan berarti kita diem aja kan? Atau mau kita tingkatkan?jadi lebih banyak?

(11)

xxviii

Alifia: karna mingkin disana produksinya juga beda beda kali ya pak? Disana itu mungkin lebih ke kain.

Reza: Iya karna kan kalau disana penggunaan untuk polyester itu lebih banyak daripada kita, kalau kita mungkin baju dari polyester lebih mahal, yakan? Tapi katakana lah kalu msialkan dari China atau dari Vietnam itu polyester lebih banyak, tapi kalau dikita kan kita lahan masih luas, tumbuhan kapuk masih banyak dan kemudian masih relative lebih murah dibandingkan yang polyester itu sendiri gitukan. Tetapi yang jadi problem, gimana bilangnya ya, sebenarnya itu sendiri masih jadi bahan pertimbangan karena itu jadi kayak buah simalakama, kalau kita memperbanyak polyester, pabriknya ok kecil tapi sumber mikroplastiknya akan jauh lebih banyak, tapi kalau kita memperbanyak katun yang dimana itu lebih aman bagi lingkungan, itu butuh air lebih banyak, kemudian luas areanya untuk penanaman pohon kapuk itu sendiri tinggi gitu ya kita jadi satu persoaalan sendiri gitukan. Jadi kita memang harus mencari solusi, apakah kita recycle atau seperti apa itu yang harus kita cari jawabannya

Alifia: Upaya dari kita sendiri itu apa sih pak untuk mengurangi mikroplastik?

Reza: Yang paling simple kitaharus mengurangi, kita harus sadar apa yang kita hasilkan itu akan nanti berbalik ke kita sendiri, contohnya tadi mikroplastik kan.

Apa yang kita pakai di facial wash, atau kita memakai scrubber di punggung misalnya, itu bukan gamungkin ketika nanti masuk kedalam air dimakan ikan, ikannya kita makan. Okelah mungkin kalau misalnya ikannya itu kita tidak makan saluran pencernaannya, karenakan itu kebanyak masuk kedalam saluran pencernaan. Tapi bagaimana dengan polutan yang masuk kedalam sana, nah kita memang pertama harus merubah pola piker dulu. Kalau dari pola pikirnya sudah kita rubah, kemudian kita sudah tau kalau maslahnya seperti ini, kita tidak mau berbuat seperti ini lagi. Makannya sekrangkan mabanyak nih dari generasi milenilal buat bikin pengganti plastik yang baru kah, atau aplikasi katakanlah

(12)

xxix

penyebaran penyebutan sampah kemudahan pemilahan dan lain lain. Itu harus kita dukung, gitu loh.

Alifia: Menurut bakapak kalau kampanye itu efektif atau tidak pak?

Reza: Tergantung dari orangnya yang mana, kalau mislanya orangnya, misalnya kataknlah kayak kita nih melek teknologi kemudian sadar oh kita udah taunih konsidi lingkungan seperti ini, ini begini itu ok, tapi kita bayangkan banyak juga masyarakat Indonesia yang listrik aja belum ada, gitu kan. Mereka untuk perut saja belum bisa gitu loh. Nah iti sebenarnya yang bikin serba salah, kenapa?

Karena salah satu sumber mikropalastik asalnya kataknlah sumbernya dari sachet, dari sachet ini kenapa di Indonesia banyak? Karenakan daya beli masyarakat kita rendah, gitu kan? Jadi memang kita harus merubah itu dulu gitu. Nah, apakah sachetnya ini kita rubah atau misalnya sachetnya semakin disedikitkan, nah itu yang kita harus cari formulasi jawaban yang fix yang paling enak tuh seperti apa, dan kemudia karakter setiap wilayah ini kan beda beda, kita tidak bisa menyamakan yang ada di Malang dengan yang ada di Jakarta atau yang ada di Tangerang misalnya, atau di Serpong. Itu udah nyampur kan dibanding kan yang homogen dibandingan dengan heterogen, ini gabisa di ataur ini kalau yang heterogen lebih sulit. Nah ini pendekatan ini secara ilmu sosial. Nah jadi pertama memang harsu kita rubah dulu pola pikirnya kemudian yang kedua adalah kita harus tingkatkan pendidikan yang ada, kemudian yang ketiga baru kita cari solusinya, kalau menurut saya yang sekarang itu solusinya membersihkan itu solusi emergency. Kalau gak kita tutup dari kerannya yang si sumbernya ya akan tetap terus terusan kayak gitu, gitu. Dan kita harus sadar kalau kerusalan lingkungan akibat plastik itu biayanya jauh lebih mahal daripada perawatannya.

Jadi perawatan kayak sekarang ini kayak kita untuk membersihkan pasifik utara saja itu per kilometer square itu butuh berapa juta dolar, kalau menurut hasil NOAA ya gitu. Apa lagi di Indonesia gitu, dan di Indonesia kita harus sadar, makannya kita pertama harus ubah pola piker dulu. Kita harus sadar ujung ujungnya ini pasti ke lingkungan, kalau kita buangnya ke sungai, pasti ujung

(13)

xxx

ujungnya ke laut. Padahal nanti kedepan, tahun 2040 ke atas 2050 itu diprediksikan prodak pangan yang dari laut itu akan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang Indonesia, padahal tahun 2050 di prediksi jumlah bio masa ikan akan lebih sedikit dibandingkan jumlah bio masa plastik, kalau kita tidak berbuat apa apa.

Alifia: Menurut bapak, ini kan banyak solusi yang bisa dilakukan kan?

Pemerintah perlu gak ikut campur?

Reza: Pasti! Jadi gak Cuma pemerintah, kalau menrut kami bahkan ada empat factor besar, empat variabel besar, empat stakeholder besar yang terlibat langsung.

Pertama jelas pemerintah, kenapa pemerintah? Karena ini adalah yang memberikan regulasi, pengawasan dan yang lain, ini harus ada. Kita Indonesia punya, buat saya, regulasi paling lengkap di dunia mungkin slah satunya Indonesia, tapi implementasinya, ini yang kurang, ini kita harus ada, jangankan sampah, kita merokok yang harusnya aturan tidak boleh merokok aja masih banyak yang merokok gitu kan, yang menegur juga merokok gitu kan? Itu menjadi problematika tersendiri, nah ini regulasi ini seharusnya di kenakan, makanya kekuranganya itu tadi, sedangkan regulasinya si sudah ada, angaran mungkin kurang, tapi sebenarnya kalau implementasinya pelan pelan ini pasti bisa. Kemudian yang kedua dari industry, industry ini adah penghasil produsen, kalau ini, ini kita harus re beiging lagi, di desain lagi produknya terus seperti apa sih? Apakah misalnya kita tidak usan pakau sachet lagi? Atau misalnya didalam produk sachetnya itu kita buat bahannya memang 100% produk alami plastik gitu, dengan kemampuan yang sekarang, gitu. Kemudian yang ketiga adalh masyarakat, masyarakat itu tadi terutama pola pikir, tapi ini kan semuanya kotak yang namanya masyarakat juga bisa memberi saran kepada pemerintah bisa memberisaran kepada industry. Nah kemudian yang pihak terakhir, kalau menurut kami itu adalah akademisi, mau itu dari LIPI, termasuk mahasiswa, gitu mahasiwa dosennya dan lain lain gitu. Nah ini adalah membantu untuk utamanya salhsatunya membantu di industry untuk redesigning, kemudian membantu

(14)

xxxi

mengedukasi masyarakat untuk program implementasi pemerintah tadi, sekaligus memberikan saran ke pemerintah, ini loh sebenarnya yang pas tuh seperti ini, kalau mislnya katakanlah pmerintah, oh say maunya ke provisnsi A seperti ini, provinsi B seperti ini, Povinsi C seperti ini, tapi ternyata menurut akademisi sama masyarakat ini berbeda, ini loh ini terlalu prola jadi jadi tidak bisa disatukan gitu, ini harus sendiri sendiri, gitu. Karakter ini masing masing harus berperan, kalau salah satu saja yang berperan gabisa. Bahkan kalau cuma tiga saja ini gak akan bisa jalan. Harus berjalan beriringan, gitu. Ini complex msalhnya soalnya.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah plastik dan pasir yang mana bahannya bukan umum digunakan untuk beton ringan maka data kuat hancur agregatnya

8) Tuangkan kedalam gelas lain sedikit saja, lalu masukkan telur kedalam gelas tersebut 9) Kemudia isilah gelas tersebut denan air banyak secukupnya untuk membuat telur melayang.

Yakup, MS dengan judul “Pengelolaan Hara dan Pemupukan Pada Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) Di Lahan Kering” telah diterima dan untuk dapat dipresentasikan pada Seminar

This research aimed to develop 3.1 and 4.1 basic competence those are about Asking Attention, Checking Understanding, Appreciating Work, Giving and

humas untuk merumuskan strategi media relations yang lebih baik, melalui pembentukan hubungan antarpribadi dengan jurnalis yang didasari atas.

Kandungan dari empat elemen, yaitu Cu, Fe, Mn dan Zn, pada sampel salak pondoh dan nira kelapa yang merupakan produk berindikasi geografis dari Daerah Istimewa Yogyakarta diukur

Dorongan internal yang cukup menonjol dalam mempengaruhi pilihan karier kaum gay adalah kebutuhan akan rasa aman dari lingkungan.. Sedangkan yang eksternal adanya

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20*+0 tahun' ematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20