iv
ABSTRAK
EFEK TERTAWA TERHADAP KEWASPADAAN PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA
Katerina Putri K.W., 2016 Pembimbing I : Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO Pembimbing II : Ade Kurnia Surawijaya, dr., SpKJ
Kewaspadaan pada seseorang sangat dibutuhkan untuk mengikuti setiap kegiatan, baik akademik maupun bukan akademik. Studi yang mempelajari tentang tertawa yaitu gelotologi. Tertawa dapat menurunkan hormon – hormon stres seperti kortisol, epinefrin dan hormon pertumbuhan, serta meningkatkan hormon endorfin dan neurotransmiter. Manfaat tertawa untuk kinerja kognitif seseorang antara lain, meningkatkan memori dan kewaspadaan, meningkatkan fungsi otak, mengurangi stres. Hal ini juga menjadikan tertawa sebagai terapi dalam bidang klinis disebut juga terapi tertawa.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek tertawa terhadap kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.
Desain penelitian ini bersifat Eksperimental Semu, dengan menggunakan rancangan pre-test dan post-test. Data yang diukur adalah jumlah waktu dalam detik yang dibutuhkan untuk mengerjakan Johnson Pascal test. Analisis data menggunakan uji “t”berpasangan dengan α = 0,05.
Hasil penelitian yang didapat adalah jumlah waktu dalam detik yang dibutuhkan untuk mengerjakan Johnson Pascal test sesudah tertawa menonton video humor lebih singkat dibandingkan dengan sebelum tertawa menonton video humor (123,29 vs 147,42) dengan perbedaan sangat signifikan (p < 0,01).
Simpulan penelitian ini adalah tertawa berpengaruh meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.
Kata kunci : tertawa, humor, kewaspadaan, laki-laki dewasa muda, gelotologi
v
ABSTRACT
THE EFFECT
OF LAUGHTER TOWARDS YOUNG MEN’S
ALERTNESS
Katerina Putri K. W., 2016 1stTutor : Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO 2ndTutor : Ade Kurnia Surawijaya, dr., SpKJ
Young men’s alertness is required to do any activities both academic and nonacademic. The study about laughter is gelotology. Laughter may decrease stress hormones, such as cortisol, epinephrine and growth hormones. Laughter known that could improve endorphine hormones and serotonin. Laughter is often used as a therapy in the clinical field, called laughter therapy. The benefits of laughter to a person's cognitive performance are improving memory and alertness, improving brain function, reducing stress.
The aim of this research was to measure the effect of laughter on alertness on young men.
This research was a quasi experimental design with pre and post test method. The measured data wasthe amount of time needed to finish Johnson Pascal Test. Data was analyzed using “t”test with α = 0,05
The result of this research showed that the amount of time needed after watching a humor video were shorter than before laughing watching humor video (123,29 + 27,914 vs 147,42 + 26,947) with highly significant difference (p<0,01).
The conclusion of this research was laughing raise alertness in young men.
Keywords : laugh,humor, alertness, young men, gelotology
viii
DAFTAR ISI
JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 2
1.4 Manfaat Penelitian... 3
1.4.1 Manfaat Akademis... 3
1.4.2 Manfaat Praktis... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sistem Saraf Pusat... 5
2.1.1 Telencephalon (Cerebrum)... 5
2.1.2 Cerebellum... 6
ix
2.1.3 Diencephalon... 6
2.1.4 Batang Otak... 7
2.1.5 Medulla Spinalis... 7
2.2 Bagian yang Berperan Dalam Kewaspadaan... 7
2.2.1 Sistem Limbik... 7
2.2.2 Formatio Reticularis... 9
2.2.3 Area Asosiasi (Prefrontal)... 11
2.2.4 AmygdalaI... 12
2.3 Hormon... 13
2.3.1 Hormon Serotonin... 13
2.3.2 Hormon Endorfin... 14
2.3.3 Hormon Dopamin... 14
2.4 Fungsi Kognitif... 15
2.5 Kewaspadaan... 18
2.5.1 Definisi Kewaspadaan... 18
2.5.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kewaspadaan... 18
2.6 Tertawa... 20
2.6.1 Definisi Tertawa... 20
2.6.2 Macam-Macam Jenis Tertawa... 20
2.6.3 Penyebab Tertawa... 22
2.6.4 Mekanisme Tertawa... 22
2.7 Hubungan Tertawa dengan Kewaspadaan... 24
2.8 Gelotologi... 25
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian... 26
3.1.1 Alat Penelitian... 26
3.1.2 Bahan Penelitian... 26
3.2 Subjek Penelitian... 26
x
3.2.1 Kriteria Inklusi ... 26
3.2.2 Kriteria Eksklusi... 27
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian... 27
3.4 Metode Penelitian... 27
3.4.1 Desain Penelitian... 27
3.4.2 Variabel Penelitian... 27
3.4.3.1 Definisi Konsepsional Variabel... 27
3.4.3.2 Definisi Operasional Variabel... 28
3.4.3.3 Besar Sampel Penelitian... 28
3.5 Prosedur Penelitian... 28
3.5.1 Persiapan Sebelum Tes... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 31
4.2 Pembahasan... 32
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 34
5.2 Saran... 34
xi
DAFTAR PUSTAKA... 35
LAMPIRAN... 39
RIWAYAT HIDUP... 48
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sistem Limbik... 9
Gambar 1.2 Area otak yang mempunyai peran motorik, afektif, dan kognitif saat tertawa... 24
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rerata Skor Test Kewaspadaan Sebelum dan Sesudah Tertawa Melihat Video... 31
Tabel 1.2 Hasil Pengolahan Data Skor Tes kewaspadaan Setelah Tertawa Menonton Video... 32
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian... 39
Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan untuk ikut serta dalam Penelitian (Informed Consent)... 40
Lampiran 3 Soal Johnson Pascal Test... 41
Lampiran 3.1 Soal Pre Test... 41
Lampiran 3.2 Soal Post Test... 42
Lampiran 3.3 Cara Melakukan Percobaan... 43
Lampiran 4 Data Hasil Penelitian... 44
Lampiran 5 Data Pengolahan Hasil SPSS Tes Kewaspadaan menggunakan Johnson Pascal Test Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan... 45
Lampiran 6 Dokumentasi... 47
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kewaspadaan adalah kesadaran yang normal pada orang sehat (Muttaqin,
2008). Kewaspadaan dalam hal yang lebih spesifik termasuk dalam fungsi
kognitif (Oken et al., 2006). Kewaspadaan diperlukan hampir dalam semua
aktivitas sehari – hari, seperti belajar, bermain, maupun bekerja. Penurunan
kewaspadaan dapat mengakibatkan penurunan kinerja kerja, kecelakaan kerja,
bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas (Anang Prayudi, 2006).
Kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda sangat dibutuhkan untuk mengikuti
setiap kegiatan, baik akademik maupun bukan akademik.
Tertawa merupakan fenomena yang esensial dalam kehidupan manusia. Pada
tahap awal perkembangan perilaku sosial seorang anak, pada usia 4 minggu,
seorang bayi sudah dapat memberikan seulas senyuman sebagai respon terhadap
kondisi fisik yang menyenangkan. Tertawa sebagai sebuah reflex motorik, muncul
saat menginjak usia 4 bulan (Sadock & Sadock, 2007).
Tertawa merupakan hal yang dewasa kini dianggap penting, sehingga terdapat
studi yang mempelajari tentang tertawa yaitu gelotologi. Beberapa efek yang
ditimbulkan karena tertawa menjadikan tertawa sebagai terapi dalam bidang klinis
yang disebut juga terapi tertawa (Butler, 2005).
Dr. Michael Miller, salah satu penulis studi mengenai manfaat tawa terhadap
fungsi endotel mengatakan, bagaimana jika dokter merekomendasikan setiap
orang tertawa 15 sampai 20 menit dalam sehari seperti mereka merekomendasikan
olah raga selama 30 menit. Sehingga mulai dipertimbangkan bahwa, makan
sayuran, cukup tidur dan tertawa adalah resep yang indah untuk meningkatkan
kesehatan (Strean, 2009).
Tertawa dapat menurunkan hormon – hormon stress seperti kortisol, epinefrin,
dopamin dan hormon pertumbuhan. Meningkatkan hormon endorfin dan
neurotransmiter. Manfaat tertawa untuk kinerja kognitif seseorang antara lain,
2
meningkatkan memori dan kewaspadaan, meningkatkan fungsi otak, mengurangi
stress (Brown, 2011).
Aktivitas yang dilakukan selama kuliah maupun di luar kuliah dapat
menyebabkan penurunan kewaspadaan bagi laki-laki dewasa muda. Hal tersebut
dapat mempengaruhi kegiatan belajar, sehingga dibutuhkan upaya untuk
meningkatkan kewaspadaan, salah satunya dengan tertawa.
Studi – studi yang mendokumentasikan efek tertawa terhadap fisiologi tubuh
masih terbatas dan masih dikatakan belum adekuat dalam mengidentifikasi efek
tertawa tersebut (Bennet & Lengacher, 2006). Studi yang dilakukan lebih banyak
pada orang sakit dan geriatri (terapi tertawa). Studi yang dilakukan pada geriatri
didapatkan hasil bahwa tertawa dapat meningkatkan kesehatan geriatri (Ghodsbin
et al., 2015).
Sampai saat ini, masih sedikit studi mengenai efek tertawa di Indonesia. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek tertawa pada
laki-laki dewasa muda terutama terhadap kewaspadaan sehingga dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah tertawa mempunyai pengaruh terhadap kewaspadaan pada laki-laki
dewasa muda.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini untuk mengetahui efek tertawa terhadap kewaspadaan
pada laki-laki dewasa muda sehingga dapat dimanfaatkan pada kehidupan sehari –
hari.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek tertawa terhadap kewaspadaan
pada laki-laki dewasa muda.
3 1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat akademik : memberikan informasi kepada kalangan akademik dapat
mengetahui mengenai efek tertawa terhadap kewaspadaan.
Manfaat praktis : agar masyarakat dapat memanfaatkan efek tertawa dalam
kehidupan sehari – hari terutama kewaspadaan.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Stimulus atau humor yang diberikan diproses melalui sensor panca indera
(mata dan telinga) diteruskan ke lobus frontal. Bagian dari lobus frontal yaitu
cortex prefrontal memproses dan menentukan informasi tersebut “lucu” atau
tidak. Kemudian sinyal dikirim menuju nukleus acumbens dan the suplementory
motor area untuk memproduksi respon tertawa (Berk, 2001; Mahoney, 2010).
Pada saat tertawa terjadi pergerakan diafragma dan otot abdomen menyebabkan
penurunan hormon stress dan menimbulkan perasaan relax pada individu tersebut
(Ghodsbin et al., 2015). Perasaan relax dan emosi positif yang ditimbulkan saat
tertawa akan mengaktifkan amygdala (McPherson, 2015) kemudian akan
memberi sinyal ke sistem limbik dan menjalarkannya ke hipotalamus.
Rangsangan tersebut akan mengaktifkan gelombang alfa untuk menghasilkan
neurohormon seperti serotonin. Serotonin berperan untuk mengaktifkan enzim
adenilil siklase di dalam membran menyebabkan terbentuknya siklik AMP di
dalam terminal presinaptik sensorik. Siklik AMP akan mengaktifkan protein
kinase yang menyebabkan fosforilasi protein. Keadaan ini akan menghambat
penjalaran kalium kanal. Berkurangnya penjalaran kalium menyebabkan
timbulnya potensial aksi.
Hormon lain yang dikeluarkan adalah endorfin dan dopamin. Endorfin sendiri
memiliki fungsi untuk menghilangkan stres, meningkatkan mood manusia, dan
4
menenangkan (Corwin, 2009). Dopamin mempunyai fungsi dapat meningkatkan
dorongan, fokus dan konsentrasi dalam melakukan suatu kegiatan (Alban, 2015).
Selain meningkatkan produksi endorfin dan dopamin, tertawa juga menurunkan
hormon kortisol dan epinefrin. Sehingga hal-hal tersebut akan menyebabkan
peningkatan fungsi kognitif serta kewaspadaan (Berk, 2001; Mahoney, 2010).
1.5.2 Hipotesis
Tertawa berpengaruh meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa
muda.
34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tertawa berpengaruh meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.
5.2 Saran
• Dapat diteliti lebih lanjut orang percobaan melakukan tes perorangan di ruang sendiri.
• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek tertawa terhadap peningkatan tes kewaspadaan dengan kelompok pembanding tanpa perlakuan dan dengan kelompok pembanding menonton video non-humor seperti video seram atau drama.
• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek tertawa terhadap peningkatan tes kewaspadaan dengan durasi video lebih lama dan tipe video yang berbeda.
• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek tertawa terhadap peningkatan tes kewaspadaan dengan subjek penelitian perempuan dan pada kelompok usia yang berbeda.
35
DAFTAR PUSTAKA
AAAS. 2003. The laughing barin 1: How we laugh.
http://www.sciencenetlinks.com/lessons.cfm?DocID=381., November 10th,
2015.
Alban, D. 2015. Be brain fit. http://bebrainfit.com/increase-dopamine/., November 7th, 2015.
Aprianti, Paskah. 2009. Pengaruh Tayangan Humor terhadap Peningkatan
Memori Jangka Pendek Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Repository Universitas Sumatera Utara.
Bellows, A. 2015. Humoring the gelotologists.
http://www.damninteresting.com/humoring-the-gelotologists/., December 5th,
2015.
Bennet, M., Lengacher, C. 2006. Humor and laughter may influence health. I. History and background. US National Library of Medicine.
Bergland, C. 2012. The neurochemicals of Happiness.
https://www.psychologytoday.com/blog/the-athletes-way/201211/the-neurochemicals-happiness., September 24th, 2015.
Berk, R. 2001. The active ingredients in humor psychophysiological benefits and risks for older adults. Educational Gerontology.
Bouchez, Colette. 2011. Serotonin: 9 questions and answers.
http://www.webmd.com/depression/features/serotonin., December 4th, 2015.
Brain, Marshall. 2000. How laughter works.
http://people.howstuffworks.com/laughter1.htm., December 5th, 2015.
Brown, Asa Don. 2011. The benefits of laughter.
https://www.ccpa-accp.ca/the-benefits-of-laughter/., December 23rd, 2014
Butler, B. 2005. Laughter: The best medicine?. Oregon Institute of Marine
Biology.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Handbook of pathophisiology. Jakarta: EGC.
36
Dopamine Neurotransmitter. 2015. Dopamine neurotransmitter.
http://www.psychologistworld.com/biological/neurotransmitters/dopamine.ph
p., December 16th, 2015
Drake, R., Vogl, A., Mitchell, A. 2004. Grays anatomy (Vol. 2). Spain: Chuchill
Livingstone Elsevier.
Ganong, W. 2009. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Ghodsbin, F., Ahmadi, Z., Jahanbin, I., Sharif, F. 2015. The Effects of laughter therapy on general health of elderly people referring to jahandidegan community center in shiraz iran, 2014: A randomized controlled trial. IJCBNM.
Goldberg, J. 2014. Exercise and Depression.
http://www.webmd.com/depression/guide/exercise-depression., November
20th, 2015.
Guyton, A., Hall, J. 2012. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11st. ed. Jakarta: EGC.
Healthline Medical Team. 2015. Brain.
http://www.healthline.com/human-body-maps/brain., December 10th, 2015.
Kibiuk, Lydia. 2001. Brain briefings. Society for Neuroscience.
Kinser, P. 2000. Organization of the nervous system.
http://serendip.brynmawr.edu/exchange/brains/structures., December 2nd,
2015.
Lisnaini. 2012. Senam vitalitas otak dapat meningkatkan fungsi kognitif usia
dewasa muda.
http://www.akfis.uki.ac.id/assets/jurnalfile/BRAIN_GYM_FOR_COGNITIV
E.pdf., December 5th, 2015.
Mahoney, Hildegarde. 2010. Humor, laughter, and those aha moments. The
harvard mahoney neuroscience institute letter, 2[16].
Mandal, A. 2013. What is dopamine?.
http://www.news-medical.net/health/What-is-Dopamine.aspx., December 8th, 2015.
McPherson, F. 2015. About memory.
http://www.memory-key.com/memory/emotion., December 7th, 2015.
Muttaqin, A. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
37
Oken, B. S., Salinsky, M. C., Elsas, S. M. 2006. Vigilance, alertness, or sustained
attention: Physiological basis and measurement. Clinical neurophysiology,
117[9]: 1885-1901.
Powell, M. 2015. What is the medulla spinalis?.
http://www.wisegeek.org/what-is-the-medulla-spinalis.htm., December 17th, 2015.
Prayudi, Anang. 2006. Perbandingan tingkat kewaspadaan serta faktor yang
mempengaruhi pada sopir truk hauling shift siang dan malam kontraktor
tambang batubara.
http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=98533&lokasi=lokal.,
November 20th, 2015.
Provine, R. 1999. A big mystery: Why do we laugh?.
http://msnbc.msn.com/id/3077386/., November 20th, 2015.
Quinion, M. 2006. World Wide Words. www.worldwidewords.org., October 17th,
2015
Restak, R. 2004. The new brain. London: Rodale Ltd. p 100-105.
Roth, R. 2008. A look at humor, laughter, tickling and, of course, the brain.
http://serendip.brynmawr.edu/bb/neuro/neuro02/web3/rroth.html., December 10th, 2015.
Sadock, B. J., Sadock, V. A. 2007. Synopsis of psychiatry: Behavioral
sciences/clinical psychiatry. 10th, ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Business.
Satow, T., Usui, K., Matsuhashi, M., Yamamoto, J., Begum, T., Shibasaki, H., et
al. 2003. Mirth and laughter arising from human temporal cortex. Journal of
Neurology, Neurosurgery.
Scheve, T. 2009. What are endorphins?.
http://science.howstuffworks.com/life/endorphins.htm., September 2nd, 2015.
Seto, E. 2008. Can you make yourself laugh.
http://serendip.brynmawr.edu/bb/neuro/neuro04/web1/eseto.html., December 18th, 2015.
Smuts, A. 2006. Humor. http://www.iep.utm.edu/h/humor.htm., December 7th,
2015.
Snell, R. S. 2010. Clinical Neuroanatomy. Lippincott Williams & Wilkins.
Society for Neuroscience. 2001. Brain Briefings. Society for Neuroscience.
38
Strean, W. B. 2009. Laughter prescription. Canadian Family Physician, 55[10]:
965-967.
The Brain From Top To Bottom. 2015. The brain from top to bottom.
http://thebrain.mcgill.ca/flash/i/i_12/i_12_cr/i_12_cr_con/i_12_cr_con.html.,
December 3rd, 2015.
Vithoulkas, G., Muresanu, D. 2014. Conscience and consciousness: a definition. Journal of Medicine and Life, 7[1]: 104-108.
Watchie, J. 2006. Laugh and live longer.
http://www.cardiopt.org/csm06/11164.pdf., November 17th, 2015.
Wibowo, Daniel S. 2011. Neuroanatomi untuk mahasiswa kedokteran. Malang:
Bayumedia Publishing.
Wibowo, Daniel S., Paryana, W. 2007. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Graha
Ilmu.
Wreksoatmodjo, B. R. 2015. Aktivitas kognitif mempengaruhi fungsi kognitif lanjut usia di jakarta. CDK-224, 1[42]: 7-13.