• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

Pada penelitian kali ini, penulis akan menggunakan Neoliberalisme Institusionalisme sebagai pondasi dari skripsi ini, pada umumnya konsep ini berbicara tentang ekonomi dan proses negara berinteraksi dan bertindak untuk menjamin kerja-sama dapat terbentuk dalam sistim internasional yang anarkis saat ini, serta pembentukan institusi sebagai kumpulan beberapa negara bersatu dalam satu organisasi menaungi semua negara anggotanya. Penjelasan lebih mendalam tertera sebagai berikut :

2.1.1. Neoliberalisme Institutionalism

Neoliberal-Institusionalism (NLI) adalah teori dalam bidang Hubungan Internasional (HI) berbicara tentang peran institusi internasional yang merupakan seperangkat peraturan saling berhubungan dan berkesinambungan, dalam bentuk formal maupun informal, dapat membentuk perilaku dan interaksi antar negara anggotanya. Teori ini merupakan pecahan dari liberalisme yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Classical-Liberalism (CL), perpecahan ini terjadi sebab beberapa perbedaan kedua kubu miliki.1

Salah satu perbedaan ini terletak pada interpretasi politik internasional, mana neoliberal institusi setuju pada asumsi realis bahwa sistim internasional pada dasarnya bersifat anarkis, sebaliknya liberal tidak begitu membahas konsep anarkis dalam sistim internasional. Ada juga perbedaan pada pandangan terkait konflik, liberal melihat ini sebagai konsekuensi dari aktor individu maupun kolektif yang buruk, bagi neoliberal menarik

1 Whyte, Alexander. 2012. “Neorealism and Neoliberal Institutionalism : Born of the Same Approach?”. University of Bristol : E-International Relations. Diakses dari https://www.e- ir.info/2012/06/11/neorealism-and-neoliberal-institutionalism-born-of-the-same-approach/ pada tanggal 26 November 2022.

(2)

8

kembali pada dasarnya mereka menerima sistim internasional yang anarkis, menjadi alasan mengapa negara terdorong untuk mengejar kepentingan nasional masing-masing, termasuk menggunakan konflik sebagai metode untuk mencapai kepentingan tersebut.

Namun, oleh sebab institusionalisme dalam neoliberal memberikan penekanan pada relevansi institusi internasional dalam mengatur bagaimana negara bertindak, maka dapat dibilang sesuai dengan pernyataan dari Robert Keohane, salah satu pendiri teori neoliberal institusionalisme, bahwa negara akan “Berusaha untuk menghilangkan potensi-potensi konflik melalui institusi sebagai instrumen utamanya dan negara anggota sebagai aktor utamanya. Institusi memiliki tugas untuk menentukan peran tiap anggotanya akan miliki, membentuk standar bagi anggota untuk ikuti, serta menerapkan tindakan secara kolektif.2

Menurut neoliberal institusionalisme, kajian pokok teori adalah negara sebagai aktor utama, serta institusi internasional yang menyediakan wadah untuk negara-negara berkumpul, membahas dan bertindak dalam persatuan instrumen bersama. Alasan bagi negara mau untuk membentuk institusi internasional ini, disebabkan oleh apa yang kaum neoliberal bilang asumsi rasionalitas, mana negara melihat keuntungan yang bisa didapatkan dengan bekerjasama dengan negara lain, dampak dari kerjasama ini akan membentuk interdependensi antara satu sama lain sehingga mengurangi potensi terjadi konflik. Selain dari asumsi rasionalitas, ada enam asumsi dasar lain yang menjadi dasar dari neoliberal institusionalisme, yaitu :

1. Neoliberalisme melihat Negara sebagai aktor paling penting dalam hubungan internasional.

2 Keohane, Robert O. 2012. “Twenty Years of Institutional Liberalism”. Sage Journals. Diakses dari https://journals.sagepub.com/doi/epub/10.1177/0047117812438451 pada tanggal 26 November 2022.

(3)

9

2. Negara sebagai aktor paling penting dalam pemahaman neoliberalisme oleh sebab negara adalah aktor rasional.

3. Masalah untuk dapat bekerjasama agar dapat menggerakan aksi bersama merupakan isu sering terjadi dalam politik internasional.

4. Struktur pemerintah dan kepentingan masing-masing negara dapat menentukan politik internasional.

5. Sistim internasional yang bersifat anarkis dapat mempengaruhi politik internasional.

6. Faktor menentukan dampak dari kepentingan nasional dan sistim internasional yang anarkis termasuk jumlah aktor terlibat, institusi internasional yang berperan serta seberapa erat tingkat ketergantungan antar aktor negara.3

Dari penjelasan fundamental di atas tentang dasar dari neoliberal institusionalisme, perlu diketahui peran penting institusi internasional yang sangat penting dalam teori ini, salah satu maksud dari institusi tersebut adalah untuk :

A. Menyediakan kesempatan bernegosiasi baik bagi negara anggota maupun dengan aktor luar non-anggota, demi memudahkan proses itu maka diperlukannya aliran informasi yang tidak terbatas.

B. Memungkinkan negara anggota untuk memantaui anggota lain dan mengimplementasikan komitmen nasional masing-masing anggota, sehingga menciptakan kondisi “Checks & Balance” bagi negara anggota institusi itu.

C. Mendorong negara anggotanya untuk lebih berkomitmen dalam menerapkan, mengikuti, dan menjaga kesepakatan internasional

3 Flew, Terry. 2014. “Six Theories of Neoliberalism”. Sage Journals. Diakses dari

https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0725513614535965 pada tanggal 26 November 2022.

(4)

10

yang telah dibentuk maupun disetujui secara bersama maupun lewat suara mayoritas.4

Dari mengetahui peran institusi internasional miliki, berikutnya perlu dipahami tiga bentuk institusi tersebut pada umumnya, seperti :

I. Organisasi Internasional, merupakan Institusi berasal dari bentukan saat negara maupun aktor non-pemerintah berrkumpul dengan memiliki tujuan khusus bersama, serta komitmen secara komunal untuk dapat mengawasi dan merespon pada aktifitas sesuai dengan maksud dari organisasi itu. Contoh dari organisasi internasional termasuk antara lain UN, NATO bahkan Collective Security Treaty Organization (CSTO).

II. Rezim Internasional, adalah sistim internasional yang terbentuk atau membentuk institusi berperan dalam memastikan negara partisipan mengikuti peraturan eksplisit yang mereka telah setujui. Contoh dari rezim internasional adalah seperti Universal Declaration of Human Rights (UDHR) yang kemudian memungkinkan terbentuknya Office of the United Nation High Commissioner for Human Rights (OHCHR).

III. Konvensi internasional, mirip seperti rezim internasional namun dalam bentuk informal, terbentuk saat kesepakatan yang sepaham membentuk peraturan implisit dengan diterapkannya parameter dan standar para partisipan baik negara maupun aktor non-pemerintah harus ikuti. Contoh dari konvensi internasional antara lain adalah Geneva Convention (GC) berbicara tentang hak asasi manusia, serta International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights

4 Forsythe, David P. 2013. “Neoliberal Institutionalism”. Taylor & Francis Group : Routledge.

Diakses dari https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.4324/9780203795972-19/neoliberal- institutionalism-david-forsythe pada tanggal 26 November 2022.

(5)

11

membahas pada pemberian hak asasi dalam aspek ekonomi, sosial dan budaya.5

Berdasarkan 3 bentuk umum institusi internasional, ada juga 3 dimensi yang menentukan dasar dari terbentuknya lembaga tersebut, sebagai berikut :

a. Commonality, organisasi, rezim maupun konvensi yang memiliki tujuan dasar ini, pada umumnya akan mendikte ekspetasi bagaimana anggota dan partisipan seharusnya berperilaku dan bagaimana sepatutnya mereka melihat dan menilai perilaku satu sama lain.

Contoh lembaga dengan dimensi kesamaan adalah Uni-Eropa.

b. Specificity, 3 bentuk institusi yang memiliki tujuan dasar ini, pada umumnya memiliki kriteria khusus sehingga tujuan dan maksud dari institusi dapat dipahami oleh semua anggota atau partisipan. Contoh lembaga dengan dimensi spesifik adalah NATO.

c. Autonomy, tujuan dasar ini mendorong semua bentuk institusi internasional untuk beradaptasi agar dapat disesuaikan tergantung pada masing-masing kepentingan tiap anggota dan partisipan.

Contoh lembaga menerapkan dimensi otonom adalah PBB dengan berbagai macam cabang institusi mereka miliki.6

2.2. Kerangka Konsep

Pada penelitian kali ini, penulis akan menggunakan Interdependensi Ekonomi sebagai dasar dari skripsi ini, dalam konsep tersebut fokus negara yang bekerja sama pada umumnya menciptakan kondisi menyebabkan kedua pihak menjadi bergantung sama satu dengan lain dan terikat dalam tindakan apa yang mereka dapat lakukan oleh sebab keterikatan tersebut. Penjelasan lebih dalam sebagai berikut :

5 Hellmann, Gunther & Reinhard Wolf. Year. “Neorealism, Neoliberal Institutionalism, and the Future of NATO”. Security Studies 3. Diakses dari https://www.fb03.uni-

frankfurt.de/48138963/secst_1993_final_published.pdf pada tanggal 27 November 2022.

6 Keohane, Robert O. 1989. “A Personal Intellectual History”. Taylor & Francis Group : Routledge. Diakses dari https://www.taylorfrancis.com/chapters/mono/10.4324/9780429032967- 2/personal-intellectual-history-robert-keohane?context=ubx pada tanggal 26 November 2022.

(6)

12 2.2.1 Economic Interdependence

Dalam bidang HI, Economic Interdependence (E.I) adalah kondisi saat satu negara memiliki dependensi dengan negara lain. Dua kondisi yang menentukan apakah negara bergantung pada satu sama lain, antara lain adalah7 :

I. Pertama, saat terjadi perubahan kebijakan finansial disatu negara, jika perekonomian negara lain terpengaruh oleh sebab kejadian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa memang ada kaitan dalam sistim ekonomi antar kedua negara. Dalam kasus penulisan contoh dari kondisi adalah langkah kebijakan NATO ambil yang dapat mempengaruhi perekonomian Rusia.

II. Kedua, saat pemutusan hubungan antar negara, jika negara merasakan dampak negatif dalam berhentinya hubungan tersebut, maka dapat dibilang telah terbentuknya keterikatan antar negara yang sebelumnya memiliki hubungan antar satu sama lain. Contoh yang sesuai dengan penulisan adalah dampak negatif Rusia hadapi dengan memutus hubungan mereka dengan barat setelah memulai Operasi Khusus Militer untuk menginvasi Ukraina.

Selain dua kondisi menentukan ketergantungan telah terjadi atau tidak, ada juga bentuk ketergantungan yang sedang berjalan dalam hubungan antar negara, sebagai contoh8 :

1. Pertama, ketergantungan bersifat sensitif. Maksud dari sensitifitas dalam ketergantungan ini adalah melihat seberapa besar pengaruh kondisi ekonomi satu negara miliki terhadap negara lain. Contoh paling jelas dari penerapan ketergantungan ini sesuai dengan topik tulisan, adalah situasi saat Rusia berhasil menentukan persyaratan bagi negara yang ingin membeli gas

7 Dervis, Kemal. 2012. “Convergence, Interdependence and Divergenc”. International Monetary Funds : Brookings Institution. Diakses dari

https://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2012/09/pdf/dervis.pdf pada tanggal 27 November 2022.

8 Magued, Shaimaa. 2011. “Economic Interdependence and Interstate Relations : A Theoretical Overview”. Middle East Yearbook : Departement of International Relations. Diakses dari https://ormer.sakarya.edu.tr/uploads/files/oy2012_633_666.pdf pada tanggal 28 November 2022.

(7)

13

bumi mereka harus membayarnya dalam mata uang Ruble (₽), dengan tujuan menghambat resesi Rusia sedang alami.

2. Kedua, ketergantungan bersifat rentan. Kerentanan dalam ketergantungan ini terlihat saat hubungan antar negara yang sedang bergantung satu sama lain terputus, menyebabkan dampak negatif secara ekonomis dari pemutusan kerja-sama itu. Sesuai dengan topik tulisan, alasan NATO terpecah secara internal menjadi dua faksi terjadi oleh sebab tidak semua negara anggotanya ingin menangung dampak negatif dari memberhentikan kerja-sama dengan Rusia, oleh sebab ketergantungan masing-masing yang mereka miliki pada produk berasal dari Rusia.

Setelah melihat empat kondisi yang menentukan E.I telah terjadi atau sedang terjadi, terdapat pula 3 aspek dalam interaksi ekonomi yang pada umumnya menentukan bentuk ketergantungan suatu negara miliki, yaitu :

A. Ketergantungan Perdagangan, dalam ketergantungan, perdagangan merupakan proses yang menentukan terbentuknya kondisi untuk negara bergantung dengan negara lain. Dengan kondisi bahwa negara yang berdagang antara satu sama lain, melakukannya oleh sebab kebutuhan bersama, mana satu ingin menjual dan satu ingin membeli, begitu juga sebaliknya. Meskipun jelas tidak semua perdagangan satu sama lain itu setara, dampak dari negara menjadi bergantung pada umumnya adalah dorongan bagi mereka untuk lebih memprioritaskan perdamaian demi melanjutkan proses dagang dan adanya prioritas untuk berdamai dengan mitra dagang mereka.

Sebaliknya, negara yang tidak bergantung pada proses dagang dengan negara lain, baik itu disebabkan karena ketegangan mereka miliki dengan negara tetangga atau sebab kondisi ekonomi mereka tidak memungkinkan adanya perdagangan yang setara. Membuat negara ini pada umumnya memiliki kecenderungan untuk dapat memulai konflik, serta tidak adanya

(8)

14

insentif untuk berdamai dengan negara lain sebab tidak adanya keterikatan antara pihak yang berkonflik.

Contoh untuk definisi di atas bisa dilihat dari Rusia yang tidak keterrgantungan pada Ukraina, memulai Operasi Khusus Militer mereka sebab sudah ada ketegangan antar kedua negara jauh sebelum invasi tersebut dimulai serta minimnya insentif bagi kedua sisi dalam mencari cara menuju perdamaian.9

B. Ketergantungan Moneter, dalam ketergantungan ini negara memiliki pilihan yang cukup dilematis dalam menentukan mata uang negara mereka, apakah mereka perlu menyerahkan otonomi keuangan mereka ke negara lain untuk mendapatkan kestabilan dalam nilai tukar dengan mengikutkan mata uang negara lain tersebut, apakah mereka perlu bergabung bersama beberapa negara lain untuk menciptakan mata uang bersama dengan berkontribusi otonomi keuangan mereka secara komunal, atau apakah perlu mereka menjaga sistim moneter mereka untuk tetap independen dan membiarkan institusi internasional menentukan nilai tukar mata uang mereka.

Tiap opsi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya, bergantung dari seberapa besar otonomi kuangan satu negara perlu pertahankan agar dapat mengkontrol sistim moneter mereka secara mandiri, dan seberapa besar dari otonomi keuangan itu perlu diserahkan untuk mendapatkan jaminan kestabilan dalam sistim keuangan mereka bersepakat untuk gunakan.

Contoh nyata dari ketergantungan moneter ini adalah bagaimana negara anggota NATO yang kebanyakan juga bagian dari EU memutuskan untuk memiliki mata uang yang sama. 10

9 Guenette, Justin-Damien, Philip Kenworthy, Collette Wheeler. 2022. “Implications of the War in Ukraine for the Global Economy” World Bank Group. Di akses dari

https://thedocs.worldbank.org/en/doc/5d903e848db1d1b83e0ec8f744e55570-

0350012021/related/Implications-of-the-War-in-Ukraine-for-the-Global-Economy.pdf pada tanggal 28 November 2022.

10 Schuermans, Frank. 1993. “Economic Interdependence : New Policy Challenges”. Directorate General for Research : European Parliament. Diakses dari http://aei.pitt.edu/6079/1/6079.pdf pada tanggal 27 November 2022.

(9)

15

C. Ketergantungan Modal, dalam ketergantungan ini, investasi merupakan salah satu cara negara untuk mendapatkan modal yang diperlukan bagi mereka untuk melakukan aktifitas ekonomis seperti menghabiskannya dalam proses pembangunan atau pembelian untuk pertahanan negara.

Berbagai cara dalam menentukan pengeluaran apa yang diperlukan negara mendorong aktor independen dalam negara seperti para pembisnis, penanam modal dan pedagang juga untuk mencari cara mendapatkan modal, salah satunya adalah investasi dari luar negeri. Namun, meskipun investasi tersebut cenderung dapat menstimulasi ekonomi lokal, secara level makro, negara harus menghadapi tantangan bagaimana bisa menyeimbangkan investasi negara lain miliki dari seberapa besar pengaruh mereka miliki oleh sebab penanam modal mereka telah berikan.

Dari dilema tersebut banyak negara menerapkan kontrol pada masuknya modal karena kontradiksi antara pasar bebas yang ingin investasi bebas dengan risiko tapi memiliki potensi pengembalian yang lebih besar dari modal sudah diberikan, sebaliknya negara ingin investasi dengan memiliki dampak risiko domestik yang minim serta potensi pengembalian yang sesuai dengan modal telah diberikan.

Contoh sesuai dengan ketergantungan di atas adalah dilema Rusia saat ini hadapi oleh sebab sebagian besar investasi dan modal mereka dapatkan dari hasil penjualan minyak dan gas bumi berasal dari negara anggota NATO.11 2.3. Penelitian Terdahulu

Ada lima penelitian terdahulu penulis telah lihat dapat membantu proses penelitian kali ini, yang bertama adalah penelitian berjudul “Russia’s Invasion of Ukraine: Overview of U.S. and International Sanctions and Other Responses” oleh Welt Cory, sebagai editor dalam Congressional Research Service.Maksud dalam

11 Krzysztof Falkowski. 2018. “Trade Interdependence between Russia vs. the European Union and China within the context of the competitiveness of the Russian Economy”. Warsaw School of Economics. Diakses dari http://economic-

research.pl/Journals/index.php/eq/article/view/1125/1117 pada tanggal 28 November 2022.

(10)

16

laporan ini adalah merangkum data yang telah didapatkan dan kemudian dikelolah dengan proses analisis untuk menjadi bahan acuan para kongres Amerika Serikat dalam perdebatan legislatif mereka untuk mencapai konklusi langkah apa yang harus diambil menanggapi invasi Rusia terhadap Ukraina, pada bulan awal konflik itu bermula.

Metode yang digunakan dalam laporan tersebut adalah metode penelitian Kuantiatif, oleh sebab penggunaan statistika dan pentingnya peran angka dalam memperjelas kondisi area konflik Rusia-Ukraina kepada para anggota kongres Amerikat Serikat. Dari laporan diatas Penulis mendapatkan gambaran yang berguna untuk latar belakang yang cukup konkrit dalam mensimpulkan apa yang terjadi dalam zona konflik antara Rusia-Ukraina, terutama perbandingan ekspetasi sebelum konflik terjadi dan realisasi setelah terjadinya invasi.

Penelitian terdahulu kedua berjudul “Europe : Exposure to Russsia – Ukraine Conflict” oleh Nadia Gharbi, sebagai asosiasi penulis dalam Pictect Wealth Management : Asset Allocation & Macro Research. Tujuan dari laporan ini adalah memberikan gambaran konsekuensi negara benua Eropa hadapi setelah mereka memberikan sanksi terhadap Rusia, yang merupakan ekspor terbesar energi, termasuk gas dan minyak bumi menuju negara-negara Eropa. Sugesti diberikan kepada para pemerintah negara-negara Eropa dengan langkah apa yang dapat diambil untuk mengurangi depedensi sumber energi berasal dari Rusia.

Metode penelitian Kuantiatif digunakan dalam laporan ini, penggunaan data seperti statistik seberapa besar ketergantungan negara-negara Eropa pada sumber energi dari Rusia dan tabel menjelaskan dampak konflik Rusia-Ukraina yang mengancam kestabilan sistim interdependensi antara negara-negara Eropa dengan Rusia. Dalam laporan ini Penulis dapatkan bukti substansial, terutama tentang ketergantungan negara-negara Eropa miliki terhadap hasil bumi Rusia dan bagaimana terciptanya interdependensi kedua pihak menyebabkan dilema saat negara anggota Uni-Eropa dan NATO memberikan sanksi terhadap Rusia yang merupakan kontributor

(11)

17

terbesar sumber energi negara-negara Eropa butuhkan. Informasi ini diperlukan penulis dalam memperdalam argumen tentang tantangan NATO hadapi dalam menerapkan Intervensi Kemanusiaan berdasarkan aspek perekonomian negara anggotanya.

Penelitian terdahulu yang ketiga memiliki judul “International Trade, Globalization and Economic Interdependence between European Countries : Implications for Business and Marketing Framework” dibuat oleh Marius-Răzvan Surugiu serta Camelia Surugiu, sebagai kedua penulis utama dalam Procedia Economics and Finance. Tulisan ini bertujuan memberikan perkenalan pada Perdagangan Internasional, Globalisasi and terutama tentang Interdependensi Ekonomi antara negara-negara Eropa, dalam ruang lingkup bisnis dan marketing, meskipun dengan batas pembahasan itu, konsep yang diperkenalkan mulai dari peran globalisasi dan interdependensi berperan penting dalam membentuk dinamika dalam dunia bisnis serta menciptakan trend dalam perdagangan internasional.

Jelas ketika sebuah tulisan berbicara tentang ekonomi, penggunaan data, angka dan statistika yang vital untuk memperjelas konteks dalam penulisan merupakan tanda jelas penggunaan metode penelitian Kuantitatif dalam tulisan ini. Penulis sebelumnya memerlukan gambaran konteks situasi perekonomian antara negara pihak barat, sebagai acuan dalam argumen yang akan diberikan terkait interdependensi sebagai bentuk tantangan NATO dalam melancarkan intervensi kemanusiaan pada konflik Rusia-Ukraina, tulisan ini memberikan pengenalan yang cukup mendalam pada konsep yang dibutuhkan dan memberikan penggambaran jelas situasi negara-negara Eropa hadapi tahun 2015, menjadi perbandingan sebelum invasi dimulai oleh Rusia.

Melihat ketiga penelitian sebelumnya berbicara tentang konflik antara pihak barat dengan Rusia, penulis memilih penelitian keempat yang berjudul “Neoliberal Institutionalism” oleh Professor Arthur A Stein sebagai salah satu dosen penulis

(12)

18

dalam Oxford University Press, sebagai sumber penelitian teori penulis akan gunakan. Tulisan ini memperkenalkan konsep Neoliberal Institusionalisme mulai dari konsepsinya yang bermula sebagai reaksi dari kesalahan konsep liberalisme dalam implementasi Liga Bangsa-Bangsa (LBB), hingga pembentukannya yang mengkombinasikan teori liberal dengan teori institusionalisme menjadi teori yang tidak hanya memiliki relevansi dalam dunia akademis hubungan internasional namun juga sangat relevan untuk menjawab pertanyaan skripsi.

Melihat bagaimana penulisan sangat menitik beratkan pada mendeskripsikan apa yang terjadi pada tahun tertentu dan bagaimana reaksi dari kubu opsisi para neoliberal, bisa dikatakan metode penelitian kualitatif adalah metode digunakan dalam tulisan ini. Pada Bab 11 dalam buku pedoman hubungan internasional, penulis mendapatkan apa yang diperlukan untuk memahami konsep Neoliberalisme Institusionalisme, yang akan menjadi lensa untuk tidak hanya mengamati objek penelitian namun juga menganalisis subjek penelitian.

Sebagai penelitian terakhir, penulis mengangkat penelitian berjudul

”Economic Interdependence, Trade And War: A Theoretical and Empirical Analysis” oleh Emiel Awad, mahasiswa S2 jurusan ekonomi Eramus University Rotterday sebagai penelitian terdahulu yang kelima serta salah satu sumber utama bagi tulisan skripsi ini. Tesis ini mengangkat topik pembahasan terkait interdependensi ekonomi, melalui cara teoritis sebagai alat menganalisa, teori terpakai sebagai perspektif untuk proses analisis tulisan mencakup realisme, liberalisme dan Game Theory,12 kemudian penulisan dillanjutkan dengan penggunaan Game Theory dalam model analisa yang digunakan untuk mendapatkan hasil empiris yang mampu menjawab pertanyaan dari Tesis ini secara empiris.

12 Levine, David K. “What is Game Theory?”. University of California : Departement of

Economics. Diakses dari http://dklevine.com/general/whatis.htm pada tanggal 29 November 2022

(13)

19

Tesis ini menggunakan metode penelitian Gabungan, mencampur Kualitatif dan Kuantiatif dalam proses analisis tulisan. Secara Kualitatif terlihat dari penggunaan teori liberal dan realisme. Secara Kuantiatif terlihat dari penggunaan model dan rumus serta grafik berdasarkan konsep Game Theory. Tentu selain dari penulis mendapatkan informasi yang lengkap dari pemaparan interdependensi ekonomi melalui ketiga perspektif yang tertulis. Penulis juga akan menggunakan Tesis ini sebagai basis penulisan skripsi oleh sebab penulis menilai skripsi saat ini membutuhkan model yang dapat digunakan sebagai pembanding untuk melihat sejauh mana progress penulisan untuk dapat mencapai kriteria standar Tesis ini telah tentukan.

(14)

20 2.4. Kerangka Berpikir

Bagan 1 Kerangka Alur Berpikir Explaining How NATO Overcome

Interdependence With Russia NATO

Economic Interdependence Perang Rusia - Ukraina

RUSSIA

Neoliberal Institutionalism

(15)

21 2.4.1. Penjelasan Kerangka Berpikiri

Perang antara Rusia dan Ukraine mempunyai dampak yang signifikan bagi perekonomian global. Salah satu negara yang terdampak dari invasi tersebut adalah negara di bawah keanggotaan NATO, hal ini terjadi oleh sebab Economic Interdependence negara anggotanya miliki terhadap Rusia. Upaya telah dikerahkan oleh negara barat untuk menghukum Rusia dari invasi mereka, terutama hukuman dalam sektor perekonomian. Upaya yang telah dilakukan oleh NATO dapat dijelaskan melalui perspektif Neoliberal Institutionalism, terutama pada peran institusi sebagai organisasi yang memiliki peran penting dalam politik internasional, dalam hal ini pandangan untuk memahami mengapa NATO memilih jalur ekonomi perang terhadap Rusia.

Referensi

Dokumen terkait

Iman kita akan goyah bukan karena kita sedang berjalan sendiri, berada ditengah gelap, atau perjalanan yang merasa tidak disertai TUHAN; tetapi saat kita tahu TUHAN

Sedangkan perbedaan penelitiaan yang dilakukan Paina dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yang mana pada penelitian Paina meneliti tindak tutur komisif khusus

Besarnya dosis serapan merupakan konsep fisika yang sangat berguna, tetapi dalam sistem biologi tidak dapat diterapkan karena dalam sistem biologi derajat kerusakan yang sama

Adalah pendapatan yang diperoleh Pelaku Usaha Pergadaian Syariah dari aktivitas yang berkaitang langsung dan melekat dalam rangka perolehan penyaluran pinjaman

Untuk kompresor jenis positif displacement yaitu kompresor torak, cara kerjanya adalah sebagai berikut, jika torak ditarik ke atas, tekanan dalam silinder dibawah

bahwa Tarif A i r Minum PDAM TIRTA OGAN Kabupaten Ogan l Iir yang berlaku berdasarkan pada Keputusan Bupati Ogan Komering II ir Nomor : 0033/SKlPDAM/2001 tanggal 12 Maret 2001

Orang-orang martir menjadi dorongan bagi perluasan Injil pada masa itu, hal ini juga mendorong dengan munculnya orang-orang besar yang berjuang seperti para Apostolic

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa kabupaten di Kepulauan Bangka merupakan kabupaten yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan