BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 2. LALA
2.1. Kerangka Teori
Liberalisme merupakan teori dalam hubungan internasional yang perspektifnya berfokus pada perdamaian dunia dan hak asasi manusia. Perspektif liberalisme hadir dalam dunia internasional sebagai sebuah konsep keamanan bersama (collective security) yang memiliki tujuan untuk memberikan pencegahan agar tidak terjadinya kembali konflik sehingga dapat mempertahankan perdamaian di dunia. Liberalisme mempercayai bahwa keamanan bersama dapat dicapai apabila adanya kerjasama. Kerjasama juga dapat meningkatkan hubungan dan rasa kepercayaan diantara negara, sehingga liberalisme mendasarkan kerjasama internasional pada rasa hormat dan kepercayaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman agar dapat saling menguntungkan satu sama lain tanpa ada yang merasa dirugikan. Terdapat empat fokus utama dari perspektif liberalisme yaitu kebebasan, kerjasama, perdamaian serta kemajuan.
Untuk memenuhi fokus tersebut, liberalisme tidak hanya melihat peran negara, namun juga peran individu dan organisasi international yang juga memiliki kontribusi penting dalam proses mempertahankan perdamaian dunia. Menurut John Locke, sebagai salah satu tokoh pemikir liberal, negara dibentuk untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia, bukan sebaliknya, sehingga pemerintah pada dasarnya memiliki kewajiban untuk melindungi hak masyarakat (natural rights)5. Terdapat tiga hak utama masyarakat menurut Locke yang menjadi tanggung jawab bagi pemerintah yaitu hak hidup, kebebasan dan kepemilikan individu (life, liberty, property) yang kemudian diterapkan keseluruh aspek kehidupan masyarakat, baik ekonomi, politik, sosial – budaya hingga pendidikan.
Negara memiliki peranan yang penting bagi liberalis dalam tatanan dunia internasional, namun aktor utama bagi kerjasama menurut liberalisme adalah individu, khususnya individu yang dapat memberikan kontribusinya sebagai warga negara dalam aksi dan kepentingan negara. Liberalisme khususnya berfokus pada individu yang bebas dan memiliki kemajuan. Individu yang bebas harus tetap bertanggung jawab, bukan kebebasan yang anarkis. Kemajuan individu adalah kemajuan yang dialami oleh semua
5 Vinsensio Dugis, 2016, Teori Hubungan Internasional Perspektif – Perspektif Klasik, Surabaya : Cakra Studi Global Strategis.
aspek kehidupan manusia, perubahan individu ke kehidupan yang lebih baik hingga mencapai kebahagiaan dan kepuasan. Untuk mencapai titik ini, liberalisme melihat bahwa individu yang bebas akan mengejar kemajuan dengan melakukan kerjasama – kerjasama baik secara domestik maupun internasional dengan individu lainnya, sehingga tindakan individu ini berperan penting bagi terbukanya kerjasama internasional yang lebih besar6. Negara memiliki kewajiban untuk menghormati dan mengakomodasi hak dan kebebasan individu, sebagai salah satu peran negara dalam mencapai kerjasama demi memberikan keuntungan bagi kepentingan negara.
Organisasi – organisasi internasional berkontribusi sebagai wadah dalam memfasilitasi kepentingan individu, kelompok dan negara agar dapat membuat hubungan kerjasama berjalan dengan lebih mudah serta lebih baik. Proses interaksi yang terjadi dalam organisasi internasional dapat meningkatkan kepercayaan diantara negara, sehingga kedaulatan negara tetap terjaga namun kepentingan bersama juga terus berjalan.
Organisasi internasional juga dapat dikatakan memiliki peran untuk mempertahankan posisi keseimbangan diantara kedaulatan negara dan kepentingan bersama tersebut. Oleh karena itu, liberalisme melihat bahwa perdamaian dunia tidak hanya bisa dipertahankan oleh salah satu aktor saja, melainkan perlu adanya kerjasama yang dilakukan oleh negara, individu dan organisasi internasional yang pada akhirnya akan membentuk sebuah komunitas keamanan (security community)7.
Dari berbagai aspek kehidupan masyarakat, liberalisme menempatkan aspek pendidikan sebagai salah satu aspek yang penting untuk kemajuan masyarakat. John Locke melihat bahwa pendidikan yang baik akan memberikan kesesejahteraan dan kemakmuran bagi bangsa, sehingga dapat membawa kebahagiaan dan manfaat baik bagi masyarakat serta negara. Pendidikan liberal juga memiliki tujuan untuk memberikan edukasi khususnya mengenai problem solving terhadap setiap individu sehingga dapat meningkatkan kualitas setiap individu dalam tatanan dunia internasional (O’neil,2008:
412). Peningkatan kualias individu ini membutuhkan bantuan pemerintah dan organisasi internasional sebagai wadah untuk memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan agar dapat mengembangkan diri dalam aspek pendidikan8.
6 Vinsensio Dugis, 2016, Teori Hubungan Internasional Perspektif – Perspektif Klasik, Surabaya : Cakra Studi Global Strategis.
7 Ibid.
8 Ulfah Nury Batubara, dkk, “Liberalisme John Locke dan Pengaruhnya dalam Tatanan Kehidupan”, https://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/3189/2060, Vol. 09, No. 4, diakses pada Kamis, 28 April 2022.
2.2. Konsep Kerjasama Bilateral
Kerjasama Internasional adalah sebuah bentuk hubungan yang terjalin antar negara maupun antara negara dengan organisasi internasional yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat serta untuk memenuhi kepentingan negara – negara di dunia.
Kerjasama internasional meliputi berbagai aspek atau dapat dikatakan meliputi seluruh aspek kehidupan di dunia global seperti, politik, pertahanan keamanan, ekonomi, kesehatan, lingkungan hingga sosial dan kebudayaan dengan berpedoman pada politik luar negeri masing – masing negara9. Kerjasama yang terjadi di antara para aktor global ini mulai hadir dan dilakukan karena adanya sebuah ide baru yang muncul di tengah masyarakat global, dimana baik negara maupun organisasi internasional mulai merasakan ketergantungan dan rasa membutuhkan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan dan kepentingan yang sama sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak dengan mengeluarkan usaha yang lebih sedikit. Menurut Robert O. Keohane dan Robert Axelrod, Kerjasama internasional dapat memberikan hasil yang efisien juga dengan pengaruh dari beberapa aspek, seperti kesamaan kepentingan (mutualitas), jumlah aktor yang terlibat serta pandangan terhadap masa depan (shadow of the future)10.
Kerjasama internasional terbagi kedalam dua bentuk Kerjasama yaitu, Kerjasama bilateral dan Kerjasama multilateral. Kerjasama Bilateral merupakan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara untuk memenuhi kepentingan kedua negara dan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama Multilateral merupakan Kerjasama yang dilakukan oleh lebih dari dua negara atau aktor internasional lainnya dalam memenuhi kepentingan yang hendak dicapai. Pada penulisan ini, konsep Kerjasama bilateral yang akan memberikan peran dalam proses analisis untuk melihat hubungan yang terjadi diantara Indonesia dan Singapura. Kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura ini akan mencakup pertukaran informasi, pengalaman, dan praktik terbaik tentang hukum dan kebijakan persaingan yang terjadi diantara kedua negara tersebut.
Bentuk dari kerjasama bilateral Indonesia dan Singapura juga tidak hanya berfokus pada satu bidang dan sektor saja melainkan mencakup keseluruhan sektor dan bidang yang berada dalam kedua negara, seperti kerjasama politik, budaya, ekonomi serta fokus utama
9 Annaas Maulana Bagaskara, Journal of International Relations, “Kerjasama Pemerintah Indonesia dan ECPAT dalam Menangani Permasalahan Child Trafficking di Indonesia”, file:///Users/nanadoongies/Downloads/21045-42702-1- SM%20(1).pdf, Vol. 4, No. 3, Hal. 367-375, diakses pada Senin, 28 Maret 2022.
10 Ibid.
dalam penulisan ini yaitu kerjasama bilateral dalam aspek pendidikan yang terjalin diantara dua negara. Kerjasama bilateral biasanya dapat terjadi karena adanya kesamaan – kesamaan yang dimiliki oleh kedua negara yang menjalankan hubungan kerjasama tersebut, seperti memiliki struktur geografis kenegaraan yang sama hingga memiliki kepentingan ataupun menghadapi permasalahan yang sama sehingga dengan melakukan kerjasama ini diharapkan dapat memberikan bantuan terhadap satu sama lain. Sehingga selain mencari kepentingan bersama, kerjasama bilateral juga tetap memiliki tujuan untuk menggapai kepentingan pribadi negara yang bersangkutan.
Sehingga, kecil kemungkinan kerjasama bilateral akan tercapai apabila suatu negara tidak memiliki suatu hal yang dibutuhkan oleh negara yang melakukan hubungan Kerjasama. Ketergantungan itulah yang menjadi sebuah kunci dan poin utama dari kerjasama bilateral. Dalam diplomasi bilateral disebutkan bahwa konsep utama yang digunakan oleh kerjasama bilateral adalah sebuah negara yang akan mengejar kepentingan nasionalnya demi mendapatkan keuntungan maksimal dan satu – satunya cara untuk mendapatkan keuntungan tersebut adalah dengan membentuk sebuah hubungan yang baik dengan prospek jangka panjang diantara dua negara (Rana, 2002 : 15 -16).
2.3. Penelitian Terdahulu
No. Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
1. Sartika Soesilowati Diplomasi Soft Power Indonesia melalui Atase Pendidikan dan
Kebudayaan
Pendidikan bagi Indonesia telah menjadi salah satu prioritas nasional dalam pengembangan sumber daya manusia, khususnya agar generasi bangsa dapat mempersiapkan diri dengan adanya perkembangan zaman. Tercapainya prioritas nasional tersebut tidak terlepas dari adanya peran dari pemerintah sendiri, terutama melalaui cara – cara diplomasi soft power. Selain peran dari pemerintah, peran penting dari publik dan individu juga diperlukan. Dimana, para aktor ini memiliki peran agar dapat menjadi penghubung diantara negara yang
2.
3.
Martahi Saoloan Sitompul
Anggeh Afelina Hutagaol
Dampak Kerjasama Pendidikan Indonesia Dan Singapura (Studi Kasus : Sister School SMA Labschool Jakarta Dan CHIJ St. Joseph’s Convent Singapura 2008-2011)
Perencanaan Komunikasi Indonesian Youth Educate And Social Dalam
Mengimplementasikan Program I-Yes Mengajar
bekerjasama sehingga dapat lebih memahami kepentingan dan prioritas dari masing – masing negara yang bekerjasama.
Peran pemerintah Indonesia dalam membentuk kerjasama dengan negara lain untuk meningkatkan kualitas generasi muda menjadi salah satu poin yang dibutuhkan agar generasi muda dapat bersaing di dunia internasional dalam bidang pendidikan. Pemerintah Indonesia yang berhasil melakukan kerjasama pendidikan dengan Singapura memberikan banyak dampak positif baik bagi pendidikan maupun ekonomi.
Tidak hanya peranan pemerintah pusat yang diperlukan dalam peningkatan pendidikan di Indonesia namun adanya peranan pemerintah di setiap daerah di Indonesia, peranan aktor – aktor lainnya seperti relawan pemuda, penyandang dana serta masyarakat yang saling bahu – membahu untuk mensukseskan program pemerintah juga mengambil bagian besar dalam peningkatan pendidikan di Indonesia. Peranan sosial media juga memberikan dampak positif di dalam situasi ini, sebagai sarana informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat di Indonesia.
4. Ihsan Fadil, Amra Sabic-El-Rayess
Providing Equality Of Access To Higher
Education In Indonesia : A Policy Evaluation
Kurangnya pemerataan dalam bidang pendidikan di Indonesia menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah Indonesia.
Pemerintah yang masih lebih condong terhadap pendidikan mahasiswa menengah keatas diharapkan untuk melakukan perubahan sistematis terhadap kebijakan dan ketentuan, khususnya bagi lembaga pendidikan dalam mendukung dan membantu siswa dengan ekonomi rendah.
Tulisan ini membahas mengenai pemerintah Indonesia yang telah menyadari pentingnya pendidikan bagi generasi muda Indonesia, sehingga pemerintah telah merencakan berbagai program dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa rancangan program yang tertulis di dalam penelitian terdahulu meliputi rancangan ekonomi negara yang mulai di fokuskan bagi pendidikan, pemerintah Indonesia yang melakukan kerjasama bilateral dengan negara – negara lainnya untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia hingga mulai digunakannya kemajuan teknologi seperti sosial media agar dapat memberikan kemudahan dalam bidang pendidikan khususnya ketika pandemic terjadi maupun untuk mempermudah mendapatkan informasi bagi masyarakat tidak hanya di dalam negeri melainkan dapat mencapai mancanegara. Penelitian terdahulu juga memberikan sudut pandang dalam tantangan yang dihadapi baik oleh pemerintah, organisasi pendidikan hingga masyarakat yang terlibat di dalamnya untuk mendapatkan kesetararaan dalam pendidikan di Indonesia. Dengan adanya tantangan tersebut, disimpulkanlah juga solusi – solusi yang dapat dikaji kembali pada penelitian berikutnya sebagai sebuah fondasi baru bagi terbentuknya pendidikan yang baik bagi generasi muda di Indonesia.
2.4. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dimulai dengan adanya kesadaran pemerintah Indonesia terhadap pentingnya pendidikan bagi masyarakat Indonesia yang diharapkan dapat terus berkembang tidak hanya di dalam negeri melainkan juga dapat mencapai mancanegara. Oleh karena itu, hubungan kerjasama bilateral Indonesia dan Singapura yang telah terjalin dengan baik, menjadi salah satu batu pijakan bagi pemerintah Indonesia untuk memulai perkembangan bidang pendidikan tersebut dengan membentuk sebuah program pendidikan bersama. SIYLEP kemudian terbentuk sebagai wadah bagi para generasi muda di kedua negara, dimana di dalamnya para generasi muda dapat saling berproses bersama bagi diri mereka sendiri serta bagi kemajuan negara masing – masing. Para pelajar dapat bertukar informasi dan saling berdiskusi secara langsung maupun dengan adanya bantuan dari kemajuan teknologi, seperti menggunakan aplikasi video call yang dapat diakses dimanapun. Penggunaan teori liberalisme John locke dan konsep kerjasama bilateral kemudian digunakan untuk membantu menganalisis setiap langkah yang dilakukan oleh masing – masing aktor yang terdapat di dalam penelitian ini.
SIYLEP
Peran Singapore – Indonesia Youth Leaders Exchange Programme (SIYLEP) Sebagai Bentuk Kerjasama Bilateral Indonesia – Singapura Bagi
Generasi Muda Indonesia