• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inovasi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Surya Buana Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Inovasi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Surya Buana Malang"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

INOVASI METODE PEMBELAJARAN PAI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs SURYA BUANA MALANG

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Niwatun 04110201

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Januari, 2010

(2)

PERSEMBAHAN

Dari relung hati yang terdalam ...

Kuucap beribu syukur atas nikmat-Mu Ya Allah Yang telah memberiku kekuatan dalam setiap langkah

Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad Saw yang telah memberiku kebanggaan dengan menjadi salah satu umat yang terpilih

Ku persembahkan karya tulis ini :

Untuk Ibu dan Bapak yang dengan Ikhlas mendidikku sedari dalam kandungan...

Ku berharap Engkau senantiasa di bawah naungan kasih sayang-Nya Untuk Suami tercinta yang selalu mensupport untuk terus berjuang

hingga karya ini terselesaikan Untuk buah hatiku yang slama ini dinanti untuk saudara-saudaraku, Kakak-kakak dan adikku

Terimakasih atas doanya selama ini

Untuk Sahabat-sahabatku yang tak mungkin kusebut satu persatu Thanks for All ...

(3)

MOTTO

Arunya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

(Q.S. An-Nahl: 125)

(4)

Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag.

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Niwatun Malang, 29 Januari 2010 Lamp. : 6 (Enam) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di

Malang

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini :

Nama : Niwatun NIM : 04110201

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul skripsi : Inovasi Metode Pembelajaran PAI Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MTs Surya Buana Malang

maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 287 892

(5)

HALAMAN PERSETUJUAN

INOVASI METODE PEMBELAJARAN PAI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs SURYA BUANA MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Niwatun 04110201

Telah Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 287 892

Pada Tanggal 29 Januari 2010

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Drs. Moh. Padil, M. Pd.I

NIP. 150 267 235

(6)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 29 Januari 2010 Penulis,

Niwatun 04110201

(7)

INOVASI METODE PEMBELAJARAN PAI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs SURYA BUANA MALANG SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh Niwatun (04110201)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 10 Februari 2010 dengan nilai A-

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

pada tanggal 10 Februari 2010

Panitia Ujian

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag M. Samsul Ulum, MA NIP. 1967122019998031 002 NIP. 197208062000031 001

Penguji Utama, Pembimbing,

Dra. Hj. Siti Annijat M, M. Pd Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 195709271982032 001 NIP. 1967122019998031 002

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 196205071995031 001

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan, serta memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang kita harapkan syafaatnya.

Skripsi ini penulis ajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Selama menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

2. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malaik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

5. Bapak Drs. H. Abdul Djalil Z., M.Ag, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Surya Buana Malang beserta segenap staff yang telah memberikan izin dan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis.

6. Semua pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena tak ada gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna kecuali karya Sang Pencipta Allah Swt. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik yang konstruktif dan saran dari berbagai pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri khususnya.

Malang, 29 Januari 2010

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ...ii

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN NOTA DINAS ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

HALAMAN ABSTRAK ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Ruang Lingkup ... 10

F. Definisi Operasional ... 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pelaksanaan PAI di MTs ... 13

1. Pengertian PAI ... 13

2. Dasar dan Tujuan PAI ... 15

3. Pembelajaran PAI di MTs ... 22

B. Inovasi Pembelajaran PAI ... 28

1. Konsep Inovasi ... 28

2. Dasar dan Tujuan Inovasi dalam Pembelajaran PAI ... 31

3. Inovasi Metode Pembelajaran PAI ... 33

4. Penerapan Inovasi PAI ... 35

(11)

C. Prestasi Belajar ... 41

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 41

2. Aspek-aspek Prestasi Belajar ... 45

3. Cara Menentukan Prestasi Belajar ... 47

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 50

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 62

B. Kehadiran Peneliti ... 63

C. Lokasi Penelitian ... 64

D. Sumber Data ... 65

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 67

F. Analisis Data ... 73

G. Pengecekan Keabsahan Data... 74

H. Tahap-tahap Penelitian ... 77

BAB IV : HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 79

1. Sejarah Singkat MTs Surya Buana Malang ... 79

2. Visi dan Misi MTs Surya Buana Malang ... 81

3. Tujuan MTs Surya Buana Malang ... 82

4. Prinsip Dasar Pendidikan MTs Surya Buana Malang ... 83

5. Keunggulan MTs Surya Buana Malang ... 83

6. Sistem Sekolah di MTs Surya Buana Malang ... 84

7. Struktur Organisasi MTs Surya Buana Malang ... 85

8. Data Guru MTs Surya Buana Malang ... 86

9. Data Siswa MTs Surya Buana Malang ... 87

10. Fasilitas yang Dimiliki MTs Surya Buana Malang ... 88

(12)

11. Jadwal Kegiatan ... 89

12. Program Peningkatan Prestasi Siswa ... 91

13. Penunjang Keberhasilan Program ... 95

14. Evaluasi dan Pemberian Laporan Ke Orang Tua ... 97

B. Penerapan Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTs Surya Buana Malang ... 98

C. Prestasi Belajar Siswa Setelah Diterapkannya Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTs Surya Buana Malang ... 103

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Penerapan Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTs Surya Buana Malang ... 108

B. Prestasi Belajar Siswa Setelah Diterapkannya Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTs Surya Buana Malang ... 115

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

ABSTRAK

Niwatun. Inovasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MTs Surya Buana Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing: Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag

Kata Kunci: Inovasi Metode Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Prestasi Belajar

Dalam pelaksanaannya masih terkesan bahwa peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran PAI. Untuk itu adanya Inovasi Metode Pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran PAI diperlukan. Dengan adanya inovasi metode pembelajaran diharapkan guru tidak seolah-olah menjadi sumber informasi tunggal.Guru yang berinovasi dalam metode pembelajaran mampu membuka cakrawala siswa menjadi inovatif dan kreatif. Melalui metode pembelajaran yang inovatif, suasana pembelajaran di kelas tidak terpasung dalam suasana yang kaku dan monoton. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

Susana pembelajaran pun akan membuat siswa tidak jenuh menerima materi dari guru. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji “Inovasi Metode Pembelajaran PAI dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs Surya Buana Malang.”

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana Inovasi Metode Pembelajaran PAI yang diterapkan di MTs Surya Buana Malang, (2) Bagaimana Prestasi Belajar Siswa Setelah diterapkannya Inovasi Metode Pembelajaran Siswa di MTs Surya Buana Malang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.

Penelitian kualitatif merupakan suatu konsep penelitian yang menyeluruh untuk mengungkapkan rahasia sesuatu, dilakukan dengan menghimpun data pada keadaan

(14)

sewajarnya, menggunakan cara kerja yang sistematik, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya. Sumber data berupa kata-kata dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui wawancara dengan orang-orang yang dapat dipercaya kevalidan informasinya, seperti kepala madrasah, guru PAI dan siswa. Data ini dicatat secara tertulis dan menggunakan alat bantu perekam setiap kali peneliti mengadakan wawancara di lapangan. Sedangkan sumber data berupa tindakan diperoleh peneliti dengan mengamati langsung proses pembelajaran di MTs. Surya Buana Malang. Untuk memperoleh data yang valid dan akurat, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs Surya Buana bahwasanya pelaksanaan proses belajar mengajar di MTs Surya Buana Malang sudah diterapkan inovasi metode pembelajaran, hal ini bisa dilihat dari beberapa metode baru yang merupakan hasil dari inovasi dari metode pembelajaran yang terdahulu, yaitu antara lain; Jiqsaw, alphabeth, pohon pembelajaran, silih tanya. Pada prinsipnya para GPAI selalu memprioritaskan metode inovatif namun pada pelaksanaannya metode lama tetap digunakan sebagai metode alternatif sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaanya ada faktor penghambat dan pendukung yang meliputi; peserta didik (siswa), guru, lingkungan. Untuk mengatasi penghambat tersebut guru PAI seoptimal mungkin menciptakan suasana belajar yang kondusif dan tidak menjenuhkan. Dengan adanya proses inovasi metode pembelajaran PAI di MTs Surya Buana Malang, perkembangan prestasi belalajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terbukti dengan angka kelulusan tahun ajaran 2007-2008 yang mencapai 100% lulus dengan NUN tertinggi 36,20 dibanding tahun ajaran 2006-2007 kelulusannya 88% dengan NUN 27,60. Prestasi-prestasi yang diraih oleh siswa-siswi MTs Surya Buana Malang tiap tahunnya tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam bidang non akademik. Prestasi akademik dan non akademik seperti, juara 1 lomba pidato bahasa Arab tingkat Jawa Timur, juara 2 karikatur tingkat Jawa Timur.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan.

Sama halnya dengan kebutuhan papan, sandang, dan papan. 1 Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu dengan yang lain. Jika pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka berbagai elemen yang terlibat dalam pendidikan perlu dikenali.2

Pendidikan ialah usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.3 Pada dasarnya pengertian pendidikan agama tidak dapat dipisahkan dangan pengertian pendidikan pada umumnya, sebab pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum. Marimba menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir bahwasanya pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik

       

1 Zulia Ilmawati dkk, Wajah Buruk Pendidikan Indonesia, Majalah al-wa’ie No.59 Tahun V, 1-3 Juli 2005 

2 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya,2004) hlm.6 

3 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya; Usaha Offset Printing,tt), hlm.27  

(16)

menuju terbentuknya keperibadian yang utama,4 sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.

Menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan bahwa dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata “Ta’lim” dan

“Ta’dib” mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pemgetahuan (‘ilm), pengajaran (Ta’lim) dan bimbingan yang baik (Tarbiyah).

Sedangkan menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu Al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), Ta’lim al-din (pengajaran agama), Al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), Al-ta’lim al-Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), Al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), Al-tarbiyah ‘inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan Al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami).5

Di kalangan masyarakat Indonesia, istilah “pendidikan” mendapatkan arti yang sangat luas. Kata-kata pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan, sebagai istilah-istilah teknis dan tidak lagi dibeda-bedakan oleh masyarakat kita, tetapi ketiga-tiganya lebur menjadi satu pengertian baru tentang pendidikan.6

       

4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 24 

5 Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakary, 2002), hlm.36 

6 Ibid., hlm. 37 

(17)

Sedangkan dalam Enclyclopedia Education, pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama, dengan demikian dapat diarahkan kepada pertumbuhan moral dan karakter, pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja akan tetapi disamping pengetahuan agama, mestilah ditekankan pada felling attitude, personal ideal, aktivitas, dan kepercayaan untuk mewujudkan persatuan nasional.7

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan pengetahuan, tingkah laku atau sikap yang sejalan dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Islam. Sejalan dengan ini, Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life.8

Abdul Madjid dan Dian Andayani, dalam kesimpulannya mengatakan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan

       

7 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang:UM Press,1993), hlm. 11 

8 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara,1992), hal. 86. 

(18)

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.9

Selain itu dalam buku Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Hj. Suhairini dan H. Abdul Ghofir menyatakan bahwa pandidikan agama Islam dapat diartikan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya keperibadian yang baik dan utama.10

Jadi, pada dasarnya, pendidikan agama Islam menginginkan peserta didik yang memiliki fondasi keimanan dan ketakwaan yang kuat terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi yang disebut takwa.

Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam, sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid, dijelaskan bahwa,

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.11

       

9 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 132. 

10 Zuhairini dan Abdul Ghafir, Op.Cit, hlm. 1. 

11 Abdul Madjid dan Dian Andayani, op. cit., hlm. 135. 

(19)

Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek yang ada sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap.12

Oleh karena itu, agar dalam penerapan pendidikan agama dapat mencapai sasaran haruslah menggunakan metode. Metode pembelajaran mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang menghubungkan pendidkan dengan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran salah satunya adalah metode pembelajaran.

Pendidik dalam menyampaikan materi dan bahan pendidikan harus memudahkan dan tidak mempersulit peserta didik, tentunya harus sesuai dengan kadar dan kemampuan mereka. Kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik. Sebaliknya kita harus mengusahakan dengan jalan menyusun materi tersebut sedemikian rupa sehingga sesuai dengan taraf kemampuan mereka, serta dengan gaya yang menarik. Usaha untuk mencapai efesiensi dan efektifitas kerja dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, perlu adanya inovasi metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

       

12 Zuhairini dan Abdul Ghafir, op.cit, hlm. 8-9 

(20)

Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan sangat perlu. Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Dalam bukunya Miles yang diterjemahkan oleh Wasty Soemanto; Inovasi adalah macam-macam perubahan genus.13 Inovasi sebagai perubahan disengaja, baru, khusus untuk mencapai tujuan-tujuan sistem.

Hal yang baru itu dapat berupa hasil invention atau discovery yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok masyarakat, jadi perubahan ini direncanakan dan dikehendaki.

Seorang guru perlu mengetahui sekaligus menguasai berbagai metode dan strategi belajar mengajar yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar.

Posisi guru sangat signifikan di dalam pendidikan sebagai fasilitator dan pembimbing, maka guru memiliki tugas yang lebih berat, tidak hanya memegang fungsi transfer pengetahuan, tetapi lebih guru harus mampu memfasilitasi dalam menerpa dan mengembangkan dirinya. Apalagi pada saat sekarang orientasi pendidikan yang telah diubah dari teacher centeret menjadi student centeret disertai dengan bimbingan intensif. Oleh karenanya guru dituntut untuk lebih kreatif, efektif, selektif, proaktif dalam mengakomodir kebutuhan siswa. Guru juga lebih peka terhadap karakter fisik maupun psikis siswa. Dalam keseluruhan        

13 Wasty Soemanto, Petunjuk untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya:Usaha Nasional, 1980), hlm:62 

(21)

kegiatan pendidikan ditingkat operasional, guru merupakan penentu keberhasilan melalui kinerjanya pada tingkat operasional, institusional, instruksional,dan ekspresensial.14 Disinilah peran penting guru dalam pendidikan.

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran modern terdapat cukup banyak strategi yang khusus dirancang untuk mengajar materi yang didinginkan begtu juga metode, metode jauh lebih penting dari pada materi. Betapa urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil apabila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari komponen pembelajaran, yaitu: tujuan, metode, media dan materi. Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua metode dapat diterima oleh siswa. Oleh karena itu, penggunaan metode hendaknya menyesuaikan karasteriktik dan kondisi siswa.

Pembelajaran adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Tugas guru dalam rangka optimalisasi proses belajar adalah sebagai fasilitator yang mampu mengembangkan kemampuan anak, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan sebuah pembelajaran apalagi dalam menentukan metode pembelajaran. Pendidik harus mempunyai berbagai macam kemampuan seperti:

ilmu pengetahuan, ketrampilan mengelola program belajar-mengajar, mengelola

       

14 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru.(Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm 223 

(22)

kelas, penggunaan media, menguasai landasan pendidikan, interaksi belajar- mengajar, memberi motivasi siswa dan lain sebagainya.

Setiap kegiatan belajar mengajar, apapun materinya selalau memiliki sasaran (target). Sasaran yang juga lazim disebut tujuan itu pada umumnya tertulis, akan tetapi juga sasaran (target) yang tak tertulis dan dikenal dengan objective in mind.

Pada penelitian ini, peneliti memilih madrasah sebagai lokasi penelitian karena selama ini madrasah masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Mereka enggan mempercayakan putra-putrinya untuk belajar di madrasah karena gengsi dan merasa malu dengan kualitas pendidikan madrasah yang rendah. Namun pandangan miring itu kini nampaknya kian bergeser. Sebagai jalur pendidikan yang berciri khas keagamaan (agama Islam), madrasah memiliki peranan yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama dalam waktu yang bersamaan di tengah degradasi moral yang terjadi saat ini. Harapan orang tua agar putra- putrinya memperoleh ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum secara seimbang turut mempengaruhi pandangan mereka terhadap madrasah.

Hubungan yang baik antara pihak sekolah dan orang tua siswa harus terus dibina karena dukungan orang tua dapat memberikan dampak positif dalam memajukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan siswa. Terbukti saat ini telah banyak madrasah yang mampu melahirkan lulusan (output) pendidikan

(23)

yang berkualitas dan berprestasi serta menjadi sekolah unggulan, seperti yang telah diupayakan oleh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Surya Buana Malang.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengangkat judul “Inovasi Metode Pembelajaran PAI Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MTs Surya Buana Malang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan di angkat oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah inovasi metode pembelajaran PAI yang diterapkan di MTs Surya Buana Malang.

2. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah diterapkannya inovasi metode pembelajaran PAI di MTs Surya Buana Malang.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam peulisan skripsi ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana inovasi metode pembelajaran di MTs Surya Buana Malang.

2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa setelah diterapkannya inovasi metode pembelajaran PAI di MTs Surya Buana Malang.

(24)

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malaik Ibrahim Malang

Memberikan sumbangan pemikiran dalam penggunaan inovasi metode pembelajaran PAI khususnya pada Fakultas Tarbiyah.

2. Bagi Lembaga

Memberikan kontribusi pada sekolah berkaitan dengan penggunaan metode untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentuksn metode dan kurikulum pengajaran yang efektif dan efisien.

3. Bagi penulis

Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang didapat dalam bidang pendidikan. Menjadikan peneliti berwawasan luas dalam memotivasi dan memberikkan pemahaman terhadap anak didik, dan nantinya dapat sebagai pengalaman, latihan, dan pengembangan dalam pelaksanaan pembelajaran. Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman bagi penulis sesuai dengan disiplin ilmu yang telah penulis tekuni selama ini.

E. Ruang Lingkup

Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dan berpijak pada kerangka dasar pembahasan di atas, untuk memperoleh gambaran yang jelas dan agar tidak terjadi pelebaran dalam pembahasan, maka penulisan skripsi ini hanya berkaitan dengan inovasi, metode pembelajaran, dan prestasi siswa.

(25)

F. Definisi Operasional

Untuk menjaga agar tidak terjadi salah pengertian dalam eahai judul skripsi ini, maka perlu adanya penjelasa dari pegertian istilah yang digunakan dalam judul tersebut yaitu:

Pengertian Inovasi

Inovasi dalam arti luas adalah suatu perubahan khusus, baru dan telah dipikirkan masak-masak. Yang diperkirakan perubahan itu akan lebih berhasil dalam menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu sistem.

Menurut Prof. Santoso S. Hanijoyo, inovasi adalah suatu perubahan yang baru, berbeda dari sesuatu yang dikehendaki sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu.15 Pengertian Metode

Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani “Metados” kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu: “Metha” yang berarti melewati dan

“Hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.16 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga

       

15 Saleh Muntasir, Mencari Evidensi Islam. (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm 146 

16 M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm 61 

(26)

dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran.

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan secara sadar baik dikerjakan secara individual atau kelompok.

Dalam definisi lain prestasi belajar merupakan penilaian pendidikan tentang perkembangan, kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan dengan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serata nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.17 Yang dimaksud prestasi belajar di sini adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau simbol yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.18

       

17 Syaiful Djamarah Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (Surabaya: Usaha Nasional,1991) hlm 20-21 

18 Surtanti Tritonegoro, Anak Supernormal dan Pendidikannya (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 43 

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya pengertian pendidikan agama tidak dapat dipisahkan dangan pengertian pendidikan pada umumnya, sebab pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum.

Marimba menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir bahwasanya pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya keperibadian yang utama,19 sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.

Menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan bahwa dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata “Ta’lim” dan “Ta’dib” mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pemgetahuan (‘ilm), pengajaran (Ta’lim) dan bimbingan yang baik (Tarbiyah).

Sedangkan menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu setidak- tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu Al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan        

19Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), hlm. 24 

(28)

keagamaan), Ta’lim al-din (pengajaran agama), Al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), Al-ta’lim al-Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), Al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), Al-tarbiyah ‘inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan Al- tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami).20

Sedangkan dalam Enclyclopedia Education, pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama, dengan demikian dapat diarahkan kepada pertumbuhan moral dan karakter, pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja akan tetapi disamping pengetahuan agama, mestilah ditekankan pada felling attitude, personal ideal, aktivitas, dan kepercayaan untuk mewujudkan persatuan nasional.21

Pengertian pendidikan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya secara sadar yang dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial. Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak. Oleh karena itu pendidikan Islam, berarti

       

20 Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.36 

21 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: UM Press,1993), hlm. 11 

(29)

pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al- Hadits.

Dapat dikatakan bahwa mengajar agama hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan sehingga peserta didik akan memiliki pengetahuan agama, bukan menjadi orang yang taat beragama. Dalam hal ini mengajar lebih berorientasi pada segi kognitif dibandingkan segi afektif dan psikomotorik.

Sedangkan mendidik agama arahnya adalah pembentukan pribadi muslim yang taat, berilmu, dan beramal. Oleh kaena itu, orientasi mendidik disamping aspek kognitif dan psikomotorik, yang lebih penting lagi, adalah aspek penghayatan sehingga di dalam pendidikan agama peserta didik selain memiliki pengetahuan dan penghayatan juga mampu menerapkan pengalaman agama22.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, dan bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar dan tujuan secara umum

       

22 Ibid., hlm. 2 

(30)

Dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan. Dasar pendidikan negara kita secara Yuridis Formal telah dirumuskan dalam:

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Pendidikan Nasional Berdasaarkan Pada Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945. dengan demikian jelas bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah pancasila dan undang-undang dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 Tahun 1989 dan UU sisdiknas No. 20 Tahun 2003.

Adapun tujuan pendidikan nasiaonal dalam undang-undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 sebagai berikut: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab”. 23

b. Dasar dan tujuan secara khusus 1). Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Konsep dasar pendidikan agama Islam adalah konsep atau gambaran umum tentang pendidikan. Sumber pendidikan agama Islam adalah ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.24 Sebagai sumber dasar ajaran Islam,        

23 Ibid., hlm. 4-5 

24 Tadjab, dkk, Dasar-Dasar Kependidikan Islam, (Surabaya: Karya Abditama,

(31)

Al-Qur’an memang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia ini. Di antara permasalahan hidup manusia itu adalah masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Sedangkan As-Sunnah, berfungsi untuk memberikan penjelasan secara oprasional dan terperinci tentang berbagai permasalahan yang ada dalam Al- Qur’an tersebut sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan situasi dan kondisi kehidupan nyata.

Dengan demikian dasar pendidikan agama Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW, maka isi Al-Qur’an dan Hadits-lah yang menjadi pedoman pendidikan agama Islam. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam agama Islam, sedangkan Sunnah Rasulullah yang dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan Rasulullah SAW dalam bentuk isyarat.

Sebagaimana firman Allah Dalam al-Qur’an

⌧ ☺

       

1996), hlm. 58. 

(32)

Artinya: “Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar”. Q.s. Al-Ahzab: 71)25

Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat yang pertama kali turun adalah berkenaan disamping masalah keimanan juga pendidikan.

Allah berfirman :

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-alaq: 1-5)26

Bahkan tidak hanya itu Allah juga memberikan bahan (materi pendidikan agar manusia hidup sempurna di dunia ini). Allah berfirman :

       

25 Deperteman Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah, Toha Putra, Semarang 989, hlm. 680 

26 Ibid., hlm. 1079 

(33)

Artinya : “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(QS. Al-baqarah: 31)27

Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memahami segala sesuatu belum cukup jika hanya memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu tetapi harus memahami sampai ke hakikat dari benda itu.28

Rasulullah SAW. Mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam kaitannya denagan ini M. Athiyah Al-Abrasyi mengatakan: pada suatu hari Rasulullah keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan;

dalam pertemuan pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah ‘Azza Wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya; dalam pertemuan kedua orang sedang memberikan pelajaran. Langsung beliau bersabda:

Artinya: “Mereka ini (pertemuan pertama), minta kepaa Allah, bila Tuhan menghendaki maka Ia akan memenuhi permintaan tersebut, dan jika Ia tidak menghendaki maka tidak akan dikabulkannya. Tetapi golongan kedua ini, mereka mengajar manusia, sedangkan saya sendiri diutus untuk mengajar.”

Setelah itu beliau duduk pada pertemuan kedua ini. Praktek itu membuktikan kepada kita suatu contoh terbaik betapa Rasul mendorong orang untuk belajar dan menyebarkan ilmu secara luas dan suatu pujaan atas keutamaan juru didik.29

       

27 Ibid., hlm. 14 

28 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 21 

(34)

Sikap Rasulullah SAW. Seperti di atas merupakan fakta bahwa Islam sangat mementingkan adanya pendidikan dan pengajaran. Rasulullah bersabda:

Artinya: Barang siapa ditanya suatu pengetahuan kemudian ia menyembunyiakan ilmunya maka Tuhan akan mengekangnya dengan kekang berapi” (HR. Ibn Majah)

Ayat dan hadits tersebut dapat dipahami, bahwa apabila manusia telah mengatur seluruh aspek kehidupannya (termasuk pendidikannya) dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka akan bahagia hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Disamping itu Rasulullah mewajibkan umatnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.

Dengan demikian, jelas bahwa dasar pendidikan agama Islam dan sekaligus sebagai sumbernya adalah Al-Qur’an dan Hadits.

2). Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan agama Islam secara umum ialah,”meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”(GBPP PAI, 1994).

Sedangkan dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1999,        

29 M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang,1970), hlm. 36-37 

(35)

tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu, agar siswa memahami, menghayati, menyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.30

Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa para ahli adalah:

a) Menurut Al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah; pertama kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah dekat dengan Allah, kedua kesempatan manusia yang puncaknya kebahagiaan didunia dan akhirat, karena itu berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi.

b) Menurut Athiya Al-Abrasi, tujuan pendidikan Islam secara umum adalah:

1) Untuk membantu pembentukan akhlak yamg mulia 2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

3) Persiapan mencari rezki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan.

4) Menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.

5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional tertentu, dan keterampilan tertentu agar ia dapat mencapai rezeki dalam hidup, disamping memelihara segi kerohanian.31

c) Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi pendidikan Islam haruslah menjadikan seluruh        

30 Muhaimin, op. cit., hlm. 78 

31 Zuhairini dan Abdul Gkofir, op. cit. hlm. 17 

(36)

manusia menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud dengan menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah32

Pada jenjang pendidikan menengah, kemampuan-kemampuan dasar yang diharapkan dari lulusannya adalah dengan landasan iman yang benar, siswa:

1) Taat beribadah, mampu berzikir dan berdo’a serta mampu menjadi imam;

2) Mampu mambaca Al-Qur’an dan menulisnya dengan benar serta berusaha memahami kandungannya terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi;

3) Memiliki kepribadian muslim (berakhlak mulia);

4) Memahami, menghayati dan mengambil manfaat sejarah dan perkembangan agama Islam;

5) Mampu menerapkan prinsip-prinsip muamalah dan syariah Islam dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam defenisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan dalam kondisi tertentu.

Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui        

32 Ahmad Tafsi, op. cit., hlm. 46 

(37)

bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan33.

Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa, pembelajaran sebenarnya terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai- nilai yang terkandung di dalam dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung dalam kurikulum.

Sedangkan karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam di MTs mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan agama Islam. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan agama Islam di MTs adalah:

a. Fungsi PAI di MTs.

1) Sebagai pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah di tanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

2) Untuk penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3) Sebagai penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama Islam

       

33 Muhaimin, Op. Cit., hlm. 183 

(38)

4) Sebagai perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-sehari.

5) Sebagai pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari.

6) Sebagai pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

7) Sebagai penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

b. Tujuan PAI di MTs

Adapun tujuan pendidikan agama Islam di MTs adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dari beberapa fungsi dan tujuan pendidikan diatas, pendidikan agama Islam pada tingkat MTs itu sangat penting, karena pada saat ini para pemuda menghadapi berbagai macam masalah keagamaan mulai dari aliran sesat, munculanya nabi baru, bahkan agama baru yang mengatasnamakan pembeharuan agama Islam serta

(39)

dekadensi moral yang semakin menjadi. Mereka juga merupakan sasaran dari kebudayaan asing yang menyesatkan yang mempengarui kebudayaan kita.

Selain fungsi dan tujuan adapula karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam di MTs yaitu:

1) Kemampuan dasar

Kopentensi dasar berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di MTs.

2) Materi pokok mata pelajaran pendidikan agama Islam

Materi pokok merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, gugus isi, proses, keterampilan, dan/atau pengertian konseptual, yang harus dimiliki dan dikembangkan pada diri siswa. Materi pokok ini berfungsi sebagai batasan keluasan dan kedalaman bahan ajar yang disampaikan kepada siswa. Adapun materi pokok mata pelajaran agama Islam di MTs ialah: 1) Qur’an Hadits 2) Aqidah Akhlak 3) Fiqih 4) SKI 5) Bahasa Arab 3) Indikator keberhasilan

Indikator adalah kompetensi spesifik dan rinci yang diharapkan dapat dikuasai siswa dan merupakan penjabaran dari kompetensi dasar. Indikator merupakan target pencapaian pembelajaran dan sekaligus menjadi ukuran keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar rumusan kompetensi dalam indikator berupa kompetensi operasional, sehingga tingkat ketercapaiannya dapat diukur.

(40)

Pendidikan agama merupakan suatu kekuatan yang amat besar pengaruhnya dalam kehidupan siswa dan masyarakat. Pendidikan agama juga merupakan benteng yang dapat memelihara dari kekeliruan dan penyimpangan serta menkokohkan iman mereka, sehingga ia menjadi seorang penganut agama yang kokoh dan peka yang mendorongnya mau berkorban dan membela aqidah Islamiyah yang suci.34

Karakteristik peserta didik (siswa) ialah sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik. Aspek-aspek tersebut bisa berupa bakat, motivasi belajar atau kemampuan awal (hasil belajar yang telah dimiliki).35 Karakteristik kemampuan awal peserta didik dapat dijadikan pijakan dalam pemilihan metode pembelajaran.

Kemampuan awal amat penting peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan pembelajaran sehingga berdampak memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri peserta didik.

Disamping itu, peserta didik mempunyai karakteristik tertentu, yakni:

1. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik (guru)

2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik;

3. Memiliki dasar-dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar        

34 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam ( IAIN Jakarta, 1985), hlm. 248-249 

35 Muhaimin, Op. Cit. 2002. hlm. 246 

(41)

belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh, dan lainnya), serta perbedaan individual.36

Dalam persepektif pendidikan Islam, peserta didik merupakan subyek dan obyek. Oleh karenanya, aktivitas kependidikan tidak akan telaksana tanpa keterlibatan pesrta didik di dalamnya. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah kompetensi (kemauan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniyah, ia memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.37

Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan, dan arahan pendidik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewsaan.38 Islam memandang, “setiap anak dilahirkan dengan dibekali fitrah, kedua orang tuanyalah yang dapat membuat ia menjadi seorang Majusi, Nasranai atau Yahudi”

Diantara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik, diantarnya ialah:

       

36 Syaiful Bahri, Op. Cit., hlm. 52 

37 Samsul Nizar, M.A. Filsafat pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.47 

38 Toto Suharto, Filasafat Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 123 

(42)

1. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan hati yang bersih.

2. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.

3. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai tempat.

4. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya (guru).

5. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.

Memahami tugas dan kewajiban itu sangat penting untuk disadari oleh setiap peserta didik, sekaligus dijadikan sebagai pegangan dalam menuntut ilmu. Di samping berbagai pendekatan tersebut, peserta didik hendaknya memiliki kesiapan dan kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan dan kesediaan fisik dan psikis, maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan terlaksana secara efektif dan efesien.

Yang perlu diperhatikan oleh peserta didik berikutnya adalah sifat-sifat ideal dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam. Peserta didik hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya. Diantara sifat- sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik misalnya; berkemauan keras, atau pantang

(43)

menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, tabah, tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya.39

Guru sebagai pendidik atau pengajar sangat perlu untuk memahami karakteristik paserta didik sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif.

Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang kondusif, berpangkal dari kedangkalan pemahaman seorang guru terhadap karakteristik peserta didik sebagai individu. Bahan, metode, sarana/alat, dan evaluasi, tidak dapat berperan lebih banyak, bila guru mengabaikan aspek peserta didik. Oleh karena itu guru sebagai pendidik sebelum melaksankan proses belajar mengajar, sebaiknya guru terlebih dahulu memahami keadaan peserta didik. Ini penting agar dapat mempersiapkan segala sesuatu secara akurat, sehingga tercipta interaksi dalam proses belajar mengajar yang kondusif, efektif, dan efesien.

B. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Konsep Inovasi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, inovasi merupakan pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaharuan. Atau penemuan baru yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi dalam arti luas adalah suatu perubahan khusus, baru dan telah dipikirkan masak-masak. Yang diperkirakan perubahan itu akan lebih berhasil dalam menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu sistem. Menurut        

39 Burhan Al- Islam Al-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Thariq At-Ta’allum (Surabaya:Dar Al- Nasyru Al-Mishriyah), hlm. 35 

(44)

Prof. Santoso S. Hanijoyo, inovasi adalah suatu perubahan yang baru, berbeda dari sesuatu yang dikehendaki sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu.

Lembaga pendidikan di Indonesia terus berupaya mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pengajaran yang efektif dan efisien melalui pembeharuan maupun eksprimen. Untuk itu sering diadakan studi kasus atau sekolah percobaan. Di sana dicobakan struktur, sistem, atau metode yang baru, yang bersifat eksprimental sebagai upaya inovasi. Hasil yang dianggap paling baik dituangkan dalam SK MENDIKBUD untuk dipakai secara nasional, seperti diberlakukannya KBK, CBSA, PKP dan KTSP. Inovasi merupakan perubahan yang khusus, baru, dan dengan pemikiran yang matang, yang diperkirakan perubahan itu akan lebih berhasil dalam menyelesaikan tujuan-tujuan suatu sistem. Suatu inovasi merupakan hal yang dikehendaki dan direncanakan, bukan suatu yang tiba-tiba saja.40

Secara etimologi inovasi berasal dari kata latin Innovatio yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya Innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru dan menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana. Ansyar Nurtin mengungkapkan sebagaimana dikutip Zahara Idris bahwasanya inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi41.

       

40 M. Saleh Muntasir, Pengajaran Terprogram, Rajawali, Jakarta. 1985, hlm. 17 

41 Zahara Idris, Dkk, Pengantar Pendidikan 2, PT. Grasindo, Jakarta, 1992, hlm. 70 

(45)

Kata innovation dari bahasa inggris sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi inovasi. Inovasi terkadang dipakai untuk menyatakan penemuan, tetapi inovasi juga diartikan pengembangan dari sesuatu yang belum berkembang.

Pembaharuan tidak datang dengan sendirinya, perlu diupayakan. Jika tidak, pendidikan akan tertinggal oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Pembeharuan ini harus dijawab oleh lembaga pendidikan/sekolah khususnya tenaga pengajar. Dalam hal ini perlunya memahami “dinamika perubahan”

dan mengembangkan “kreativitas pengajar”, yang kapasitasnya untuk menyerap, menyesuaikan diri, menghasilkan atau menolak pembeharuan itu sendiri.42

Sedangkan kata penemuan sering diterjemah dalam bahasa inggris Discovery, dan invention. Kata innovation, discovery, dan invention mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik barang itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1996), inovasi ialah pemasukan atau pengenalan hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat).

Dari definisi inovasi di atas, menurut para ahli tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian inovasi antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dapat diambil benang merah bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis,        

42 Cece Wijaya, Dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan Pengajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 1992, hlm. 4-5 

(46)

metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau discoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok masyarakat. Jadi inovasi adalah bagian dari perubahan sosial.

Selanjutnya, kata inovasi identik dengan modernisasi. Inovasi dan modernisasi adalah sama-sama perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan. Inovasi menekankan pada ciri adanya suatu yang diamati sebagai suatu yang baru bagi individu atau masyarakat. Sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari belum maju ke yang sudah maju.

2. Dasar dan Tujuan Inovasi Dalam Pembelajaran PAI

Pada hakikatnya yang menjadi dasar dan tujuan inovasi dalam pembelajaran PAI adalah mengacu pada inovasi pendidikan, karena pembelajaran merupakan suatu komponen dari pendidikan itu sendiri. Salah satu permasalahan serius yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran, termasuk pembelajaran PAI. Proses pembelajaran pendidikan agama yang terjadi kerap kali baru bersifat seadanya, rutinitas, formalitas, kaku, dan kurang makna. Informasi materi pelajaran yang diperoleh dari guru lebih banyak mengandalkan indera pendengaran. Dalam situasi itu indera lain yang dimiliki oleh peserta didik tidak dapat difungsikan secara optimal. Peserta didik akan memahami pelajaran hanya

(47)

sebagai materi hafalan. Kejenuhan peserta didik terhadap suatu mata pelajaran akan diikuti dengan turunnya prestasi belajar.

Indikator dari turunnya presasi belajar itu dapat diketahui dari analisis butir soal, daya serap, rata-rata nilai ulangan harian, dan ulangan blok dari waktu ke waktu.

Adapun tujuan pembaharuan pendidikan adalah meningkatkan efesiensi, relevansi kualitas dan efektifitas, sarana serta jumlah peserta didik yang sebanyak banyaknya, dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan) dengan menggunakan tenaga, sumber, uang, alat, dan waktu yang sekecil-kecilnya.

Selanjutnya B. Suparna menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Martin Sardi, disamping pembaharuan itu untuk memenuhi kebutuhan yang dihadapi dan tantangan terhadap masalah-masalah pendidikan serta tuntutan zaman, perubahan pendidikan juga merupakan usaha aktif untuk mempersiapkan diri di hari esok yang lebih baik dan memberi harapan yang sesuai dengan cita-cita yang didambakan.43

Mengacu pada pembaharuan pendidikan di atas, maka upaya tujuan dari inovasi pembelajaran PAI disini adalah mengembangkan perencanaan pembelajaran pendidikan agama yaitu diantaranya; memilih dan menetapkan metode pembelajaran pendidikan agama yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.44 Karena itu, penekanan utama dalam perencanaan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama.

       

43 Martin Sardi, Mencari Identitas Pendidikan, Alumni, Bandung, 1981, hlm. 20-21 

44 Muhaimin, Op. Cit., hlm. 195 

(48)

Pemilihan metode pembelajaran pendidikan agama harus didasarkan pada analisis kondisi pembelajaran pendidikan agama yang ada, yang nantinya hasil analisis akan menunjukkan kondisi pembelajaran pendidikan agama yang diharapkan. Setelah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran pendidikan agama dalam kegiatan perencanaan pembelajaran akan diperoleh informasi yang lengkap mengenai kondisi riil yang ada dan hasil pembelajaran pendidikan agama yang diharapkan.

Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan hususnya proses belajar mengajar. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.

3. Inovasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui, dan “hodos”

yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa arab disebut “Thariqah” yang artinya jalan, cara, sistem, atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.45

Jadi metode adalah teknik dan alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara di dalam pelaksanaan seatu proses belajar-mengajar. Dari penjelasan ini dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa metode pembelajaran itu berkaitan        

45 Zuhairini dan Abdul Gkofir, Op. Cit. hlm. 54 

(49)

dengan cara begaiman kehidupan proses belajar-mengajar itu harus dilakukan. Dalam hal ini, metode mengajar terwujud dalam serangkaian oprasional guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Tentunya harus dipahami bahwa serangkaian tindakan guru tersebut tetap berada pada lingkup metode yang digunakan dan harus sesuai dengan metode yang telah ditetapkan Sedangkan pembelajaran adalah upaya guru untuk mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. Menurut Zainal Aqib, pembelajaran adalah pertama; Pembelajaran merupakan suatu upaya guru mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi anak didik, kedua; pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa (anak didik) menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.46 Metode pembelajaran berkenaan dengan pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dan efisien dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Adapun inovasi (pembaharauan) dalam metode pembelajaran pendidikan agama Islam, sebenarnya sejak kurikulum 1975 sudah diberlakukan, dimana seorang guru dituntut untuk menggunakan berbagai metode di dalam menyampaikan materi pelajaran. Lebih lagi dengan penambahan kurikulum 1994 yang diarahkan pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) begitu juga dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di arahkan terhadap desentralisasi pendidikan dengan menyerahkan kepada lembaga setempat.

       

46 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya: Insan Cendikia, 2002) ,hlm. 41 

(50)

Pendidikan akan selalu mengalami pembaharuan dalam meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri melalui kurikulum sebagai upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah, maka metode dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran juga akan mengalami pembaharuan yang menitik beratkan pada hasil pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian inovasi metode pembelajaran pendidikan agama Islam diartikan sebagai kegiatan guru agama Islam dalam proses belajar mengajar keagamaan yang dapat memberikan kemudahan atau menyediakan fasilitas anak didik menuju tujuan.

4. Penerapan Inovasi Metode Pembelajaran PAI dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs.

1. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran bila ditinjau dari belajar individu merupakan proses eksternal yang membantu menciptakan kondisi kondusif untuk terjadinya interaksi antara pelajar dengan berbagai sumber belajar. Dalam arti luas, proses belajar adalah suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan prubahan-prubahan dalam pengetahuanpengetahuan, keterampilan dan sikap, perubahan itu relatif konstan atau berbekas.47 Sebagai suatu proses pembelajaran sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output).

Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau Raw Input adalah siswa sebagai Raw Input yang memiliki karakteristik        

47 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 200 

(51)

tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya.

Yang termasuk instrumental input atau faktor yang disengaja dirangcang dan dimanipulasi adalah: kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, metode serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses pembelajaran akan terjadi.

2. Metode Pembelajaran PAI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Dalam interaksi belajar mengajar, metode mengajar dipandang sebagai salah satu komponen yang ada di dalamnya, yang mana komponen yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Metode yang tepat untuk salah satu pengajaran (pembelajaran) atau bahan pengajaran belum tentu tepat untuk tujuan

dan bahan pengajaran (pembelajaran) yang berbeda.

Di dalam Islam itu sendiri juga telah diajarkan tentang metode pengajaran, karena agama Islam sesungguhnya bukan hanya satu sistem teologi semata, tetapi ia merupakan peradaban yang lengkap. Sebagaimana firman-Nya

(52)

☺ ☺

Arunya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

(Q.S. An-Nahl: 125)48

Islam punya perhatian didalam metode mencari ilmu, seperti yang termaktup dalam Al-Qur'an, antara lain:

a) Pengulangan yang bervariasi

Hal ini sesuai dengan firman Allah AWT:

Artinya.”Dan sesungguhnya dalam Al-Qur’an ini kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu

       

48 Depertemen Agama R.I, Al-Qur’an Dan Terjemhannya, Op. Cit., hlm. 421 

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk uji reliabilitas dari hasil output program excel, dengan N=35 dengan taraf signifikan 5%, maka didapatkan perhitungan bahwa variabel

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data yang telah diperoleh dengan metode analisis induktif, peneliti melakukan penelitian secara langsung di

1) Menampilkan peta pelayanan kesehatan yang ada di kota Bengkulu yang terintegerasi dengan menggunakan Google Maps API. 2) Terdapat pilihan tampilan peta, yakni tampilan jalan

Sedangkan hasil dari pemisahan menggunakan memban keramik menunjukkan penurna kadar logam yang signifikan dibandingkan dengan kolom filtrasi, membran yang paling

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka masalah yang dirumuskan yaitu bagaimana membangun suatu aplikasi steganography untuk menyembunyikan pesan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah: “Bagaimana merancang aplikasi psikotes berbasis web yang berfungsi untuk membantu konselor mendapatkan

Rasa cinta da’i kepada seluruh makhluk berangkat dari pemahaman bahwa seluruh makhluk merupakan hamba Allah swt dan apa-apa saja yang diciptakan oleh Allah swt selain manusia

Beberapa keterbatasan penelitian ini ada- lah; Pertama , sebagian besar kuesioner tidak dapat langsung diberikan kepada investor karena adanya kebijakan dari perusahaan se-