• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rani Sumarni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rani Sumarni"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No.3 Desember 2017

HUBUNGAN KADAR HAEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN HASIL ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPAGERAN

Rani Sumarni1, Pebyani Pramanik2, Ervina Aida Putri Setyani3 Prodi Kebidanan (D-3), Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi

ABSTRAK

Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu penyulit yang dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Anemia berkaitan dengan kurangnya kadar Haemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Hb sangat berperan dalam proses metabolisme untuk pembentukkan energi yang diperlukan untuk membentuk sel- sel baru dalam tubuh, sehingga jika kadar Hb pada ibu hamil kurang maka akan meningkatkan resiko tidak optimalnya pertumbuhan fisik janin yang dapat diidentifikasi melalui berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan panjang badan saat lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar Haemoglobin ibu hamil trimester III dengan hasil Antropometri pada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan penelitian korelatif dengan desain cross-sectional. Sampel adalah 472 ibu hamil trimester III dengan teknik Total Sampling. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang didapat dari rekam medik Puskesmas Cipageran, kemudian dianalisis secara univariat dan Bivariat menggunakan uji Chi - Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu hamil Trimester III mempunyai kadar Hb normal (61,2%), hampir seluruh bayinya lahir dengan berat badan normal (86,0%), panjang badannya normal (79,9%) dan lingkar kepala bayinya normal (73,1%). Terdapat hubungan antara kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan berat badan bayi baru lahir nilai p-value = 0,000 dan Nilai OR = 4,516, panjang badannilai p-value = 0,000 dan Nilai OR = 5,057, lingkar kepala nilai p- value = 0,000 dan Nilai OR = 3,472. Diharapkan pihak puskesmas membuat tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi program yang berkaitan dengan program Kesehatan Ibu hamil yang bertujuan untuk melakukan pencegahan terjadinya anemia kehamilan yang berpengaruh pada hasil pengukuran antropometri bayi baru lahir.

Kata kunci : Cross Sectional, Kadar Haemoglobin, Antropometri Bayi Baru Lahir

(2)

ABSTRACT

Anemia in pregnancy is one of the complications that could increase the mortality and morbidity of newborns. Anemia is associated with a lack of Haemoglobin (Hb) which serves to bind the oxygen. Hb plays a role in the metabolism process to form the energy necessary that form new cells in the body, so that if there is less Hb level in pregnant woment it will increase the risk of not optimal physical growth of the fetus that can be identified throught weight, head circumference, chest circumference, and bodu length at birth. This study aims to determine the relationship of Haemoglobin levels of pregnant women in third trimester with the anthopometry result in newborns. This research is a correlative research with cross-sectional design. The sample was 472 pregnant woment in third trimester with Total Sampling technique. This research data is secondary data that obtained from medical record of Puskesmas Cipageran (Community Health Care), then analyzed univariat and bivariat using Chi-Square test. The result showed that in most of the third trimester pregnant woment had normal Hb (61.2%), almost all the babies were born with normal weight (86.0%), normal body length (79.9%), and normal circumference (73.1%). There is relation between haemoglobin level of third trimester pregnant women with the newborn weight (p value 0.000, OR 4.516), the newborn body length (p value 0.000, OR 5.057), and head circumference 0.000, OR 3.472). It is expected that the community health care make the planning, implementation, and evaluation of the program related to pregnant womens health that aims to prevent the occurrence of pregnancy anemia that influences the result of anthropometric masurement of newborns.

Keywords: Cross Sectional, Haemoglobin level, Anthropometry of Newborn

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No.3 Desember 2017

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola pertumbuhan jaringan dan organ yang berurutan, diferensiasi, dan maturasi. Menurut Lin dan Santolaya- Forgas (2013), pertumbuhan sel dibagi dalam dua fase berurutan yaitu fase hiperplasia, hipertrofi. Pertumbuhan bayi dari awal lahir dari hari ke hari selalu berubah, akan tetapi tidak semua janin memiliki tumbuh kembang yang sama, karena tentu berbeda faktor pertumbuhannya (Wong, 2008).

Pertumbuhan bayi dapat diukur dengan antropometri, yang pengukurannya dilakukan untuk mengetahui ukuran- ukuran fisik seorang bayi dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (statu meter).

Ukuran antropometri diantaranya pengukuran berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Antropometri berat badan bayi normal berkisar 2500-4000 gram. Panjang normal antara 45-53 cm, panjang badan rata-rata bayi yaitu sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahan panjang badan sekitar 1,25 cm per bulan (1,5 kali panjang badan lahir). Ukuran lingkar kepala normalnya adalah 32-38 cm.

Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm (Pudiastuti, 2012).

Pertumbuhan janin didalam Rahim dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ibu (Hb ibu, kecukupan besi dalam tubuh, metabolisme besi dalam tubuh, gaya hidup (merokok dan narkoba), penyakit asma, kurang gizi, dan hipertensi dalam kehamilan) dan faktor janin (infeksi rubella, gemeli dan kelainan tali pusat yang menghambat transfer nutrisi dari ibu ke janin). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin tersebut ialah Haemoglobin ibu selama hamil. Hal tersebut karena fungsi Haemoglobinyang mengikat oksigen di dalam darah untuk proses metabolisme dengan tujuan menghasilkan energi untuk pembuatan sel baru yang dibutuhkan janin untuk proses

tumbuh kembang didalam rahim. Oleh sebab itu apabila jumlah Haemoglobin ibu terpenuhi (normal), maka ukuran hasil antropometri seperti berat badan, panjang badan dan lingkar kepala juga akan normal demikian pula sebaliknya, jika Haemoglobin ibu selama hamil kurang dari normal (anemia) maka ukuran antropometri akan tidak normal pula (Sastrawinata, 2005; Manuaba, 2010 ; Mochtar, 2008 ; Pudiastuti, 2012). Dampak dari bayi yang mengalami BBLR pada saat dewasa yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal, penurunan mental anak saat dewasa, fisik bayi lemah dan mudah sakit (Pudiastuti, 2012).

Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau haemoglobin dalam darah yang merupakan masalah masyarakat global baik di negara maju atau negara berkembang. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi selama kehamilan yang ada didalam makanan dan suplemen darah(Dorlan, 2007). Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan selama kehamilan, seperti abortus, partus prematurus, atonia uteri, partus lama, daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi asi rendah, mikrosomia, BBLR dan kematian perinatal (Rukiyah, 2010). Selain itu dampak dari anemia yaitu risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat.

Anemia pada wanita hamil sendiri akan meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas perinatal. Menurut data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup menurun dari tahun 2007 dengan jumlah AKB mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan tingkat kematian bayi ini masih menurun dengan lambat bila dibandingkan dengan target pembangunan global atau Millenium

(4)

Global Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015 dimana angka kematian bayi menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012).

Selain itu, anemia pada wanita hamil juga mempengaruhi keadaan bayi baru lahir. Menurut studi yang dilakukan oleh Reeta Bora, dkk (2013) diperoleh hasil bahwa anemia pada wanita hamil terkait dengan usia gestasi yang rendah, berat badan lahir rendah, serta meningkatnya risiko lahir kecil untuk usia gestasinya.

Studi lain oleh Telatar B, dkk (2009) menyatakan bahwa anemia maternal juga berpengaruh terhadap pengukuran antropometri (panjang lahir, berat lahir, lingkar kepala, dan lingkar dada). Terjadi perbedaan pada pengukuran antropometri dari ibu dengan anemia ringan dan ibu dengan anemia berat, pada ibu dengan anemia berat pengukuran antropometri bayi baru lahirnya lebih rendah daripada ibu dengan anemia ringan.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) diperoleh hasil bahwa ada hubungan bermakna antara kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan dengan berat badan dan panjang badan bayi baru lahir. Pada pengukuran antropometri bayi baru lahir, dari 30 sampel didapatkan berat badan bayi normal sebanyak 29 orang (96,7%), panjang badan normal sebanyak 30 orang (100%) dan lingkar kepala normal sebanyak 27 orang (90%). Untuk BB bayi tidak normal sebanyak 1 orang (3%), dan lingkar kepala tidak normal sebanyak 3 orang (10%).

Hasil antropometri pada bayi baru lahir seperti panjang lahir, berat lahir, lingkar kepala dan dada datanya tidak dilaporkan secara lengkap, dimana data yang ada hanya Berat Bayi lahir Rendah (BBLR). Berdasarkan data BBLR dari Kesehatan Keluarga Bidang Pelayanan Mastarakat (Kesga Yanmas) Kota Cimahi tahun 2012 hingga 2013 disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1 Distribusi Bayi BBLR di Kota Cimahi Tahun 2013-2014

Kesga Yanmas Kota Cimahi tahun 2013 – 2014

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kejadian BBLR di Cipageran dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 10,19%, yaitu pada tahun 2013 sebanyak 13,51%

dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 23,70%.

Berdasarkan fenomena dan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan kadar Hb ibu hamil trimester III dengan hasil antropometri bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015. Dalam penelitian ini pengukuran antropometri yang diteliti diantaranya adalah berat badan bayi, panjang badan, lingkar kepala bayi baru lahir.

PUSKESMAS

BBLR TAHUN

2013 BBLR TAHUN 2104

JUMLAH % JUMLAH %

Cimahi utara 41 12,31 57 16,47

Pasir kaliki 24 7,21 20 5,78

Cipageran 45 13,51 82 23,70

Citerueup 23 6,91 9 2,60

Cimahi tengah 6 1,80 16 4,62

Cigugur tengah 46 13,81 23 6,65

Padasuka 11 3,30 8 2,31

Cimahi selatan 23 6,91 16 4,62

Cibeureum 21 6,31 37 10,69

Melong asih 14 4,20 8 2,31

Cibeber 22 6,61 18 5,20

Leuwigajah 43 12,91 42 12,14

Melong tengah 14 4,20 10 2,89

Total 333 100,00 346 100,00

(5)

B. METODE PENELITIAN

Penilitian ini merupakan penelitian analitik korelatif, yaitu untuk menganalisa faktor terpapar terhadap efek yang ditimbulkan serta untuk menentukan hubungan (korelasi) antar variabel efek

(hasil antropometri bayi baru lahir) dengan variabel terpapar (Kadar Haemoglobin).

Rancangan penelitian ini menggunakan desain cross-sectional

a) Jalannya Penelitian

Setelah mendapatkan ijin penelitian, maka untuk melihat hubungan kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan hasil antropometri bayi baru lahir (meliputi berat badan,

panjang badan, serta lingkar kepala), penulis melakukan pengambilan dan pengumpulan data melalui data sekunder yaitu bersumber dari rekam medik di Puskesmas Cipageran tahun 2015, yang dilihat pada suatu waktu dan diukur pada waktu yang bersamaan.

b) Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel kadar Hb ibu hamil dan antropometri bayi baru lahir, serta melihat hubungan antara variabel bebas (kadar Haemoglobin ibu hamil

trimester III) dengan variabel terikat (Hasil Antropometri bayi baru lahir), menggunakan taraf signifikansi α= 0,05 dan ConfidenceInterval (CI) 95%

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 472 ibu. Pengumpulan data

dilakukan pada bulan Juli Tahun 2016.

Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berdasarkan analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Hasil

a. Gambaran Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Tabel 4.1 Distribusi Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Kategori Kadar Haemoglobin

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Anemia 183 38,8

Tidak Anemia 289 61,2

Total 472 100

Sumber: Data Sekunder, tahun 2015

(6)

b. Gambaran Hasil Antropometri (berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala) Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Tabel 4.2 Distribusi Hasil Antropometri (berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala) Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Antropometri bayi baru lahir

Katagori Frekuensi (n)

Persentase (%) Berat badan

Tidak normal 66 14,0

Normal 406 86,0

Total 472 100,0

Panjang bayi

Tidak normal 95 20,1

Normal 377 79,9

Total 472 100,0

Lingkar kepala

Tidak normal 127 26,9

Normal 345 73,1

Total 472 100,0

Sumber: Data Sekunder, tahun 2015

c. Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Hasil Antropometri Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Tabel 4.3 Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Kategori Kadar Hb

Berat Badan Bayi

Total P Value Tidak

normal Normal OR (CI 95%)

n % N % N %

Anemia 46 25,1 137 74,9 183 100

0,000

4,516 Tidak Anemia 20 6,9 269 93,1 289 100 (2,570-7,936)

Total 66 14,0 406 86,0 472 100 Sumber: Data Sekunder, tahun 2015

Tabel 4.4 Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Panjang Badan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Kategori Kadar Hb

Panjang Badan Bayi

Total P Value Tidak

normal Normal OR (CI 95%)

n % N % N %

Anemia 66 36,1 117 63,9 183 100

0,000

5,057 Tidak Anemia 29 10,0 260 90,0 289 100 (3,104-8,240)

Total 95 20,1 377 79,9 472 100 Sumber: Data Sekunder, tahun 2015

(7)

Tabel 4.5 Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Kategori Kadar Hb

Lingkar Kepala Bayi

Total P

Value

Tidak normal Normal OR (CI 95%)

n % N % N %

Anemia 77 42,1 106 57,9 183 100

0,000

3,472

Tidak Anemia 50 17,3 239 82,7 289 100 (2,274-5,301)

Total 127 26,9 345 73,1 472 100 Sumber: Data Sekunder, tahun 2015

2. Pembahasan

a. Gambaran Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 472 responden, sebagian besar yaitu 289 responden (61,2%) tidak mengalami anemia.

Penurunan kadar haemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh penambahan volume plasma yang relatif lebih besar dari pada penambahan masa haemoglobin dan volume sel darah merah. Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu batasanya memuncak pada trimester dua.karena menjelang berakhirnya kehamilan peningkatan volume plasma terhenti tetapi peningkatan produksi eritrosit berlanjut (Varney, 2007).

Berdasarkan hasil kajian lanjutan dari penelitian ini beberapa faktor yag mempengaruhi banyaknya ibu hamil yang tidak mengalami anemia adalah bahwa ibu hamil telah mendapatkan tablet Fe dari Puskesmas setempat serta diminumnya secara teratur dan rutin, selain itu pola makan ibu hamil yang baik dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat besi seperti bayam, brokoli, kangkung dan sayuran hijau lain serta ibu hamil teratur dalam mengkonsumsi susu kehamilan. Ibu hamil tidak memiliki makanan pantangan serta mendapat dukungan pola makan yang baik dari suami dan keluarga.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Suharto (2012), fisiologi terjadinya anemia dalam kehamilan yaitu terjadinya hidremia atau hipervolernia

yang menyebabkan ibu hamil memerlukan 1050 mg zat besi, yang bisa dipenuhi dari konsusi makanan setiap hari dan suplemen tablet tambah darah, disini peran petugas adalah memberikan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai cara minum tablet tambah darah yang tepat, fungsi dan efektifitas dari tablet tambah darah.

Pada kehamilan kebutuhan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah ibu 500 mgr Fe, plasenta 300 mgr Fe, dan untuk darah janin 100 mgr Fe. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya zat besi selama kehamilan. Proses hemodilusi di atas akan menjadi hal patologis bila asupan zat gizi yang kurang dan malabsorbsi. Asupan gizi yang kurang dan malabsorbsi akan menyebabkan ketidakseimbangan sehingga berdampak pada penurunan haemoglobin darah.

Apabila asupan gizi cukup dan tidak terjadi malabsorbsi tapi terjadi pendarahan ataupun pada penyakit kronik maka akan terjadi penurunan Hb yang berarti hal ini menyebabkan anemia yang mempersulit kehamilan (Prawirohardjo, 2007).

Selain itu pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan haemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).

(8)

Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin Akibatnya. volume plasma bertambah dan sel darah marah (entrosit) meningkat.

Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi (Saiffudin. 2009).

b. Gambaran Hasil Antropometri (berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala) Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 472 responden, hampir seluruh bayinya lahir dengan berat badan normal sebanyak 406 bayi (86,0%), sebagian besar lahir dengan panjang badan normal sebanyak 377 bayi (79,9%), sebagian besar lingkar kepala normal sebanyak 345 bayi (73,1%).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Putri (2014) bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Djitowiyono, 2010).Menurut Prawirohardjo (2013), batas normal berat badan bayi lahir yaitu 2500 gram – 4000 gram. Berat badan menurut Djitowiyono (2010) merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).

Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Penurunan berat badan merupakan yang sangat penting karena mencerminkan masukan kalori yang tidak adekuat.

Panjang atau tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan. Tinggi badan relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative

lama. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur (Wong, 2008). Menurut Vivian (2010), ukuran norma panjang badan berkisar antara 45 cm sampai dengan 53 cm.

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata 30 cm dan di Negara maju 35 cm, kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm (bertambah 1,5 cm setiap bulan). Pada umur 1 tahun lingkar kepala mencapai 45- 47 cm (bertambah 0,5 cm tiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur 10 tahun 53 cm (Smeltzer & bare, 2010).

Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.

Ukuran otak pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi (Wong, 2008). Menurut Cunningham (2012) ukuran normal lingkar kepala bayi baru lahir berkisar antara 32 cm hingga 34,5 cm.

Selain nutrisi, faktor lain yang mempengaruhi normal atau tidaknya pertumbuhan janin yaitu faktor ibu, janin dan faktor tali pusat. Faktor ibu

(9)

diantaranya kurangnya kadar Hb dalam darah yang akan mengganggu proses metabolisme pada janin, sedangkan faktor janin seperti kelainan pembelahan sel di dalam kromoson yang non produktif, sementara itu faktor tali pusat yaitu tidak

terjadi vasodilatasi tali pusat yang menyebabkan aliran nutrisi dari ibu ke janin terhabat menyebabkan janin tidak dapat melakukan proses metabolisme.

c. Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Hasil Antropometri Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran tahun 2015

Berdasarkan Hasil analisis pada tabel 4.3 didapatkan bahwa dari 183 ibu hamil trimester III yang anemia, sebagian besar bayinya lahir dengan berat badan normal sebanyak 137 bayi (74,9%). Sedangkan dari 289 ibu hamil trimester III yang tidak anemia, hampir seluruh bayinya lahir dengan berat badan normal sebanyak 269 bayi (93,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,000 < α (0,05), sehingga Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III Dengan Hasil Antropometri berat badan bayi baru lahir. Nilai OR = 4,516, artinya ibu yang anemia mempunyai peluang 4,5 kali melahirkan bayi dengan berat tidak normal disbanding ibu yang tidak anemia.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meikawati (2013) diperoleh rata - rata berat badan bayi yang dilahirkan kelompok ibu anemia 2945,65 gram, sedangkan bayi yang dilahirkan dari kelompok ibu tidak anemia mempunyai rata - rata berat badan 3143, 48 gram. Hasil uji t didapatkan p value = 0,024 (p < 0,05).

Dari uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna berat badan bayi yang dilahirkan ibu anemia dan ibu tidak anemia.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Endang L Achadi (2011) yang menunjukkan bahwa resiko terjadinya BBLR (Bayi Berta Lahir rendah) 2 kali atau lebih pada ibu dengan kadar Hb ibu hamil < 11 gr%, dan menurut penelitian yang dilakukan Wahyu Rochadi di Wonosobo (2011) bayhwa resiko

terjadinya BBLR pada ibu hamil dnegna kadar Hb dibawah 8 gr% 1,77 kali lebih besar dibanding ibu hamil dengan kadar Hb diatas 8 gr%. Sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan secara retrospektif di RS Dr Karyadi yang menyimpulkan bahwa salah satu terjadinya bayi dengan berat lahirrendah adalah kadar Hb selama hamil rendah.

Berdasarkan Hasil analisis pada tabel 4.4 didapatkan bahwa dari 183 ibu hamil trimester III yang anemia, sebagian besar bayinya lahir dengan panjang badan normal sebanyak 117 bayi (63,9%).

Sedangkan dari 289 ibu hamil trimester III yang tidak normal, hampir seluruh bayinya lahir dengan panjang badan normal sebanyak 260 bayi (90%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,000 <

α (0,05), sehingga Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III Dengan Hasil Antropometri panjang badan bayi baru lahir. Nilai OR = 5,057, artinya ibu yang anemia mempunyai peluang 5 kali melahirkan bayi dengan panjang badan tidak normal disbanding ibu yang tidak anemia.

Studi lain oleh Telatar B, dkk (2009) menyatakan bahwa anemia maternal juga berpengaruh terhadap pengukuran antropometri (panjang lahir, berat lahir, lingkar kepala, dan lingkar dada). Terjadi perbedaan pada pengukuran antropometri dari ibu dengan anemia ringan dan ibu dengan anemia berat, pada ibu dengan anemia berat pengukuran

(10)

antropometri bayi baru lahirnya lebih rendah daripada ibu dengan anemia ringan.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) diperoleh hasil bahwa ada hubungan bermakna antara kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan dengan berat badan dan panjang badan bayi baru lahir. Pada pengukuran antropometri bayi baru lahir, dari 30 sampel didapatkan berat badan bayi normal sebanyak 29 orang (96,7%), panjang badan normal sebanyak 30 orang (100%) dan LIKA normal sebanyak 27 orang (90%). Untuk BB bayi tidak normal sebanyak 1 orang (3%), dan LIKA tidak normal sebanyak 3 orang (10%).

Berdasarkan Hasil analisis pada tabel 4.5 didapatkan bahwa dari 183 ibu hamil trimester III yang anemia, lebih dari setengah bayinya lahir dengan lingkar kepala normal sebanyak 106 bayi (57,9%).

Sedangkan dari 289 ibu hamil trimester III yang tidak anemia, hampir seluruh bayinya lahir dengan lingkar kepala normal sebanyak 239 bayi (82,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,000 <

α (0,05), sehingga Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan hasil antropometri lingkar kepala badan bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran. Nilai OR = 3,472, artinya ibu yang anemia mempunyai peluang 3,4 kali melahirkan bayi dengan lingkar kepala tidak normal dibanding ibu yang tidak anemia.

Haemoglobin adalah metal protein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul haemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Wikipedia, 2007).

Haemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihaemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui

fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru- paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Haemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.

Haemoglobin merupakan protein kompleks berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit.Sebuah molekul haemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2011).

Jumlah haemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut

“100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai haemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar haemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa.

Namun WHO telah menetapkan batas kadar haemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).

Pertumbuhan janin didalam Rahim dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ibu (Hb ibu, Kecukupan besi dalam tubuh, Metabolism besi dalam tubuh, Gaya hidup (merokok dan narkoba), Penyakit asma, Kurang gizi, dan Hipertensi dalam kehamilan) dan janin (Infeksi rubella, Gemeli dan kelainan tali pusat yang menghambat transfer nutrisi dari ibu ke janin). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin tersebut ialah Haemoglobin ibu selama hamil. Hal tersebut karena fungsi Haemoglobin yang mengikat oksigen di dalam darah untuk proses metabolisme dengan tujuan menghasilkan energy untuk pembuatan sel baru yang dibutuhkan janin untuk proses tumbuh kembang didalam rahim.

Pada saat ibu hamil mengalami anemia, haemoglobin (Hb) dalam darah akan menurun, jika Hb dalam darah menurun maka oksigen yang di ikat dalam darah akan berkurang, fungsi oksigen bagi ibu dan bayi yaitu membantu proses metabolisme untuk menghasilkan energi, energi berfungsi untuk membentuk sel baru, sel baru dibutuhkan oleh janin untuk

(11)

proses pertumbuhan baik pertumbuhan tulang, daging, dan otak serta organ penting dan jaringan yang secara garis besar dinamakan antropometri (Prawirohardjo, 2013).

Oleh sebab itu apabila jumlah Haemoglobin ibu terpenuhi (normal), maka ukuran hasil antropometri seperti berat badan, panjang badan dan lingkar kepala juga akan normal demikian pula sebaliknya, jika Haemoglobin ibu selama hamil kurang dari normal (anemia) maka ukuran antropometri akan tidak normal pula (Sastrawinata, 2005; Manuaba, 2010 ; Mochtar, 2008 ; Pudiastuti, 2012). Dampak dari bayi yang mengalami BBLR pada saat dewasa yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal, penurunan mental anak saat dewasa, fisik bayi lemah dan mudah sakit (Pudiastuti, 2012).

Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau haemoglobin dalam darah yang merupakan masalah masyarakat global baik di negara maju atau negara berkembang. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi selama kehamilan yang ada didalam makanan dan suplemen darah (Dorlan, 2007). Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan selama kehamilan, seperti abortus, partus prematurus, atonia uteri, partus lama, daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi asi rendah, mikrosomia, BBLR dan kematian perinatal (Rukiyah, 2010). Selain itu dampak dari anemia yaitu risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat.

Menurut Proverawati (2009) bahwa tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih

dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu jumlah peningkatan sel darah 18 samapai 30% dari haemoglobin sekitar 19% bla haemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis (Manuaba, 2010).

Haemoglobin mengandung unsur protein dan besi maka unsur tersebut dipergunakan janin untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Protein yang terkandung dalam Hb akan mempengaruhi ukuran antropometri dari segi berat badan, sedangkan besi dan calcium yang di ikat dari asupan makanan ibu ke janin dipergunakan untuk proses pembentukan tulang janin yang mempengaruhi panjang badan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meikawati (2013) juga diperoleh rata - rata Lingkar kepala bayi yang dilahirkan kelompok ibu anemia 31,91 cm, sedangkan bayi yang dilahirkan dari kelompok ibu tidak anemia mempunyai rata - rata lingkar kepala 33,0 cm. sementara itu rata-rata panjang badan bayi yang dilahirkan ibu anemia 48,43 cm, lebih pendek 0,44 cm disbanding panjang badan bayi yang dilahirkan ibu tidak anemia yaitu 48,87 cm.

(12)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwaanemia berkaitan dengan kurangnya kadar Haemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Proses metabolisme akan maksimal jika kadar oksigen yang diikat oleh Hb juga mencukupi didalam darah, dan dari proses metabolisme tersebut akan membentuk

energi, energi diperlukan untuk membentuk sel-sel baru dalam tubuh, sehingga jika kadar Hb kurang maka dampak pada janin yaitu tidak optimalnya pertumbuhan fisik yang dapat terlihat melalui hasil pengukuran antropometri, diantaranya berat lahir, lingkar kepala, dan panjang lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arisman. (2006). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

Bachyar. (2012).Bayi Berat Lahir Rendah.

Nuha Medika.Yogyakarta.

Brooker. (2011). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obsteri Ginekology Sosial Untuk Profesi Bidan. ECG. Jakarta.

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan.

Buku Ajar Penelitian Kesehatan Jilid ke-1.

LPPM Stikes Jendral Ahmad Yani.

Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta.

Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Djitowiyono. (2010).Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.

Dorlan. (2007). Kamus kedokteran. Jakarta : EGC

Endang,L Achadi. (2011). Faktor Resiko Bayi Lahir Rendah Hasil Studi di Indramayu, Makalah pada Lolwlrarya Pemantapan Program Pencegahan BBLR.

Ciloto. 17-19 Oktober 2011

Evelyn. (2009). Faktor Resiko Kejadian BBLR di Wilayah Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang.

Universitas Diponegoro. Semarang.

diakses tanggal 21 Mei 2016.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.

Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kesga Yanmas Kota Cimahi. (2014). Data BBLR di Kota Cimahi tahun 2013-2014.

Cimahi

Liewelin, Derek & Jones.(2009). Setiap wanita, Jakarta: Delapratasa Publishing.

lin dan Santolaya-Forgas. (2013).

Pertumbuhan dan perkembangan janin.

http://www.healty and infan.Neonates.

Diperoleh tanggal 12 April 2016

Manuaba, I.G.D. (2010). Ilmu Kebidanan:Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Meikawati. (2013). Perbedaan Ukuran Antropometri Bayi Dilahirkan Ibu Anemia Dan Ibu Tidak Anemia di RSU R.A Kartini Jepara sejak bulan September – Oktober 2013. Jurnal UNIMUS. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universilas Muhammadiyah Semarang.

Mochtar. (2008). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Edisi 3. Jakarta:

EGC

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta .

Nursalam. (2009) .Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

(13)

Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

________(2013). Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Profil Dinkes Kota Cimahi. (2014). Data antropometri bayi baru lahir. Cimahi : Dinkes

Proverawati, (2009). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Pudiastuti (2012). Buku ajar kebidanan komunitas, teori dan aplikasi dilengkapi contoh askeb. Jogjakarta : Nuha Medika Putri. (2014). Hubungan antara Kadar Haemoglobin Ibu Hamil pada Trimester Ketiga dengan Antropometri Bayi Baru Lahir di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Reeta Bora, dkk.(2013). Prevalence of anemia in pregnant women and its effect on neonatal outcomes in Northeast India.Journal of Maternal Fetal and Neonatal Medicine; 27(9) : 887-91

Riyanto. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika Rukiyah. (2010). Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta : Trans Info Media Saifuddin.(2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo bekerjasama dengan JNPKKR-POGI.

Sastrawinata. (2005). Obstetri Patologi.

FK UNPAD. Bandung

Shinta. (2005). Fahor Resiko Bayi Lahir Rendah Hasil Studi di Indramayu, Makalah pada Lolwlrarya Pemantapan Program Pencegahan BBLR. Ciloto. 17-19 Mei 2016

Smeltzer & Bare. (2010). Keperawatan Medikal Bedah.volume1Jakarta:EGC Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV.Alfabeta

Telatar B, dkk. (2009). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Jakarta : Direktorat Pembinaan Dan Pendidikan Anak Usia Dini

Telatar B, dkk. (2009). Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir di Kota Pariaman.

Jurnal Kesehatan Andalas, 2009 2(1) Widayanti. (2008). Kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Sarwono Prawirohardjo

Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume I. Jakarta: EGC.

Zarianis. (2006). Nutrient Enrichment of Mother’s Milk and Growth of Very Preterm Infants After Hospital Discharge.

Pediatrics 2006;127

(14)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No.3 Desember 2017

Referensi

Dokumen terkait

Kesiapan meningkatkan proses keluarga Kelas 3: performa peran.. Konflik peran

Kitin mempunyai reaktivitas kimia yang lebih rendah dibandingkan dengan selulosa dan kitosan sehingga dalam pemanfaatannya kitin biasanya terlebih dahulu dilakukan modifikasi

Museum Batik Indonesia mengandung substansi antara lain; pusat Informasi, Promosi, Pengembangan dan Konservasi yang dirancang dengan mempertimbangkan alur pengunjung, ditata

c) dinginkan benda uji, tinggi benda uji tidak kurang dari 120% dari kedalaman jarum pada saat pengujian penetrasi. Tuangkan benda uji ke dalam cawan yang terpisah

Sehubungan dengan tindakan yang mengarah pada intimidasi tersebut, diketahui bahwa pada responden pria dalam penelitian ini diketahui memiliki dimensi sikap peran gender (sex

Hasil dari penelitian tentang interpretasi bawah permukaan yang berdasarkan karakteristik kelistrikan bumi di daerah Rampa Manunggul Kotabaru adalah berupa grafik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan karakter religius siswa pada dimensi Aqidah, dimensi ibadah, dan dimensi akhlak melalui kegiatan Dewan Jamaah Mushola

Dalam metode penelitian ini yaitu mengenai Pelaksanaan Gadai Rumah Walet Antara S dengan A di Desa Cisalak Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur yang mana terjadi