iv
ABSTRAK
EFEK INFUSA BIJI SIRSAK (Annona muricata Linn)SEBAGAI LARVISIDA Aedes sp
Pengendalian nyamuk dapat dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida, yang mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan insektisida alami yang bersifat toksik terhadap serangga tetapi ramah lingkungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek infusa biji sirsak (IBS) sebagai larvisida terhadap Aedes sp. Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan dengan rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Penelitian menggunakan berbagai konsentrasi IBS terhadap larva Aedes sp. Data yang diukur jumlah larva mati setelah pengamatan 24 jam. Analisis data persentase jumlah larva mati menggunakan ANAVA satu arah dan bila bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey HSD α= 0,05, menggunakan program SPSS 13.0. Hasil Penelitian rerata persentase larva mati kelompok I (IBS 0.1%), II (IBS 0.2%), III (IBS 0.4%), IV (IBS 0.8%), dan VI (Temephos 0.0001%) setelah 24 jam berturut-turut sebesar 75.83%, 86.67%, 96.67%, 100.00%, dan 84.17% berbeda sangat bermakna (p<0.01) dengan kelompok V (akuades) sebesar 0.00%. Potensi IBS 0,1% sebagai larvisida lebih rendah dibandingkan Temephos, IBS 0,2% setara dengan Temephos, IBS 0,4% dan 0,8% lebih kuat dibandingkan Temephos. LD50 larvisida infusa biji sirsak 24 jam berkisar pada dosis 0,049%. Kesimpulan : semua dosis IBS berefek larvisida dan mempunyai potensi yang bervariasi terhadap Aedes sp.
Kata kunci : Annona muricata, biji sirsak, larvisidal, Aedes
Fransisca Virgianty, 2009, Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani. dr.M.Kes
v ABSTRACT
THE EFFECT OF SOURSOP SEED INFUSION (Annona muricata Linn) AS A LARVICIDE AEDES sp
Mosquito control carried out chemically by using insecticide, has negative impact to environment, so it’s necessary to do a research to find a natural insecticide which is toxin against insect but safe for environment. The objective of this research is to know the effect of soursop seed (Annona muricata Linn) infusion againts Aedes sp larvae. The design of this research is a Prospective experimental comparative with Randomize Trial Design (RAL). Total dead larvae was measured after 24 hours. The dead larvae percentage was analyzed using one way Anova and if signicant then continued with Tukey with a=0,05 using program SPSS 13.0. The average percentage dead larvae of result from research is group I (SSI 0.1%), II (SSI 0.2%), III (SSI 0.4%), IV (SSI 0.8%), V (aquadest), dan VI (Temephos 0.0001%) during 24 hours is 75.83%, 86.67%, 96.67%, 100.00%, 0.00%, and 84.17% different significant (p<0.01). SSI 0.1% larvacide potency was lower than Temephos, SSI 0.2% same as Temephos, SSI 0.4% and 0.8% higher than Temephos. LD50 soursop seed infusion larvacide in 24 hours around 0.049%. The conclusion : SSI has various larvacidal effect and potency against Aedes sp.
Keyword: Annona muricata, soursop seed, larvicidal, Aedes.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ………... ii
SURAT PERNYATAAN ……… iii
ABSTRAK ………... iv
ABSTRACT ……….. v
KATA PENGANTAR ………... vi
DAFTAR ISI ……… viii
DAFTAR TABEL ………... xii
DAFTAR GAMBAR ………... xiii
DAFTAR GRAFIK ………... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Identifikasi Masalah ……… 2
1.3 Maksud dan Tujuan ………... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ……… 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ………... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ……… 3
1.5.2 Hipotesis ……….. 4
1.6 Metodologi ……….. 4
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi Nyamuk…..………... 5
2.2 Aedes sp. ………...………... 6
ix
2.2.7.1.2 Epidemiologi DBD....…..……….. 11
2.2.7.1.3 Tanda dan Gejala Penyakit DBD…...……..………... 12
2.2.7.1.4 Pengobatan DBD…...………. 13
2.3 Sirsak (Annona muricata Linn)………...………... 23
x
2.3.2 Morfologi Tanaman Sirsak... 24
2.3.3 Khasiat dan Kandungan Sirsak... 24
2.3.3.1 Khasiat Sirsak... 24
2.3.3.2 Kandungan Sirsak... 25
2.4 Larvisida... 25
2.4.1 Larvisida Sintetik... 25
2.4.2 Larvisida Alami... 26
2.5 Mekanisme Kerja Alkaloid Sebagai Larvasida... 26
2.6 Resistensi Nyamuk terhadap Temephos... 27
BAB III ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 28
3.1 Alat-alat yang Digunakan ... 28
3.2 Bahan Penelitian ... 28
3.2 Persiapan Penelitian ... 28
3.2.1 Persiapan Hewan Coba ... 28
3.2.2 Persiapan Bahan Uji ... 29
3.3 Metode Penelitian ... 29
3.3.1 Variabel Penelitian... 29
3.3.2 Prosedur Kerja... ... 30
3.3.3 Metode Analisis... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 32
4.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 35
4.3 Kesimpulan ... 35
xi
5.1 Kesimpulan ... 36
5.2 Saran ... 36
Daftar Pustaka... 37
Lampiran... 40
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Larva yang Mati Setelah 24 Jam... 32
Tabel 4.2 Tabel ANAVA Perlakuan Setelah 24 Jam... 33
Tabel 4.3 Uji Tukey HSD Jumlah Larva yang Mati Setelah 24 Jam... 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Identifikasi Nyamuk. Anopheles, Aedes, Culex... 5
Gambar 2.2 Anatomi Nyamuk... 6
Gambar 2.3 Aedes aegypti... 7
Gambar 2.4 Aedes albopictus... 7
Gambar 2.5 Aedes cantator... 8
Gambar 2.6 Siklus Hidup Nyamuk... 9
Gambar 2.7 Habitat Aedes sp... 10
Gambar 2.8 Siklus Hidup Wucheria bancrofti... 16
Gambar 2.9 Annona muricata Linn... 24
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Dosis ...40
Lampiran 2 Tabel Hasil ANAVA...41
Lampiran 3 Tabel Post Hoc Test ...42
Lampiran 4 Tabel Homogenous Subsets ...43
41
Lampiran 1 :Perhitungan Dosis
Perhitungan dosis infusa biji sirsak (IBS)
Penelitian terdahulu tentang efektivitas infusa biji sirsak terhadap Culex sp diperoleh LD99 pada dosis IBS 0.4%, sehingga dilakukan trial and error pada dosis
yang sama, lebih rendah dan lebih tinggi dari LD99 yaitu dosis IBS 0.2%, 0.4% dan
0.8%. Penelitian yang dilakukan menggunakan variabel dosis IBS 0.1%, 0.2%, 0.4% dan 0.8%. Pembuatan dosis IBS 10% dibuat dengan prosedur Farmakope Indonesia ed IV tahun 1995 sebagai berikut :
Untuk membuat 500 ml IBS 0.8% diperlukan pengenceran dari IBS 10% . 0.8
IBS 0.8% yang dibutuhkan =
10 x 500 ml = 40 ml
kemudian + akuades hingga 500 ml
Untuk dosis 0.4%, 0.2% dan 0.1% dihitung dengan menggunakan cara yang sama.
Perhitungan dosis Temephos
Dosis Temephos 1 ppm yang digunakan dalam penelitian adalah 0,1 mg Temephos didalam 100 ml air, didapat dari :
1 ppm = 1 mg Temephos didalam 1.000 ml air. Berarti didalam 100 ml dilarutkan 0,1 mg Temephos
42
Lampiran 2 : Oneway
ANOVA
Persentase larva mati setelah 24 jam
27731,481 5 5546,296 1633,636 ,000
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Descriptives
Persentase larva mati setelah 24 jam
4 75,8333 3,19142 1,59571 70,7551 80,9116 73,33 80,00
4 86,6667 2,72166 1,36083 82,3359 90,9974 83,33 90,00
4 96,6667 ,00000 ,00000 96,6667 96,6667 96,67 96,67
4 100,0000 ,00000 ,00000 100,0000 100,0000 100,0 100,00
4 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00
4 84,1667 1,66667 ,83333 81,5146 86,8187 83,33 86,67
24 73,8889 34,76167 7,09570 59,2103 88,5675 ,00 100,00
43
Lampiran 3 :Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Persentase larva mati setelah 24 jam Tukey HSD
-10,83333* 1,30289 ,000 -14,9740 -6,6927 -20,83333* 1,30289 ,000 -24,9740 -16,6927 -24,16667* 1,30289 ,000 -28,3073 -20,0260 75,83333* 1,30289 ,000 71,6927 79,9740 -8,33333* 1,30289 ,000 -12,4740 -4,1927 10,83333* 1,30289 ,000 6,6927 14,9740 -10,00000* 1,30289 ,000 -14,1406 -5,8594 -13,33333* 1,30289 ,000 -17,4740 -9,1927 86,66667* 1,30289 ,000 82,5260 90,8073 2,50000 1,30289 ,423 -1,6406 6,6406 20,83333* 1,30289 ,000 16,6927 24,9740 10,00000* 1,30289 ,000 5,8594 14,1406 -3,33333 1,30289 ,159 -7,4740 ,8073 96,66667* 1,30289 ,000 92,5260 100,8073 12,50000* 1,30289 ,000 8,3594 16,6406 24,16667* 1,30289 ,000 20,0260 28,3073 13,33333* 1,30289 ,000 9,1927 17,4740
3,33333 1,30289 ,159
44
Lampiran 4 : Homogeneous Subsets
Persentase larva mati setelah 24 jam
Tukey HSDa
4 ,0000
4 75,8333
4 84,1667
4 86,6667
4 96,6667
4 100,0000
1,000 1,000 ,423 ,159
Kelompok Perlakuan
Kontrol
Infusa Biji Sirsak 0.1 %
Pembanding
Infusa Biji Sirsak 0.2 %
Infusa Biji Sirsak 0.4 %
Infusa Biji Sirsak 0.8 %
Sig.
N 1 2 3 4
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
45
Parameter estimates converged after 17 iterations. Optimal solution found.
Parameter Estimates (PROBIT model: (PROBIT(p)) = Intercept + BX):
Regression Coeff. Standard Error Coeff./S.E.
Since Goodness-of-Fit Chi square is NOT significant, no heterogeneity
factor is used in the calculation of confidence limits.
46
* * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * *
Observed and Expected Frequencies
47
* * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * *
Confidence Limits for Effective Dosis
49
RIWAYAT HIDUP
Nama : Fransisca Virgianty
NRP : 0510057
Tempat / Tanggal Lahir : Karawang, 5 September 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Jend. Sudirman no 7A RT 09 / RW 04
Sarimulya Cikampek 41373
Riwayat Pendidikan : Lulus TK Pupuk Kujang Cikampek, tahun 1993.
Lulus SD Pupuk Kujang Cikampek, tahun 1999.
Lulus SMP Pupuk Kujang Cikampek, tahun 2002.
Lulus SMAK 1 BPK Penabur Bandung, tahun
2005.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti Malaria,
Demam Berdarah Dengue (DBD), Japanese Encephalitis dan Filariasis
(penyakit kaki gajah) termasuk masalah kesehatan yang cukup penting di
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Vektor yang sering
menimbulkan masalah kesehatan tersebut contohnya nyamuk Culex, Aedes,
dan Anopheles (Akmad Hasan Huda, 2004).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang sering
menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian
yang besar di Indonesia. Nyamuk penular (vektor) penyakit DBD yang
penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi
sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes
aegypti (Fathi et al, 2005).
Salah satu upaya untuk mengurangi insidensi penyakit tersebut adalah
dengan melakukan pengendalian terhadap vektor penyakit tersebut. Hal ini
dapat dilakukan pada setiap stadium perkembangan nyamuk mulai dari
telur-larva-pupa-nyamuk dewasa. Pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu secara mekanik, biologi, kimia, atau perubahan sifat
genetik. Cara yang paling populer saat ini adalah secara kimiawi dengan
menggunakan insektisida, karena bekerjanya lebih efektif dan hasilnya cepat
terlihat dibandingkan dengan biologis. Tetapi hal ini mempunyai dampak
negatif antara lain pencemaran lingkungan, kematian predator, resistensi
serangga sasaran (Dewi Susanna, 2004).
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk
mendapatkan insektisida alami yang berasal dari tanaman, bersifat toksik
terhadap serangga akan tetapi ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi
2
Penelitian sudah banyak yang dilalukan untuk mencari bahan-bahan alami
yang bermanfaat mengontrol pertumbuhan nyamuk. Walaupun efek yang
dihasilkan berbeda-beda, tanaman dapat digunakan sebagai bahan alternatif,
yang efektif sebagai larvisida dan tidak berbahaya bagi manusia, hewan dan
lingkungan (Arda Dinata, 2008).
Saat ini sudah banyak bahan alami dari tanaman yang berefek sebagai
larvisida, contohnya yaitu sirsak (Annona muricata Linn), srikaya
(Annona squamosa Linn), sereh (Cymbopogan nardus L), pare (Momordica charantia L), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb). Menurut
penelitian yang sudah ada, ekstrak dari biji, daun, akar, bunga dan ranting dari
sirsak (Annona muricata Linn) dapat berefek sebagai larvisida untuk Aedes
aegepti (Bobadilla et al , 2008).
Penelitian tentang efek infusa biji sirsak sebagai larvisida Culex sp
sudah pernah dilakukan oleh Freddy (2007). Kesimpulan hasil penelitian
tersebut didapat LD99 infusa biji sirsak pada konsentrasi 0.4%.
Berdasarkan penelitian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apakah
infusa biji sirsak dapat berefek juga sebagai larvisida Aedes sp.
1.2Identifikasi Masalah
1. Apakah infusa biji sirsak berefek larvisida terhadap Aedes sp.
2. Berapakah LD50 infusa biji sirsak
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui efek larvisida alami untuk
Aedes sp.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek infusa biji sirsak
3
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis : Menambah pengetahuan tentang efek larvisida
alami khususnya infusa biji sirsak.
Manfaat praktis : Menurunkan populasi jumlah nyamuk
Aedes sp dengan menggunakan infusa biji
sirsak.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Larvisida dapat menggunakan zat-zat kimia organik sintetis seperti
Temephos (Abate), Methoprene, Diflubenzuron, Triflumuron, Vetrazin.
Temephos berefek terhadap sistem saraf pusat melalui inhibisi kolinesterase
yang dapat menimbulkan gangguan syaraf yang terhubung langsung dengan
syaraf-syaraf otot sehingga mengakibatkan kontraksi otot yang terus-menerus
hingga berakhir pada kematian (Susan Novitasari,2009).
Biji sirsak mempunyai kandungan bioaktif antara lain senyawa alkaloid
yang terdiri dari annonaine. Senyawa anonaine berfungsi sebagai larvisida,
berefek sebagai racun yang menyerang sistem saraf pernafasan yang masuk
melalui sistem pernapasan dan menyebabkan larva tidak bisa bernapas dan
akhirnya mati (Muchjidin Rachmat,2008).
1.5.2 Hipotesis
4
1.6 Metodologi Penelitian
Desain penelitian : Prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancangan
acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Penelitian menggunakan infusa biji
sirsak dengan berbagai konsentrasi. Data yang diukur adalah jumlah larva
mati dari berbagai perlakuan setelah pengamatan 24 jam. Analisis data
persentase jumlah larva yang mati menggunakan ANAVA satu arah dan bila
bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey HSD α= 0,05, dengan program SPSS
13.0.
1.7Lokasi dan Waktu
Lokasi : Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Infusa biji sirsak (IBS) mempunyai efek larvisida terhadap Aedes sp.
2. Dari analisis probit, diperkirakan LD50 larvisida IBS 24 jam berkisar pada
dosis 0,049%.
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan pendahuluan, perlu dilanjutkan dengan:
1. Menggunakan sediaan galenik selain infusa.
2. Uji kerentanan larva Aedes sp terhadap Temephos / duration of action dari
37
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gafur, et al. 2006. Kerentanan Larva Aedes Aegypti dari Banjarmasin In : Bioscientiae. Volume 3, Nomor 2, Juli 2006, Hal 73-82.
Akhmad Hasan Huda. 2004. Selayang Pandang Penyakit-penyakit Yang
Ditularkan Oleh Nyamuk.
www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200501031458-Selpandnyamuk.pdf., 7 November 2008.
Arda Dinata . 2008. Pengendalian Vektor DBD.
http://artikel.prianganonline.com/cetak.php?id=274. 6 September 2008.
Bobadilla et al. 2005. Larvicidal evaluation of aqueous suspensions of Annona muricata Linnaeus "custard apple" against Aedes aegypti Linnaeus (Diptera,
Culicidae). Revista Peruana De Biologia 12, hal 145-52.
Bernardus Sandjaja. 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka : Jakarta.
Darsie. 2005. Mosquito Morphology. www.nwmadil.com/mosquito%20biology.htm. 5 September 2008.
Departemen Kesehatan Indonesia. 2007. Chikungunya.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=171 &Itemid=3. 23 November 2008.
38
Fathi et al. 2005. Peranan Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram. www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf. 6 November 2008.
FKUI. 2002. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga, cetakan ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Freedy Tambunan.2007. Efektivitas Infusa Biji Sirsak (Annona muricata Linn) sebagai larvasida terhadap larva nyamuk Culex.
IPTEK. 2005.Tanamansirsak.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=6., 16 September2008.
Jerry et al, 2006 . Source Reduction.
http://www.co.galveston.tx.us/mosquito_control/source_reduction.htm. 1 Oktober 2008.
Johsen, Mark. 2007. Moaquito Life Cycle.
www-aes.tamu.edu/Mosquitos/Mosquito%20Life%20Cycle.pdf. 5 Oktober 2008.
Khomsah,2008. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
http://www.infopenyakit.com/2008_03_01_archive.html. 7 Desember 2008.
Moser, Melanie. 2007. Genetic Code Of Parasitic Worm That Causes Elephantiasis Revealed. http://www.sciencedaily.com/releases/2007/09/070920145417.htm. 21
39
Muchjidin Rachmat.2008. Tanaman Biofarmaka Sebagai Biopestisida.
http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_docman&task=d oc_view&gid=73. 6 November 2008.
Polimalang,2008.
http://www.polimalang.com/viewtopic.php?p=259&sid=19649ab076653f201f4fa fd0c8e2b6d2
Poudat, Abbas. 2007. http://www.malaria.blogfa.com/8501.aspx. 20 November 2008.
PUSTEKKOM,2005. Demam Berdarah Dengue. http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=245&fname=hal9a.htm ., 6 November 2008.
Schill, Robert. 2004. Annona muricata Linnaeus.
http://www.killerplants.com/media/images/potw/20040126_full.jpg. 2 Agustus 2008
Soedarto, 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press : Surabaya. Hal 251-252.
Suhendro et al. Demam Berdarah Dengue, dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, SImadibrata M, editor: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi keempat Jilid 1. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2006, hal 1709-1713.
40
Http://balittra.litbang.deptan.go.id/eksotik/Monograf%20-%208.pdf. 18 Oktober 2008.
Susan Novitasari, 2009. Perbedaan kecepatan Kematian Larva Aedes Aegepti Strain Surabaya Dengan Pemberian Abate 1 SG. http://digilib.unej.ac.id/go. 7 Januari 2009.
Taylor L. 2005. The healing power of rainforest herbs. http://www.raintree nutrition com., 25 November 2008.
Waluyo et al. 2004. Parasitologi Medik (Helmintologi) : Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnosis, dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.