ABSTRACT
Tax is one of source of state’s revenue. The new change of act about income tax is the Act Number 36 of 2008. The purpose of this research is to determine whether there are significant differences between the Income Tax Article 21 employees based on the Act Number 17 of 2000 with the Act Number 36 of 2008. Data that used in this research are salary list of 53 employees of PT X in 2009. Data are analyzed using paired sample t-test. The results of research are showed that there are significant differences between the Income Tax Article 21 employees based on the Act Number 17 of 2000 with the Act Number 36 of 2008.
Universitas Kristen Maranatha ix
ABSTRAK
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Perubahan terbaru undang-undang tentang pajak penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar gaji 53 orang karyawan tetap PT X tahun 2009. Data dianalisis menggunakan paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN ...ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
ABSTRACT...viii
ABSTRAK ...ix
DAFTAR ISI...x
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR TABEL...xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Identifikasi Masalah...8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...9
1.4 Kegunaan Penelitian ...9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ...11
2.1 Kajian Pustaka ...11
2.1.1 Pajak ...11
Universitas Kristen Maranatha xi
2.1.1.2 Pungutan Lain Selain Pajak...12
2.1.1.3 Fungsi-Fungsi Pajak...13
2.1.1.4 Syarat Pemungutan Pajak...15
2.1.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak ...16
2.1.1.6 Jenis-Jenis Pajak...19
2.1.1.7 Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak ...21
2.1.1.8 Tarif Pajak ...23
2.1.2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000...26
2.1.2.1 Subjek Pajak...26
2.1.2.2 Objek Pajak ...30
2.1.2.3 Tarif Pajak Penghasilan...34
2.1.2.4 Biaya-Biaya Pengurang Penghasilan Bruto ...36
2.1.2.5 Bukan Biaya Pengurang Penghasilan Bruto...37
2.1.2.6 Penghasilan Tidak Kena Pajak...39
2.1.3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008...40
2.1.3.1 Subjek Pajak...40
2.1.3.2 Objek Pajak ...44
2.1.3.3 Tarif Pajak Penghasilan...50
2.1.3.4 Biaya-Biaya Pengurang Penghasilan Bruto ...52
2.1.3.5 Bukan Biaya Pengurang Penghasilan Bruto...55
2.1.3.6 Penghasilan Tidak Kena Pajak...57
2.1.4 Pajak Penghasilan Pasal 21 ...58
xii
2.1.4.2 Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21 ...59
2.1.4.3 Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21/26...60
2.1.4.4 Kewajiban Pemotong Pajak ...60
2.1.4.5 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ...61
2.1.4.6 Non Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ...62
2.1.4.7 Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Karyawan Tetap ....64
Universitas Kristen Maranatha xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...84
4.1 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ...84
4.2 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ...89
4.3 Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ...94
4.4 Analisis Data...98
4.4.1 Uji Normalitas ...98
4.4.2 Uji Paired Sample T-test...99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...101
5.1 Simpulan...101
5.2 Saran...102
DAFTAR PUSTAKA...103
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Pemikiran………...69
Universitas Kristen Maranatha xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Contoh Tarif Tetap………...23
Tabel II Contoh Tarif Proporsional...24
Tabel III Contoh Tarif Progresif-Proporsional...24
Tabel IV Contoh Tarif Progresif-Progresif...25
Tabel V Contoh Perubahan Tarif Progresif-Progresif...25
Tabel VI Contoh Tarif Progresif-Degresif...26
Tabel VII Contoh Tarif Degresif...26
Tabel VIII Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak Orang Pribadi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000...34
Tabel IX Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak Badan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000...35
Tabel X Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak Orang Pribadi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008...50
Tabel XI Penghasilan Tidak Kena Pajak...65
Tabel XII Tarif Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000...66
Tabel XIII Tarif Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008...66
Tabel XIV Sampel Penelitian...78
Tabel XV Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Berdasarkan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000...86
xvi
Tabel XVII Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Pajak Penghasilan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara sebagai suatu organisasi memerlukan dana dalam rangka
melangsungkan aktivitasnya. Sebagai suatu organisasi raksasa, negara membutuhkan
dana yang jumlahnya tidak sedikit untuk menjalankan pembangunan nasional. Salah
satu sumber dana untuk membiayai pembangunan nasional ini adalah pajak. Pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar negara selain dari devisa, migas,
nonmigas, ekspor, dan sebagainya. Negara tidak mungkin terus-menerus
mengandalkan penerimaan dari sektor migas, yang semakin hari semakin berkurang
jumlahnya. Untuk itu, sejak beberapa tahun lalu negara memusatkan penerimaan
dana dari sektor pajak. Pembayaran pajak diwajibkan bagi yang digolongkan sebagai
wajib pajak, walaupun manfaatnya tidak dirasakan langsung oleh pembayar pajak,
dalam hal ini wajib pajak yang bersangkutan.
Terdapat pertentangan antara negara sebagai penerima pajak dan wajib pajak
sebagai pembayar pajak. Di satu pihak, negara memerlukan pajak sebagai sumber
pembiayaan aktivitasnya sehingga akan cenderung memungut pajak
sebanyak-banyaknya ke kas negara. Sementara, di pihak lain wajib pajak menganggap pajak
sebagai pengurang penghasilannya sehingga perlu diminimalisasi. Perbedaan
kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah membuat pelaksanaan pembayaran
BAB I Pendahuluan 2
Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2003:1) adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dalam Resmi (2008:1) pengertian tersebut disempurnakan menjadi: “pajak adalah
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin
dan ‘surplus’-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment.
Pengertian pajak menurut Djajadiningrat dalam Resmi (2008:1) adalah
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
Universitas Kristen Maranatha BAB I Pendahuluan 3
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Sementara itu,
pengertian pajak menurut Feldmann dalam Resmi (2008:2) adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Karena pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara, maka pajak
memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi suatu negara,
khususnya Indonesia. Pada tahun 2009 total penerimaan pajak negara mencapai
Rp 565,77 triliun, tahun 2008 mencapai Rp 494,08 triliun, dan pada tahun 2007
penerimaannya mencapai Rp 492 triliun (sumber: http://antaranews.com).
Penerimaan negara yang bersumber dari pajak ini dialokasikan untuk pembangunan
dan perbaikan infrastruktur dan sarana untuk kepentingan umum di berbagai tempat,
seperti jembatan, jalan layang, jalan tol, rumah sakit pemerintah, sekolah-sekolah
negeri, dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan tingkat ekonomi suatu negara, khususnya
Indonesia, peraturan yang mengatur mengenai perpajakan pun turut berubah.
Perubahan ini disesuaikan dengan kehidupan ekonomi masyarakat suatu negara.
Perubahan undang-undang pajak dilakukan sesuai dengan prinsip kesederhanaan,
keadilan, kepastian (baik jumlah maupun waktu), dan persamaan. Sehingga wajib
pajak dapat dengan mudah melaksanakan kewajiban membayar pajak (Nagarasit,
2009:1).
Masyarakat awam menganggap perubahan peraturan perpajakan ini
BAB I Pendahuluan 4
lapisan kedua yaitu sebesar 10%, masyarakat merasa pajak penghasilan terutang
yang harus dibayar menjadi lebih tinggi dibandingkan bila tarif pajak lapisan kedua
tersebut tidak dihapus. Karena masyarakat merasa terpaksa untuk membayar pajak
menyebabkan resistensi dalam membayar pajak masih cukup besar, ini dapat dilihat
dari jumlah wajib pajak yang memasukkan Surat Pemberitahuan ke kantor pajak
yang hanya berkisar 40% - 45% saja dari seluruh perusahaan di Indonesia.1 Akan
tetapi, selain penghapusan tarif pajak lapisan kedua tersebut, Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008 juga tidak lagi memuat tarif tertinggi sebesar 35% yang sebelumnya
dimuat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
Undang-undang yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
terus diperbarui, baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian, akan berdampak
pada penghasilan bersih yang diterima karyawan setelah dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21. Dalam penelitian ini peneliti ingin mencari tahu apakah perubahan
undang-undang yang mengatur mengenai pajak penghasilan mengakibatkan Pajak
Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berbeda secara signifikan.
Banyak orang berpendapat bahwa peraturan perpajakan yang terus diperbarui
ini selalu menguntungkan pihak pajak, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak atau
secara umum bagi Negara Indonesia. Padahal, seperti yang kita ketahui, penerimaan
dari pajak ini dialokasikan untuk penambahan dan perbaikan infrastruktur serta
prasarana umum, yang pada akhirnya diperuntukkan bagi seluruh masyarakat,
termasuk wajib pajak itu sendiri.
1
Universitas Kristen Maranatha BAB I Pendahuluan 5
Sedikit banyak ada orang pribadi atau perusahaan yang menghindari
kewajiban pembayaran pajak ini. Hal ini dikarenakan mereka menganggap pajak
mengurangi penghasilan mereka yang mereka terima. Alasan lainnya karena wajib
pajak, baik orang pribadi maupun badan atau perusahaan, tidak merasakan langsung
timbal balik (kontraprestasi) dari pajak yang mereka bayarkan. Apalagi ditambah
dengan perubahan peraturan perpajakan yang mereka rasa semakin merugikan
mereka dan menguntungkan pihak pajak (fiskus).
Nagarasit (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perubahan
Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21
(Studi Kasus Pada PT X Bandung).” Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dampak perubahan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap PT X dan karyawan dari PT
X. PT X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi. Penelitian ini
menggunakan laporan keuangan PT X tahun 2007. Hasil yang didapat melalui
penelitian adalah jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebesar Rp 189.800,00 sedangkan jumlah Pajak
Penghasilan Pasal 21 terutang menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
sebesar Rp 321.800,00. Dengan hasil perhitungan ini diketahui ada selisih
perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang sebesar Rp 132.000,00. Selisih
perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang ini terjadi disebabkan oleh
perubahan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Penyebab perubahan Pajak
Penghasilan Pasal 21 terutang adalah persentase tarif (perluasan lapisan penghasilan,
penghapusan tarif 10%, dan penurunan tarif tertinggi menjadi 30%) dan besarnya
BAB I Pendahuluan 6
Melalui perhitungan di atas diketahui bahwa dampak perubahan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi PT X tidak
ada, karena PT X bukan wajib pajak Pajak Penghasilan Pasal 21. PT X hanya sebagai
pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi karyawannya. Sedangkan dampak
perubahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 terhadap Pajak Penghasilan Pasal
21 bagi karyawan PT X adalah meningkatnya daya beli. Meningkatnya daya beli
bagi karyawan PT X yang bergaji kecil (kurang dari Rp 50.000.000,00) berasal dari
perubahan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), bukan dari persentase
tarif. Oleh karena hal itu, Nagarasit menyarankan pemerintah untuk memberikan
insentif-insentif yang lain. Insentif yang dapat mempunyai dampak yang besar
kepada karyawan yang gajinya kecil (kurang dari Rp 50.000.000,00).
Liman (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Perubahan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Terhadap Pajak Penghasilan Terutang
Badan (Studi Kasus Pada CV X).” Penelitian dilakukan di CV X, sebuah perusahaan
yang bergerak dibidang pembuatan rangka kursi. Periode data finansial yang
dikumpulkan dibatasi untuk satu periode, yaitu tahun 2007. Berdasarkan penelitian
dan pengolahan data yang dilakukan dapat diketahui bahwa pajak penghasilan
terutang CV X menggunakan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 adalah sebesar
Rp 35.354.300,00 dan pajak penghasilan kurang bayar (Pajak Penghasilan Pasal 29)
sebesar Rp 28.120,00. Sementara pajak penghasilan terutang berdasarkan
perhitungan yang menggunakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 adalah
sebesar Rp 24.665.340,00 dan pajak penghasilan kurang bayar sebesar Rp
178.647,00. Dari perhitungan tersebut terdapat selisih sebesar Rp 10.888.960,00
Universitas Kristen Maranatha BAB I Pendahuluan 7
29. Dari perbandingan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 membuat Pajak Penghasilan terutang CV X menjadi
lebih kecil karena adanya penurunan tarif menjadi 28%. Perhitungan pun semakin
mudah karena penerapan tarif tunggal untuk pajak penghasilan badan. Namun, di sisi
lain jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar pada akhir tahun menjadi semakin
besar karena penerapan tarif kredit Pajak Penghasilan Pasal 25 yang sebelumnya 3%
menjadi 2%. Sehingga, pada kasus CV X perubahan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 yang dianggap akan menguntungkan pelaku bisnis sepertinya tidak
berhasil.
Asmara (2010) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Perbandingan
Pajak Penghasilan Terutang Badan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000 dan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.” Penelitian
dilakukan pada PT Telkom, Tbk dengan objek penelitian laporan fiskal pajak
penghasilan badan Telkom dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Penelitian ini
dilakukan dengan cara simulasi dari objek pajak yang nanti hasil simulasi akan
dibandingkan dengan besaran pajak sebelumnya dengan menggunakan uji perbedaan
(paired sample t-test). Dari hasil perhitungan diketahui bahwa tingkat = 0,043 di
mana 0,043 < 0,05 (taraf signifikansi) maka Asmara menarik kesimpulan terdapat
perbedaan yang signifikan di antara kedua besaran pajak penghasilan tersebut.
Tetapi apakah benar peraturan pajak yang terus diperbarui selalu merugikan
pihak wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan, dan menguntungkan pihak
pajak (fiskus) atau Negara? Dampak bagi pihak wajib pajak orang pribadi, yaitu
karyawan tetap, apakah berbeda secara signifikan atau tidak, akan peneliti kaji lebih
BAB I Pendahuluan 8
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian
tentang apakah dengan diperbaruinya undang-undang yang mengatur mengenai
Pajak Penghasilan Pasal 21 mengakibatkan pajak penghasilan terutang menjadi lebih
besar seperti yang dipersepsikan masyarakat awam selama ini atau malah lebih kecil.
Tetapi dalam hal ini, peneliti lebih memfokuskan pada “Analisis Perbandingan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka, dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
2. Bagaimana perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
3. Bagaimana perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap
berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Pajak Penghasilan
Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
4. Apakah Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000 mempunyai perbedaan yang signifikan dengan Pajak
Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
Universitas Kristen Maranatha BAB I Pendahuluan 9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap
berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
2. Untuk mengetahui perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
3. Untuk mengetahui perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap
berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Pajak Penghasilan
Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
4. Untuk mengetahui apakah Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap
berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 mempunyai perbedaan yang
signifikan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi perusahaan untuk
mengetahui tata cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan
menggunakan peraturan yang baru sehingga dapat terhindar dari kesalahan
BAB I Pendahuluan 10
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis
tentang penerapan peraturan perpajakan di Indonesia.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menjadi
bahan referensi untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang
101
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Pajak Penghasilan Pasal 21
karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, Pajak Penghasilan Pasal 21
untuk seluruh sampel penelitian yang berjumlah 53 orang adalah sebesar
Rp 9.243.800,00.
2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 21
untuk seluruh sampel penelitian yang berjumlah 53 orang adalah sebesar
Rp 3.699.000,00.
3. Dari hasil perhitungan, terdapat perbedaan sebesar Rp 5.544.800,00 antara Pajak
Penghasilan Pasal 21 seluruh sampel penelitian berdasarkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000 dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 seluruh sampel
penelitian berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
4. Secara keseluruhan sampel penelitian, Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan
tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 mempunyai perbedaan
yang signifikan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan
BAB V Simpulan dan Saran 102
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan oleh peneliti
antara lain:
1. Bagi wajib pajak, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini wajib pajak tidak
lagi menghindari kewajiban untuk membayar pajak, karena perubahan
undang-undang yang mengatur mengenai perpajakan tidak bertujuan untuk membebani
wajib pajaknya.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah variabel-variabel
penelitian lain yang berhubungan dengan permasalahan ini. Selain itu, peneliti
selanjutnya diharapkan menggunakan sampel dengan penghasilan yang lebih
tinggi supaya dapat membandingkan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan
Universitas Kristen Maranatha 103
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta.
Asmara, Angga Prima. 2010. Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Terutang Badan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hartono, J. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman – pengalaman, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
http://antaranews.com
Liman, Marlina. 2009. Analisis Perubahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Terhadap Pajak Penghasilan Terutang Badan, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan, Yogyakarta: ANDI.
Nagarasit, Sarah. 2009. Analisis Perubahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Terhadap PPh Pasal 21, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Ind.
Resmi, Siti. 2007. Perpajakan: Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat.
Sunset Policy. 2008. Cara Elegan Meningkatkan Kepatuhan, Jakarta: SMARTTaxes Publishing.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.