• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP BRAND TRUST SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY PRODUK SUSU CAIR FRISIAN FLAG DI GIANT MARGOREJO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP BRAND TRUST SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY PRODUK SUSU CAIR FRISIAN FLAG DI GIANT MARGOREJO SURABAYA."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

0612010121/FE/EM Valencia Dwiamanta

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

0612010121/FE/EM Valencia Dwiamanta

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dan terima kasih kepada junjungan tertinggi, ALLAH SWT atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH

CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP BRAND TRUST SERTA

DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY PRODUK SUSU CAIR FRISIAN

FLAG DI GIANT MARGOREJO SURABAYA”.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(4)

ii

5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudaraku tercinta yang sudah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Desember 2010

(5)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 10

2.2.1.1. Konsep Pemasaran ... 11

2.2.1.2. Pengertian Marketing Mix ... 14

(6)

iv

2.2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 15

2.2.2.2. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 17

2.2.3. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan) ... 26

2.2.3.1. Pengertian Customer Satisfaction ... 26

2.2.3.2. Dimensi Customer Satisfaction ... 26

2.2.4. Brand Trust (Kepercayaan Merek) ... 30

2.2.4.1. Pengertian Brand Trust ... 30

2.2.5. Brand Loyalty (Loyalitas Merek) ... 33

2.2.5.1. Pengertian Brand Loyalty ... 33

2.2.6. Pengaruh Customer Satisfaction Terhadap Brand Trust ... 36

2.2.7. Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty ... 37

2.3. Kerangka Konseptual ... 39

2.4. Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41

3.1.1. Definisi Operasional... 41

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 43

3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 44

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45

(7)

v

3.3.2. Sumber Data ... 45

3.3.3. Pengumpulan Data ... 45

3.4. Teknik Analisisdan Uji Hipotesis ... 46

3.4.1. Teknik Analisis ... 46

3.4.2. Outlier ... 47

3.4.3. Evaluasi Atas Outlier ... 48

3.4.4. Uji Reliabilitas ... 49

3.4.5. Uji Validitas ... 49

3.4.6. Uji Normalitas ... 49

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity ... 50

3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 50

3.4.9. Evaluasi Model... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 55

4.2. Karakteristik Responden ... 55

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

4.3.1. Deskripsi Variabel Customer Satisfaction (X) ... 57

4.3.2. Deskripsi Variabel Brand Trust (Y) ... 59

4.3.3. Deskripsi Variabel Brand Loyalty (Z) ... 61

4.4. Analisis Data ... 62

4.4.1. Evalusi Atas Outlier ... 62

4.4.2. Evaluasi Reliabilitas ... 64

(8)

vi

4.4.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Ectracted . 66

4.4.5. Evaluasi Normalitas ... 67

4.4.6. Analisis Model SEM ... 68

4.4.7. Analisis Unidimensi First Order ... 70

4.4.8. Analisis Unidimensi Second Order ... 70

4.4.9. Uji Kausalitas ... 70

4.5. Pembahasan ... 71

4.5.1. Customer Satisfaction Berpengaruh Tidak Signifikan Positif Terhadap Brand Trust ... 71

4.5.2. Brand Trust Berpengaruh Signifikan Positif Terhadap Brand Loyalty ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 74

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Brand Value Produk Susu Cair ... 4

Tabel 3.1. Good of Fit Indices ... 54

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Usia ... 56

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Atribut Related to Product ... 57

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Atribut Related to service ... 58

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand Reliability . 60 Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand Intention .... 60

Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand Loyalty ... 61

Tabel 4.8. Outlier Data ... 63

Tabel 4.9. Reliabilitas Data ... 64

Tabel 4.10. Validitas Data ... 65

Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 66

Tabel 4.12. Normalitas Data ... 67

(10)

viii

Approach-Base Model ... 69

Tabel 4.14. Unidimensi First order ... 70

Tabel 4.15. Unidimensi Second Order ... 70

Tabel 4.16. Hasil Uji Kausalitas ... 71

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen ... 18

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 39

Gambar 3.1. Contoh Model Pengukuran Brand Loyalty ... 35

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural One Step Approach –

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Tabulasi Rekap Jawaban Responden

(13)

xi

PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP BRAND TRUST

SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY

PRODUK SUSU CAIR FRISIAN FLAG DI GIANT MARGOREJO

SURABAYA

Oleh :

Valencia Dwiamanta ABSTRAKSI

Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau secara terus-menerus oleh setiap perusahaan. Merek-merek yang kuat, teruji dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan hitungan-hitungan rasional, tetapi juga canggih mengolah sisi-sisi emosional konsumen. Suatu merek memberikan serangkaian janji yang didalamnya menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian merek sangat penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Persaingan industri susu cair atau UHT kini semakin nyata posisi susu cair UHT Frisian Flag pada tahun 2008 berada di posisi ke dua dan pada tahun 2009 turun menduduki posisi ketiga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh customer satisfaction terhadap brand trust, brand trust terhadap brand loyalty di Giant Margorejo Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya. Skala pengukuran menggunakan skala interval dan skala pembentukan menggunakan skala semantic differential. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan metode Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Dengan kriteria antara lain pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya dan yang mengkonsumsinya lebih dari 1x dalam 2 bulan terakhir. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 104 pelanggan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM(Structural Equation Modeling) untuk melihat hubungan kausalitas antar faktor.

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa customer satisfaction berpengaruh tidak signifikan positif terhadap brand trust, brand trust berpengaruh signifikan positif terhadap brand loyalty.

(14)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau

secara terus-menerus oleh setiap perusahaan. Merek-merek yang kuat,

teruji dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan

hitungan-hitungan rasional, tetapi juga canggih mengolah sisi-sisi

emosional konsumen. Merek bisa memiliki nilai tinggi karena ada brand

building activity yang bukan sekadar berdasarkan komunikasi, tetapi

merupakan segala macam usaha lain untuk memperkuat merek tersebut.

Brand disebut juga dengan pelabelan, brand memiliki kekuatan

untuk membantu penjualan. Demikian pula bahwa brand dihubungkan

dengan sebuah kepercayaan konsumen terhadap suatu produk atau jasa

yang dipercaya tidak saja untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun

dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dan jaminan. Brand banyak

membantu perusahaan besar menguasai pasar, konsumen justru lebih hafal

nama brand daripada merek barang itu sendiri. (Soemanagara, 2006:98).

Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,

karena prefensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu

konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan

dan dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang

(15)

perilaku konsumen terhadap iklan atau merek yang ada di pasar,

selanjutnya perlu dilakukan berbagai cara untuk membuat konsumen

tertarik terhadap produk yang dihasilkan.

Plank, Reid dan Pullins (1999:62) menyatakan bahwa apabila

terjadi hubungan antara pembeli (outlet) dengan penjual (pemasok) maka

yang harus diperhatikan adalah kepercayaan kepada tenaga penjual karena

kepercayaan itu adalah cerminan dari keandalan kepada tenaga penjual dan

menjadi wujud tanggung jawab penjual karena telah mendapatkan suatu

pengertian yang baik dari pengecer (outlet). Dinyatakan juga bahwa

pembeli harus dapat bersandar pada apa yang dikatakan dan dijanjikan

suatu merek pada saat pembeli harus bergantung pada kejujuran dan

keandalannya.

Kepercayaan adalah perasaan alami atau keyakinan, suatu

kepercayaan dimana seseorang bersedia bertindak (Dasgupta, 1988), atau

suatu pilihan (Alpern, 1997). Kepercayaan telah digambarkan sebagai

suatu tindakan kognitif (misalnya, bentuk pendapat atau predeksi bahwa

sesuatu akan terjadi atau orang akan berperilaku dalam cara tertentu),

afektif (misalnya masalah perasan) atau konatif (misalnya masalah pilihan

atau keiginan).

Harapan konsumen atau pelanggan merupakan keyakinan

konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan

standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut, hal ini

(16)

dan harapan konsumen. Sebuah perusahaan perlu mengetahui beberapa

faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen. Menurut

Yuliarmi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan

konsumen terhadap penyediaan jasa, yaitu kebutuhan dan keinginan,

pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dan layanan,

pengalaman teman-teman, dan komunikasi. Tjiptono (1995), kepuasan

konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

kinerja (atau hasil) yang dirahasiakan dengan harapannya melalui iklan

dan pemasaran.

Banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya

tingkat kepuasan konsumen yang tinggi. Tingkat kepuasan konsumen yang

tinggi dapat meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek dan

mencegah perputaran konsumen, mengurangi biaya kegagalan pemasaran,

mengurangi biaya operasi yang diakibatkan oleh meningkatkan jumlah

konsumen, meningkatkan efektivitas iklan, dan meningkatkan reputasi

bisnis (Fornell, 1992).

Suatu merek memberikan serangkaian janji yang didalamnya

menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian

merek sangat penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi

konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan

pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya, bagi

produsen merek dapat membantu upaya-upaya untuk membangun loyalitas

(17)

Persaingan industri susu cair atau UHT kini semakin nyata,

berdasarkan majalah MARKETING 2008-2009, menunjukkan riset

majalah “MARKETING” posisi susu cair UHT Frisian Flag, pada tahun

2008 – 2009 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Top Brand Index Produk Susu Cair

Kategori Merek TBI

Sumber : Majalah MARKETING 2008-2009

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa top brand index susu

cair merek Frisian Flag pada tahun 2008 berada pada posisi kedua dengan

nilai 24,9 % sedangkan pada tahun 2009 berada di posisi ketiga mengalami

penurunan dengan nilai 22,7 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa loyalitas

merek produk susu cair Frisian Flag menurun yang disebabkan oleh

persaingan produk susu cair yang ketat di antara produsen susu cair,

kepercayaan pada produk susu cair Frisian Flag masih kurang di mana

mereka lebih percaya pada kompetitor merek lain yang memiliki kualitas,

rasa yang lebih baik dari produk susu cair Frisian Flag.

Berdasarkan gambaran fenomena diatas menunjukkan bahwa

loyalitas konsumen terhadap susu cair Frisian Flag yang mengindikasikan

adanya penurunan. Menurut Aaker (1996:8) adalah A measure of the

attachment that a customer has a brand “. Loyalitas merek menunjukkan

adanya suatu ikatan antara konsumen dengan merek tertentu dan ini

(18)

Mowen (2002:109) mengemukakan bahwa loyalitas dapat didasarkan pada

perilaku pembelian aktual produk yang dikaitkan dengan proporsi

pembelian. Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya

menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian,

merek sangat penting baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi

konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan

pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas (Riana, 2008:187)

Kepuasan pelanggan perlu dipelihara dan ditingkatkan agar dapat

menciptakan dan memperoleh kesetiaan terhadap merek. Bila konsumen

memperoleh kepuasan dari pembeliannya akan suatu produk maka hal

tersebut akan menciptakan sikap positif terhadap merek tersebut sehingga

konsumen akan melakukan pembelian ulang. (Samuel dan Foedjiawati,

2005:74-82).

Adanya kepuasan pada konsumen akan menimbulkan kepercayaan,

karena adanya kondisi konsistensi merek dalam memenuhi harapan

konsumen. Di samping itu, merek yang dipilih dapat melindungi, menjaga

keselamatan, keamanan dan kepentingan konsumen. Dengan demikian,

keyakinan mengenai keandalan dan kenyamanan merupakan hal yang

penting dari trust (kepercayaan) (Riana, 2008)

Oleh karena itu di dalam penelitian ini diangkatlah judul

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka

perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap brand trust pada

produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya?

2. Apakah brand trust berpengaruh terhadap loyalitas merek produk susu

cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap brand trust

pada produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh brand trust terhadap loyalitas merek pada

produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan bagi peneliti yang akan datang

(20)

dapat lebih baik dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang

berkaitan dengan produknya.

3. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi perbendaharaan buku

dari penelitian yang ada di perpustakaan dan juga dijadikan sebagai

(21)

8

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini

telah dilakukan oleh Ferrinadewi, (2005) dengan judul penelitian adalah

”Pengaruh threat emotion konsumen dan brand Trust pada keputusan

pembelian produk susu anlene Di surabaya”. Rumusan masalah yang

diangkat adalah 1). Apakah threat emotion berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan konsumen membeli produk susu berkalsium tinggi

Anlene di Surabaya? 2). Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap

keputusan konsumen membeli produk susu berkalsium tinggi Anlene di

Surabaya. 3). Apakah threat emotion dan brand trust secara bersama-sama

terhadap pengambilan keputusan konsumen membeli produk susu

berkalsium tinggi Anlene di Surabaya. Teknik analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan teknik structural equation modelling.

Hasil penelitian menyatakan bahwa penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa memang terdapat pengaruh yang signifikan variabel

threat emotions dan brand trust baik secara parsial maupun secara

simultan terhadap keputusan pembelian produk susu Anlene. Berdasarkan

paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa produk kesehatan memiliki

keunikan tersendiri. Konsumen lebih terdorong untuk membeli produk

(22)

threat emotions terhadap keputusan pembelian konsumen pada susu

Anlene bahkan lebih besar daripada efek brand trust.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sugiharto (2007). Dengan

judul penelitian “Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan”.

Permasalahan yang diajukan adalah 1).apakah kebutuhan dasar, pelayanan

dan kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan?

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah structural

equation modeling (SEM). Hasil analisis dalam penelitian adalah secara

keseluruhan kepuasan pelanggan secara signifikan dipengaruhi faktor

kepuasan layanan dan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan

rumah tangga sedangkan layanan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap loyalitas pelanggan.

Penelitian selanjutnya Riana (2008). Denggan judul ”Pengaruh

trust in a brand terhadap brand loyalty pada konsumen air minum aqua di

kota denpasar”. Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 2 Tahun 2008.

Dalam penelitian ini permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut:

(1) Apakah variabel brand characteristic, company characteristic, dan

consumerbrand characteristic secara bersama sama berpengaruh

signifikan terhadap brand loyalty pada konsumen air minum Aqua? (2)

.Apakah variabel brand characteristic, company characteristic, dan

consumer–brand characteristic secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap brand loyalty pada konsumen air minum Aqua serta variabel

(23)

penelitian ini adalah: Metode Suksesif Interval Sebelum melakukan

analisis regresi berganda, tahap awal yang dilakukan adalah melakukan

pengolahan data dengan mengubah data ordinal menjadi data interval

dengan menggunakan metode suksesif interval kemudian dilanjutkan

dengan menggunakan analisis regresi liniear berganda.

Kesimpulan : 1). Secara bersama-sama variabel trust in a brand

yang meliputi brand characteristic (X1), company characteristic (X2), dan

consumerbrand characteristic (X3) mempengaruhi brand loyalty. 2).

Secara parsial variabel trust in a brand yang meliputi brand characteristic,

company characteristic, dan consumer–brand characteristic berpengaruh

signifikan terhadap brand loyalty. Brand characteristic (X1) secara

signifikan berpengaruh terhadap brand loyalty.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (1983:5) pemasaran

adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan

untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan

(24)

kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Menurut Pride dan

Ferrel (1995:4) pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan

rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang

dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran

individu dan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat

memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen.

2.2.1.1.Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997:17), konsep pemasaran menyatakan bahwa

kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para

pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan

keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi

kepada konsumen. Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan

Irawan (1983:10) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa

kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler (1992:30), konsep

(25)

terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan

penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif

dibanding para pesaing.

Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus

dimulai dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan

kebutuhan konsumen. Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep

pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga elemen pokok, yaitu :

a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya

memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan

lebih banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan

sebagai penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk

perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen,

antara lain :

1) Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli

yang akan dilayani dan dipenuhi.

2) Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam

penjualannya.

3) Menentukan produk dan program permasalahannya.

4) Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur,

menilai dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku

(26)

5) Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah

atau model yang menarik.

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat

diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini,

perusahaan dapat tumbuh berkembang, dapat menggunakan

kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan

yang lebih besar pada konsumen, serta dapat rnemperkuat kondisi

perekonomian secara keseluruhan. Dapat pula dikatakan bahwa

sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha

perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian

dalam pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten,

sehingga tujuan perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk

memberikan kepuasan yang menjadi keputusan.

Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler,

1997:18) adalah sebagai berikut:

a. Konsep pejualan

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.

2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya

(27)

b. Konsep pemasaran

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.

2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan

melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk

tersebut.

2.2.1.2.Pengertian Marketing Mix

Merupakan variabel-variabel yang dipakai oleh perusahaan sebagai

sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan

konsumen. Menurut Swastha (1979:42) marketing mix adalah kombinasi

dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem

pemasaran perusahaan yang terdiri dari :

a. Produk

Dalam pengelolaannya perlu adanya perencanaan dan pengembangan

produk atau jasa untuk dipasarkan, selain itu keputusan-keputusan

yang perlu diambil menyangkut masalah pembelian merek,

pembungkusan, warna dan bentuk produk lainnya.

b. Harga

Dalam kebijaksanaannya manajemen harus menentukan harga dasar

dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan menyangkut

potongan harga, pembayaran ongkos kirim dan hal-hal lain yang

(28)

c. Promosi

Promosi ini dipakai untuk memberi tahu dan mempengaruhi pasar

bagi produk perusahaan yang termasuk kegiatannya adalah

periklanan, personal selling, promosi penjualan, publisitas.

d. Distribusi

Tugas dari distribusi adalah memilih perantara yang akan

digunakan dalam saluran distribusi, serta mengembangkan sistem

distribusi secara fisik menangani dan mengangkut produk supaya

dapat mencapai pasar yang dituju tepat pada waktunya.

Marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran

perusahaan yang mana keempat variabel tersebut saling berhubungan

atau saling mempengaruhi agar perusahaan tersebut dapat melakukan

tugas pemasarannya seefektif mungkin. Jadi perusahaan tersebut tidak

hanya sekedar memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga harus

mengkoordinir berbagai macam variabel dari marketing mtx tersebut

untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif.

2.2.2. Perilaku Konsumen

2.2.2.1.Pengertian Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai

perilaku konsumen. Engel, et. al. (1994), menyatakan bahwa perilaku

(29)

mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Loudon dan Bitta (1993). Menyatakan bahwa perilaku konsumen

meliputi proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara

secara fisik pada saat mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau

mendapatkan barang dan jasa. Dari pendapat tersebut diperoleh dua hal

penting yaitu:

a. Sebagai proses pengambilan keputusan

b. Kegiatan fisik dalam upaya menilai, memperoleh dan menggunakan

barang dan jasa.

Perilaku konsumen disebutkan sebagai interaksi yang dinamis

antara kesadaran atau pengertian, perilaku dan peristiwa lingkungan

dimana manusia melakukan aspek dengan mana pertukaran tentang

kehidupan mereka.

Dari definisi diatas terdapat tiga hal penting yaitu :

1. Perilaku konsumen bersifat dinamis.

2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara perasaan dan

kesadaran perilaku serta peristiwa lingkungan

3. Perilaku melibatkan pertukaran

Definisi perilaku konsumen yang dikemukakan Swastha dan

Handoko (1987:9) adalah kegiatan – kegiatan individu secara langsung

terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk

(30)

kegiatan – kegiatan tersebut. Dari definisi tersebut terdapat dua elemen

terpenting yaitu ;

a. Proses pengambilan keputusan

b. Kegiatan fisik.

Kedua elemen ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan

dan menggunakan barang atau jasa ekonomi

Dari beberapa pengertian perilaku konsumen tersebut diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang

berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan

dan menggunakan barang dan jasa yang dapat dipengaruhi oleh

lingkungannya.

Dengan demikian kegiatan pembelian hanyalah merupakan salah

satu tahap dari proses untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar

memahami proses pembelian sangat penting. Karena proses tersebut

merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada tindakan

manusia untuk membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan

keinginannya.

2.2.2.2.Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor yang mempengaruhi konsumen anatara lain adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh lingkungan

(31)

3. Proses psikologis Engel, et. al. (1994)

Dalam tujuan pemasaran pihak pemasar berusaha keras untuk

memenuhi dan melayani kebutuhan dan belanja sasaran dengan maksimal

sesuai dengan keinginan dan harapan konsumennya, Yaitu memperoleh

kepuasan sehingga perusahaan harus mampu mengembangkan bauran

pemasaran untuk mempengaruhi konsumen agar mau mengambil

keputusan untuk melakukan pembelian atas produk atau jasa yang

ditawarkan.

Menurut Amstrong dan Kotler (1994), faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen meliputi budaya, sosial, pribadi dan

psikologis. Rangkaian dan unsur masing-masing faktor dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.1. : Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen

Budaya

Sumber : Kotler and Amstrong, (1992), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit : Intermedia Jakarta.

1. Faktor Budaya

Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat

penting dalam perilaku pembelian

(32)

a. Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi,

preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga

penting lain. Anak-anak yang dibesarkan di amerika serikat

mendapatkan nilai-nilai berikut: prestasi dan keberhasilan,

aktifitas, efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenikmatan materi,

individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme,

dan berjiwa muda.

b. Sub-Budaya

Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil

yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi yang

khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari

kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak

sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar

sering merancang produk dan progam pemasaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c. Kelas Sosial

Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata social.

Stratifikasi tersebut kadang-kadang berbentuk sistim kasta yang

berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat

mengubah keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi lebih sering

(33)

2. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh

faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan

status sosial.

a. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang

mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung

terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki

pengaruh langsung terhadap seseoarang dinamakan kelompok

keanggotaan.

Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer,

seperti keluarga, teman, tetangga,dan rekan kerja, yang

berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal.

Orang yang menjadi kelompok anggota sekunder, seperti

kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan,

yang cendrung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang

tidak rutin.

Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka

sekurang-kurang oleh tiga jalur. Kelompok acuan manghadapkan

seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan

juga memepengarui perilaku dan konsep pribadi seseorang. Dan

(34)

kelompok yang mungkin mempengarui pilihan produk dan merek

aktual seseorang.

Orang juga dipengaruhi oleh kelompok diluar kelompok

mereka. Kelompok yang ingin dimasuki seseorang dinamakan

kelompok aprirasional. Kelompok dissosiatif adalah kelompok

yang nilai atau perilakunya ditolak oleh seseorang.

b. Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek penelitian

yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer

yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan antar dua

keluarga dalam kehidupan pembeli.

Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara

kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan

orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi,

harga diri dan cinta. Bahkan jika pembeli tidak lagi berinteraksi

secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga

terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan. Di

negara-negara dimana orang tua tinggal dengan anak-anak mereka yang

sudah dewasa, pengaruh mereka dapat menjadi sangat besar.

Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian

sehari-hari adalah keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan

(35)

c. Peran dan Status

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang

hidupnya keluarga, club, organisasi. Kedudukan orang itu

masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan

status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan

oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilakan status.

Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan

peran dan status mereka di masyarakat. Pemasar menyadari

potensi simbol status dari produk dan merek.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengarui oleh karakteristik pribadi,

Karakteristik tersebut meliputi usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan,

keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep didik

pembeli.

a. Usia Dan Tahap siklus Hidup

Orang yang memebeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang

hidupnya. Mereka makan makanan bayi selama tahun-tahun awal

hidupnya,banyak ragam makanan selama tahun-tahun

pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet khusus selama

tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap perabot, pakaian, dan

rekreasi juga juga berhubungan dengan usia.

Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga.

(36)

hidup psikologis. Orang dewasa mengalami perjalanan dan

perubahan situasi hidup bercerai, menduda/menjanda, kawin lagi

dan dampak situasi itu terhadap perilaku konsumsi.

b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi

Pekerjaan seseorang juga mempengarui pola konsumsinya.

Pilihan produk sangat dipengarui oleh keadaan ekonomi

seseorang, penghasilan yang dapat di belanjakan (level,

kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (termasuk presentase

aktiva yang lancar/likuid), utang, kemampuan untuk meminjam,

dan sikap terus-menerus memperlihatkan kecendrungan

penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat suku bunga.

Jika indikator ekonomi menandakan resesi, pemasar dapat

mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan

penempatan ulang, dan menempatkan kembali harga produk

mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai ke

pelanggan sasaran.

c. Gaya Hidup

Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan

pekerja yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi

(37)

d. Kepribadian dan Konsep Diri

Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang

mempengarui perilaku pembelianya. Yang dimaksud kepribadian

adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan

orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten

dan bertahan lama terhadap lingkunganya.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengarui oleh empat faktor psikologis

utama motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan pendirian.

a. Motivasi

Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada waktu tertentu.

Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan tersebut muncul

dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman.

Kebutuhan yang bersifat Psikogenis, kebutuhan itu muncul dari

tekanan psikologis seperti kebutuhan dan pengakuan,

penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok.

Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong

hingga ia mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif

adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk

bertindak.

b. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertidak. Bagaimana

(38)

perspsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang

digunakan oleh seorang individu memilih, mengorganisasi, dan

mengintepretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan

gambaran dunia yang memiliki arti.

Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik

tetapi juga pada rangsangan yang behubungan dengan lingkungan

sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

c. Keyakinan dan sikap

Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan

sikap. Keduanya kemudian mempengarui perilaku pembelian

mereka. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan. Pendapat,

atau kepercayaan. Yang paling penting bagi para pemasar global

adalah sering mempertahankan keyakinan yang mudah dilihat

tentang merek atau produk berdasarkan negara mereka.

Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan

kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu

obyek atau gagasan. Jadi sebuah perusahaan sebaiknya

menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada daripada

berusaha untuk mengubah sikap orang. Tentu saja terdapat

beberapa pengecuailian dimana biaya besar untuk mengubah

(39)

2.2.3. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan) 2.2.3.1.Pengertian Customer Satisfaction

Engel, Blackwell dan Miniard (1995:273), mendefinisikan

kepuasan sebagai evaluasi pasca konsumsi dimana suatu alternatif yang

dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Oliver (1997)

mendefinisikan kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya

kebutuhannya. Hal ini berarti menilai bahwa suatu bentuk keistimewaan

dari suatu barang atau jasa itu sendiri, memberikan tingkat kenyamanan

yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan termasuk pemenuhan

kebutuhan dibawah harapan atau pemenuhan kebutuhan melebihi harapan.

Kotler (2000) menyebutkan kepuasan adalah perasaan senang atau

kecewa seseorang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap

kinerja (hasil) sesuatu produk dengan harapannya. Kotler dan Amstrong

(2000:546) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu tingkatan

dimana produk dirasakan sesuai dengan harapan pembeli. Kepuasan

konsumen terhadap pembelian tergantung pada kinerja produk aktual,

sehingga sesuai dengan harapan pembeli. Konsumen memiliki berbagai

macam tingkatan kepuasan. Jika keberadaan suatu produk berada di bawah

harapan pembeli, maka pembeli tersebut tidak merasa puas. Kepuasan

konsumen adalah tingkatan perasaaan konsumen setelah membandingkan

dengan harapannya.

Mowen dan Minor (2001:89), kepuasan konsumen adalah

(40)

setelah mereka memperoleh dan menggunakannya sedangkan menurut

Band (1991:80) menyatakan, kepuasan konsumen merupakan suatu

tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelanggan akan

dapat terpenuhi atau terlampaui melalui suatu transaksi yang akan

mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan terus berlanjut.

Oliver (1997) kepuasan pelanggan dirumuskan sebagai evaluasi

purnabeli dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk atau jasa yang

dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian, apabila

persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan, maka yang

terjadi adalah ketidakpuasan.

Dari beberapa uraian definisi mengenai kepuasan, maka secara

umum kepuasan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antar layanan

atau hasil yang diterima itu paling tidak harus sama dengan harapan

konsumen atau bahkan melebihinya. Pelanggan membandingkan persepsi

mereka atas kualitas produk setelah menggunakan produk tersebut sesuai

dengan ekspektasi kinerja produk sebelum mereka membelinya.

Tergantung pada bagaimana kinerja aktual dibandingkan dengan kinerja

yang diharapkan. Mereka akan mengalami emosi yang positif, negatif atau

netral. Tanggapan emosional ini bertindak sebagai masukan atau input

dalam persepsi kepuasan atau ketidakpuasan mereka.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan

merupakan respon pemenuhan dari pelanggan. Kepuasan adalah hasil dari

(41)

tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang.

Oleh karenanya, perusahaan harus dapat memberikan produk atau layanan

yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan dari pelanggan sehingga

mencapai kepuasan dari pelanggan dan lebih jauh lagi dapat menciptakan

kesetiaan pelanggan.

2.2.3.2.Dimensi Customer Satisfaction

Sedangkan atribut – atribut dari kepuasan konsumen secara

universal menurut Dutka (1994:41) dalam jurnal Herizon dan Maylina

(2003) adalah :

1. Atributes related to product, meliputi (a) Value to price relationship

yaitu hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh

perbedaan antara nilai yang diterima oleh pelanggan dengan harga

yang dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan

oleh perusahaan. (b) Product quality yaitu mutu dari semua komponen

yang membentuk produk sehingga produk tersebut mempunyai nilai

tambah. (c) Product benefit yaitu manfaat yang di peroleh konsumen

dengan pemenuhan kebutuhan. (d) Product features yaitu

komponen-komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan keuntungan

bagi pelanggan. (e) product design yaitu disain produk. (f) produk

reliability and consistence yaitu produk andalan dan konsisten. (g)

(42)

2. Atributes related to service, meliputi (a) Guarentee or warranty yaitu

penawaran untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan

perbaikan terhadap produk yang rusak dalam situasi dimana suatu

produk mengalami kerusakan setelah pembelian dengan persyaratan

tertentu dari perusahaan yang bersangkutan. (b) Deliveri yaitu

kemampuan menyampaikan layanan kepada konsumen. (c) Complaint

handling yaitu kesedian perusahaan untuk menerima keluhan dan

saran dari konsumen. (d) Resolution of problem yaitu kesedian

perusahaan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan

konsumen.

3. Atributes related to purchase, meliputi (a) Courtesy yaitu keramahan

dan kesopanan para karyawan dalam memberikan pelayanan. (b)

Communication yaitu komunikasi baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada konsumen. (c) Ease or convenience of acquisition

yaitu Kemudahan informasi yang diberikan perusahaan terhadap

produk yang di hasilkan perusahaan. (d) Company reputation yaitu

reputasi perusahaan dimata pelanggan. (f) Compeny competence yaitu

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

Atribut – atribut dari kepuasan konsumen ini merupakan atribut

secara universal, yang harus didefinisikan, diklarifikasikan, dan

diinterpretasikan dalam penerapannya. Dalam penelitian kepuasan

konsumen tidak semua atribut ini digunakan, tetapi harus diketahui yang

(43)

2.2.4. Brand Trust (Kepercayaan Merek) 2.2.4.1.Pengertian Brand Trust

Pemahaman yang lengkap tentang loyalitas merek tidak dapat

diperoleh tanpa penjelasan mengenai kepercayaan atas merek (brand trust)

dan bagaimana hubungannya dengan loyalitas merek. Dalam pemasaran

industri, para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales

dan supplier merupakan sumber dari loyalitas. Menurut Lau dan Lee

(1999:44), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan atas

merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup

dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun ketiga faktor

tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek, dan

konsumen.

Lau dan Lee (1999:44) memproposisikan bahwa kepercayaan atas

merek akan menimbulkan loyalitas merek. Hubungan ketiga faktor

tersebut dengan kepercayaan merek dapat digambarkan sebagai berikut.

Brand characteristic mempunyai peran yang sangat penting dalam

menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu

merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum

membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek

meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten. Company

characteristic yang ada di balik suatu merek juga dapat mempengaruhi

tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan

(44)

merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap merek suatu

produk.

Karakteristik ini meliputi pengetahuan konsumen tentang

perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu

perusahaan. Consumer-brand characteristic merupakan merupakan dua

kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik

konsumen akan merek dapat mempengaruhi kepercayaan atas merek.

Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen

dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman

terhadap merek. Konsep diri merupakan totalitas pemikiran dan perasaan

individu dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga sering kali dalam

konteks pemasaran dianalogkan merek sama dengan orang.

Kepribadian merek adalah asosiasi yang terkait dengan merek yang

diingat oleh konsumen dan konsumen dapat menerimanya. Konsumen

seringkali berinteraksi dengan merek seolah-olah merek tersebut adalah

manusia. Dengan demikian, kesamaan antara konsep diri konsumen

dengan kepribadian merek sangat berkaitan dengan kepercayaan

konsumen terhadap merek tersebut.

Loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran

perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih

murah dibandingkan dengan mendapatkan pelanggan baru. Loyalitas

merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan. dan menarik minat

(45)

bermerek minimal dapat mengurangi risiko. Keuntungan lain yang didapat

dari loyalitas merek adalah perusahaan dapat lebih.cepat untuk merespon

gerakan pesaing

Kesukaan terhadap merek menunjukkan kesukaan yang dimiliki

oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain karena kesamaan visi dan

daya tarik. Untuk mengawali hubungan suatu kelompok harus disukai atau

mendapat simpati dari kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk

membuka hubungan dengan suatu merek, maka konsumen harus menyukai

dahulu merek tersebut.

Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain

akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika

seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa

harapan akan terpenuhi dan tak akan ada lagi kekecewaan (Sanner, 1997

dalam Ryan, 2002). Berikut adalah dimensi dan indikator dari brand trust.

Delgado (2004)

a. Brand reliability merupakan kehandalan merek yang bersumber pada

keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai

yang dijanjikan .

1) Nilai yang dijanjikan

2) Keyakinan terhadap produk

b. Brand intentions merupakan keyakinan konsumen bahwa merek

tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika

(46)

1) Mengutamakan kepentingan bersama

2) Manfaat yang diberikan

Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada

keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang

dijanjikan atau dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu

memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Brand reliability

merupakan hal yang esensial bagi terciptanya kepercayaan terhadap merek

karena kemampuan merek memenuhi nilai yang dijanjikannya akan

membuat konsumen menaruh rasa yakin akan mendapatkan apa yang

dibutuhkan dalam hal ini kebutuhan untuk keluar dari perasaan

terancamnya.

Sedangkan brand intention didasarkan pada keyakinan konsumen

bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen

ketika masalah dalam konsumsi produk muncul secara tidak terduga.

Kedua komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian konsumen

yang subyektif atau didasarkan pada persepsi masing-masing konsumen

terhadap manfaat yang dapat diberikan produk atau merek.

2.2.5. Brand Loyalty (Loyalitas Merek) 2.2.5.1.Pengertian Brand Loyalty

Pelanggan yang loyal didefinisikan oleh Newman dan Werbel

(1973) dalam Wiharto (2003) sebagai mereka yang membeli kembali

(47)

mencari informasi merek lain. Namun seiring dengan berkembangnya

penelitian yang banyak dilakukan, maka definisi tersebut terasa kurang

memadai kemudian timbullah definisi lain tntang loyalitas merek seperti

telah diungkapkan pada pendahuluan, diataranya adalah definisi dari

Jacoby dan Kryner dalam Dharmmesta (1999) menyatakan loyalitas merek

adalah respon perilaku yang bersifat bias, terungkap secara terusmenerus

oleh unit pengambilan keputusan dengan memperhatikan satu atau

beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan

fungsi proses psikologis.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmmesta

(1999) menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti kondisi dimana

konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai

komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya

dimasa mendatang. Definisi ini didasarkan pada pendekatan keperilakuan

dan pendekatan sikap. Pendekatan keperilakuan mengungkapkan bahwa

loyalitas berbeda dengan perilaku beli ulang, loyalitas merek menyertakan

aspek emosi, perasaan atau kesukaan terhadap merek tertentu di dalamnya

sedang pembelian ulang hanya perilaku konsumen yang membeli

berulang-ulang. Dengan demikian pendekatan sikap termasuk di

dalamnya.

Sedangkan menurut Ford (2005:132), loyalitas merek dapat dilihat

dari seberapa sering orang membeli merek itu dibandingkan dengan merek

(48)

merek dicerminkan dengan frekuensi pembelian produk suatu merek yang

lebih banyak dibandingkan dengan produk yang sama dengan merek lain.

Kategori loyalitas merek diungkapkan oleh Jacoby dan Chesnut

(1978) dalam Dharmmesta (1999) sebagai berikut:

1. Loyalitas merek utama yang sesungguhnya, loyalitas pada merek

tertentu yang menjadi minatnya.

2. Loyalitas merek ganda yang sesungguhnya, termasuk merek utama.

3. Pembelian ulang merek utama dari non loyal.

4. Pembelian secara kebetulan merek utama oleh pembeli-pembeli loyal

dan non loyal merek lain.

Kosumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola

pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian.

Loyalitas merek harus dikembangkan mencakup semua aspek psikologis

secara total agar tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif

dan tindakan (Dharmmesta, 1999). Harga bukan satu-satunya biaya yang

dihadapi oleh pelanggan. Biaya lain yang termasuk dalam biaya pelanggan

adalah waktu belanja, biaya mencoba dan biaya emosi. Namun demikian

harga adalah biaya yang paling mudah dilihat, sehingga merupakan unsur

penting bagi pelanggan dalam mengambil keputusan.

Konsumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola

pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian.

(49)

secara total agar tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif

dan tindakan (Dharmmesta, 1999).

Adapun indikator dari loyalitas merek menurut Purwani dan

Dharmesta,(2002:289) adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian ulang berulang sepanjang waktu

2. Menginformasikan pada orang lain sepanjang waktu

3. Tidak terpengaruh oleh promosi merek lain

2.2.6. Pengaruh Customer Satisfaction Terhadap Brand Trust

Sumarwan (2003) menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan

konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan

konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh

konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Ketika konsumen membeli

produk, maka mereka akan memiliki harapan tentang bagaimana produk

tersebut berfungsi (product performance) sehingga mereka akan percaya

(trust) akan produk yang hendak di belinya.

Jeff Hess dan Jhon Story (2005), menyatakan bahwa kepuasan

berpengaruh terhadap kepercayaan hubungan fungsional merek dan

hubungan personal terhadap commitment (outcome). Karena kepercayaan

menjadi ada dan eksis manakala satu pihak memiliki keyakinan atas

keandalannya, kemampuan dan integritasnya. Ganesan (1994) dan Jyh

(50)

satisfaction and trust” maksudnya ialah terdapat pengaruh yang positif

kepuasan pelanggan terhadap kepercayaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa customer

satisfaction tercapai maka brand trust dalam diri pelanggan akan terbentuk

sehingga customer satisfaction berpengaruh positif terhadap brand trust.

2.2.7. Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty

Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain

akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika

seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa

harapan akan terpenuhi dan tak akan ada lagi kekecewaan (Sanner, 1997

dalam Ryan, 2002).

Hubungan antara konsumen dengan merek dapat dikatakan sebagai

ikatan. Konsumen menawarkan kepercayaan dan kesetiaan apabila suatu

merek dapat menawarkan kebutuhan yang diperlukan, melalui konsistensi

penampilan produk serta program harga, promosi dan distribusi yang tepat.

Selama konsumen mendapatkan kepuasan dari produk yang dikonsumsi,

konsumen akan melanjutkan untuk mengkonsumsi produk tersebut (Keller,

2003).

Para peneliti pemasaran menyatakan bahwa trust merupakan faktor

fundamental yang dapat mengembangkan loyalitas konsumen. Adanya

kepuasan pada konsumen akan menimbulkan kepercayaan, karena adanya

(51)

merek yang dipilih dapat melindungi, menjaga keselamatan, keamanan,

dan kepentingan konsumen. Dengan demikian, keyakinan mengenai

keandalan dan kenyamanan merupakan hal yang penting dari trust

(kepercayaan) (Riana, 2008)

Worcel (1979) dalam Badawi (2007:121) mendefinisikan bahwa

kepercayaan sebagai kesediaan (willingness) individu untuk

menguntungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko tertentu. Karena

kesediaan ini muncul karena ada pemahaman individu tentang pihak lain

yang didasarkan atas pengalaman masa lalu.

Menurut Brown (1952) dalam Badawi (2007:121) mengatakan

bahwa loyalitas merek dapat dikonsepsikan sebagai hasil yang dirasakan

pada perilaku pembelian pada merek atau perilaku pembelian ulang pada

suatu merek. Banks (1968) dalam Badawi (2007:121) mengatakan bahwa

konsepsi loyalitas merek sama halnya dengan perilaku pembelian ulang

untuk membeli merek produk dan mencegah untuk membeli pada merek

lain. Ernawati (2002) dalam Badawi (2007:129) hasil penelitiannya

menunjukkan brand trust berpengaruh terhadap loyalitas merek.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan brand

trust yang terbentuk dalam diri pelanggan terhadap suatu produk atau

merek maka pelanggan akan loyal terhadap produk atau merek tersebut.

(52)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Brand Trust (Y) Customer

Satisfaction (X)

Brand Loyalty

(Z) Brand

Reliability (Y1)

Brand Intention

(Y2)

Attribute related to service

(X2) Attributes related

(53)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pada latar belakang dan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Diduga customer satisfaction berpengaruh positif terhadap brand trust

pada produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya.

2. Diduga brand trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty pada

(54)

41

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan

tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk

penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Customer Satisfaction (X)

Adalah suatu tingkatan dimana produk dirasakan sesuai dengan

harapan pembeli. Adapun dimensi dan indikatornya menurut Dutka

(1994:41) dalam Herizon dan Maylina (2003) adalah sebagai berikut :

1) Attributes related to product (X1)

Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk

tersebut, indikatornya antara lain :

1) Hubungan nilai dengan harga

2) Produk desain

3) Ketersediaan produk

b. Attributes related to service (X2)

Merupakan atribut – atribut yang berkaitan terhadap layanan,

indikatornya antara lain :

1) Kecepatan dan ketepatan dalam melayani kebutuhan

(55)

2) Jaminan terhadap produk

3) Kesediaan perusahaan dalam menerima keluhan dan saran

dari pelanggan

2. Brand Trust (Y)

Adalah harapan akan kehandalan dan intensi terhadap suatu produk

atau merek. Adapun dimensi dan indikatornya menurut Delgado

(2004) adalah sebagai berikut :

a. Brand reliability (Y1)

Merupakan kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan

konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang

dijanjikan. Indikatornya antara lain :

1) Nilai yang dijanjikan

2) Keyakinan terhadap produk

b. Brand intentions (Y2)

Merupakan keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu

mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam

konsumsi produk muncul secara tidak terduga. Indikatornya

antara lain :

1) Mengutamakan kepentingan bersama

2) Manfaat yang diberikan

3. Brand Loyalty (Z)

Merupakan keadaan dimana konsumen memiliki sikap yang positif

(56)

jasa dan berniat untuk melakukan pembelian ulang di masa datang.

Adapun indikatornya menurut Purwani dan Dharmesta (2002:289)

adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pembelian ulang.

2) Merekomendasikan kepada teman, memberikan rekomendasi

tentang produk yang telah digunakan kepada orang lain.

3) Tidak terpengaruh oleh promosi merek lain.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval (Umar, 2000:134), sedangkan teknik pengukurannya

menggunakan skala semantic differential yaitu metode pengukuran sikap

dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang berada dalam

rentang dua sisi. Skala tersebut disusun dalam suatu garis kontinu dengan

jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat

negatifnya terletak di sebelah kiri, atau sebaliknya.

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi

skor dimana nilai 1 menunjukan sangat tidak setuju, nilai 2 tidak setuju,

nilai 3 agak tidak setuju, 4 netral, 5 agak setuju, 6 setuju dan nilai 7 sangat

setuju.

(57)

3.2. Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian Flag di Giant

Margorejo Surabaya.

b. Sampel

Adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 1999:73). Untuk penarikan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik Non Probability sampling yaitu

dengan Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria

yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Dengan kriteria antara lain :

a) Umur pelanggan minimal 18 tahun. Alasannya, sudah cukup

dewasa (usia produktif), mengerti dan memahami akan

pertanyaan peneliti.

b) Merupakan pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian

Flag di Giant Margorejo Surabaya dan yang mengkonsumsinya

lebih dari 1x dalam 2 bulan terakhir.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah

berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand

(58)

1) Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100

-200 sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

2) Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya

adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3) Karena terdapat 13 indikator maka jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah (13X8=104) maka sampel yang digunakan

adalah 104 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan

menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang membeli produk susu cair

Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung dari pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian Flag di

Giant Margorejo Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan

(59)

1. Wawancara :

Yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan pelanggan yang

membeli produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo Surabaya

untuk memperoleh informasi.

2. Kuesioner :

Merupakan teknik pengambilan data dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian

Flag di Giant Margorejo Surabaya.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian

ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik

statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang

relatif rumit. Model pengukuran brand trust, customer satisfaction

terhadap loyalitas merek produk kecap ABC di Sidoarjo menggunakan

confirmatory factor analyses. Penaksiran pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefidien jalur

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh

faktor variabel loyalitas merek dilakukan sebagai berikut : Persamaan

Dimensi variabel loyalitas merek.

Z1 = λ1 Brand Loyalty + er_1

Gambar

Tabel 1.1 : Top Brand Index Produk Susu Cair
Gambar 2.1. : Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 :  Contoh Model Pengukuran Brand Loyalty
+7

Referensi

Dokumen terkait