• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN THREAT EMOTION KONSUMEN DAN BRAND TRUST PADA MINAT BELI PRODUK SUSU ENTRASOL (Studi di Swalayan Sarikat Jaya Gresik).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN THREAT EMOTION KONSUMEN DAN BRAND TRUST PADA MINAT BELI PRODUK SUSU ENTRASOL (Studi di Swalayan Sarikat Jaya Gresik)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Anugr ah Tri Laksmana 0912010093 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

(Studi di Swalayan Sarikat Jaya Gresik)

Disusun Oleh :

Anugrah Tri Laksmana 0912010093

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 03 Mei 2013

Pembimbing : Tim Penguji

Pembimbing Utama : Ketua :

Dra.Ec. Nuruni Ika KW,MM Dra.Ec. Suhartuti, MM

Sekertaris:

Dr. Muhadjir Anwar, MM Anggota:

Dra.Ec. Nuruni Ika KW,MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

(3)

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Per an Thr eat Emotion Konsumen Dan Br and Tr ust Pada Minat Beli

Pr oduk Susu Entr asol (Studi di Swalayan Sarikat Jaya Gresik).”

Skripsi ini disusun guna memenuhi kelengkapan syarat dalam menyelesaikan

pendidikan S1 Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Sehubungan dengan hal tersebut dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, saran, serta

petunjuk hingga terselesaikannya skripsi ini. Kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE,MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM,MS. Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonom Universitas Pembangunan Nasional

(4)

5. Kepada seluruh dosen dan staff Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang banyak memberikan

ilmu serta bimbingannya kepada penulis selama selama duduk dibangku

kuliah.

6. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan kasih sayangnya,

panjatan doa yang tak pernah putus buat ku, nasehat serta dukungan moril

ataupun material.

7. Kakak ku tercinta mas Anjar, mbak Dian, mbak Anggun dan mas Didik

yang selalu memberikan dukungan,pengalaman dan mendoakan ku guna

terselesaikannya skripsi ini.

8. Thanks to special girl Inda Sabirina yang selalu mendampingi ku,

memberi support, mengajarkan kedewasaan, doa-doanya buat ku serta

saling tukar pikiran guna terselesaikannya skripsi ini.

9. Buat sahabat seperjuangan SBFC yang menjadi sebuah saudara kecil di

UPN, trima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10.Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

(5)

segala kerendahan hati dan merupakan kehormatan bila ada kritik dan sumbangan

saran yang membangun guna memperbaiki ini dari skripsi ini.

Akhir kata dengan kata Alhamdulillah dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis, perusahaan selaku objek penelitian dan berbagai pihak

lainnya. Amin.

Surabaya, April 2013

Penulis

(6)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 10

2.2.2 Pengertian Konsep Pemasaran ... 11

2.3 Perilaku Konsumen... 12

2.3.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 12

2.4 Merek ... 13

2.4.1 Pengertian Merek... 13

2.5 Threat Emotion ... 14

(7)

2.7.1 Pengaruh Minat Beli ... 17

2.8 Pengaruh Threat Emotion Terhadap Minat Beli ... 18

2.8.1 Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli ... 19

2.9 Kerangka Konseptual... 20

2.9.1 Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasiaonal dan Pengukuran Variabel ... 22

3.1.1 Pengukuran Variabel ... 24

3.2 Teknik Pengambilan Sampel... 25

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.3.1. Jenis Data ... 26

3.3.2. Sumber Data ... 26

3.3.3. Pengumpulan Data ... 26

3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 27

3.4.1. Teknik Analisis... 27

3.4.1.1. Confirmation factor Analysis ... 27

3.4.1.2. Asumsi Model (Partial Least Square ... 31

3.4.1.4. Evaluasi Model... 34

(8)

4.2.2. Karakteristik Responden ... 39

4.2.3. Frekuensi Jawaban Responden ... 41

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 45

4.3.1. Uji Outlier ... 45

4.3.2. Convergent Validity ... 46

4.3.3. Outer Weight ... 49

4.3.4. Uji Validitas atau Discriminant Validity ... 50

4.3.5. Composite Reability ... 51

4.3.6. PLS (Partial Last Square) ... 52

4.3.7. Inner Model (Pengujian Model Struktural) ... 53

4.3.8. Pengujian Hipotesis ... 54

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

4.4.1. Pengruh Threat Emotion Terhadap Minat Beli ... 55

4.4.2. Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saram ... 58

DAFTAR PUSTAKA

(9)

3.1. Kriteria Penilaian PLS ... 36

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41

4.3. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Threat Emotion (X1).. 42

4.4. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Brand Trust (X2)... 43

4.5. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Minat Beli (Y)... 44

4.3.2. Residuals Statistic (a) ... 45

4.3.3. Hasil Uji Outher Weight ... 50

4.3.4. Average Variance Ekstrated ... 51

4.3.5. Nilai Composite Realibility ... 51

4.3.7. R-square ... 53

(10)

4.3.2.1. Convergent Validity untuk Konstruk Threat Emotion ... 47

4.3.2.2. Convergent Validity untuk konstruk Brand Trust ... 48

4.3.2.3. Convergent Validity untuk konstruk Minat Beli ... 49

(11)
(12)

Anugr ah Tri Laksmana

ABSTRAK

Susu Entrasol adalah suatu produk yang bermain di bisnis susu berkalsium tinggi. Entrasol memiliki 2 (dua) jenis produk untuk tingkatan usia yang berbeda, yang pertama Entrasol Activit untuk usia 19-50 tahun yang memiliki rasa mochacinno dan vanilla latte. Yang kedua Entrasol Gold untuk usia 50 tahun keatas yang memiliki rasa coklat, vanilla, dan plain. Entrasol adalah produk susu yang di produksi oleh PT. Kalbe Farma. Penelitian ini dilakukan di Swalayan Sarikat Jaya Gresik. Berdasarkan data TBI menunjukkan bahwa Susu Entrasol berada pada urutan paling akhir. Maka permasalahan dai fenomena tersebut adalah apa yang menyebabkan Susu Etrasol berjarak sangat jauh dengan kompetitornya..

Penelitian ini menggunakan Variabel threat emotion (X1), dengan 4 indikator, Perasaan takut (X1.1), Gelisah (X1.2), Apresiasi (X1.3) dan Amarah (X1.4), lalu menggunakan Variabel brand trust (X2), dengan 4 indikator, nilai yang di janjikan (X2.1), keyainan terhadap produk (X2.2), mengutamakan kepentingan bersama (X2.3) dan manfaat yang diberikan (X2.4). dan juga Variabel minat beli (Y), dengan 3 indikator, intensitas pencarin informasi (Y1), keinginan segera membeli (Y2), keinginan preferensial (Y3). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari menyebarkan kuesioner pada konsumen yang akan membeli dan mengkonsumsi produk Susu Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik. Data skunder diperoleh dari data penjualan Susu Entrasol dari Swalayan Sarikat Jaya Gresik dan dri data TBI. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS (Partial Least

Square).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang tlah dilakukan telah didapatkan bahwa: 1) Threat Emotion berpengaruh positif terhadap Minat Beli. 2) Brand

Trust berpengaruh positif terhadap Minat Beli

(13)

1.1 Lata r Belakang

Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan.

Dimulai dari kebutuhan mendasar seperti sandang, pangan dan papan, kebutuhan

akan perlindungan atau rasa aman hingga kebutuhan akan aktualisasi diri. Sejalan

dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya serta

ekonomi, maka keinginan setiap manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

juga semakin meningkat. Berbagai kebutuhan tersebut dipenuhi dengan adanya

produk atau jasa, yaitu sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk

memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.

Kini mengkonsumsi susu menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan bukan lagi

menjadi konsumsi tmabahan, karena masyarakat kini menyadari bahwa susu sapi

merupakan bahan pangan hewani yang bisa dikatakan memiliki kandungan gizi yang

hampir sempurna kelengkapannya. Kandungan gizinya sangat bermanfaat bagi tubuh

kita, karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas,

serta vitamin A, C, D dalam jumlah yang memadai untuk kebutuhan tubuh. Mineral

utama yang terkandung di dalam susu sapi adalah fosfor dan kalsium susu. Kedua

(14)

Kalsium pada susu sapi dapat mensuplai 70% dari kebutuhan tubuh. Sekitar

99 % kalsium yang beredar didalm trkonsentrasi pada tulang, dengan fungsi utama

untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tulang. Kurangnya konsumsi kalsium

pada tubuh bisa menjurus pada terjadinya osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit

tulang yang mempunyai sifat yang khas yaitu berupa masa tulang yang rendah,

disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan jaringan tulang yang akhirnya dapat

mengakibatkan kerapuhan tulang.

Sekitar 80% penderita osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda

yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Namun karena gejala osteoporosis

baru muncul setelah 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara

dini. Meskipun penyakit osteoporosis lebih bnyak menyerang wanita, pria juga

memiliki resiko terkena penyakit ini, karena laki-laki tidak mengalami menopause

sehingga penyakit tersebut umumnya dating lebih lambat disbanding pada wanita.

Motivasi atau kebutuhan merupakan tekanan yang secara alamiah akan

mendorong konsumen mencari jalan keluar untuk meringankan tekanan tersebut.

Lazarus et.al. (1994,dalam Ferinadewi, 2008). Proses dimulai dengan penilaian kognitif

konsumen apakah tekanan tersebut sebagai hal yang positif atau negatif. Ketika

konsumen menilai tekanan tersebut sebagai hal yang positif atau sesuai dengan

tujuannya, maka yang muncul adalah challenge emotions yang dicirikan dengan

perasaan bersemangat, penuh harapan, dan percaya diri. Semntara ketika konsumen

(15)

perasaan terancam. Perasaan terancam seperti ini menumbuhkan perasaan gelisah,

takut, apprehension.(Lazarus et.al,1994 dalam ika,2011).

Entrasol adalah suatu produk yang bermain di bisnis susu berkalsium tinggi.

Entrasol memiliki 2 (dua) jenis produk untuk tingkatan usia yang berbeda, yang

pertama Entrasol Activit untuk usia 19-50 tahun yang memiliki rasa mochacinno dan

vanilla latte. Yang kedua Entrasol Gold untuk usia 50 tahun keatas yang memiliki

rasa coklat, vanilla, dan plain. Entrasol adalah produk susu yang di produksi oleh PT.

Kalbe Farma.

Brand Entrasol sebenarnya sudah cukup lama berada di pasar Indonesia. Bila

kita perhatikan produk ini telah mengalami beberapa kali repositioning. Pada awal

kemunculannya, produk ini lebih dikenal sebagai minuman susu dengan kandungan

gizi yang yang sangat tinggi, sehingga cocok untuk pasien-pasien yang baru saja

dioperasi. Pada 3 tahun belakangan ini, Entrasol mencoba untuk mereposisi

produknya sebagai susu tinggi kalsium dengan berbagai benefit tambahan. Tentunya

sulit bagi Entrasol untuk dapat mengalahkan Anlene di kategori ini, yang dikutip dari

situs resminya, beverages-solution.blogspot.com. Jumat (27/12/12). Adapun datanya

(16)

Tabel 1. Data Penjualan Susu Entr asol

Entr asol 2008 2009 2010 2011 2012

Actifit 338 484 496 433 560

Gold 1683 2088 2023 1985 2264

Sumber : Swalayan Sarikat Jaya

Tabel 1.1 Data Bra nd Index Pr oduk Susu Ber kalsium tahun 2009-2012

Pr oduk 2009 2010 2011 2012

TBI (%) TBI (%) TBI (%) TBI (%)

Anlene 67,7 69.6 75.9 70.2

Hi Lo 16.6 17.3 15.8 19.2

Calcimex 4.4 3.9 1.8 1.6

Produgen 3.3 3.6 2.4 2.9

Calciskim Indomilk 3.2 2 1.7 1.4

Entrasol 1.2 1.1 1 0.7

Sumber : TBI

TBI adalah pengukuran rating atau peringkat berdasarkan minat beli

konsumen jadi semakin tinggi minat beli konsumen maka produk tersebut berada

pada urutan tertinggi dapat dilihat pada susu Anlene dia berada pada urutan pertama

dengan prosentase pada tahun 2012 sebesar 70,2%. Sedangkan susu Entrasol pada

tahun 2012 sebesar 0,7%. Berfariasinya nilai total brand index tersebut memberikan

contoh beraneka ragam kelebihan yang dipromosikan oleh berbagai merek susu

(17)

Dari data diatas menunjukkan bahwa Entrasol berada di peringkat paling

bawah dan terkadang tidak menjadi nominasi di TBI hal ini di sebabkan karena

komposisi Entrasol yang masih dibilang kurang untuk susu berkalsium tinggi

terutama kalsiumnya yang hanya menyajikan 500mg/saji padahal untuk usia 50

keatas kebutuhan kalsium perharinya adalah 1200mg (depkes 2002). Selain itu

Entrasol juga tidak memiliki kandungan glukosamin yang sangat dibutuhkan untuk

menghilangkan rasa nyeri pada sendi-sendi tulang, sehingga konsumen memiliki

keraguan untuk mengkonsumsi Entrasol.

Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan

bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang telah

mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi dan tidak

akan ada lagi kekecewaan (Sanner,1997 dalam Ferinadewi 2008). Delgado (2004)

menyatakan bahwa kepercayaan merk adalah harapan akan kehandalan dan intensi

baik merk, karena itu kepercayaan merek merefleksikan 2 hal yaitu brand realibility

dan brand intentions.

Untuk itulah pada kuartal I tahun 2012 Entrasol mengeluarkan strategi yaitu

memposisikan dirinya sebagai minuman susu tinggi antioksidan. Karena untuk

menunjang tulang kuat saja tidak cukup, agar tetap sehat dan aktif dalam menjalani

banyak aktivitas setiap hari. Kita juga membutuhkan jantung sehat, antioksidan untuk

menangkal radikal bebas, & daya tahan tubuh yang tinggi. Di bulan mei 2012, iklan

(18)

clear, bahwa antioksidan yang dimiliki Entrasol mampu menangkap radikal bebas

yang konon sebagai penyebab terjadinya penimbunan lemak jahat dipembuluh darah

yang dapat menyebabkan serangan jantung kororner. Selain mengandung antioksidan,

Entrasol juga dilengkapai dengan omega 3 dan 6 serta kalsium yang membentuk

profit formula, dikutip dari situs resminya, beverages-solution.blogspot.com. Jumat

(27/12/12).

Dikutip dari http//id.kalbe.co.id . Entrasol dengan 7 fakta gizi Entrasol yang

tidak hanya tinggi kalsium untuk tulang yang kuat tapi juga baik untuk jantung, bebas

kolesterol, & mampu menangkal radikal bebas.

1. Hi Calcium, dengan dosis optimum untuk penyerapan kalsium (500 mg/saji)

untuk membantu mengurangi risiko osteoporosis.

2. Omega 3 & 6, dengan komposisi seimbang merupakan asam lemak tak jenuh

yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL),

meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), serta menurunkan tekanan darah

sehingga baik untuk kesehatan jantung. Selain itu, Omega 3 juga baik untuk

menjaga kesehatan tulang & sendi.

3. Antioxidant (Vit C, Vit E, & Selenium) untuk menangkal radikal bebas

penyebab kerusakan sel sehingga membantu menurunkan risiko penyakit

degeneratif dan meningkatkan daya tahan tubuh.

4. No Added Sugar, sehingga baik untuk orang yang sedang diet & diabetesi.

(19)

6. Cholesterol Free, sehingga baik untuk jantung.

7. Vitamins & Minerals, yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh,

dengan komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

Dorongan emosi semacam ini sebenarnya telah sering digunakan dalam upaya

penjualan dengan menggunakan kepercayaan konsumen semaksimal mungkin.

Produk-produk yang mengusung pesan kesehatan seringkali harus disampaikan

dengan cara yang menakutkan konsumen. Konsumen secara tidak sadar akan

disajikan fakta-fakta tentang gangguan kesehatan yang akan mengancam mereka.

Dan kepercayaan terbangun karena harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam riset costabile Ika,(2011) Ketika

seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan

terpenuhi dan tak akan lagi ada kekecewaan ( Sanner, 1997).

Oleh karena itu dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Peran Thr ea t Emotion Konsumen dan Br and Tr ust pada Minat

Beli Pr oduk Susu Entr a sol (Studi Kasus di Swalayan Sarikat Jaya Gresik)”.

1.2 Rumusa n Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Threat Emotion berpengaruh terhadap minat beli produk susu

(20)

2. Bagaimana Brand Trust berpengaruh terhadap minat beli produk susu

Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh threat emotion terhadap minat beli produk susu

Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik .

2. Untuk mengetahui pengaruh brand trust terhadap minat beli produk susu

Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik .

1.4 Manfa at Penelitian

1. Bagi pihak yang membutuhkan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkan

informasi tentang masalah yang sejenis, sehingga dapat membantu mengatasi

masalah yang ada.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hasil Penelitian Ter da hulu

Penelitian terdahulu yang yang berhubungan dengan penelitian ini telah

dilakukan oleh, Nuruni Ika ,(2011) dengan judul “ Pengaruh Threat Emotion

Konsumen Dan Brund Trust Terhadap Minat Beli Produk Notebook IBM di Hi-tech

Mall Surabaya”. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1)

Apakah threat emotion berpengaruh terhadap minat beli produk notebook IBM di

Hi-Tech Mall Surabaya. 2) Apakah brand trust berpengaruh terhadap minat beli produk

notebook IBM di Hi-Tech Mall Surabaya. Teknik amalisis yang digunakan adalah

Structural Equation Modelling.

Penelitian ini membuktikan bahwa brand trust berpengaruh positif terhadap

factor purchase intention, dapat diterima. Kepercayaan akan suatu produk sangat

diperlukan agar konsumen yakin dengan apa yang dibelinya. Sementara threat

emotion berpengaruh positif terhadap factor purchase intention, tidak dapat diterima.

Perasaan emosional yang ragu-ragu atau negatif terhdap produk IT khususnya

notebook IBM harus dibuktikan terhadap kinerja produknya, jika mutu produk

notebook IBM banyak kekurangan maka konsumen akan merasa khawatir untuk

(22)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh, Ferrinadewi,(2008) dengan judul

penelitian “Pengaruh Threat Emotion Konsumen Dan Brund Trust Pada Keputusan

Pembelian Produk Susu Anlene” Permasalahan yang diajukan adalah 1. Apakah

threat emotion berpengaruh terhadap keputusan pembelian. 2. Apakah brand trust

berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil membuktikan

bahwa memang terdapat pengaruh yang signifikan variabel threat emotion dan brand

trust baik secara parsial maupun secara simultan terhadap keputusan pembelian

produk susu Anlene. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa produk

kesehatan memiliki keunikan tersendiri. Konsumen lebih cenderung terdorong untuk

membeli produk kesehatan ketika konsumen merasakan adanya ancaman atas

penyakit tertentu. Besarnya efek threat emotions terhadap keputusan pembelian

konsumen pada susu Anlene bahkan lebih besar daripada efek brand trust.

2.2 Landasan Teor i

2.2.1. Penger tia n Pemasar an

Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses social dan

manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan

produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi tersebut bersandar pada konsep

kebutuhan, keinginan, dan permintaan, produk, nilai biaya, dan kepuasan, pertukaran

(23)

Menurut Mowen dan Minor (2002:8) pemasaran adalah kegiatan manusia

yang ditujukkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses

pertukaran, dimana didalam proses pertukaran perusahaan menerima sumber moneter

dan sumber daya lainnya dari konsumen, yang sebaliknya, menerima produk, jasa,

dan sumber-sumber nilai lainnya

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pemasaran

mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi keinginan dan

kebutuhan konsumen yang mampu member kepuasan, menentukan cara promosi,

menentukan harga yang sesuai, dan melakukan kegiatan penjualan.

2.2.2. Penger tia n Konsep Pemasar an

Menurut Kotler (1997:17) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci

untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih aktif dari pada para pesaing

dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan

dan keinginan pasar sasaran. Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan

memberikan keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau

berorientasi kepada konsumen.

Berbeda dengan Angipora (2002:41) yang menyatakan bahwa konsep

pemasaran adalah sebuah falsafah atau gagasan yang lebih baru utnuk mencapai

(24)

memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan

para pesaing. Ada 3 ketetapan pokok yang melandasi konsep pemasaran ini, yaitu ;

a. Para konsumen harus dikelompokkan dalam bagian-bagian pasar yang

berbeda tergantung kepada kebutuhan dan keinginan mereka.

b. Konsumen dibagian manapun akan memilih tawaran perusahaan yang

paling mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

c. Tugas organisasi adalah meneliti dan memilih pasar yang menjadi sasarn

dan mengembangkan tawaran dan program pemasaran yang efektif

sebagai kunci untuk menarik dan mempertahankannya.

2.3. Per ila ku Konsumen

2.3.1 Penger tian Per ilaku Konsumen

Dalam buku Simamora (2004:01). Terdapat beberapa definisi untuk

memeberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen. Engel.et.al.,(1995),

menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang langsung

terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa

termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Loudon dan bitta (1993). Menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi

proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara fisik pada saat

(25)

Sementara Kotler dan Amstorng (1997). Menyatakan bahwa prilaku

konsumen sebagai prilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah

tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal.

Dari beberapa pengertian perilaku konsumen diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan pengambilan

keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa yang dapat

dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian kegiatan pembelian hanyalah

merupakan salah satu proses untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar

memahami proses sangat penting. Karena proses tersebut merupakan sebuah

pendekatan penyelesaian masalah pada tindakan manusia untuk membeli suatu

produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

2.4 Mer ek

2.4.1. Penger tia n Merek

Menurut Angipora (2002:177), Merek adalah nama, istilah, simbol atau

desain, atau gabungan dari keempatnya yang mengidentifikasikan produk penjual dan

membedakannya dari produk pesaing. Merek bagian dari suatu tanda atau symbol

yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang berupa kata-kata,

(26)

Merek (brand) adalah satu nama, istilah, tanda, lambing, atau desain, atau

gantungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang

penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan dapat membedakan barang atau jasa

dari produk-produk milik pesaing (Kotler, 1997:63)

Sedangkan menurut Stanton (1985:269), Merek adalah nama, istilah symbol

atau sisain khusus, atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Merek membedakan

produk atau jasa sebuah perusahaan dari pesaingnya.

2.5 Thr eat Emotion

2.5.1. Penger tia n Thr eat Emotion

Alder (2001) menyebutkan bahwa pengelolaan emosi adalah suatu tindakan

yang menyebabkan seseorang mengatur emosi atau mengelolah keadaan.

Kemampuan ini meliputi kecakapan untuk tetap tenang, menghilangkan kegelisahan,

kesedihan atau sesuatu yang menjengkelkan. Orang dengan pengelolaan emosi yang

baik akan mampu mengenali perasaannya dan mengatur penyaluran perasaan

tersebut. dalam Ika (2011)

Rasa takut merupakan bentuk threat emotion yang merespon ancaman dan

Ketidak pastian (Smith & Lazarus, 1993). Rasa takut memicu pemikiran dan tindakan

yang bertujuan untuk keluar dari tekanan tersebut. Tindakan yang diambil umumnya

(27)

Lazarus et. al. (1994, dalam Duhachek & Iacobucci, 2005) menawarkan

proses-proses penilaian kognitif ketika konsumen dalam tekanan tertentu. Proses

dimulai dengan penilaian kognitif konsumen apakah tekanan tersebut sebagai hal

yang positif atau negatif. Ketika konsumen menilai tekanan tersebut sebagai hal yang

positif atau sesuai dengan tujuannya, maka yang muncul adalah challenge emotions

yang dicirikan dengan perasaan bersemangat, penuh harapan, dan percaya diri.

Sementara ketika konsumen menilai tekanan tersebut negative maka yang timbul

adalah threat emotions atau perasaan terancam.dalam Ika,(2011)

(Lazarus,1994 dalam Ika,2011) Memaparkan adapun indikatornya threat

emotions sebagai berikut :

- Amarah

- Rasa takut

- Gelisah

- Apresiasi

2.6 Br and Tr ust

2.6.1. Penger tia n Br and Tr ust

Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan

bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang telah

mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi dan tak

(28)

Dalam riset costabile Ferrinadewi,(2008) kepercayaan atau trust didefinisikan

sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada

pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Kepercayaan merek

merupakan variabel psikologis yang mencerminkan sejumlah akumulasi awal yang

melibatkan kredibilitas, integritas dan benevolence yang dilekatkan pada merek

tertentu. Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh

konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut,

manfaat. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana

seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur

yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Atribut interistik adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk sedangkan atribut ekstrinsik

adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama,

merek, kemasan produk. Manfaat adalah hasil positif yang diberikan atribut kepada

konsumen. (Mowen,2002)

Menurut Delgado (2004) dalam Ika (2011) kepercayaan merek adalah harapan

akan kehandalan dan intensi baik merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan

2 hal yakni brand reliability dan brand intentions yang merupakan dimensi dan

indikator dari brand trust :

a) Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan

(29)

dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan

memberikan kepuasan.

- Nilai yang dijanjikan.

- Keyakinan terhadap produk.

b)Brand intention didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut

mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi

produk muncul secara tidak terduga.

- Mengutamakan kepentingan bersama

- Manfaat yang diberikan

2.7 Minat Beli

2.7.1. Penger tia n Minat Beli

Minat beli adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan

sesuatu, minat membeli menunjukkan kecenderungan seseorang untuk lebih

menyukai produk dengan merk tertentu. Sedangkan menurut Kinnear & Taylor

(1995) adalah merupakan bagian dari komponen prilaku konsumen dalam sikap

mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan

memebeli benar-benar dilaksanakan.dalam Ika (2011)

Menurut schiffman dan kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai

kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan

tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu,

(30)

jika motivasi rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang

bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang

tersebut berminat untuk membeli produk atau merk yang ditawarkan pemasaran atau

tidak.

Priyati (2002) dalam Ika (2011) Memaparkan adapun indikator dari minat

beli adalah sebagai berikut :

- Intensitas pencarian informasi

- Keinginan segera membeli

- Keinginan preferensial

2.8 Pengar uh Thr eat Emotion Ter ha dap Minat Beli

Ketidak senangan atau ketidak sesuaian muncul ketika seseorang konsumen

memegang pemikiran yang bertentangan mengenai suatu kepercayaan atau suatu

sikap. Contohnya : ketika konsumen telah membuat suatu komitmen member uang

muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang mahal seperti

kendaraan bermotor. Mereka sering mulai merasa threat emotion ketika mereka

berpikir tentang keunikannya, kualitas positif dari merek yang tidak dipilih. Threat

Emotion yang timbul setelah terjadinnya pembelian disebut Postpurchase

Dissonance. Dimana pada postpurchase dissonance, konsumen memiliki perasaan

yang tidak nyaman mengenai kepercayaan mereka, perasaan yang cenderung untuk

memecahkannya dengan merubah sikap agar sesuai dengan perilaku mereka

(31)

Minat beli ini ditentukan juga tentang bagaimana konsumen menghadapi

suatu pilihan tertentu, sebab ketika mereka sudah memutuskan untuk membeli

mereka khawatir, adanya perasaan takut jika apa yang mereka beli tidak sesuai

dengan harapan yang mereka inginkan, threat emotion inilah yang menjadi

persoaalan yang membungungkan. Setiap tindakan konsumen selalu didahului oleh

adanya motivasi. Salah satu motivasi diantaranya adalah threat emotion. Threat

emotion yang muncul akibat adanya kemungkina minat beli. Menurut Lazarus, untuk

mengurangi tekanan emosi tersebut, konsumen akan melakukan sesuatu baik yang

sifatnya problem focused maupun emotional focused.

2.8.1. Pengar uh Br and Tr ust Ter hadap Mina t Beli

Keterlibatan konsumen merupakan dasar dalam membangun kepercayaan dan

minat dalam membeli suatu produk. Walter (2003) Merangkum pendapat para ahli

dan menyimpulkan bahwa terdapat 3 komponen keprcayaan yaitu benevolence,

kejujuran dan kompetensi. Konsumen belum dapat merasakan benevolence,

kejujuran, dan kompetensi produk. Kemampuan konsumen merasakan kejujuran dan

kompetensi serta benevolence merek karena durasi waktu konsumsi yang relative

masih terhitung pendek bila dibandingkan dengan jangka waktu efektif konsumen

dapat merasakan hasil dari produk tersebut. dalam Ika (2011)

Menurut Boon & Holmes (1999) seperti dikutip oleh Lau & Lee (1999)

dalam Ika (2011) menyatakan bahwa jika individu mempercayai pihak lain, maka

(32)

akan semakin besar. Dengan demikian ketika konsumen mempercayai suatu merek

tertentu kemungkinan akan membentuk positif minat beli yang semakin besar.

2.9 Kerangka Konseptual

Setiap tindakan konsumen selalu didahului oleh adanya motivasi. Salah satu

bentuk motivasi diantaranya adalah Threat Emotion. Threat Emotion yang muncul

akibat adanya kemungkinan gangguan kesehatan tulang. Menurut Lazarus, untuk

mengurangi tekanan emosi tersebut, konsumen akan melakukan sesuatu baik yang

sifatnya problem focused atau emotional focused.

Di sisi lain, dalam pembelian merek tertentu, dibutuhkan kepercayaan. Produk

kesehatan, dalam hal ini susu berkalsium tinngi akan menawarkan manfaat yang

dapat mengurangi tekanan emosi yang sedang dihadapi oleh konsumen. Minat untuk

membeli produk kesehatan semacam ini akan membuat konsumen secara alamiah

akan mempertanyakan kehandalan dan intensitas merek tersebut sebagai bagian dari

pertimbangannya untuk membeli.

Berdasarkan paparan teori dan temuan terdahulu, maka dapat dibangun

kerangka konseptual sebagai berikut :

Threat Emotion (X1)

Minat Beli (Y)

(33)

2.9.1 Hipotesis

Maka dapat dirumuskan hipotesis pertama :

H1 : Diduga terdapat pengaruh positif threat emotion terhadap minat beli produk susu

Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik.

H2 : Diduga terdapat pengaruh positif brand trust terhdapa minat beli produk susu

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang

pengoprasian atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan

satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut :

1. Thr eat Emotion (X1) menawarkan proses-proses penilaian kognitif ketika

konsumen dalam tekanan tertentu . (Lazarus,1994 dalam Ika 2011). Indikatornya

adalah sebagai berikut :

- Gelisah.

Gelisa ketika membeli Susu Entrasol karena kualitas yang kurang baik

- Perasaan takut.

Perasaan takut muncul ketika membeli Susu Entrasol karena salah pilih.

- Apresiasi.

Memberikan penilaian atau ungkapan pendapat mengenai Susu Entrasol.

- Amarah.

Meluapkan amarah ketika pembelian tidak sesuai dengan keinginan.

2. Br a nd Tr ust (X2) adalah harapan akan kehandalan dan intensitas baik merek.

(35)

a. Brand Realibility (X21) kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan

konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan.

Berikut indikatornya :

- Nilai yang dijanjikan.

Susu Entrasol sesuai dengan apa yang dijanjikan yaitu susu berkalsium

tinggi.

- Keyakinan terhadap Produk.

Yakin pada produk Susu Entrasol.

b. Brand Intention (X22) Keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu

mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk

muncul secara tidak terduga. Indikatornya adalah sebagai berikut :

- Mengutamakan kepentingan bersama.

Susu Entrasol sangat penting bagi konsumen.

- Manfaat yang deiberikan.

Khasiat yang diberikan Susu Entrasol bagi kesehatan tubuh.

3. Minat Beli (Y) . merupakan bagian dari komponen prilaku konsumen dalam sikap

mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan

memebeli benar-benar dilaksanakan schiffman dan kanuk (1994). Adapun

indikatornya adalah sebagai berikut: Priyati, (2002) dalam Ika, (2011)

- Intensitas pencarian informasi.

(36)

- Keinginan segera membeli.

Ingin segera membeli Susu Entrasol karena khasiat yang diberikan.

- Keinginan preferensial.

Lebih mengutamakan membeli Susu Entrasol dari pada produk susu lainnya.

3.1.1. Pengukur a n Var iabel

Skala pengukuran menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah pertanyaan

yang mengukur sikap dari keadaan yang sangat negatif kejenjang yang sangat positif.

Skala Likert digunakan untuk mendapatkan data tentang dimensi dari

variabel-variabel yang disesuaikan dengan penelitian, karena skala tersebut dipandang sebagai

penilaian yang mudah dipahami dan dilakukan oleh masyarakat khususnya

masyarakat Indonesia. Digunakan jenjang 5 dalam penelitian ini mengikuti pola

sebagai berikut :

3

1 5

Keterangan :

1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Netral (N) 5 = Sangat Setuju (SS)

(37)

3.2. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Kumpulan individu atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan ciri

tersebut, sehingga dalam penelitian ini populasinya adalah konsumen yang baru

pertama kali membeli produk susu Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik.

2. Sampel

Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability sampling

tepatnya teknik Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan

kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai

sumber data dapat dijadikan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah

konsumen yang baru pertama kali membeli susu Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya

Gresik

Pengambilan sampel ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ferdinand (2002:48).

Ukuran sampel berjumlah 100-200 untuk teknik maximum likehood estimation, atau

ukuran sampel minimal tergantung dari jumlah parameter yang diestimasi.

Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. Bila terdapat 20

parameter yang diestimasi maka besar sampel yang harus diperoleh 100-200

responden. Berdasarkan hal tersebut penelitian mempunyai 11 indikator dikali 10

(38)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

a. Data primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner pada konsumen yang baru pertama kali membeli produk susu Entrasol di

Swalayan Sarikat Jaya Gresik.

b. Data sekunder

Data pendukung yang diperoleh secara tidak langsung baik berupa keterangan

maupun literature yang ada hubungannya dengan penelitian yang sifatnya melengkapi

atau mendukung data primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data TBI

(Top Brand Index) minuman susu berkalsium tinggi. Dan data penjualan susu

Entrasol yang didapat langsung dari Swalayan Sarikat Jaya Gresik.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung pada konsumen yang baru pertama kali membeli produk susu Entrasol di

Swalayan Sarikat Jaya Gresik dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

(39)

a. Observasi

pengamatan langsung pada lokasi penelitian untuk mendapatkan bukti-bukti yang

berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan metode survey yang menggunakan daftar pertanyaan kepada pelanggan yang pada saat itu berada di Swalayan Sarikat Jaya Gresik. Pengambilan kuesioner dilakukan secara langsung ( kepada peneliti ).

c. Dokumentasi

mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip aturan yang disepakati.

3.4 Teknik Ana lisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Partial Least Square (PLS). PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold

sebagai metode umum untuk mengistemasi parth model yang menggunakan konstruk

laten dengan multiple indikator yang dianalisis menggunakan program PLS.

3.4.1.1 Confirmation factor Analysis

Model yang digunakan menganalisis data dalam penelitian ini adalah

Partial Least Square (PLS). Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam

penelitian ini, menggunakan Confirmation factor Analysis dengan program SPSS

(40)

bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah – langkah

dalam analisis PLS model pengukuran dengan contoh inisiatif individu dilakukan

sebagai berikut :

X1 = λ1 Threat emotion + er_1

X2 = λ2 Threat emotion +er_2

X3 = λ3 Threat emotion + er_3

X4 = λ4 Threat emotion + er_4

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk di

uji unidimensionalitasnya melalui Confirmation factor Analysis, maka model

pengukuran dengan contoh faktor minat beli akan nampak sebagai berikut:

Gambar 3.1 Contoh Model Pengukur an Threat Emotion.

Threat Emotion

(X1)

X1.3

X1.1

X1.2

X1.4

er_1

er_2

er_3

(41)

Keterangan :

X1.1 = pertanyaan tentang perasaan gelisah.

X1.2 = pernyataan tentang perasaan takut.

X1.3 = pernyataan tentang apresiasi.

X1.4 = pernyataan tentang amarah.

er_i = error term X1j

Demikian juga faktor lain seperti brand trust dan minat beli.

(42)

Keterangan :

X1 = Threat Emotion

X1.1 = Gelisah

X1.2 = Perasaan Takut

X1.3. = Apresiasi

X1.4 = Amarah

X2 = Brand Trust

X2.1 = Nilai yang dijanjikan.

X2.2 = Keyakinan terhadap produk.

X2.3 = Mengutamakan kepentingan bersama.

X2.4 = Manfaat yang diberikan.

Y. = Mina t Beli.

Y1. = Intensitas pencarian informasi.

(43)

3.4.1.2 Asumsi Model ( Pa r tia l Least Squa r e )

PLS merupakan factor identerminacy metode analisis yang powerfull

oleh karena tidak mengasumsikan data dengan pengukuran skala tertentu, jumlah

sampel kecil.

Dengan pendekatan PLS diasumsikan bahwa semua ukuran variance

adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Oleh karena pendekatan untuk

mengistemasi veriabel laten dianggap sebagai kombinasi linier dari indikator maka

menghindarkan masalah identerminabcy dan memberikan definisi yang pasti dari

komponen skor (Wold, 1982).

Oleh karena PLS menggunakan iterasi alogaritma yang terdiri dari seri

analisis ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi

masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu

untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil dengan

perkiraan kasar yaitu (1) sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator

(kausal) formatif (catatan skala untuk konstruk yang didesain dengan refleksif

indikator dapat diabaikan, atau (2) sepuluh kali dari jumlah terbesar struktural path

yang diarahkan pada konstruk tertentu dengan model struktural.

3.4.1.3 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set

(44)

(struktural model), (2) outer model yang menspesifikasikan hubungan antara variabel

laten dengan indikator atau variabel manifestnya (measurement model), dan (3)

weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa

kehilangan generalisasinya, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator

atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance (nilai standardized)

sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model.

1. Inner Model

Inner model yang kadang juga disebut dengan (inner relation, struktural

model dan subtantive theory ) menggambarkan hubungan antara veriabel laten

berdasarkan pada substantive theory. Model persamaannya dapat ditulis seperti

dibawah ini.

η = βo + βµ+ Γξ + ζ (1)

Dimana η menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, ξ

adalah vektor variabel laten exogen, dan ζ adalah vektor variabel residual

(unexpalined variance). Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka

hubungan antara variabel laten, setiap veriabel laten dependen η, atau sering diseb ut

causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut.

(45)

dimana βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan predi kator

endogen dengan variabel laten exogen ξ dan η sepanjang range indeks i dan b dan ζj

adalah inner residual variable.

2. Outer model

Outher model sering juga disebut (outler relation, atau measurement model)

mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel

latennya. Blok dengan indikator reflektif dapat ditulis dengan persamaannya sebagai

berikut.

X = xξ + Ɛ x

Y = y η + Ɛ y (3)

Dimana x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel laten

exogen dan endogen ξ dan η, sedangkan x dan y merupakan matrik loadi ng yang

menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten

dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan ɛ x dan ɛ y dapat

diinterpresentasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.

Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut.

ξ = Πξ x + δξ

(46)

dimana ξ, η, x dan y sama dengan yang digunakan pada persamaan (3) . Πx dan Πy

adalah koefisiensi regresi berganda dari variabel laten dan blok indikator dan δx dan

δy adalah residual dari regresi.

3. Weight Relation

Inner dan outler model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi

alogaritma PLS, kita memerlukan definisi weight relation. Nilai kasus untuk setiap

variabel laten diestimasi dalam PLS berikut.

ξb = Σkb wkb xkb

ηi = Σki Wki yki (5)

Dimana wkb dan Wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk

estimasi variabel laten ξb dan ηi. estimasi variabel laten adalah linier agregat dari

indikator yang dinilai weightnya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti

dispesifikasi oleh inner dan outer model dimana η adalah vektor variabel laten

endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel latel exogen (independen),

ζ merupakan vektor residual dan β serta Γ adalah matrik koefisien jalur

(path coefficient).

3.4.1.4 Evaluasi Model

Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk

(47)

tidak diperlukan (Chin, 1998). Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran

prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik. Model pengukuran atau outer model

dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity

dari indikatornya dan composite reliability untuk block indikator. Sedangkan outer

model dengan formatif indikator dievaluasi berdasarkan pada substantive contentnya

yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight dan melihat signifikansi dari

ukuran weight tersebut (Chin, 1998).

Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat presentase

variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R2 untuk kontruk laten dependen

dengan menggunakan ukuran stone-Geisser Q square test (Stone, 1974; Geisser,

1975) dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi

ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur

boostraping

3.4.1.5 Kr iter ia Penilaia n PLS

Berikut ini merupakan kriteria penilaian model Partial Least Square yang

(48)

Tabel 3.1 Kr iter ia Penilaian PLS variabel laten endogen dalam model struktural mengidentifikasikan bahwa model “baik”, “moderat” dan “lemah”

Estimasi koefisien jalur Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan. Nilai signifikansi ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping.

F2 untuk effect sice Nilai f2 sebesar 0.02, 0.15 dan 0.35 dapat diinterpresentasikan apakah predikator variabel laten mempunyai pengaruh yang lemah, madium ataukah besar pada tingkat struktural.

Relevansi prediksi(Q2 dan q2)

Prosedur blindfolding digunakan untuk menghitung memiliki predictive relevance (Q2 dibawah nol mengidentifikasikan model kurang memiliki predictive relevance. Dalam kaitannya denga f2. dampak relatif model struktural terhadap pengukuran variabel dependen laten dapat dinilai dengan

q2 = Q2included – Q2excluded

1 – Q2included

Eva lua si model Pengukur an Refleksif

Loading factor Nilai loading faktor harus diatas 0.70

Composite Reability Composite reability mengukur internal consistency dan nilainya harus diatas 0.60 Average Variance

Extracted

(49)

Validitas Diskriminan Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih besar dari pada nilai kolerasi antar variabel laten

Cross Loading Merupakan ukuran lain dari validasi

diskriminan. Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukut dibandingkan dengan indikator untuk laten variabel lainnya.

Eva lua si Model Pengukur an For matif

Signifikansi nilai weight Nilai estimasi untuk model pengukuran formatif harus signifikan. Tingkat signifikansi ini dinilai dengan prosedur bootstrapping

Multikolonieritas Variabel manifest dalam blok harus diuji apakah terdapat multikolonieritas. Nilai variance inflation faktor (VIF) dapat digunakan untuk menguji hal ini. Nilai VIF diatas 10 mengindikasikan terdapat multikolonieritas.

(50)

BAB IV

HASI L PENELITI AN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambara n Umum Per usahaan

Sarikat Jaya Swalayan dan Grosir berlokasi di Jl. RA. Kartini No. 66-68

Gresik, Sarikat Jaya ini didirikan oleh pasangan suami istri Winarko – Antini Yusnia

pada tahun 1970. Berawal dari took perancangan biasa yang kemudian berkembang

menjadi toko dan grosir. Berkat keuletan dan usaha yang serius serta pelayanan yang

baik dari pemilik pelanggan Sarikay Jaya semakin banyak dan bukan hanya dari

wilayah Gresik saja tetapi telah berkembang sampai keluar pulau. Karena usaha ini

semakin berkembang, maka timbul inisiatif umtuk membuka swalayan sekaligus

grosi, dan rencana ini semakin kuat karena tutupnya Sinar Supermarket Gresik yang

kebetulan menyewa lahan milik Sarikat Jaya. Maka pada tanggal 24 Agustus 1998,

Sarikat Jaya Swalayan berdiri hingga saat ini.

Tetapi usaha tersebut tidak hanya sampai disini, pembenahan terus

dilakukan disemua bidang diantaranya adalah program komputer mulai dijalankan

disemua bagian, system manajemen swalayan dan grosir yang semula terpisah

akhirnya dijadikan satu, perluasan area swalayan dan meningkatkan kenyamaan

(51)

grosiran pun ditambah. Dan perkembangan terakhir adalah mulai dibukanya cabang

di Jl. Pemuda Sedayu pada tanggal 30 Juni 2009 serta penambahan cabang lagi di

Jl.Cerme Lor pada tanggal 24 Oktober 2012. Dan tidak hanya pembangunan

cabang-cabang itu saja, Sarikat Jaya juga memperluas area bangunannya dengan cara

menggabungkan bangunan lama dengan bangunan yang baru dan penataan yang lebih

modern. Pencarian lahan baru untuk membuka beberapa cabang lagi pun masih terus

dilakukan, semua itu hanya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik agar

konsumen merasa puas dan lebih mempercayai Sarikat Jaya sebagai tempat

perbelanjaan mereka.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1. Penyebar an Kuesioner

Kuesioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan

teknik teknik non probability sampling tepatnya teknik Accidental sampling adalah

teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu

dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data yang dapat dijadikan

sebagai sampel, diolah dengan menggunakan Partial Least Square (PLS)

4.2.2. Kar akter istik Responden

Data mengenai keadaan responden diketahui melalui penyebaran kuesioner.

(52)

sebanyak 110. Dari jawaban-jawaban kuesioner tersebut dapat diketahui hal-hal

sebagai berikut seperti dibawah ini.

1. Deskripsi Karakt erist ik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden

diperoleh gambaran responden berdasar jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Ka rakter istik Responden Ber dasar kan J enis Kelamin.

J enis kelamin Responden Pr esentase (% )

Laki-laki 63 57,27

Perempuan 47 42,72

J umlah 110 100

Sumber : Data diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 63 orang atau sebesar 57,27% dan perempuan sebanyak 47 orang

atau sebesar 42,72%.

2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden

(53)

Tabel 4.2. Ka rakter istik Responden Ber dasar kan Usia.

Usia Responden Pr esentase (% )

17-25 th 3 2,72

26-35 th 24 21,81

> 35 th 83 75,45

J umla h 110 100

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa usia responden 17 sampai 25

tahun berjumlah 3 orang atau sebesar 2,72% sisanya adalah responden yang berusia

26 sampai 35 tahun berjumlah 24 orang atau sebesar 21,81% dan responden berusia

diatas 35 tahun berjumlah 83 orang atau sebesar 75,45%.

4.2.3. Fr ekuensi J awaba n Responden

1. Fr ekuensi Hasil J awa ban Responden Ter hada p Threat Emotion (X1).

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai threat emotion, dapat

(54)

Tabel 4.3 Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Ter hadap Threat Emotion (X1).

dikarenakan kualitas yang kurang baik”, dari 110 responden terdapat 22 orang menjawab

sangat tidak setuju, sebanyak 34 orang menjawab tidak setuju, sebanyak 22 orang menjawab

netral, sebanyak 22 orang menjawab setuju dan 10 orang menjawab sangat setuju. Untuk

pernyataan kedua yaitu “Rasa takut ketika membeli produk Susu Entrasol, dikarenakan salah

pilih”, dari 110 responden terdapat 26 orang menjawab sangat tidak setuju, 30 orang

menjawab tidak setuju, 22 orang menjawab netral, 21 orang menjawab setuju dan 11 orang

menjawab sangat setuju. Untuk pernyataan ketiga yaitu “Memberkan apresiasi terhadap Susu

Entrasol”, dari 110 responden terdapat 6 orang menjawab sangat tidak setuju, 9 orang

(55)

menjawab sangat setuju. Sedangkan untuk pernyataan keempat yaitu “Meluap-luapkan

amarah ketika salah membeli atau tidak sesuai dengan Susu yang anda beli”, dari 110

responden terdapat 11 orang menjawab sangat tidak setuju, 14 orang menjawab tidak setuju,

31 orang menjawab netral, 33 orang menjawab setuju, 21 orang menjawab sangat setuju.

2. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Ter hadap Brand Trust (X2).

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai brand trust, dapat dilihat

pada tabel 4.4, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4 Fr ekuensi Hasil J awa ban Responden Ter hada p Brand Trust (X2).

Item Skor Total karena sangat penting sekali bagi anda

Dari jawaban hasil penyebaran kuesioner yang berjumlah 110 dapat diketahui

(56)

setuju dengan pernyataan yang disampaikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

melihat jawaban responden yang lebih banyak memilih skor 4. Jawban kuesioner

tersebut menunjukkan bahwa responden sudah mempercayai susu entrasol.

3. Fr ekuensi Hasil J awa ban Responden Ter hada pMina t Beli (Y).

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai minat beli, dapat dilihat

pada tabel 4.5, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4 Frekuensi Ha sil J a waba n Responden Ter hadapMinat Beli (Y).

mengenai produk Susu Entrasol sebelum anda membelinya”, dari 110 responden terdapat 2

orang menjawab sangat tidak setuju, 12 orang menjawab tidak setuju, 30 orang menjawab

netral, 40 orang menjawab setuju, dan 26 orang menjawab sangat setuju. Untuk pernyataan

(57)

Entrasol”, terdapat 7 orang mnejawab sangat tidak setuju, 4 orang menjawab tidak setuju, 55

orang menjawab netral, 30 orang menjawab setuju, dan 14 orang menjawab sangat setuju.

Sedamgkan untuk pernyataan ketiga yaitu “Anda lebih mengutamakan membeli produk Susu

Entrasol daripada produk lain”, terdapat 8 orang menjawab sangat tidak setuju, 10 orang

menjawab tidak setuju, 41 orang menjawab netral, 38 orang menjawab setuju, dan 13 orang

menjawab sangat setuju.

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis

4.3.1 Uji Outlier

Terdapat outlier apabila Mahal. Distance Maximum > Prob. & Jumlah variabel [=CHIINV(0,001;11) : dicari melalui Excel] = 31,264

Tabel 4.3.1 Residuals Statistic (a) Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

N

Predicted Value 24.7478 85.5921 55.5000 10.27764 110

Std. Predicted Value -2.992 2.928 .000 1.000 110

Standard Error of

Predicted Value 5.243 21.887 10.074 3.039 110

Adjusted Predicted Value 12.8860 90.6213 54.6954 11.44634 110

Residual -56.51833 60.60909 .00000 30.19719 110

Std. Residual -1.775 1.903 .000 .948 110

Stud. Residual -1.824 1.975 .011 1.002 110

Deleted Residual -61.64084 71.73994 .80457 33.82273 110

(58)

Nilai Mahal. Distance Maximum 30,492 yang lebih KECIL dari 31,264 Berarti tidak

terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai kualitas yang

baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.

4.3.2. Convergent Validity

Convergent Validity dari meansurement model dengan indikator refleksif

dapat dilihat dari kolerasi antar score item/indikator konstruknya. Indikator individu

dianggap reliabel jika memiliki nilai kolerasi diatas 0,70. Namun demikian pada riset

tahap pengembangan skala, loading 0,50 sampai 0,60 masih dapat diterima.

1. Convegergent Validity Untuk Konstruk Threat Emotion.

Konstruk Threat Emotion terdiri dari 4 indikator yaitu perasaan takut, gelisah

apresiasi, amarah. Berdasarakan hasil out put smartPLS perasaan takut memiliki nilai

loading sebesar -0,843, gelisah memiliki nilai loading sebesar -0,825, apresiasi

memiliki nilai loading sebesar 0,713, dan amarah memiliki nilai loading sebesar

-0,199.

Berikut ini adalah diagram path yang dihasilkan setelah menjalankan progran

(59)

Gambar 4.3.2.1

CONVERGENT VALIDITY UNTUK KONSTRUK THREAT EMOTIONS

Sumber : Data diolah

2. Convergent Validity Untuk Konstruk Brand Trust.

Konstruk Brand Trust terdiri dari 4 indikator yaitu nilai yang dijanjikan,

keyakinan terhadap produk, mengutamakan kepentingan bersama, dan manfaat yang

diberikan. Berdasarkan hasil out put smartPLS nilai yang dijanjikan memiliki nilai

loading sebesar -0,507, keyakinan terhadap produk memiliki nilai loading sebesar

0,656, mengutamakan kepentingan bersama memiliki nilai loading sebesar 0,883, dan

manfaat yang diberikan memiliki nilai loading sebesar 0,882.

Berikut ini adalah diagram path yang dihasilkan setelah menjalankan progran

(60)

Gambar 4.3.2.2

CONVERGENT VALIDITY UNTUK KONSTRUK BRAND TRUST

Sumber : Data diolah

3. Convergent Validity Untuk Konstruk Minat Beli.

Konstruk minat beli terdiri dari 3 indikator yaitu intensitas pencarian

informasi, keinginan segera membeli, keinginan preferensial. Berdasarkan hasil out

put smartPLS intensitas pencarian informasi memiliki nilai loading sebesar 0,005,

keinginan segera membeli memiliki niali loading sebesar 0,808, dan keinginan

preferensial memiliki nilai loading sebesar 0,913.

Berikut ini adalah diagram path yang dihasilkan setelah menjalankan progran

(61)

Gambar 4.3.2.3

CONVERGENT VALIDITY UNTUK KONSTRUK MINAT BELI

Sumber : Data diolah

4.3.3. Outer weight.

Variabel dengan indikator formatif tidak dapat dianalisis dengan melihat

convergen validity dan composite reliability. Oleh karena variabel dengan indikator

formatif pada dasarnya merupakan hubungan regresi indikator ke variabel , maka

cara menilainya adalah dengan melihat nilai koefisien regresi dan signifikansi dari

koefisien regresi tersebut. Jadi dilihat nilai outer weight masing-masing indikator

(62)

Tabel 4.3.3 Hasil Uji Outer Weight.

Hasil pengujian pada tabel outer weight menunjukkann bahwa indikator X2.3

dan X2.4 adalah signifikan karena nilain t statistiknya di atas 1,645 (pada Z α = 0,10).

Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator –indikator tersebut adalah indikator yang

paling dominan dibanding dengan indikator lainnya untuk mengukur variabel Brand

Trust.

4.3.4 Uji Va liditas atau Discriminant Validity.

Model Pengukuran berikutnya adalah nilai Avarage Variance Extracted

(AVE) , yaitu nilai menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh

variabel latennya. Konvergen Nilai AVE lebih besar 0,5 juga menunjukkan

(63)

dapat dilihat dari nilain Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap

konstruk(variabel). Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE

masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE

untuk konstruk (variabel) Brand Trust memiliki nilai lebih besar dari 0,5, sehingga

Satu variabel tersebut memiliki validitas yang baik.

Tabel 4.3.4 Aver age var iance extracted (AVE).

Average variance extracted (AVE)

Threat Emotion 0.485

Brand Trust 0.562

Minat Beli 0.496

Sumber : Data diolah

4.3.5 Composite Reliability.

Pengujian selanjutnya adalah composite reliability dari blok indikator yang

mengukur konstruk. Suatu konstruk dikatakan reliability jika nilai composite

reliability diatas 0,60 (Imam Ghozali,2006). Berikut tabel yang menunjukkan

composite reliability masing-masing konstruk:

Tabel 4.3.5 Nilai Composite Realibility.

Sumber : Data diolah

Composite Reliability

Threat Emotion 0.393

Brand Trust 0.676

(64)

Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai composite reliability, konstruk

reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 maka indikator disebut konsisten

dalam mengukur variabel latennya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konstruk

(variabel) Brand Trust, Threat Emotion dan Minat Beli memiliki nilai composite

reliability lebih kecil dari 0,7. Sehingga ketiga varaibel tersebut tidak reliabel. Untuk

variabel dengan indikator Formatif tidak memerlukan ukuran validitas dan

reliabilitas.

4.3.6. PLS (Par tial Last Squar e).

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program smartPLS hasil

pengujian diperoleh sebagai berikut :

Gambar 4.3.6

FULL MODEL PLS

(65)

4.3.7. Inner Model (Pengujian Model Str uktur al)

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai

R-Square yang merupakan uji goodness-fit model. Pengujian inner model dapat dilihat

dari nilai R-square pada persamaan antar variabel latent. Nilai R2 menjelaskan

seberapa besar variabel eksogen (independen/bebas) pada model mampu

menerangkan variabel endogen (dependen/terikat), dapat dilihat melalui tabel berikut

ini :

Tabel 4.3.7. R-squar e.

Composite Reliability

Threat Emotion Brand Trust

Minat Beli 0.663

Sumber : Data diolah

Nilai R2 = 0,663 Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa model baik, yaitu

mampu menjelaskan fenomena Brand Trust, Minat Beli sebesar 66,1%. Sedangkan

sisanya (33,9%) dijelaskan oleh variabel lain (selain Threat Emotion ) yang belum

masuk ke dalam model dan error. Artinya Minat Beli dipengaruhi oleh Brand Trust

sebesar 63,43% sedang sebesar 33,9% dipengaruhi oleh variabel selain Threat

Gambar

Tabel 1. Data Penjualan Susu Entrasol
Gambar 3.1 Contoh Model Pengukuran Threat Emotion.
Gambar 3.2. Analisis Full Model
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian PLS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Standar Pelayanan Minimal (selanjutnya disingkat SPM) Rumah Sakit dengan mengemukakan alasan alasan atas tindakannya tersebut, sedangkan pasien sebagai penggugat serta

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu kegiatan Praktek melakukan kerja yang dilaksanakan dan wajib diikuti oleh penulis pada dunia kerja terkait dan untuk menyelesaikan

Latar belakang : UKM futsal STIE Yogyakarta yang mengalami penurunan kelincahan dikarenakan kurangnya menguasai teknik dasar permainan futsal, sehingga pemain

Didapat hasil dari 49 responden 22 responden terdeteksi memiliki asam urat yang tinggi, 13 responden berjenis kelamin wanita dan 9 responden berjenis kelamin

Akan tetapi, jika kedua bilangan mempunyai tanda yang sama, maka operasi yang dilakukan adalah operasi pengurangan dan tanda dari hasil yang diperoleh bergantung pada

Dalam hal ini pemanfaatan biosolid sebagai pellet bahan bakar yang dikombinasikan dengan limbah biomassa bambu akan dapat mengkompensasi kekurangan potensi energi

Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf c mempunyai tugas melaksanakan layanan akademik dan kemahasiswaan, serta urusan perencanaan,

Masih kelanjutan dari pemikiran al-salam dan al-ishlah yang berujung dengan perlunya didirikan Santi Asromo, Abdul Halim masih merasa khawatir dengan para lulusan sekolah