SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Anugr ah Tri Laksmana 0912010093 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
(Studi di Swalayan Sarikat Jaya Gresik)
Disusun Oleh :
Anugrah Tri Laksmana 0912010093
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 03 Mei 2013
Pembimbing : Tim Penguji
Pembimbing Utama : Ketua :
Dra.Ec. Nuruni Ika KW,MM Dra.Ec. Suhartuti, MM
Sekertaris:
Dr. Muhadjir Anwar, MM Anggota:
Dra.Ec. Nuruni Ika KW,MM
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Per an Thr eat Emotion Konsumen Dan Br and Tr ust Pada Minat Beli
Pr oduk Susu Entr asol (Studi di Swalayan Sarikat Jaya Gresik).”
Skripsi ini disusun guna memenuhi kelengkapan syarat dalam menyelesaikan
pendidikan S1 Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, saran, serta
petunjuk hingga terselesaikannya skripsi ini. Kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE,MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM,MS. Selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonom Universitas Pembangunan Nasional
5. Kepada seluruh dosen dan staff Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang banyak memberikan
ilmu serta bimbingannya kepada penulis selama selama duduk dibangku
kuliah.
6. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan kasih sayangnya,
panjatan doa yang tak pernah putus buat ku, nasehat serta dukungan moril
ataupun material.
7. Kakak ku tercinta mas Anjar, mbak Dian, mbak Anggun dan mas Didik
yang selalu memberikan dukungan,pengalaman dan mendoakan ku guna
terselesaikannya skripsi ini.
8. Thanks to special girl Inda Sabirina yang selalu mendampingi ku,
memberi support, mengajarkan kedewasaan, doa-doanya buat ku serta
saling tukar pikiran guna terselesaikannya skripsi ini.
9. Buat sahabat seperjuangan SBFC yang menjadi sebuah saudara kecil di
UPN, trima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10.Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
segala kerendahan hati dan merupakan kehormatan bila ada kritik dan sumbangan
saran yang membangun guna memperbaiki ini dari skripsi ini.
Akhir kata dengan kata Alhamdulillah dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis, perusahaan selaku objek penelitian dan berbagai pihak
lainnya. Amin.
Surabaya, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 10
2.2.2 Pengertian Konsep Pemasaran ... 11
2.3 Perilaku Konsumen... 12
2.3.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 12
2.4 Merek ... 13
2.4.1 Pengertian Merek... 13
2.5 Threat Emotion ... 14
2.7.1 Pengaruh Minat Beli ... 17
2.8 Pengaruh Threat Emotion Terhadap Minat Beli ... 18
2.8.1 Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli ... 19
2.9 Kerangka Konseptual... 20
2.9.1 Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasiaonal dan Pengukuran Variabel ... 22
3.1.1 Pengukuran Variabel ... 24
3.2 Teknik Pengambilan Sampel... 25
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.3.1. Jenis Data ... 26
3.3.2. Sumber Data ... 26
3.3.3. Pengumpulan Data ... 26
3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 27
3.4.1. Teknik Analisis... 27
3.4.1.1. Confirmation factor Analysis ... 27
3.4.1.2. Asumsi Model (Partial Least Square ... 31
3.4.1.4. Evaluasi Model... 34
4.2.2. Karakteristik Responden ... 39
4.2.3. Frekuensi Jawaban Responden ... 41
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 45
4.3.1. Uji Outlier ... 45
4.3.2. Convergent Validity ... 46
4.3.3. Outer Weight ... 49
4.3.4. Uji Validitas atau Discriminant Validity ... 50
4.3.5. Composite Reability ... 51
4.3.6. PLS (Partial Last Square) ... 52
4.3.7. Inner Model (Pengujian Model Struktural) ... 53
4.3.8. Pengujian Hipotesis ... 54
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
4.4.1. Pengruh Threat Emotion Terhadap Minat Beli ... 55
4.4.2. Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Saram ... 58
DAFTAR PUSTAKA
3.1. Kriteria Penilaian PLS ... 36
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41
4.3. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Threat Emotion (X1).. 42
4.4. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Brand Trust (X2)... 43
4.5. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Minat Beli (Y)... 44
4.3.2. Residuals Statistic (a) ... 45
4.3.3. Hasil Uji Outher Weight ... 50
4.3.4. Average Variance Ekstrated ... 51
4.3.5. Nilai Composite Realibility ... 51
4.3.7. R-square ... 53
4.3.2.1. Convergent Validity untuk Konstruk Threat Emotion ... 47
4.3.2.2. Convergent Validity untuk konstruk Brand Trust ... 48
4.3.2.3. Convergent Validity untuk konstruk Minat Beli ... 49
Anugr ah Tri Laksmana
ABSTRAK
Susu Entrasol adalah suatu produk yang bermain di bisnis susu berkalsium tinggi. Entrasol memiliki 2 (dua) jenis produk untuk tingkatan usia yang berbeda, yang pertama Entrasol Activit untuk usia 19-50 tahun yang memiliki rasa mochacinno dan vanilla latte. Yang kedua Entrasol Gold untuk usia 50 tahun keatas yang memiliki rasa coklat, vanilla, dan plain. Entrasol adalah produk susu yang di produksi oleh PT. Kalbe Farma. Penelitian ini dilakukan di Swalayan Sarikat Jaya Gresik. Berdasarkan data TBI menunjukkan bahwa Susu Entrasol berada pada urutan paling akhir. Maka permasalahan dai fenomena tersebut adalah apa yang menyebabkan Susu Etrasol berjarak sangat jauh dengan kompetitornya..
Penelitian ini menggunakan Variabel threat emotion (X1), dengan 4 indikator, Perasaan takut (X1.1), Gelisah (X1.2), Apresiasi (X1.3) dan Amarah (X1.4), lalu menggunakan Variabel brand trust (X2), dengan 4 indikator, nilai yang di janjikan (X2.1), keyainan terhadap produk (X2.2), mengutamakan kepentingan bersama (X2.3) dan manfaat yang diberikan (X2.4). dan juga Variabel minat beli (Y), dengan 3 indikator, intensitas pencarin informasi (Y1), keinginan segera membeli (Y2), keinginan preferensial (Y3). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari menyebarkan kuesioner pada konsumen yang akan membeli dan mengkonsumsi produk Susu Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik. Data skunder diperoleh dari data penjualan Susu Entrasol dari Swalayan Sarikat Jaya Gresik dan dri data TBI. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS (Partial Least
Square).
Berdasarkan dari hasil penelitian yang tlah dilakukan telah didapatkan bahwa: 1) Threat Emotion berpengaruh positif terhadap Minat Beli. 2) Brand
Trust berpengaruh positif terhadap Minat Beli
1.1 Lata r Belakang
Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan.
Dimulai dari kebutuhan mendasar seperti sandang, pangan dan papan, kebutuhan
akan perlindungan atau rasa aman hingga kebutuhan akan aktualisasi diri. Sejalan
dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya serta
ekonomi, maka keinginan setiap manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
juga semakin meningkat. Berbagai kebutuhan tersebut dipenuhi dengan adanya
produk atau jasa, yaitu sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk
memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.
Kini mengkonsumsi susu menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan bukan lagi
menjadi konsumsi tmabahan, karena masyarakat kini menyadari bahwa susu sapi
merupakan bahan pangan hewani yang bisa dikatakan memiliki kandungan gizi yang
hampir sempurna kelengkapannya. Kandungan gizinya sangat bermanfaat bagi tubuh
kita, karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas,
serta vitamin A, C, D dalam jumlah yang memadai untuk kebutuhan tubuh. Mineral
utama yang terkandung di dalam susu sapi adalah fosfor dan kalsium susu. Kedua
Kalsium pada susu sapi dapat mensuplai 70% dari kebutuhan tubuh. Sekitar
99 % kalsium yang beredar didalm trkonsentrasi pada tulang, dengan fungsi utama
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tulang. Kurangnya konsumsi kalsium
pada tubuh bisa menjurus pada terjadinya osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit
tulang yang mempunyai sifat yang khas yaitu berupa masa tulang yang rendah,
disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan jaringan tulang yang akhirnya dapat
mengakibatkan kerapuhan tulang.
Sekitar 80% penderita osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda
yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Namun karena gejala osteoporosis
baru muncul setelah 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara
dini. Meskipun penyakit osteoporosis lebih bnyak menyerang wanita, pria juga
memiliki resiko terkena penyakit ini, karena laki-laki tidak mengalami menopause
sehingga penyakit tersebut umumnya dating lebih lambat disbanding pada wanita.
Motivasi atau kebutuhan merupakan tekanan yang secara alamiah akan
mendorong konsumen mencari jalan keluar untuk meringankan tekanan tersebut.
Lazarus et.al. (1994,dalam Ferinadewi, 2008). Proses dimulai dengan penilaian kognitif
konsumen apakah tekanan tersebut sebagai hal yang positif atau negatif. Ketika
konsumen menilai tekanan tersebut sebagai hal yang positif atau sesuai dengan
tujuannya, maka yang muncul adalah challenge emotions yang dicirikan dengan
perasaan bersemangat, penuh harapan, dan percaya diri. Semntara ketika konsumen
perasaan terancam. Perasaan terancam seperti ini menumbuhkan perasaan gelisah,
takut, apprehension.(Lazarus et.al,1994 dalam ika,2011).
Entrasol adalah suatu produk yang bermain di bisnis susu berkalsium tinggi.
Entrasol memiliki 2 (dua) jenis produk untuk tingkatan usia yang berbeda, yang
pertama Entrasol Activit untuk usia 19-50 tahun yang memiliki rasa mochacinno dan
vanilla latte. Yang kedua Entrasol Gold untuk usia 50 tahun keatas yang memiliki
rasa coklat, vanilla, dan plain. Entrasol adalah produk susu yang di produksi oleh PT.
Kalbe Farma.
Brand Entrasol sebenarnya sudah cukup lama berada di pasar Indonesia. Bila
kita perhatikan produk ini telah mengalami beberapa kali repositioning. Pada awal
kemunculannya, produk ini lebih dikenal sebagai minuman susu dengan kandungan
gizi yang yang sangat tinggi, sehingga cocok untuk pasien-pasien yang baru saja
dioperasi. Pada 3 tahun belakangan ini, Entrasol mencoba untuk mereposisi
produknya sebagai susu tinggi kalsium dengan berbagai benefit tambahan. Tentunya
sulit bagi Entrasol untuk dapat mengalahkan Anlene di kategori ini, yang dikutip dari
situs resminya, beverages-solution.blogspot.com. Jumat (27/12/12). Adapun datanya
Tabel 1. Data Penjualan Susu Entr asol
Entr asol 2008 2009 2010 2011 2012
Actifit 338 484 496 433 560
Gold 1683 2088 2023 1985 2264
Sumber : Swalayan Sarikat Jaya
Tabel 1.1 Data Bra nd Index Pr oduk Susu Ber kalsium tahun 2009-2012
Pr oduk 2009 2010 2011 2012
TBI (%) TBI (%) TBI (%) TBI (%)
Anlene 67,7 69.6 75.9 70.2
Hi Lo 16.6 17.3 15.8 19.2
Calcimex 4.4 3.9 1.8 1.6
Produgen 3.3 3.6 2.4 2.9
Calciskim Indomilk 3.2 2 1.7 1.4
Entrasol 1.2 1.1 1 0.7
Sumber : TBI
TBI adalah pengukuran rating atau peringkat berdasarkan minat beli
konsumen jadi semakin tinggi minat beli konsumen maka produk tersebut berada
pada urutan tertinggi dapat dilihat pada susu Anlene dia berada pada urutan pertama
dengan prosentase pada tahun 2012 sebesar 70,2%. Sedangkan susu Entrasol pada
tahun 2012 sebesar 0,7%. Berfariasinya nilai total brand index tersebut memberikan
contoh beraneka ragam kelebihan yang dipromosikan oleh berbagai merek susu
Dari data diatas menunjukkan bahwa Entrasol berada di peringkat paling
bawah dan terkadang tidak menjadi nominasi di TBI hal ini di sebabkan karena
komposisi Entrasol yang masih dibilang kurang untuk susu berkalsium tinggi
terutama kalsiumnya yang hanya menyajikan 500mg/saji padahal untuk usia 50
keatas kebutuhan kalsium perharinya adalah 1200mg (depkes 2002). Selain itu
Entrasol juga tidak memiliki kandungan glukosamin yang sangat dibutuhkan untuk
menghilangkan rasa nyeri pada sendi-sendi tulang, sehingga konsumen memiliki
keraguan untuk mengkonsumsi Entrasol.
Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan
bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang telah
mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi dan tidak
akan ada lagi kekecewaan (Sanner,1997 dalam Ferinadewi 2008). Delgado (2004)
menyatakan bahwa kepercayaan merk adalah harapan akan kehandalan dan intensi
baik merk, karena itu kepercayaan merek merefleksikan 2 hal yaitu brand realibility
dan brand intentions.
Untuk itulah pada kuartal I tahun 2012 Entrasol mengeluarkan strategi yaitu
memposisikan dirinya sebagai minuman susu tinggi antioksidan. Karena untuk
menunjang tulang kuat saja tidak cukup, agar tetap sehat dan aktif dalam menjalani
banyak aktivitas setiap hari. Kita juga membutuhkan jantung sehat, antioksidan untuk
menangkal radikal bebas, & daya tahan tubuh yang tinggi. Di bulan mei 2012, iklan
clear, bahwa antioksidan yang dimiliki Entrasol mampu menangkap radikal bebas
yang konon sebagai penyebab terjadinya penimbunan lemak jahat dipembuluh darah
yang dapat menyebabkan serangan jantung kororner. Selain mengandung antioksidan,
Entrasol juga dilengkapai dengan omega 3 dan 6 serta kalsium yang membentuk
profit formula, dikutip dari situs resminya, beverages-solution.blogspot.com. Jumat
(27/12/12).
Dikutip dari http//id.kalbe.co.id . Entrasol dengan 7 fakta gizi Entrasol yang
tidak hanya tinggi kalsium untuk tulang yang kuat tapi juga baik untuk jantung, bebas
kolesterol, & mampu menangkal radikal bebas.
1. Hi Calcium, dengan dosis optimum untuk penyerapan kalsium (500 mg/saji)
untuk membantu mengurangi risiko osteoporosis.
2. Omega 3 & 6, dengan komposisi seimbang merupakan asam lemak tak jenuh
yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL),
meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), serta menurunkan tekanan darah
sehingga baik untuk kesehatan jantung. Selain itu, Omega 3 juga baik untuk
menjaga kesehatan tulang & sendi.
3. Antioxidant (Vit C, Vit E, & Selenium) untuk menangkal radikal bebas
penyebab kerusakan sel sehingga membantu menurunkan risiko penyakit
degeneratif dan meningkatkan daya tahan tubuh.
4. No Added Sugar, sehingga baik untuk orang yang sedang diet & diabetesi.
6. Cholesterol Free, sehingga baik untuk jantung.
7. Vitamins & Minerals, yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
dengan komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda.
Dorongan emosi semacam ini sebenarnya telah sering digunakan dalam upaya
penjualan dengan menggunakan kepercayaan konsumen semaksimal mungkin.
Produk-produk yang mengusung pesan kesehatan seringkali harus disampaikan
dengan cara yang menakutkan konsumen. Konsumen secara tidak sadar akan
disajikan fakta-fakta tentang gangguan kesehatan yang akan mengancam mereka.
Dan kepercayaan terbangun karena harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam riset costabile Ika,(2011) Ketika
seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan
terpenuhi dan tak akan lagi ada kekecewaan ( Sanner, 1997).
Oleh karena itu dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Peran Thr ea t Emotion Konsumen dan Br and Tr ust pada Minat
Beli Pr oduk Susu Entr a sol (Studi Kasus di Swalayan Sarikat Jaya Gresik)”.
1.2 Rumusa n Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Threat Emotion berpengaruh terhadap minat beli produk susu
2. Bagaimana Brand Trust berpengaruh terhadap minat beli produk susu
Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh threat emotion terhadap minat beli produk susu
Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik .
2. Untuk mengetahui pengaruh brand trust terhadap minat beli produk susu
Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik .
1.4 Manfa at Penelitian
1. Bagi pihak yang membutuhkan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkan
informasi tentang masalah yang sejenis, sehingga dapat membantu mengatasi
masalah yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hasil Penelitian Ter da hulu
Penelitian terdahulu yang yang berhubungan dengan penelitian ini telah
dilakukan oleh, Nuruni Ika ,(2011) dengan judul “ Pengaruh Threat Emotion
Konsumen Dan Brund Trust Terhadap Minat Beli Produk Notebook IBM di Hi-tech
Mall Surabaya”. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1)
Apakah threat emotion berpengaruh terhadap minat beli produk notebook IBM di
Hi-Tech Mall Surabaya. 2) Apakah brand trust berpengaruh terhadap minat beli produk
notebook IBM di Hi-Tech Mall Surabaya. Teknik amalisis yang digunakan adalah
Structural Equation Modelling.
Penelitian ini membuktikan bahwa brand trust berpengaruh positif terhadap
factor purchase intention, dapat diterima. Kepercayaan akan suatu produk sangat
diperlukan agar konsumen yakin dengan apa yang dibelinya. Sementara threat
emotion berpengaruh positif terhadap factor purchase intention, tidak dapat diterima.
Perasaan emosional yang ragu-ragu atau negatif terhdap produk IT khususnya
notebook IBM harus dibuktikan terhadap kinerja produknya, jika mutu produk
notebook IBM banyak kekurangan maka konsumen akan merasa khawatir untuk
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh, Ferrinadewi,(2008) dengan judul
penelitian “Pengaruh Threat Emotion Konsumen Dan Brund Trust Pada Keputusan
Pembelian Produk Susu Anlene” Permasalahan yang diajukan adalah 1. Apakah
threat emotion berpengaruh terhadap keputusan pembelian. 2. Apakah brand trust
berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil membuktikan
bahwa memang terdapat pengaruh yang signifikan variabel threat emotion dan brand
trust baik secara parsial maupun secara simultan terhadap keputusan pembelian
produk susu Anlene. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa produk
kesehatan memiliki keunikan tersendiri. Konsumen lebih cenderung terdorong untuk
membeli produk kesehatan ketika konsumen merasakan adanya ancaman atas
penyakit tertentu. Besarnya efek threat emotions terhadap keputusan pembelian
konsumen pada susu Anlene bahkan lebih besar daripada efek brand trust.
2.2 Landasan Teor i
2.2.1. Penger tia n Pemasar an
Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses social dan
manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi tersebut bersandar pada konsep
kebutuhan, keinginan, dan permintaan, produk, nilai biaya, dan kepuasan, pertukaran
Menurut Mowen dan Minor (2002:8) pemasaran adalah kegiatan manusia
yang ditujukkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran, dimana didalam proses pertukaran perusahaan menerima sumber moneter
dan sumber daya lainnya dari konsumen, yang sebaliknya, menerima produk, jasa,
dan sumber-sumber nilai lainnya
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pemasaran
mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi keinginan dan
kebutuhan konsumen yang mampu member kepuasan, menentukan cara promosi,
menentukan harga yang sesuai, dan melakukan kegiatan penjualan.
2.2.2. Penger tia n Konsep Pemasar an
Menurut Kotler (1997:17) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci
untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih aktif dari pada para pesaing
dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran. Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan
memberikan keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau
berorientasi kepada konsumen.
Berbeda dengan Angipora (2002:41) yang menyatakan bahwa konsep
pemasaran adalah sebuah falsafah atau gagasan yang lebih baru utnuk mencapai
memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan
para pesaing. Ada 3 ketetapan pokok yang melandasi konsep pemasaran ini, yaitu ;
a. Para konsumen harus dikelompokkan dalam bagian-bagian pasar yang
berbeda tergantung kepada kebutuhan dan keinginan mereka.
b. Konsumen dibagian manapun akan memilih tawaran perusahaan yang
paling mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
c. Tugas organisasi adalah meneliti dan memilih pasar yang menjadi sasarn
dan mengembangkan tawaran dan program pemasaran yang efektif
sebagai kunci untuk menarik dan mempertahankannya.
2.3. Per ila ku Konsumen
2.3.1 Penger tian Per ilaku Konsumen
Dalam buku Simamora (2004:01). Terdapat beberapa definisi untuk
memeberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen. Engel.et.al.,(1995),
menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.
Loudon dan bitta (1993). Menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi
proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara fisik pada saat
Sementara Kotler dan Amstorng (1997). Menyatakan bahwa prilaku
konsumen sebagai prilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah
tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal.
Dari beberapa pengertian perilaku konsumen diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa yang dapat
dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian kegiatan pembelian hanyalah
merupakan salah satu proses untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar
memahami proses sangat penting. Karena proses tersebut merupakan sebuah
pendekatan penyelesaian masalah pada tindakan manusia untuk membeli suatu
produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
2.4 Mer ek
2.4.1. Penger tia n Merek
Menurut Angipora (2002:177), Merek adalah nama, istilah, simbol atau
desain, atau gabungan dari keempatnya yang mengidentifikasikan produk penjual dan
membedakannya dari produk pesaing. Merek bagian dari suatu tanda atau symbol
yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang berupa kata-kata,
Merek (brand) adalah satu nama, istilah, tanda, lambing, atau desain, atau
gantungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang
penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan dapat membedakan barang atau jasa
dari produk-produk milik pesaing (Kotler, 1997:63)
Sedangkan menurut Stanton (1985:269), Merek adalah nama, istilah symbol
atau sisain khusus, atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Merek membedakan
produk atau jasa sebuah perusahaan dari pesaingnya.
2.5 Thr eat Emotion
2.5.1. Penger tia n Thr eat Emotion
Alder (2001) menyebutkan bahwa pengelolaan emosi adalah suatu tindakan
yang menyebabkan seseorang mengatur emosi atau mengelolah keadaan.
Kemampuan ini meliputi kecakapan untuk tetap tenang, menghilangkan kegelisahan,
kesedihan atau sesuatu yang menjengkelkan. Orang dengan pengelolaan emosi yang
baik akan mampu mengenali perasaannya dan mengatur penyaluran perasaan
tersebut. dalam Ika (2011)
Rasa takut merupakan bentuk threat emotion yang merespon ancaman dan
Ketidak pastian (Smith & Lazarus, 1993). Rasa takut memicu pemikiran dan tindakan
yang bertujuan untuk keluar dari tekanan tersebut. Tindakan yang diambil umumnya
Lazarus et. al. (1994, dalam Duhachek & Iacobucci, 2005) menawarkan
proses-proses penilaian kognitif ketika konsumen dalam tekanan tertentu. Proses
dimulai dengan penilaian kognitif konsumen apakah tekanan tersebut sebagai hal
yang positif atau negatif. Ketika konsumen menilai tekanan tersebut sebagai hal yang
positif atau sesuai dengan tujuannya, maka yang muncul adalah challenge emotions
yang dicirikan dengan perasaan bersemangat, penuh harapan, dan percaya diri.
Sementara ketika konsumen menilai tekanan tersebut negative maka yang timbul
adalah threat emotions atau perasaan terancam.dalam Ika,(2011)
(Lazarus,1994 dalam Ika,2011) Memaparkan adapun indikatornya threat
emotions sebagai berikut :
- Amarah
- Rasa takut
- Gelisah
- Apresiasi
2.6 Br and Tr ust
2.6.1. Penger tia n Br and Tr ust
Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan
bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang telah
mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi dan tak
Dalam riset costabile Ferrinadewi,(2008) kepercayaan atau trust didefinisikan
sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada
pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Kepercayaan merek
merupakan variabel psikologis yang mencerminkan sejumlah akumulasi awal yang
melibatkan kredibilitas, integritas dan benevolence yang dilekatkan pada merek
tertentu. Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh
konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut,
manfaat. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana
seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur
yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Atribut interistik adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk sedangkan atribut ekstrinsik
adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama,
merek, kemasan produk. Manfaat adalah hasil positif yang diberikan atribut kepada
konsumen. (Mowen,2002)
Menurut Delgado (2004) dalam Ika (2011) kepercayaan merek adalah harapan
akan kehandalan dan intensi baik merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan
2 hal yakni brand reliability dan brand intentions yang merupakan dimensi dan
indikator dari brand trust :
a) Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan
dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan
memberikan kepuasan.
- Nilai yang dijanjikan.
- Keyakinan terhadap produk.
b)Brand intention didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut
mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi
produk muncul secara tidak terduga.
- Mengutamakan kepentingan bersama
- Manfaat yang diberikan
2.7 Minat Beli
2.7.1. Penger tia n Minat Beli
Minat beli adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan
sesuatu, minat membeli menunjukkan kecenderungan seseorang untuk lebih
menyukai produk dengan merk tertentu. Sedangkan menurut Kinnear & Taylor
(1995) adalah merupakan bagian dari komponen prilaku konsumen dalam sikap
mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan
memebeli benar-benar dilaksanakan.dalam Ika (2011)
Menurut schiffman dan kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai
kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan
tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu,
jika motivasi rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang
tersebut berminat untuk membeli produk atau merk yang ditawarkan pemasaran atau
tidak.
Priyati (2002) dalam Ika (2011) Memaparkan adapun indikator dari minat
beli adalah sebagai berikut :
- Intensitas pencarian informasi
- Keinginan segera membeli
- Keinginan preferensial
2.8 Pengar uh Thr eat Emotion Ter ha dap Minat Beli
Ketidak senangan atau ketidak sesuaian muncul ketika seseorang konsumen
memegang pemikiran yang bertentangan mengenai suatu kepercayaan atau suatu
sikap. Contohnya : ketika konsumen telah membuat suatu komitmen member uang
muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang mahal seperti
kendaraan bermotor. Mereka sering mulai merasa threat emotion ketika mereka
berpikir tentang keunikannya, kualitas positif dari merek yang tidak dipilih. Threat
Emotion yang timbul setelah terjadinnya pembelian disebut Postpurchase
Dissonance. Dimana pada postpurchase dissonance, konsumen memiliki perasaan
yang tidak nyaman mengenai kepercayaan mereka, perasaan yang cenderung untuk
memecahkannya dengan merubah sikap agar sesuai dengan perilaku mereka
Minat beli ini ditentukan juga tentang bagaimana konsumen menghadapi
suatu pilihan tertentu, sebab ketika mereka sudah memutuskan untuk membeli
mereka khawatir, adanya perasaan takut jika apa yang mereka beli tidak sesuai
dengan harapan yang mereka inginkan, threat emotion inilah yang menjadi
persoaalan yang membungungkan. Setiap tindakan konsumen selalu didahului oleh
adanya motivasi. Salah satu motivasi diantaranya adalah threat emotion. Threat
emotion yang muncul akibat adanya kemungkina minat beli. Menurut Lazarus, untuk
mengurangi tekanan emosi tersebut, konsumen akan melakukan sesuatu baik yang
sifatnya problem focused maupun emotional focused.
2.8.1. Pengar uh Br and Tr ust Ter hadap Mina t Beli
Keterlibatan konsumen merupakan dasar dalam membangun kepercayaan dan
minat dalam membeli suatu produk. Walter (2003) Merangkum pendapat para ahli
dan menyimpulkan bahwa terdapat 3 komponen keprcayaan yaitu benevolence,
kejujuran dan kompetensi. Konsumen belum dapat merasakan benevolence,
kejujuran, dan kompetensi produk. Kemampuan konsumen merasakan kejujuran dan
kompetensi serta benevolence merek karena durasi waktu konsumsi yang relative
masih terhitung pendek bila dibandingkan dengan jangka waktu efektif konsumen
dapat merasakan hasil dari produk tersebut. dalam Ika (2011)
Menurut Boon & Holmes (1999) seperti dikutip oleh Lau & Lee (1999)
dalam Ika (2011) menyatakan bahwa jika individu mempercayai pihak lain, maka
akan semakin besar. Dengan demikian ketika konsumen mempercayai suatu merek
tertentu kemungkinan akan membentuk positif minat beli yang semakin besar.
2.9 Kerangka Konseptual
Setiap tindakan konsumen selalu didahului oleh adanya motivasi. Salah satu
bentuk motivasi diantaranya adalah Threat Emotion. Threat Emotion yang muncul
akibat adanya kemungkinan gangguan kesehatan tulang. Menurut Lazarus, untuk
mengurangi tekanan emosi tersebut, konsumen akan melakukan sesuatu baik yang
sifatnya problem focused atau emotional focused.
Di sisi lain, dalam pembelian merek tertentu, dibutuhkan kepercayaan. Produk
kesehatan, dalam hal ini susu berkalsium tinngi akan menawarkan manfaat yang
dapat mengurangi tekanan emosi yang sedang dihadapi oleh konsumen. Minat untuk
membeli produk kesehatan semacam ini akan membuat konsumen secara alamiah
akan mempertanyakan kehandalan dan intensitas merek tersebut sebagai bagian dari
pertimbangannya untuk membeli.
Berdasarkan paparan teori dan temuan terdahulu, maka dapat dibangun
kerangka konseptual sebagai berikut :
Threat Emotion (X1)
Minat Beli (Y)
2.9.1 Hipotesis
Maka dapat dirumuskan hipotesis pertama :
H1 : Diduga terdapat pengaruh positif threat emotion terhadap minat beli produk susu
Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik.
H2 : Diduga terdapat pengaruh positif brand trust terhdapa minat beli produk susu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoprasian atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut :
1. Thr eat Emotion (X1) menawarkan proses-proses penilaian kognitif ketika
konsumen dalam tekanan tertentu . (Lazarus,1994 dalam Ika 2011). Indikatornya
adalah sebagai berikut :
- Gelisah.
Gelisa ketika membeli Susu Entrasol karena kualitas yang kurang baik
- Perasaan takut.
Perasaan takut muncul ketika membeli Susu Entrasol karena salah pilih.
- Apresiasi.
Memberikan penilaian atau ungkapan pendapat mengenai Susu Entrasol.
- Amarah.
Meluapkan amarah ketika pembelian tidak sesuai dengan keinginan.
2. Br a nd Tr ust (X2) adalah harapan akan kehandalan dan intensitas baik merek.
a. Brand Realibility (X21) kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan
konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan.
Berikut indikatornya :
- Nilai yang dijanjikan.
Susu Entrasol sesuai dengan apa yang dijanjikan yaitu susu berkalsium
tinggi.
- Keyakinan terhadap Produk.
Yakin pada produk Susu Entrasol.
b. Brand Intention (X22) Keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu
mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk
muncul secara tidak terduga. Indikatornya adalah sebagai berikut :
- Mengutamakan kepentingan bersama.
Susu Entrasol sangat penting bagi konsumen.
- Manfaat yang deiberikan.
Khasiat yang diberikan Susu Entrasol bagi kesehatan tubuh.
3. Minat Beli (Y) . merupakan bagian dari komponen prilaku konsumen dalam sikap
mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan
memebeli benar-benar dilaksanakan schiffman dan kanuk (1994). Adapun
indikatornya adalah sebagai berikut: Priyati, (2002) dalam Ika, (2011)
- Intensitas pencarian informasi.
- Keinginan segera membeli.
Ingin segera membeli Susu Entrasol karena khasiat yang diberikan.
- Keinginan preferensial.
Lebih mengutamakan membeli Susu Entrasol dari pada produk susu lainnya.
3.1.1. Pengukur a n Var iabel
Skala pengukuran menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah pertanyaan
yang mengukur sikap dari keadaan yang sangat negatif kejenjang yang sangat positif.
Skala Likert digunakan untuk mendapatkan data tentang dimensi dari
variabel-variabel yang disesuaikan dengan penelitian, karena skala tersebut dipandang sebagai
penilaian yang mudah dipahami dan dilakukan oleh masyarakat khususnya
masyarakat Indonesia. Digunakan jenjang 5 dalam penelitian ini mengikuti pola
sebagai berikut :
3
1 5
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Netral (N) 5 = Sangat Setuju (SS)
3.2. Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Kumpulan individu atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan ciri
tersebut, sehingga dalam penelitian ini populasinya adalah konsumen yang baru
pertama kali membeli produk susu Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya Gresik.
2. Sampel
Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability sampling
tepatnya teknik Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai
sumber data dapat dijadikan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah
konsumen yang baru pertama kali membeli susu Entrasol di Swalayan Sarikat Jaya
Gresik
Pengambilan sampel ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ferdinand (2002:48).
Ukuran sampel berjumlah 100-200 untuk teknik maximum likehood estimation, atau
ukuran sampel minimal tergantung dari jumlah parameter yang diestimasi.
Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. Bila terdapat 20
parameter yang diestimasi maka besar sampel yang harus diperoleh 100-200
responden. Berdasarkan hal tersebut penelitian mempunyai 11 indikator dikali 10
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
a. Data primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner pada konsumen yang baru pertama kali membeli produk susu Entrasol di
Swalayan Sarikat Jaya Gresik.
b. Data sekunder
Data pendukung yang diperoleh secara tidak langsung baik berupa keterangan
maupun literature yang ada hubungannya dengan penelitian yang sifatnya melengkapi
atau mendukung data primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data TBI
(Top Brand Index) minuman susu berkalsium tinggi. Dan data penjualan susu
Entrasol yang didapat langsung dari Swalayan Sarikat Jaya Gresik.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung pada konsumen yang baru pertama kali membeli produk susu Entrasol di
Swalayan Sarikat Jaya Gresik dengan cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
a. Observasi
pengamatan langsung pada lokasi penelitian untuk mendapatkan bukti-bukti yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuesioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan metode survey yang menggunakan daftar pertanyaan kepada pelanggan yang pada saat itu berada di Swalayan Sarikat Jaya Gresik. Pengambilan kuesioner dilakukan secara langsung ( kepada peneliti ).
c. Dokumentasi
mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip aturan yang disepakati.
3.4 Teknik Ana lisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Partial Least Square (PLS). PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold
sebagai metode umum untuk mengistemasi parth model yang menggunakan konstruk
laten dengan multiple indikator yang dianalisis menggunakan program PLS.
3.4.1.1 Confirmation factor Analysis
Model yang digunakan menganalisis data dalam penelitian ini adalah
Partial Least Square (PLS). Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam
penelitian ini, menggunakan Confirmation factor Analysis dengan program SPSS
bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah – langkah
dalam analisis PLS model pengukuran dengan contoh inisiatif individu dilakukan
sebagai berikut :
X1 = λ1 Threat emotion + er_1
X2 = λ2 Threat emotion +er_2
X3 = λ3 Threat emotion + er_3
X4 = λ4 Threat emotion + er_4
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk di
uji unidimensionalitasnya melalui Confirmation factor Analysis, maka model
pengukuran dengan contoh faktor minat beli akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.1 Contoh Model Pengukur an Threat Emotion.
Threat Emotion
(X1)
X1.3
X1.1
X1.2
X1.4
er_1
er_2
er_3
Keterangan :
X1.1 = pertanyaan tentang perasaan gelisah.
X1.2 = pernyataan tentang perasaan takut.
X1.3 = pernyataan tentang apresiasi.
X1.4 = pernyataan tentang amarah.
er_i = error term X1j
Demikian juga faktor lain seperti brand trust dan minat beli.
Keterangan :
X1 = Threat Emotion
X1.1 = Gelisah
X1.2 = Perasaan Takut
X1.3. = Apresiasi
X1.4 = Amarah
X2 = Brand Trust
X2.1 = Nilai yang dijanjikan.
X2.2 = Keyakinan terhadap produk.
X2.3 = Mengutamakan kepentingan bersama.
X2.4 = Manfaat yang diberikan.
Y. = Mina t Beli.
Y1. = Intensitas pencarian informasi.
3.4.1.2 Asumsi Model ( Pa r tia l Least Squa r e )
PLS merupakan factor identerminacy metode analisis yang powerfull
oleh karena tidak mengasumsikan data dengan pengukuran skala tertentu, jumlah
sampel kecil.
Dengan pendekatan PLS diasumsikan bahwa semua ukuran variance
adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Oleh karena pendekatan untuk
mengistemasi veriabel laten dianggap sebagai kombinasi linier dari indikator maka
menghindarkan masalah identerminabcy dan memberikan definisi yang pasti dari
komponen skor (Wold, 1982).
Oleh karena PLS menggunakan iterasi alogaritma yang terdiri dari seri
analisis ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi
masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu
untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil dengan
perkiraan kasar yaitu (1) sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator
(kausal) formatif (catatan skala untuk konstruk yang didesain dengan refleksif
indikator dapat diabaikan, atau (2) sepuluh kali dari jumlah terbesar struktural path
yang diarahkan pada konstruk tertentu dengan model struktural.
3.4.1.3 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set
(struktural model), (2) outer model yang menspesifikasikan hubungan antara variabel
laten dengan indikator atau variabel manifestnya (measurement model), dan (3)
weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa
kehilangan generalisasinya, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator
atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance (nilai standardized)
sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model.
1. Inner Model
Inner model yang kadang juga disebut dengan (inner relation, struktural
model dan subtantive theory ) menggambarkan hubungan antara veriabel laten
berdasarkan pada substantive theory. Model persamaannya dapat ditulis seperti
dibawah ini.
η = βo + βµ+ Γξ + ζ (1)
Dimana η menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, ξ
adalah vektor variabel laten exogen, dan ζ adalah vektor variabel residual
(unexpalined variance). Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka
hubungan antara variabel laten, setiap veriabel laten dependen η, atau sering diseb ut
causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut.
dimana βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan predi kator
endogen dengan variabel laten exogen ξ dan η sepanjang range indeks i dan b dan ζj
adalah inner residual variable.
2. Outer model
Outher model sering juga disebut (outler relation, atau measurement model)
mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel
latennya. Blok dengan indikator reflektif dapat ditulis dengan persamaannya sebagai
berikut.
X = xξ + Ɛ x
Y = y η + Ɛ y (3)
Dimana x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel laten
exogen dan endogen ξ dan η, sedangkan x dan y merupakan matrik loadi ng yang
menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten
dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan ɛ x dan ɛ y dapat
diinterpresentasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.
Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut.
ξ = Πξ x + δξ
dimana ξ, η, x dan y sama dengan yang digunakan pada persamaan (3) . Πx dan Πy
adalah koefisiensi regresi berganda dari variabel laten dan blok indikator dan δx dan
δy adalah residual dari regresi.
3. Weight Relation
Inner dan outler model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi
alogaritma PLS, kita memerlukan definisi weight relation. Nilai kasus untuk setiap
variabel laten diestimasi dalam PLS berikut.
ξb = Σkb wkb xkb
ηi = Σki Wki yki (5)
Dimana wkb dan Wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk
estimasi variabel laten ξb dan ηi. estimasi variabel laten adalah linier agregat dari
indikator yang dinilai weightnya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti
dispesifikasi oleh inner dan outer model dimana η adalah vektor variabel laten
endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel latel exogen (independen),
ζ merupakan vektor residual dan β serta Γ adalah matrik koefisien jalur
(path coefficient).
3.4.1.4 Evaluasi Model
Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk
tidak diperlukan (Chin, 1998). Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran
prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik. Model pengukuran atau outer model
dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity
dari indikatornya dan composite reliability untuk block indikator. Sedangkan outer
model dengan formatif indikator dievaluasi berdasarkan pada substantive contentnya
yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight dan melihat signifikansi dari
ukuran weight tersebut (Chin, 1998).
Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat presentase
variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R2 untuk kontruk laten dependen
dengan menggunakan ukuran stone-Geisser Q square test (Stone, 1974; Geisser,
1975) dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi
ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur
boostraping
3.4.1.5 Kr iter ia Penilaia n PLS
Berikut ini merupakan kriteria penilaian model Partial Least Square yang
Tabel 3.1 Kr iter ia Penilaian PLS variabel laten endogen dalam model struktural mengidentifikasikan bahwa model “baik”, “moderat” dan “lemah”
Estimasi koefisien jalur Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan. Nilai signifikansi ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping.
F2 untuk effect sice Nilai f2 sebesar 0.02, 0.15 dan 0.35 dapat diinterpresentasikan apakah predikator variabel laten mempunyai pengaruh yang lemah, madium ataukah besar pada tingkat struktural.
Relevansi prediksi(Q2 dan q2)
Prosedur blindfolding digunakan untuk menghitung memiliki predictive relevance (Q2 dibawah nol mengidentifikasikan model kurang memiliki predictive relevance. Dalam kaitannya denga f2. dampak relatif model struktural terhadap pengukuran variabel dependen laten dapat dinilai dengan
q2 = Q2included – Q2excluded
1 – Q2included
Eva lua si model Pengukur an Refleksif
Loading factor Nilai loading faktor harus diatas 0.70
Composite Reability Composite reability mengukur internal consistency dan nilainya harus diatas 0.60 Average Variance
Extracted
Validitas Diskriminan Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih besar dari pada nilai kolerasi antar variabel laten
Cross Loading Merupakan ukuran lain dari validasi
diskriminan. Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukut dibandingkan dengan indikator untuk laten variabel lainnya.
Eva lua si Model Pengukur an For matif
Signifikansi nilai weight Nilai estimasi untuk model pengukuran formatif harus signifikan. Tingkat signifikansi ini dinilai dengan prosedur bootstrapping
Multikolonieritas Variabel manifest dalam blok harus diuji apakah terdapat multikolonieritas. Nilai variance inflation faktor (VIF) dapat digunakan untuk menguji hal ini. Nilai VIF diatas 10 mengindikasikan terdapat multikolonieritas.
BAB IV
HASI L PENELITI AN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambara n Umum Per usahaan
Sarikat Jaya Swalayan dan Grosir berlokasi di Jl. RA. Kartini No. 66-68
Gresik, Sarikat Jaya ini didirikan oleh pasangan suami istri Winarko – Antini Yusnia
pada tahun 1970. Berawal dari took perancangan biasa yang kemudian berkembang
menjadi toko dan grosir. Berkat keuletan dan usaha yang serius serta pelayanan yang
baik dari pemilik pelanggan Sarikay Jaya semakin banyak dan bukan hanya dari
wilayah Gresik saja tetapi telah berkembang sampai keluar pulau. Karena usaha ini
semakin berkembang, maka timbul inisiatif umtuk membuka swalayan sekaligus
grosi, dan rencana ini semakin kuat karena tutupnya Sinar Supermarket Gresik yang
kebetulan menyewa lahan milik Sarikat Jaya. Maka pada tanggal 24 Agustus 1998,
Sarikat Jaya Swalayan berdiri hingga saat ini.
Tetapi usaha tersebut tidak hanya sampai disini, pembenahan terus
dilakukan disemua bidang diantaranya adalah program komputer mulai dijalankan
disemua bagian, system manajemen swalayan dan grosir yang semula terpisah
akhirnya dijadikan satu, perluasan area swalayan dan meningkatkan kenyamaan
grosiran pun ditambah. Dan perkembangan terakhir adalah mulai dibukanya cabang
di Jl. Pemuda Sedayu pada tanggal 30 Juni 2009 serta penambahan cabang lagi di
Jl.Cerme Lor pada tanggal 24 Oktober 2012. Dan tidak hanya pembangunan
cabang-cabang itu saja, Sarikat Jaya juga memperluas area bangunannya dengan cara
menggabungkan bangunan lama dengan bangunan yang baru dan penataan yang lebih
modern. Pencarian lahan baru untuk membuka beberapa cabang lagi pun masih terus
dilakukan, semua itu hanya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik agar
konsumen merasa puas dan lebih mempercayai Sarikat Jaya sebagai tempat
perbelanjaan mereka.
4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian
4.2.1. Penyebar an Kuesioner
Kuesioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan
teknik teknik non probability sampling tepatnya teknik Accidental sampling adalah
teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu
dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data yang dapat dijadikan
sebagai sampel, diolah dengan menggunakan Partial Least Square (PLS)
4.2.2. Kar akter istik Responden
Data mengenai keadaan responden diketahui melalui penyebaran kuesioner.
sebanyak 110. Dari jawaban-jawaban kuesioner tersebut dapat diketahui hal-hal
sebagai berikut seperti dibawah ini.
1. Deskripsi Karakt erist ik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden
diperoleh gambaran responden berdasar jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Ka rakter istik Responden Ber dasar kan J enis Kelamin.
J enis kelamin Responden Pr esentase (% )
Laki-laki 63 57,27
Perempuan 47 42,72
J umlah 110 100
Sumber : Data diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 63 orang atau sebesar 57,27% dan perempuan sebanyak 47 orang
atau sebesar 42,72%.
2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden
Tabel 4.2. Ka rakter istik Responden Ber dasar kan Usia.
Usia Responden Pr esentase (% )
17-25 th 3 2,72
26-35 th 24 21,81
> 35 th 83 75,45
J umla h 110 100
Sumber : Data diolah
Dari tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa usia responden 17 sampai 25
tahun berjumlah 3 orang atau sebesar 2,72% sisanya adalah responden yang berusia
26 sampai 35 tahun berjumlah 24 orang atau sebesar 21,81% dan responden berusia
diatas 35 tahun berjumlah 83 orang atau sebesar 75,45%.
4.2.3. Fr ekuensi J awaba n Responden
1. Fr ekuensi Hasil J awa ban Responden Ter hada p Threat Emotion (X1).
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai threat emotion, dapat
Tabel 4.3 Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Ter hadap Threat Emotion (X1).
dikarenakan kualitas yang kurang baik”, dari 110 responden terdapat 22 orang menjawab
sangat tidak setuju, sebanyak 34 orang menjawab tidak setuju, sebanyak 22 orang menjawab
netral, sebanyak 22 orang menjawab setuju dan 10 orang menjawab sangat setuju. Untuk
pernyataan kedua yaitu “Rasa takut ketika membeli produk Susu Entrasol, dikarenakan salah
pilih”, dari 110 responden terdapat 26 orang menjawab sangat tidak setuju, 30 orang
menjawab tidak setuju, 22 orang menjawab netral, 21 orang menjawab setuju dan 11 orang
menjawab sangat setuju. Untuk pernyataan ketiga yaitu “Memberkan apresiasi terhadap Susu
Entrasol”, dari 110 responden terdapat 6 orang menjawab sangat tidak setuju, 9 orang
menjawab sangat setuju. Sedangkan untuk pernyataan keempat yaitu “Meluap-luapkan
amarah ketika salah membeli atau tidak sesuai dengan Susu yang anda beli”, dari 110
responden terdapat 11 orang menjawab sangat tidak setuju, 14 orang menjawab tidak setuju,
31 orang menjawab netral, 33 orang menjawab setuju, 21 orang menjawab sangat setuju.
2. Fr ekuensi Hasil J awaban Responden Ter hadap Brand Trust (X2).
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai brand trust, dapat dilihat
pada tabel 4.4, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4 Fr ekuensi Hasil J awa ban Responden Ter hada p Brand Trust (X2).
Item Skor Total karena sangat penting sekali bagi anda
Dari jawaban hasil penyebaran kuesioner yang berjumlah 110 dapat diketahui
setuju dengan pernyataan yang disampaikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
melihat jawaban responden yang lebih banyak memilih skor 4. Jawban kuesioner
tersebut menunjukkan bahwa responden sudah mempercayai susu entrasol.
3. Fr ekuensi Hasil J awa ban Responden Ter hada pMina t Beli (Y).
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai minat beli, dapat dilihat
pada tabel 4.5, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4 Frekuensi Ha sil J a waba n Responden Ter hadapMinat Beli (Y).
mengenai produk Susu Entrasol sebelum anda membelinya”, dari 110 responden terdapat 2
orang menjawab sangat tidak setuju, 12 orang menjawab tidak setuju, 30 orang menjawab
netral, 40 orang menjawab setuju, dan 26 orang menjawab sangat setuju. Untuk pernyataan
Entrasol”, terdapat 7 orang mnejawab sangat tidak setuju, 4 orang menjawab tidak setuju, 55
orang menjawab netral, 30 orang menjawab setuju, dan 14 orang menjawab sangat setuju.
Sedamgkan untuk pernyataan ketiga yaitu “Anda lebih mengutamakan membeli produk Susu
Entrasol daripada produk lain”, terdapat 8 orang menjawab sangat tidak setuju, 10 orang
menjawab tidak setuju, 41 orang menjawab netral, 38 orang menjawab setuju, dan 13 orang
menjawab sangat setuju.
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Outlier
Terdapat outlier apabila Mahal. Distance Maximum > Prob. & Jumlah variabel [=CHIINV(0,001;11) : dicari melalui Excel] = 31,264
Tabel 4.3.1 Residuals Statistic (a) Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
N
Predicted Value 24.7478 85.5921 55.5000 10.27764 110
Std. Predicted Value -2.992 2.928 .000 1.000 110
Standard Error of
Predicted Value 5.243 21.887 10.074 3.039 110
Adjusted Predicted Value 12.8860 90.6213 54.6954 11.44634 110
Residual -56.51833 60.60909 .00000 30.19719 110
Std. Residual -1.775 1.903 .000 .948 110
Stud. Residual -1.824 1.975 .011 1.002 110
Deleted Residual -61.64084 71.73994 .80457 33.82273 110
Nilai Mahal. Distance Maximum 30,492 yang lebih KECIL dari 31,264 Berarti tidak
terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai kualitas yang
baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.
4.3.2. Convergent Validity
Convergent Validity dari meansurement model dengan indikator refleksif
dapat dilihat dari kolerasi antar score item/indikator konstruknya. Indikator individu
dianggap reliabel jika memiliki nilai kolerasi diatas 0,70. Namun demikian pada riset
tahap pengembangan skala, loading 0,50 sampai 0,60 masih dapat diterima.
1. Convegergent Validity Untuk Konstruk Threat Emotion.
Konstruk Threat Emotion terdiri dari 4 indikator yaitu perasaan takut, gelisah
apresiasi, amarah. Berdasarakan hasil out put smartPLS perasaan takut memiliki nilai
loading sebesar -0,843, gelisah memiliki nilai loading sebesar -0,825, apresiasi
memiliki nilai loading sebesar 0,713, dan amarah memiliki nilai loading sebesar
-0,199.
Berikut ini adalah diagram path yang dihasilkan setelah menjalankan progran
Gambar 4.3.2.1
CONVERGENT VALIDITY UNTUK KONSTRUK THREAT EMOTIONS
Sumber : Data diolah
2. Convergent Validity Untuk Konstruk Brand Trust.
Konstruk Brand Trust terdiri dari 4 indikator yaitu nilai yang dijanjikan,
keyakinan terhadap produk, mengutamakan kepentingan bersama, dan manfaat yang
diberikan. Berdasarkan hasil out put smartPLS nilai yang dijanjikan memiliki nilai
loading sebesar -0,507, keyakinan terhadap produk memiliki nilai loading sebesar
0,656, mengutamakan kepentingan bersama memiliki nilai loading sebesar 0,883, dan
manfaat yang diberikan memiliki nilai loading sebesar 0,882.
Berikut ini adalah diagram path yang dihasilkan setelah menjalankan progran
Gambar 4.3.2.2
CONVERGENT VALIDITY UNTUK KONSTRUK BRAND TRUST
Sumber : Data diolah
3. Convergent Validity Untuk Konstruk Minat Beli.
Konstruk minat beli terdiri dari 3 indikator yaitu intensitas pencarian
informasi, keinginan segera membeli, keinginan preferensial. Berdasarkan hasil out
put smartPLS intensitas pencarian informasi memiliki nilai loading sebesar 0,005,
keinginan segera membeli memiliki niali loading sebesar 0,808, dan keinginan
preferensial memiliki nilai loading sebesar 0,913.
Berikut ini adalah diagram path yang dihasilkan setelah menjalankan progran
Gambar 4.3.2.3
CONVERGENT VALIDITY UNTUK KONSTRUK MINAT BELI
Sumber : Data diolah
4.3.3. Outer weight.
Variabel dengan indikator formatif tidak dapat dianalisis dengan melihat
convergen validity dan composite reliability. Oleh karena variabel dengan indikator
formatif pada dasarnya merupakan hubungan regresi indikator ke variabel , maka
cara menilainya adalah dengan melihat nilai koefisien regresi dan signifikansi dari
koefisien regresi tersebut. Jadi dilihat nilai outer weight masing-masing indikator
Tabel 4.3.3 Hasil Uji Outer Weight.
Hasil pengujian pada tabel outer weight menunjukkann bahwa indikator X2.3
dan X2.4 adalah signifikan karena nilain t statistiknya di atas 1,645 (pada Z α = 0,10).
Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator –indikator tersebut adalah indikator yang
paling dominan dibanding dengan indikator lainnya untuk mengukur variabel Brand
Trust.
4.3.4 Uji Va liditas atau Discriminant Validity.
Model Pengukuran berikutnya adalah nilai Avarage Variance Extracted
(AVE) , yaitu nilai menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh
variabel latennya. Konvergen Nilai AVE lebih besar 0,5 juga menunjukkan
dapat dilihat dari nilain Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap
konstruk(variabel). Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE
masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE
untuk konstruk (variabel) Brand Trust memiliki nilai lebih besar dari 0,5, sehingga
Satu variabel tersebut memiliki validitas yang baik.
Tabel 4.3.4 Aver age var iance extracted (AVE).
Average variance extracted (AVE)
Threat Emotion 0.485
Brand Trust 0.562
Minat Beli 0.496
Sumber : Data diolah
4.3.5 Composite Reliability.
Pengujian selanjutnya adalah composite reliability dari blok indikator yang
mengukur konstruk. Suatu konstruk dikatakan reliability jika nilai composite
reliability diatas 0,60 (Imam Ghozali,2006). Berikut tabel yang menunjukkan
composite reliability masing-masing konstruk:
Tabel 4.3.5 Nilai Composite Realibility.
Sumber : Data diolah
Composite Reliability
Threat Emotion 0.393
Brand Trust 0.676
Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai composite reliability, konstruk
reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 maka indikator disebut konsisten
dalam mengukur variabel latennya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konstruk
(variabel) Brand Trust, Threat Emotion dan Minat Beli memiliki nilai composite
reliability lebih kecil dari 0,7. Sehingga ketiga varaibel tersebut tidak reliabel. Untuk
variabel dengan indikator Formatif tidak memerlukan ukuran validitas dan
reliabilitas.
4.3.6. PLS (Par tial Last Squar e).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program smartPLS hasil
pengujian diperoleh sebagai berikut :
Gambar 4.3.6
FULL MODEL PLS
4.3.7. Inner Model (Pengujian Model Str uktur al)
Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai
R-Square yang merupakan uji goodness-fit model. Pengujian inner model dapat dilihat
dari nilai R-square pada persamaan antar variabel latent. Nilai R2 menjelaskan
seberapa besar variabel eksogen (independen/bebas) pada model mampu
menerangkan variabel endogen (dependen/terikat), dapat dilihat melalui tabel berikut
ini :
Tabel 4.3.7. R-squar e.
Composite Reliability
Threat Emotion Brand Trust
Minat Beli 0.663
Sumber : Data diolah
Nilai R2 = 0,663 Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa model baik, yaitu
mampu menjelaskan fenomena Brand Trust, Minat Beli sebesar 66,1%. Sedangkan
sisanya (33,9%) dijelaskan oleh variabel lain (selain Threat Emotion ) yang belum
masuk ke dalam model dan error. Artinya Minat Beli dipengaruhi oleh Brand Trust
sebesar 63,43% sedang sebesar 33,9% dipengaruhi oleh variabel selain Threat