• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712010031 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 712010031 Full text"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Ibadah menjadi sesuatu yang wajib dilakukan oleh orang yang beragama Kristen. Karena secara teologis ibadah merupakan penyataan diri Allah di dalam Yesus Kristus dan menjadi tanggapan manusia terhadapNya.1 Dalam gereja Kristen Protestan ada beberapa jenis ibadah, yaitu ibadah minggu, ibadah perjamuan kudus, ibadah sektor, ibadah syukuran (Ulang tahun maupun Pernikahan), ibadah penghiburan, ibadah penguburan, dan ibadah lainnya. Konsep "Ibadah" berasal dari bahasa Arab, yang mempunyai akar kata yang sama dalam bahasa Ibrani

"Abodah" yang berarti "mengabdi". Beribadah kemudian berarti mengabdi kepada Tuhan. Selain itu dapat juga berarti "berbakti" (bahasa Sansekerta), yang berarti berbuat bakti kepada

Tuhan.2 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika orang percaya beribadah maka mereka sepenuhnya mengabdikan diri kepada Allah.

Gereja dalam melaksanakan peribadahan selalu menyesuaikan dengan kalender tahun gerejawi. Oleh karena itu sering dilakukan penyesuaian terhadap liturgi ibadah. Pertimbangannya setiap unsur dalam liturgi ibadah mempunyai maksud dan tujuannya masing-masing.3 Contoh ada tata ibadah khusus untuk perayaan hari pentakosta, tahun baru, festival musim gugur hari kemerdekaan, duka dan sebagainya.4 Peribadahan, sejak dahulu telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan umat. Seperti orang Yahudi yang sejak dahulu telah mengenal doa setiap hari yang dilakukan pagi dan malam maupun terdapat doa yang diatur berdasarkan penanggalan atau bulan.5

Ibadah bulan purnama dalam Perjanjian Lama diadakan pada hari ketujuh. Mengapa hari ketujuh? Karena terdapat pertimbangan dan perhitungan khusus. Para imam berpikir terlalu lama jika menunggu selama satu bulan atau tiga puluh hari untuk melakukan korban bakaran. Perubahan jadwalpun dilakukan dengan memajukannya pada hari keempatbelas. Namun

1

James. F. White, Pengantar IbadahKristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 6-7. 2

http://www.effatha.org/index/content/id/1258 diakses pada tanggal 10 Juli 2014 3

J.L. Ch. Abineno. Unsur-Unsur Liturgia yang dipakai Gereja-Gereja Di Indonesia,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) bandingkan salah satu unsur pertama dalam liturgi ibadah yakni Votum hal 1-6.

4

Rasyid Rachman. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 5-27.

5

(2)

perubahan inipun terus berlanjut di kemudian hari karena menurut para imam terlalu lama jika harus menunggu empat belas hari lagi sehingga pada akhirnya ditetapkan pada hari ketujuh dan bertepatan dengan bulan purnama. Sebab bulan purnama bagi mereka adalah malam yang paling indah dan cocok untuk dilaksanakannya upacara kurban dan sekaligus sebagai hari untuk beristirahat.6

Dasar teologis dari upacara kurban yang dikembangkan adalah Allah menciptakan makhluk hidup yang berdiam di atas tanah. Makhluk hidup ini bisa bergerak karena mereka mempunyai darah. Darah adalah simbol kehidupan, sehingga dalam cerita Allah membuat perjanjian dengan anak laki-laki Nuh, perjanjian ini ditujukan kepada semua manusia.7

Berlandaskan pemahaman teologis tersebut, ibadah kemudian menjadi dasar yang sentral

dalam kehidupan bergereja. Karena ibadah menjadi kebiasaan setiap orang percaya dimanapun mereka berada. Hal ini juga yang terjadi pada gereja-gereja di Indonesia khususnya GMIM. Namun yang menariknya terdapat sebuah tradisi ibadah yang tidak biasa dilakukan dalam kehidupan peribadahan di gereja yang berkaitan dengan bulan purnama. Di jemaat GMIM Nafiri Telap terdapat sebuah ibadah yang tidak ditemukan di gereja GMIM lainnya. Ibadah yang dimaksudkan adalah ibadah Bulan Purnama. Hal ini menjadi menarik karena apakah ibadah ini dilakukan untuk menyembah bulan? Ataukah ibadah ini sebagai bentuk ucapan syukur atas cahaya bulan yang diterima?

Pertanyaan tersebut menyebabkan ibadah bulan purnama ini perlu diteliti secara mendalam. Karena sejauh yang diketahui penelitian yang terkait dengan ibadah bulan purnama yang dilakukan oleh Theophile. J Meek, berfokus pada Sabath secara historis yang menyoroti masalah asal-usul ibadah ini dilakukan,8 Erik C. Carter, Masalah penanggalannya dan pengalaman praktisnya,9 dan Saul M. Olyan memahami landasan biblis sabath dalam kitab keluaran 31:12–17

6

Robert B coote. Pada mulanya Penciptaan dan sejarah keimanan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 93.

7

Robert B coote. Pada mulanya Penciptaan dan sejarah keimanan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 94-95.

8

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914). 201-12.

9

(3)

dengan melakukan kajian hermeneutik.10 Gambaran penelitian-penelitian di atas memberikan dasar berpikir untuk dilakukannya penelitian ini. Karena titik temunya adalah ibadah ini dilakukan pada saat terjadinya bulan purnama.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penelitian ini meneliti tentang ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap. Adapun pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah pertama Apa makna teologis dari ibadah Bulan Purnama menurut pemahaman jemaat GMIM Nafiri Telap? Kedua Apa fungsi sosial dari ibadah bulan purnama terhadap jemaat GMIM Nafiri Telap?. Tujuannya untuk mendeskripsikan nilai-nilai teologis dari ibadah bulan purnama menurut pemahaman jemaat, dan sekaligus mendeskripsikan fungsi sosial

dari ibadah bulan purnama terhadap jemaat. Manfaat dari penelitian ini adalahdapat memberikan pemahaman baru kepada masyarakat luas tentang ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap, serta memberikan sumbangan pemikiran baru kepada Jemaat tentang makna teologis dari sebuah ibadah dan memberikan sumbangan secara khusus, bagi civitas akademika Fakultas Teologi yang menjalankan tugas kepelayanan di gereja, jemaat, dan masyarakat, dalam pendalaman dan pemahamannya akan setiap ibadah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha memahami dan menafsirkan makna, peristiwa, dan interaksi tingkah laku individu yang dipahami dari persekutuan Ibadah bulan Purnama.11

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam ( in-depth interview) dengan informan kunci (key informan) seperti tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama setempat yang memiliki peran dalam pelaksanaan ibadah ini. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data yang telah tersedia berupa dokumen

10

Saul M. Olyan. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P and H?. Journal of Biblical Literature (2005) 201–209.

11

(4)

seperti tata gereja liturgi ibadah dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.12 Lokasi penelitian adalah di GMIM Nafiri Telap Kecamatan Eris Kabupaten Tondano Sulawesi Utara. Selain itu dilakukan FGD. FGD merupakan suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a. Wawancara; b. Kelompok ; c. Terfokus/Terarah.13

LANDASAN TEORI

Pengertian Ibadah dan Fungsi Sosialnya

Ibadah kristen adalah kata umum dan inklusif bagi berbagai peristiwa (ritual-ritual) yang menegaskan kehidupan ketika gereja menyelenggarakan pertemuan bersama guna mengekspresikan iman mereka (liturgi) dalam puji-pujian, mendengarkan Firman Allah, dan merespon kasih Allah dengan berbagai karunia dari kehidupan mereka. Gereja-gereja melakukan banyak hal, tetapi yang paling umum dan terpenting adalah yang dilakukan oleh suatu adalah Ibadah. Ibadah kristen adalah sumber dasar bagi segalanya dari gereja dan apa yang dilakukannya. Jika ibadah suatu gereja kekurangan integritas, autentisitas, keramahan, vitalitas, dan keyakinan, kita bisa mengatakan bahwa hal-hal ini akan juga kurang dalam kehidupan lainnya.14

Paul W Hoon berpendapat bahwa “ibadah Kristen adalah pernyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia terhadap-Nya,” atau suatu tindakan ganda: yaitu “tindakan Allah kepada jiwa manusia dalam Yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan manusia melalui Yesus kristus”. Melalui Firman-Nya, Allah “menyingkap dan mengkomunikasikan keberadaan-Nya yang sungguh nya kepada manusia” kata kunci dari dalam pemahaman Hoon tentang ibadah kristen adalah “pernyataan” dan “tanggapan”.15

Kata Ibadat berasal dari bahasa arab („ibaadat-un), yang berarti: pengabdian kepada Tuhan. Maka menurut arti aslinya dalam bahasa arab dan agama islam, kata ibadat mau

12

Jhon W. C, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010) 266-273.

13

Ibid., 266-273. 14

David R Ray, Gereja Yang Hidup : Ide-ide segar menjadikan ibadah lebih menarik, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009), hal 9-10.

15

(5)

mengungkapkan tindakan atau perbuatan manusia yang menyatakan bakti kepada allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bagi orang Islam, misalnya ibadat itu tidak hanya dibatasi pada tindakan doa dan sembahyang saja, melainkan segala perbuatan yang menyatakan bakti kepada Tuhan, seperti: berpuasa dalam bulan ramadhan, zakat, bersedekah, naik hati. Dengan ibadat ditunjuk segala usaha lahir dan batin sesuai dengan perintah tuhan, untuk mendapatkan kebahagian dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun alam semesta. Dengan demikiatn ditinjau dari konteks bahasanya, kata ibadat mengandung makna pertama: tindakan manusia yang menyatakan bakti atau pengabdian kepada Allah dan kedua: ibadat mencakup segala macam tindakan, yang tidak dapat dibatasi pada tindakan sembahyang atau doa saja tetapi semua perbuatan yang dimaksudkan

untuk mengabdi pada Allah.16

Ibadah Bulan Purnama secara Historis

Secara historis tradisi ibadah bulan purnama berasal dari bangsa Babilonia. Peribadahan tersebut dilakukan dengan menggelar festival atau acara perayaan bulanan yang dihitung berdasarkan fase bulan dan identik dengan hari-hari yang di gemari dan tidak digemari. Contohnya perhitungan Bulan Elul jatuh pada hari ke 7, 14, 9, 21 dan 28. Sedangkan Ibadah bulan purnama dilakukan pada hari ke 5. Pada dasarnya ibadah atau ritual ini sering dilakukan oleh bangsa-bangsa di timur tengah mengingat fungsi Bulan sebagai penerang pada saat malam hari. Orang Harania memiliki empat hari pengorbanan dalam sebulan, sekurang-kurangnya dua hari diantaranya ditentukan dari konjungsi dan posisi bulan. Dalam kebudayaan Hindu kuno menganggap bahwa bulan baru dan bulan penuh sebagai hari untuk pengorbanan, bulan penuh maupun bulan baru ternyata memeliki signifikansi religius diantara masyarakat ibrani kuno. Saat-saat seperti ini yaitu perayaan agrikultur sudah di tetapkan, maka perayaan itu selalu dirayakan ketika terjadi fase bulan penuh.17

Ibadah bulan purnama ini kemudian diadopsi oleh bangsa Israel semasa berada di pembuangan, dan dikontekstualkan melalui upacara kurban, bahkan pada awal pemisahan antara bulan penuh ini ada sebuah keputusan bahwa pada saat bulan penuh maka akan tidak boleh ada

16

Emanuel Martasudjita, Liturgi: Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hal 26-27.

17

(6)

yang melakukan aktivitas. Berbeda dengan Babilonia pada saat akan melakukan peribadahan ini mereka membuat kalender sendiri dengan perhitungan yang berbeda. Seperti Hari ke 15 pada bangsa Babilonia diganti dengan hari ke 7 sebagai hari peristirahatan dalam tradisi beragama bangsa Israel karena hari ke 7 dianggap sakral dan nuansa kesempurnaan yang terkandung pada angka itu. Pada waktu kemudian hari ketujuh ini dianggap sebagai hari untuk istirahat dan hari berhenti bekerja ditambahkan kedalam tradisi Ibadah Bulan Purnama. 18

Pada tradisi bangsa Babilonia, perhitungan Bulan Purnama berdasarkan fase bulan yang sudah ditentukan, dipahami bahwa festival yang dilakukan ketika bulan Purnama menjadi sebuah upaya untuk menghindari kemarahan dewa, dan dijadikan sebagai hari yang tepat untuk melakukan penebusan dosa dan menjadi hari tenang.19

Bulan purnama kemudian mengalami perubahan makna ketika di adopsi oleh bangsa Ibrani dan terus berkembang seiring berjalannya waktu di Israel, bangsa Israel selaku bangsa beragama terus memperkuat tradisi ini menjadi tradisi bagi bangsa Israel untuk menghadirkan hari peristirahatan sekaligus hari yang sakral dan suci bagi bangsa Israel, bangsa Israel melalui imam-imam dan para nabi menetapkan bahwa hari ketujuh merupakan hari untuk sembahyang agar lebih diterima oleh masyarakat sekaligus menghindari adanya anggapan bahwa hal ini menjadi praktek-praktek penyembahan berhala.20

Bulan berperan penting dalam kehidupan bangsa Israel karena secara khusus bulan menjadi penuntun para leluhur nenek moyang pada saat malam hari. Penghargaan terhadap bulan selanjutnya dibuat dalam bentuk ritual keagamaan atau secara sederhana mereka kemudian beribadah kepada bulan sebagai wujud terimakasih. Bulan Purnnama memiliki sifat religius yang sangat tinggi di tengah-tengah kehidupan orang Ibrani, khusunya untuk pergelaran perayaan agrikultur maka akan ditentukan berdasarkan fase bulan. 21

18

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914), 201-212.

19

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914) ), 201-212.

20

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914) ), 201-212.

21

(7)

Secara akitabiah Ibadah Bulan Purnama dan bulan baru menjadi tradisi yang dipandang buruk oleh para nabi karena kedua tradisi itu berhubungan dengan bulan. Nabi adalah perpanjangan mulut Allah di dalam agama sehingga mereka tidak menyetujui segala bentuk penyembahan kepada berhala. Hal ini berkaitan dengan Nabi yang merupakan reformator sosial dan tidak tertarik dengan ritual-ritual seperti ibadah kepada bulan ini.22

Ibadah Bulan Purnama secara Teologis

Secara teologis ibadah di bulan Purnama di Alkitab dapat ditemukan dalam kitab Amos 8:4-5 yang mengindikasikan adanya wawasan dan pengenalan bulan baru dan juga Sabat yang adalah bulan purnama, Hosea 2:13 yang menggambarkan kehidupan gurun bangsa Israel (dimana bulan menjadi penerang pada malam hari), Yesaya 1:13 yang mengisahkan adanya

perayaan khusus ketika bulan baru dan bulan purnama, serta II Raja-raja 4:23 yang juga mengindikasikan bahwa bulan baru dan Sabat atau bulan purnama sudah menjadi tradisi yang berakar dalam kehidupan bangsa Israel. Model beribadah yang dilakukan bangsa Israel lebih kepada pengorbanan hewan kurban sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Allah. Simbolisasi ini mempunyai makna sebagai hari perhentian atau istirahat. Bulan di yakini membawa pengaruh baik dan buruk bagi hewan tumbuhan dan manusia. 23

Di dalam kitab Yeremia 7:18; Anak-anak memungut kayu bakar, bapa-bapa menyalakan api dan perempuan-perempuan meremas adonan untuk membuat penganan persembahan bagi

ratu sorga, dan orang mempersembahkan korban curahan kepada allah lain dengan maksud

menyakiti hati-Ku. 8:2; dan diserakkan di depan matahari, di depan bulan dan di depan segenap tentara langit yang dahulunya dicintai, diabdi, diikuti, ditanyakan dan disembah oleh mereka.

Semuanya itu tidak akan dikumpulkan dan tidak akan dikuburkan; mereka akan menjadi pupuk

di ladang. 44:17; tetapi kami akan terus melakukan segala apa yang kami ucapkan, yakni membakar korban kepada ratu sorga dan mempersembahkan korban curahan kepadanya seperti

telah kami lakukan, kami sendiri dan nenek moyang kami dan raja-raja kami dan

pemuka-pemuka kami di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Pada waktu itu kami

22

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914) ), 201-212.

23

(8)

mempunyai cukup makanan; kami merasa bahagia dan tidak mengalami penderitaan.24

Terkandung referensi yang berkaitan dengan peribadatan kepada bulan dan bintang-bintang yang dikecam oleh nabi Yeremia. Ibadah Bulan Purnama juga dilakukan sebaga bagian dari perayaan religius bangsa ibrani dan merupakan satu hari penuh kegembiraan dan kemeriahan (Hos 2:11, I Sam 20:4) menjelaskan bahwa dalam perayaan Ibadah Bulan Purnama ini menjadi sebuah waktu dimana member kurban, hari dimana nabi dapat di kunjungi. Dalam Perayaan Ibadah Bulan Purnama banyak orang terbiasa mengunjungi kuil pada hari dimana para tentara diharuskan mengamankan keramaian yang ada.25

Pada kitab keluaran 31:12-17; (12) "Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati. (13) Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya

ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia

dapat lari. (14) Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia

membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbah-Ku,

supaya ia mati dibunuh. (15) Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum

mati. (16) Siapa yang menculik seorang manusia, baik ia telah menjualnya, baik orang itu masih

terdapat padanya, ia pasti dihukum mati. (17) Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia

pasti dihukum mati.26

Menjelaskan bahwa nabi-nabi memberikan pembenaran tentang ibadah bulan purnama, ibadah bulan purnama yang dalam tradisi Israel di ubah menjadi sabbat, dalam pemahaman awal nabi-nabi berpendapat bahwa semua itu merupakan perjanjian abadi antara Tuhan orang Israel dengan bangsa Israel kuno. 27

II raja-raja 23:5; Ia memberhentikan para imam dewa asing yang telah diangkat oleh raja-raja Yehuda untuk membakar korban di bukit pengorbanan di kota-kota Yehuda dan di

sekitar Yerusalem, juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk dewa matahari,

untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara langit. Menjelaskan bahwa

24

Alkitab Elektronik 2.0.0 25

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914) ), 201-212.

26

Alkitab Elektronik 2.0.0 27

(9)

nabi-nabi mengumumkan hal bagaimana saja yang termasuk dalam kategori agama yang mempercayai bintang-bintang, yang sudah pasti dilarang oleh para imam dan Yosia melakukan pemusnahan terhadap praktek-praktek seperti itu. Namun dalam perkembangannya ketika masa pengasingan ritual-ritual ini mendapat tempat yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan iman-nabi Yehezkiel dan murid-muridnya. Hal ini berkaitan dengan agama Yahweh yang mendapat pengaruh besar dari tradisi agama bintang dan bulan. 28

Karenanya bulan sangat menunjang dalam aktivitas sehari-hari mereka. Pada umumnya, bangsa Ibrani/ Israel menghargai malam hari karena dimaknai sebagai saat yang penuh kebajikan. Alasannya karena malam selalu indentik dengan ketenangan. Berbeda dengan siang hari, matahari yang panas dipandang sebagai sesuatu yang penuh dengan kedengkian. Selain itu,

sebagian besar perjalanan orang-orang Israel dilakukan pada malam hari dan hal ini menjadi alasan yang sentral mengapa mereka kemudian berutang budi atas kebaik bulan yang sudah menjadi sumber penerang bagi jalan mereka. 29

Ibadah Bulan Purnama di Telap

Pada bagian ini membahas tentang hasil penelitian yang mencakup sejarah desa Telap, sejarah GMIM “Nafiri” Telap, sejarah dan makna sosio Teologis dari Ibadah Bulan Purnama.

Desa Telap

Desa Telap merupakan desa ke-tujuh di kecamatan Eris kabupaten Tondano, pada awal mulanya desa Telap hanyalah suatu tempat yang belum ada penghuninya (hutan). Desa ini di ketahui mempunyai tanah yang sangat subur, berbukit-bukit, dan tergeletak di pesisir danau tondano, dengan pemandangan yang sangat indah, sehingga para tua-tua di desa-desa sekitar sering datang untuk mencari dan menangkap ikan, melalui proses inilah maka terkumpulah di desa ini beberapa keluarga, sehingga terbentuklah satu kelompok masyarakat, dan masayarakat

28

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914) ), 201-212.

29

(10)

tersebut memberikan nama Desa Telap yang artinya PATELAPAN NDANO (tempat pertemuan air).30

Desa Telap mempunyai penduduk yang mayoritas Agama Kristen yang terbagi dalam beberapa denominasi Gereja yaitu GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), Gereja Advent di hari Ketujuh, dan Gereja Pantekosta. Desa ini di pimpin oleh seorang Hukum Tua (kepala Desa), dan desa ini terbagi dalam empat dusun yang masing –masing dusun dikepalai oleh seorang kepala jaga dan seorang Mewenteng. Penduduk desa Telap berjumlah 1120 jiwa dan jumlah KK sebanyak 331, hampir mayoritas penduduk di Telap bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani, hal ini di sebabkal oleh faktor pendidikan dan sudah menjadi tradisi sejak lama. Namun

dengan perkembangan yang dari pola pikir maka tingkat pendidikan mulai menanjak, dimana sudah meningkatnya jumlah masyarakat yang merupakan lulusan Strata 1 maupun Diploma.31

GMIM “Nafiri” Telap

GMIM Nafiri Telap awalnya didirikan pada tahun 1850 dan bertempat di desa Telap lama (Amian), tepatnya di kintal/halaman keluarga Sumual Gerungan dan bangunan gereja tersebut sangat sederhana yang terbuat dari bahan bangunan berupa kayu, bambu, dan beratapkan rumbia (dari daun rumbia/pohon sagu), gereja tersebut waktu itu bernama “BAITHEL”. Pada Tahun 1900 gereja di pindahkan ke desa Telap baru (Timu) dan bangunan gereja di kerjakan selama 10 tahun (1900-1910) dan gereja pada waktu itu sudah berganti nama menjadi “SION”, kemudian pada tahun 1980 gereja berganti nama menjadi “EBEN HAESER” , gereja ini juga sempat bernama “IMANUEL” ketika di pimpin oleh guru jemaat bernama A.Gerungan namun tidak ada kepastian Tahun terjadinya. Pada tahun 1982 gereja ini mulai di renovasi untuk menjadi bangunan beton dan di kerjakan selama sepuluh tahun (10),dan terhitung dari tahun 1982-1992, dan kemudian pada Tahun 1992 di resmikan oleh Mentri Koordinator Ekonomi dan Keuangan Bpk, Radius Prawiro dan pada saat itu juga gereja ini di resmikan dengan nama

30

Hasil wawancara dengan Hukum Tua Desa Telap Bpk. Joppi Mailangkay yang dilakukan senin 10 November 2014 pukul 18.00.

31

(11)

GMIM “Nafiri” Telap, nama nafiri di ambil sesuai dengan relief yang ada di dinding tembok bangunan gereja.32

Sejarah dan Pemaknaan terhadap Ibadah Bulan Purnama

Seperti pada umumnya Gereja GMIM yang ada di tanah Minahasa, GMIM Nafiri Telap juga menjalankan peribadahan-peribadahn yang sudah di tentukan dari sinode, yaitu ibadah Kolom (sektor), Ibadah BIPRA (bapak, ibu, pemuda, remaja, dan anak), ibadah Syukuran HUT, Pernikahan, HUT pernikahan, dan Ibadah Duka.33 Namun ada sebuah ibadah yang berbeda di Jemaat GMIM Nafiri Telap dan tidak di miliki di gereja GMIM mana pun, dan hanya di miliki

oleh GMIM Nafiri Telap, yaitu Ibadah Bulan Purnama. Ibadah ini sudah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum ada gereja sebagai tempat persekutuan.34

Ibadah bulan purnama di prakarsai oleh Tua-tua desa Telap. Ibadah ini sendiri bukan di pahami sebagai sebuah ibadah yang bertujuan untuk menyembah Bulan, namun ibadah ini di latar belakangi oleh situasi kehidupan dari orang-orang yang hidup pada zaman itu, yaitu kehidupan yang penuh dengan kegelapan. Faktor pertama ialah pada waktu itu masyarakat di desa Telap belum merasakan terang dari lampu karena belum ada aliran listrik. Faktor kedua ialah karena masih banyaknya orang-orang tua dulu yang masih melakukan ritual-ritual di saat bulan purnama berupa melakukan pertapaan untuk mendapatkan kekuatan-kekuatan di luar manusia.35

Dua faktor inilah yang menjadi pendorong utama terjadinya ibadah di saat bulan Purnama, sehingga Ibadah Bulan Purnama ini sendiri dipahami sebagai sebuah ibadah untuk mensyukuri semua ciptaan Tuhan di dunia ini, termasuk sinar Bulan Purnama. Karena melalui sinar bulan Purnama ini orang-orang di desa Telap bisa berjalan dan berkumpul untuk beribadah kepada Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ketika ada terjadi bulan purnama maka terangnya selain

32 Ibid., 33

Hasil wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12 November 2014 pukul 20.00.

34 Ibid., 35

(12)

dimanfaatkan untuk beribadah, terang bulan ini dapat dimanfaatkan juga untuk mencangkul dan berkebun di malam hari.36

Pada awal masa terjadinya Ibadah ini semua masyarakat di Telap dengan sukacita dan senang mengikuti ibadah ini karena selain membentuk sebuah persekutuan jemaat, melalui ibadah ini juga jemaat dapat berkumpul dan bertemu dengan orang lain sehingga menjadi suatu motivasi untuk selalu melaksanakan Ibadah Bulan Purnama ini.37 Seiring dengan perkembangan zaman dan kehadiran gereja sebagai sebuah persekutuan resmi bagi orang-orang kristen, dan hadirnya perkembangan teknologi dalam bentuk listrik, maka ibadah ini di ambil ahli oleh GMIM dan dijadikan sebagai salah satu Program Jemaat, Ibadah ini di masukan menjadi salah

satu program jemaat di karenakan ibadah ini di prakarsai oleh orang tua-tua masyarakat yang kemudian menjadi warga jemaat GMIM.38

Sampai pada masa kini ibadah ini tetap dilakukan, ibadah ini dilihat sebagai sebuah ibadah yang wajib dilakukan karena baik Pendeta maupun Badan Pekerja Majelis Jemaat melihat bahwa ibadah ini merupakan sebuah ibadah yang baik dan sangat membantu dalam meningkatkan iman Jemaat, hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran jemaat ketika ibadah ini dilaksanakan. Ketika ibadah ini dilaksanakan maka hampir semua warga jemaat antusias untuk hadir untuk mengikuti ibadah ini mulai dari anak-anak-lansia, yang tidak hadir kecuali jemaat yang sakit ataupun yang sudah lanjut usia dan sudah tidak tahan dengan udara dingin. Melihat hal ini maka ibadah Bulan Purnama dijadikan salah satu program jemaat karena Badan Pekerja Majelis Jemaat dan Pendeta melihat sangat baik kalau setiap sebulan sekali ada sebuah ibadah yang menjadi jembatan bagi seluruh jemaat untuk dapat bersekutu dan berkumpul bersama dan saling bertemu satu sama lainnya.39

Ibadah ini selalu dilakukan ketika terjadinya bulan purnama setiap bulan, ibadah ini dapat ditentukan dengan perhitungan tanggal bulan purnama melalui kalender yang disediakan dari GMIM, ada tanda-tanda khusus yang sudah diberi tanda oleh GMIM ketika terjadinya bulan

36

Hasil wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12 November 2014 pukul 20.00.

37

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 8 Bpk. Pnt Jhony. Sagay. Pada hari senin 10 November pukul 10.00

38

Hasil Wawancara dengan Pak. Lucky Tengker. Pada hari Sabtu 15 November 2014 pukul 10.00. 39

(13)

purnama, berbeda halnya dengan proses perhitungan yang terjadi pada masa dulu ketika terjadinya ibadah ini orang-orang tua dulu menghitungnya mengikuti fase bulan, walaupun nantinya ketika akan dilaksanakan ibadah bulan purnama bertepatan dengan musim hujan namun tetap dilangsungkan karena selalu ada perhitungan tersendiri dari gereja.40

Ibadah Bulan Purnama pada zaman dulu selalu dilaksana di alam yang terbuka, di sebuah lapangan atau halaman rumah yang luas sehingga mereka diterangi langsung oleh terang bulan purnama, namun pada masa kini ibadah ini lebih sering dilaksanakan di gedung gereja atau dibuat bangsal, semua itu tergantung majelis kolom yang bertugas, alasan utama tidak dilaksanakan lagi di alam terbuka karena alasan hujan ataupun dinginnya malam hal ini menjaga

agar orang-orang tua yang sudah lanjut usia dan anak-anak terlindungi dari dinginnya malam di desa Telap, namun ada perbedaan yang sangat nampak ketika ibadah ini dilaksanakan di bangsal dan gereja, jika ibadah dilaksanakan di gereja maka jemaat yang hadir itu tidak banyak, namun jika dilaksanakan di bangsal maka hampir semua jemaat hadir. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jemaat membutuhkan suasana yang baru dalam beribadah.41

Ibadah ini seperti pada umumnya, dilaksanakan dengan menggunakan tata ibadah, ada nyanyian-nyanyian, doa dan pembacaan alkitab. Seiring perkembangan jemaat maka ibadah ini dilaksanakan dengan beberapa perubahan-perubahan, seperti liturgi atau tata ibadahnya sudah mengikuti tata ibadah umum yang dipakai dalam setiap peribadahan di kolom, namun tata ibadah atau liturgi ibadah ini sangat fleksibel dan dinamis, karena dapat disesuaikan dengan hari-hari gereja, contohnya tata ibadah atau liturgi bisa memakai tata ibadah hari doa sedunia, liturgi KPI, atau ibadah-ibadah kreatif lainnya, semuanya tergantung dari pelayan (majelis) yang di beri tugas untuk melaksanakan ibadah. Ibadah Bulan Purnama ini di bawah pengawasan KPDP (Komisi Pelayan Doa dan Penginjilan) sebagai penanggung jawab, namun yang menjadi pelaksana adalah Pelayan Khusus kolom, jadi ada penjadwalan untuk pelakasana per kolom.42

Ibadah ini dipandang sangat baik oleh semua pejabat gereja, karena melalui ibadah ini secara tidak langsung jemaat telah menjawab program sinode untuk melaksanakan ibadah KPI,

40

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 7 Ibu Pnt. Jenny. Pada hari senin 10 November 2014 pukul 14.00.

41

Hasil wawancara dengan Majelis Kolom 10 Ibu. Pnt Renny Soputan. Hari jumat 14 November 2014 pukul 09.00.

42

(14)

jika dilihat dari kehidupan jemaat maka dapat dikatakan bahwa melalui ibadah ini menjadi jembatan untuk meningkatkan kehidupan sosial jemaat di tengah-tengah masyarakat. Ibadah ini merupakan batu loncatan yang sangat baik di tengah-tengah kehidupan jemaat, karena melalui Ibadah ini maka kepercayaan-kepercayaan terhadap ilmu-ilmu kebatinan dapat di kikis bahkan dapat dikatakan Ibadah ini mampu menghilangkan pemahaman jemaat terhadap kepercayaan-kepercayaan itu.43

Analisa Pemahaman Jemaat Tentang Ibadah Bulan Purnama

Secara Umum, Ibadah merupakan sesuatu yang baik dalam kehidupan orang Kristen.

Oleh sebab itu Ibadah selalu menjadi bagian dari kehidupan persekutuan orang Kristen. Ibadah dipahami sebagai sebuah penyataan dan tanggapan antara Tuhan dan manusia. Ibadah selalu

memberikan sumbangan yang positif dalam kehidupan manusia baik secara pribadi maupun bermasyarakat. Ibadah juga berperan sangat aktif dalam perkembangan iman jemaat, sehingga ibadah ini sangat penting dalam kehidupan orang Kristen pada masa kini khususnya pada jemaat Nafiri Telap.

Bulan berperan penting dalam kehidupan bangsa Israel karena menjadi penuntun para leluhur nenek moyang pada saat malam hari. Bulan Purnama memiliki sifat religius yang sangat tinggi di tengah-tengah kehidupan orang Ibrani, khususnya untuk pergelaran perayaan agrikultur dan ditentukan berdasarkan fase bulan. 44 Hal yang hampir sama juga terjadi dalam kekehidupan berjemaat di Jemaat GMIM “Nafiri” Telap yang melaksanakan peribadahan di saat terjadi bulan purnama. Orang-orang zaman dulu di Telap memahami bahwa ketika terjadi bulan purnama dengan sinarnya yang sangat terang, ini menjadi sebuah berkah yang sangat luar biasa bagi orang-orang di Telap pada masa itu. Hal ini dikarenakan cahaya dari bulan purnama itu berperan menjadi penerang bagi orang-orang di Telap untuk melakukan aktivitas baik itu dalam bentuk peribadahan maupun untuk bekerja di kebun milik mereka.

Lebih lanjut ketika terjadi bulan purnama, orang-orang Kristen di Telap memanfaatkan terang bulan untuk melaksanakan ibadah sebagai bentuk persekutuan antara orang-orang di

43

Hasil Wawancara dengan Majelis kolom 9 Bpk Pnt. Ernest dan Ibu sym. Hartje. Pada hari Rabu 12 November 2014 pukul 20.00.

44

(15)

Telap dengan Tuhan Allah yang mereka sembah. Ibadah ini dilaksanakan sebagai bentuk ucapan syukur dari mereka kepada Tuhan Allah atas ciptaan-Nya yang luar biasa yaitu benda-benda penerang yang sudah diciptakan. Ucapan syukur ini dilakukan melalui peribadahan setiap kali terjadinya bulan purnama. Alasan utamanya yaitu ketika adanya terang dari bulan purnama maka orang-orang dapat berjalan ke sebuah tempat yang terbuka untuk berkumpul disana bersama-sama melaksanakan peribadahan kepada Tuhan Allah.

Bulan Purnama dan bulan baru menjadi tradisi yang dipandang buruk oleh para nabi. Karena kedua tradisi itu berhubungan dengan penyembahan terhadap bulan. Nabi adalah perpanjangan mulut Allah oleh sebab itu nabi tentunya tidak menyetujui segala bentuk penyembahan kepada berhala.45 Berdasarkan pandangan tersebut ternyata pertentang antara nabi

dan umat Israel, tidak terjadi pada konteks jemaat Nafiri Telap. Karena ibadah ini bukan untuk menyembah bulan namun fokusnya adalah bagaimana umat dapat menyembah Allah semata. Sebab dalam pandangan mereka ibadah yang dilaksanakan adalah untuk mensyukuri ciptaan Tuhan bukan menyembah bulan.

Sebagaimana kehidupan bangsa Israel pada masa perjanjian lama dan persoalan letak geografis yang mempengaruhi aktivitas mereka sehari hari,46 ternyata hal yang hampir sama juga terjadi pada jemaat ini. Karena letak geografis dan motivasi beribadah dibentuk juga oleh lingkungan dimana jemaat GMIM Nafiri Telap tinggal. Letak desa yang secara umum di kelilingi oleh bukit-bukit dan danau Tondano. Menyebabkan aktivitas warga jemaat pada umumnya hanya dapat dilakukan siang hari karena pada malam hari desa tersebut sangat gelap dan belum ada penerang seperti listrik pada masa lalu. Bulan purnama akhirnya dapat membuat mereka merasa senang karena adanya terang dari bulan. Ibadahpun dilaksanakan sebagai sebuah bentuk persekutuan dan sarana untuk berkumpul bersama bertemu satu dengan yang lainnya.

Bulan purnama dihitung berdasarkan fase bulan.47 Jika dipahami dalam konteks berjemaat di jemaat Nafiri Telap, perhitungan bulan purnama hadir dalam wujud yang sederhana.

45

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914), 201-212.

46

Theophile. J Meek.The Sabbath In The Old Testament.(James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914), 201-212.

47

(16)

Bulan purnama di hitung melalui kalender yang disediakan oleh sinode GMIM karena ibadah ini dilaksanakan tiap bulan ketika terjadi bulan purnama. Selain itu ibadah bulan purnama juga terus berkembang mengikuti perkembangan jemaat dan sinode. Contoh kecilnya bentuk tata ibadah yang terus berbeda setiap bulannya dan ibadah yang dijadwalkan pada saat bulan purnama di selenggarakan secara rutin tiap bulan.

Secara sosio-teologis ibadah ini berfungsi dalam membantu perkembangan iman jemaat dan memperkuat relasi antara sesama warga jemaat. Hal ini dikarenakan jemaat mempunyai waktu yang setidaknya sebulan sekali untuk bertemu dalam ibadah Am di Bulan Purnama selain pertemuan di ibadah minggu. Antusiasme jemaat dalam peribadahan ini sangatlah besar oleh

sebab itu terdapat pemaknaan yang beragam dari anak-anak(tempat untuk berkumpul) sampai kepada lansia (dianggap sebagai warisan), karena ibadah ini di kemas dalam suasana dan tema yang cenderung berbeda dari ibadah-ibadah minggu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa ibadah ini merupakan ibadah yang kreatif dan inovatif berdasarkan kebutuhan iman jemaat.

Fungsi sosial dari ibadah bulan Purnama. Ibadah secara langsung dapat dipahami sebagai sarana untuk mengumpulkan orang-orang yang ada dalam satu tempat atau daerah untuk dapat berkumpul dan melakukan sesuatu aktivitas untuk mempererat hubungan kekeluargaan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Perkumpulan ini didalamnya terjalin relasi sosial yang menguatkan komunitas warga desa Telap. Sebab agama secara sosiologis dapat dipandang sebagai suatu jenis sistem, sosial tertentu yang dibuat oleh penganutnya.48 Sistem ini secara sadar maupun tidak sadar dalam komunitas warga desa Telap telah membentuk solidaritas sosial yang tinggi diantara sesama melalui komunikasi antar individu yang mana komunikasi ini menghasilkan sikap saling peduli yang bersumber pada nilai-nilai agama yang utama seperti kasih dalam persaudaran yang terjadi dalam persekutuan ibadah ini yang terus diselenggarakan secara rutin tiap bulan.

48

(17)

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan tinjauan tentang ibadah bulan purnama di GMIM Nafiri Telap dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya Ibadah adalah sarana yang baik dalam perkembangan iman jemaat, semakin banyak Ibadah dalam jemaat akan semakin baik bagi kehidupan sebuah jemaat dan anggota jemaatnya. Secara khusus yang terjadi di jemaat GMIM Nafiri Telap, dimana terdapat sebuah Ibadah yang sangat khas dari jemaat ini yaitu Ibadah Bulan Purnama (pada masa lampau)/ ibadah AM di Bulan Purnama (masa kini), Ibadah ini merupakan ibadah yang hanya dilaksanakan di GMIM “Nafiri” Telap wilayah Tandengan, dan tidak terdapat di gereja GMIM lainnya bahkan di Gereja Protestan di bawah naungan PGI. Pada dasarnya Ibadah Bulan Purnama ini merupakan sebuah Ibadah yang berangkat dari motivasi orang-orang tua dulu untuk

(18)

SARAN

Saran untuk Gereja

Perkembangan sebuah jemaat tergantung dari pemahaman jemaat tentang arti sebuah persekutuan melalui peribadahan yang dilaksanakan. Ibadah Bulan Purnama adalah salah satu ibadah kreatif yang patut dipertahankan dan patut dijelaskan kepada generasi muda gereja tentang pentingnya sebuah ibadah.

Saran untuk Pemuda Remaja dan Anak-anak GMIM Nafiri Telap

Sebuah ibadah kreatif seperti ibadah Bulan purnama adalah ibadah yang akan member warna baru dalam dunia kekristenan, ibadah ini harus dapat di pertahankan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abineno J L Ch. Unsur-Unsur Liturgika Yang dipakai Gereja-Gereja Di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Carter, C. E. The Practice and Experience of the Sabbath among Seventh-day Adventist Pastors.

JurnalPastoral Psychol 62:13–26. 2013.

Coote, B. Robert. Pada Mulanya Penciptaan dan Sejarah Keimanan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

C Jhon W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Groenen C. Sakramentologi Ciri Sacramental Karya Penyelamatan Allah Sejarah, Wujud, Struktur. Yogyakarta: Kanisius,1990.

Hendropuspito, D. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Meek, J. T. The Sabbath In The Old Testament.James Millikin University: Journal of Biblical Literature,1914.

Netti Albinus Lodewyk. Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan. Salatiga: Satya wacana University Press, 2014.

Olyan, M. S. Exodus 31:12–17: The Sabbath According to H, or The Sabbath According to P and H?. Journal of Biblical Literature (2005) 201–209.

Osborne Kenan B. Komunitas, Ekaristi, dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Rachman Rasid. Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Rachman Rasid. Pembimbing Ke dalam Sejarah Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2012.

(20)

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

White James F. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Website :

Referensi

Dokumen terkait

Pengurus gereja juga berpendapat bahwa laporan keuangan gereja penting bagi jemaat karena jemaat berhak mengetahui dana yang telah diberikan kepada gereja, sebagai

Didunia yang sudah modern ini sudah banyak anak-anak terbiasa menggunakan gadget untuk bermain game. Namun akan sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis anak jika game

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah sekolah yang akan mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sudah

Jemaat-jemaat GKP Klasis wilayah Purwakarta memang tidak lepas dari salah satu model gereja yang ada, tetapi dari keenam model gereja tersebut, maka model gereja sebagai

Didalam gerak ayunan ini besarnya kecepatan simpangan maksimum dari kayu menurun seiring dengan bertambahnya waktu dan laju perubahan kecepatan maksimum ini juga sangat

Penelitian ini dilakukan di Banyumanik, khususnya GPIB Jemaat Sion, sehingga jemaat Sion menjadi narasumber penulis, serta penulis juga melihat beberapa hasil

51 Dalam hal ini Gereja Toraja Jemaat Tilengko sudah melakukan analisis iman; pa’ wai mata bagi Gereja adalah bagian dari pelayanan kepada mereka yang berbeban berat, dimana

para pelaku konversi yaitu warga jemaat hasil konversi juga sangat bersemangat karena merasa bahwa dirinya sudah diterima dalam satu komunitas atau satu persekutuan yang