• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: studi kasus pra kondisi desentralisasi di Timor Leste T2 092014901 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: studi kasus pra kondisi desentralisasi di Timor Leste T2 092014901 BAB V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PERSEPSI PARA AKTOR TENTANG

ANTISIPASI DAMPAK

PENYELENGGARAANDESENTRALISASI

ADMINISTRATIF DAN PEMERINTAHAN

DAERAH DI TIMOR LESTE

Pengantar

Gagasan dalam pemikiran para aktor yang berkepentingan dalam pemerintahan, akademisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan terhadap penyelenggaraan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah di Timor Leste merupakan rekomendasi hasil penjaringan aspirasi guna mengantisipasi pelbagai permasalahan yang timbul sebagai dampak dari desentralisasi. Karakteristik permasalahan desentralisasi dalam penelitian ini, secara selektif melalui penjaringan aspirasi para aktor dari pemerintah, akademisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan telah melalu proses konsensus yakni kesepakatan bersama untuk memberikan batasan pada permasalahan-permasalahan yang potensial menghambat desentralisasi, sehingga dapat diketahui pokok permasalahan utama dan diantisipasi melalui berbagai strategi mencapai keberhasilan desentralisasi. Berdasarkan hal tersebut, akan diuraikan secara mendalam pendapat para aktor dari pemerintah, akademisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan terkait penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste.

Persepsi Para Birokrat

(2)

menentukan potensi masalah yang akan dihadapi dan strategiantisipasi yang perlu dilakukan untuk menghindari gagalnya implementasi desentralisasi di Timor Leste.

Tabel 5.1. Konsensus Masalah

Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi

1. Sumber Daya Manusia (SDM);

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor determinan bagi keberhasilan pembangunan di era desentralisasi, minimnya SDM di timor leste dilihat dari aspek kualitas merupakan suatu masalah yang berdampak pada terhambatnya pelaksanaan pembangunan daerah di berbagai sektor.

 melakukan mapping asesment untuk mengidentifikasi SDM yang tersedia di masing-masing daerah dan melakukan Investment SDM sesuai area prioritas tiap-tiap daerah.

 Identifikasi kebutuhan pengem-bangan kapasitas/ ketrampilan dan Pelatihan pengembangan kappa-sitas terhadap aparat pemerin-tahan mulai dari tingkat pimpinan hinga staff di berbagai lembaga pemerintahan daerah.

2. Infrastruktur;

Sektor infrastruktur merupakan masalah yang harus memperoleh perhatian dalam rangka pelak-sanaan desentralisasi, minimnya infrastruktur dasar akan berdampak pada lambatnya pelaksanaan desentralisasi di berbagai sektor.

 percepatan pembangunan infra-struktur fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi.

3. Penyalagunaan wewenang;

Potensi besarnya pengaruh politik dimana hal tersebut menyebabkan hal-hal teknis dalam pembangunan diabaikan sehingah tujuan pembangunan terhambat dan munculnya KKN (isu ini sangat dominan saat ini)

 Mendorong pemerintah daerah utuk menerapkan system Good governance,

 Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dan memberi ruang yang besar bagi partisipasi LSM dan media untuk ikut meLSMntrol jalannya pemerintahan derah.

4. Managemen Keuangan Daerah:

Potensi masalah yang dapat menghambat pelaksanaan desen-tralisasi untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan adalah bagaimana memastikan agar daerah-daerah tersebut menggunakan dana yang

 Lakukan pemantauan terhadap kinerja pemerintah daerah, berikan insentif bagi kinerja yang bagus dan sediakan bantuan teknis untuk mereka yang tertinggal.

(3)

disalurkan dengan sebaik-baiknya. 5. Aspek hukum,

Dasar hukum merupakan landasan kekuatan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, oleh karena itu perlu menetapkan paket UU yang relefan untuk mendukung pelak-sanaan desentralisasi. Tertundanya pengesahan UU dan masih belum memadainya UU untuk menunjang pelaksanaan desentralisasi berpo-tensi besar menghambat pelak-sanaan desentralisasi daerah di Timor Leste.

 Perlunya lobi dan advocacy untuk mendorong penyusunan dan pengesahan UU yang yang bersifat mendesak untuk mendukung pelaksanaan

desentralisasi sebagai mana yang telah direncanakan, antara lain; a) UU organik tentang Kebijakan Desentralisasi Administratif. b) UU Pembagian wilayah administratif, c) UU desentralisasi administratf dan pemerintahan daerah.

6. Sektor swasta:

Pemerintah daerah Sulit mencapai keman-dirian ekonomi karena sektor swasta di daerah sangat rapuh mengingat terbatasnya Modal usaha, minimnya ketrampilan dalam berwirausaha, kurang mandiri, termasuk kondisi infrastruktur yang masih terbatas, berdampak besar terhadap perekonomian daerah mengingat sektor swasta merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan perekonomian daerah.

 Training pemberdayaan tentang kewirausahaan.

 Membentuk kamar dagang municipal

 Memberi isentif dalam bentuk kredit dengan bunga kecil.

7. Kelembagaan;

Sumberdaya Aparatur pemerintah yang minim, sifat ketergantungan tinggi terhadap pemerintah pusat, kterbatasan Sarana dan prasarana, penetapan system birokrasi dan pelaksanaan standar pelayanan minimum yang belum tertata baik hal ini akan berdampak pada redahnya kualitas layanan publik dan hubungan kerja antar lembaga, termasuk antara Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, masyarakat, dan organisasi non pemerintah.

 Penataan kelembagaan yang baik, efisien dan efektif

 Mengadopsi e-Goverment untuk meningkatkan efisiensi: ICT membantu meningkatkan efisiensi tugas pemrosesan massal dan operasi administrasi publik.

 Pengembangan Kapasitas aparatur pemerintah daerah

(4)

Tabel 5.2. Konsensus Prioritas Masalah Potensi

Masalah

Govo1 Gov02 Gov03 Gov04 Gov05 Gov06 Rata

1 6 6 6 6 6 6 6

2 5 6 6 6 5 6 6

3 6 6 5 6 5 6 6

4 5 4 3 6 3 4 4

5 5 6 6 6 5 6 6

6 5 6 5 5 6 5 5

7 6 5 6 6 6 6 6

Tabel 5.3 Hasil Pengelolaan data Potensi

Masalah

Rata

1 6

2 6

3 6

4 Eleminate

5 6

6 5

7 6

Tabel 5.4 Hasil Konsensus Prioritas Masalah Berdasarkan Hasil Pengelolaan Data

Hasil Akhir Konsensus Masalah

Solusi untuk antisipasi

1. Sumber Daya

Manusia (SDM);

melakukan mapping asesment untuk mengidentifikasi SDM yang tersedia di masing-masing daerah dan melakukan Investment SDM sesuai area prioritas tiap-tiap daerah.

 Identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas/ketrampilan dan Pelatihan pengembangan kapasitas terhadap aparat pemerintahan mulai dari tingkat pimpinan hinga staff di berbagai lembaga pemerintahan daerah. 2. Infrastruktur;  percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar

yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi.

Metode Penilaian

1= Tidak berpotensi 2= Potensi rendah 3= Potensi sedang 4= Cukup Berpotensi 5=Berpotensi besar 6=sangat berpotensi

Kategori Low Risk

(5)

Hasil Akhir Konsensus Masalah

Solusi untuk antisipasi

3. Penyalagunaan wewenang;

 Mendorong pemerintah daerah utuk menerapkan system Good governance,

 Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dan memberi ruang yang besar bagi partisipasi LSM dan media untuk ikut mengontrol jalannya pemerintahan derah.

4. Aspek hukum,  Perlunya lobi dan advocacy untuk mendorong penyusunan dan pengesahan UU yang yang bersifat mendesak untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi sebagai mana yang telah direncanakan, antara lain; a) UU organik tentang Kebijakan Desentralisasi Administratif. b) UU Pembagian wilayah administratif, c) UU desentralisasi administratf dan pemerintahan daerah.

5. Sektor swasta:  Training pemberdayaan tentang kewirausahaan.

 Membentuk kamar dagang municipal

 Memberi isentif dalam bentuk kredit dengan bunga kecil.

6. Kelembagaan;  Penataan kelembagaan yang baik, efisien dan efektif

 Mengadopsi e-Goverment untuk meningkatkan efisiensi: ICT membantu meningkatkan efisiensi tugas pemrosesan massal dan operasi administrasi publik.

 Pengembangan Kapasitas aparatur pemerintah daerah

 Membangun infrastruktur sarana prasarana untuk menfasilitasi kinerja lembaga pemerintahan daerah.

(6)

dilakukan penilaian dan pemetaan untuk mengidentifikasi SDM yang tersedia di setiap daerah dan melakukan investasi SDM di setiap daerah. Selain itu, dapat dilakukan identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas atau peningkatan keterampilan melalui pelatihan terhadap aparat pemerintahan mulai dari pimpinan maupun karyawan di berbagai institusi pemerintahan.

Kondisi infrastruktur merupakan masalah kedua yang penting untuk segera diantisipasi dalam penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste. Sebagaimana pandangan Sir.Nuno Reis(Staff Hukum )yang menunjukan bahwa minimnya infrastruktur dasar akan berdampak pada lambatnya pelaksanaan desentralisasi sehingga perlu dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi di Timor Leste. Setelah itu, permasalahan yang perlu diantisipasi selanjutnya ialah penyalahgunaan wewenang. Pandangan Sir. Fransisco Da Costa Soares (Sekertaris negara)menunjukan bahwa politik memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembangunan sehingga berpotensi menimbulkan Korupsi Kolusi dan Nepotismme (KKN), oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mendorong pemerintah dalam menerapkan sistem tatakelola yang baik (good governance) serta melakukan pemberdayaan masyarakat dan memberi ruang yang besar bagi partisipasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan media untuk ikut mengendalikan jalannya pemerintahan daerah.

Permasalahan selanjutnya yang harus diantisipasi dalam penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste ialah manajemen keuangan daerah. Pandangan Sir. Abilio Jose Caitano (CEO Desentralisasi administrasi) menunjukan bahwa manajemen keuangan diperlukan agar dapat dipastikan alur penggunaan dana di daerah secara optimal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah dengan memberikan insentif bagi kinerja pegawai yang berprestasi dan menyediakan bantuan untuk pegawai yang dikategorikan kurang mampu serta menekankan implementasi

(7)

di Timor Leste ialah dasar hukum. Pandangan Jacinto Paijo (Direktur Executive pusat Logistics National dan hubungan desentralisasi) menunjukan bahwa dasar hukum merupakan landasan kekuatan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah sehingga perlu ditetapkan undang-undang yang relevan guna mendukung pelaksanaan desentralisasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan advokasi dalam penyusunan dan pengesahan undang-undang terutama yang mendukung pelaksanaan desentralisasi yakni kebijakan desentralisasi administratif, undang-undang pembagian wilayah administratif dan pemerintah daerah.

Kemandirian ekonomi menjadi bagian yang sangat esensial dalam desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah. Pandangan Aderito Manuel Alves Guteres (Deputi Perencanaan Nasional Pembangunan Desa) menunjukan bahwa pemerintah sulit mencapai kemandirian ekonomi apabila sektor swasta masih sangat rapuh karena keterbatasan akses terhadap modal usaha atau minimnya keterampilan dalam berwirausaha, tidak mandiri serta terbatasanya infrastruktur penunjang yang merupakan bagian penting dalam upaya menumbuhkan perekonomian daerah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pelatihan dalam bentuk pemberdayaan tentang kewirausahaan, menyediakan pasar, membantu pengusaha dalam mengakses modal usaha. Disisi lain, masalah kelembagaan juga perlu mendapat perhatian dalam penyelenggaraan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah. Menurutnya, sumberdaya aparatur pemerintahan yang masih sangat minim serta ketergantungan pada pemerintah pusat, keterbatasan sarana dan prasarana, penetapan sistem birokrasi dan pelaksanaan standar pelayanan minimum yang belum tertata dengan baik sehingga mempengaruhi standar kualitas pelayanan publik serta hubungan kerja antar lembaga, harus dioptimalkan dengan menatakelola kelembagaan yang baik, efisien dan efektif, mengadopsi

(8)

Secara umum, persepsi birokrat menunjukan bahwa hanya beberapa masalah yang disepakati untuk diantisipasi yaitu masalah kapasitas manajemen daerah; sumber daya manusia; infrastruktur fisik; UU penyelenggaraan pemerintah daerah; sektor swasta; penyalagunaan wewenang; dan kelembagaan. Sedangkan masalah yang berdasarkan persepsi birokrat tidak diprioritaskan ialah masalah pendapatan daerah; agenda politik; kebijakan fiskal;perbankan; pembagian wilayah pusat administratif; partisipasi masyarakat; monitoring dan evaluasi; dan blueprint. Masalah yang paling penting untuk di antisipasi berdasarkan skala prioritas adalah sebagai berikut : pertama, sumber daya manusia; kedua, infrastruktur; ketiga, penyalagunaan wewenang; keempat, aspek hukum, kelima, sektor swasta; dan kelembagaan. Dengan demikian berdasarkan persepsi birokrat, sumber daya manusia menjadi prioritas dalam mengantisipasi masalah penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste.

Persepsi Akademisi

Hasil capaian konsensus bersama kelompok akademsisi dalam menentukan Potensi Masalah dan antisipasi yang dianggap perlu untuk menghindari gagalnya implementasi desentralisasi di Timor Leste.

Tabel 5.5 Konsensus Masalah

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi

1. Sumberdaya manusia (SDM) dan Kapasitas manajemen daerah;

a) Minimnya sumberdaya manusia (SDM) dilihat dari aspek Kualitas untuk mengisi posisi-posisi estrategis di pemerintahan daerah.

b) Sistem manajemen daerah yang belum memadai karena Masih terbatasnya kapasitas aparatur pemerintah daerah c) Urbanisasi, perpindahan

penduduk ke kota berdampak pada menumpuknya SDM di

 Strategy pengembangan SDM berdasarkan hasil asesment yang berorientasi pada prioritas kebutuhan pemerintah daerah untuk posisi-posisi teknis yang masih kurang SDMnya.

 Pelatihan kepada aparatur melalui; a) kapacity building need assesemnt; b) design cepacity building plan; c) Strategy pengembangan kapasitas kepada aparatur pemerintah; dan d) program pelatihan dan evaluasi.

(9)

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi Pusat sementara daerah

Municipal mengalami kekurangan SDM yang diperlukan guna mengisi posisi-posisi teknis yang strategis dalam pelaksanaan desentralisasi kedepannya.

kinerja pemerintah daerah, sediakan bantuan teknis untuk mendukung pemerintahan daerah

 pengendalian urbanisasi melalui pembukaan lapangan kerja dan memperbaiki infrastruktur dasar di tingkat Municipal dapat mendorong masyarakat yang bermukim di kota kembali ke daerah asal masing-masing

 Strategy pengembangan SDM berdasarkan hasil asesment yang berorientasi pada prioritas kebutuhan pemerintah daerah untuk posisi-posisi teknis yang masih kurang SDMnya.

2. Infrastruktur Fisik;

Potensi untuk merealisasikan desentralisasi akan lambat dan memakan waktu yang cukup banyak akibat minimnya facilitas infrastruktur dasar di daerah pada masa transisi atau persiapan desentralisasi.

 Percepatan pembangunan infrastruktur Fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi untuk menciptakan kondisi bagi pelaksanaan desentralisasi.

3. UU Penyelengaraan pemerintah daerah;

Potensi implementasi pelaksanaan Desentralisasi akan terus mengalami penundaan atau akan cukup memakan waktu akibat Masih terbatasnya perundang-undangan yang mengikat dan mengatur berbagai aspek penyelenggaraan Desentralisasi pemerintahan daerah.

 Lobi Politik oleh berbagai elemen yang berkepentingan dan advokasi untuk mendorong percepatan Penyusunan Peraturan Pendukung UU Pemerintah Daerah.

4. Pendapatan daerah;

Potensi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat akan tinggi akibat Minimnya sumberdaya alam (SDA) dan minimnya potensi ekonomi lainnya sebagai sumber pendapatan daerah di sejumlah daerah untuk membiayai pembangunan daerah.

 Pemberlakuan desentralisasi fiscal dan mendorong pemerintahan daerah untuk meLSMptimalkan kemampuannya dalam menggali potensi Sumber- sumber pendapatan asli daerah berupa: pajak daerah, retribusi daerah, laba usaha milik daerah dan pendapatan lain yang sah.

(10)

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mendukung program-program yang bersifat berkelanjutan untuk memperkuat perekonomian daerah.

5. Minimnya partisipasi Masyarakat;

Potensi gagalnya mencapai tujuan desentralisasi akibat Banyak program pemerintah yang meleset dan tidak merespon kebutuhan masyarakat akibat minimnya partisipasi masya-rakat karena dampak dari minimnya sosialisasi pemerintah kepada msayarakat dan minimnya pember-dayaan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif termasuk lemahnya LSM dan Media local.

 Melakukan penyuluhan dan empower comunity agar masyarakat bisa berpartisipasi aktif

 memberi ruang kepada LSM dan LSM agar ikut berpartisipasi aktif sebagai social control.

6. Agenda Politik Terselubung; Potensi gagalnya desentralisasi akibat banyak program pemerintah yang meleset karena elit politik mengabaikan agenda pembangunan yang sebenarnya dan justru mengutamakan agenda politik atau kepentingan pribadi/kelompok yang penuh dengan KKN.

 Penerapan good govrnance meliputi;

 a) Penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan; b) Penegakan disiplin dan pembangunan kultur birokrasi yang berbasis etika; c) Penerapan asas profesionalisme yang berbasis kompetensi dan integritas dalam rekrutmen dan promosi; d) Pemberian imbalan yang sesuai kinerja dan kontribusi masing-masing organisasi dan personil yang bekerja dilingkungan pemerintahan.

(11)

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi

7. Lemahnya komitmen pemerintah untuk

merealisasikan desentralisasi pemerintahan daerah karena tekanan politik.

 Lobi Politik oleh berbagai elemen yang berkepentingan dan advokasi untuk menekan pemerintah untuk merealisasikan desentralisasi sesuai amanah UU TL pasal 5 tentang desentralisasi administrative.

8. Monitoring dan Evaluasi; Tidak adanya asesment dan evaluasi terhadap beberapa program ujicoba desentralisasi, antaralin seperti program PDD, PDL dan ADN akan berdampak pada potensi munculnya banyak hambatan dan masalah untuk membangun strategy pelaksanaan desentralisasi yang baik, efektif dan efesien kedepannya.

 membangun system Monitoring dan evaluasi yang komprehensif terhadap semua program ujicoba terkait desentralisasi.

 Laporan hasil evaluasi program-program ujicoba terkait desentralisasi.

9. Penggunaan definisi atau kata kunci;

Pengunaan kata kunci yang yang masih rancu dan membingunkan berpotensi terjadinya salahpaham dan salah interpertasi terhadap konsep-konsep kunci terkait desentralisasi.

 Para pembuat kebijakan perlu lebih konsisten dalam mengunakan kata kunci yang dapat mengantarkan berbagai pihak yang berkepen-tingan untuk lebih mengenal berbagai istilah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sehinga dapat menghindari pemahaman yang rancu, hal ini bisa dilakukan melalui membuat sebuah "Glosarium"

 Glosariu yang telah disusun perlu disosialisasikan mulai dari tingkat para pembuat kebijakan hingga masyarakat biasa agar adanya keseragaman pemahaman istilah-istilah yang muncul.

10. Blueprint;

Dengan tidak adanya Blueprint sebagai arahan kerangka terperinci pelaksanaan desentralisasi dan sebagai landasan pelaksanaan desentralisasi menyebabkan sulitnya memahami arah persiapan pelaksanaan desentralisasi, Tujuan yang ingin dicapai, waktu pelaksanaan, cara pengendalian dll. hal ini berpotensi terhadap lemahnya persiapan yang dilakukan dan

(12)

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi berdampak pada penundaan atau

kegagalan pelaksanaan desentralisasi yang berujung pada mahalnya biaya untuk melakukan pengendalian.

Tabel 5.6 Konsensus Prioritas Masalah Potensi

Tabel 5.7 Hasil Pengelolaan Data

Potensi Masalah Rata

(13)

Tabel 5.8 Hasil Konsensus Prioritas masalah berdasarkan hasil penggelolaan Data

Hasil Akhir Konsesnsus Masalah Solusi untuk antisipasi 1. Sumberdaya manusia (SDM)

dan Kapasitas manajemen daerah;

a) Minimnya sumberdaya manusia (SDM) dilihat dari aspek kualitas dan kualitas untuk mengisi posisi-posisi estrategis di pemerintahan daerah.

b) Sistem manajemen daerah yang belum memadai karena Masih terbatasnya kapasitas aparatur pemerintah daerah c) Urbanisasi, perpindahan

penduduk ke kota berdampak pada menumpuknya SDM di Pusat sementara daerah Municipal mengalami kekurangan SDM yang diperlukan guna mengisi posisi-posisi teknis yang strategis dalam pelaksanaan desentralisasi kedepannya

 Strategy pengembangan SDM berdasarkan hasil asesment yang berorientasi pada prioritas kebutuhan pemerintah daerah untuk posisi-posisi teknis yang masih kurang SDMnya.

 Pelatihan kepada aparatur melalui; a) kapacity building need assesemnt; b) design cepacity building plan; c) Strategy pengembangan kapasitas kepada aparatur pemerintah; dan d) program pelatihan dan evaluasi.

 Lakukan pemantauan terhadap kinerja pemerintah daerah, sediakan bantuan teknis untuk mendukung pemerintahan daerah

 pengendalian urbanisasi melalui pembukaan lapangan kerja dan memperbaiki infrastruktur dasar di tingkat Municipal dapat mendorong masyarakat yang bermukim di kota kembali ke daerah asal masing-masing

2. Sumberdaya manusia (SDM);  Strategy pengembangan SDM berdasarkan hasil asesment yang berorientasi pada prioritas kebutuhan pemerintah daerah untuk posisi-posisi teknis yang masih kurang SDMnya.

(14)

Hasil Akhir Konsesnsus Masalah Solusi untuk antisipasi 4. UU Penyelengaraan pemerintah

daerah;

Lobi Politik oleh berbagai elemen yang berkepentingan dan advokasi untuk mendorong percepatan Penyusunan Peraturan Pendukung UU Pemerintah Daerah.

5. Pendapatan daerah;  Pemberlakuan desentralisasi fiscal dan mendorong pemerintahan daerah untuk meLSMptimalkan kemampuannya dalam menggali potensi Sumber-sumber penda-patan asli daerah berupa: pajak daerah, retribusi daerah, laba usaha milik daerah dan pendapatan lain yang sah.

 Pemerintah memberikan dana transfer yang dapat dikelola daerah dalam pembiayaan penyeleng-garaan pemerintahan daerah dan mendukung program-program yang bersifat berkelanjutan untuk memperkuat rekonomian daerah. 6. Minimnya Partisipasi

Masyarakat;

 Melakukan penyuluhan dan empower comunity agar masyarakat bisa berpartisipasi aktif

 memberi ruang kepada LSM dan LSM agar ikut berpartisipasi aktif sebagai social control.

7. Agenda Politik terselubung;  Penerapan good govrnance meliputi;

a) Penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan; b) Penegakan disiplin dan pembangunan kultur birokrasi yang berbasis etika; c) Penerapan asas profesionalisme yang berbasis kompetensi dan integritas dalam rekrutmen dan promosi; d) Pemberian imbalan yang sesuai kinerja dan kontribusi masing-masing organisasi dan personil yang bekerja dilingkungan pemerintahan.

(15)
(16)

prioritas pada tahap pra kondisi guna mempermudah proses pelaksanaan desentralisasi di Timor Leste.

Hukum dan kebijakan dapat menjadi penyangga keberhasilan pelaksanaan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah. Pandangan Jaime Maia menunjukan bahwa undang-undang penyelenggaraan daerah dapat menjadi masalah yang menghambat desentralisasi oleh sebab itu perlu dirancang dasar hukum dan kebijakan yang mampu mengikat dan mengatur berbagai aspek penyelenggaraan desentralisasi pemerintah daerah. Oleh sebab itu, lobi politik oleh berbagai elemen yang berkepentingan serta advokasi percepatan penyusunan peraturan pendukung desentralisasi diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi pemerintahan. Disisi lain, pendapatan daerah juga berpotensi menimbulkan masalah yang patut diperhatikan dalam proses penyelenggaraan desentralisasi. Pandangan Silverster Sufa menunjukan bahwa potensi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat akan tinggi, akibat minimnya sumber daya alam dan minimnya potensi ekonomi lainnya sebagai sumber pendapatan daerah di sejumlah daerah. Dengan demikian, pemberlakuan desentralisasi fiskal harus dilakukan dengan mendorong pemerintah daerah untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah berupa : pajak daerah, retribusi daerah, laba usaha milik daerah dna pendapatan lainnya. Selain itu, pemerintah dapat memberikan biaya transfer yang dapat dikelola untuk pembiayaan penyelenggaraan desentralisasi dan program berkelanjutan dalam memperkuat perekonomian daerah.

(17)

Masyarakat (LSM) dan media lokal. Oleh sebab itu, penting untuk dilakukan penyuluhan atau upaya mendorong masyarakat lokal dalam berpartisipasi aktif serta memberikan ruang kepada LSM untuk ikut berpartisipasi aktif sebagai pengendali sosial. Disisi lain, permasalahan yang timbul akibat agenda politik juga berpotensi menghambat penyelenggaraan. Pandangan Amelia C. De Araujo Andrade (dosen Unpaz) menunjukan bahwa potensi gagalnya desentralisasi akibat banyak program pemerintah yang tidak tepat sasaran disebabkan oleh elit politik yang mengabaikan agenda pembangunan sebenarnya dan mengutamakan agenda politik atau kepentingan pribadi. Oleh sebab itu, perlu diterapkan tatakelola yang baik (good governance) yakni penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan kebijakan; penegakan disiplin dan membangun budaya birokrasi yang beretika; menerapkan asa profesionalisme yang berbasis kompetensi dan integritas dalam penerimaan pegawai dan promosi; memberikan imbalan yang sesuai dengan kinerja dan kontribusi masing-masing organisasi dan pegawai yang bekerja di lingkungan pemerintahan. Selain itu, dapat dilakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah, memberikan insentif bagi yang berprestasi dan menyediakan bantuan bagi pegawai di daerah tertinggal.

(18)

akademisi, kapasitas manajemen daerah menjadi prioritas dalam mengantisipasi masalah penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste.

Persepsi Pengusaha

Hasil capaian konsensus bersama kelompok Pengusaha dalam menentukan Potensi Masalah dan antisipasi yang dianggap perlu untuk menghindari gagalnya implementasi desentralisasi di Timor Leste.

Tabel 5.9. Konsensus Masalah Daftar Konsesnsus Prioritas

masalah/Isu

Solusi untuk mengantisipasi

1. Sumber Daya Manusia (SDM);

Kapasitas manajemen daerah saat ini belum memadai dan minimnya Kualitas Sumber Daya Manusia yang tersedia merupakan suatu masalah yang berdampak pada terhambatnya pelaksanaan pembangunan daerah di berbagai sektor.

 Identifikasi kebutuhan are kapasitas yang perlu dikembangkan dan Pelatihan terhadap aparat pemerintah (yang sudah ada) di masing-masing daerah.

 melakukan mapping asesment untuk mengidentifikasi SDM yang tersedia di masing-masing daerah dan melakukan Investment SDM sesuai area prioritas tiap-tiap daerah.

2. Infrastruktur Fisik;

Sektor infrastruktur merupakan masalah yang harus memperoleh perhatian dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, minimnya infrastruktur dasar akan berdampak pada lambatnya pelaksanaan desentralisasi di berbagai sektor.

 percepatan pembangunan infrastruktur Fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi.

3. tidak tercapainya kesejahteraan masyarakat akibat minimnya sumber pendapatan Asli daerah atau Kemampuan keuangan daerah yang terbatas.

 Penelitian untuk mengidentifikasi potensi-potensi rill yang unggul untuk di kembangkan.

 Membangun strategy Pembangunan ekonomi daerah

(19)

 Dana bantuan daerah dari pusta di infestasikan pada sektor rill yang etrategis terutama untuk membangun pembangunan ekonomi daerah yang dianggap potensial berdasarkan strategy pembangunan ekonomi daerah. 4. Kebijakan Fiskal;

Salah satu wujud pelaksanaan Desentralisasi adalah dengan adanya otonomi dalam aspek pengelolaan keuangan daerah yang disebut otonomi fiskal atau desentralisasi fiskal, dimana Pemerintah daerah diberikan sumber- sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, oleh karena itu UU yang mengatur tentang Kemandirian Desentralisasi Fiskal harus jelas hal ini untuk mengantisipasi pemerintah daerah tergantung pada dana bantuan pemerintah pusat dan mendorong pemerintah daerah agar meLSMptimalisasikan pengunaan sumber-sumber keuangan daerah untuk membiayai pembangunan ekonomi pemerintah daerah.

 Penetapan UU yang mengatur Desentralisasi fiskal, dimana Pemerintah daerah diberikan sumber- sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.

5. Perbankan;

Perbangkan menjadi salahsatu isu utama dalam pelaksanaan desentralisasi, Peran dan fungsi Banksangat penting dan diharapkan dapat menghidupkan dan memacu perekonomian daerah. sistem perbankan yang buruk dapat menghambat proses pembangunan ekonomi daerah dan berimbas pada gagalnya desentralisasi .

(20)

6. Pembagian Wilayah Administratif;

Pelaksanaan desentralisasi yang dibagi dalam bentuk 13 wilayah, berpotensi menyebabab Lebih dari setengah dana yang seharusnya digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan kepada masyarakat digunakan untuk membiayai belanja pegawai dan administrasi pemerintahan.

 Pembagian wilayah administratif dalam bentuk regional, yaitu Regional satu meliputi wilayah Barat, Regional dua meliputi wilayah tengah, regional tiga meliputi wilayah Timur sedangkan Oecusse masuk pada Zona espesial Ekonomi.

7. Sektor swasta:

Pemerintah daerah Sulit mencapai kemandirian ekonomi karena sektor swasta di daerah sangat rapuh mengingat terbatasnya Modal usaha, minimnya ketrampilan dalam berwirausaha, kurang mandiri, termasuk kondisi infrastruktur yang masih terbatas, berdampak besar terhadap perekonomian daerah mengingat sektor swasta merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan perekonomian daerah.

 Training pemberdayaan tentang kewirausahaan.

 Membentuk kamar dagang municipal

 Memberi isentif dalam bentuk kredit dengan bunga kecil.

(21)

Tabel 5.11 Hasil Pengelolaan Data

Potensi Masalah

Rata

1 6

2 6

3 4

4 6

5 6

6 4

7 6

Tabel 5.12 Hasil Konsensus Prioritas masalah berdasarkan hasil penggelolaan Data.

Daftar Konsesnsus Prioritas masalah/Isu

Solusi untuk mengantisipasi

1. Sumber Daya Manusia (SDM);

 Identifikasi kebutuhan are kapasitas yang perlu dikembangkan dan Pelatihan terhadap aparat pemerintah (yang sudah ada) di masing-masing daerah.

 melakukan mapping asesment untuk mengidentifikasi SDM yang tersedia di masing-masing daerah dan melakukan Investment SDM sesuai area prioritas tiap-tiap daerah.

2. Infrastruktur Fisik;  percepatan pembangunan infrastruktur Fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi.

3. Kebijakan Fiskal  Penetapan UU yang mengatur Desentralisasi fiskal, dimana Pemerintah daerah diberikan sumber- sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. 4. Perbankan;  Pemerintah menjamin dan mendorong expansi

perbankan ke daerah dengan system perbankan yang baik melalui pengunaan teknologi dan system perbankan modern untuk menjalankan fungsinya sebagai a) Lembaga keuangan yang dapat meminjamkan uang. b) Lembaga keuangan yang memberi jasa pengiriman uang. dan c) mendukung sirkulasi keuangan daerah untuk mendorong perekonomian daerah.

Metode Penilaian

1= Tidak berpotensi 2= Potensi rendah 3= Potensi sedang 4= Cukup Berpotensi 5=Berpotensi besar 6=sangat berpotensi

Kategori Low Risk

(22)

Daftar Konsesnsus Prioritas masalah/Isu

Solusi untuk mengantisipasi

5. Sektor swasta:  Training pemberdayaan tentang kewirausahaan.

 Membentuk kamar dagang municipal

 Memberi isentif dalam bentuk kredit dengan bunga kecil.

Dari hasil konsensus diatas menunjukan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu diperhatikan dalam penyelenggaran desentralisasi. Menurut Adolnando Amaral (Econom dan sector Swasta) bahwa kapasitas manajemen yang belum memadai serta minimnya kualitas SDM dapat menjadi masalah dalam penyeleggaraan desentralisasi di berbagai daerah. Sehingga, perlu dilakukan identifikasi kebutuhan dan kapasitas yang perlu dikembangkan melalui pelatihan terhadap aparatur pemerintah di setiap daerah. Disisi lain, Infrastruktur harus dikembangkan. Pandangan Lucas menunjukan bahwa masalah yang harus memperoleh perhatian dalam penyelenggaraan desentralisasi minimnya infrastruktur penunjang sehingga diperlukan percepatan pembangunan infrastruktur.

Kebijakan fiskal merupakan bagian yang sangat esensial dalam pemanfaatan sumber dana pengembangan daerah. Pandangan Estevao Da Costa Belo (ekonom dan rektor Unpaz) menunjukan bahwa salah satu wujud pelaksanaan desentralisasi adalah dengan adanya otonomi dalam aspek pengelolaan keuangan daerah yang disebut otonomi fiskal atau desentralisasi fiskal, dimana pemerintah daerah diberikan sumber keuangan untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang menjadi hak pemerintah daerah. Oleh sebab itu undang-undang yangmengatur tentang kemandirian desentralisasi fiskal harus jelas sehingga dapat diantisipasi masalah yang timbul dari pemanfaatan dana untuk pembangunan. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk ditetapkan undang-undang yang mengatur desentralisasi fiskal dalam desentralisasi.

(23)

Leste) yang menunjukan bahwa peran dan funsi Bank sangat penting dan diharapkan dapat menghidupkan serta memacu perekonomian daerah. Sistem perbankan yang buruk dapat menghambat proses pembangunan ekonomi daerah yang berdampak pada gagalnya desentralisasi. Oleh sebab itu, pemerintah harus mampu menjamin dan mendorong serta memperluas perbankan ke daerah dengan sistem perbankan yang baik, melalui penggunaan teknologi dan sistem perbankan modern untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang dapat meminjamkan uang kepada masyarakat untuk berwirausaha, lembaga keuangan yang memberikan pelayanan jasa pengiriman atau transaksi, mendukung sirkulasi keuangan daerah. Disisi lain, pemerintah daerah akan sulit mencapai kemandirian ekonomi tanpa keterlibatan sektor swasta. Pandangan Rui Gomes (Ekonom dan Director Organisasi sipil Presiden Repoblik Timor Leste) menunjukan bahwa minimnya sektor swasta di daerah disebabkan oleh terbatasnya akses terhaadap modal usaha oleh sebab itu perlu dilakukan pelatihan tentang kewirausahaan, menyediakan pasar serta meminjamkan modal untuk memulai, mengembangkan dan mempertahankan usaha demi pertumbuhan ekonomi daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengelolaan keuangan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi harus diperhatikan. Pandangan Fernando Baptista Anuno (Econom dan Dekan Fakultas Ekonomi)menunjukan bahwa tidak tercapainya kesejahteraan masyrakat juga diakibatkan oleh minimnya PAD dan terbatasnya kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi potensi rill yang dapat dikembangkan, merancang strategi pembangunan ekonomi daerah, desentralisasi fiskal yang memungkinkan pemerintah daerah diberikan sumber keuangan untuk meLSMptimalkan urusan pemerintahan di daerah, memperoleh dana bantuan dari pusat yang diinvestasikan pada sektor rill terutama untuk meningkatkan perekonomian daerah.

(24)

dan sektor swasta. Sedangkan masalah yang berdasarkan persepsi pengusaha tidak diprioritaskan ialah masalah kapasitas manajemen daerah; UU penyelenggaraan pemerintah daerah; pendapatan daerah; agenda politik; penyalahgunaan wewenang; kelembagaan; pembagian wilayah pusat administratif; partisipasi masyarakat; monitoring dan evaluasi; dan blueprint. Masalah yang paling penting untuk di antisipasi berdasarkan skala prioritas adalah sebagai berikut : pertama, sumber daya manusia; kedua, infrastruktur; ketiga, kebijakan fiskal; keempat, perbankan; kelima, sektor swasta. Dengan demikian berdasarkan persepsi pengusaha, sumber daya manusia menjadi prioritas dalam mengantisipasi masalah penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste.

Persepsi Aktor Organisasi Kemasyarakatan (LSM)

(25)

Tabel 5.13 Hasil Konsensus FGD LSM

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi

1. Infrastruktur;

Sektor infrastruktur merupakan masalah yang harus memperoleh perhatian dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, minimnya infrastruktur dasar akan berdampak pada lambatnya pelaksanaan desentralisasi di berbagai sektor.

 percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi.

2. Penyalagunaan wewenang;

Potensi besarnya pengaruh politik dimana hal tersebut menyebabkan hal-hal teknis dalam pembangunan diabaikan sehingah tujuan pembangunan terhambat dan munculnya KKN (isu ini sangat dominan saat ini)

 Mendorong pemerintah daerah utuk menerapkan system Good governance,

 Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dan memberi ruang yang besar bagi partisipasi LSM dan media untuk ikut meLSMntrol jalannya pemerintahan derah. 3. Pembagian Wilayah Administratif;

Pelaksanaan desentralisasi yang dibagi dalam bentuk 13 wilayah, berpotensi menyebabab Lebih dari setengah dana yang seharusnya digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan kepada masyarakat digunakan untuk membiayai belanja pegawai dan administrasi pemerintahan.

 Pembagian wilayah administratif dalam bentuk regional, yaitu Regional satu meliputi wilayah Barat, Regional dua meliputi wilayah tengah, regional tiga meliputi wilayah Timur sedangkan Oecusse masuk pada Zona espesial Ekonomi.

4. Kelembagaan;

Sumberdaya Aparatur pemerintah yang minim, sifat ketergantungan tinggi terhadap pemerintah pusat, kterbatasan Sarana dan prasarana, penetapan system birokrasi dan pelaksanaan standar pelayanan minimum yang belum tertata baik hal ini akan berdampak pada redahnya kualitas layanan publik dan hubungan kerja antar lembaga, termasuk antara Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, masyarakat, dan organisasi non pemerintah.

 Penataan kelembagaan yang baik, efisien dan efektif

 Mengadopsi e-Goverment untuk meningkatkan efisiensi: ICT membantu meningkatkan efisiensi tugas pemrosesan massal dan operasi administrasi publik.

 Pengembangan Kapasitas aparatur pemerintah daerah

(26)

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi

5. Kapasitas manajemen daerah;

Kapasitas Daerah yang belum memadai karena Masih terbatasnya kapasitas aparatur pemerintah daerah

 Pelatihan kepada aparatur melalui; a) kapacity building need assesemnt; b) design cepacity building plan; c) Strategy pengembangan kapasitas kepada aparatur pemerintah; dan d) program pelatihan dan evaluasi.

 Lakukan pemantauan terhadap kinerja pemerintah daerah, sediakan bantuan teknis untuk mendukung pemerintahan daerah

6. Potensi minimnya Partisipasi Masyarakat;

Potensi gagalnya mencapai tujuan desentralisasi akibat Banyak program pemerintah yang meleset dan tidak merespon kebutuhan masyarakat akibat minimnya partisipasi masyarakat karena dampak dari minimnya sosialisasi pemerintah kepada msayarakat dan minimnya pemberdayaan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif termasuk lemahnya LSM dan Media local.

 Melakukan penyuluhan dan empower comunity agar masyarakat bisa berpartisipasi aktif

 memberi ruang kepada LSM dan LSM agar ikut berpartisipasi aktif sebagai social control.

7. Agenda Politik;

Potensi gagalnya desentralisasi akibat banyak program pemerintah yang meleset karena elit politik mengabaikan agenda pembangunan yang sebenarnya dan justru mengutamakan agenda politik atau kepentingan pribadi/kelompok yang penuh dengan KKN.

 Penerapan good govrnance meliputi;

 a) Penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan; b) Penegakan disiplin dan pembangunan kultur birokrasi yang berbasis etika; c) Penerapan asas profesionalisme yang berbasis kompetensi dan integritas dalam rekrutmen dan promosi; d) Pemberian imbalan yang sesuai kinerja dan kontribusi masing-masing organisasi dan personil yang bekerja dilingkungan pemerintahan.

 Lakukan pemantauan terhadap kinerja pemerintah daerah, berikan insentif bagi kinerja yang bagus dan sediakan bantuan teknis untuk daerah yang tertinggal.

8. Monitoring dan Evaluasi;

Tidak adanya asesment dan evaluasi terhadap beberapa program ujicoba desentralisasi, antaralin seperti program PDD, PDL dan ADN akan

 membangun system Monitoring dan evaluasi yang komprehensif terhadap semua program ujicoba terkait desentralisasi.

(27)

Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi

berdampak pada potensi munculnya banyak hambatan dan masalah untuk membangun strategy pelaksanaan desentralisasi yang baik, efektif dan efesien kedepannya.

desentralisasi.

9. Blueprint;

Dengan tidak adanya Blueprint sebagai arahan kerangka terperinci pelaksanaan desentralisasi dan sebagai landasan pelaksanaan desentralisasi menyebabkan sulitnya memahami arah persiapan pelaksanaan desentralisasi, Tujuan yang ingin dicapai, waktu pelaksanaan, cara pengendalian dll. hal ini berpotensi terhadap lemahnya persiapan yang dilakukan dan berdampak pada penundaan atau kegagalan pelaksanaan desentralisasi yang berujung pada mahalnya biaya untuk melakukan pengendalian.

 Menyusun Blueprint sebagai landasan pelaksanaan desentralisasi dengan Penetapan tujuan dan sasaran, strategi Pelaksanaan program dan fokus kegiatan, Langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan.

(28)

Pembagian wilayah pusat administratif menjadi penting untuk diantisipasi dalam proses penyelenggaraan desentralisasi. Pandangan Hugo Fernades(Director For Public Policy and institucional estrangtening The Asia Foundation) menunjukan bahwa pelaksanaan desentralisasi yang dibagi dalam bentuk 13 wilayahmunicipal, berpotensi menyebabkan lebih dari setengah dana yang seharusnya digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan kepada masyarakat, dialihkan untuk membiayai gaji pegawai dan administrasi pemerintahan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembagian wilayah administratif dalam bentuk regional satu meliputi wilayah barat, regional dua meliputi wilayah tengah, regional tiga meliputi wilayah timur sedangkan Oecusse masuk pada wilayah ekonomi khusus. Selain itu, pandangan Jenilto Neves (Directu LSM Asociasaun Mane Kontra Violensia) menunjukan bahwa kelembagaan juga menjadi penting untuk dioptimalkan, sehingga perlu ditatakelola struktur dan fungsi lembaga yang baik, efisien dan efektir dengan mengadopsi sistem pemerintahan yang memadai. Disisi lain, pandangan Adilson Da Costa (Peneiti di LSM Lao Hamutuk) menunjukan bahwa kapasitas manajemen daerah masih perlu ditingkatkan melalui berbagai program pengendalian dan pelatihan kepada aparatur pemerintah daerah sehingga mampu mendukung penyelenggaraan desentralisasi.

(29)

dapat menjadi strategi yang baik, efektif dan efisien. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian penuh terhadap semua program uji coba desentralisasi di Timor Leste. Selain itu, Blueprint menjadi sangat penting. Tidak adanya blueprint sebagai arah pembangunan atau kerangka pelaksanaan desentralisasi yang jelas maka sulit untuk mencapai tujuan desentralisasi. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan progam dan fokus kegiatan berdasarkan kerangka yang jelas untuk diimplementasikan, terutama pada proses penyelenggaraan desentralisasi.

Secara umum, persepsi aktor organisasi kemasyarakat menunjukan bahwa hanya beberapa masalah yang disepakati untuk diantisipasi yaitu masalah sumber daya manusia; infrastruktur fisik; penyalahgunaan wewenang; kelembagaan; pembagian wilayah administratif; partisipasi masyarakat; agenda politik; monitoring dan evaluasi; blueprint. Sedangkan masalah yang berdasarkan persepsi aktor organisasi kemasyarakatan tidak diprioritaskan ialah masalah kapasitas manajemen daerah; UU penyelenggaraan pemerintah daerah; pendapatan daerah; agenda politik; kebijakan fiskal; perbankan; sektor swasta. Berdasarkan hasil konsensus persepsi para aktor organisasi kemasyarakatan ditemukan bahwa semua masalah yang dibahas bersifat esensial dan penting untuk diantisipasi tanpa harus menggunakan skala prioritas.

Hasil Prioritas Potensi Masalah berdasarkan Perbandingan

Presepsi Birokrat, Akademisi, Pengusaha dan LSM

(30)

Tabel 5.14 Hasil Perbandingan berdasarkan prioritas dari empat kelompok Narasumber/aktor

No Isue

Nilai

Total Nilai

Biro-krasi Aka-demisi

Peng usaha LSM

1

Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kapasitas Manajemen

daerah 6 6 6 6 24

2 Infrastruktur Fisik 6 6 6 6 24 3 Penyalagunaan wewenang; 6 - - 6 12

4

UU Penyelengaraan

pemerintah daerah; 6 6 - - 12 5 Sektor swasta: 5 - - 5 6 Kelembagaan; 6 - - 6 12 7 Pendapatan Daerah - 5 - - 5 8 Sektor swasta: - - 6 - 6

9

Potensi minimnya Partisipasi

masyarakat - 5 - 6 11

10 Agenda Politik terselubung - 5 - 6 11 11 Kebijakan Fiskal - - 6 - 6

12 Perbankan; - - 6 - 6

13

Pembagian Wilayah

Administratif; - - - 6 6 14 Monitoring dan Evaluasi; - - - 6 6

15 Blueprint; - - - 6 6

(31)

Tabel 5.15 Prioritas Masalah Utama berdasarkan Hasil Perbandingan konsensus dilihat dari nilai/bobot.

No Isue

Nilai

Total Nilai

Biro-krasi

Akade misi

Pengu-saha LSM

1

Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kapasitas

Manajemen daerah 6 6 6 6 24 2 Infrastruktur Fisik 6 6 6 6 24

Tabel 5.16 Prioritas Masalah kedua berdasarkan Hasil Perbandingan konsensus dilihat dari nilai/bobot.

No Isue

Nilai

Total Nilai

Biro-krasi

Akade misi

Pengu saha LSM

3 Penyalagunaan wewenang; 6 - - 6 12

4

UU Penyelengaraan

peme-rintah daerah; 6 6 - - 12 6 Kelembagaan; 6 - - 6 12

9

Potensi minimnya Partisipasi

masyarakat - 5 - 6 11

10 Agenda Politik terselubung - 5 - 6 11

Kesimpulan

(32)

daerah yang masih minim akan sangat berpengaruh terhadap implementasi kebijakan manajemen daerah sehinga berdampak pada kinerja daerah dan akhirnya berpengaruh terhadap lambatnya pelaksanaan pembangunan di daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi, selain itu isu tingginya jumlah penduduk ke kota (urbanisasi)1 berdampak pada menumpuknya SDM di Pusat sementara

daerah Municipal mengalami kekurangan SDM yang diperlukan guna menduduki posisi-posisi teknis yang strategis dalam pelaksanaan desentralisasi kedepannya. Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan diatas, kelompok birokrat, Akademsi dan swasta merekomendasikan perlunya dilakukan pemetaan (mapping) di masing-masing municipal untuk mengedentifikasi SDM yang tersedia dan melakukan investasi SDM sesuai area prioritas masing-masing daerah otonom, Identifikasi celah "gaps" terkait kebutuhan kapasitas daerah yang perlu dikembangkan dan memberikan pelatihan peningkatan kapasitas berdasarkan area-area prioritas yang ditetpkan oleh pemerintah daerah, selain itu pengendalian urbanisasi melalui pembukaan lapangan kerja dan memperbaiki infrastruktur dasar di tingkat Municipal dapat menekan angka urbanisasi dan berpotensi mendorong masyarakat yang bermukim di kota kembali ke daerah asal masing-masing.

Kedua, Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan. Sarana dan prasarana fisik, atau sering disebut dengan infrastuktur, merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat. Berbagai fasilitas fisik merupakan hal yang esensial guna mendukung pelaksanaan desentralisasi. Kelompok birokrat, Akademisi pengusaha dan LSM berpresepsi bahwa minimnya infrastruktur dasar di berbagai daerah berpotensi terhadap gagalnya pelaksanaan desentralisasi karena pemerintahan daerah tidak dikondisikan pada persiapan yang baik dan justru akan dihadapkan pada banyak permasalahan pada masa pelaksanaan desentralisasi. lemahnya

1

(33)

Gambar

Tabel 5.1. Konsensus Masalah
Tabel 5.3 Hasil Pengelolaan data
Tabel 5.5  Konsensus Masalah
Tabel 5.6 Konsensus Prioritas Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengkoordinasian rencana pembinaan dan rencana kegiatan operasional pelaksanaan urusan dibidang kesehatan hewan dan pemasaran hasil peternakan terhadap

Hal ini tentu tidak sesuai dengan pernyataan Kraemer mengenai pluralisme, bagaimana mungkin seseorang yang berada di luar kekristenan dapat menjadi orang percaya

Untuk peserta yang melakukan Kemitraan/Kerja Sama Operasi (KSO) formulir kualifikasi ditandatangani oleh pejabat yang menurut perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi berhak

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Peserta seleksi SMD yang berasal dari alumni-alumni sarjana peternakan dan kedokteran hewan dari berbagai universitas di wilayah Jawa Timur tersebut kemudian berkompetisi

Setelah diberi penjelasan dan berdiskusi tentang mikrokontroler masa lalu, kini, dan akan datang mahasiswa memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang piranti mikrokontroler

Sehingga, tugas akhir mereka melalui proses yang nyata dari pengalaman yang mereka temui di lapangan.. PR

Learning Intelligen ce Economics Intelligence Political Intelligence Kinesthetic Intelligence Intellectual Intelligence Socio-ecological Intelligence Emotional-spiritual