commit to user
PENGARUH KECERDASAN, PENGETAHUAN EKONOMI
DAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP
LITERASI KEUANGAN PADA SISWA
KELAS XI IPS SMA NEGERI
SEKOTA MADIUN
Merak Setiawati1, Sigit Santosa2, Susilaningsih3.
123
Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta
e-mail : merak9575@gmail.com, sigitsantoso@gmail.com, susi_uns@yahoo.com
Abstrak
Merak Setiawati. S991402012. Pengaruh Kecerdasan, Pengetahuan Ekonomi dan Perilaku Konsumtif terhadap Literasi Keuangan Pada Siswa SMA Negeri SeKota Madiun. Tesis. Pembimbing 1: Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd, Pembimbing 2: Dr. Susilaningsih, M.Bus. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juni 2016.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri Sekota Madiun sebanyak 718 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI sebanyak 260, yang diambil dengan cara Probability
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan
angket. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah statistik inferensial dengan alat analisis statistik Structural Equation Modelling (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Kecerdasan memiliki pengaruh positif terhadap literasi keuangan, 2) Pengetahuan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap literasi keuangan, 3) Perilaku konsumtif memiliki pengaruh positif terhadap literasi keuangan, 4) Kecerdasan, Pengetahuan Ekonomi dan Perilaku Konsumtif berpengaruh positif terhadap Literasi Keuangan.
commit to user
PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah AEC (ASEAN Economic Community) diberlakukan mulai tahun 2016.
Masyarakat Ekonomi Asean(MEA) dirancang untuk mewujudkan Wawasan
ASEAN 2020 yang beranggotakan Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos,
Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Otoritas Jasa Keuangan
fokus pada peningkatan pemahaman masyarakat terkait keuangan karena jumlah
masyarakat yang paham keuangan masih sedikit. Peningkatan literasi keuangan
penting dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Perdagangan
bebas di tingkat ASEAN harus dihadapi dengan berbagai persiapan, salah satunya
mengenai keuangan. Industri keuangan akan terintegrasi pada tahun 2020.
Integrasi akan berjalan baik jika bisa meningkatkan kesejahteraan dan diharapkan
bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan keuangan yang selama ini
merupakan masyarakat penabung menjadi berorientasi pada investasi.
Pelajaran yang dapat diambil dari nilai hutang yang meningkat sehingga
menyebabkan krisis ekonomi dan ketidakmampuan mengambil keputusan
finansial agar tidak terulang dapat diatasi jika masyarakat mempunyai
kemampuan pengelolaan keuangan yang baik. Pendidikan keuangan sebaiknya
diajarkan sejak dini pada masyarakat Indonesia terutama untuk generasi muda dan
disertakan dalam kurikulum pembelajaran sehingga saat generasi muda tumbuh
dan berkembang dapat lebih memahami bagaimana dunia keuangan dan generasi
muda dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan.
Generasi muda saat ini harus memiliki keahlian, ketrampilan dan
pemahaman mengenai literasi keuangan yang akan diimplementasikan di masa
depan sehingga akan mampu membuat keputusan keuangan dengan baik
bersamaan dengan pertumbuhan dunia yang kian kompleks. Otoritas Jasa
Keuangan (2013:34) menyatakan bahwa secara definisi literasi keuangan diartikan
sebagai serangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill) dan keyakinan (confidence) konsumen dan
masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan
commit to user
literasi keuangan adalah untuk melakukan edukasi di bidang keuangan kepada
masyarakat Indonesia agar dapat mengelola keuangan secara cerdas.
Lusardi, et al (2010:58) mengatakan bahwa orang-orang yang mengetahui
prinsip dasar keuangan akan memiliki rencana pensiun yang lebih baik, memiliki
kekayaan yang lebih besar, dan terlepas dari hutang (untuk barang konsumtif)
dengan lebih baik. Literasi keuangan yang rendah mengakibatkan seseorang
cenderung memiliki masalah dengan hutang, tidak mampu membuat anggaran
yang tepat, mungkin terlibat kredit dengan biaya yang tinggi dan memiliki
kemungkinan kecil untuk mampu merencanakan masa depan yang pada akhirnya
menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif berpengaruh positif terhadap financial
literacy.
Tullio Japelli (2010) melakukan penelitian dengan tema Economic
Literacy : An International Comparison yang menyimpulkan bahwa pengetahuan
keuangan tergantung pada kemampuan kognitif dan insentif juga diinvestasikan di
pasar keuangan dan khususnya di dana pensiun. Beberapa penelitian yang
melatarbelakangi penelitian pada dasarnya dilakukan pada obyek masyarakat
keuangan, dana pensiun, pelaku-pelaku bursa saham, dan beberapa kalangan non
pendidikan, sedangkan secara objektif penelitian dilakukan pada objek khusus
yaitu siswa dengan tingkat pendidikan menengah atas khususnya di Kota Madiun.
Penelitian ini secara spesifik berbeda dengan penelitian-penelitian yang
terdahulu karena secara metodologis menggunakan analisis SEM (Structur
Equation Modeling), sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan alat analisis
Regresi linear berganda dan analis of variance yaitu dengan melibatkan variable
faktor sebagai variabel pengendali dalam melakukan kajian dan sintesa terhadap
temuan-temuan dalam penelitian.
Peneliti melakukan pengamatan di lingkungan sekolah siswa banyak yang
terjebak dalam kehidupan konsumtif dengan rela mengeluarkan uang untuk
menuruti segala keinginan bukan kebutuhan. Siswa dalam kehidupan sehari-hari
menghabiskan uang untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik dan
hiburan seperti menonton film. Siswa sebagai remaja memiliki pola konsumsi
commit to user
apabila dalam pergaulannya dikelilingi lingkungan yang berperilaku konsumtif
maka siswa akan mengikuti gaya dan penampilan serupa. Setiap remaja tidak
ingin ketinggalan jaman, selalu terlihat popular dan berusaha mengikuti trend
yang ada sekarang ini. Seorang remaja yang berada di lingkungan pergaulan
dengan teman-teman yang berpenampilan glamour maka remaja tidak mau
tertandingi. Berdasar pengamatan peneliti di lingkungan sekolah jika seorang
remaja berteman dengan orang-orang yang memiliki perangkat elektronik
berkemampuan teknologi tinggi maka akan berusaha untuk memiliki yang lebih
modern.
Literasi keuangan telah diajarkan di sekolah melalui materi pengetahuan
ekonomi seperti perilaku konsumen dan produsen, konsumsi dan investasi, uang
dan perbankan. Meskipun secara teori menghasilkan nilai pengetahuan ekonomi
yang baik yang didukung dengan memiliki kecerdasan tinggi tetapi menurut
pengamatan peneliti materi yang disampaikan belum diaplikasikan dalam dunia
nyata secara maksimal, sehingga siswa masih belum menyadari pentingnya
pelaksanaan literasi keuangan sehingga siswa masih berperilaku konsumtif.
Literasi Keuangan
Menurut buku pedoman Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia
(2013:80), yang dimaksud dengan literasi keuangan adalah “Rangkaian proses
atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keyakinan
(convidence) dan keterampilan (skill) konsumen dan masyarakat luas sehingga
mereka mampu mengelola keuangan yang lebih baik”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumen produk dan jasa keuangan maupun
masyarakat luas diharapkan tidak hanya mengetahui dan memahami lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, melainkan juga dapat mengubah atau
memperbaiki perilaku masyarakat dalam pengelolaan keuangan sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Literasi keuangan adalah kemampuan mengelola dana yang dimiliki agar
berkembang dan hidup lebih bisa sejahtera di masa yang akan datang. Remund
(2010:45) mengemukakan indikator literasi keuangan adalah (1) Penyusunan
commit to user
terhadap anggaran pengeluaran (4) Tabungan (5) Sikap terbuka terhadap
informasi.
Literasi keuangan seseorang dapat dilihat dari proses kognitif atau
pengetahuan yang dia miliki dalam mengelola keuangan, dan dalam sikap
terhadap keuangan pribadi yang akan memengaruhi perilaku keuangan atau
keputusan dalam mengelola keuangan. Hal ini dapat diperkuat dengan pendapat
(Capuono, 2011:52) menyatakan bahwa diperlukan studi pre dan post test untuk
mengetahui adanya perubahan literasi keuangan.
Kecerdasan
Istilah cerdas atau inteligensi berbeda dengan Intelligence Quotient.
Cerdas digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah, sedangkan Intelligence Quotient digunakan untuk melihat
bagaimana status seseorang dibandingkan dengan teman lain. Untuk menentukan
kecerdasan seseorang dapat diukur dengan mengacu pada salah satu konsep yang
ditawarkan para ahli seperti konsep multiple intelligence Gardner (1999:58).
Adapun untuk mengetahui Intelligence Quotient seseorang dapat dilakukan
dengan tes Intelligence Quotient .
Intelegensi berhubungan dengan informasi yang diterima. Seseorang
dikatakan cerdas apabila memiliki daya ingat yang baik, yaitu menggabungkan
informasi yang baru dengan yang sudah ada, pandai menyederhanakan, meringkas
dan mencerna agar bisa menggunakan lebih efisien dan pandai menggunakan
serta menguasai informasi untuk menemukan pemecahan suatu masalah.
Inteligensi dipengaruhi oleh interaksi antara faktor keturunan dan faktor
lingkungan. Faktor keturunan diperoleh dari gen kedua orang tua yang mewarisi
berbagai karakter. Faktor lingkungan diperoleh melalui proses belajar, interaksi
dengan dunia sekitar, interaksi anak dengan orang tua, pengaruh budaya melalui
standard dan norma sosial yang menjadi acuan individu berfikir dan bertingkah
laku.
Pengetahuan Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang penting untuk dipelajari
commit to user
yang dipelajari siswa merupakan asumsi yang mendasari mereka untuk dapat
berpikir secara rasional dalam bidang ekonomi sehingga meningkatkan literasi
keuangan.
Berdasarkan uraian di atas literasi keuangan dapat ditingkatkan antara
siswa dengan sekolah. Pihak sekolah dan guru dapat menyisipkan materi literasi
keuangan pada mata pelajaran ekonomi ataupun tindakan aplikatif lainnya seperti
pelatihan keuangan. Guru sebaiknya menghimbau siswa untuk berperilaku
produktif. Perlu adanya pengembangan sedini mungkin mengenai pengetahuan
ekonomi pada siswa agar siswa dapat menghadapi kehidupan yang nyata berbeda
pada masa sekolah dengan berbekal literasi keuangan yang diterapkan di sekolah.
Pembelajaran ekonomi terutama mengenai pengetahuan ekonomi dan keuangan
siswa SMA secara meyakinkan memberikan pengaruh terhadap perilaku
konsumtif siswa (Herd, et al, 2012:191).
Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif merupakan perilaku membeli barang dengan tidak
berdasarkan pertimbangan rasional dimana mengutamakan keinginan daripada
kebutuhan. Menurut Sumartono (dalam Endang 2013:71) secara operasional
indikator perilaku konsumtif meliputi :
1) Membeli produk karena iming-iming hadiah
2) Membeli produk karena kemasannya menarik
3) Membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi
4) Membeli produk atas pertimbangan harga bukan berdasar manfaat dan
kegunaan
5) Membeli produk untuk menjaga simbol status
6) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan
7) Munculnya penilaian bahwa dengan membeli produk dengan harga mahal
akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi
8) Mencoba lebih dari dua produk sejenis tapi berbeda merek
Perilaku konsumtif remaja hampir melanda semua kalangan baik di
commit to user
tinggi tidak berdasarkan kebutuhan tetapi berdasar keinginan maka diperlukan
literasi keuangan yang baik akan menjadikan konsumen yang cerdas, dapat
memilah barang, mengatur keuangan dengan baik dan merencanakan masa depan.
Uraian di atas mengindikasikan pentingnya pemahaman literasi keuangan
yang baik untuk mencegah perilaku konsumtif dan ada keterkaitan antara literasi
keuangan dengan perilaku konsumtif. Kenyataan ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Samuel (2013:301) menyatakan bahwa literasi keuangan
berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Semakin tinggi skor literasi
keuangannya maka perilaku konsumtifnya relatif terkendali, demikian juga
sebaliknya.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif
dengan subyek penelitian adalah siswa SMA Negeri Sekota Madiun kelas XI
Tahun Pelajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dengan menggunakan rumus
Slovin yang menghasilkan 260 responden. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan tes dan angket (kuesioner).
Tahapan dalam penyusunan instrumen yakni menetapkan
variabel-variabel penelitian yang diteliti. Kegiatan selanjutnya pemberian definisi
operasionalnya dari variabel tersebut dan ditentukan indikator yang akan diukur.
Berdasarkan indikator tersebut dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau
pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan
kisi-kisi instrumen. Sebelum digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data
terlebih dahulu dilakukan uji validasi konten yang diverifikasi oleh ahli serta
validasi empirik dengan uji statistik product moment. Dalam penelitian uji
validasi empirik dilakukan dengan analisis faktor.
Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala Likert, yaitu skala untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang disebut dengan variabel
commit to user
dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Peneliti menyusun soal sebanyak 11 butir item pertanyaan untuk angket.
Peneliti melakukan uji coba instrumen dengan menyebar tes dan angket kepada 30
responden di luar sampel. Dari 11 item soal kesemuanya valid. Dalam pengujian
instrumen peneliti membawa kisi-kisi dan instrumen penelitian yang telah dibuat
selanjutnya dimintakan pendapat kepada para ahli. Para ahli akan memberikan
komentar terhadap kisi-kisi dan butir-butir instrumen yang telah dibuat baik dari
segi teori yang digunakan maupun keterbacaannya. Berdasarkan komentar dan
saran para ahli selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
instrumen. Instrumen yang telah diperbaiki di uji cobakan dan di analisis.
Adapun cara pengukuran validitas angket dengan menggunakan analisis
korelasi yaitu mengkorelasikan total skor variable X dengan total skor kemudian
total variable Y dengan skor total dan dalam hal ini menggunakan rumus product
moment. Dasar pengambilan keputusan validitas instrumen adalah :
1). Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut valid.
2). Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan pada responden yang
berjumlah 30 responden di luar sampel yang akan diteliti. Proses pengujian
validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada
dalam sebuah angket, apakah isi dari butir-butir pertanyaan tersebut sudah valid
dan reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru
diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, maka butir
pertanyaan dibuang. Butir-butir yang sudah valid kemudian secara bersama diukur
reliabilitasnya. Pengukuran reliabilitas dengan cronbach’s alpha yakni mengukur
keandalan indikator-indikator yang digunakan dalam kuesioner penelitian.
commit to user
dapat dikatakan reliable apabila memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) sebesar 0,6 (α ≥ 0,6). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dari instrumen penelitian maka dilakukan dengan menggunakan bantuan software olah data.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan
perangkat lunak software olah data Amos versi 21.
1. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik jawaban
responden terhadap variabel penelitian baik variabel eksogen maupun
endogen dan untuk memudahkan menghitung dan persentase jawaban
responden, dilakukan klasifikasi kategori jawaban dalam lima interval,
dengan menggunakan rumus statistik sebagai berikut :
Interval = Skor tertinggi – Skor Terendah
Jumlah Kelas Interval
Persentase diperoleh dari jumlah frekuensi dibandingkan dengan jumlah
sampel. Frekuensi dan persentase dalam analisis deskripsi ini digunakan untuk
menentukan apakah variabel penelitian tersebut termasuk dalam kategori sangat
tinggi, cukup tinggi, kurang, sangat kurang. Analisis deskriptif juga dibahas
berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban responden dan persentase kategori
di setiap indikator dan variabel.
2. Teknik Analisis Statistik SEM
Sesuai dengan rumusan masalah serta hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini, maka teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modelling (SEM), teknik analisis gabungan antara
analisis faktor dan analisis regresi dan penerapannya dilakukan secara simultan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Uji parsial
Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh variabel Intelligence Quotient
(IQ), Nilai Pengetahuan Ekonomi, dan Perilaku Konsumtif terhadap literasi
keuangan, dapat diketahui dari model persamaan dengan persamaan linear
commit to user
diproses dengan program amos maka diperoleh persamaan standardized
regression sebagai berikut : Y = 0,629 X1 + 0,43 X2 + 0,286 X3
Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diuji
koefisien-koefisiennya dengan menggunakan statistik critical ratio (CR) jika nilai CR
lebih besar dari 2 maka dapat disimpulkan ada pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini tabel hasil
perhitungan nilai CR untuk masing-masing variabel yaitu Intelligence
Quotient (IQ), pengetahuan Ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap
[image:10.595.133.540.217.592.2]literasi keuangan.
Tabel 17.Hasil Uji Critical Ratio
Variable Estimate
S.E. C.R. P Label Dependen Independen Unstandardize Standardize
Literasi <--- Perilaku 0,238 0,286 0,028 6,32 ***
Literasi <--- x2 0,109 0,43 0,015 7,39 ***
Literasi <--- x1 0,087 0,629 0,009 9,389 ***
lk4 <--- Literasi 0,826 0,545 0,109 7,578 ***
lk5 <--- Literasi 0,927 0,592 0,114 8,116 ***
lk1 <--- Literasi 1 0,627
lk3 <--- Literasi 0,899 0,541 0,119 7,531 ***
pk1 <--- perilaku 0,991 0,746
pk2 <--- perilaku 0,798 0,63
pk3 <--- perilaku 0,637 0,506
pk4 <--- perilaku 0,586 0,451
pk5 <--- perilaku 0,728 0,555
pk6 <--- perilaku 0,805 0,605
lk2 <--- Literasi 1,042 0,656 0,118 8,804 ***
Sumber : data diolah 2016
a. Pengaruh Intelligence Quotient (IQ) terhadap Literasi Keuangan
Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diuji
koefisien-koefisiennya dengan menggunakan statistik critical ratio (CR) jika nilai
CR lebih besar dari 2 maka dapat disimpulkan ada pengaruh kecerdasan/
Intelligence Quotient (IQ) terhadap literasi keuangan. Diperoleh nilai
commit to user
sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan/ Intelligence Quotient (IQ)
berpengaruh terhadap literasi keuangan.
b. Pengaruh Nilai Pengetahuan Ekonomi terhadap Literasi Keuangan
Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diuji nilai koefisien
variabel pengetahuan ekonomi menggunakan statistik critical ratio (CR)
jika nilai CR lebih besar dari 2 maka dapat disimpulkan ada pengaruh
pengetahuan ekonomi terhadap literasi keuangan. Diperoleh nilai critical
ratio untuk variabel pengetahuan ekonomi sebesar 7,39 yang lebih besar
dari 2 sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan ekonomi
berpengaruh terhadap literasi keuangan.
c. Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Literasi Keuangan
Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diuji nilai koefisien
variabel perilaku konsumtif menggunakan statistik critical ratio (CR) jika
nilai CR lebih besar dari 2 maka dapat disimpulkan ada perilaku konsumtif
terhadap literasi keuangan. Diperoleh nilai critical ratio untuk variabel
perilaku konsumtif sebesar 9,39 yang lebih besar dari 2 sehingga dapat
dikatakan bahwa perilaku konsumtif berpengaruh terhadap literasi
keuangan.
Apabila dilihat besarnya nilai critical ratio pada ketiga variabel
indepeden tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel
perilaku konsumtif memiliki nilai yang paling besar, hal ini berarti dari
ketiga variabel tersebut yang paling berpengaruh terhadap literasi
keuangan adalah perilaku konsumtif kemudian diikuti pengetahuan
ekonomi dan yang paling kecil pengaruhnya adalah
kecerdasan/Intelligence Quotient (IQ).
2. Uji Agregat (Kebaikan Model)
Berdasarkan model yang telah dibangun pada kerangka pemikiran atau
kerangka teori maka selanjutnya model tersebut diuji dengan pemodelan pada
structure equation modeleng (SEM) dengan menggunakan program aplikasi
Amos 21 yang bertujuan untuk membuktikan apakah model hipotetik yang
commit to user
antara model hipotetik dengan model empirik, maka dapat dikatakan bahwa
model telah sesuai dengan kenyataan empirik atau dengan kata lain Ho yang
menyatakan tidak ada perbedaan antara model hipotetik dengan model
[image:12.595.159.509.203.693.2]empirik diterima. Berikut ini model yang akan diuji kebenarannya.
Gambar 6. Model Pengaruh antar Variabel
Tabel 18. Kriteria Pengujian Model SEM
GOF Index Tingkat kecocokan yang diterima Chi-square 75,494
P-Value P = 0,086 >0,05
GFI GFI = 0,921>0,90 good fit RMR (standardized) RMR Stand = 0,032 <0,05 RMSEA RMSEA = 0,032 <0,08 good fit TLI atau NNFI NNFI=0 ,975>0,90 good fit NFI NFI= 0,915>0,90 good fit AGFI AGFI= 0,911 >0,90 good fit RFI 0,80<RFI = 0,890<90 marginal IFI IFI = 0,981>0,90 good fit CFI CFI = 0,981 >0,90 good fit Normed Chi-Square Batas bawah 1,0
commit to user
a. Mesurement model fit dilakukan uji ( 2 statistic)
Mesurement model fit berfungsi menguji apakah keseluruhan
model yang terbangun antara hipotetiknya (model terbangun) dengan
kenyataan empiriknya (hasil analisis data) sudah sesuai atau belum.
Dengan kata lain 2
adalah pengukuran dasar yang digunakan dalam SEM
yang berguna untuk mengkuantitatifkan perbedaan antara matriks
kovarian hasil observasi dan estimasi.
Model yang akan diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila
nilai chi square-nya rendah. Semakin kecil nilai 2, semakin baik model
tersebut (karena dalam uji beda chi square, 2 yang kecil, berarti
benar-benar tidak ada perbedaan), dan diterima berdasarkan probabilitas dengan
cut off value p = 0,086 >0.05.
Berdasarkan pada perhitungan dengan progam Amos versi 21 diperoleh nilai 2
hitung sebesar 75,494< 25%;60 = 79,082 dan probabilitas
sebesar 0,0,086 > cutt off =0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model structure equation modeling yang dihipotetik-kan atau
diestimasikan sudah sesuai dengan kondisi empirik di lapangan atau
model dapat dapat diterima.
b. Structural model fit dilakukan uji the root mean square error of
approximation (RMSEA)
Secara eksplisit RMSEA mencoba untuk membetulkan baik
kompleksitas model dan ukuran sampel yang digunakan, dengan
melibatkan RMSEA dalam perhitungan. Semakin rendah hasil RMSEA
mengindikasikan model semakin sesuai. Nilai RMSEA =0,032 di bawah
0,08 adalah nilai yang dapat diterima untuk kesesuaian sebuah model.
Kelebihan RMSEA adalah nilai confidence interval yang diatur, sehingga
menghasilkan kisaran nilai RMSEA, dengan confidence interval yang
dibutuhkan, misalkan RMSEA berkisar antara 0,03 sampai dengan 0,08
dengan 95% confidence.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan program Amos versi 21
commit to user
dapat digunakan sebagai jaminan bahwa model yang terbangun adalah
sudah sesuai dengan kenyataan yang di lapangan.
c. Absolute fit measure dilakukan uji Goodness of fit index (GFI)
GFI akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam
matrik kovarian sample yang dijelaskan oleh matrik kovarian populasi
terestimasi. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila GFI
mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan program Amos versi 21
diperoleh nilai GFI sebesar 0,921 yang lebih besar sama dengan 0,90
sehingga dapat dikatakan matrik kovarian sample yang dijelaskan oleh
matrik kovarian populasi terestimasi dengan baik.
d. Dilakukan uji Adjusted goodness of fit index (AGFI)
Incremental fit measure merupakan indek yang disesuaikan
(adjust) terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima
atau tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah
bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan program Amos versi 21
diperoleh nilai AGFI sebesar 0,911 yang lebih besar sama dengan 0,90
sehingga dapat dikatakan model dapat diterima dengan lebih baik dan
meyakinkan karena telah sesuai antara teori dengan kenyataan.
Pembahasan
1. Pengaruh kecerdasan/ Intelligence Quotient (IQ) terhadap literasi keuangan
Hasil perhitungan secara statistik untuk variabel Kecerdasan/ Intelligence
Quotient (IQ) disimpulkan ada pengaruh antara antara kecerdasan/ Intelligence
Quotient (IQ) terhadap variabel literasi keuangan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
nilai critical ratio (cr) variabel kecerdasan/ Intelligence Quotient (IQ) sebesar 9,389 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 ≤ 0,05, sedangkan besarnya nilai estimate yang mencerminkan nilai koefisien regresi pada mode standardize
sebesar 0,629. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai variabel kecerdasan/
Intelligence Quotient (IQ) sebesar satu satuan akan memberikan dampak pada
commit to user
Bukti statistik tersebut mencerminkan bukti empiris yang menjadi fakta
bahwa Intelligence Quotient (IQ) sangat berpengaruh terhadap literasi keuangan,
hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lusardi (2009:104). Demikian juga dengan
hasil penelitian Herd (2012:212) menyatakan tinggi rendah Intelligence Quotient
(IQ) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Literasi keuangan.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa seorang siswa yang memiliki
Intelligence Quotient (IQ) tinggi akan memiliki literasi keuangan yang lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah. Hal
tersebut karena siswa yang memiliki Intelligence Quotient (IQ) tinggi lebih
mudah menyerap ilmu yang diberikan sehingga kemampuannya dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan keuangan akan lebih
baik.
2. Pengaruh pengetahuan ekonomi terhadap literasi keuangan
Hasil perhitungan secara statistik untuk variabel Pengetahuan Ekonomi
(X2) disimpulkan ada pengaruh antara pengetahuan ekonomi (X2) terhadap
variabel literasi keuangan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai critical ratio (cr)
variabel pengetahuan ekonomi (X2) sebesar 7,39 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 ≤ 0,05, sedangkan besarnya nilai estimate yang mencerminkan nilai koefisien regresi pada mode standardize sebesar 0,43. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan nilai variabel pengetahuan ekonomi (X2) sebesar satu satuan
akan memberikan dampak pada peningkatan variabel literasi sebesar 0,43 satuan.
Bukti statistik tersebut mencerminkan bukti empiris yang menjadi fakta
bahwa pengetahuan ekonomi yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap
literasi keuangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Japelli (2010:221) yang
berjudul : Economic Literacy : An International Comparison dengan kesimpulan
bahwa pengetahuan keuangan berpengaruh pada keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan keuangan pribadi. Demikian juga hasil penelitian Huston
(2010:187) yang berjudul : Measuring Financial Literacy, menyimpulkan bahwa
literasi keuangan dapat digunakan untuk memprediksi perilaku keuangan.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa seorang siswa memiliki
commit to user
pembentukan literasi keuangan siswa melalui kombinasi berbagai metode
pengajaran, media dan sumber belajar yang sesuai dengan kompetensi, diharapkan
mampu memberikan bekal kepada siswa menjadi siap dan mampu menghadapi
kehidupan mereka saat ini maupun masa depan yang semakin kompleks. Selain
itu dengan nilai pengetahuan ekonomi yang baik menunjukkan bahwa siswa
memiliki kemampuan memahami, menilai, dan bertindak dalam kepentingan
ekonomi dan keuangan.
3. Pengaruh perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan
Hasil perhitungan secara statistik untuk variabel perilaku konsumtif (X3)
disimpulkan memberikan pengaruh terhadap variabel literasi keuangan. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa nilai critical ratio (cr) variabel pengetahuan ekonomi (X3) sebesar 6,32 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 ≤ 0,05, sedangkan besarnya nilai estimate yang mencerminkan nilai koefisien regresi pada mode
standardize sebesar 0,286. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai variabel
perilaku konsumtif (X3) sebesar satu satuan akan memberikan dampak pada
peningkatan variabel literasi sebesar 0,286 satuan.
Bukti statistik tersebut mencerminkan bukti empiris yang menjadi fakta
bahwa perilaku konsumtif yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap
literasi keuangan. Enrico (2014:19), dalam penelitiannya yang berjudul : The
factors that Influenced Consumptive Behaviour : A Survey of University Students
in Jakarta. Kesimpulan dari penelitiannya adalah produk, daya beli, status sosial,
prestise dan kepuasan berhubungan erat dengan kecenderungan masyarakat untuk
memiliki perilaku konsumtif.
Dari hasil temuan penelitian ini, didapatkan cara untuk dapat
meningkatkan literasi keuangan anak yaitu dengan cara meningkatkan pendidikan
keuangan di keluarga yaitu dengan cara melihat kembali orang-orang terdekat
yang ada di sekitar lingkungan, lingkungan keluarga sebagai lingkungan terdekat
hendaknya memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan hidup dan pola
sosialisasi yang akan menentukan sikap, perilaku serta proses pendidikan terhadap
anak-anaknya. Selain itu orang tua bisa mensosialisasikan dan mendidik anak
commit to user
mendidik perkembangan kompetensi pengelolaaan keuangan. Memberikan uang
saku menunjukkan kepercayaan orang tua bahwa anak sudah memiliki
tanggungjawab finansial untuk mengatur uang sakunya sendiri seperti
membelanjakan dan menabung. Pemberian pendidikan pengelolaan keuangan
terhadap siswa dapat menghasilkan beberapa hal yang positif terkait dengan
membelanjakan, menabung, dan menginvestasikan uang saku dengan benar.
4. Pengaruh Kecerdasan/ Intelligence Quotient (IQ), Pengetahuan Ekonomi dan
Perilaku Konsumtif terhadap Literasi Keuangan
Hal ini dapat dibuktikan dari nilai chi square Apabila sama antara model
hipotetik dengan model empirik, maka dapat dikatakan bahwa model telah sesuai
dengan kenyataan empirik atau dengan kata lain Ho yang menyatakan tidak ada
perbedaan antara model hipotetik dengan model empirik diterima. Berikut ini
model yang akan diuji kebenarannya.
Intelligence Quotient (IQ) tinggi lebih mudah menyerap ilmu yang
diberikan sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pengetahuan keuangan akan lebih baik. Nilai pengetahuan ekonomi
sebagai tolok ukur keberhasilan dalam belajar diharapkan bisa menghasilkan
literasi keuangan yang tinggi. Perilaku konsumtif yang tinggi berarti menunjukkan
ketidak berhasilan dalam literasi keuangan. Dengan kecerdasan yang tinggi dan
nilai pengetahuan ekonomi yang baik maka diharapkan menurunkan sikap
perilaku konsumtif sehingga siswa mampu meningkatkan kemampuan literasi
keuangan.
Hasil uji koefisien square multiple correlation sebesar 0,884
menunjukkan bahwa variasi variabel independen yaitu Intelligence Quotient (IQ),
pengetahuan ekonomi, dan perilaku konsumtif dapat menjelaskan terhadap variasi
variabel dependen yaitu literasi keuangan sebesar 88,4 %, karena dari tiga variabel
penelitian baru dapat menjelaskan sebesar 88,4 %, berarti masih ada variabel
penjelas lainnya sebesar 11,6 % di luar model penelitian.
Berdasarkan pada perhitungan dengan progam Amos versi 21 diperoleh nilai 2 hitung sebesar 75,494< 2
5%;60 = 79,082 dan probabilitas sebesar 0,0,086 >
commit to user
modeling yang dihipotetik-kan atau diestimasikan sudah sesuai dengan kondisi
empirik di lapangan atau model dapat diterima.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan :
a. Kecerdasan/ Intelligence Quotient (IQ) berpengaruh positif terhadap Literasi
Keuangan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai critical ratio (cr) variabel
kecerdasan/ Intelligence Quotient (IQ) sebesar 9,389 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 ≤ 0,05, sedangkan besarnya nilai estimate yang mencerminkan nilai koefisien regresi pada mode standardize sebesar 0,629.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai variabel kecerdasan/
Intelligence Quotient (IQ) sebesar satu satuan akan memberikan dampak
pada peningkatan variabel literasi sebesar 0,629.
b. Pengetahuan Ekonomi berpengaruh positif terhadap Literasi Keuangan. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa nilai critical ratio (cr) variabel pengetahuan ekonomi (X2) sebesar 7,39 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 ≤ 0,05, sedangkan besarnya nilai estimate yang mencerminkan nilai koefisien
regresi pada mode standardize sebesar 0,43. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan nilai variabel pengetahuan ekonomi (X2) sebesar satu satuan akan
memberikan dampak pada peningkatan variabel literasi sebesar 0,43 satuan.
c. Perilaku Konsumtif berpengaruh positif terhadap Literasi Keuangan. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa nilai critical ratio (cr) variabel pengetahuan
ekonomi (X3) sebesar 6,32 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 ≤ 0,05,
sedangkan besarnya nilai estimate yang mencerminkan nilai koefisien
regresi pada mode standardize sebesar 0,286. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan nilai variabel perilaku konsumtif (X3) sebesar satu satuan akan
memberikan dampak pada peningkatan variabel literasi sebesar 0,286
satuan.
d. Kecerdasan/Intelligence Quotient (IQ), pengetahuan ekonomi, dan perilaku
konsumtif berpengaruh signifikan terhadap Literasi Keuangan. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa nilai Mesurement model fit nilai chi square-nya rendah. Semakin kecil nilai 2
commit to user
uji beda chi square, 2 yang kecil, berarti benar-benar tidak ada perbedaan),
dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value p = 0,086 >0.05.
Berdasarkan pada perhitungan dengan progam Amos versi 21 diperoleh
nilai 2 hitung sebesar 75,494< 2
5%;60 = 79,082 dan probabilitas sebesar 0,0,086 >
cutt off =0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model structure equation
modeling yang dihipotetik-kan atau diestimasikan sudah sesuai dengan kondisi
empirik di lapangan atau model dapat dapat diterima.
Saran :
1. Kepada Kepala Sekolah dan Guru
a. Memasukkan program literasi keuangan dalam materi pengetahuan
ekonomi agar siswa memiliki pengetahuan keuangan sehingga dapat
mengelola keuangan pribadi dengan lebih cerdas.
b. Para guru hendaknya memberikan keteladanan yang positif kepada siswa
bagaimana berperilaku produktif dan memberikan semangat agar siswa
termotivasi untuk meninggalkan perilaku konsumtif mengingat kebutuhan
yang semakin kompleks di masa yang akan datang.
2. Kepada siswa
a. Bersikap jujur dengan kondisi keuangan sehingga tidak terperangkap
gengsi dan konsumtif
b. Membiasakan diri menabung berapapun jumlahnya dengan tujuan
kebebasan finansial di masa yang akan datang
c. Membuat daftar belanja berdasarkan skala prioritas
d. Membawa sejumlah uang yang senilai dengan daftar belanja yang telah
dibuat
4. Kepada Komite sekolah
Komite sekolah diharapkan dapat menambahkan sarana dan prasarana
pembelajaran seperti perlengkapan ruang, dimana tiap ruangan terdapat AC,
LCD dan sebagainya.
3. Kepada peneliti lain
a. Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian dengan mengubah atau
commit to user
b. Studi lanjut pada skala yang lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
Enrico, A., Aron, R., Oktavia, W. (2014). The factors that Influenced Consumptive Behaviour : A Survey of University Students in Jakarta.
International Journal of \scientific and Research Publications, volume 4,
Issue 1, January 2014 ISSN 2250-3153.
Ghozali, Imam. (2013). Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan program AMOS 21.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Herd, P., Holden, K., & Su. Y.T. (2012). The Links between Early-Life Cognition and Schooling and Late-Life Financial Knowledge. The journal of Consumer Affairs, Fall 2012: 411-435, DOI :
10.1111/j.1745-6606.2012.01235x (Vol 46 Number 3).
Huston, S.J. (2010). Measuring Financial Literacy. The journal of Consumer
Affairs, Vol 44 Number 2, 2010 ISSN 0022-0078.
Japelli, T. (2010). Economic Literacy: An International Comparison.The Economic Journal, 120 (November), F429-F451.Doi : 10.1111/j.1468-0297.201.
Khrisna dkk. (2010). Analisis Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Proceedings of The 4th
International Conference on Theacer Education; Joint Conference UPI & UPSI. Bandung 8-10 Nopember 2010.
Lusardi, A., Mitchell, O.S & Curto, V. (2009). Financial Literacy Among The Young: Evidence and Implications For Consumer Policy. In Pension Research Working Paper. Pension Research Council, University of Pensylvania.
Lusardi, A. (2012). Financial Literacy and Financial Decision-Making in Older Adults. Journal of the American Society on Aging, Summer 2012, Vol.36, No.2, 25-32.