PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERITA
PENDEK DENGAN METODE PROBING PROMPTING
LEARNING MELALUI MEDIA FILM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Lembang
Tahun Pelajaran 2014/2015)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Annisa Octavia Koswara
1100583
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Lembang
Tahun Pelajaran 2014/2015)
oleh
Annisa Octavia Koswara
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Annisa Octavia Koswara
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
ANNISA OCTAVIA KOSWARA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK DENGAN METODE PROBING PROMPTING LEARNING MELALUI
MEDIA FILM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Lembang
Tahun Pelajaran 2014/2015)
disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I,
Drs. H. Ma’mur Saadie, M.Pd.
NIP. 195812301989011001
Pembimbing II,
Halimah, M.Pd. NIP. 198104252005012003
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Keterampilan menulis cerita pendek masih menjadi sesuatu hal yang sulit untuk siswa. Menulis cerita pendek merupakan satu keterampilan yang membutuhkan keterampilan lain untuk menunjangnya, di antaranya keterampilan berbahasa. Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting. Sebagai seorang pelajar tentunya keterampilan menulis perlu dimiliki terutama dalam menulis cerita pendek. Menulis cerita pendek merupakan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang sekolah menengah. Menulisnya tentu membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas yang beragam pada setiap siswa.
Siswa yang senang membaca maka ia memiliki banyak wawasan sehingga untuk menuangkan idenya lewat tulisan menjadi mudah. Begitu juga dengan siswa yang senang menyimak dan berbicara. Namun, kenyataannya di lapangan saat ini tidak seperti itu. Rendahnya motivasi siswa terutama dalam mempelajari sastra khususnya cerita pendek terlihat sekali pada saat pembelajaran menulis cerita pendek maupun dalam kegiatan membaca cerita pendek itu sendiri. Teks cerita pendek ini akan menjadi materi pelajaran untuk siswa kelas XI pada kurikulum 2013. Dengan KD (Kompetesi Dasar) 4.2 yaitu memproduksi teks cerita pendek, yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.
2
nasib) dan hanya menampilkan perwatakan tokoh secara kilas. Namun, menurut Sumardjo dan Saini (1988, hlm. 37) menyimpulkan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek.
Dari ketiga pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat ditegaskan bahwa cerita pendek adalah cerita atau narasi yang fiktif berisi satu masalah bisa dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam dengan jumlah katanya sekitar 500-5000 kata.
Apabila siswa sering membaca cerita pendek, maka akan membantu untuk memudahkan siswa menulis cerita pendek hasil karyanya sendiri dengan mengetahui struktur dan unsur cerita pendek tersebut sehingga penulisannya terarah. Sebaliknya banyak siswa yang gemar membaca tetapi ketika diberi tugas untuk menulis ia menjadi tidak terarah dalam menulis cerita pendek. Padahal, materi ajar mengenai cerita pendek ini sudah tidak asing lagi di kalangan para siswa, bahkan materi ajar cerita pendek ini sudah ada dan diajarkan pada kurikulum sebelumnya.
mempengaruhi adalah penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak bisa menumbuhkan minat siswa untuk menulis. Selain itu, masih minimnya pemanfaatan media khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang membutuhkan latihan terus-menerus sampai akhirnya siswa tersebut terbiasa untuk menulis. Maka pembelajaran menulis ini sangat membutuhkan metode yang tepat dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyuguhkan sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa berpikir untuk belajar menulis teks cerita pendek. Metode tersebut adalah metode probing prompting learning dengan media film. Metode ini digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek, karena di dalamnya mengajak siswa agar berpikir aktif untuk mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Huda (2014, hlm. 281) dalam bukunya dapat disimpulkan probing prompting learning adalah pembelajaran yang menyajikan
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa untuk berpikir mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Penelitian sebelumnya mengenai menulis cerita pendek dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas juga menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Salah satu
contohnya ialah skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Metode Hypnoteaching” oleh Siti Aisyah (1002694). Penelitian ini berhasil meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa dengan dua siklus terlihat peningkatan hasil di setiap siklusnya. Siklus 1 adalah 70,2 dan siklus 2 adalah 85,3. Skripsi selanjutnya yang meneliti tentang kemampuan menulis cerita pendek melalui pendekatan dengan media penelitian tindakan kelas ialah “Peningkatan Pembelajaran Menulis Cerpen melalui Pendekatan Saintifik dengan Media Gambar dan Teknik
4
dengan dua siklus terlihat peningkatan hasil disetiap siklusnya. Siklus 1 adalah 83 dan siklus 2 adalah 85,04.
Penelitian yang relevan dengan metode probing prompting learning telah dilakukan oleh Fajar Gumelar (1006389) yang berjudul “Keefektifan Metode Probing Prompting Learning dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi
(Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014)”. Penelitian ini diperoleh hasil yang signifikan
antara kemampuan menulis argumentasi siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran probing prompting learning.
Berbeda dengan media dan metode penelitian sebelumnya. Peneliti sebelumnya menggunakan metode probing prompting learning, yang sangat erat kaitannya dengan pertanyaan yaitu menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi dalam pembelajaran menulis argumentasi sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan menulis cerita pendek. Untuk dapat menulis dengan baik siswa tidak hanya dituntut untuk sekedar menulis cerita pendek tapi menjadi terarah dalam penulisannya. Probing prompting learning ini akan memberikan pengalaman yang cukup
mengenai cerita pendek sehingga menumbuhkan siswa untuk menulis cerita pendek. Selain itu, penelitian ini muncul karena belum ada yang meneliti peningkatan metode probing prompting learning dalam pembelajaran teks cerita pendek melalui media film.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan masalah yang telah diidentifikasi, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan
metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1 Lembang?
2. Bagaiman proses pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA
3. Bagaimana hasil pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA
Negeri 1 Lembang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan:
1) perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1
Lembang;
2) proses pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1
Lembang;
3) hasil pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1
Lembang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dilihat dari beberapa aspek yang berikut.
1. Segi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi penulis dalam upaya penulisan cerita pendek.
2. Segi Kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kebijakan baru bagi pihak-pihak tertentu, khususnya guru-guru yang mengajar di sekolah untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi ajar menulis cerita pendek.
3. Segi Praktis
6
a. Bagi peneliti, dapat menambah dan memperluas wawasannya tentang metode probing prompting learning melalui media film dalam menulis cerita pendek.
b. Bagi siswa, khususnya para siswa dapat memperbaiki menulis cerita pendeknya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
c. Bagi guru, sebagai wawasan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan metode, strategi atau teknik pembelajaran pada masa yang akan datang.
d. Bagi sekolah, dapat menambah literatur hasil penelitian dalam memperkaya perpustakaan sekolah. Selain itu dapat dijadikan dasar pembinaan bagi para siswa dalam penulisan cerita pendek.
1.5 Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I yang berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang yang menggambarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II kajian pustaka yaitu penelitian ini akan disajikan teori-teori yang mendukung selama proses penelitian. Bab III metodelogi penelitian yang berisi penjabaran rinci terhadap penelitian yang menggunakan metode probing prompting learning melalui media film dalam penelitian tindakan kelas.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan-permasalahan yang ada selama pembelajaran menulis cerita pendek yang dilaksanakan di kelas XI MIA 1 SMAN 1 Lembang. Dari proses studi pendahuluan dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran dan siswa, peneliti dapat menyimpulkan beberapa masalah yang terjadi ketika dalam pembelajaran biasanya siswa tidak terlalu mempedulikan sedang belajar tentang apa dan tidak adanya semangat dalam pembelajaran tersebut, jadi hanya sekedar ada di kelas dan mengikutinya saja. Pembelajaran di kelas kurang memberikan siswa berpikir aktif dan tidak ada variasi salah satunya adalah keterampilan menulis yang dinilai hanya sekedar kemauan siswa untuk menulis terutama menulis cerita pendek, guru tidak mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan struktur, unsur instrinsiknya juga jarang diperhatikan. Metode pembelajaran yang sering digunakan juga sangat mempengaruhi yaitu penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak bisa menumbuhkan minat siswa untuk menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang membutuhkan latihan terus-menerus sampai akhirnya siswa tersebut terbiasa untuk menulis. Maka pembelajaran menulis ini sangat membutuhkan metode yang tepat dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film dilaksanakan dala 3 siklus.
111
dengan melihat hasil nilai menulis cerita pendek pada siklus 2 kurang memuaskan dan hasil refleksi yang didapatkan dari siklus 2.
Refleksi pada siklus 1 menunjukkan bahwa siswa masih menulis cerita pendek dengan tema dan judul yang sama dengan film. Ide cerita masih belum bisa memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang tidak utuh, alur kurang mengalir, tokoh dan latar kurang rinci, ceritanya kurang hidup dan menarik. Kerangka alur yang masih kurang lengkap. Diksi/pilihan kata yang masih kurang tepat. Hanya beberapa siswa saja yang melakukannya dalam menulis cerita pendek kebanyakan masih kurang sesuai penilaian cerita pendek. Beberapa siswa juga masih belum menggunakan ejaan yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Untuk mengatasinya pada siklus 2 peneliti lebih menekankan penjelasan aspek yang dinilai dalam menulis cerita pendek yang terdiri dari kualitas isi, organisasi isi, diksi/pilihan kata, dan ejaan. Begitupun dengan siklus 3 menjelaskan kembali tentang penilaian cerita pendek dan memberi tahu kekurangan-kekurangan pada hasil menulis cerita pendek siklus 2.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek ini dengan menggunakan metode probing prompting learning melalui media film ini dilaksanakan pada tanggal 7 April 2015 – 5 Mei 2015. Pada setiap siklusnya mengalami peningkatan hasil menulis cerita pendek. Penilaian juga dilakukan dari kegiatan guru dan siswa disetiap siklusnya. Pada siklus 1, proses pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film dapat dideskripsikan
sebagai berikut.
a. Waktu pelajaran dibagi dua, yaitu pertama tanya jawab antara guru
dan siswa terhadap film “Tanah Surga Katanya”. Tanya jawab ini
selain siswa bisa berpikir aktif, siswa juga bisa mendapatkan imajinasi untuk menulis cerita pendek.
menginstruksikan siswa menulis cerita pendek sesuai dengan
imajinasi yang muncul ketika menonton film “Tanah Surga
Katanya”.
Refleksi yang didapatkan dari pembelajaran menulis cerita pendek pada siklus 1 ini adalah masih menulis cerita pendek dengan tema dan judul yang sama dengan film dan masih kurang penilaian cerita pendeknya.
Berikut ini deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek pada siklus 2.
a. Waktu pelajaran di bagi dua yaitu pertama, tanya jawab antara
guru dan siswa terhadap film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”, untuk mengetahui lagi kepahaman siswa terhadap film
tersebut supaya bisa berpikir aktif. Tanya jawab ini selain siswa bisa berpikir aktif, siswa juga bisa mendapatkan imajinasi untuk menulis cerita pendek. Pada hari sebelumnya siswa menonton film tersebut bersama-sama di kelas terlebih dahulu.
b. Kedua, setelah semua siswa berbicara untuk mengemukakan atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan film tersebut. Guru juga menjelaskan tentang penggambaran tokoh, latar, dan harus adanya dialog, struktur cerita pendek.
c. Setelah itu, guru menginstruksikan siswa menulis cerita pendek sesuai dengan imajinasi yang muncul ketika menonton film
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”.
Refleksi yang didapatkan dari pembelajaran menulis cerita pendek pada siklus 2 ini sudah berkurang kendala-kendalanya, tetapi nilai hasil menulis cerita pendek masih belum memuaskan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek pada siklus 3 ini, sama seperti siklus 1 dan siklus 2 hanya saja film pada siklus 3 adalah
“Habibie dan Ainun” karena film ini hampir semua siswa sudah
113
3. Hasil Pembelajaran
Hasil tindakan yang didapatkan dari pembelajaran menulis cerita pendek menggunakan metode probing prompting learning melalui media film ini mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Pada siklus 1 rata-rata nilai yang dikategorikan ialah 66,2, karena ide cerita masih belum bisa memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang tidak utuh, alur kurang mengalir, tokoh dan latar kurang rinci, ceritanya kurang hidup dan menarik. Kerangka alur yang masih kurang lengkap. Diksi/pilihan kata yang masih kurang tepat. Hanya beberapa siswa saja yang melakukannya dalam menulis cerpen kebanyakan masih kurang sesuai penilaian cerpen. Beberapa siswa juga masih belum menggunakan ejaan yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Sedangkan pada siklus 2 rata-rata nilai ialah 77,6 karena kendala-kendala pada siklus 1 berkurang, walaupun tidak semua siswa mengalami peningkatan pada keseluruhan aspek penilaian. Kemampuan menulis cerita pendek siswa pada siklus 3 ini mengalami peningkatan yang sangat baik, nilai-nilainya sangat besar rata-rata nilai adalah 90,3.
Dari hasil jurnal dan angket siswa juga menunjukkan respon positif yang menunjukkan dengan metode probing prompting learning melalui media film dapat meningkatkan kemampuan menulis teks cerita pendek.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran yang diharapkan akan bermanfaat ke depannya untuk guru dan juga untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan peneliti serupa. Beberapa saran yang peneliti berikan adalah sebagai berikut.
1. Guru
saja yaitu dengan menyajikan pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa yang mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa tentang film tersebut, untuk memunculkan imanjinasi siswa mengahasilkan ide-ide yang selama ini sulit dikeluarkan dengan tulisannya. Media film dapat disesuaikan dengan media apa pun yang sekiranya cocok dengan metode probing prompting learning, misalnya gambar, video musik, film pendek, dan lain-lain.
2. Peneliti Selanjutnya
Metode ini memang sedikit rumit karena kita harus pintar untuk menyajikan pertanyaan kepada siswa supaya tidak ada saling diam antara guru dan siswa, dan harus mampu melihat kondisi kelas dalam belajar mengajar supaya bisa kondusif. Maka dari itu, sebelum metode ini diterapkan, pastikan bahwa siswa dan guru siap dalam pelajaran ini. Penciptaan suasana belajar yang nyaman juga penting agar pertanyaan yang disajikan dari media film tersebut bisa memunculkan imajinasinya siswa untuk memaksimalkan kemampuan menulis cerita pendek.