HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL
FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN
PEMANJATAN DI UKM PAMOR
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh :
Anggid Idham
0900903
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Profil Panjat Dinding Dilihat
Dari Segi Anatomical Fitness Dan Physiological Fitness Terhadap Kecepatan
Pemanjatan Di UKM Pamor” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2014
Yang membuat pernyataan,
Anggid Idham
LEMBAR PENGESAHAN
ANGGID IDHAM
0900903
HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL
FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN
MEMANJAT DI UKM PAMOR
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing II
Dr.Surdiniaty ugelta,M.kes.AIFO NIP.195912201987032002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FPOK UPI
Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 19621222 198703 1 002
Pembimbing I
HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL
FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN
PEMANJATAN DI UKM PAMOR
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah mengenai hubungan Anatomical Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di UKM Pamor. Sampel diambil sebanyak 15 orang atlit pemanjat tebing di Ukm Pamor dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan melalui tes Anatomical Fitness dan Physiological Fitness tes. Perhitungan statistik menggunakan SPSS dengan sub menu Korelasi Bivariate. Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh hasil terdapat hubungan yang negative dan signifikan diantara hasil Anatomical Fitness dengan kecepatan memanjat. Dimana semakin tinggi nilai Anatomical Fitness maka semakin cepat kecepatan memanjat, dengan sumbangan hasil tes Anatomical Fitness dengan kecepatan memanjat sebesar 73,3% sedangkan 27,3% dipengaruhi faktor lain. Sedangkan untuk Physiological Fitness dengan kecepatan memanjat dengan hubungan yang positif dan signifikan hasil Physiological Fitness terhadap kecepatan memanjat. Dimana semakin tinggi nilai Physiological Fitness pemanjat maka semakin cepat kecepatan memanjat, dengan sumbangan Test Physiological Fitness dengan kecepatan memanjat sebesar 34,8% sedangkan 34,8% dipengaruhi faktor lain.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Batasan Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA KRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 6
A.Definisi Anatomical fitness ... 6
B.Definisi Physiological Fitness ... 8
C.Kecepatan Memanjat ... 9
D. Anatomical Fitness dengan Kecepatan Pemanjatan ... 10
E. Physiological Fitness dengan Kecepatan Pemanjatan ... 12
F. Pengertian Panjat Tebing ... 18
G.Kategori Dalam Panjat Tebing... 19
H. Pijakan Dan Pegangan Pada Olahraga Panjat Tebing ... 22
I. Peralatan Panjat Tebing ... 23
J. Simpul Dan Jerat Dalam Panjat Tebing ... 25
K.Prosedur Panjat Tebing ... 26
L. Profil Panjat Dinding Di Ukm Pamor ... 28
M.Kerangka Pemikiran... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Lokasi, Populasi, Sampel Penelitian ... 32
A. Lokasi Penelitian... 32
B. Populasi Penelitian ... 32
C. Sampel Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian Dan Langkah Langkah Penelitian ... 33
1. Desain Penelitian ... 33
2. Langkah Langkah Penelitian ... 34
C.Metode Penelitian ... 35
D.Definisi Oprasional ... 38
E. Instrumen Penelitian ... 39
F. Metode Dan Prosedur Penelitan... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DATA ... 46
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 46
B. Hasil Pengolahan Dan Analisis Data ... 47
C.Diskusi Temuan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 80
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Program latihan lari ... 14
2.2 Program Latihan panjat tebing ... 14
3.3 Langkah Langkah Penelitian ... 35
3.4 Kategori Ideal atau Normal ... 40
3.5 Kategori Skor Tes Push Up... 41
3.6 Kategori Skor Tes Pull Up ... 42
3.7 Kategori Skor Tes Fleksometer ... 42
3.8 Kategori Skor Tes Shuttle Run ... 43
3.9 Kategori Skor Tes Panjat Tebing ... 43
3.10 Kategori Skor Tes VO2 Max ... 44
4.11 Data Hasil tes Physiological fitness ... 46
4.12 Data Hasil tes Anatomical Fitness ... 47
4.13 Hasil Uji Normalitas Data Physiological fitness ... 46
4.14 Hasil Uji Normalitas Data Anatomical Fitnees ... 47
4.15 Hasil Uji Normalitas Data Skor Panjat Tebing ... 50
4.16 Hasil Uji hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate ... 51
4.17 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 54
4.18 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 57
4.19 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 60
4.20 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 61
4.21 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
3.1 Paradigma Sederhana ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1 Surat Keputusan Dekan FPOK UPI ... 75
2 Surat Keterangan Penelitian FPOK UPI ... 78
3 Surat Keterangan Penelitian PAMOR FPOK UPI ... 79
4 Gambar Penelitian ... 80
BAB I PENDAHULUAN
A.LatarBelakang Masalah
Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing
merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan
salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara
berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik tertentu untuk
bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang
berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan
mempunyai tingkat kesulitan tertentu.Pada dasarnya olahraga panjat tebing adalah
suatu olahraga yang mengutamakan kelenturan, kekuatandaya tahan tubuh,
kecerdikan, kerja sama team serta keterampilan dan pengalaman setiap individu
untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan
memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan ataucelah yang terdapat ditebing
tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai
puncak pemanjatan.
Saat ini olahraga panjat tebing berkembang sangat pesat sekali bukan
hanya sebagai kegiatan olahraga petualangan di alam bebas, tetapi sudah
berkembang menjadi olahraga prestasi terutama di Indonesia perkembangan
olahraga panjat tebing sudah di bilang memasyarkat, hal ini terbukti dengan
banyaknya organisasi dan badan yang menggeluti aktivitas petualangan ini, baik
di lingkungan pendidikan seperti SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi maupun
masyarakat luas seperti KONI, FPTI, dan SKYGERS, Serta banyaknya
perlombaan dan kejuaraan yang sering diselenggarakan. Hal ini terbukti PON
XIV (eksebisi). Panjat tebing merupakan olahraga yang baru bagi masyarakat
indonesia, sehingga sebagai usaha untuk mempromosikan olahraga ini, banyak
organisasi dan badan yang berusaha mengenalkan dengan cara turut serta
mengadakan kejuaraan, perlombaan, dan pelatihan umum baik dalam negeri
2
Untuk di kota bandung banyak sekali papan buatan yang didirikan sebagai
tempat latihan selain itu juga sebagai ajang silahturahmi antar sesama pemanjat
mereka berlatih seperti di wall climbing gor padjajaran, eiger dan gelanggang
olahraga saparua. Perkembangan olahraga ini bukan hanya menuai pujian tetapi
juga menuai kritikan dan rasa perihatin dari beberapa pemanjat ternama di tanah
air. Saat ini orang lebih suka memanjat di tebing buatan dari pada tebing alam
dimana setelah mencetak prestasi mereka mendapat tepuk tangan dari penonton
sementara di tebing yang sebenarnya siapa yang mau menonton dan tepuktangan.
Hal ini di asumsikan bahwa hakekat panjat tebing sudah sedikit keluar dari
jalurnya.
Pada hakikatnya pemanjat membutuhanakan pengalaman baru, kebutuhan
untuk berprestasi, dan kebutuhan untuk diakui masyarakat dan bangsanya.
Memanjat tebing secara umum adalah salah, disadari atau tidak semua itu sah.
Dan yang paling mendasar dari semua itu adalah rasa ingin tahu yang menjadi
jiwa setiap manusia.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang
ingin mencapai puncak tebing atau tujuannya dan mempunyai keterampilan dalam
memanjat selain untuk kebutuhan. Penelitian ini akan meneliti pemanjat dinding
kategori kecepatan (speed) pemanjatan dilakukan secara top roop (tali sudah
dikaitkan di top rope agar pemanjat sudah berada dalam posisi aman) jadi apabila
pemanjat terjatuh, tali pengaman yang sudah dikaitkan di top rope sebagai
pengaman utamanya, kategori kecepatan pemanjat diatur atau dijaga oleh belayer
rekan pemanjat yang berada dibawah yang mengatur turunya pemanjat. FPTI
(2006:7) menjelaskan tentang pengertian kompetisi kategori kecepatan (speed):
“Kompetisi kecepatan (speed) merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan secara tambat atas (top-rope) dan waktu yang diperlukan oleh atlet
dalam menyelesaikan satu jalur menentukan posisi atlet pada satu babak
kompetisi”.
Pada olahraga panjat tebing kategori kecepatan, yang dinilai adalah
kecepatan memanjat mencapai puncak tertinggi. Pemanjat. Untuk mencapai
3
pemanjat juga harus pandai membaca jalur pemanjatan atau disebut orientasi
medan yang dilaksanakan sebelum pemanjatan dimulai. Panjat tebing kategori
rintisan, yaitu suatu kategori dalam panjat tebing yang lebih menekankan
kemampuan aspek dalam latihan yaitu fisik, teknik, taktik dan mental. Seorang
pemanjat harus memiliki fisik yang prima untuk menambah ketinggian, memiliki
penguasaan teknik yang sempurna untuk dapat memecahkan jalur pemanjatan.
Memiliki taktik yang cemerlang untuk dapat membaca jalur yang akan dipanjat,
dan memiliki mental yang bagus untuk dapat mencapai top dan memenangkan
suatu pertandingan. Seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:100) sebagai
berikut: “Ada empat aspek yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, latihan mental”.
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui kebugaran jasmani yang
dibutuhkan untuk seorang pemanjat yang baik seperti apa. Pada hakekatnya
kebugaran jasmani dibagi menjadi 2 yaitu Physiological Fitness yaitu kesesuain
fungsi fisiologis jasmani terhadap tugas fisik seperti keadaan lingkungan dan
tugas fisik yang harus dilaksanakan, serta segi Anatomical Fitness yaitu kesesuain
struktur anatomis jasmani terhadap tugas fisik seperti tinggi badan, berat badan,
kelengkapan anggota badan, ukuran berbagai bagain badan terhadap tugas fisik
yang harus dilaksanakan.
Dari penjelasan diatas penulis ingin meneliti kebugaran jasmani yang
terdapat pada Physiological Fitness yang terdapat dalam tubuh manusia seperti
kelentukan, power, kekuatan, dan kecepatan. Supaya menciptakan kecepatan
dalam memanjat seperti gerakan atau liukan tubuh yang indah dan baik dan energi
yang dikeluarkan sangat efesien ketika memanjat. Kebanyakan seorang pemanjat
dinding selalu bertumpu 2 tangan pada 2 poin tetapi tangan tertekuk itu yang
menyebabkan energi yang keluar pada tubuh lebih. Jadi biasakan untuk biasa
mengatur tenaga yang dikeluarkan, selain itu insting ketika membaca jalur untuk
menghasilkan kecepatan dalam memanjat juga sangat berpengaruh, apabila
seorang pemanjat telat untuk membaca jalur dalam pemanjatan akan berakibat
4
Pada kebugaran jasmani dari segi Anatomical Fitness peneliti mengambil
batasan tentang tinggi badan, serta berat badan yang ideal dan baik untuk
seseorang pemanjat. Kebanyakan seorang pemanjat memiliki tinggi badan yang
mendukung serta berat badan yang sesuai, tapi bukan tidak mungkin orang yang
memilki postur tubuh pendek dan berat badan tidak sesuai tidak biasa memanjat
dinding. Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian mengenai: Profil Hubungan panjat dinding dilihat dari segi Anatomical
Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di ukmPamor.
B.RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan maka rumusan
masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Sejauhmana hubungan Anatomical Fitness dengan kecepatan pemanjatan di
Ukm Pamor?
2. Sejauhmana hubungan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di
Ukm Pamor?
3. Apakah ada hubungan antara Anatomical Fitness dan Physiological Fitness
dengan kecepatan pemanjatan di UkmPamor?
C.TujuanPenelitian
Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk
kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono
(2009:282) yaitu sebagai berikut: Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan
peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan
rumusan masalah yang ditulis yaitu:
1. Mengkaji hubungan Anatomical Fitness dengan kecepatan pemanjatan di
Ukm Pamor?
2. Mengkaji hubungan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di
Ukm Pamor?
3. Mengkaji hubungan Anatomical Fitness dan Physiological Fitness dengan
5
D.ManfaatPenelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai sumbangan keilmuan bagi para pemanjat yang menekuni olahraga
panjat dinding.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga yang berkompeten dengan
pembinaan olahraga panjat tebing maupun panjat dinding
2. Secara praktis dapat dijadikan bahan pertimbangan pedoman bagi para
pemanjat bahwa dapat di lihat pada postur tubuh baik tinggi maupun pendek serta
gerak tubuh dalam pemanjatan.
E.BatasanPenelitian
Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah
yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan penelitian dijelaskan oleh
Surakhmad (1990:36)”sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi Serta Sampel Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Stadion UPI Bandung serta wall
climbing di lakukan di papan Eiger Cihamplas.Waktu penelitian bulan Oktober.
Sasaran penelitian hubungan panjat dinding ini dilihat dari segi Anatomical
Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di Ukm Pamor
yang ditujukan kepada anggota pamor yang masih aktif kuliah serta masuk pada
spesialisasi panjat tebing di pamor.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Untuk memperoleh data yang kongkrit tentang hubungan panjat dinding
dilihat dari segi Anatomical Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan
pemanjatan di ukm pamor. Maka penulis memerlukan sumber data yang disebut
populasi dan sampel.Mengenai populasi, Sugiyono (2008:67) dalam bukunya
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D menyatakan bahwa ”populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian diambil kesimpulannya”.
Sedangkan Arikunto (2006:58), dalam bukunya Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik menyebutkan bahwa ”populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian”. Berdasarkan pendapat diatas maka populasi merupakan sekumpulan keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia maupun benda
yang akan diteliti. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh
informasi yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian. Contoh pada
33
panjat tebing Berdasarkan penjelasan di atas, maka populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah 30 orang anggota PAMOR yang aktif di perkuliahan.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili keseluruhan
populasi yang bersangkutan. Mengenai batasan sampel penelitian oleh Arikunto
(2006:131) dijelaskan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”Mengenai jumlah sampel penelitian, peneliti berpedoman pada Arikunto (2006:134) yang menyatakan bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal-hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.
Sugiyono (2012:218) mengatakan bahwa: Purposive sampling adalah
tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang di anggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.
Sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, pada penelitian
ini tujuan penulis mengambil sampel pemanjat tebing pamor, kategori kelas
speed. Penulis mengambil sampel sebanyak 15 orang atlit panjat tebing.
B.Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan
tujuan penelitian. Desain penelitian ini berfungsi untuk memberikan jalan dan
34
memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan. Bentuk Paradigma
penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah Paradigma penelitian dengan
dua variabel independen (Sugiyono, 2012:44). Bentuknya adalah sebagai berikut:
Hubungan Panjat Dinding Dilihat Dari Segi Anatomical Fitness Dan
Physiological Fitness Dengan Kecepatan Pemanjatan Di Ukm Pamor
Gambar 3.1Paradigma Sederhana
X1 = Anatomical Fitness Y = Kecepatan Pemanjatan
X2 = Physiological Fitness
Menurut Kerlinger, 1973 (Sugiyono, 2010: 38) “variabel adalah konstruk
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari”. Menurut Sutrisno Hadi (Arikunto,
2006: 159)
variabel adalah sebagai gejala yang bervariasi. Berdasarkan permasalahan yang ada, variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Variabel Bebas / Independen ( X )
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini Anatomical Fitness dan Physiological Fitness Variabel Terikat / Dependen ( Y )
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini Kecepatan Pemanjatan
2. Langkah-langkah Penelitian
Mengenai langkah-langkah penelitian, sutresna (2002:125) menjelaskan bahwa, “umumnya langkah penelitian di awali dengan proses penelusuran masalah, penelurusan data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interprestasi data, penarikan kesimpulan.” Secara skematis, langkah penelitian ini disusun dalam bagan berikut:
Y
X
135
Tabel 3.2 Langkah-langkah Penelitian
C. Metode Penelitian
Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan, sedangkan tujuan dari suatu penelitian adalah mengungkapkan,
menggambarkan, menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara
tertentu sesuai dengan prosedur penelitiannya. Sugiyono (2010:2) mengungkapkan bahwa “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Keberhasilan dalam penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian
tersebut.
Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan dalam
sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
sebuah penelitian tersebut. Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada
permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode
harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode tersebut.
Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya
perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan. Rumusan Masalah
Populasi
Sampel
Anatomical fitness Physiological fitness
Tes KecepatanMemanjat
Data
Kesimpulan
36
Sedangkan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan
waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun
dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu
penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi
penyimpangan. Masalah yang akan diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam
suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian. Sehubungan
dengan masalah yang penulis ungkapkan dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan Anatomical fitness dan Physiological fitness dengan
kecepatan pemanjatan di ukm Pamor, dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian deskriptif. Tujuan metode deskriptif adalah untuk memecahkan
masalah yang ada pada saat sekarang. Mengenai metode deskriptif dijelaskan oleh
Dantes (2012 : 51) bahwa penelitian deskriptif diartikan sebagai:
Suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya serta untuk memperoleh informasi mengenai keadaan sekarang ini.” Peneliti menafsirkan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berpusat pada kegiatan penelitian yang sedang berlangsung pada saat itu dan penelitian ini bersifat menuturkan, menganalisa, mengklasifikasi serta mengaplikasikan tentang arti data yang diperoleh.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis menentukan jumlah sampel
yang merupakan atlit panjat tebing dan spesialisasi Pemanjat tebing di Ukm
Pamor sebanyak 15 orang yang dirasa sesuai dengan persyaratan atau karakteristik
penelitian yang penulis lakukan dan dapat mewakili populasi. Setiap penelitian
selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif berbeda. Dalam penelitian deskriptif
kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, sedangkan
masalah dalam penelitian deskriptif kuantitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki lapangan. Setelah masalah
diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan,
rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan
37
selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan
berbagai teori untuk menjawabnya. Teori dalam penelitian kuantitatif ini
digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut.
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut
dinamakan hipotesis, makahipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis yang masih merupakan jawaban
sementara tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenaranya secara empiris atau
nyata. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data
dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi
terlalu luas, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Menurut Sugiyono (2010: 31) bahwa:
Meneliti adalah mencari data yang teliti atau akurat.Dari pengertian tersebut peneliti menggunakan instrumen penelitian.Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan relibilitasnya.Setelah instrumen teruji validitas dan relibilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk mengumpulkan data dapat berbentuk test dan nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa observasi. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa test.
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah serta diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian
deskriptif kuantitatif olah data yang dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Statistik digunakan dapat
digunakan berupa statistik deskriptif dan induktif. Menurut Sugiyono (2012:245)
bahwa:
38
ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
D. Definisi Operasional
1. Olahraga Panjat dinding merupakan suatu olahraga yang menaiki suatu
permukaan dinding atau papan panjat, dengan tonjolan-tonjolan atau yang
biasa disebut pointsebagai alat berpegangan dan berpijak dalam usaha
mencapai ketinggian atau titik puncak terakhir. sedangkan Bridge (1977)
dikutip dari Depdikbud dalam bukunya pedoman berolahraga panjat
dinding (1977) mengatakan bahwa: Panjat dinding merupakan olahraga
yang mengasikan dan terus dirancang oleh para penggemarnya karena
dalam memanjat di butuhkan kemampuan fisik dan kemampuan otot.
2. Anatomical Fitness menurut Santoso (2010:18) bahwa “kesesuaian
struktur anatomis jasmani terhadap tugas fisik yang harus di laksanakan” yang terdiri dari tinggi badan, berat badan, kelengkapan anggota badan,
ukuran berbagai bagain badan.
3. Physiological Fitness menurut Santoso (2010:19) “bahwa kesesuain fungsi
fisiologis jasmani terhadap tugas fisik yang harus di laksanakan” yang terdiri dari keadaan lingkungan dan tugas fisik.
4. Kecepatan memanjat kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk
mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam waktu
sesingkat-singkatnya menurut M. Sajoto (1995:9). Kecepatan memanjat tebing
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan melakukan
gerakan memanjat tebing buatan secara berkesinambungan dengan
menempuh jarak 15 meter dalam waktu sesingkat-singkatnya yang
hasilnya dinyatakan dalam satuan detik.
5. PAMOR (Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga)adalah suatu organisasi
pecinta alam yang ada di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
(FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang
beranggotakan dari mahasiswa dari ke tiga jurusan yang ada di FPOK
yaitu jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), Pendidikan
39
Dalam penerimaan anggotanya yaitu dengan cara seleksi lewat pendidikan
dan latihan dasar (DIKLATSAR) tentang bidang kepecinta alaman, yang
diadakan satu tahun sekali.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan dalam penelitian. Hal ini
diperjelas oleh Arikunto (2010:203) bahwa: “Instrumen penelitian adalah “alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Terdapat jenis-jenis metode atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, dalam
penelitian ini penulis menggunakan dengan metode tes. Menurut Arikunto (2010 : 193) mendefinisikan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Untuk tercapainya keberhasilan dalam penelitian, maka diperlukan alat ukur untuk
mendapatkan data. Nurhasan dan Cholil (2007:5) mengemukakan bahwa “pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument berupa tes
komponen struktur tubuh dan komponen tugas fisik dengan kecepatan pemanjatan
di Ukm Pamor, komponen yang akan diteliti Pada tes komponen struktur tubuh
yaitu tinggi badan, berat badan, panjang lengan dan panjang tungkai Sedangkan
komponen tugas fisik yang akan diteliti yaitu tes Balke Tes tes kekuatan, tes
kecepatan, tes kelentukan, tes kelincahan. Adapun pemaparan tinggi badan, berat
40
Tabel 3.3
Pria atau laki laki
Kategori ideal ataunormal
Untuk penelitian panjang lengan dan panjang tungkai dapat diukur dengan
menggunakan meteran diantaranya panjang lengan yang rendah dengan panjang
lengan yang tinggi, serta panjang tungkai yang rendah dengan panjang tungkai
yang tinggi pada kecepatan pemanjatan. Pada segi Anatomical Fitness atau
struktur tubuh peneliti menguji beberapa tes diantaranya tinggi badan, berat
badan, panjang lengan, panjang tungkai, sedangkan pada Physiological Fitness
atau tugas fisik menggunakan balke tes (kardiovaskular jantung, paru) yang
No Tinggi badan Cm Berat badan Kg
1 Tinggi badan 155 cm Berat badan 58 – 63 kg
2 Tinggi badan 157 cm Berat badan 59 – 64 kg
3 Tinggi badan 160 cm Berat badan 60 – 65 kg
4 Tinggi badan 163 cm Berat badan 61 - 66 kg
5 Tinggi badan 165 cm Berat badan 62 – 67 kg
6 Tinggi badan 168 cm Berat badan 63 – 69 kg
7 Tinggi badan 170 cm Berat badan 60 – 70 kg
8 Tinggi badan 173 cm Berat badan 66 – 71 kg
9 Tinggi badan 175 cm Berat badan 67 – 73 kg
10 Tinggi badan 178 cm Berat badan 69 – 74 kg
11 Tinggi badan 180 cm Berat badan 70 – 76 kg
12 Tinggi badan 183 cm Berat badan 71 – 78 kg
13 Tinggi badan 185 cm Berat badan 73 – 80 kg
14 Tinggi badan 188 cm Berat badan 75 – 81 kg
41
mendukung pada keberhasilan dalam pemanjatan pada kategori spedd, tes push
up, tes pull up, tes flexometer, tes shuttle run,
1.Push Ups
Tujuan mengukur daya tahan lokal otot lengan dan bahu. Alat bantunya
terdiri dari matras, peluit, stopwatch, serta petugaspencatat skor, pengawas
gerakan push ups, pengawas dan pengatur waktu. Pada pelaksanaan orang
berbaring dengan sikap telungkup, kedua tangan dilipat disamping badan, kedua
tangan menekan lantai sampai lurus sampai badan terangkat, sedangkan sikap
badan dan tungkai sempurna garis lurus. Kategori skor tes push ups menurut
Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kategori Skor Tes Push Ups
2. Pull ups
Tujuan mengukur komponen daya tahan otot lengan dan bahu.Alat bantu
diantaranyapalang tunggal, serta petugas pencatat skor, pengawas gerakan tes.
Saat pelaksanaan seseorang menggantung pada palang tunggal dengan kedua
tangan lurus, kemudian kedua lengan dibengkokan sambil badan diangkat hingga
dagu melewati palang tunggal. Setelah itu badan diturunkan kebawah sehingga
kedua lengan lurus seperti sikap semula. Lakukan berulang-ulang, perlu
diperhatikan bahwa saat mengangkat badan, sikap badan dan tungkai harus lurus
dan tidak dibenarkan membuat gerakan ayunan. Kategori skor tes pull ups
42
Tabel 3.5
Kategori Skor Tes Pull Ups
3. Flexometer
Tujuan mengukur Fleksibilitas atau kelentukan.Alat bantu, tangga, tembok
tegak 90 derajat atau bangku swedia, pita pengukur sedangkan petugas pencatat
skor, pengawas gerakan tes, pengatur waktu dan pelaksanaan peserta berdiri tegak
lurus dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir
ujung tangga atau bangku swedia, badan dibungkukan kebawah, tangan lurus,
renggutkan badan perlahan-lahan, sampai tangan menyentuh tangga atau bangku
swedia bagian bawah sejauh mungkin sampai jangkauan terjauh. Kategori skor tes
flexometer menurut Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategori Skor Tes Flexometer
Butir tes Kurang Cukup Baik Baik sekali Sempurna Untuk
Flexo
meter
1 – 5 6 – 11 12 – 17 18 – 23 > 24 Putra
4. Shuttle Run
Tujuan mengukur kelincahan dan koordinasi.Alat bantu stopwatch dan
bidang datar selebar maksimal 15 meter, Peluit. sedangkan petugas Pencatat skor,
pengawas tes, pengatur waktu. dan pelaksanaan orang coba berdiri dibelakang
garis start dengan salah satu kaki diletakan didepan. Pada aba-aba “ya” diberikan,
orang coba dengan segera dan secepat mungkin lari ke depan menuju garis akhir
dan menyentuh garis tersebut, kemudian berputar lagi dan segera lari. Demikian
seterusnya dilakukan dengan lari sebanyak 6 x 10 m. peserta diberi kesempatan
melakukan tes tersebut sebanyak 2 (dua) kali. Skorwaktu terbaik dari dua kali Butir tes Kurang Cukup Baik Baik sekali Sempurna Untuk
43
kesempatan, yang dicatat sampai 1/10 detik. Kategori skor tes shuttle run menurut
Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kategori Skor Tes Shuttle Run
5. Tes Keterampilan Panjat Kelas Speed
Dalam melakukan tes keterampilan memanjat maka penulis menggunakan
tes panjat kategori kelas speed dengan patokan penghitungan pada waktu
pemanjatan. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dalam pemanjatan maka
semakin baik nilai yang di dapat. Adapun kategori skor kelas speed menurut Hary Sulistyarto (1999:30) dalam buku “ Keterampilan Pemanjat Tebing dalam Kelas keterampilan Pemanjat Tebing”:
Tabel 3.8
Kategori Skor tes Panjat Speed
Sedangkan pada komponen Physiological Fitness atau tugas fisik yang
akan diteliti peneliti menguji daya tahan tubuh jantung dan paru dan tesnya
menggunakan.Tes (Balke Test) Tujuan Mengukur komponen daya tahan
Cardiovascular. Alat/sarana Stopwatch, peluit, lintasan/Track. Pelaksanaan Orang
coba berdiri dibelakang garis start. Pada saat aba-aba “ya” diberikan, orang coba
mulai berlari selama 15 menit, sampai pada waktu 15 menit berakhir dan peluit
44
dicatat dalam satuan meter untuk kemudian dicari besaran VO2 Max kemudian
disesuaikan dengan tabel dan kategori yang tersedia. Kategori tes VO2 Max
menurut Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan. Metode penelitian digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
maksimum dalam penelitian. Maka dari itu dalam suatu penelitian harus
ditentukan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan dan ruang lingkup
penelitian. Metode penelitian ada tiga jenis, yaitu metode historis, metode
deskriptif, dan metode eksperimen. Dari ketiga metode tersebut, yang sesuai
dengan penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang diteliti, baik itu status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwapada masa sekarang. Menurut Surakhmad (1980: 139), Ramadhany
(2008: 38) menyatakan bahwa:
45
Alasan penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena
penelitian ini membandingkan dua jenis tembakan loncat berdasarkan kedua hasil
tembakan yang dihasilkan tanpa memberikan suatu perlakuan pada salah satu atau
bahkan keduanya. Penelitian ini hanya memberikan suatu gambaran mengenai
fenomena tersebut. Prosedur penelitian merupakan suatu langkah yang ditempuh
dalam melakukan penelitian, hal ini sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang terbaik. Untuk itu gambaran mengenai prosedur penelitian sangat diperlukan
untuk mempermudah dalam melakukan suatu penelitian. Adapun langkah-langkah
yang akan ditempuh tersebut adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah menentukan populasi, dalam hal ini adalah
spesialisasi pemanjat tebing di Ukm Pamor.
2. Kemudian menentukan sampel sejumlah 15 orang pemanjat tebing laki-laki
dengan menggunakan teknik purposive sampling.
1. Setelah itu menentukan instrumen berupa 2 komponen yaitu Anatomicall
Fitness dan Physiologicall Fitness. Untuk tes Anatomicall Fitness atau
struktur tubuh yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu tinggi badan, berat
badan, panjang lengan, panjang tungkai, sedangkan pada tes Physiologicall
Fitness atau tugas fisik yang sesuai dengan penelitian ini yaitu (balke test)
untuk mengukur kapasitas jantung paru serta, tes push up, tes pull up, tes
Shuttle Run ,tes Flexometer.
3. Melakukan uji coba tes dengan melihat validitas dan reabilitasnya.
4. Selanjutnya adalah melakukan penelitian dan pengambilan data dengan
menggunakan instrumen atau tes yang telah ditentukan.
5. Langkah terakhir yaitu melakukan pengolahan data, menganalisa dan menarik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dalam Bab IV, maka
penulis memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Anatomical Fitness dengan
kecepatan pemanjatan di Ukm Pamor.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara Physiological Fitness dengan
kecepatan pemanjatan di Ukm Pamor.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan diantara Anatomical Fitness
Keseluruhan dan Physiological Fitness dengan kecepatan memanjat di Ukm
Pamor.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan dan guna
penyempurnaan hasil penelitian, maka penulis mengemukakan beberapa saran
sebagai yaitu untuk para pemanjat agar lebih mempersiapkan semua faktor yang
mendukung baik dari segi Anatomical Fitness dan Physiological Fitness pada
pemanjatan (spedd) dengan keberhasilan pemanjatan di Ukm Pamor.Kepada
lembaga IKOR memberikan saran untuk menjadi seorang pemanjat yang baik
perlu di perhatikan baik dari segi Anatomical Fitness dan Physiological Fitness
yang mendukung untuk keberlangsungan seseorang dalam memanjat. Bagi
organisasi PAMOR dapat menjadikan acuan baku untuk para pemanjat tebing
yang ada di PAMOR. Sedangkan kepada peneliti akan menjadi pedoman khusus
untuk seorang pemanjat tebing yang ahli dan dapat dilihat dari stuktur Anatomical
DAFTAR PUSTAKA
Agusworo, Heru(2011). Pengertian Phisycological fitness dan anatomical fitness.
Jakarta.
Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek dan sampel
penelitian Jakarta: Rineka Cipta.
Aryani ,Mella. (2010). Hubungan tingkat kecemasan dan percaya diri dengan hasil pemanjatan pada olahraga panjat tebing kategori rintisan. Skripsi SI FPOK UPI,Bandung: tidak diterbitkan.
Badriah, (2009).Tentang pengertian kekuatan otot. Jakarta.
Bastinus, (2009) pengertian daya tahan. Bandung
Cartross,www.wordpress.com dikutip hidayat tofik (2011:2) bahwa: Enam komponen dasar panjat tebing. Bandung
Direktorat jendral pariwisita, (1998).Penjelasan mengenai pengertian Panjat tebing, Bandung.
Gladian Nasional (2001), Penjelasan mengenai pengertian Panjat tebing, Ujung Pandang.
Dantes(2012) penjelasan mengenai penelitian deskriptif. Jakarta
Diktat PAMOR.(2010) Sejarah serta prestasi panjat tebing di PAMOR. Bandung
Harsono. (1988).Coaching dan Aspek – Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:Tambak Kusuma.
Hidayat iman.(1988) penegertian kelentukan. Jakarta
Hidayat Toufik (2013).Hubungan antara kekuatan lengan, daya ledak tungkai dan kelincahan serta kecepatan memanjat tebing di FPTI Pandeglang. Skripsi SI FPOK UPI, Bandung: tidak diterbitkan.
Hanafi.(2013). Postur tubuh dan berat badan yang ideal, Jakarta.
Irianto.(2004). Membahas Mengenai Kebugaran jasmani, Jakarta.
Ixdiana.(2006).kebugaran jasmani pemanjat tebing, Bandung.
68
Mabella, (2000).Definisi berat badan, Jakarta.
Rudiyanto, (2012).Penjelasan mengenai antropometrik, Jakarta.
Santosa, (2010). Ilmu Faal Olahraga, Bandung. FPOK UPI Bandung.
Sajoto, (1995).Pengertian kecepatan memanjat, Jakarta.
Adang Suherman, (1999). Pengertian dayatahan otot, Bandung.
Sofyan alviana, (2012).penjelasan mengenai Muscular, Jakarta.
Sugiyono, (2010).penjelasan mengenai variabel. Bandung.
Sugiyono, (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung.
Sugiyono, (2012).penjelasan mengenai Purposive sampling, Bandung.
Sugiyono, (2010).penjelasan mengenai metode penelitian, Bandung.
Syarifuddin, (1997).penjelasan otot pangkal lengan dan otot tungkai, Jakarta.
Nilasari, Ratih. (2009).Proses Pembelajaran Olahraga Panjat Tebing di Pengcab FPTI Kab. Bandung (Studi Deskriptif Pada Proses Pembelajaran Olahraga Panjat Tebing di Pengcab FPTI Kab. Bandung). Skripsi SI FPOK UPI, Bandung: tidak diterbitkan.
Nurhasan, (2007).Membahas tentang kebugaran jasmani Bandung: FPOK UPI.
Nurmianto(1996) Penjelasan mengenai antropomertic. Bandung
Nurhasan,&Cholil, D.H. (2007).Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan.
Bandung: FPOK UPI Bandung.
Sugiyono, (2010).Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta.
Surakhmad, (1990).Batasan Penelitian serta langkah langkahnya, Jakarta.
Sumosardjuno S, (1994). Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga 2, Jakarta. PT.Gramedia.
69
Solehudin, Adi. (2007). Diktat Panjat Tebing PAMOR FPOK UPI Bandung, Bandung: Pamor FPOK UPI.
Sutresna, (2002).Mengenai langkah-langkah penelitian, Bandung: FPOK UPI.
Suliztiarto, (1999).Rock Climbing, Jakarta: Publishing.
Surakhmad, (1980).Metode dan Prosedur Penelitian,Jakarta.
Tarigan, Beltasar. (2009).Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal (Sebuah Analisis Kritis), Bandung: FPOK UPI
Tedjho, (2012).Pengertiannya tinggi badan, Jakarta.
Wahyudin, (2012).Penjelasan mengenai pengertian Panjat tebing dan peralatan panjat tebing, Bandung.
Wiecken setal, (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhiva riasi dimensi tubuh