• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN PEMANJATAN DI UKM PAMOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN PEMANJATAN DI UKM PAMOR."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL

FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN

PEMANJATAN DI UKM PAMOR

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

Anggid Idham

0900903

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Profil Panjat Dinding Dilihat

Dari Segi Anatomical Fitness Dan Physiological Fitness Terhadap Kecepatan

Pemanjatan Di UKM Pamor” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian

didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014

Yang membuat pernyataan,

Anggid Idham

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANGGID IDHAM

0900903

HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL

FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN

MEMANJAT DI UKM PAMOR

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing II

Dr.Surdiniaty ugelta,M.kes.AIFO NIP.195912201987032002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FPOK UPI

Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 19621222 198703 1 002

Pembimbing I

(4)

HUBUNGAN PANJAT DINDING DILIHAT DARI SEGI ANATOMICAL

FITNESS DAN PHYSIOLOGICAL FITNESS DENGAN KECEPATAN

PEMANJATAN DI UKM PAMOR

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah mengenai hubungan Anatomical Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di UKM Pamor. Sampel diambil sebanyak 15 orang atlit pemanjat tebing di Ukm Pamor dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan melalui tes Anatomical Fitness dan Physiological Fitness tes. Perhitungan statistik menggunakan SPSS dengan sub menu Korelasi Bivariate. Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh hasil terdapat hubungan yang negative dan signifikan diantara hasil Anatomical Fitness dengan kecepatan memanjat. Dimana semakin tinggi nilai Anatomical Fitness maka semakin cepat kecepatan memanjat, dengan sumbangan hasil tes Anatomical Fitness dengan kecepatan memanjat sebesar 73,3% sedangkan 27,3% dipengaruhi faktor lain. Sedangkan untuk Physiological Fitness dengan kecepatan memanjat dengan hubungan yang positif dan signifikan hasil Physiological Fitness terhadap kecepatan memanjat. Dimana semakin tinggi nilai Physiological Fitness pemanjat maka semakin cepat kecepatan memanjat, dengan sumbangan Test Physiological Fitness dengan kecepatan memanjat sebesar 34,8% sedangkan 34,8% dipengaruhi faktor lain.

(5)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA KRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 6

A.Definisi Anatomical fitness ... 6

B.Definisi Physiological Fitness ... 8

C.Kecepatan Memanjat ... 9

D. Anatomical Fitness dengan Kecepatan Pemanjatan ... 10

E. Physiological Fitness dengan Kecepatan Pemanjatan ... 12

F. Pengertian Panjat Tebing ... 18

G.Kategori Dalam Panjat Tebing... 19

H. Pijakan Dan Pegangan Pada Olahraga Panjat Tebing ... 22

I. Peralatan Panjat Tebing ... 23

J. Simpul Dan Jerat Dalam Panjat Tebing ... 25

K.Prosedur Panjat Tebing ... 26

L. Profil Panjat Dinding Di Ukm Pamor ... 28

M.Kerangka Pemikiran... 30

(6)

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi, Populasi, Sampel Penelitian ... 32

A. Lokasi Penelitian... 32

B. Populasi Penelitian ... 32

C. Sampel Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian Dan Langkah Langkah Penelitian ... 33

1. Desain Penelitian ... 33

2. Langkah Langkah Penelitian ... 34

C.Metode Penelitian ... 35

D.Definisi Oprasional ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Metode Dan Prosedur Penelitan... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DATA ... 46

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 46

B. Hasil Pengolahan Dan Analisis Data ... 47

C.Diskusi Temuan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 80

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Program latihan lari ... 14

2.2 Program Latihan panjat tebing ... 14

3.3 Langkah Langkah Penelitian ... 35

3.4 Kategori Ideal atau Normal ... 40

3.5 Kategori Skor Tes Push Up... 41

3.6 Kategori Skor Tes Pull Up ... 42

3.7 Kategori Skor Tes Fleksometer ... 42

3.8 Kategori Skor Tes Shuttle Run ... 43

3.9 Kategori Skor Tes Panjat Tebing ... 43

3.10 Kategori Skor Tes VO2 Max ... 44

4.11 Data Hasil tes Physiological fitness ... 46

4.12 Data Hasil tes Anatomical Fitness ... 47

4.13 Hasil Uji Normalitas Data Physiological fitness ... 46

4.14 Hasil Uji Normalitas Data Anatomical Fitnees ... 47

4.15 Hasil Uji Normalitas Data Skor Panjat Tebing ... 50

4.16 Hasil Uji hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate ... 51

4.17 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 54

4.18 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 57

4.19 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 60

4.20 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 61

4.21 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Bivariate... 61

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Paradigma Sederhana ... 34

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1 Surat Keputusan Dekan FPOK UPI ... 75

2 Surat Keterangan Penelitian FPOK UPI ... 78

3 Surat Keterangan Penelitian PAMOR FPOK UPI ... 79

4 Gambar Penelitian ... 80

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.LatarBelakang Masalah

Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing

merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan

salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara

berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik tertentu untuk

bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang

berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan

mempunyai tingkat kesulitan tertentu.Pada dasarnya olahraga panjat tebing adalah

suatu olahraga yang mengutamakan kelenturan, kekuatandaya tahan tubuh,

kecerdikan, kerja sama team serta keterampilan dan pengalaman setiap individu

untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan

memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan ataucelah yang terdapat ditebing

tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai

puncak pemanjatan.

Saat ini olahraga panjat tebing berkembang sangat pesat sekali bukan

hanya sebagai kegiatan olahraga petualangan di alam bebas, tetapi sudah

berkembang menjadi olahraga prestasi terutama di Indonesia perkembangan

olahraga panjat tebing sudah di bilang memasyarkat, hal ini terbukti dengan

banyaknya organisasi dan badan yang menggeluti aktivitas petualangan ini, baik

di lingkungan pendidikan seperti SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi maupun

masyarakat luas seperti KONI, FPTI, dan SKYGERS, Serta banyaknya

perlombaan dan kejuaraan yang sering diselenggarakan. Hal ini terbukti PON

XIV (eksebisi). Panjat tebing merupakan olahraga yang baru bagi masyarakat

indonesia, sehingga sebagai usaha untuk mempromosikan olahraga ini, banyak

organisasi dan badan yang berusaha mengenalkan dengan cara turut serta

mengadakan kejuaraan, perlombaan, dan pelatihan umum baik dalam negeri

(11)

2

Untuk di kota bandung banyak sekali papan buatan yang didirikan sebagai

tempat latihan selain itu juga sebagai ajang silahturahmi antar sesama pemanjat

mereka berlatih seperti di wall climbing gor padjajaran, eiger dan gelanggang

olahraga saparua. Perkembangan olahraga ini bukan hanya menuai pujian tetapi

juga menuai kritikan dan rasa perihatin dari beberapa pemanjat ternama di tanah

air. Saat ini orang lebih suka memanjat di tebing buatan dari pada tebing alam

dimana setelah mencetak prestasi mereka mendapat tepuk tangan dari penonton

sementara di tebing yang sebenarnya siapa yang mau menonton dan tepuktangan.

Hal ini di asumsikan bahwa hakekat panjat tebing sudah sedikit keluar dari

jalurnya.

Pada hakikatnya pemanjat membutuhanakan pengalaman baru, kebutuhan

untuk berprestasi, dan kebutuhan untuk diakui masyarakat dan bangsanya.

Memanjat tebing secara umum adalah salah, disadari atau tidak semua itu sah.

Dan yang paling mendasar dari semua itu adalah rasa ingin tahu yang menjadi

jiwa setiap manusia.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang

ingin mencapai puncak tebing atau tujuannya dan mempunyai keterampilan dalam

memanjat selain untuk kebutuhan. Penelitian ini akan meneliti pemanjat dinding

kategori kecepatan (speed) pemanjatan dilakukan secara top roop (tali sudah

dikaitkan di top rope agar pemanjat sudah berada dalam posisi aman) jadi apabila

pemanjat terjatuh, tali pengaman yang sudah dikaitkan di top rope sebagai

pengaman utamanya, kategori kecepatan pemanjat diatur atau dijaga oleh belayer

rekan pemanjat yang berada dibawah yang mengatur turunya pemanjat. FPTI

(2006:7) menjelaskan tentang pengertian kompetisi kategori kecepatan (speed):

“Kompetisi kecepatan (speed) merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan secara tambat atas (top-rope) dan waktu yang diperlukan oleh atlet

dalam menyelesaikan satu jalur menentukan posisi atlet pada satu babak

kompetisi”.

Pada olahraga panjat tebing kategori kecepatan, yang dinilai adalah

kecepatan memanjat mencapai puncak tertinggi. Pemanjat. Untuk mencapai

(12)

3

pemanjat juga harus pandai membaca jalur pemanjatan atau disebut orientasi

medan yang dilaksanakan sebelum pemanjatan dimulai. Panjat tebing kategori

rintisan, yaitu suatu kategori dalam panjat tebing yang lebih menekankan

kemampuan aspek dalam latihan yaitu fisik, teknik, taktik dan mental. Seorang

pemanjat harus memiliki fisik yang prima untuk menambah ketinggian, memiliki

penguasaan teknik yang sempurna untuk dapat memecahkan jalur pemanjatan.

Memiliki taktik yang cemerlang untuk dapat membaca jalur yang akan dipanjat,

dan memiliki mental yang bagus untuk dapat mencapai top dan memenangkan

suatu pertandingan. Seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:100) sebagai

berikut: “Ada empat aspek yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, latihan mental”.

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui kebugaran jasmani yang

dibutuhkan untuk seorang pemanjat yang baik seperti apa. Pada hakekatnya

kebugaran jasmani dibagi menjadi 2 yaitu Physiological Fitness yaitu kesesuain

fungsi fisiologis jasmani terhadap tugas fisik seperti keadaan lingkungan dan

tugas fisik yang harus dilaksanakan, serta segi Anatomical Fitness yaitu kesesuain

struktur anatomis jasmani terhadap tugas fisik seperti tinggi badan, berat badan,

kelengkapan anggota badan, ukuran berbagai bagain badan terhadap tugas fisik

yang harus dilaksanakan.

Dari penjelasan diatas penulis ingin meneliti kebugaran jasmani yang

terdapat pada Physiological Fitness yang terdapat dalam tubuh manusia seperti

kelentukan, power, kekuatan, dan kecepatan. Supaya menciptakan kecepatan

dalam memanjat seperti gerakan atau liukan tubuh yang indah dan baik dan energi

yang dikeluarkan sangat efesien ketika memanjat. Kebanyakan seorang pemanjat

dinding selalu bertumpu 2 tangan pada 2 poin tetapi tangan tertekuk itu yang

menyebabkan energi yang keluar pada tubuh lebih. Jadi biasakan untuk biasa

mengatur tenaga yang dikeluarkan, selain itu insting ketika membaca jalur untuk

menghasilkan kecepatan dalam memanjat juga sangat berpengaruh, apabila

seorang pemanjat telat untuk membaca jalur dalam pemanjatan akan berakibat

(13)

4

Pada kebugaran jasmani dari segi Anatomical Fitness peneliti mengambil

batasan tentang tinggi badan, serta berat badan yang ideal dan baik untuk

seseorang pemanjat. Kebanyakan seorang pemanjat memiliki tinggi badan yang

mendukung serta berat badan yang sesuai, tapi bukan tidak mungkin orang yang

memilki postur tubuh pendek dan berat badan tidak sesuai tidak biasa memanjat

dinding. Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk mengadakan

penelitian mengenai: Profil Hubungan panjat dinding dilihat dari segi Anatomical

Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di ukmPamor.

B.RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan maka rumusan

masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana hubungan Anatomical Fitness dengan kecepatan pemanjatan di

Ukm Pamor?

2. Sejauhmana hubungan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di

Ukm Pamor?

3. Apakah ada hubungan antara Anatomical Fitness dan Physiological Fitness

dengan kecepatan pemanjatan di UkmPamor?

C.TujuanPenelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk

kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono

(2009:282) yaitu sebagai berikut: Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan

peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan

rumusan masalah yang ditulis yaitu:

1. Mengkaji hubungan Anatomical Fitness dengan kecepatan pemanjatan di

Ukm Pamor?

2. Mengkaji hubungan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di

Ukm Pamor?

3. Mengkaji hubungan Anatomical Fitness dan Physiological Fitness dengan

(14)

5

D.ManfaatPenelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai sumbangan keilmuan bagi para pemanjat yang menekuni olahraga

panjat dinding.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga yang berkompeten dengan

pembinaan olahraga panjat tebing maupun panjat dinding

2. Secara praktis dapat dijadikan bahan pertimbangan pedoman bagi para

pemanjat bahwa dapat di lihat pada postur tubuh baik tinggi maupun pendek serta

gerak tubuh dalam pemanjatan.

E.BatasanPenelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah

yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan penelitian dijelaskan oleh

Surakhmad (1990:36)”sebagai berikut:

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi Serta Sampel Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Stadion UPI Bandung serta wall

climbing di lakukan di papan Eiger Cihamplas.Waktu penelitian bulan Oktober.

Sasaran penelitian hubungan panjat dinding ini dilihat dari segi Anatomical

Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan pemanjatan di Ukm Pamor

yang ditujukan kepada anggota pamor yang masih aktif kuliah serta masuk pada

spesialisasi panjat tebing di pamor.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Untuk memperoleh data yang kongkrit tentang hubungan panjat dinding

dilihat dari segi Anatomical Fitness dan Physiological Fitness dengan kecepatan

pemanjatan di ukm pamor. Maka penulis memerlukan sumber data yang disebut

populasi dan sampel.Mengenai populasi, Sugiyono (2008:67) dalam bukunya

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D menyatakan bahwa ”populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian diambil kesimpulannya”.

Sedangkan Arikunto (2006:58), dalam bukunya Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik menyebutkan bahwa ”populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian”. Berdasarkan pendapat diatas maka populasi merupakan sekumpulan keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia maupun benda

yang akan diteliti. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh

informasi yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian. Contoh pada

(16)

33

panjat tebing Berdasarkan penjelasan di atas, maka populasi yang diambil dalam

penelitian ini adalah 30 orang anggota PAMOR yang aktif di perkuliahan.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili keseluruhan

populasi yang bersangkutan. Mengenai batasan sampel penelitian oleh Arikunto

(2006:131) dijelaskan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”Mengenai jumlah sampel penelitian, peneliti berpedoman pada Arikunto (2006:134) yang menyatakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal-hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.

Sugiyono (2012:218) mengatakan bahwa: Purposive sampling adalah

tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang di anggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.

Sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, pada penelitian

ini tujuan penulis mengambil sampel pemanjat tebing pamor, kategori kelas

speed. Penulis mengambil sampel sebanyak 15 orang atlit panjat tebing.

B.Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan

tujuan penelitian. Desain penelitian ini berfungsi untuk memberikan jalan dan

(17)

34

memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan. Bentuk Paradigma

penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah Paradigma penelitian dengan

dua variabel independen (Sugiyono, 2012:44). Bentuknya adalah sebagai berikut:

Hubungan Panjat Dinding Dilihat Dari Segi Anatomical Fitness Dan

Physiological Fitness Dengan Kecepatan Pemanjatan Di Ukm Pamor

Gambar 3.1Paradigma Sederhana

X1 = Anatomical Fitness Y = Kecepatan Pemanjatan

X2 = Physiological Fitness

Menurut Kerlinger, 1973 (Sugiyono, 2010: 38) “variabel adalah konstruk

(constructs) atau sifat yang akan dipelajari”. Menurut Sutrisno Hadi (Arikunto,

2006: 159)

variabel adalah sebagai gejala yang bervariasi. Berdasarkan permasalahan yang ada, variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas / Independen ( X )

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini Anatomical Fitness dan Physiological Fitness Variabel Terikat / Dependen ( Y )

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini Kecepatan Pemanjatan

2. Langkah-langkah Penelitian

Mengenai langkah-langkah penelitian, sutresna (2002:125) menjelaskan bahwa, “umumnya langkah penelitian di awali dengan proses penelusuran masalah, penelurusan data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interprestasi data, penarikan kesimpulan.” Secara skematis, langkah penelitian ini disusun dalam bagan berikut:

Y

X

1

(18)

35

Tabel 3.2 Langkah-langkah Penelitian

C. Metode Penelitian

Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu

tujuan, sedangkan tujuan dari suatu penelitian adalah mengungkapkan,

menggambarkan, menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara

tertentu sesuai dengan prosedur penelitiannya. Sugiyono (2010:2) mengungkapkan bahwa “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Keberhasilan dalam penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian

tersebut.

Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan dalam

sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

sebuah penelitian tersebut. Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada

permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode

harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode tersebut.

Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya

perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan. Rumusan Masalah

Populasi

Sampel

Anatomical fitness Physiological fitness

Tes KecepatanMemanjat

Data

Kesimpulan

(19)

36

Sedangkan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan

waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun

dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu

penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi

penyimpangan. Masalah yang akan diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam

suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian. Sehubungan

dengan masalah yang penulis ungkapkan dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui hubungan Anatomical fitness dan Physiological fitness dengan

kecepatan pemanjatan di ukm Pamor, dalam penelitian ini penulis menggunakan

metode penelitian deskriptif. Tujuan metode deskriptif adalah untuk memecahkan

masalah yang ada pada saat sekarang. Mengenai metode deskriptif dijelaskan oleh

Dantes (2012 : 51) bahwa penelitian deskriptif diartikan sebagai:

Suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya serta untuk memperoleh informasi mengenai keadaan sekarang ini.” Peneliti menafsirkan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berpusat pada kegiatan penelitian yang sedang berlangsung pada saat itu dan penelitian ini bersifat menuturkan, menganalisa, mengklasifikasi serta mengaplikasikan tentang arti data yang diperoleh.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis menentukan jumlah sampel

yang merupakan atlit panjat tebing dan spesialisasi Pemanjat tebing di Ukm

Pamor sebanyak 15 orang yang dirasa sesuai dengan persyaratan atau karakteristik

penelitian yang penulis lakukan dan dapat mewakili populasi. Setiap penelitian

selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti deskriptif

kuantitatif dan deskriptif kualitatif berbeda. Dalam penelitian deskriptif

kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, sedangkan

masalah dalam penelitian deskriptif kuantitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti memasuki lapangan. Setelah masalah

diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan,

rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan

(20)

37

selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan

berbagai teori untuk menjawabnya. Teori dalam penelitian kuantitatif ini

digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut.

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut

dinamakan hipotesis, makahipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis yang masih merupakan jawaban

sementara tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenaranya secara empiris atau

nyata. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data

dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi

terlalu luas, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

tersebut. Menurut Sugiyono (2010: 31) bahwa:

Meneliti adalah mencari data yang teliti atau akurat.Dari pengertian tersebut peneliti menggunakan instrumen penelitian.Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan relibilitasnya.Setelah instrumen teruji validitas dan relibilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk mengumpulkan data dapat berbentuk test dan nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa observasi. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa test.

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah serta diarahkan untuk

menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian

deskriptif kuantitatif olah data yang dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Statistik digunakan dapat

digunakan berupa statistik deskriptif dan induktif. Menurut Sugiyono (2012:245)

bahwa:

(21)

38

ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

D. Definisi Operasional

1. Olahraga Panjat dinding merupakan suatu olahraga yang menaiki suatu

permukaan dinding atau papan panjat, dengan tonjolan-tonjolan atau yang

biasa disebut pointsebagai alat berpegangan dan berpijak dalam usaha

mencapai ketinggian atau titik puncak terakhir. sedangkan Bridge (1977)

dikutip dari Depdikbud dalam bukunya pedoman berolahraga panjat

dinding (1977) mengatakan bahwa: Panjat dinding merupakan olahraga

yang mengasikan dan terus dirancang oleh para penggemarnya karena

dalam memanjat di butuhkan kemampuan fisik dan kemampuan otot.

2. Anatomical Fitness menurut Santoso (2010:18) bahwa “kesesuaian

struktur anatomis jasmani terhadap tugas fisik yang harus di laksanakan” yang terdiri dari tinggi badan, berat badan, kelengkapan anggota badan,

ukuran berbagai bagain badan.

3. Physiological Fitness menurut Santoso (2010:19) “bahwa kesesuain fungsi

fisiologis jasmani terhadap tugas fisik yang harus di laksanakan” yang terdiri dari keadaan lingkungan dan tugas fisik.

4. Kecepatan memanjat kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk

mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam waktu

sesingkat-singkatnya menurut M. Sajoto (1995:9). Kecepatan memanjat tebing

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan melakukan

gerakan memanjat tebing buatan secara berkesinambungan dengan

menempuh jarak 15 meter dalam waktu sesingkat-singkatnya yang

hasilnya dinyatakan dalam satuan detik.

5. PAMOR (Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga)adalah suatu organisasi

pecinta alam yang ada di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

(FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang

beranggotakan dari mahasiswa dari ke tiga jurusan yang ada di FPOK

yaitu jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), Pendidikan

(22)

39

Dalam penerimaan anggotanya yaitu dengan cara seleksi lewat pendidikan

dan latihan dasar (DIKLATSAR) tentang bidang kepecinta alaman, yang

diadakan satu tahun sekali.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan dalam penelitian. Hal ini

diperjelas oleh Arikunto (2010:203) bahwa: “Instrumen penelitian adalah “alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Terdapat jenis-jenis metode atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, dalam

penelitian ini penulis menggunakan dengan metode tes. Menurut Arikunto (2010 : 193) mendefinisikan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Untuk tercapainya keberhasilan dalam penelitian, maka diperlukan alat ukur untuk

mendapatkan data. Nurhasan dan Cholil (2007:5) mengemukakan bahwa “pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument berupa tes

komponen struktur tubuh dan komponen tugas fisik dengan kecepatan pemanjatan

di Ukm Pamor, komponen yang akan diteliti Pada tes komponen struktur tubuh

yaitu tinggi badan, berat badan, panjang lengan dan panjang tungkai Sedangkan

komponen tugas fisik yang akan diteliti yaitu tes Balke Tes tes kekuatan, tes

kecepatan, tes kelentukan, tes kelincahan. Adapun pemaparan tinggi badan, berat

(23)

40

Tabel 3.3

Pria atau laki laki

Kategori ideal ataunormal

Untuk penelitian panjang lengan dan panjang tungkai dapat diukur dengan

menggunakan meteran diantaranya panjang lengan yang rendah dengan panjang

lengan yang tinggi, serta panjang tungkai yang rendah dengan panjang tungkai

yang tinggi pada kecepatan pemanjatan. Pada segi Anatomical Fitness atau

struktur tubuh peneliti menguji beberapa tes diantaranya tinggi badan, berat

badan, panjang lengan, panjang tungkai, sedangkan pada Physiological Fitness

atau tugas fisik menggunakan balke tes (kardiovaskular jantung, paru) yang

No Tinggi badan Cm Berat badan Kg

1 Tinggi badan 155 cm Berat badan 58 – 63 kg

2 Tinggi badan 157 cm Berat badan 59 – 64 kg

3 Tinggi badan 160 cm Berat badan 60 – 65 kg

4 Tinggi badan 163 cm Berat badan 61 - 66 kg

5 Tinggi badan 165 cm Berat badan 62 – 67 kg

6 Tinggi badan 168 cm Berat badan 63 – 69 kg

7 Tinggi badan 170 cm Berat badan 60 – 70 kg

8 Tinggi badan 173 cm Berat badan 66 – 71 kg

9 Tinggi badan 175 cm Berat badan 67 – 73 kg

10 Tinggi badan 178 cm Berat badan 69 – 74 kg

11 Tinggi badan 180 cm Berat badan 70 – 76 kg

12 Tinggi badan 183 cm Berat badan 71 – 78 kg

13 Tinggi badan 185 cm Berat badan 73 – 80 kg

14 Tinggi badan 188 cm Berat badan 75 – 81 kg

(24)

41

mendukung pada keberhasilan dalam pemanjatan pada kategori spedd, tes push

up, tes pull up, tes flexometer, tes shuttle run,

1.Push Ups

Tujuan mengukur daya tahan lokal otot lengan dan bahu. Alat bantunya

terdiri dari matras, peluit, stopwatch, serta petugaspencatat skor, pengawas

gerakan push ups, pengawas dan pengatur waktu. Pada pelaksanaan orang

berbaring dengan sikap telungkup, kedua tangan dilipat disamping badan, kedua

tangan menekan lantai sampai lurus sampai badan terangkat, sedangkan sikap

badan dan tungkai sempurna garis lurus. Kategori skor tes push ups menurut

Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Skor Tes Push Ups

2. Pull ups

Tujuan mengukur komponen daya tahan otot lengan dan bahu.Alat bantu

diantaranyapalang tunggal, serta petugas pencatat skor, pengawas gerakan tes.

Saat pelaksanaan seseorang menggantung pada palang tunggal dengan kedua

tangan lurus, kemudian kedua lengan dibengkokan sambil badan diangkat hingga

dagu melewati palang tunggal. Setelah itu badan diturunkan kebawah sehingga

kedua lengan lurus seperti sikap semula. Lakukan berulang-ulang, perlu

diperhatikan bahwa saat mengangkat badan, sikap badan dan tungkai harus lurus

dan tidak dibenarkan membuat gerakan ayunan. Kategori skor tes pull ups

(25)

42

Tabel 3.5

Kategori Skor Tes Pull Ups

3. Flexometer

Tujuan mengukur Fleksibilitas atau kelentukan.Alat bantu, tangga, tembok

tegak 90 derajat atau bangku swedia, pita pengukur sedangkan petugas pencatat

skor, pengawas gerakan tes, pengatur waktu dan pelaksanaan peserta berdiri tegak

lurus dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir

ujung tangga atau bangku swedia, badan dibungkukan kebawah, tangan lurus,

renggutkan badan perlahan-lahan, sampai tangan menyentuh tangga atau bangku

swedia bagian bawah sejauh mungkin sampai jangkauan terjauh. Kategori skor tes

flexometer menurut Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Skor Tes Flexometer

Butir tes Kurang Cukup Baik Baik sekali Sempurna Untuk

Flexo

meter

1 – 5 6 – 11 12 – 17 18 – 23 > 24 Putra

4. Shuttle Run

Tujuan mengukur kelincahan dan koordinasi.Alat bantu stopwatch dan

bidang datar selebar maksimal 15 meter, Peluit. sedangkan petugas Pencatat skor,

pengawas tes, pengatur waktu. dan pelaksanaan orang coba berdiri dibelakang

garis start dengan salah satu kaki diletakan didepan. Pada aba-aba “ya” diberikan,

orang coba dengan segera dan secepat mungkin lari ke depan menuju garis akhir

dan menyentuh garis tersebut, kemudian berputar lagi dan segera lari. Demikian

seterusnya dilakukan dengan lari sebanyak 6 x 10 m. peserta diberi kesempatan

melakukan tes tersebut sebanyak 2 (dua) kali. Skorwaktu terbaik dari dua kali Butir tes Kurang Cukup Baik Baik sekali Sempurna Untuk

(26)

43

kesempatan, yang dicatat sampai 1/10 detik. Kategori skor tes shuttle run menurut

Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategori Skor Tes Shuttle Run

5. Tes Keterampilan Panjat Kelas Speed

Dalam melakukan tes keterampilan memanjat maka penulis menggunakan

tes panjat kategori kelas speed dengan patokan penghitungan pada waktu

pemanjatan. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dalam pemanjatan maka

semakin baik nilai yang di dapat. Adapun kategori skor kelas speed menurut Hary Sulistyarto (1999:30) dalam buku “ Keterampilan Pemanjat Tebing dalam Kelas keterampilan Pemanjat Tebing”:

Tabel 3.8

Kategori Skor tes Panjat Speed

Sedangkan pada komponen Physiological Fitness atau tugas fisik yang

akan diteliti peneliti menguji daya tahan tubuh jantung dan paru dan tesnya

menggunakan.Tes (Balke Test) Tujuan Mengukur komponen daya tahan

Cardiovascular. Alat/sarana Stopwatch, peluit, lintasan/Track. Pelaksanaan Orang

coba berdiri dibelakang garis start. Pada saat aba-aba “ya” diberikan, orang coba

mulai berlari selama 15 menit, sampai pada waktu 15 menit berakhir dan peluit

(27)

44

dicatat dalam satuan meter untuk kemudian dicari besaran VO2 Max kemudian

disesuaikan dengan tabel dan kategori yang tersedia. Kategori tes VO2 Max

menurut Nurhasan (2008:42) yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu

tujuan. Metode penelitian digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang

maksimum dalam penelitian. Maka dari itu dalam suatu penelitian harus

ditentukan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan dan ruang lingkup

penelitian. Metode penelitian ada tiga jenis, yaitu metode historis, metode

deskriptif, dan metode eksperimen. Dari ketiga metode tersebut, yang sesuai

dengan penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena yang diteliti, baik itu status sekelompok

manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwapada masa sekarang. Menurut Surakhmad (1980: 139), Ramadhany

(2008: 38) menyatakan bahwa:

(28)

45

Alasan penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena

penelitian ini membandingkan dua jenis tembakan loncat berdasarkan kedua hasil

tembakan yang dihasilkan tanpa memberikan suatu perlakuan pada salah satu atau

bahkan keduanya. Penelitian ini hanya memberikan suatu gambaran mengenai

fenomena tersebut. Prosedur penelitian merupakan suatu langkah yang ditempuh

dalam melakukan penelitian, hal ini sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil

yang terbaik. Untuk itu gambaran mengenai prosedur penelitian sangat diperlukan

untuk mempermudah dalam melakukan suatu penelitian. Adapun langkah-langkah

yang akan ditempuh tersebut adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama adalah menentukan populasi, dalam hal ini adalah

spesialisasi pemanjat tebing di Ukm Pamor.

2. Kemudian menentukan sampel sejumlah 15 orang pemanjat tebing laki-laki

dengan menggunakan teknik purposive sampling.

1. Setelah itu menentukan instrumen berupa 2 komponen yaitu Anatomicall

Fitness dan Physiologicall Fitness. Untuk tes Anatomicall Fitness atau

struktur tubuh yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu tinggi badan, berat

badan, panjang lengan, panjang tungkai, sedangkan pada tes Physiologicall

Fitness atau tugas fisik yang sesuai dengan penelitian ini yaitu (balke test)

untuk mengukur kapasitas jantung paru serta, tes push up, tes pull up, tes

Shuttle Run ,tes Flexometer.

3. Melakukan uji coba tes dengan melihat validitas dan reabilitasnya.

4. Selanjutnya adalah melakukan penelitian dan pengambilan data dengan

menggunakan instrumen atau tes yang telah ditentukan.

5. Langkah terakhir yaitu melakukan pengolahan data, menganalisa dan menarik

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dalam Bab IV, maka

penulis memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Anatomical Fitness dengan

kecepatan pemanjatan di Ukm Pamor.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara Physiological Fitness dengan

kecepatan pemanjatan di Ukm Pamor.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan diantara Anatomical Fitness

Keseluruhan dan Physiological Fitness dengan kecepatan memanjat di Ukm

Pamor.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan dan guna

penyempurnaan hasil penelitian, maka penulis mengemukakan beberapa saran

sebagai yaitu untuk para pemanjat agar lebih mempersiapkan semua faktor yang

mendukung baik dari segi Anatomical Fitness dan Physiological Fitness pada

pemanjatan (spedd) dengan keberhasilan pemanjatan di Ukm Pamor.Kepada

lembaga IKOR memberikan saran untuk menjadi seorang pemanjat yang baik

perlu di perhatikan baik dari segi Anatomical Fitness dan Physiological Fitness

yang mendukung untuk keberlangsungan seseorang dalam memanjat. Bagi

organisasi PAMOR dapat menjadikan acuan baku untuk para pemanjat tebing

yang ada di PAMOR. Sedangkan kepada peneliti akan menjadi pedoman khusus

untuk seorang pemanjat tebing yang ahli dan dapat dilihat dari stuktur Anatomical

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Agusworo, Heru(2011). Pengertian Phisycological fitness dan anatomical fitness.

Jakarta.

Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek dan sampel

penelitian Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani ,Mella. (2010). Hubungan tingkat kecemasan dan percaya diri dengan hasil pemanjatan pada olahraga panjat tebing kategori rintisan. Skripsi SI FPOK UPI,Bandung: tidak diterbitkan.

Badriah, (2009).Tentang pengertian kekuatan otot. Jakarta.

Bastinus, (2009) pengertian daya tahan. Bandung

Cartross,www.wordpress.com dikutip hidayat tofik (2011:2) bahwa: Enam komponen dasar panjat tebing. Bandung

Direktorat jendral pariwisita, (1998).Penjelasan mengenai pengertian Panjat tebing, Bandung.

Gladian Nasional (2001), Penjelasan mengenai pengertian Panjat tebing, Ujung Pandang.

Dantes(2012) penjelasan mengenai penelitian deskriptif. Jakarta

Diktat PAMOR.(2010) Sejarah serta prestasi panjat tebing di PAMOR. Bandung

Harsono. (1988).Coaching dan Aspek – Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:Tambak Kusuma.

Hidayat iman.(1988) penegertian kelentukan. Jakarta

Hidayat Toufik (2013).Hubungan antara kekuatan lengan, daya ledak tungkai dan kelincahan serta kecepatan memanjat tebing di FPTI Pandeglang. Skripsi SI FPOK UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Hanafi.(2013). Postur tubuh dan berat badan yang ideal, Jakarta.

Irianto.(2004). Membahas Mengenai Kebugaran jasmani, Jakarta.

Ixdiana.(2006).kebugaran jasmani pemanjat tebing, Bandung.

(31)

68

Mabella, (2000).Definisi berat badan, Jakarta.

Rudiyanto, (2012).Penjelasan mengenai antropometrik, Jakarta.

Santosa, (2010). Ilmu Faal Olahraga, Bandung. FPOK UPI Bandung.

Sajoto, (1995).Pengertian kecepatan memanjat, Jakarta.

Adang Suherman, (1999). Pengertian dayatahan otot, Bandung.

Sofyan alviana, (2012).penjelasan mengenai Muscular, Jakarta.

Sugiyono, (2010).penjelasan mengenai variabel. Bandung.

Sugiyono, (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung.

Sugiyono, (2012).penjelasan mengenai Purposive sampling, Bandung.

Sugiyono, (2010).penjelasan mengenai metode penelitian, Bandung.

Syarifuddin, (1997).penjelasan otot pangkal lengan dan otot tungkai, Jakarta.

Nilasari, Ratih. (2009).Proses Pembelajaran Olahraga Panjat Tebing di Pengcab FPTI Kab. Bandung (Studi Deskriptif Pada Proses Pembelajaran Olahraga Panjat Tebing di Pengcab FPTI Kab. Bandung). Skripsi SI FPOK UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Nurhasan, (2007).Membahas tentang kebugaran jasmani Bandung: FPOK UPI.

Nurmianto(1996) Penjelasan mengenai antropomertic. Bandung

Nurhasan,&Cholil, D.H. (2007).Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan.

Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sugiyono, (2010).Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta.

Surakhmad, (1990).Batasan Penelitian serta langkah langkahnya, Jakarta.

Sumosardjuno S, (1994). Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga 2, Jakarta. PT.Gramedia.

(32)

69

Solehudin, Adi. (2007). Diktat Panjat Tebing PAMOR FPOK UPI Bandung, Bandung: Pamor FPOK UPI.

Sutresna, (2002).Mengenai langkah-langkah penelitian, Bandung: FPOK UPI.

Suliztiarto, (1999).Rock Climbing, Jakarta: Publishing.

Surakhmad, (1980).Metode dan Prosedur Penelitian,Jakarta.

Tarigan, Beltasar. (2009).Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal (Sebuah Analisis Kritis), Bandung: FPOK UPI

Tedjho, (2012).Pengertiannya tinggi badan, Jakarta.

Wahyudin, (2012).Penjelasan mengenai pengertian Panjat tebing dan peralatan panjat tebing, Bandung.

Wiecken setal, (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhiva riasi dimensi tubuh

Gambar

Tabel Hal
Gambar Hal
Gambar Penelitian ..............................................................................
Gambar 3.1Paradigma Sederhana
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil lingkungan keluarga dan hubungan keluarga yang baik dan harmonis dapat disimpulkan bahwa penyakit yang diderita pasien tidak  berhubungan dengan

HUBUNGAN PEMAHAMAN KODE ETIK PUSTAKAWAN DENGANPERILAKU KERJA PUSTAKAWAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekedar pelengkap Aministrasi, Referensi apalagi Aksesoris, itulah fungsi yang tidak boleh terjadi pada KTSP ini, tetapi komitmen semua pihak yang terlibat dalam

Pengaruh Manajemen Fasilitas Belajar Terhadap Layanan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Negeri Se- Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon1. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pengaruh Manajemen Fasilitas Belajar Terhadap Layanan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Fungsi ini baru bisa dijalankan, ketika tombol kiri dan kanan mouse dilepaskan (setelah ditekan), sementara pointer mouse tetap berada di atas elemen HTML yang sudah di seleksi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi tentang pelaksanaan Pasal 19 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1

Eliminasi Malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau atau ke beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia menurut