• Tidak ada hasil yang ditemukan

Insect Bite

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Insect Bite"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS

* Pendidikan Profesi Dokter /

* Pendidikan Profesi Dokter / G1A216025 / Maret 2018G1A216025 / Maret 2018 ** Preseptor

** Preseptor

INSECT BITE

INSECT BITE

*Tridesi Hutasoit, S.Ked, ** dr. Nuriyah, M. Biomed *Tridesi Hutasoit, S.Ked, ** dr. Nuriyah, M. Biomed

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PUSKESMAS TAHTUL YAMAN PUSKESMAS TAHTUL YAMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI UNIVERSITAS JAMBI

2018 2018

(2)
(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS

INSECT BITE

INSECT BITE

Oleh: Oleh:

Tridesi Hutasoit, S.Ked Tridesi Hutasoit, S.Ked

G1A216025 G1A216025

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi Universitas Jambi 2018 2018 Jambi, Maret 2018 Jambi, Maret 2018 Preseptor, Preseptor, dr. Nuriyah, M.Biomed dr. Nuriyah, M.Biomed

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Insect Bite” sebagai kelengkapan persyaratan

dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Tahtul Yaman di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi para pembaca.

Jambi, Maret 2018

(6)
(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I STATUS PASIEN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

BAB III ANALISA KASUS ... 21

(8)
(9)

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

 Nama : Tn. M

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Nelayan

Pendidikan : SD

Alamat : RT 10 no. 04 Arab Melayu

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga a. Status perkawinan : Tidak Kawin

 b. Jumlah anak :

-c. Saudara : anak ke dua dari lima bersaudara d. Status ekonomi keluarga : cukup

e. Kondisi rumah :

Pasien tinggal dirumah panggung semipermanen berukuran 4x3m, lantai kayu, dinding kayu, atap genteng dan seng. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 2 ruang tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi di bagian belakang. Sumber air bersih  berasal dari PDAM air yang digunakan cukup bersih, jernih dan tidak berbau

sedangkan untuk minum dengan air yang dimasak. Pencahayaan di dalam rumah cukup baik, dikarenakan banyaknya ventilasi di dalam rumah, sedangkan sumber listrik dari PLN.

(10)
(11)

f. Kondisi lingkungan sekitar rumah

Lingkungan sekitar rumah padat penduduk.

3. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga

Pasien belum menikah dan tinggal bersama kedua orangtuanya. Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya cukup baik.

4. Keluhan Utama :

Bentol-bentol kemerahan di tangan sejak 1 jam sebelum ke puskesmas

5. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan timbul bentol-bentol berwarna kemerahan sejak 1 jam sebelum ke puskesmas. Bentol-bentol tersebut di daerah tangan serta belakang telinga. Terasa panas, sedikit nyeri namun tidak gatal. Awalnya bentol-bentol muncul saat pasien hendak memancing kemudian ia disengat oleh beberapa ekor lebah. Pasien sebelumnya tetap melanjutkan aktivitasnya namun bekas gigitan tersebut semakin membengkak dan terasa panas. Bentol hanya muncul ditempat gigitan dan tidak menyebar ke daerah tubuh lainnya. Sesak (+) nyeri ulu hati (-)

(12)
(13)

 bengkak (+) mual ) muntah ) riwayat terkena cairan kimia ) demam (-).

.

6. Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat Hipertensi (-)

 Riwayat Alergi (+) amoxicilin

 Riwayat penyakit Diabetes Melitus (-)  Keluhan serupa (-)

7. Riwayat penyakit keluarga

 Riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti pasien (-)  Riwayat Hipertensi (-)

 Riwayat Diabetes Melitus (-)

8. Riwayat Makan, Alergi dan Perilaku Kesehatan

 Riwayat alergi makanan atau obat-obatan (+)

 Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang (-)

9. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis Tanda vital : TD : 110/70 mmHg  Nadi : 80 x permenit RR : 22 x permenit Suhu : 36,80C BB : 57 kg TB : 163 cm IMT : Kepala :

Mata : Konjunctiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-). Pupil isokor. Refleks cahaya (+/+)

(14)
(15)

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Pulmo :

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Simetris Simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler (+)

Wheezing (-), rhonki (-)

Vesikuler (+)

Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung :

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak kuat angkat.

Perkusi Batas-batas jantung : Atas : ICS II kiri

Kanan : Linea sternalis kanan

Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-) Palpasi  Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),

splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-) Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : akral hangat, edema (-/-) Ekstremitas Inferior : akral hangat, edema (-/-)

(16)
(17)

Status Dermatologi 1. Inspeksi

o Lokasi : Regio Brachii Dextra dan Antebrachii Dextra, Regio

Mastoid

2. Palpasi : hangat pada perabaan

3. Auskultasi : tidak dilakukan

4. Lain-lain :

Efloresensi : Papul eritematous, nummular hingga plakat,  berbatas tegas, diskret, multiple, dibagian tengah lesi terdapat bitnik hitam, daerah

sekitar tidak terdapat kelainan

10. Pemeriksaan Penunjang

 Tidak Dilakukan

11. Usulan Pemeriksaan Penunjang

 Darah rutin  Prick Test

(18)
(19)

12. Diagnosa Kerja Insect Bite (T63.4) 13. Diagnosa Banding  Reaksi anafilaksis (T78.2)  Urtikaria (L50)  Prurigo (L28) 14. Manajemen a. Promotif

 Memberikan informasi kepada pasien bahwa keluhan yang dialaminya

adalah akibat reaksi dari gigitan serangga

 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan

 penatalaksanaannya

 Makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak

mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.

 Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan sekitar

b. Preventif

 Menggunakan baju lengan panjang serta celana panjang saat akan

 bekerja (memancing)

 Jangan menggaruk daerah yang bengkak

c. Kuratif

Non farmakologi

 Diet makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak

mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.

(20)
(21)

Farmakologi

Pengobatan yang diberikan di Puskesmas : - Chlorpeniramin maleat 4mg 1x1

- Betametason salep 0,5% 2x1

d. Rehabilitatif

 Menjalani pengobatan sampai tuntas  Menjalani perilaku hidup bersih dan sehat

(22)
(23)

Resep puskesmas Resep ilmiah 1

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3

Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman

Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265

dr. Tridesi Hutasoit SIP. 123456 STR. 78910 Tanggal : Pro : Umur : BB : Alamat :

Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman

Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265

dr. Tridesi Hutasoit SIP. 123456 STR. 78910 Tanggal : Pro : Umur : BB : Alamat :

Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman

Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265

dr. Tridesi Hutasoit SIP. 123456 STR. 78910 Tanggal : Pro : Umur : BB : Alamat :

Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman

Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265

dr. Tridesi Hutasoit SIP. 123456 STR. 78910 Tanggal : Pro : Umur : BB : Alamat :

(24)
(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

 Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan artropoda penyerang.2

 Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari makanannya.1

2.2 Epimediologi

Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah lingkungan sekitar seperti tempat mencari mata pencaharian yaitu perkebunan, persawahan dan lain-la in.1

2.3 Etiologi

 Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki, dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu. Insekta merupakan golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan  paling beragam. Oleh karena itu, kontak antara manusia dan serangga sulit

dihindari. Paparan terhadap gigitan atau sengatan serangga dan sejenisnya dapat berakibat ringan atau hampir tidak disadari ataupun dapat mengancam nyawa.2

(26)
(27)

Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang  beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah. Ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikkan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit atau menembus kulit dan masuk menghisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal.1

Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelasa arthopoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :

1. Kelas Arachnida a. Acarina

 b. Araniae (Laba-laba)

c. Scorpionidae (Kalajengking)

2. Kelas Chilopoda (Lipan) dan Diplopoda (Luing) 3. Kelas Insekta

a. Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis)  b. Coleoptera (Kumbang)

c. Dipthera (Nyamuk dan Lalat) d. Hemiptera (Kutu busuk)

e. Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon) f. Lepidoptera (Kupu-kupu)

2.4 Patogenesis

Gigitan atau serangan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat gigian atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi

(28)
(29)

yang timbul dapat dibagi dalam dua kelompok : reaksi imediate dan reaksi delayed.1,2

Reaksi imediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilk. Enzim hyluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran racun tersebut.3

2.5 Diagnosis a. Anamnesis

Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitan serangga ketika terjadi reaksi atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak diketahui kecuali terjadi reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Pasien yang memiliki sejarah tidak memiliki rumah atau pernah tinggal di tempat  penampungan mungkin mengalami paparan terhadap organisme, seperti serangga kasur. Pasien dengan penyakit mental juga memungkinkan adanya riwayat paparan dengan parasit serangga. Paparan dengan binatang liar maupun binatang peliharaan juga dapat menyebabkan paparan terhadap gigitan serangga.3

b. Gejala Klinis

Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman, gatal, nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan sekitar gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang luas, urtikaria, dan edema pruritis. Reaksi lokal yang berat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi sistemik serius pada paparan  berikutnya.1

(30)
(31)

Gambar :  Papular urtikaria: Bekas gigitan kutu, sangat gatal, urtikaria seperti  papula di lokasi gigitan kutu pada lutut dan kaki seorang anak, papula biasanya  berdiameter <1 cm serta memiliki vesikel di atasnya, Bila tergoreskan

mengakibatkan erosi maupun krusta.

Gambar : pada bagian tengah lesi tampak ekskoriasi dikelilingi daerah yang edem dan eritem.

Pada reaksi sistemik atau anafilaktik, pasien bisa mengeluhkan adanya gejala lokal sebagaimana gejala yang tidak terkait dengan lokasi gigitan. Gejala dapat bervariasi dari ringan sampai fatal. Keluhan awal biasanya termasuk ruam yang luas, urtikaria, pruritus, dan angioedema. Gejala ini dapat berkembang dan pasien dapat mengalami ansietas, disorientasi, kelemahan, gangguan gastrointestinal, kram perut pada wanita,

(32)
(33)

inkontinensia urin atau alvi, pusing, pingsan, hipotensi, stridor, sesak, atau  batuk. Seiring berkembangnya reaksi, pasien dapat mengalami kegagalan

napas dan kolaps kardiovaskuler.1

c. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium jarang dibutuhkan. Pemeriksaan laboratorium yang sesuai harus dilakukan apabila pasien mengalami reaksi yang berat dan membutuhkan penanganan di rumah sakit atau dicurigai mengalami kegagalan organ akhir atau membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder, seperti sellulitis.

Pemeriksaan mikroskopis dari apusan kulit dapat bermanfaat pada diagnosis scabies atau kutu, namun tidak berguna pada kebanyakan gigitan serangga.

Pemeriksaan serologis mungkin berguna dalam menentukan infeksi yang diakibatkan oleh vektor serangga, namun jarang tersedia dan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya.3

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding insect bite reaction didasarkan oleh reaksi pada tempat gigitan (papula eritema, vesikel), organisme yang menggigit serta nekrosis kutaneus yang menyebabkan timbulnya lesi yang berbeda:

a. Scabies

Scabies adalah infeksi parasit yang umumnya terjadi di dunia.  Arthropoda Sarcoptes scabiei var hominis menyebabkan pruritus  berat dan merupakan penyakit kulit yang sangat menular, dapat menyerang pria dan wanita dari semua tingkat status social ekonomi dan etnik. Gejala dan tanda biasanya berkembang perlahan sekitar 2-3 minggu sebelum pasien mencari penanganan medis untuk mengatasinya. Scabies muncul dalam bentuk cluster, pada individu terlihat sebagai ruam yang gatal dan papul. Diagnose scabies dapat dipertimbangkan apabila ada riwayat banyak anggota keluarga yang

(34)
(35)

mengalaminya. Pruritus nocturnal merupakan keluhan utama yang khas pada scabies. Lesi primer scabies berbentuk liang, papul, nodul,  biasanya pustul dan plak urtikaria yang bertempat di sela-sela jari,

area fleksor pergelangan tangan, axilla, area antecubiti, umbilicus, area genital dan gluteal, serta kaki. Lesi sekunder berbentuk urtikaria, impetigo, dan plak eksematous.4,5

(36)
(37)

Gambar: Predileksi scabies b. Prurigo

Merupakan reaksi kulit yang bersifat residif dengan efloresensi  beranekaragam. Diduga ada pengaruh dari luar seperti gigitan serangga, sinar matahari, udara dingin, dan pengaruh dari dalam tubuh seperti infeksi kronik. Wanita lebih banyak dari pria. Biasanya dicetuskan oleh infeksi kronik dan keganasan, kekurangan makan  protein dan kalori. Dari anamnesis didahului oleh gigitan serangga

(nyamuk,semut), selanjutnya timbul urtikaria papular. Kemudian timbul rasa gatal, dan karena digaruk timbul bintik-bintik. Gatal  bersifat kronik, akibatnya kulit menjadi hitam dan menebal. Penderita

mengeluh selalu gelisah, gatal dan mudah dirangsang.3

Gambar: A. Predileksi. B. papula-papula pada daerah ekstensor ekstremitas.

(38)
(39)

a. Perawatan Pra Rumah Sakit

Kebanyakan gigitan serangga dapat dirawat pada saat akut dengan memberikan kompres setelah perawatan luka rutin dengan sabun dan air untuk meminimalisasi kemungkinan infeksi. Untuk reaksi lokal yang luas, kompres es dapat meminimalisasi pembengkakan. Pemberian kompres es tidak boleh dilakukan lebih dari 15 menit dan harus diberikan dengan  pembatas baju antara es dan kulit untuk mencegah luka langsung akibat

suhu dingin pada kulit. Epinefrin merupakan kunci utama untuk penanganan  pra rumah sakit pada reaksi sistemik. Antihistamin sistemik dan

kortikosteroid, bila tersedia, dapat membantu mengatasi reaksi sistemik.1

b. Medikamentosa

- Topikal : Jika reaksi lokal ringan, dikompres dengan larutan asam borat 3%, atau kortikosteroid topikal seperti krim hidrokortison 1-2%. Jika reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan  pemasangan torniket proksimal dari tempat gigitan dan diberi

obat sistemik.

- Sistemik : Injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau difenhidramin 50mg. Adrenalin 1% 0,3-0,5 ml subkutan. Kortikosteroid sistemik diberikan pada penderita yang tak tertolong dengan antihistamin atau adrenalin.

c. Perawatan Unit Gawat Darurat (keadaan berat)

Intubasi endotrakeal dan ventilator mungkin diperlukan untuk menangani anafilaksis berat atau angioedema yang melibatkan jalan napas. Penanganan anafilaksis emergensi pada individu yang atopik dapat diberikan dengan injeksi awal intramuskular 0,3-0,5 ml epinefrin dengan perbandingan 1:1000. Dapat diulang setiap 10 menit apabila dibutuhkan. Bolus intravena epinefrin (1:10.000) juga dapat dipertimbangkan pada kasus berat. Begitu didapatkan respon positif, bolus tadi dapat dilanjutkan dengan infus dicampur epinefrin yang kontinu dan termonitor. Eritema yang tidak diketahui penyebabnya dan pembengkakan mungkin sulit dibedakan dengan

(40)
(41)

sellulitis. Sebagai aturan umum, infeksi jarang terjadi dan antibiotik  profilaksis tidak direkomendasikan untuk digunakan.1

2.8 Prognosis

Prognosis dari insect bite reaction  bergantung pada jenis insekta yang terlibat dan seberapa besar reaksi yang terjadi. Pemberian topikal berbagai  jenis analgetik, antibiotik, dan pemberian oral antihistamin cukup membantu,  begitupun dengan kortikosteroid oral maupun topikal. Pemberian insektisida, mencegah pajanan ulang, dan menjaga higienitas lingkungan juga perlu diperhatikan. Sedangkan untuk reaksi sistemik berat, penanganan medis darurat yang tepat memberikan prognosis baik.3

(42)
(43)

BAB III

ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah pasien, dapat disimpulkan bahwa keadaan/kondisi rumah pasien tidak mempengaruhi atau memperberat penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.

Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis  penyakit pada pasien ini tidak ada pengaruhnya terhadap lingkungan

disekitarnya, karena penyakit pasien ini bukan merupakan penyakit berbasis lingkungan.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga

Dari hasil lingkungan keluarga dan hubungan keluarga yang baik dan harmonis dapat disimpulkan bahwa penyakit yang diderita pasien tidak  berhubungan dengan keadaan lingkungan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya  perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara faktor

 – 

  faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan individu maupun keluarga sangatlah besar.

Pada pasien ini perilaku kesehatan keluarganya cukup baik begitu juga lingkungan sekitar yang baik. Sehingga tidak ada hubungan antara diagnosis  penyakit dengan perilaku kesehatan dan lingkungan sekitar.

(44)
(45)

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini

Dan dari hasil anamesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa kemungkinan terbesar penyebab dari penyakit pasien adalah karena gigitan serangga.

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini

 Memakai baju lengan panjang serta celana panjang saat bekerja

 Mengkonsumsi makan makanan yang sehat dan bergizi terutama

makanan yang banyak mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran untuk meningkatkan daya tahan tubuh

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga

 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa pasien

menderita reaksi akibat gigitan serangga. Dimana hal ini dapat dihindari dengan memakai pengamanan pada diri sendiri

 Memberikan edukasi bahwa pasien harus tetap dipantau apakah akan

terjadi tanda-tanda kegawatan seperti sesak nafas hebat, bentol-entol semakin banyak, mual, muntah hingga penurunan kesadaran

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Moffitt, John E. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on Southern  Medical Journal , November 2003.

2. Insect Bites and Infestations. In : Freedberg IM at al, eds,  Fitzpatrick’s  Dermatology in General Medicine 5th. 2007. USA: McGrawHill.

3. Amiruddin MD. Skabies. Dalam :  Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003.

4. McCroskey, Amy L. MD. Scabies. [Posted : 6 October 2010] Taken from : http://emedicine.medscape.com/article/785873-overview#showall

(48)

Gambar

Gambar  :  pada  bagian  tengah  lesi  tampak  ekskoriasi  dikelilingi  daerah  yang edem dan eritem.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT, penyakit metabolik :DM atau penyakit lain yang pernah diderita oleh keluarga pasien

Intervensi bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga,mengkaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan citra diri berhubungan dengan keadaan anggota

Penyebab dari faktor lingkungan keluarga antara lain: komunikasi orang tua-anak kurang baik/efektif, hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam

Apabila penyakit yang diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin dokter dimaksud, maka diberi penjelasan kepada pasien atau keluarga, dan bila pasien atau keluarga

kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien (Gagal ginjal kronik) 4 Perawat menanyakan faktor-faktor.. lingkungan di rumah

Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak

Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit Stroke dengan Dukungan Keluarga dalam Merawat Pasien Stroke... Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada Pasien Paska

Aspek risiko eksternal, yaitu: riwayat nenek pasien menderita TB ekstra paru ICD X 83.6, psikososial keluarga: kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien,