• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELECTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELECTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL

TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK

DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Eksperimen di Kelas VA dan VC SD Negeri Cipocok

Jaya 1 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Desi Setiawati

0904025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG

(2)

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL

TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI

MATEMATIK DI SEKOLAH DASAR (Penelitian

Eksperimen di Kelas VA dan VC SD Negeri

Cipocok Jaya 1 Kec. Cipocok Jaya

Kota Serang)

Oleh Desi Setiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Desi Setiawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

Maju terus sampai titik darah penghabisan

PERSEMBAHAN

Yang utama dan yang paling pertama penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas rampungnya skripsi eksperimen ini, karena atas kehendaknya skripsi ini dapat

selesai tepat pada waktunya.

Skripsi ini penulis susun sebagai rasa bakti dan cinta penulis kepada orang– orang tercinta :

Ayahanda Bapak Mar’at Setia BA dan ibunda tercinta Ida Nuraida yang

merupakan orang tua terhebat dan selalu mendo’akan Ananda agar dapat dengan

cepat menyelesaikan skripsi ini. Yang selalu memberikan moril maupun materil sampai Ananda dapat menyelesaikan skripsi ini. Peluk dan cium selalu Ananda

berikan untuk kalian orang tuaku yang paling ku sayangi.

Semua keluargaku, kakak–kakakku, Etty Setiawati, Benny Setiawan, Sherly Setiawati, dan tak lupa ku ucapkan banyak terima kasih juga kepada kakak iparku

Mas Handri dan Kak Yosef serta adikku tercinta Denny Setiawan yang menjadi penyemangatku menahan rasa rindu saat sedang tidak berada di rumah untuk

merampungkan skripsi eksperimen ini.

Juga para sahabat–sahabat yang selalu menyemangatiku dikala lelah itu datang, mereka adalah Elis Apriyanti, S.Pd, Wawah Charifatul Aliyah, S.Pd, Rahayu Fuzi

Lestari, S.Pd dan Tuti Haryati, S.Pd. Juga teruntuk “seseorang” yang selalu

(6)

Tak ada yang lebih membahagiakan

saat lengkungan bibir dari orang tua

tercipta karena kebanggaannya pada

dirimu ^_^

Apalah guna hidup tanpa restu dari orang tua.

Karena restu orang tua adalah restu ALLAH jua (Al–Hadits)

Ilmu adalah penghibur dikala kesepian, teman diwaktu kesendirian,

petunjuk disaat senang dan kesusahan

(7)
(8)

i

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Eksperimen di Kelas VA dan VC SD Negeri Cipocok Jaya 1 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang)

DESI SETIAWATI (2013). Dikarenakan pembelajaran di SD masih banyak yang menggunakan pembelajaran ceramah, maka peneliti tergugah untuk melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Cipocok Jaya 1 menggunakan dua kelas, yaitu kelas VA digunakan untuk kelas kontrol dan VC digunakan untuk kelas eksperimen dimana masing-masing kelas berjumlah 32 orang dengan variabel terikatnya kemampuan koneksi. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk meningkatkan proses dan kemampuan koneksi siswa serta untuk meningkatkan sikap siswa dan guru melalui pendekatan kontekstual. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan instrumen yang digunakan seperti pretest dan postest, skala sikap, pedoman wawancara, lembar observasi, dan jurnal. Teknik pengumpulan data diolah menggunakan software Statistics Passage for the Social

Science (SPSS) 18.0 for windows dan Ms. Excel. Data di lapangan diperoleh hasil

pretest yang awalnya memiliki selisih 1,72, namun setelah diberikan treatment hasil pada postest selisihnya menjadi 14,65 dengan rata-rata paling besar adalah kelas eksperimen yaitu kelas dengan pendekatan kontekstual dibanding dengan kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual sangat berpengaruh sekali terhadap peningkatan kemampuan koneksi siswa. Diharapkan pengajar menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya agar siswa lebih aktif dan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengerucutkan lagi dalam pembahasan mengenai kemampuan koneksi yang akan diajarkan.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan kasih dan sayang–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan

Koneksi Matematik di Sekolah Dasar . Shalawat serta salam semoga tercurah

limpahkan kepada kekasih Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa umat manusia dari jalan yang gelap gulita ke jalan yang terang

benderang.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan

Indonesia Kampus Serang.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya

membangun ke arah penyempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

Serang, Juni 2013

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis haturkan banyak terima kasih atas selesainya skripsi ini kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M. Pd selaku Rektor Universitas

Pendidikan Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. H. M. Abdul Somad, M. Pd selaku Direktur UPI Kampus Serang.

3. Bapak Drs. H. Effendi Zulkifly, M. Pd selaku Sekertaris UPI Kampus Serang

4. Bapak Drs. Ajo Sutarjo, M. Pd selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan Guru

Sekolah Dasar UPI Kampus Serang sekaligus pembimbing I yang telah

memberikan saran–saran dan bimbingannya.

5. Bapak Supriadi, M. Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan saran–

saran dan bimbingannya.

6. Seluruh dosen dan staf tata usaha UPI Kampus Serang yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

7. Bapak Kepala Sekolah SD Negeri Cipocok Jaya I beserta staf yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

8. Ibu Conit Haq Zuwizat, S.Pd. selaku guru kelas VC SD Negeri Cipocok Jaya I

9. Ibu Masturoh, S. Pd. Selaku guru kelas kelas VA SD Negeri Cipocok Jaya I

10. Siswa–siswi SD Negeri Cipocok Jaya 1 kelas VA dan VC yang menjadi sampel

dalam penelitian ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat serta karunianya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 3

1. Tujuan Penelitian ... 3

2. Manfaat Penelitian ... 3

D. Struktur Penulisan ... 4

BAB II : PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DI SEKOLAH DASAR ... 5

A. Kajian Pustaka ... 5

1. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) ... 5

2. Pendekatan Konvensional ... 11

(12)

4. Kriteria–kriteria Penting seorang Guru dalam Merancang Pendekatan

Kontekstual ... 14

5. Implementasi Pendekatan Kontekstual Pembelajaran Matematika .. 16

B. Kerangka Pemikiran ... 20

C. Temuan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 21

D. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Lokasi, Subyek, Populasi, dan Sampel ... 23

B. Desain Penelitian ... 24

C. Metode Penelitian ... 25

D. Definisi Operasional 26 1. Contextual Teaching Learning (Pendekatan Kontekstual) ... 26

2. Pendekatan Konvensional ... 26

3. Koneksi dalam Matematika Menurut NCTM ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 27

1. Instrumen Tes Kemampuan Koneksi... 27

2. Instrumen Skala Sikap ... 36

3. Pedoman Wawancara ... 39

4. Lembar Observasi ... 37

5. Jurnal Harian Siswa ... 38

6. Daftar Isian Guru ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Analisis Data 39 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. HASIL PENELITIAN 45 ... 1. Instrumen Tes Kemampuan Koneksi...45

a. Analisis Data Pretest ...46

(13)

2) Uji Homogenitas Data Pretest ...53

3) Uji Kesamaan Dua Rata–rata (Uji t) Data Pretest ...54

4) Pengelompokkan Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ...56

b. Analisis Data Postest ... 59

1) Uji Normalitas Data Postest ... 63

2) Uji Homogenitas Data Postest ... 66

3) Analisis Pengelompokkan Postest Dari Nilai Pretest Sebelumnya ... 67

4) Uji Perbedaan Dua Rata–rata (uji t) Data Postest ... 70

5) Uji Perbedaan Rerata Postest Kelompok Kelas Eksperimen ... 73

6) Analisis Data N–Gain Hasil Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 76

7) Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 79

2. Analisis Data Skala Sikap Siswa ... 81

a. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 82

b. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual ... 83

c. Skala Sikap Terhadap Soal–soal Koneksi Matematik ... 84

3. Pedoman Wawancara ... 89

4. Lembar Observasi ... 91

5. Jurnal Harian Siswa 93 6. Daftar Isian Guru ... 95

B. PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual ... 97

2. Peningkatan Tes Kemampuan Siswa ...100

3. Aktivitas Siswa dan Guru dengan Pendekatan Kontekstual ...103

4. Skala Sikap Terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan

Pendekatan Kontekstual ...

(14)

5. Keterbatasan ...105

6. Pembahasan Hasil Penelitian ...106

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...108

A. Kesimpulan ...108

B. Rekomendasi ...109

DAFTAR PUSTAKA ...111

LAMPIRAN-LAMPIRAN 113

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional

(Konvensional) ... 9

2.2 Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prinsip, dan Prosedur ... 16

3.1 Validitas Muka Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 29

3.2 Validitas Isi Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 30

3.3 Lembar Pertimbangan LKS 1 ... 32

3.4 Lembar Pertimbangan LKS 2 ... 33

3.5 Lembar Pertimbangan LKS 3 ... 34

3.6 Interpretasi N–Gain... 42

3.7 Kriteria Persentase Skala Sikap ... 43

4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 46

4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 48

4.3 Statistik Deskriptif Data Pretest ... 49

4.4 UJi Normalitas Data Pretest ... 50

4.5 Uji Homogenitas Data Pretest ... 53

4.6 Independent Samples Test ... 55

4.7 Pengelompokkan Pretest Kelas Eksperimen... 57

4.8 Pengelompokkan Postest Kelas Kontrol ... 58

4.9 Nilai Postest Kelas Eksperimen ... 59

4.10 Nilai Postest Kelas Kontrol ... 61

4.11 Statistik Deskriptif Data Postest ... 63

4.12 Uji Normalitas Data Postest ... 64

4.13 Uji Homogenitas Data Postest ... 66

4.14 Pengelompokkan Postest Kelas Eksperimen ... 68

(16)

4.16 Independent Sampels Test ... 71

4.17 Pengelompokkan Kelas Eksperimen Untuk Uji Anova dan Uji Scheffe ... 73

4.18 Hasil Uji One Way Anova ... 74

4.19 Hasil UJi Scheffe ... 75

4.20 Deskripttive Statistics N–Gain ... 77

4.21 Rata–rata Data N–Gain Siswa ... 77

4.22 Interpretasi N–Gain ... 78

4.23 Hasil LKS Kelas Eksperimen ... 79

4.24 Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika ... 83

4.25 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual ... 83

4.26 Skala Sikap Terhadap Soal–soal Koneksi Matematik ... 84

4.27 Angket Skala Sikap dan Penafsirannya ... 86

4.28 Hasil Wawancara Siswa ... 90

4.29 Data Hasil Lembar Observasi ... 92

4.30 Data Hasil Jurnal Harian Siswa ... 93

4.31 Hasil Daftar Isian Guru ... 95

4.32 Rerata Pengelompokkan Postest ... 99

(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Nilai Pretest Kelas Kelas Eksperimen ... 47

4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 49

4.3 Plots Pretest Kelas Eksperimen ... 52

4.4 Plots Pretest Kelas Kontrol ... 52

4.5 Nilai Postest Kelas Eksperimen ... 61

4.6 Nilai Postest Kelas Kontrol ... 62

4.7 Plots Postest Kelas Eksperimen ... 65

4.8 Plots Postest Kelas Kontrol ... 66

4.9 N–Gain Kelas Eksperimen ... 76

4.10 N–Gain Kelas Kontrol ... 76

4.11 Rerata Hasil LKS Kelas Eksperimen ... 80

4.12 Skala Sikap Siswa ... 86

4.13 Rerata Data Hasil Lembar Observasi ... 92

4.14 Data Hasil Jurnal Harian ... 94

4.15 Rerata Skor Pretest dan Postest Pembelajaran ...102

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

4.1 Guru Melakukan Apersepsi ... 97

4.2 Guru Memberikan Bantuan Pada Kelompok yang Mengalami Kesulitan

98

4.3 Siswa Menjadi Model yang Bisa Ditiru ... 98

4.4 Guru Merefleksikan Materi yang Diajarkan ... 99

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Pertimbangan Validitas Pretest Postest ...113

2. Lembar Pertimbangan LKS ...116

3. RPP Kontekstual ...120

4. RPP Konvensional ...142

5. Instrumen Pretest Postest ...162

6. Sampel Pretest Nilai Rendah Kelas Eksperimen ...166

7. Sampel Pretest Nilai Rendah Kelas Kontrol ...168

8. Sampel Pretest Nilai Sedang Kelas Eksperimen ...170

9. Sampel Pretest Nilai Sedang Kelas Kontrol ...172

10. Sampel Pretest Nilai Tinggi Kelas Eksperimen ...174

11. Sampel Pretest Nilai Tinggi Kelas Kontrol...176

12. Sampel Postest Nilai Rendah Kelas Eksperimen...178

13. Sampel Postest Nilai Rendah Kelas Kontrol...180

14. Sampel Postest Nilai Sedang Kelas Eksperimen ...182

15. Sampel Postest Nilai Sedang Kelas Kontrol ...184

16. Sampel Postest Nilai Tinggi Kelas Eksperimen ...186

17. Sampel Postest Nilai Tinggi Kelas Kontrol ...188

18. Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ...190

19. Instrumen Skala Sikap Siswa...199

20. Sampel Isian Skala Sikap Siswa ...202

21. Instrumen Pedoman Wawancara ...206

22. Sampel Hasil Isian Wawancara Siswa ...207

(20)

24. Sampel Isian Lembar Observasi ...216

25. Instrumen Jurnal Harian Siswa ...222

26. Sampel Siswa Berpendapat Positif ...223

27. Sampel Siswa Berpendapat Negatif ...224

28. Instrumen Daftar Isian Guru ...225

29. Sampel Daftar Isian Guru ...227

30. Output Data SPSS 18.0 dan Ms. Excel ...229

31. Uji Pretest Normalitas ...229

32. Uji Pretest Homogenitas ...229

33. Uji Pretest Deskriptif ...230

34. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji t) Data Pretest...230

35. Uji Postest Normalitas ...231

36. Uji Postest Homogenitas ...231

37. Uji Postest Scheffe ...231

38. Uji Postest Deskriptif ...232

39. Uji Perbedaan Dua Rata–rata (uji t) Data Postest ...232

40. Uji N–Gain Kelas Eksperimen ...233

41. Uji N–Gain Kelas Kontrol ...233

42. UJi N–Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...233

43. Hasil N–Gain Kelas Eksperimen ...234

44. Hasil N–Gain Kelas Kontrol ...235

45. Tabel F ...237

46. SK Pengangkatan Dosen Pembimbing I dan II ...239

47. Surat Ijin Melakukan Penelitian ...240

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru Sekolah Dasar yang akan mengajarkan matematika haruslah mengetahui dan memahami materi yang akan diajarkannya, dimana sasaran pembelajaran matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Dengan begitu, guru harus menggunakan pendekatan ataupun metode yang cocok diterapkan di sekolah tersebut, sehingga semua murid dapat mengerti apa yang akan diajarkan dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan.

Pada hakikatnya, matematika memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membantu kehidupan manusia sehari–hari. Kline (Supriadi, 2012: 5) mengemukakan bahwa:

Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Pembelajaran matematika yang abstrak membentuk anggapan dalam benak para siswa bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dan juga membosankan. Anggapan tersebut bisa saja dibentuk oleh para siswa karena pendekatan dan metode yang guru terapkan kurang menarik dan kurang dimengerti oleh siswa. Masalah ini haruslah diperhatikan dan harus cepat ditindak lanjuti.

Permasalahan tersebut memunculkan pemikiran dari seorang pendidik untuk mencari solusi yaitu diperlukannya suatu strategi dan pendekatan yang lebih inovatif. Oleh karena itu agar terbentuk suatu pembelajaran yang dapat membentuk kemampuan koneksi yang tinggi, maka diperlukan suatu pembelajaran yang mendukung tujuan tersebut. Contextual Teaching and

Learning (Pendekatan kontekstual) adalah salah satu pendekatan yang dapat

(22)

2

Alasan digunakannya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

1.Pendekatan kontekstual dapat membuat siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide–ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata (Komalasari, 2010).

2.Pendekatan kontekstual dapat membuat siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan (Komalasari, 2010). 3.Pendekatan kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di

kelas, laboratorium, tempat bekerja maupun bank (Komalasari, 2010). 4.Pendekatan kontekstual menuntut guru mendisain lingkungan belajar yang

merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan (Komalasari, 2010).

5.Pendekatan kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari–hari untuk menemukan makna (Johnson, 2002: 24).

Latar belakang di atas mendorong penulis melakukan penelitian untuk melihat peningkatan kemampuan koneksi siswa SD kelas V (Lima) melalui pendekatan kontekstual yang mencakup konstruktivisme (construktivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment). Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis akan membandingkan peningkatan kemampuan koneksi antara siswa yang mendapatkan pendekatan kontekstual dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Selain itu penulis ingin mengetahui sikap siswa dan tanggapan guru terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran kontekstual, serta faktor–faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual.

B. Rumusan Masalah

(23)

3

1. Apakah kemampuan koneksi matematik antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

3. Bagaimana tanggapan guru terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

4. Faktor–faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan tes kemampuan matematika siswa SD melalui pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan koneksi siswa SD.

b. Mengidentifikasi sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual.

c. Mengidentifikasi tanggapan guru terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual.

d. Mengidentifikasi faktor–faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Manfaat Penelitian

(24)

4

a. Bagi siswa: pembelajaran kontekstual ini dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa SD.

b. Bagi guru: pendekatan kontekstual ini dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang diterapkan di kelas.

c. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan/referensi (penelitian yang relevan) pada penelitian yang sejenis.

D. Struktur Penulisan

Adapun struktur penulisan skripsi ini diantaranya:

Bab I: Pendahuluan, bagian ini menguraikan masalah yang akan dibahas yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan struktur penulisan.

Bab II: Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik di Sekolah Dasar, bagian ini meliputi: kajian pustaka, kerangka pemikiran, temuan hasil penelitian sebelumya dan hipotesis penelitian.

Bab III: Metodologi penelitian, bagian ini meliputi: lokasi, subyek, populasi, dan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, bagian ini meliputi: hasil dari instrumen tes kemampuan koneksi, analisis skala sikap, pedoman wawancara, lembar oservasi, jurnal, daftar isian guru dan pembahasan hasil temuan dari pendekatan yang diterapkan pada kelas eksperimen.

(25)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Subyek, Populasi, dan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian yaitu SD Negeri Cipocok Jaya 1, Satu Gugus Depan yang beralamatkan di Jalan Raya Petir Km. 3 Cipocok Jaya Kecmatan Cipocok Jaya. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena jarak tempat tinggal peneliti dengan SD tersebut yang cukup dekat, sehingga tidak menghabiskan waktu banyak untuk dapat sampai ke tempat lokasi penelitian. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan penelitian diharapkan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan pembelajaran yang telah dipilih sebelumnya.

2. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa–siswi kelas VA dan VC SD Negeri Cipocok Jaya 1. Dimana untuk kelas VA berjumlah 48 orang (terdiri dari 29 orang perempuan dan 19 orang laki–laki), sementara kelas VC berjumlah 48 orang (terdiri dari 25 orang perempuan dan 23 orang laki–laki). Namun dalam pengolahannya dari masing–masing kelas hanya 32 orang saja, karena ada sekitar 16 orang yang tidak mengikuti setiap hari pada saat penelitian berlangsung.

Tujuan dari peniadaan siswa dari masing–masing kelas tersebut dimaksudkan agar pengolahan data berjalan lancar dan tidak merusak saat pengolahan nilai dilakukan. Adapun jumlah laki–laki dan perempuan yang diolah datanya yaitu: kelas VA (terdiri dari 21 orang perempuan dan 11 orang laki–laki), sedangkan kelas VC (terdiri dari 18 orang perempuan dan 14 orang laki–laki).

3. Populasi

(26)

24

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan” (Sugiono, 2009: 80).

Populasi dalam penelitian ini yaitu satu Gugus Depan dengn SD Negeri Cipocok Jaya 1. Dimana satu Gugus Depan suatu SD berjumlah lima SD. Adapun SD–SD yang satu Gugus Sekolah dengan SD Negeri Cipocok Jaya 1 yaitu SD Negeri Cipocok Jaya 2, SD Negeri Cipocok Jaya 3, SD Negeri Cipocok Jaya 4 dan SD Negeri Banjarsari. Dan untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan satu Gugus Sekolah, agar penelitian tidak terlalu luas, sehingga penelitian dapat diwakilkan oleh salah satu SD yang memiliki 2 kelas pada setiap tingkatan kelasnya, maka dipilihkan SD Negeri Cipocok Jaya 1 karena memenuhi kriteria yang diinginkan oleh peneliti.

4. Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiono, 2009: 80). Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampling atau sample yang disengaja. Siswa kelas VA (Lima A) dan VC (Lima C) SD Negeri Cipocok Jaya 1, yang tiap kelas memiliki siswa 48 orang. Dimana kelas VA terdiri dari 19 orang laki–laki dan 29 orang perempuan. Sementara kelas VC terdiri dari 23 orang laki–laki dan 25 orang perempuan.

Kelas VA dan VC dijadikan sampel yang disengaja, dimana kelas VC dijadikan kelas eksperimen dan kelas VA dijadikan sebagai kelas kontrol. Seluruh siswa diasumsikan memiliki kemampuan dasar yang sama. Dengan kata lain, seluruh anggota populasi dalam penelitian ini memiliki kemampuan dasar yang sama.

B. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen, dimana penelitian dilakukan untuk melihat hubungan sebab–akibat.

(27)

25

Pengamatan dilakukan dua kali yaitu sebelum proses pembelajaran, yang disebut pretest dan sesudah pembelajaran yang disebut postest.

Pada penelitian ini, dipilih sampel penelitian secara disengaja, kemudian dibagi menjadi dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pretest dan postest dilakukan pada dua kelompok tersebut. Pada kelompok eksperimen memperoleh perlakuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual sedangkan kelompok kontrol memperoleh perlakuan dengan pendekatan konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretest–postest (Ruseffendi, 1998) yang secara ringkas digambarkan sebagai berikut:

A 0 X1 0 A 0 X2 0 Keterangan:

A : Pengelompokan sampel secara disengaja menurut kelas 0 : Pretes = Postes

X1 : Pendekatan Kontekstual X2 : Pendekatan Konvensional

C. Metode Penelitian

Metode penelitian memiliki rancangan yang menggambarkan prosedur atau langkah–langkah yang harus ditempuh, sumber data, dan dengan cara bagaimana data tersebut dikumpulkan dan diolah. Adapun penelitian ini mengunakan metode eksperimen.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab–akibat melalui pemanipulasian variabel bebas dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tadi, sehingga penelitian ini digolongkan kepada penelitian eksperimen (Russeffendi, 1998).

(28)

26

D. Definisi Operasional

1. Contextual Teaching and Learning (Pendekatan kontekstual)

Blanchard, Berns dan Ericson (Komalasari, 2010: 6) mengemukakan bahwa:

Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations; and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires (Kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan pekerja).

2. Pendekatan Konvensional

Pendekatan konvensional adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru yang dalam proses pembelajarannya peranan siswa masih kurang, pengajaran berpusat pada guru, proses belajar sangat mengutamakan pada metode ekspositori.

3. Koneksi Dalam Matematika Menurut NCTM (Supriadi, 2012: 39) Adalah Kemampuan :

a. Mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur. b. Memahami hubungan antar topik matematik.

c. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari–hari.

d. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.

e. Mencari koneksi satu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen. f. Menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar topik

matematika dengan topik lain. E. Instrumen Penelitian

(29)

27

observasi selama proses pembelajaran, jurnal yang dibuat siswa di setiap akhir pembelajaran, dan daftar isian untuk guru yang berisi pandangan guru terhadap pembelajaran matematika kontekstual.

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Instrumen Tes Kemampuan Koneksi

Dalam penelitian ini, instrumen tes terdiri dari pretes dan postes. Pretes diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan awal masing–masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan postes digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan koneksi siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dalam penyusunan tes kemampuan koneksi ini, diawali dengan penyusunan kisi–kisi soal yang mencakup subpokok bahasan, kompetensi dasar, indikator, aspek kemampuan koneksi yang diukur, serta jumlah butir soal. Setelah membuat kisi–kisi, dilanjutkan dengan menyusun soal disertai kunci jawaban dan pedoman penskoran untuk setiap butir soal. Kisi–kisi penulisan soal, perangkat soal, serta pedoman penskoran untuk setiap butir soal.

Tes kemampuan koneksi yang digunakan adalah tes berbentuk uraian, dengan tujuan agar proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dilihat melalui langkah–langkah penyelesaian soal tes. Disamping itu juga kesalahan dan kesulitan yang dialami siswa dapat diketahui dan dikaji sehingga memungkinkan dilaksanakannya perbaikan. a. Validitas tes

“Validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu alat (tes) atau tingkat keabsahan” (Wahyudin. dkk, 2008: 140). Dalam mengukur

(30)

28

berdasarkan atas pertimbangan (judgement) dari para ahli, atau orang yang dianggap ahli dalam hal ini, salah satunya adalah dosen pembimbing.

Validitas soal yang dinilai oleh validator adalah: (1) kesesuaian antara indikator dan butir soal, (2) kejelasan bahasa dalam soal, (3) kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa, dan (4) kebenaran materi atau konsep.

Dikarenakan tes kemampuan koneksi tidak diuji cobakan terlebih dahulu dan langsung diberikan kepada subyek peneliti, maka untuk mengetahui soal yang dibuat sudah valid atau belum dapat diperiksa oleh dosen pembimbing atau orang yang ahli dalam bidangnya. Namun dalam hal ini yang memeriksa soal yang dibuat oleh peneliti yaitu dosen pembimbing. Adapun lembar pertimbangan untuk persetujuan atas kevalidan soal yang telah dibuat adalah sebagai tercantum di bawah ini (Lampiran A.1):

LEMBAR PERTIMBANGAN

Bapak yang terhormat, saya memohon kesediaan Bapak untuk melakukan pertimbangan terhadap seperangkat tes (terlampir) yaitu tes kemampuan koneksi matematik, dengan cara mengisi tabel yang telah disediakan (terlampir) untuk mengetahui validitas muka dan validitas isi dari perangkat tes tersebut. Untuk keperluan tersebut, saya lampirkan pula kisi–kisi dari tes kemampuan tersebut. Atas kesediaan dan masukan dari Bapak, saya ucapkan terima kasih.

1) Validitas Muka

(31)

29

Soal dikatakan valid (dari segi validitas muka) jika telah memenuhi kriteria validitas muka, yakni apabila butir soal tersebut memiliki kejelasan dari segi bahasa atau redaksional.

2) Validitas Isi

Untuk setiap butir soal, bubuhkan angka 1 pada tabel, jika Bapak menganggap soal tersebut valid. Bubuhkan angka 0 jika Bapak menganggap soal tersebut tidak valid. Kemudian berikan komentar mengenai ketidakvalidan soal tersebut, dan berikan saran/perbaikan pada tempat yang telah disediakan dalam tabel. Soal dikatakan valid jika butir soal tersebut telah sesuai dengan: a) Materi pokok yang diberikan.

b) Indikator pencapaian tes kemampuan. c) Aspek kemampuan koneksi matematik.

d) Tingkat kesukaran untuk siswa kelas V (Lima) SD. Tabel 3.1

Validitas Muka Tes Kemampuan Koneksi Matematik

No. Soal

Valid (1) atau Tidak Valid (0)

Komentar dan Saran Perbaikan

1. 1 Sudah valid dan bahasanya sudah jelas

2. 0 Masih ada redaksi yang salah mengenai penulisan nama 3. 1 Sudah valid dan bahasanya sudah jelas

(32)

30

Bandung, Mei 2013

Validator 1, Validator 2,

(Drs. Ajo Suratjo, M.Pd) (Supriadi, M.Pd)

NIP: 196201101988031003 NIP: 197907172006041002

Tabel 3.2

Validitas Isi Tes Kemampuan Koneksi Matematik

No. Soal

Valid (1) atau Tidak Valid (0)

Komentar dan Saran Perbaikan

1. 1 Untuk materi pokok, indikator, aspek kemampuan dan tingkat kesukaran telah memenuhi kriteria

2. 1 Untuk materi pokok, indikator, aspek kemampuan dan tingkat kesukaran telah memenuhi kriteria

3. 1 Untuk materi pokok, indikator, aspek kemampuan dan tingkat kesukaran telah memenuhi kriteria

4. 1 Untuk materi pokok, indikator, aspek kemampuan dan tingkat kesukaran telah memenuhi kriteria

Bandung, Mei 2013

Validator 1, Validator 2,

(Drs. Ajo Suratjo, M.Pd) (Supriadi, M.Pd)

(33)

31

Dari lembar pengesahan yang telah diisi oleh validator, pada tabel validitas muka masih ada dua nomor soal yang belum valid, yaitu pada nomor soal dua dan nomor empat. Untuk soal nomor dua ada kesalahan pada penulisan nama, validator member saran untuk mengubah tulisan santi menjadi Santi, huruf capital pada awal penulisan nama. Sementara untuk soal nomor empat, ada kekhawatiran bahwa siswa SD tidak mengetahui apa yang dimaksud di dalam soal. Maka validator menyarankan untuk mengubah kata palawija menjadi kacang panjang. Sedangkan untuk validitas isi, semua nomor soal telah valid, karena materi pokok, indikator, aspek kemampuan dan tingkat kesukaran telah memenuhi kriteria dan sesuai dengan pendekatan dan kemampuan yang dipilih.

Setelah diketahui letak kesalahannya, peneliti memperbaiki validitas muka yang masih belum valid dengan merubah sesuai yang disarankan oleh validator untuk selanjutnya diperiksa kembali oleh validator sehingga untuk validitas muka semuanya valid. Sehingga penelitian dapat langsung dilaksanakan.

LEMBAR PERTIMBANGAN LKS 1

Satuan Pendidikan : SD

Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : V (Lima)/ 2 (Dua) Pokok Bahasan : Pecahan

Petunjuk:

(34)

32

karakter pendekatan kontekstual? 

3 Apakah peran LKS dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan koneksi matematik dan kemandirian belajar siswa?

4 Apakah tuntunan dalam LKS sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa? 

5 Apakah pengorganisasian LKS sistematis?  6 Apakah peran LKS dapat membantu siswa

(35)

33

Tulislah pendapat Anda pada kolom penilaian yang tersedia sesuai dengan pertimbangan yang Anda lakukan, dengan memberi tanda centang () pada pilihan: Sangat Kurang Baik (SKB), Kurang Baik (KB), Cukup Baik (CB), Baik (B), dan Sangat Baik (SB)

Tabel 3.4

karakter pendekatan kontekstual? 

3 Bagaimanakah peran LKS untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan koneksi matematik dan kemandirian belajar siswa?

4 Apakah tuntunan dalam LKS sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa? 

5 Apakah pengorganisasian LKS sistematis? 

6 Bagaimanakah peran LKS untuk membantu siswa membangun konsep–konsep/prinsip– prinsip matematika dengan kemampuan mereka sendiri?

(36)

34

Pada LKS 2 yang telah dibuat oleh peneliti, validator sudah anggap baik walaupun dari bahasa yang digunakan masih ada yang kurang jelas, namun secara keseluruhan LKS yang dibuat dikategorikan baik.

Tulislah pendapat Anda pada kolom penilaian yang tersedia sesuai dengan pertimbangan yang Anda lakukan, dengan memberi tanda cek () pada pilihan: Sangat Kurang Baik (SKB), Kurang Baik (KB), Cukup Baik (CB), Baik (B), dan Sangat Baik (SB)

Tabel 3.5

(37)

35

3 Bagaimanakah peran LKS untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan koneksi matematik dan kemandirian belajar siswa?

4 Apakah tuntunan dalam LKS sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa? 

5 Apakah pengorganisasian LKS sistematis? 

6 Bagaimanakah peran LKS untuk membantu siswa membangun konsep–konsep/prinsip– prinsip matematika dengan kemampuan mereka sendiri? memenuhi kriteria yang seharusnya, dari bahas juga sudah jelas dan tidak ada kekurangan lagi, maka LKS 3 dikategorikan baik.

Secara keseluruhan, validitas muka, validitas isi dan LKS yang dibuat (Lampiran A.2) mendapatkan kategori valid setelah validator teliti, maka soal dan pembelajaran dapat dilaksanakan oleh peneliti karena mendapatkan persetujuan dari validator.

a. Analisis Data Pretest

(38)

36

eksperimen dan juga kontrol. Adapun proses analisis didapat dengan bantuan program software SPSS 18.0 for windows..

b. Analisis Data Postest

Hampir sama dengan pretest, namun pada data hasil postest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kontrol ada tambahan analisis lainnya dari yang telah disebutkan pada poin analisis data pretest. Adapun dari hasil postest dari kedua kelas yang diproses untuk mendapatkan hal–hal seperti berikut, seperti: uji normalitas, uji homogenitas, uji F, analisis pengelompokkan postest dari nilai pretest sebelumnya, uji perbedaan dua rata–rata (uji t), uji rata–rata postest kelompok kelas eksperimen (Uji Anova dan Scheffe), analisis data data N–Gain, dan hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas eksperimen.

2. Instrumen Skala Sikap Siswa

Instrumen skala sikap digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sikap mahasiswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Sikap tersebut meliputi kepercayaan diri dalam belajar matematika, kecemasan dalam belajar matematika, keberanian dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, perasaan suka atau tidaknya terhadap pemahaman konsep, dan kesukaan terhadap suasana kelas ketika pembelajaran matematika berlangsung. Skala sikap ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir, yakni setelah dilaksanakan postes.

Untuk menentukan baik atau tidaknya skala sikap ini tidak ada kriteria mutlak. Akan tetapi dalam penyusunannya dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama penyusunan skala sikap ini adalah membuat kisi– kisi. Setelah kisi–kisi disusun, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

(39)

37

Jumlah pertanyaan yang diberikan sebanyak 20 pertanyaan terdiri dari: 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Pernyataan positif yaitu nomor 1, 2, 3, 6, 7, 9, 10, 14, 15, dan 19. Sedangkan pernyataan negatif yaitu nomor 4, 5, 8, 11, 12, 13, 16, 17, 18, dan 20.

Setelah skala tersebut ditentukan skor setiap butirnya, kemudian dilakukan pemilihan butir-butir skala sikap yang memenuhi persyaratan instrumen yang baik.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai perasaan dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual. Wawancara dilakukan terhadap beberapa perwakilan siswa dari masing–masing kelompok rendah, sedang, dan tinggi.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran, serta interaksi antar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual. Instrumen lembar observasi ini diisi oleh observer, yakni guru wali kelas yang dijadikan kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual.

Aktivitas siswa yang diamati pada waktu pembelajaran berlangsung antara lain: mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, mempelajari Lembar Kerja Siswa (LKS), menulis hal–hal yang relevan dengan KBM, berdiskusi antara sesama siswa, berdiskusi antara siswa dengan guru, mengerjakan soal–soal latihan yang diberikan, dan aktivitas yang menunjukkan perilaku yang sesuai dengan KBM.

(40)

38

siswa, menutup kegiatan pembelajaran, dan aktivitas yang menunjukkan perilaku yang sesuai dengan KBM.

5. Jurnal Harian Siswa

Jurnal adalah karangan bebas dan singkat yang dibuat oleh siswa di setiap akhir pertemuan. Jurnal ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pesan–kesan siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual, serta aspirasi mereka terhadap pembelajaran matematika secara umum dan soal kemampuan koneksi yang sudah diberikan.

Beberapa cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes, dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah (postest) proses pembelajaran terhadap kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol. Namun waktu pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pada masing– masing kelas.

2. Skala sikap diberikan kepada seluruh siswa dan daftar isian untuk guru diberikan kepada guru matematika selain peneliti yang menjadi observer selama pelaksanaan pembelajaran. Kedua instrumen ini diberikan setelah seluruh pembelajaran selesai dilaksanakan.

3. Pedoman wawancara diisi oleh perwakilan atau sample kelompok rendah dua orang, kelompok sedang dua orang dan kelompok tinggi dua orang pada kelas eksperimen

(41)

39

5. Jurnal diberikan kepada seluruh siswa untuk diisi dan dikumpulkan kembali setelah selesai setiap pertemuan.

6. Daftar isian guru diisi oleh guru wali kelas eksperimen setelah pembelajaran selesai diberikan. Adapun isian tersebut yaitu mengenai pendekatan kontekstual yang telah diberikan atau diajarkan di kelas tersebut.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Koneksi a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Normal yang dimaksud yaitu pada sebaran data yang diperoleh terdapat siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi. Signifikansi data dikatakan normal harus di atas 5% atau 0.05.

Adapun perhitungan uji normalitas diperoleh dengan menggunakan program software Statistics Passage for the Social

Sciense (SPSS). Cara menggunakan program ini tergolong mudah,

karena hanya dengan memasukan data yang akan diproses kemudian pilih analisis descriptive statistics dan explore, maka akan keluar berupa

output nilai uji normalitas yang diinginkan.

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen. Karena kedua kelompok sampel yang diteliti saling bebas, maka uji variansi ini menggunakan uji f.

Berikut cara menghitung uji F (Riduwan, 2005: 186)

 Menghitung varians terbesar dan varians terkecil: Fhitung =

Varians terbesar Varians terkecil

 Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel

(42)

40

Uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel. Uji t dua sampel ini merupakan uji perbandingan (uji komparatif). Tujuan dari uji ini adalah untuk membandingkan apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda. Gunanya uji komparatif adalah untuk menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua rata–rata sampel.

Perhitungan uji t diperoleh menggunakan program SPSS 18.0 dengan cara memasukan data yang akan diolah pada cell baru kemudian pilih analisis compare means dan independent–samples t test. Setelah

dimasukan data maka akan keluar output berupa tabel uji t. d. Pengelompokkan data

Pengelompokkan data dimaksudkan untuk mengelompokkan nilai, baik nilai pretest maupun nilai postest. Nilai tersebut dikelompokkan berdasarkan nilai kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah.

Dalam mengelompokkan nilai menggunakan rumus seperti dibawah ini (Arikunto Suharsimi, 2002):

1) Jika ≥ ( + std) maka dikelompokkan kedalam nilai “Tinggi” 2) Jika ( - std) ≤ < ( + std) maka dikelompokkan kedalam nilai

“Sedang”

3) Jika ᵡ < ( - std) maka ᵡ dikelompokkan kedalam nilai “Rendah” Keterangan:

= nilai siswa

(43)

41

Std = nilai standar deviasi kelas

e. Uji Anova One Way atau Anova Satu Jalur

Uji anova digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan ataupun tidak diantara rata–rata skor postest antara kelompok rendah, sedang dan tinggi. Bila terdapat perbedaan maka nilai signifikansi harus kurang dari 0,05, namun apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak ada perbedaan rata–rata hasil postest antara kelas eksperimen dan juga kelas kontrol.

Uji anova diproses meggunakan program SPSS 18.0 dengan cara memasukan data postest eksperimen kemudian pilih analisis compare

means dan one way anova. Maka akan muncul output berupa tabel data

uji anova yang dimaksud. f. Uji Scheffe

Untuk mengetahui perbedaan rerata yang signifikan, setelah melakukan Anova satu–jalur kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji Scheffe terhadap data yang melibatkan 3 buah kelompok, yaitu kelompok rendah, kelompok sedang dan kelompok tinggi pada kelas eksperimen. Uji Scheffe ini digunakan untuk mengetahui mean (rata– rata) mana yang berbeda secara signifikan (Ruseffendi, 1991: 419).

Uji Scheffe diperoleh dari perhitungan menggunakan SPSS 18.0 dengan cara memasukan data hasil postest pada cell kosong kemudian pilih analisis, general linear model, univariate dan post hock kemudian centang Scheffe maka akan muncul output berupa data yang diinginkan. g. Perhitungan Gain Ternormalisasi

(44)

42

Dimana skor ideal yaitu 100.

Untuk mellihat peningkatan N-Gain siswa, maka sebagai acuan menggunakan tabel yang tertera di bawah ini.

Tabel 3.6

h. Analisis hasil Lembar Kerja Siswa (LKS)

Analisis ini dilakukan untuk melihat rata-rata nilai LKS yang dibagikan kepada setiap siswa dalam pertemuan. Hal tersebut dilakukan untuk melihat perkembangan pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen selama menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Analisis Skala Sikap Siswa

Data yang dikumpulkan dari skala sikap kemudian dianalisis dengan mengikuti langkah–langkah sebagai berikut:

a. Setiap butir skala sikap yang terkumpul kemudian dihitung menggunakan cara analisis tingkat persetujuan.

b. Setelah pelaksanaan postest, siswa langsung diberikan seperangkat tes sikap. Siswa yang mengikuti tes sikap ada 32 orang yang berasal dari kelas eksperimen dimana dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual.

(45)

43

d. Tingkat persetujuan siswa untuk masing–masing item dihitung. Data ini akan mengungkapkan kecenderungan persetujuan siswa secara umum.

Tingkat Persetujuan= 4 1+ 3 2+ 2 3+ 4 � �ℎ

Tingkat persetujuan =

n1 = banyaknya siswa yang menjawab skor 4 n2 = banyaknya siswa yang menjawab skor 3 n3 = banyaknya siswa yang menjawab skor 2 n4 = banyaknya siswa yang menjawab skor 1

e. Data hasil skala sikap ini kemudian dibuat bentuk persentase untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternatif jawaban yang diberikan. Dalam pengolahan data, digunakan rumus perhitungan sebagai berikut: P = 4 1+3 2+2 3+ 4

� � 100%

Keterangan:

P = Persentase jawaban

n1 = banyaknya siswa yang menjawab skor 4 n2 = banyaknya siswa yang menjawab skor 3 n3 = banyaknya siswa yang menjawab skor 2 n4 = banyaknya siswa yang menjawab skor 1

Skor Ideal = jumlah responden x skor maksimal = 32 x 4 = 128

Setelah data ditabulasi dan dianalisis, maka terakhir data tersebut ditafsirkan dengan menggunakan persentase berdasarkan kriteria Kuntjaraningrat (Supriadi, 2010: 84) sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Persentase Skala Sikap

Persentase Kriteria

P=0% Tak seorang pun

(46)

44

25%≤P<50% Hampir setengahnya

P=50% Setengahnya

50%<P<75% Sebagian besar 75%≤P<100% Hampir seluruhnya

P=100% Seluruhnya

3. Analisis Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap 6 siswa pada tiap kelas eksperimen, yaitu sebanyak 2 siswa dipilih secara acak dari masing–masing kelompok rendah, sedang, dan tinggi pada tiap–tiap kelompok eksperimen. Data yang terkumpul ditulis dan diringkas berdasarkan permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini.

4. Analisis Hasil Observasi

Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel dan diagram guna untuk memudahkan dalam membaca data, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran matematika berlangsung.

5. Analisis Jurnal Harian Siswa

Data yang berupa karangan siswa yang akan dibuat setiap akhir pembelajaran, ditulis dan diringkas sehingga dapat diketahui respon siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

6. Analisis Daftar Isian Guru

(47)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan temuan yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: tes kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dalam hal ini antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional berbeda secara signfikan. Terdapat perbedaan peningkatan tes kemampuan antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen dalam hal ini belajar dengan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan tes kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa pada kelas kontrol yang belajar secara konvensional. Perbedaan antara kelompok rendah, sedang, dan tinggi sangat nyata dalam kelas eksperimen.

Sebagian besar siswa menunjukan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan aktifitas siswa yang semakin lama semakin baik dalam pembelajaran, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan lagi tes kemampuan belajarnya.

(48)

109

waktu banyak dan membuat siswa lebih aktif sesuai daftar isian guru yang diisi setelah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual telah selesai diberikan.

Faktor-faktor yang dapat mendukung atau menghambat pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual ini yaitu keinginan dan kesiapan yang ada dalam diri siswa serta semangat yang dimiliki setiap siswa. Jadi apabila keinginan, kesiapan dan semangat bersifat positif semuanya dalam diri siswa, maka pembelajaran akan berkesan dan menarik bagi siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil tes kemampuan dan sikapnya yang positif pula. B.REKOMENDASI

(49)

110

proses pembelajaran dan tentunya disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari. Untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sebaiknya guru mempersiapkan segalanya dari mulai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan hal–hal yang berhubungan dengan pendekatan kontekstual sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, lancar, efektif dan efisien.

(50)

111

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Reneka Citra.

Copeland. (1979). Essential Of Mathematics Skills and Concept 1. Canada: Ginn and Company.

Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Tersedia: http://hermanphysics.blogspot.com/2010/12/pembelajaran–inkuiri.html, diakses tanggal 18 Desember 2010.

Jihad, A. (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika. Bandung: Multi Pressindo.

Johnson, B. E. (2002). Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press. Inc.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama

Meltzer, D. E. (2003). The Relantionship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible in “Hiden Variable” in

Diagnostic Pretest Scores. [online]. Tersedia: Http: //www. Physics. Iastate.

Edu/per/docs/AJP-Dec-2002-Vol.70-1259-1268. Pdf. [10 Maret 2008]. Permana, Y. dan Sumarmo, U. (2007). “Mengembangkan Kemampuan Penalaran

dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Educationist Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan. 1, (2), 116 – 123.

Riduwan. (2005). Dasar–dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Russefendi, E. T. (1991). Pengantar Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensi dalam Pengajaran MAtematika untuk Mengembangkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E. T. (1998). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang PRESS.

Rusman. (2012). Model–model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada.

Sudjana, N. (2006). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosdakarya

(51)

112

112

Supriadi. (2010). Tesis dengan judul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning. Tidak

diterbitkan.

Supriadi. (2012). Kapita Selekta Matematika. Serang: UPI Kampus Serang. Wahyudin, U. dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS. Windayana, H. (2004). “CTL dalam Pembelajaran Matematika SD”. Jurnal

Pendidikan Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2, (2), (11 – 14).

Yuniawati, R. P. (2010). E–Learning Alternatif Pembelajaran Kontemporer.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Validitas Muka Tes Kemampuan Koneksi Matematik
Tabel 3.2 Validitas Isi Tes Kemampuan Koneksi Matematik
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ponno Dalam Jabatan Agribisnis Produksi Tanaman Universitas Negeri Makassar Lulus 32 RC201701457 Anik Wiji Astuti Dalam Jabatan Agribisnis Produksi Ternak Universitas Negeri

Gambar 4.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam di Kota Bandung yang Dijadikan Sampel...68. Gambar 4.3 Perkembangan Volume Usaha Koperasi Simpan Pinjam di Kota Bandung

[r]

“Revolusi Sosial di Sumatera Timur Maret 1946 (Tragedi Amir Hamzah)” dalam Agus Suwignyo (ed.), Sejarah Sosial di Indonesia : Perkembangan dan Kekuaatan 70 Tahun Prof..

Organisasi Koperasi harus efisien atau efektif bagi anggotanya, artinya setiap anggota akan menilai bahwa manfaat yang diperoleh karena berpartisipasi dalam usaha

[r]

Dari hasil pengujian dapat diperoleh nilai kalor bahan bakar atas (HHV) meningkat hingga mencapai nilai 11,87 %, untuk nilai kalor bahan bakar bawah (LHV) meningkat hingga 17,18 %,

8.Sudrajad, Agung, Menghemat Bahan Bakar Dengan Magnet Portable, Universitas Dharma Persada, Jakarata, 20053.