• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BERBASIS MENU ENGINEERING DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN MENU DESSERT DI THE ROOSES RESTAURANT THE AMAROOSSA HOTEL BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI BERBASIS MENU ENGINEERING DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN MENU DESSERT DI THE ROOSES RESTAURANT THE AMAROOSSA HOTEL BANDUNG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS 5040/UN40.2.5.3/PL/2015

STRATEGI BERBASIS MENU ENGINEERING DALAM

UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN

MENU DESSERT DI THE ROOSES RESTAURANT

THE AMAROOSSA HOTEL BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Oleh:

SUHARYANTI WAHYU PURI NIM. 1103168

(2)

STRATEGI BERBASIS MENU ENGINEERING DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN MENU DESSERT DI THE ROOSES RESTAURANT THE

AMAROOSSA HOTEL BANDUNG

Oleh :

Suharyanti Wahyu Puri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Suharyanti Wahyu Puri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

STRATEGI BERBASIS MENU ENGINEERING DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN MENU DESSERT DI THE

ROOSES RESTAURANT THE AMAROOSSA HOTEL BANDUNG

Skripsi ini Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Agus Sudono, SE., MM. Christian H. Rumayar, S.Sos.M.M.Par NIP.19820508.200812.1.002 NIP.19691228.200212.1.001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Industri Katering

Agus Sudono, SE., MM. NIP.19820508.200812.1.002

Tanggung Jawab Yuridis Penulis

(4)

BERITA ACARA SIDANG SARJANA PARIWISATA

Ujian Sidang Sarjana Pariwisata dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2015

Waktu : 09.00 s/d selesai

Tempat : Ruang Sidang Lantai 2 Gedung FPIPS – UPI

Panitia Ujian Sidang Sarjana Pariwisata, Program Studi Manajemen Industri Katering

sebagai berikut :

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.

(Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial)

2. Sekretaris : Agus Sudono S.E.,MM.

(Ketua Program Studi Manajemen Industri Katering)

3. Anggota : Dr. Elly Malihah, M.Si.

(Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan)

Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag.

(Wakil Dekan Bidang Keuangan dan SDM)

Wida Budiarti S.Pd.

(Kasie Akademik dan Kemahasiswaan)

Didin Sarifudin, S.Pd.

(Staf Akademik dan Kemahasiswaan)

Dengan Penguji :

1. Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS. (Penguji I)

(5)

ABSTRAK

Suharyanti Wahyu Puri, Strategi Berbasis Menu Engineering Dalam Upaya Meningkatkan Volume Penjualan Menu Dessert Di The Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung. Di bawah bimbingan Agus Sudono, SE., MM., dan Christian H. Rumayar S.Sos.,M.M.Par.,

Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan wisata yang terkenal dengan keberagaman jenis kulinernya di Indonesia, mulai dari menu pembuka hingga hidangan penutup dengan berbagai cita rasa tradisional, western, european, asian bahkan fusion. Salah satu restoran yang ada di Bandung memiliki menu dessert yang lezat dan beragam serta sering dikunjungi wisatawan yaitu The Rooses Restaurant. Menu sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya volume penjualan, keuntungan maupun kerugian restoran. Agar volume penjualan menu dessert mendapatkan hasil yang lebih optimal dan keuntungan terus meningkat, maka diperlukan strategi pengembangan menu berbasis menu engineering. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti bertujuan untuk menganalisis menu engineering, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Desember 2014. Metode yang digunakan adalah analisis kontribusi marjin dan analisis indeks popularitas, klasifikasi menu, dan anlisis SWOT. Untuk mengolah data menggunakan software Microsoft Excel 2007.

Berdasarkan analisis dengan pendekatan menu engineering selama 12 bulan, maka hasil yang diperoleh adalah penjualan menu dessert belum optimal. Dari sebanyak 34 menu, (8,82%) berada dalam kategori star, plow horse (20,59%), puzzle (17,56%), dan dog (52,94%).

(6)

ABSTRACT

Suharyanti Wahyu Puri, Strategy Based on Menu Engineering in an Effort to Increase Volume of Dessert Menu Sales in The Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung. Under the guidance of Agus Sudono, SE., MM., And Christian H. Rumayar S. Sos., MMPar,.

Bandung is one of the city's famous tourist destination in Indonesia with a diversity of culinary, from appetizers to dessert menu with a variety of flavors, such as traditional, western, european, asian even fusion. One of the restaurants has variety of delicious dessert menu in Bandung and frequently visited by tourists is The Rooses Restaurant. The menu is very influential on the level of sales volume, profits and losses of restaurants. So that the volume of sales to get more optimal results and profit continues to increase, it would require the development strategy based on menu engineering. Based on these conditions, the researchers to analyze menu engineering in January until December 2014. This research method used is qualitative descriptive. Method of menu is contribution margin and popularity index menu analysis, the classification menu, and SWOT analysis (strength, weakness, opportunities, threats. For process data using Microsoft Excel 2007 software.

Based on the result of analysis with menu engineering approach for 12 months, the result obtained that sales of dessert menu is not optimal yet. From as many 34 menu, (8.82%) in star category, (20.59%) plow horse, puzzle (17.56%), (52.94%) and a dog.

(7)

DAFTAR ISI

(8)

4.2.1. Menu Engineering Menu Dessert ... 60

4.2.2. Analisis SWOT ... 64

4.3. Implikasi Hasil Temuan ... 68

4.3.1. Implikasi Penelitian Bersifat Teoritik ... 68

4.3.2. Implikasi Penelitian Bersifat Empirik ... 70

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan ... 71

5.2. Rekomendasi ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... x

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1. Data Jumlah Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia Tahun 2010 –

September 2015 ... 1

Tabel 1.2. Data Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Kota Bandung melalui Bandara Husein Sastranegara Bulan Juli September 2015 ... 2

Tabel 1.3. Penjualan Menu Makanan (Food Sales) The Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung Tahun 2012 – 12 Oktober 2015 ... 5

Tabel 1.4. Volume Penjualan Menu Dessert The Rooses Restaurant selama tahun 2014 ... 6

Tabel 2.1. Klasifikasi Menu dengan pendekatan Menu Engineering ... 42

Tabel 3.1. Operasional Variabel ... 47

Tabel 3.2. Menu Engineering worksheet ... 50

Tabel 3.3. Pengklasifikasian Menu ... 51

Tabel 4.1. Tipe Kamar di The Amaroossa Hotel Bandung ... 54

Tabel 4.2. Fasilitas Ruang Meeting di The Amaroossa Hotel Bandung ... 55

Tabel 4.3. Volume Penjualan Menu Dessert The Rooses Restaurant ... 56

Tabel 4.4. Menu Engineering Menu Dessert tahun 2014 ... 57

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Four Box Analysis dengan pendekatan Menu Engineering ... 43

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ... 44

Gambar 4.1. Logo The Amaroossa Hotel Bandung ... 53

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam potensi wisata

dan kekayaan alam yang melimpah. Serta mampu menarik minat wisatawan

domestik maupun mancanegara untuk berkunjung dan menikmatinya. Dalam

Undang – Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan bab I pasal 1 mengenai Ketentuan Umum, definisi wisata adalah

kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

Tabel 1.1

Data Jumlah Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia Tahun 2010 – September 2015

Tahun Jumlah Wisman

2010 7.002.944

2012 7.649.731

2013 8.044.462

2014 8.802.129

Jan - Sept 2015 7.190.0000

Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dikatakan bahwa jumlah kedatangan

wisatawan mancanegara ke Indonesia dari tahun 2010 – hingga bulan September

2015 terus meningkat, dari tujuh juta orang bertambah menjadi sembilan juta

orang wisatawan. Salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan keberagaman

potensi wisata adalah provinsi Jawa Barat, dengan ibukota Bandung. Bandung

menjadi kota yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Hal ini

(12)

2

yang cukup lengkap, diantaranya wisata belanja, kuliner, rekreasi dan hiburan,

alam, pendidikan, sejarah, dan lain sebagainya. Hal ini yang menjadi tujuan

masyarakat luas maupun wisatawan mancanegara tertarik untuk datang dan

berkunjung kota ke kota Bandung.

Tabel 1.2

Data Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Kota Bandung Melalui Bandara Husein Sastranegara Juli – September 2015

Keterangan Juli 2015 Agustus 2015 September 2015

Wisatawan mancanegara 6.619 orang 10.323 orang 10.531 orang

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat (2015)

Berdasarkan pada tabel diatas, kedatangan wisatawan mancanegara

melalui Bandara Husein Sastranegara Bandung pada Agustus 2015 sebanyak

10.323 orang, mengalami peningkatan 55,96 persen dibandingkan Juli 2015 yang

tercatat sebanyak 6.619 orang. Namun pada bulan September 2015 mengalami

peningkatan sebesar 2,01% dengan total 10.531 orang.

Bandung terpilih sebagai salah satu destinasi wisata favorit di kawasan

Asia. Hebatnya lagi ibukota dari Jawa Barat ini menempati posisis ke empat,

setelah Bangkok Seoul, dan Mumbai. Hasil tersebut didapatkan dari survei

independen yang dilakukan terhadap wisatawan nusantara dan wisatawan

mancanegara di situs jejaring sosial. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Jawa Barat, Nunung Sobari mengatakan bahwa saat ini Bandung menempati

urutan pertaa sebagai kota favorit di Asean. “Selain terfavorit di Asean, Bandung juga masuk urutan ke lima se Asia Pasifik dan urutan ke 21 di dunia terkait

pariwisata,” katanya seperti dikutip dari lama Indonesia Travel.

(www.cnnindonesia.com 10 Februari 2015)

Dalam berwisata, wisatawan seringkali menggunakan dan menikmati

berbagai macam produk wisata. Definisi produk wisata menurut Gamal

Suwantoro (2007, hlm. 75) adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan

dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya

(13)

3

dimana ia berangkat semula. Produk wisata terdiri dari attraction, accessibility,

amenities, dan networking.

Atraksi (attraction) terdiri dari daya tarik wisata baik alam, budaya

maupun buatan manusia seperti festival atau pentas seni. Aksesbilitas

(accesssibility) yaitu kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan wisata

seperti organisasi kepariwisataan (travel agent). Fasilitas dan pelayanan wisata

(amenities) adalah fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini dapat

berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramah tamahan. Networking adalah

jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan baik lokal,

nasional maupun internasional.

Fasilitas – fasilitas untuk memenuhi kebutuhan perjalanan wisatawan

tersebut muncul dalam satu kesatuan yang saling terkait dan melengkapi satu

sama lain, sehingga dalam suatu perjalanan wisata, seluruh komponen yang

digunakan tidak dapat dipisahkan, tergantung pada karakteristik dan bentuk

perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan. Komponen fasilitas dan

pelayanan perjalanan biasanya terdiri dari unsur alat transportasi, fasilitas

akomodasi, fasilitas makan dan minum serta fasilitas penunjang lainnya yang

bersifat spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan perjalanan. Salah satu fasilitas

dan pelayanan wisata yang sering digunakan oleh wisatawan adalah hotel.

Sulastiyono (2011, hlm. 5), mendefinisikan hotel sebagai suatu perusahaan

yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan,

minuman dan fasilitas kamar untuk tidur, kepada orang – orang yang melakukan

perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan

pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sarana untuk

memfasilitasi keperluan makan dan minum wisatawan atau tamu yang ada di hotel

adalah restoran.

Pengertian restoran di dalam hotel (main dining room) menurut Marsum

(2010, hlm. 8) adalah restoran yang terdapat pada hotel – hotel besar. Penyajian

makanannya secara resmi, pelan tapi pasti terikat oleh suatu peraturan yang ketat.

(14)

4

restoran adalah mencari keuntungan dengan cara menjual makanan dan minuman

kepada tamu, oleh sebab itu produk yang dihasilkan harus berkualitas dan

pelayanan yang baik demi menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu

restoran hotel butik berbintang empat di kota Bandung adalah The Rooses

Restaurant di The Amaroossa Hotel.

The Rooses Restaurant merupakan restoran yang ada di The Amaroossa

Hotel Bandung untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum para tamu yang

datang ke hotel dengan berbagai tujuan seperti berwisata, mengadakan berbagai

acara, contohnya MICE (meeting, incentive, conference, exhibition), dan lain

sebagainya. Operasional makanan dan minuman yang ada di The Rooses

Restaurant merupakan tanggung jawab food and beverage product department.

Menurut Rachman Arief, Abd (2005, hlm.113) bagian yang bertugas

mengolah, memproduksi dan menyajikan makanan dan minuman untuk keperluan

tamu hotel, seperti untuk dalam kamar, restoran atau coffee shop, banquet (resepsi

pertemuan), makanan karyawan, dan sebagainya adalah food and beverage

product department. Food and beverage department dibagi menjadi dua divisi

sesuai dengan tugasnya masing – masing, yaitu bagian pelayanan (food and

beverage service) dan bagian produksi (food and beverage product).

Food and beverage product department di The Amaroossa Hotel Bandung

terdiri atas section kitchen dan pastry. Section kitchen mengolah menu appetizer,

vegetable, soup, main course, savory side dish, dan savory coffee break.

Sedangkan Section pastry mengolah berbagai macam menu cake, dessert, bakery,

sweet side dish, sweet coffee break, hingga buah buahan. Menu – menu ini

diolah untuk berbagai kepentingan seperti seperti banquet, breakfast, ala carte

maupun room service. Menu – menu ini diolah dengan berbagai macam cita rasa,

mulai dari western, european, asian, oriental, tradisional, dan lain sebagainya.

Menu merupakan sebuah daftar makanan dan minuman yang disertai

dengan harga dan penjelasan secara singkat tentang pengolahannya yang disajikan

untuk tamu yang datang ke restoran. Dalam kenyataannya keinginan dan

(15)

5

tersebut. Sebuah menu sebaiknya menekankan pada keinginan dan selera tamu, di

lain pihak menu juga harus dapat memberi keuntungan bagi perusahaan tersebut.

Hal ini didukung oleh Kotschevar & Withrow (2007, hlm. 63) yaitu "The menu is

the central management document around which the whole food service operation

revolves".

Menurut buku Larousse Gastronomique, dessert merujuk pada bahasa

Prancis kuno yaitu ‘dessevir’, artinya dalam bahasa inggris ‘to remove that which

has been served’. Istilah ini dipakai pada masa Marie – Antonie Carême pada abad ke 17, bahwa dessert harus tersaji mewah. Namun seiring berjalan waktu

jumlah dan jenis sajian dessert dikurangi. Hidangan penutup (dessert) adalah

hidangan yang disajikan setelah hidangan utama (main course) sebagai hidangan

penutup atau biasa disebut dengan istilah pencuci mulut.

Menu dessert biasanya mempunyai rasa manis dan menyegarkan,

terkadang ada yang berasa asin atau kombinasi. Pada awalnya hidangan dessert

yang disajikan berupa buah – buahan yang segar tanpa proses pengolahan. Seiring

dengan perkembangan zaman, hidangan dessert mulai bervariasi dengan

mengambil dasar (basic) dari beberapa hidangan seperti cake, pie, ice cream dan

sebagainya yang dipadukan dengan sauce, buah, syrup, cream atau perpaduan

antara bahan dasar, sehingga menciptakan hidangan dessert yang lezat dan

menarik.

Tabel 1.3

Penjualan Menu Makanan (Food Sales) The Amaroossa Hotel Bandung Tahun 2012 – 12 Oktober 2015

Budget 308.702.703 297.780.880 2.526.829.261 4.785.225.000 62.530.000 7.981.067.844

Actual 178.903.127 333.365.125 1.943.471.075 5.255.020.786 198.695.035 7.909.455.148

Variance -129.799.576 35.584.245 -583.358.186 469.795.786 167.064.906 (71.612.696)

December 20, 2013

Budget 129.450.331 377.010.000 2.445.342.345 5.760.162.224 31.860.000 8.743.824.900

(16)

6

Variance 32.491.739 (138.144.739) (480.788.634) 286.173.458 136.165.035 (133.203.270)

Year To Date 2014

Budget 131.891.788 260.760.000 2.115.962.204 6.749.250.000 36.500.000 9.294.363.992

Actual 157.491.139 287.969.987 2.067.181.815 6.139.353.347 9.728.109 8.661.724.397

Variance 25.599.351 27.209.987 (48.780.389) (609.896.653) (26771891) (632.639.595)

October 12, 2015

Budget 81.498.068 172.307.881 1.436.474.059 6.010.367.763 25.650.000 7.726.297.771

Actual 115.966.939 331.491.883 1.505.173.555 3.443.002.848 2.563.638 5.398.198.863

Variance 34.468.871 159.184.002 68.699.496 (2.567.364.915) (23.086.362) (2.328.098.908)

Sumber: The Amaroossa Hotel Bandung

Berdasarkan tabel 1.3 penjualan makanan (food sales) The Rooses

Restaurant tahun 2012 12 Oktober 2015 diatas, volume penjualan menu dessert

di The Rooses Restaurant pada tahun 2014 merupakan volume penjualan menu

yang paling rendah dibandingkan dengan menu yang lainnya. Apabila

membandingkan volume penjualan menu dessert dari tahun 2012 hingga tahun

2014, volume penjualan menu dessert yang paling tinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebesar 317,75% dan 2013 sebesar 624,72%. Namun memasuki tahun 2014

penjualan menu dessert menurun drastic, dari Rp 36.500.000 yang dianggarkan.

Penjualan menu dessert hanya mampu mencapai Rp 9.728.109 atau sekitar

26,65%. Penjualan menu dessert sementara tahun 2015 mencapai Rp 2.563.638

dari Rp 25.650.000 yang dianggarkan, atau sekitar 9,99%. Berikut menu dessert

yang ada di The Rooses Restaurant selama tahun 2014.

Tabel 1.4

Menu Dessert The Rooses Restaurant NO Menu Dessert The Rooses Restaurant

(17)

7

Sumber: The Amaroossa Hotel Bandung

Di dalam industri pelayanan makanan, terdapat suatu siklus pengendalian

makanan (cycle of food control). Siklus yang diperkenal oleh (Keister, 1990)

tersebut terdiri dari analisis operasional, penyusunan menu, pembelian,

penerimaan, dan penyimpanan bahan pangan, produksi dan penyajian makanan,

pengawasan bea, serta analisis penjualan, untuk selanjutnya kembali ke awal

siklus. Analisis penjualan berguna untuk mengetahui bagaimana hasil

penjualannya, bagaimana respon tamu terhadap menu dari berbagai jenis menu

yang disajikan, apakah perlu diperbaharui harganya, rasanya, atau bahkan

digantikan dengan menu lainnya.

Ada empat metode analisis menu yang dikembangkan untuk mengevaluasi

dan mengklasifikasikan item menu yang ditawarkan. Keempat metode analisis

menu ini dikembangkan oleh Miller, Kasavana dan Smith, Pavesic, serta Hayes

dan Huffmann. Metoda analisis menu dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu

pendekatan matriks dan non – matriks. Pendekatan matriks dilakukan oleh Miller, 13 Cake orange

14 Cake pandan 15 Cake rainbow 16 Cake red velvet

17 Cake strawberry cream 18 Cake tiramisu

32 Seasonal sliced fruit 33 Wedang ronde

(18)

8

Kasana dan Smith, dan Pavesic, sedangkan non – matriks oleh Hayes dan

Huffmann.

. Pada tahun 1982 Michael Kasavana dan Smith memperkenalkan menu

engineering, yang disebutnya sebagai “unique method of menu analysis and

design”, yaitu metode analisis menu yang unik. Menu engineering banyak diterapkan terutama dalam “food service operations” di restoran – restoran

terkenal di dunia. Menu engineering adalah suatu proses bertahap yang di desain

untuk membantu manajemen dalam mengevaluasi harga menu saat ini dan saat

mendatang, komposisi menu, serta merancang keputusan mengenai harga dan

menu. Menu engineering ini mengevaluasi menu berdasarkan pada tingkat

penjualan menu, popularitas menu, dan profitabilitas menu. Dengan hasil akhir

pengklasifikasian menu mulai dari star, plow horse, puzzle, hingga dog.

Salah satu tujuan menu engineering adalah mengukur kemampuan menu

dalam memenuhi keinginan tamu, serta untuk mengetahui kontribusi keuntungan

yang diperoleh hotel dari hasil penjualan makanan dan minuman yang dapat

membantu meningkatkan target penjualan. Analisis dapat dilakukan secara

manual maupun komputer. Menu engineering secara berkala mampu memberikan

gambaran keputusan untuk menyusun strategi berdasarkan hasil penjualan menu

yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu. Sehingga dapat mengetahui solusi

dan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan

menu selanjutnya.

Diperlukan strategi yang tepat untuk meningkatkan volume penjualan

menu dessert yang rendah di The Rooses Restaurant. Tindakan – tindakan yang

paling sering dilakukan untuk memperbaiki volume penjualan menu yang rendah

atau tidak menguntungkan adalah mengurangi porsi, membeli bahan khusus,

mengurangi pemberian gratis menu, meningkatkan harga menu, mengurangi biaya

tenaga kerja, dan memperketat kontrol operasional. Tindakan tersebut merupakan

tindakan yang paling populer dilakukan untuk keluar dari permasalahan. Namun

tanpa disadari hal ini memiliki potensi yang kuat untuk mempengaruhi pelanggan,

(19)

9

Dengan adanya fenomena tersebut penulis tertarik untuk meneliti

permasalahan yang ada dengan judul “STRATEGI BERBASIS MENU

ENGINEERING DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME

PENJUALAN MENU DESSERT DI THE ROOSES RESTAURANT THE

AMAROOSSA HOTEL BANDUNG

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan menu engineering menu dessert di The Rooses

Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung.

2. Bagaimana klasifikasi menu dessert berdasarkan menu engineering di The

Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung.

3. Bagaimana strategi peningkatan volume penjualan menu dessert yang

tepat di The Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan menu engineering menu desseret

di The Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung.

2. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi menu dessert berdasarkan menu

engineering di The Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan

volume penjualan menu dessert din The Rooses Restaurant The

Amaroossa Hotel Bandung.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Sebagai bahan referensi dalam menganalisis teori menu engineering

mengenai strategi dalam meningkatkan volume penjualan menu yang

signifikan.

2. Bagi Kepentingan Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan informasi bagi pihak The

(20)

10

rekomendasi alternatif strategi untuk meningkatkan volume penjualan menu

dessert di The Rooses Restaurant pada masa mendatang. Adapun hasil

penelitian ini hanya berupa rekomendasi, pelaksanaannya diserahkan

(21)

48

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

dari suatu penelitian. Menurut Arikunto (2009, hlm.29), objek penelitian adalah

variabel penelitian yaitu suatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.

Yang menjadi objek penelitian ini adalah menu dessert di The Rooses Restaurant

The Amaroossa Hotel Bandung. Analisis yang dilakukan adalah manajemen menu

dengan pendekatan menu engineering.

3.2. Sumber Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer. Data primer

adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.

Sugiyono (2012, hlm.255). Data tersebut diperoleh peneliti secara langsung dari

The Rooses Restaurant The Amaroossa Hotel Bandung berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti, yaitu laporan bulanan penjualan menu dessert, data food cost,

dan data volume penjualan menu dessert.

3.3. Jenis dan Metodelogi Penelitian

Strauss dan Corbin (1997) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya. Menurut

Sugiyono (2012, hlm.1) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistiik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Bodgan dan

(22)

49

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata

tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati.

Zulganef (2008, hlm.11), menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu,

tidak memilah – milah atau mencari faktor – faktor atau variabel tertentu.

Arikunto (2009, hlm.234) juga menjelaskan mengenai pengertian penelitian

deskriptif “sudah disinggung bahwa didalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi atau pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan “ada apanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.”

Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai

suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif

berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti

dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. Bogdan dan Biklen dalam

Ahamad Said (2005, hlm.51) mengemukakan lima ciri – ciri dari sebuah

penelitian kualitatif, yaitu:

1. Penelitian kualitatif dilakukan pada latar alamiah (natural setting) sebagai

sumber data langsung.

2. Penelitian merupakan instrumen kunci (key instrument).

3. Bersifat deskriptif yaitu menggambarkan situasi tertentu atau data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata dari pada angka – angka.

4. Lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk semata.

5. Dalam menganalisa data cenderung secara induktif. Makna merupakan hal

yang esensial bagi penelitian kualitatif.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format

deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang

memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu

tentang keadaan dan gejala yang terjadi. Koentjaraningrat (1993, hlm.89).

(23)

50

studi untuk melukiskan secara akurat sifat – sifat dari beberapa fenomena

kelompok dan individu.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi,

studi kepustakaan dan wawancara.

1. Observasi

Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&D (2012, hlm.145) mengemukakan bahwa observasi adalah melakukan

pengamatan secara langsung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

Observasi lapangan dilakukan dengan cara on the job training dan daily

worker di The Amaroossa Hotel Bandung. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan data dan mengetahui keadaan umum objek yang akan diteliti.

2. Metode Dokumentasi

Dalam memperoleh data yang diperlukan, peneliti juga melakukan kajian

melalui media gambar, data, dokumen atau file soft copy yang terdapat di

tempat tersebut. Sehingga mengetahui bagaimana keadaan objek The Rooses

Restaurant secara fisik dan manajemen.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan sering disebut juga studi bibliografi. Studi bibliografi

merupakan proses penelusuran sumber – sumber tertulis berupa buku – buku,

laporan – laporan, penelitian, jurnal – jurnal, dan sejenisnya yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan

referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang

berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan

sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian

(24)

51

4. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab peneliti dengan narasumber (Kamus

Besar Bahasa Indonesia). Lexy Moleong menjelaskan wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(2011, hlm.186). Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mencari

tahu segala hal yang berkaitan dengan volume penjualan menu dessert The

Rooses Restaurant.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematisdata

yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit – unit,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan

dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

3.5.1. Menu engineering

Menu engineering adalah serangkaian proses dimana menajemen dapat

melakukan evaluasi penyusunan harga, desain dan isi menu pada saat sekarang

maupun yang akan datang. Dalam menganalisa menu engineering terdapat dua

pendekatan yaitu:

1) Menu Mix (MM) yakni suatu analisis mengenai permintaan pelanggan

atau analisis mengenai kesukaan pelanggan pada menu pilihannya

(popularitas).

2) Contribution Margin (CM) yakni suatu analisis dari kontribusi margin

(keuntungan kotor) semua bahan menu (analisis menentukan penyusun

(25)

52

1. Margin Kontribusi (Contribution Margin)

Dalam pernyataan Wiyasha (2011, hlm.196) contribution margin (CM)

atau marjin kontribusi merupakan selisih dari harga jual dengan biaya variabel

per unit. Sedangkan Rayburn (1999, hlm.3) menjelaskan bahwa marjin

kontribusi adalah hasil penjualan yang didapat kemudian dikurangi variabel

untuk produksi, pemasaran, dan administrasi. Marjin kontribusi adalah hasil

penjualan yang tersedia agar dapat menutupi biaya tetap dan menghasilkan

keuntungan, yang dapat dinyatakan dalam total, jumlah per unit, atau

dijadikan dalam persentase.

Margin Kontribusi = harga jual – harga pokok makanan suatu item

2. Indeks Popularitas

Untuk menentukan tingkat popularitas suatu menu, diterapkan formula

sebagai berikut. Wiyasha (2011, hlm.137 – 138) :

Tingkat Popularitas = 70% x 1

� x N

n adalah jumlah item menu yang ditawarkan. 70% merupakan proporsi item

menu yang terjual sekaligus batas minimal yang harus dicapai, dan N

merupakan jumlah porsi yang terjual. Dengan kata lain 70% merupakan

proporsi minimal yang harus dipenuhi sebagai batas dalam penentuan kategori

suatu item menu dalam analisis menu engineering. Hasil menu engineering

sangat berpengaruh dilihat dari jenis restoran, segmen pasar yang akan dituju,

bauran menu, dan jenis set menu yang ditawarkan kepada konsumen. Untuk

pengklasifikasiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

(26)

53

Dari tabel diatas peneliti bisa mengklasifikasikan menu setelah

menghitung menu mix dan contribution margin masing – masing menu. Apabila

MM dan CM sama – sama tinggi, maka menu tersebut berklasifikasi star. Apabila

MMnya tinggi tetapi CMnya rendah, maka menu tersebut diklasifikasikan sebagai

menu plowhorse. Sebaliknya, apabila MMnya rendah tetapi CMnya tinggi, menu

tersebut diklasifikasikan menjadi menu puzzle. Dan apabila MMnya rendah dan

CMnya rendah maka menu tersebut diklasifikasikan sebagai menu dog. Dari hasil

pengklasifikasian menu, dapat diketahui menu mana apa saja yang termasuk

popular dan tidak popular (unpopular). Menu dikatakan populer apabila

menguntungkan atau memiliki MM dan CM yang tinggi. Sedangkan menu tidak

popular apabila MM dan CMnya rendah.

3. Menu engineering Worksheet

Sumber : Planning and control for Food and Beverage Operation (1991:125)

Dari tabel peneliti akan memasukkan data sesuai dengan data primer. Setelah

dilakukan penghitungan, akan diketahui pengklasifikasian menu yang sesuai.

Teknik penghitungan yang akan digunakan adalah :

1. Contribution Margin per Item = Selling Price – Food Cost

2. Total Food Cost = Amount Sold x Food Cost per Portion

3. Total Food Sales = Amount Sold x Selling Price

4. Total CM = Total Food Sales – Total Food Cost

5. Menu Mix = Amount Sold per Item / Total Amount Sold

(27)

54

7. Average Weight Contribution Margin (AWCM) = Total CM / Total

Number of Item Menu

8. Potencial Food Cost = Total Food Cost all items / Total Food Sales all

items

9. Popularity Index = 1/(jumlah menu) x 70

3.5.2. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats)

SWOT merupakan akronim yang digunakan untuk mendeskripsikan

Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan

Threat (Hambatan atau Ancaman) yang merupakan faktor strategis bagi

perusahaan (Wheelen and Hunger, 2012:224). Analisis SWOT ini bermula dari

sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stanford Research Institute pada tahun

1960 – 1970. Penelitian berawal dari suatu ide untuk mempelajari mengapa

banyak perusahaan gagal dalam membangun perencanaan strategi. Salah satu

pencetus utama analisis SWOT ini adalah Albert S. Humphrey (Luis et al,

2011:62).

Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para

manajer menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis

perusahaan.Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif

diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal perusahaan

(kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).

Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan

serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat,

asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain

dari strategi yang berhasil (Pearce & Robinson, 2008:200).

1. Kekuatan (Strengths)

Merupakan kekuatan utama perusahaan jika dibandingkan dengan

kepentingannya.

2. Kelemahan (Weakness)

Suatu kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program

(28)

55

3. Peluang (Opportunities)

Merupakan situasi atau kondisi diluar organisasi dan memberikan peluang

berkembang bagi organisasi di masa depan.

4. Ancaman atau Hambatan (Threats)

Merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan

(29)

71

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan menggunakan

analisis kualitatif deskriptif mengenai strategi berbasis menu engineering dalam

upaya meningkatkan volume penjualan menu dessert di The Rooses Restaurant.

Maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Berdasarkan penerapan menu engineering pada menu dessert periode 01

Januari 2014 hingga 31 Desember 2014 di The Rooses Restaurant,

mengindikasikan bahwa kinerja menu dessert belum optimal. Restoran

belum konsisten melakukan menu engineering pada menu dessert secara

rutin. Setelah melakukan penelitian ini, sebaiknya restoran melakukan

evaluasi menu setiap bulannya menggunakan metode menu engineering.

Evaluasi penjualan menu dessert ini bertujuan untuk mengetahui kinerja

menu setiap saat, apakah menu populer atau memiliki keuntungan yang

besar atau sebaliknya.

2. Klasifikasi menu engineering yang dihasilkan menunjukkan bahwa

komposisi kategori dog paling banyak diantara keempat kategori. Hal ini

mengindikasikan bahwa kinerja menu dessert tidak optimal karena

setengah menu dessert yang ada, tidak populer dan memiliki keuntungan

atau marjin kontribusi yang rendah. Sehingga dapat menyebabkan restoran

mudah merugi, serta timbul inefektivitas dan inefisiensi operasional. Salah

satu cara untuk mensiasati dengan mengurangi menu dessert yang dijual.

Sebaliknya dengan kategori star, jumlah menu dessert dengan kategori ini

sangat sedikit, hanya pisang bakar keju, banana fritter dan ice cream

delight. Selain harus selalu menjaga kualitas menu yang menguntungkan

dan populer, perlu adanya pertimbangan untuk menambah variasi menu

dessert yang berbeda. Jumlah menu kategori plow horse dan puzzle tidak

jauh berbeda, mengindikasikan bahwa kinerja menu dessert dapat

(30)

72

3. Salah satu tujuan pengoperasional restoran adalah untuk mendapatkan

keuntungan yang tinggi. Restoran hotel (main dining room) mempunyai

target penjualan yang harus dicapai, dan tertuang dalam sebuah anggaran.

Salah satu strategi yang tepat untuk meningkatkan volume penjualan menu

dessert adalah mensinkronisasi target penjualan yang harus dicapai dengan

hasil klasifikasi menu engineering (star, plow horse, puzzle, dog). Target

penjualan dipetakan menjadi target penjualan menu per hari dan per bulan.

Menu engineering sendiri berfungsi untuk mengetahui posisi atau kondisi

restoran terkini, sehingga restoran bisa memutuskan sendiri strategi mana

yang dilakukan terlebih dahulu, karena tidak semua strategi bisa dilakukan

bersamaan. Volume penjualan menu dessert akan naik apabila tamu

banyak membeli menu dessert yang dijual. Memasarkan atau mengenalkan

menu dengan promosi dapat dilakukan agar tamu lebih tertarik tentang

menu dessert yang dijual di restoran.

5.2. Rekomendasi

The Rooses Restaurant diharapkan dapat menerapkan strategi dalam

meningkatkan volume penjualan menu dessert melalui penerapan menu

engineering. Evaluasi menu dilakukan setiap bulannya, untuk mengetahui kinerja

penjualan menu yang terbaru. Berikut strategi berdasarkan klasifikasi menu :

Menu star ( Keuntungan Menu tinggi, Popularitas Menu tinggi)

Seluruh menu dessert kategori star perlu meningkatkan promosi serta

pertahankan kualitas, kuantitas, cita rasa dan penampilan menu. Namun disisi

lain ada kekurangan yang perlu diperbaiki, yaitu bahwa menu yang paling

diminati tamu hanya berbahan dasar pisang, dan termasuk menu tradisional

Indonesia. Perlu adanya pengenalan menu dessert lainnya untuk menambah

pilihan menu dan keuntungan penjualan. Salah satu contoh menu baru bisa

berbentuk cake. Jenis cake yang dijual bisa disesuaikan dengan bahan – bahan

(31)

73

dengan menu lain. Promosi menu bisa dilakukan untuk memperkenalkan

varian menu dessert baru yang dijual kepada tamu.

Menu Plow Horse ( Keuntungan Menu rendah, Popularitas Menu tinggi)

1) Standard recipe menu plowhorse harus ditinjau ulang, apakah ada

bahan yang bisa ditambah, kurang, atau dihilangkan tanpa menurunkan

kualitas produk.

2) Promo membeli menu dessert kategori star, gratis menu dessert puzzle

atau plow horse. Promo ini menerapkan adanya kenaikan harga, namun

tetap dijadikan satu harga.

3) Pembuatan flyer promo menu dessert untuk di kamar – kamar.

Promosi ini atas kerja sama food and beverage product department

dengan front office department.

4) Meningkatkan aspek pemasaran dengan cara promo menu. Promosi ini

bisa dilakukan oleh food and beverage service sebagai lini terdepan

food and beverage department dalam melayani kebutuhan makan atau

minum tamu. Juga sales and marketing department bisa

mempromosikan menu dessert unggulan di The Amaroossa Hotel

Bandung kepada para tamu.

Menu Puzzle ( Keuntungan Menu tinggi, Popularitas Menu rendah)

1) Cara alternatif yaitu dengan mengurangi menu puzzle yang ada di

menu. Dan diganti dengan variasi menu yang seimbang namun tetap

menarik perhatian tamu.

2) Promo pembelian menu dessert yang populer, gratis menu desert

puzzle ataupun plow horse. Promo ini menerapkan adanya kenaikan

harga, namun tetap dijadikan satu harga.

3) Pembuatan flyer promo menu desert untuk di kamar – kamar. Promosi

ini atas kerja sama food and beverage product department dengan

(32)

74

4) Meningkatkan aspek pemasaran dengan cara promo menu. Promosi ini

bisa dilakukan oleh food and beverage service sebagai lini terdepan

food and beverage department dalam melayani kebutuhan makan atau

minum tamu. Juga sales and marketing department bisa

mempromosikan menu dessert unggulan di The Amaroossa Hotel

Bandung kepada para tamu.

Menu Dog ( Keuntungan Menu rendah, Popularitas Menu rendah)

Penggantian menu dog dengan menu yang baru. Salah satu contohnya

penambahan menu cake atau shorbet pilihan di menu ala carte dan room

service. Penggantian atau penambahan menu sangat erat kaitannya dengan

perencanaan menu. Perencanaan menu di hotel biasanya berdasarkan dua

metode, yaitu:

1) Perencanaan menu disesuaikan dengan standard food cost yang

disetujui maanjemen. Resikonya gramasi dan jenis bahannya menjadi

terbatas. Membuka peluang produk yang dihasilkan tidak maksimal,

yang berimbas pada ketidakpuasan pelanggan terhadap menu dessert,

sehingga tamu enggan membeli menu dessert.

2) Perencanaan menu sesuai dengan keinginan food and beverage

product (full recipe). Biasanya produk full recipe menghasilkan produk

yang bercita rasa tinggi dan berkualitas baik, serta menu inovatif dan

bervariatif. Resikonya memiliki food cost yang tinggi, harga jual tidak

Gambar

Tabel 1.3
Tabel 3.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran The Adhiwangsa Hotel & Convention, untuk mengetahui tingkat penjualan paket

Yanti Morina : Strategi pemasaran dalam meningkatkan volume penjualan pada..., 2000 USU Repository © 2008.... Yanti Morina : Strategi pemasaran dalam meningkatkan volume

I had difficulties in escorting and serving the guests as an outlet server in Purnawarman Restaurant at Hilton Hotel Bandung..

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa strategi pelayanan Waiter dan Waitress sebagai upaya peningkatkan kepuasan tamu di Kedaton Restaurant Hotel Novotel Yogyakarta, yaitu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran yang digunakan oleh Alfamart Cabang Losari untuk volume penjualan, untuk mengetahui volume

UPAYA MENINGKATKAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI STRATEGI PRODUK DAN PROMOSI PENJUALAN I-CUP BUBBLE TEA KOTA BANDUNG.. (Survey pada Konsumen I-Cup Bubble Tea

ABSTRAKSI Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui upaya peningkatan pelayanan food and beverage service di Coriander Restaurant Hotel Premier Inn Juanda: Membuat promo of the

Definisi Operasional Penegasan istilah secara operasional judul penelitian “Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada Home Industri Cilok Bandung Kadeudeuh