Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Olahraga
Oleh: Oman Hadiana
1302325
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Oleh
Oman Hadiana, M.Pd.
UPI Bandung, 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga
© Oman Hadiana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Hak cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
Oman Hadiana
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing Tesis
Dr. Herman Subarjah, M.Si. NIP. 196009181986031003
Mengetahui
Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Olahraga
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Oman Hadiana: Pengaruh Model Pembelajaran dan Motor Ability Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani.
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani. Model pembelajaran dalam penelitian adalah direct instruction dan permainan taktis, sedangkan motor ability terdiri dari tinggi dan rendah. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen desain faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini siswa ekstrakurikuler sepak bola 113 siswa. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen untuk mengukur motor ability menggunakan barrow motor ability test dan mengukur kebugaran jasmani menggunakan TKJI. Hasil analisis anova menunjukan, model pembelajaran direct instruction dan permainan taktis memberikan pengaruh terhadap kebugaran jasmani. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap kebugaran jasmani. Uji lanjut tukey’s menunjukkan, model pembelajaran direct instruction dengan permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi memberikan hasil yang sebanding terhadap kebugaran jasmani. Model pembelajaran direct instruction lebih baik dari pada permainan taktis pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Oman Hadiana: The Influence Of Model Of Learning And Motor Ability Against Of Physical Fitness Level
This study aimed to examine the influence of model of learning and motor ability against of physical fitness level. The learning models used in this study were direct instruction and tactical game, while the motor ability consists of high and low. The method used was experimental method 2 x 2 factorial design. A population of 113 students from football extracurricular. These samples included 40 students. The technique of sampling used was simple random sampling technique. The Instruments to measure the motor ability used the motor barrow ability test and to measure physical fitness using TKJI. ANOVA analysis results showed that direct instruction and learning models tactical game gave effect to physical fitness. There was interaction between the learning model and the motor abilities against the physical fitness. Further Tukey's test showed that direct learning model of instruction with a tactical game on a high level of motor abilities gave results comparable to physical fitness. The learning model of direct instruction is better than tactical game on a low level of motor abilities against physical fitness.
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH………...
ABSTRAK………...
DAFTAR ISI………...
DAFTAR TABEL……….………
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN………..
DAFTAR LAMPIRAN………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.……….………...
B. Rumusan Masalah Penelitian………...
C. Tujuan Penelitian.………..……….
D. Manfaat Penelitian………..……….…………
E. Struktur Organisasi Tesis………..………..……….
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Teori-Teori Penelitian….………...
1. Model Pembelajaran Direct Instruction………...…..….
2. Model Permainan Taktis……….…….…...
3. Hakikat MotorAbility………...……….
4. Konsep Dasar Kebugaran Jasmani………..…
B. Penelitian yang Relevan………...…..……….
C. Kerangka Pemikiran………...………...…
D. Hipotesis Penelitian……….……….…
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………..……..……….………
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
C. Populasi dan Sampel……….………..
D. Instrumen Penelitian.……….….
E. Prosedur Penelitian……..……….……….…
F. Analisis Data……….…………...………...
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan………..………...
B. Pembahasan...………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan………
B. Impliksai dan Rekomendasi……….……….
DAFTAR PUSTAKA………...
LAMPIRAN
43
44
45
47
52
57
62
62
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
dengan aktivitas jasmani sebagai media pendidikan. Namun demikian, bukan
berarti bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang hanya bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan jasmani anak, melainkan melalui aktivitas
jasmani secara multilateral dikembangkan pula potensi lainnya; afektif dan
kognitif. Dalam operasionalisasinya guru pendidikan jasmani menggunakan
aktivitas gerak sebagai sarana untuk mencapainya. Mengenai hal ini, Mahendra
(2003:4) menjelaskan bahwa: “Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.”
Bagi anak, aktivitas gerak fisik merupakan bagian dari kehidupan
sehari-harinya. Makin muda usia anak aktivitas gerak adalah ciri utamanya. Aktivitas
gerak fisik merupakan jendela awal anak mengenal dunia luarnya. Namun
demikian, dalam pendidikan jasmani aktivitas gerak tersebut mendapatkan “rekayasa” dari guru pendidikan jasmani. Rekayasa tersebut dimaksudkan agar aktivitas tersebut dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan.
Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program
sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian
penting dari pendidikan. Suherman (2009:5) menjelaskan bahwa: “Pendidikan
jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas jasmani”.
Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan jasmani bersifat menyeluruh,
mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif. Namun pada dasarnya dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kategori tujuan seperti yang dikemukakan oleh
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitnes)
2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).
3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya
4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
Tujuan tersebut tidak hanya sekedar hiasan belaka, akan tetapi harus
merupakan pedoman dalam pembuatan keputusan tentang program yang akan
dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat terwujud dalam kenyataan. Salah satu
jenis pendekatan program pendidikan jasmani adalah Fitnes approach. Fitnes approach ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada
peningkatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan kualitas kesegaran
jasmani anak didiknya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat digambarkan bahwa
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan
potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju
kebulatan pribadi yang seutuhnya. Selain itu juga pendidikan jasmani merupakan
bagian integral bagi pendidikan nasional yang memberi sumbangan positif dan
efektif dalam membantu mewujudkan tujuan-tujuan yang menyangkut kerjasama,
pengambilan keputusan, keterampilan motorik, kebugaran jasmani dan
pengetahuan tentang gerakan manusia.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wahana yang strategis
bagi pemberdayaan anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang
diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) disusun berdasarkan kurikulum
atau masukan dan informasi dari para ahli dalam bidangnya termasuk juga
pemikiran dari para guru. Mengenai jenis materi ajar pendidikan jasmani di
3
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Jenis kegiatan yang diajarkan dilkasifikasikan ke dalam enam kategori diantaranya aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, dan aktivitas luar sekolah/alam bebas.
Dari semua materi pelajaran yang telah dijelaskan di atas seyogyanya
dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran
jasmani siswa. Sesuai dengan kompetensi dasar yang diharuskan oleh peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan No. 64 tahun 2013 menyatakan bahwa siswa
harus memiliki kebugaran jasmani. Dengan adanya peraturan tersebut guru penjas
harus mampu menyusun program latihan kebugaran jasmani sesuai dengan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Selain itu, program pembelajaran dan
latihan yang dibuat harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
siswa, sehingga siswa akan mengikuti pembelajaran penjas dengan gembira dan
tidak merasa terpaksa. Guru penjas dituntut untuk mampu menciptakan
pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan gerak siswa selama mengikuti
pembelajaran penjas maupun di luar penjas. Karena dengan meningkatkan
aktivitas fisik diharapkan mampu meningkatkan kebugaran jasmani siswa.
Kebugaran jasmani untuk siswa di sekolah adalah kebugaran jasmani yang
berhubungan dengan kesehatan. Siswa lebih memerlukan kemampuan tubuh yang
dapat melakukan berbagai aktivitas fisik rutin tetapi tidak merasa kelelahan yang
berarti sehingga masih memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitas
tambahan. Dalam hal ini Giriwijoyo (2013:76) menjelaskan, “Olahraga kesehatan
membina khususnya aspek jasmaniah siswa untuk meningkatkan derajat
kesehatan dinamis, agar siswa mampu melaksanakan setiap aktivitasnya dalam
kehidupan sehari-hari”. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan
lebih sering disebut dengan kapasitas aerobik yang dapat diketahui dengan cara
mengukur kebugaran cardiorespiratory. Kebugaran ini menekankan pada kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi tubuh berjalan dengan baik.
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan
jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang
cukup serta dilakukan secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
peredaran darah dan pernafasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh
sistem kerja penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya kerja tubuh akibat
latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan, dan
kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti
kecepatan, kelincahan, dan koordinasi. Mengenai hal ini Giriwijoyo (2013:21)
menjelaskan:
Kebugaran jasmani yang telah diperoleh harus selalu dipelihara dengan rutin, tanpa pemeliharaan rutin itu maka peningkatan kemampuan fungsional dasar yang telah diperoleh akan dengan cepat hilang, artinya kebugaran jasmani harus senantiasa dipelihara untuk melaksanakan tugas fisik sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Dengan demikian, kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat
dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan
tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan
(tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik serta telah pulih kembali
esok harinya menjelang tugas sehari-harinya. Kebugaran jasmani harus selalu
dipelihara dan bahkan ditingkatkan agar kemampuan cadangan untuk menghadapi
tugas berikutnya dapat dilaksanakan dengan mudah. Olahraga dalam lingkup
sekolah adalah kegiatan jasmani sebagai alat pelatihan jasmani untuk memelihara
dan meningkatkan derajat sehat dinasmis/kebugaran jasmani yang adekuat bagi
siswa, yaitu kemampuan gerak yang mampu mendukung semua kebutuhan gerak
dalam perilaku hidupnya sebagai siswa.
Kurikulum yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama untuk mata
pelajaran penjas hanya mendapat alokasi waktu 2 x 40 menit dalam satu
pertemuan selama satu minggu. Tentunya dengan kondisi demikian, pengaruh dari
aktivitas jasmani hasil belajar pada kegiatan intrakurikuler tidak akan berdampak
signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani karena untuk mencapai
derajat sehat dinamis ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Hal ini di jelaskan
oleh Giriwijoyo (2013:40) adalah sebagai berikut:
5
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
diselenggarakan 3-5x/minggu (minimal 2x/minggu) dengan rentang intensitas antara 60-80% dari denyut nadi maksimal (DNM).
Dengan demikian perlu adanya suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi
siswa untuk melakukan suatu aktivitas fisik yang berkonstribusi terhadap
peningkatan kebugaran jasmani. Salah satu kegiatan di sekolah dapat
diselenggarakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler
olahraga di SMP Negeri 2 Garawangi, khususnya mata pelajaran pendidikan
jasmani pada umumnya berupa aktivitas jasmani yang salah satunya berbentuk
olahraga permainan bola besar, sehingga dalam penyampaian materi pelajaran pun
dapat dilakukan melalui aktivitas bermain.
Permainan sepak bola merupakan primadona atau bisa dikatakan
merupakan olahraga permainan yang sangat diminati oleh sebagian besar siswa
SMP Negeri 2 Garawangi. Pembelajaran permainan sepak bola dapat menyalurkan
unsur hobi, bakat dan kegembiraan siswa, selain itu juga dapat meningkatkan
kebugaran jasmani. Dari setiap tingkatan kelas siswa laki-laki yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler sepak bola berjumlah seratus siswa ke atas, ini
menandakan bahwa animo terhadap sepak bola sangat besar. Sepak bola
merupakan permainan yang atraktif untuk itu diperlukan kemampuan gerak (motor
ability) agar dapat bermain dengan baik. Akan tetapi kemampuan gerak setiap individu akan sangat beragam. Aktivitas jasmani merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang memberikan tugas gerak yang harus dilakukan oleh setiap siswa
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas di sekolah. Ability adalah faktor
pendukung dalam keberhasilan suatu penampilan keterampilan motorik. Dengan
kata lain, ability merupakan faktor pembatas penampilan gerak seseorang, artinya
baik buruknya keterampilan motorik yang ditampilkan tergantung dari ability yang
dimiliki oleh seseorang. Tentunya setiap individu siswa mempunyai kemampuan
motorik yang berbeda, seperti yang dikemukakan oleh Schmidt (2000:27) bahwa:
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
konsisten melampaui orang yang kedua di berbagai keadaan, kita dapat mengatakan dengan lebih percaya diri bahwa ada perbedaan individu dalam kemampuan dua orang itu.
Penelitian tentang perbedaan-perbedaan individual berkaitan dengan dua
hal. Pertama, ada masalah mendasar dalam mengidentifikasi kemampuan yang
berkontribusi terhadap perbedaan dalam kinerja keterampilan orang. Para
ilmuwan yang melakukan penelitian jenis ini berusaha untuk mengukur dan
menggambarkan kemampuan yang berbeda sebanyak mungkin. Kedua, ada
tantangan untuk memperkirakan atau memprediksi masa depan seseorang (atau
potensialnya) terhadap tingkat keterampilan di bidang olahraga, pekerjaan, atau
tugas sehari-hari tertentu berdasarkan kemampuannya.
Para ilmuwan yang mempelajari perbedaan individu dalam kinerja
manusia umumnya menggunakan pengertian dari kemampuan, yang didefinisikan
sebagai warisan yang relatif tahan lama, ciri-ciri yang stabil dari individu yang
mendasari atau yang mendukung berbagai jenis kegiatan atau keterampilan.
Kemampuan, untuk sebagian besar yang diperkirakan pada dasarnya ditentukan
secara genetis dan dimodifikasi oleh praktek atau pengalaman.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sepak bola
di sekolah perlu diterapkan sebuah model pembelajaran tertentu agar siswa dapat
termotivasi untuk bergerak bebas dan melakukan aktivitas fisik dengan suasana
yang menyenangkan dengan harapan dapat meningkatkan kebugaran jasmani
siswa. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khusus oleh guru.
Berkenaan dengan model pembelajaran Juliantine dkk. (2013:8) menjelaskan
bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Selain itu dijelaskan pula bahwa model pembelajaran merupakan pola
7
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
sebagai acuan pelaku pendidikan agar tercapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam
praktiknya, yang harus diingat adalah tidak ada model pembelajaran yang paling
tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, namun model pembelajaran
akan menjadi tepat jika memperhatikan kondisi siswa, sifat materi/bahan ajar,
fasilitas sarana dan prasarana, dan kondisi guru itu sendiri. Oleh karena, dengan
mengunakan suatu model pembelajaran yang sesuai, diharapkan kreativitas dan
keterampilan peserta didik dapat berkembang. Metzler (2000:161-365)
menjelaskan terdapat tujuh model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani yaitu:
1. Model pembelajaran direct instruction 2. Model Pembelajaran Personal
3. Model Pembelajaran Kerjasama
4. Model Pembelajaran Pendidikan Olahraga 5. Model Pembelajaran Kelompok
6. Model Pembelajaran Inkuiri 7. Model Permainan Taktis
Kaitan kebugaran jasmani dengan dunia pendidikan dikembangkan
melalui pembelajaran yang terarah dan terencana melalui beberapa model
pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan karakteristik bahan pelajaran serta
kondisi peserta didik. Dalam suatu proses pembelajaran, biasanya seorang guru
akan menggunakan berbagai cara agar materi pembelajaran dapat dipahami dan
dikuasai oleh siswa dengan mudah. Untuk menyikapi permasalahan sesuai dengan
kondisi yang ada tersebut, maka diperlukan suatu pola atau model pembelajaran
yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
melaksanakan tugas gerak. Beberapa cara mengajar tentang
pemeliharaan/peningkatan kebugaran jasmani tersebut di antaranya dengan
menggunakan penerapan model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis.
Direct instruction memiliki karakteristik yang berpusat pada keputusan guru, dan guru langsung mengarahkan pola keterlibatannya untuk para siswa, guru
mempunyai tujuan yang jelas dalam pikirannya. Siswa diberikan model
pembelajaran dengan keterampilan gerak atau konsep yang diinginkan oleh guru
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Guru menetapkan penambahan tingkat tanggapan atas apa yang dilakukan oleh
siswa pada setiap tugas atau ketrampilan siswa hanya di berikan beberapa
keputusan untuk melakukan dan kebanyakan hanya mengikuti guru di kelas juga
menjawab pertanyaan guru ketika ditanya. Tujuan dari model ini adalah utuk
menetapkan pengguanaan waktu pembelajaran yang paling efisien dan untuk
mengupayakan agar meningkatkan keterlibatan siswa dalam tugas praktik dan
ketrampilan yang lebih tinggi. Esensi dari model ini adalah untuk memberikan
siswa sebanyak mungkin praktik pengawasan sehingga guru dapat mengamati
usaha ini dan memberikan nilai yang tingggi, untuk tanggapan positif dan
perbaikan.
Isi unit dalam direct instruction adalah terbagi menjadi serangkaian ketrampilan kinerja dan pengetahuan, ini disempurnakan dalam tugas analisis,
setiap pengetahuan dan ketrampilan yang berisi satu set kinerja khusus bagi siswa
untuk berlatih dan belajar. Pola untuk proses pada pembelajaran direct instruction
terdiri dari beberapa tahapan, Roseshine (dalam Metzler, 2000:163)
menidentifikasi 6 tahapan dalam direct instruction, yaitu:
1. Mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya 2. Memberikan materi atau keterampilan baru 3. Praktik awal siswa
4. Tanggapan dan perbaikan 5. Latihan/praktik mandiri 6. Pengulangan secara periodik
Dasar pemikiran untuk direct instruction sedikit bersifat progresif, seperti
yang telah di ungkapkan Marine-Dershimer (dalam Metzler, 2000:165). Guru
membuat rencana yang jelas untuk satu seri latihan, kemudian guru memberikan
gambaran pada siswa dari hasil penampilan yang diinginkan yang kemudian
dilanjutkan kepada aktivitas pembelajaran. Setiap tugas pembelajaran harus di
tingkatkan penguasaan untuk membawa siswa lebih berkembang lagi. Salah satu
program untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui model ini yaitu dengan
ditingkatkannya aktivitas jasmani secara bertahap mealui latihan sepak bola dalam
ekstrakurikuler. Dengan meningkatnya aktivitas jasmani secara progresif akan
9
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Selain model pembelajaran direct instruction, dapat juga diterapkan model
permainan taktis. Salah satu kandungan terluas dalam program pendidikan
jasmani adalah belajar dan mengajar dalam olahraga yang berkaitan dengan
permainan. Model permainan taktis ini dinikmati para siswa dengan pengalaman
sebelumnya dan kemampuan dalam permainan yang diajarkan. Hal ini juga
memungkinkan bahwa model ini akan fokus terutama pada pengembangan
keterampilan dan untuk tingkat yang lebih rendah, strategi yang diperlukan untuk
memainkan permainan dengan baik. Siswa ingin bermain, mereka ingin berlatih
keterampilan permainan dalam latihan berulang-ulang jauh lebih sedikit, dan
seringkali akan menunjukkan resistensi besar ketika diarahkan untuk berlatih pada
keterampilan yang berlainan yang mereka anggap memiliki sedikit hubungannya
dengan penampilan permainan sebenarnya. Dalam hal ini Metzler (2000:340)
menjelaskan bahwa, “The Tactical Game model cleverly uses student interest in
the game structure to promote skill development and tactical knowledge needed
for competent game performance”.
Dalam permainan taktis, perencanaan guru merupakan rangkaian tugas
yang isinya menyerupai permainan untuk mengembangkan keterampilan dan
strategi siswa, tentunya merupakan modifikasi dari permainan yang
sesungguhnya. Penekanannya pada perkembangan pengetahuan yang
memfasilitasi pengaplikasian keterampilan dalam bentuk bagian kecil dalam
permainan sehingga siswa pada waktunya dapat mengaplikasikan kedalam
permainan yang sesungguhnya. Metzler (2000:340) mengatakan bahwa, “As the name indicates, the organizing center of The Tactical Game Model is tactics, the combination of strategy and skill needed to perform in game and game-like situations”.
Terdapat beberapa keuntungan dari penerapan model permainan taktis,
lebih lanjut Hoedaya (2001:16) menjelaskan keuntungan pembelajaran dengan
pendekatan taktis adalah:
1. Dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar dalam pendidikan jasmani.
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Dapat menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas jasmani dan memahami manfaat keterlibatannya.
Model permainan taktis mempunyai beberapa tujuan spesifik, dalam hal
ini Tarigan (2001:7) menjelaskan tentang tujuan dari model permainan taktis
sebagai berikut:
1. Meningkatkan penguasaan kemampuan bermain sepak bola melalui keterkaitan antara taktik permainan dengan perkembangan keterampilan
2. Memberikan kesenangan kepada siswa dalam melakukan aktivitas latihan
3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam permainan
4. Meningkatkan kemampuan siswa untuk membuat keputusan yang tepat dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sedang berlangsung selalu berubah-ubah
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menikmati suasana latihan dengan penuh semangat dan menggairahkan serta tidak membosankan.
Dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan secara tidak langsung
siswa termotivasi untuk terlibat aktif dan larut dalam aktivitas jasmani walaupun
dengan intensitas dan kompleksitas yang tinggi. Oleh karena banyaknya aktivitas
yang dilakukan maka akan berdampak terhadap meningkatnya kebugaran jasmani
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian Sallis at. al. (1997) mengatakan bahwa
meningkatnya aktivitas fisik siswa berdampak pada meningkatnya kebugaran
cardiorespiratory siswa. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kebugaran maka guru harus mampu memberikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa untuk siswa berlama-lama bergerak sampai
pembelajaran berakhir. Durasi gerak siswa tidaklah cukup tanpa disertai dengan
intensitas yang cukup (moderat) dalam melakukan aktivitas fisik. Intensitas
ditentukan dengan seberapa berat siswa melakukan aktivitas fisik yang dapat
diketahui dengan denyut nadi siswa selama mengikuti pembelajaran.
Menurut Ditjora (dalam Suherman, 2013:2) pada pidato pengukuhan Guru
11
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Jasmani” mengatakan, kurang dari 20% warga negara Indonesia memiliki
kebugaran jasmani sedang ke atas. Artinya penelitian tersebut menjelaskan bahwa
lebih dari 80% warga negara Indonesia memiliki tingat kebugaran jasmani yang
rendah. Pada penelitian lain Brian at. al. (2006) mengatakan bahwa, anak yang
memiliki kemampuan motorik yang lebih tinggi mungkin lebih mudah untuk aktif
secara jasmani dan kemungkinan besar akan terlibat dalam aktifitas jasmani ketika
dibandingkan dengan teman-teman sebayanya yang memiliki kompetensi
keterampilan motorik yang lebih rendah. Anak-anak yang memiliki kemampuan
motorik yang rendah selanjutnya mungkin memilih gaya hidup yang lebih tidak
aktif untuk menghindari kesulitan-kesulitan gerakan. Hubungan banyak tidaknya
aktivitas jasmani yang dilakukan siswa akan berdampak terhadap tingkat
kebugaran jasmani. Berdasarkan kenyataan di lapangan selaras dengan teori yang
telah dijelaskan di atas bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 2
garawangi secara keseluruhan berada pada tingkat yang relatif rendah.
Dari penjelasan di atas maka diperlukan model pembelajaran yang
memberikan dampak kemauan siswa untuk bergerak secara aktif selama alokasi
waktu dengan intensitas yang cukup (moderat) sehingga akan berdampak terhadap
peningkatan kebugaran jasmani siswa. Hal ini akan tercapai apabila guru mampu
memanfaatkan alokasi waktu dengan optimal dan pembelajaran menyenangkan.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui kebermaknaan dari
penerapan kedua model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani dilihat berdasarkan motor ability siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kedua model pembelajaran tersebut, karena sejauh
ini belum terbukti secara empiris mengenai penelitian yang mengungkapkan
tentang “Pengaruh Model Pembelajaran dan Motor Ability Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dapat dirumuskan sebagai berikut:
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani? 2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability
terhadap tingkat kebugaran jasmani?
3. Manakah model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran
direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability tinggi terhadap kebugaran jasmani?
4. Manakah model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran
direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran direct instruction
dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani.
2. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motor ability
terhadap tingkat kebugaran jasmani.
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang lebih baik antara
model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability tinggi terhadap kebugaran jasmani.
4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang lebih baik antara
model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.
D. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas,
diharapkan penelitian ini memberi kegunaan antara lain:
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang baik. Adapun
manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang
berarti, informasi dan masukan dalam perencanaan serta pengembangan pada
13
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2. Secara Praktis
a. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi para guru pendidikan
jasmani di sekolah dasar dalam model pembelajaran terutama untuk
pengembangan hasil pembelajaran pendidikan jasmani siswa.
b. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan sampel dan populasi
yang lebih luas.
E. STRUKTUR ORGANISASI TESIS
I. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi Tesis
II. BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Teori-Teori Penelitian
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
III. BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Partisipan
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
E. Prosedur Penelitian
F. Analisis Data
IV. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
B. Pembahasan
V. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
41
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Tujuan metode eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab akibat dari perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok objek uji coba.
Selain itu, penulis ingin mengetahui perbedaan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen
Maksum (2012:65) menjelaskan bahwa, “Penelitian eksperimen adalah penelitian
yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui sebab akibat diantara variable”.
Sedangkan Arikunto (2002:4) menjelaskan bahwa:
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kasual) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat digambarkan bahwa
metode eksperimen digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian
eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat
dari perlakuan atau treatment. Selain itu juga metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki
sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil dari hipotesis yang diajukan.
Jadi dalam metode eksperimen harus ada faktor yang dicobakan, dalam penelitian
ini faktor yang dicobakan dan merupakan variabel bebas adalah model permainan
taktis dan model pembelajaran direct instruction.
Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan
desain, disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin
diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, maka penulis menggunakan Faktorial design sebagai desain penelitian. Untuk mendapatkan data hasil latihan selama satu setengah bulan, maka dilakukan tes akhir. Setelah data tes akhir terkumpul
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
maka data tersebut disusun, diolah dan dianalisis secara statistik. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui prestasi atau hasil perlakuan dan perbedaannya. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen Faktorial 2 x 2 Anava dua arah
(Supardi, 2014:350) dengan model permasalahan sebagai berikut:
Model Pembelajaran
Motor Ability
Model Pembelajaran
Direct Instruction (A1)
Model permainan
taktis (A2)
Tinggi B1 A1B1 A2B1
Rendah B2 A1B2 A2B2
Bagan 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
A = Model Pembelajaran
A1 = Model Pembelajaran Direct Instruction
A2 = Model permainan taktis
B = Motor Ability (MA)
B1 = Motor Ability Tinggi
B2 = Motor Ability Rendah
A1B1 = Perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran direct instruction
kelompok motor ability tinggi
A2B1 = Perlakuan atau treatment berupa model permainan taktis
kelompok motor ability tinggi
A1B2 = Perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran Direct
Instruction kelompok motor ability rendah
A2B2 = Perlakuan atau treatment berupa model permainan taktis
kelompok motor ability rendah
B. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Garawangi
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Jumlah seluruh partisipan
43
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
sebanyak 40 siswa. Karakteristik partisipan yang spesifik bisa dilihat berdasarkan
kriteria di bawah ini:
1) Seluruh partisipan yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak
bola
2) Partisipan yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola seluruhnya berjenis
kelamin laki-laki
3) Usia partisipan antara 13 – 15 tahun
4) Partisipan memiliki tingkat motor ability yang heterogen
5) Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola berada pada tingkat
kebugaran jasmani sedang ke bawah.
Atas dasar kriteria tersebut maka penulis ingin meneliti lebih jauh tentang
pengaruh penerapan model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.
C. Populasi dan Sampel
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan sumber data yang
disebut populasi dan sampel penelitian. Populasi dapat diartikan sebagai objek
penelitian, menurut Arikunto (2002:102) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah
meneliti sebagian dari populasi.” Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola yaitu dari kelas VII, VIII, dan IX
SMP Negeri 2 Garawangi – Kabupaten Kuningan tahun ajaran 2014/2015
berjumlah 113 siswa.
Sedangkan sampel merupakan sebagian dari anggota populasi. Sugiyono
(2013:118) menjelaskan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak
bola. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013:120) menjelaskan bahwa:
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang ada dalam populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara pengundian. Semua
anggota populasi namanya ditulis dalam kertas kecil, kemudian digulung, dan
dimasukkan ke dalam sebuah gelas. Keluarkan satu persatu sebanyak 40 sampel
yang dibutuhkan dalam penelitian. Dari jumlah anggota sampel yang telah terpilih
kemudian dilakukan tes awal untuk mengetahui tingkat motor ability. Dari hasil ini diranking mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah. Untuk kelompok
motor ability tinggi diambil dari ranking 1 sampai 20 dan untuk motor ability rendah diambil dari rangking 21 sampai 40. Setelah diketahui tingkat motor ability langkah selanjutnya adalah sampel melakukan tes awal kebugaran jasmani
dengan menggunakan TKJI. Dari rangking 1 sampai 20 sampel yang memiliki
motor ability tinggi tersebut dibagi 2 kelompok masing-masing 10 siswa untuk
model pembelajaran direct instruction dan 10 siswa untuk kelompok model permainan taktis. Pengambilan sampel untuk tiap kelompok dilakukan secara
random.
Begitupun dari rangking 21 sampai 40 sampel yang memiliki motor ability
rendah tersebut dibagi 2 kelompok masing-masing 10 siswa untuk model
pembelajaran direct instruction dan 10 siswa untuk kelompok model permainan taktis. Pengambilan sampel untuk tiap kelompok dilakukan secara random.
D. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran yang
meliputi:
1. Tes kemampuan motor ability dengan Barrow Motor Ability Test dari Nurhasan (2007:130) terdiri dari:
a. Standing broad jump b. Softball throw c. Zig-zag run d. Wall pass
45
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu f. Lari cepat 50 meter
Rumus penyekoran :
2. Tes Kebugaran Jasmani menggunakan TKJI untuk SMP dari Nurhasan
(2007:119) antara lain adalah:
Tujuan : Untuk mengukur kemampuan fisik siswa dan menentukan
tingkat kesegaran jasmani siswa Sekolah Menengah Pertama
putra dan putri, serta remaja yang seusia.
Butir-butir tesnya, terdiri dari:
1. Tes lari cepat 50 meter
2. Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra)
3. Tes baring duduk 60 detik
4. Tes loncat tegak
[image:27.595.116.518.453.542.2]5. Tes lari jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra)
Tabel 3.1
Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
No Jumlah Nilai Klasifikasi
1 22 – 25 Baik Sekali (BS) 2 18 – 21 Baik (B) 3 14 – 17 Sedang (S) 4 10 – 13 Kurang (K) 5 5 – 9 Kurang Sekali (KS)
Tabel 3.2
Tabel Reliabilitas dan Validitas Kesegaran Jasmani Indonesia
Tingkat Sekolah Reliabilitas Validitas
Sekolah Menengah Pertama 0,96 0,95
E. Prosedur Penelitian
Desain dalam penelitian ini menggunakan desain factorial 2 x 2, dan
analisis data yang digunakan Anava dua arah (Supardi, 2014:350), dikarenakan
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
terdiri dari dua variable, (1 variabel bebas dan 1 variabel atribut). Model
pembelajaran merupakan variable bebas, dan motor ability merupakan variable atribut. Untuk lebih jelas memahami alur penelitian dapat di lihat pada bagan di
bawah ini:
Perlakuan atau eksperimen dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 15
kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu Senin,
Selasa dan Kamis pukul 15.00 – 17.00 WIB. Kelompok model pembelajaran
direct instruction melaksanakan pembelajaran pada pukul 15.00 – 16.00, sedangkan model permainan taktis pukul 16.00 – 17.00 WIB. Waktu pelaksanaan
SAMPEL
MOTOR ABILITY
KELOMPOK TINGGI
PENGOLAHAN DAN ANALISIS
KESIMPULAN POPULASI
TES AWAL MOTOR ABILITY
KELOMPOK RENDAH
TES AWAL MOTOR ABILITY
PERLAKUAN/TRETMENT MP.
DIRECT DAN MP. TAKTIS
TES AKHIR KEBUGARAN JASMANI TES AKHIR KEBUGARAN JASMANI PERLAKUAN/TRETMENT MP.
DIRECT DAN MP. TAKTIS
47
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
mulai tanggal 30 Maret – 30 April 2015. Tempat latihan di lapangan sepak bola
Kecamatan Garawangi – Kabupaten Kuningan. Hal ini didasarkan pendapat
Sajoto (1990:48) bahwa: “Latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi
kelelahan yang kronis.” Mengenai jangka waktu lamanya latihan, Kosasih (1993: 28) mengatakan bahwa: “Sebaiknya berlatih paling sedikit tiga kali seminggu.”
Dalam prosedur penelitian harus dirumuskan berdasarkan hipotesis statistik
sebagai berikut:
1. Hipotesis main effect
H0 : µ A1 = µ A2
HA : µ A1 ≠ µ A2
2. Hipotesis interaction effect
H0 = Interaksi A X B = 0
HA= Interaksi A X B ≠ 0
3. Hipotesis simple effect
a. H0 : µ A1B1 ≤ µ A2B1
HA : µ A1B1> µ A2B1
b. H0 :µ A1B2 ≤ µ A2B2
HA :µ A1B1 > µ A2B2
Keterangan:
µ = Nilai rata-rata
A1 = Model Pembelajaran Direct Instruction
A2 = Model permainan taktis
B1 = Motor Ability Tinggi
B2 = Motor Ability Rendah
F. Teknik Analisis Data
a. Uji Persyaratan Analisis
Uji prasyarat analisis digunakan untuk mengetahui apakah analisis data
untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat analisis
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
anova dua jalur (Two Way ANOVA) untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Keputusan hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil
analisis dengan kriteria uji dari masing-masing jenis pengujian.
1) Uji Normalitas Data
Untuk menguji apakah sampel penelitian berdistribusi normal, dapat
dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov. Caranya adalah
menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data tidak terdistribusi secara normal. H1 : data terdistribusi secara normal.
Dasar dari pengambilan keputusan di atas kemudian dihitung
menggunakan program SPSS 16.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2 - tiled ) , nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan adalah:
(1). Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
(2). Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1 diterima dengan artian bahwa data terdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang dapat digunakan jika masing-masing variabel
berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel
atau lebih memiliki varian yang sama. Terlebih dulu mempertimbangkan hipotesis
pengujiananya, yaitu:
H0 : Kedua sampel mempunyai variansi sama H1 : Kedua sampel mempunyai variansi berbeda
Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi
univariate pada program komputer. Menurut Sudjana (2005: 250), kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilai sig < α (0,05) atau Fhitung > Ftabel maka data
dari perlakuan yang diberikan tidak homogen, (2) jika nilai sig > α (0,05) atau Fhitung≤ Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan adalah homogen.
49
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 X 2, maka digunakanlah
analisis varians dua arah (Two Way ANAVA), yaitu cara yang digunakan untuk
menguji perbedaan variansi dua variabel atau lebih. Unsur utama dalam analisis
variansi adalah variansi antar kelompok dan variansi di dalam kelompok. Variansi
antar kelompok dapat dikatakan sebagai pembilang dan variansi di dalam
kelompok sebagai penyebut.
Menurut Supardi (2014:349) Dalam ANAVA dua jalur, ada 3 jenis
hipotesis penelitian yang perlu di uji yaitu:
(1) Hipotesis main effect
Hipotesis main effect yaitu: hipotesis tentang pengaruh variable treatment (X1)
terhadap variable terikat.
(2) Hipotesis interaction effect
Hipotesis interaction effect hanya ada satu buah, yaitu hipotesis dari pengaruh
interaksi variable treatment (X1) dengan variable atribut (X2) terhadap variable
terikat.
(3) Hipotesis simple effect
Hipotesis simple effect tergantung banyaknya kelompok data atau teori dari variable atribut, karena hipotesis ini merupakan hipotesis yang
membandingkan antar 2 kelompok data. Untuk desain eksperimen 2 X 2,
banyaknya hipotsis simple effect maksimal 4 buah. Analisis simple effect merupakan uji lanjut dari hipotesis pengaruh interaksi (interaction effect).
Oleh karenanya, jika dalam pengujian hipotesis pengaruh interaksi tidak teruji
secara signifikan, maka analisis simple effect disarankan tidak perlu dilakukan/dilanjutkan.
Tahapan-tahapan yang diambil dalam pengujian menggunakan ANOVA adalah:
(1) Hipotesis main effect
Hipotesis pertama
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Ha : Terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani.
Kriteria Uji:
Jika nilai Sig. > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani. Kemudian jika Sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat perbedaan pengaruh
antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani (Ghozali, 2013: 84).
(2) Hipotesis interaction effect
Hipotesis kedua
H0 : Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.
HA : Terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.
Kriteria uji:
Jika nilai Sig. interaksi Model Pembelajaran * Motor Ability > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa. Kemudian jika Sig. <
0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat interaksi model
pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa
(Ghozali, 2013:84).
(3) Hipotesis simple effect
Hipotesis ketiga
Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata skor variable terikat
antara dua kelompok data/sampel dan merupakan pengujian hipotesis simple effect. Uji lanjut simple effect dapat dilakukan dengan menggunakan uji Tukey. dalam eksperimen dengan desain factorial 2 X 2, maksimal ada 4
hipotesis simple effect yang perlu di uji akan tetapi dalam penelitian ini hanya
51
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu (a) Hipotesis antara A1B1 dengan A2B1
H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat
motor ability tinggi.
Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi.
Langkah-langkah Uji Tukey:
(1) �ℎ = � −11 � 21
�2 �
n = banyaknya sampel dalam satu kelompok
s = varian dalam kelompok
(2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)
Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan
k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)
(3) Kriteria uji:
Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt
Tolak Ha jika (terima H0) jika Qh < Qt (Supardi, 2014: 357).
Hipotesis keempat
(b) Hipotesis antara A1B2 dengan A2B2
H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat
motor ability rendah.
Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model
pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability rendah.
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu (1) �ℎ = � −12 � 22
�2 �
n = banyaknya sampel dalam satu kelompok
s = varian dalam kelompok
(2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)
Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan
k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)
(3) Kriteria uji:
Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt
62
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis memberikan pengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani.
2. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.
3. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi memberikan hasil yang sebanding terhadap kebugaran jasmani.
4. Model pembelajaran direct instruction lebih baik dibandingkan dengan model
permainan taktis pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi para guru pendidikan jasmani, pembina atau pelatih ekstrakurikuler
sepak bola khususnya dan pembaca umumnya, dalam proses pembelajaran
sepak bola untuk meningkatkan kebugaran jasmani salah satunya dengan
menerapkan model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis, karena terbukti secara empiris dapat memberikan konstribusi yang
signifikan.
2. Bagi siswa yang memiliki motor ability rendah model direct instruction memberikan alternatif dalam meningkatkan aktivitas jasmani dalam
permainan sepak bola sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Bagi lembaga sekolah SMP Negeri 2 Garawangi dapat dijadikan sebagai
masukan bahwa untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dapat
diterapkan suatu model pembelajaran direct instruction dan model permainan
taktis
4. Kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian
selanjutnya tentang kebugaran jasmani, perlu dengan populasi dan sampel
64
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Allatief, Achmad dkk. (2004). Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Brian, H. at. al. (2006). The Relationship Between Motor Proficiency and Physical
Activity in Children. Official journal of the American Academy of Pediatrics, hlm.1758-1765
Giriwijoyo, S. (2013). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Gozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Undip
Hadiana. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Potensi Akademik Terhadap
Penguasaan Sepak Bola Modifikasi. Bandung: Skripsi UPI
Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. Jakarta: Depdiknas.
Juliantine dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI
Kosasih, Engkos (1993). Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Jakarta: CV.
Akademika Pressindo.
Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas
Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI
Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press
Metzler, Michael. W. (2000). Instructional Models For Physical Education. United States of America: A Person Education Company.
Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Oman Hadiana, 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sallis, James F. at. al. (1997). The Effects of a 2-Year Physical Education Program (SPARK) on Physical Activity amd Fitness in Elementary School Students. American Journal of Public Health Agustus 1997, Vo. 87, No. 8. Didapat dari Materi Pra-Perkuliahan Semester Ganjil Tahun
Akademik 2013/2014 Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Olahraga.
Samodra, Touvan. (2010). Model Pembelajaran Direct Teaching dan Sport
Education Model. Kalimantan: Jurnal Universitas Tanjung Pura Kalimantan Barat.
Schmidt Richard. (2000). Motor learning and Performance. University of California, Los Angeles: Human Kinetics
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jamani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika
Suherman, Adang. (2013). Membangun Kualitas Hidup Bangsa Melalui Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI Bandung
Sukintaka. (1991). Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud.
Supardi. (2014). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Prima Ufuk Semesta
Suroso, Adhy dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran dan Motorik Dasar Terhadap Hasil Belajar Penjasorkes Bagi Peserta Didik Sekolah Dasar
Kelas Awal. Journal of Physical Education and Sports,JPES 1 (2)hlm. 187 – 192. Semarang: Unes
Syarifudin. (1997). Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepak Bola: Konsep dan Metode. Jakarta: Depdikanas.