• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Olahraga

Oleh: Oman Hadiana

1302325

(2)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Oleh

Oman Hadiana, M.Pd.

UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga

© Oman Hadiana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hak cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

Dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis

Oman Hadiana

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing Tesis

Dr. Herman Subarjah, M.Si. NIP. 196009181986031003

Mengetahui

Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Olahraga

(4)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Oman Hadiana: Pengaruh Model Pembelajaran dan Motor Ability Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani.

Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani. Model pembelajaran dalam penelitian adalah direct instruction dan permainan taktis, sedangkan motor ability terdiri dari tinggi dan rendah. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen desain faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini siswa ekstrakurikuler sepak bola 113 siswa. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen untuk mengukur motor ability menggunakan barrow motor ability test dan mengukur kebugaran jasmani menggunakan TKJI. Hasil analisis anova menunjukan, model pembelajaran direct instruction dan permainan taktis memberikan pengaruh terhadap kebugaran jasmani. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap kebugaran jasmani. Uji lanjut tukey’s menunjukkan, model pembelajaran direct instruction dengan permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi memberikan hasil yang sebanding terhadap kebugaran jasmani. Model pembelajaran direct instruction lebih baik dari pada permainan taktis pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.

(5)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Oman Hadiana: The Influence Of Model Of Learning And Motor Ability Against Of Physical Fitness Level

This study aimed to examine the influence of model of learning and motor ability against of physical fitness level. The learning models used in this study were direct instruction and tactical game, while the motor ability consists of high and low. The method used was experimental method 2 x 2 factorial design. A population of 113 students from football extracurricular. These samples included 40 students. The technique of sampling used was simple random sampling technique. The Instruments to measure the motor ability used the motor barrow ability test and to measure physical fitness using TKJI. ANOVA analysis results showed that direct instruction and learning models tactical game gave effect to physical fitness. There was interaction between the learning model and the motor abilities against the physical fitness. Further Tukey's test showed that direct learning model of instruction with a tactical game on a high level of motor abilities gave results comparable to physical fitness. The learning model of direct instruction is better than tactical game on a low level of motor abilities against physical fitness.

(6)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

UCAPAN TERIMAKASIH………...

ABSTRAK………...

DAFTAR ISI………...

DAFTAR TABEL……….………

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN………..

DAFTAR LAMPIRAN………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.……….………...

B. Rumusan Masalah Penelitian………...

C. Tujuan Penelitian.………..……….

D. Manfaat Penelitian………..……….…………

E. Struktur Organisasi Tesis………..………..……….

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Teori-Teori Penelitian….………...

1. Model Pembelajaran Direct Instruction………...…..….

2. Model Permainan Taktis……….…….…...

3. Hakikat MotorAbility………...……….

4. Konsep Dasar Kebugaran Jasmani………..…

B. Penelitian yang Relevan………...…..……….

C. Kerangka Pemikiran………...………...…

D. Hipotesis Penelitian……….……….…

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian…………..……..……….………

(7)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

C. Populasi dan Sampel……….………..

D. Instrumen Penelitian.……….….

E. Prosedur Penelitian……..……….……….…

F. Analisis Data……….…………...………...

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan………..………...

B. Pembahasan...………

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan………

B. Impliksai dan Rekomendasi……….……….

DAFTAR PUSTAKA………...

LAMPIRAN

43

44

45

47

52

57

62

62

(8)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

(9)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

dengan aktivitas jasmani sebagai media pendidikan. Namun demikian, bukan

berarti bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang hanya bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan jasmani anak, melainkan melalui aktivitas

jasmani secara multilateral dikembangkan pula potensi lainnya; afektif dan

kognitif. Dalam operasionalisasinya guru pendidikan jasmani menggunakan

aktivitas gerak sebagai sarana untuk mencapainya. Mengenai hal ini, Mahendra

(2003:4) menjelaskan bahwa: “Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses

pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan

holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.”

Bagi anak, aktivitas gerak fisik merupakan bagian dari kehidupan

sehari-harinya. Makin muda usia anak aktivitas gerak adalah ciri utamanya. Aktivitas

gerak fisik merupakan jendela awal anak mengenal dunia luarnya. Namun

demikian, dalam pendidikan jasmani aktivitas gerak tersebut mendapatkan “rekayasa” dari guru pendidikan jasmani. Rekayasa tersebut dimaksudkan agar aktivitas tersebut dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan.

Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program

sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian

penting dari pendidikan. Suherman (2009:5) menjelaskan bahwa: “Pendidikan

jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas jasmani”.

Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan jasmani bersifat menyeluruh,

mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif. Namun pada dasarnya dapat

diklasifikasikan ke dalam empat kategori tujuan seperti yang dikemukakan oleh

(10)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitnes)

2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).

3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya

4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

Tujuan tersebut tidak hanya sekedar hiasan belaka, akan tetapi harus

merupakan pedoman dalam pembuatan keputusan tentang program yang akan

dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat terwujud dalam kenyataan. Salah satu

jenis pendekatan program pendidikan jasmani adalah Fitnes approach. Fitnes approach ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada

peningkatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan kualitas kesegaran

jasmani anak didiknya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat digambarkan bahwa

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan

potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju

kebulatan pribadi yang seutuhnya. Selain itu juga pendidikan jasmani merupakan

bagian integral bagi pendidikan nasional yang memberi sumbangan positif dan

efektif dalam membantu mewujudkan tujuan-tujuan yang menyangkut kerjasama,

pengambilan keputusan, keterampilan motorik, kebugaran jasmani dan

pengetahuan tentang gerakan manusia.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wahana yang strategis

bagi pemberdayaan anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangannya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang

diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) disusun berdasarkan kurikulum

atau masukan dan informasi dari para ahli dalam bidangnya termasuk juga

pemikiran dari para guru. Mengenai jenis materi ajar pendidikan jasmani di

(11)

3

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jenis kegiatan yang diajarkan dilkasifikasikan ke dalam enam kategori diantaranya aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, dan aktivitas luar sekolah/alam bebas.

Dari semua materi pelajaran yang telah dijelaskan di atas seyogyanya

dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran

jasmani siswa. Sesuai dengan kompetensi dasar yang diharuskan oleh peraturan

menteri pendidikan dan kebudayaan No. 64 tahun 2013 menyatakan bahwa siswa

harus memiliki kebugaran jasmani. Dengan adanya peraturan tersebut guru penjas

harus mampu menyusun program latihan kebugaran jasmani sesuai dengan

kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Selain itu, program pembelajaran dan

latihan yang dibuat harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

siswa, sehingga siswa akan mengikuti pembelajaran penjas dengan gembira dan

tidak merasa terpaksa. Guru penjas dituntut untuk mampu menciptakan

pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan gerak siswa selama mengikuti

pembelajaran penjas maupun di luar penjas. Karena dengan meningkatkan

aktivitas fisik diharapkan mampu meningkatkan kebugaran jasmani siswa.

Kebugaran jasmani untuk siswa di sekolah adalah kebugaran jasmani yang

berhubungan dengan kesehatan. Siswa lebih memerlukan kemampuan tubuh yang

dapat melakukan berbagai aktivitas fisik rutin tetapi tidak merasa kelelahan yang

berarti sehingga masih memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitas

tambahan. Dalam hal ini Giriwijoyo (2013:76) menjelaskan, “Olahraga kesehatan

membina khususnya aspek jasmaniah siswa untuk meningkatkan derajat

kesehatan dinamis, agar siswa mampu melaksanakan setiap aktivitasnya dalam

kehidupan sehari-hari”. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan

lebih sering disebut dengan kapasitas aerobik yang dapat diketahui dengan cara

mengukur kebugaran cardiorespiratory. Kebugaran ini menekankan pada kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi tubuh berjalan dengan baik.

Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan

jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang

cukup serta dilakukan secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap

(12)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

peredaran darah dan pernafasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh

sistem kerja penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya kerja tubuh akibat

latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan, dan

kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti

kecepatan, kelincahan, dan koordinasi. Mengenai hal ini Giriwijoyo (2013:21)

menjelaskan:

Kebugaran jasmani yang telah diperoleh harus selalu dipelihara dengan rutin, tanpa pemeliharaan rutin itu maka peningkatan kemampuan fungsional dasar yang telah diperoleh akan dengan cepat hilang, artinya kebugaran jasmani harus senantiasa dipelihara untuk melaksanakan tugas fisik sesuai dengan kebutuhan masa kini.

Dengan demikian, kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat

dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan

tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan

(tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik serta telah pulih kembali

esok harinya menjelang tugas sehari-harinya. Kebugaran jasmani harus selalu

dipelihara dan bahkan ditingkatkan agar kemampuan cadangan untuk menghadapi

tugas berikutnya dapat dilaksanakan dengan mudah. Olahraga dalam lingkup

sekolah adalah kegiatan jasmani sebagai alat pelatihan jasmani untuk memelihara

dan meningkatkan derajat sehat dinasmis/kebugaran jasmani yang adekuat bagi

siswa, yaitu kemampuan gerak yang mampu mendukung semua kebutuhan gerak

dalam perilaku hidupnya sebagai siswa.

Kurikulum yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama untuk mata

pelajaran penjas hanya mendapat alokasi waktu 2 x 40 menit dalam satu

pertemuan selama satu minggu. Tentunya dengan kondisi demikian, pengaruh dari

aktivitas jasmani hasil belajar pada kegiatan intrakurikuler tidak akan berdampak

signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani karena untuk mencapai

derajat sehat dinamis ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Hal ini di jelaskan

oleh Giriwijoyo (2013:40) adalah sebagai berikut:

(13)

5

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

diselenggarakan 3-5x/minggu (minimal 2x/minggu) dengan rentang intensitas antara 60-80% dari denyut nadi maksimal (DNM).

Dengan demikian perlu adanya suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi

siswa untuk melakukan suatu aktivitas fisik yang berkonstribusi terhadap

peningkatan kebugaran jasmani. Salah satu kegiatan di sekolah dapat

diselenggarakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler

olahraga di SMP Negeri 2 Garawangi, khususnya mata pelajaran pendidikan

jasmani pada umumnya berupa aktivitas jasmani yang salah satunya berbentuk

olahraga permainan bola besar, sehingga dalam penyampaian materi pelajaran pun

dapat dilakukan melalui aktivitas bermain.

Permainan sepak bola merupakan primadona atau bisa dikatakan

merupakan olahraga permainan yang sangat diminati oleh sebagian besar siswa

SMP Negeri 2 Garawangi. Pembelajaran permainan sepak bola dapat menyalurkan

unsur hobi, bakat dan kegembiraan siswa, selain itu juga dapat meningkatkan

kebugaran jasmani. Dari setiap tingkatan kelas siswa laki-laki yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler sepak bola berjumlah seratus siswa ke atas, ini

menandakan bahwa animo terhadap sepak bola sangat besar. Sepak bola

merupakan permainan yang atraktif untuk itu diperlukan kemampuan gerak (motor

ability) agar dapat bermain dengan baik. Akan tetapi kemampuan gerak setiap individu akan sangat beragam. Aktivitas jasmani merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang memberikan tugas gerak yang harus dilakukan oleh setiap siswa

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas di sekolah. Ability adalah faktor

pendukung dalam keberhasilan suatu penampilan keterampilan motorik. Dengan

kata lain, ability merupakan faktor pembatas penampilan gerak seseorang, artinya

baik buruknya keterampilan motorik yang ditampilkan tergantung dari ability yang

dimiliki oleh seseorang. Tentunya setiap individu siswa mempunyai kemampuan

motorik yang berbeda, seperti yang dikemukakan oleh Schmidt (2000:27) bahwa:

(14)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

konsisten melampaui orang yang kedua di berbagai keadaan, kita dapat mengatakan dengan lebih percaya diri bahwa ada perbedaan individu dalam kemampuan dua orang itu.

Penelitian tentang perbedaan-perbedaan individual berkaitan dengan dua

hal. Pertama, ada masalah mendasar dalam mengidentifikasi kemampuan yang

berkontribusi terhadap perbedaan dalam kinerja keterampilan orang. Para

ilmuwan yang melakukan penelitian jenis ini berusaha untuk mengukur dan

menggambarkan kemampuan yang berbeda sebanyak mungkin. Kedua, ada

tantangan untuk memperkirakan atau memprediksi masa depan seseorang (atau

potensialnya) terhadap tingkat keterampilan di bidang olahraga, pekerjaan, atau

tugas sehari-hari tertentu berdasarkan kemampuannya.

Para ilmuwan yang mempelajari perbedaan individu dalam kinerja

manusia umumnya menggunakan pengertian dari kemampuan, yang didefinisikan

sebagai warisan yang relatif tahan lama, ciri-ciri yang stabil dari individu yang

mendasari atau yang mendukung berbagai jenis kegiatan atau keterampilan.

Kemampuan, untuk sebagian besar yang diperkirakan pada dasarnya ditentukan

secara genetis dan dimodifikasi oleh praktek atau pengalaman.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sepak bola

di sekolah perlu diterapkan sebuah model pembelajaran tertentu agar siswa dapat

termotivasi untuk bergerak bebas dan melakukan aktivitas fisik dengan suasana

yang menyenangkan dengan harapan dapat meningkatkan kebugaran jasmani

siswa. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khusus oleh guru.

Berkenaan dengan model pembelajaran Juliantine dkk. (2013:8) menjelaskan

bahwa:

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Selain itu dijelaskan pula bahwa model pembelajaran merupakan pola

(15)

7

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sebagai acuan pelaku pendidikan agar tercapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam

praktiknya, yang harus diingat adalah tidak ada model pembelajaran yang paling

tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, namun model pembelajaran

akan menjadi tepat jika memperhatikan kondisi siswa, sifat materi/bahan ajar,

fasilitas sarana dan prasarana, dan kondisi guru itu sendiri. Oleh karena, dengan

mengunakan suatu model pembelajaran yang sesuai, diharapkan kreativitas dan

keterampilan peserta didik dapat berkembang. Metzler (2000:161-365)

menjelaskan terdapat tujuh model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran pendidikan jasmani yaitu:

1. Model pembelajaran direct instruction 2. Model Pembelajaran Personal

3. Model Pembelajaran Kerjasama

4. Model Pembelajaran Pendidikan Olahraga 5. Model Pembelajaran Kelompok

6. Model Pembelajaran Inkuiri 7. Model Permainan Taktis

Kaitan kebugaran jasmani dengan dunia pendidikan dikembangkan

melalui pembelajaran yang terarah dan terencana melalui beberapa model

pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan karakteristik bahan pelajaran serta

kondisi peserta didik. Dalam suatu proses pembelajaran, biasanya seorang guru

akan menggunakan berbagai cara agar materi pembelajaran dapat dipahami dan

dikuasai oleh siswa dengan mudah. Untuk menyikapi permasalahan sesuai dengan

kondisi yang ada tersebut, maka diperlukan suatu pola atau model pembelajaran

yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

melaksanakan tugas gerak. Beberapa cara mengajar tentang

pemeliharaan/peningkatan kebugaran jasmani tersebut di antaranya dengan

menggunakan penerapan model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis.

Direct instruction memiliki karakteristik yang berpusat pada keputusan guru, dan guru langsung mengarahkan pola keterlibatannya untuk para siswa, guru

mempunyai tujuan yang jelas dalam pikirannya. Siswa diberikan model

pembelajaran dengan keterampilan gerak atau konsep yang diinginkan oleh guru

(16)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Guru menetapkan penambahan tingkat tanggapan atas apa yang dilakukan oleh

siswa pada setiap tugas atau ketrampilan siswa hanya di berikan beberapa

keputusan untuk melakukan dan kebanyakan hanya mengikuti guru di kelas juga

menjawab pertanyaan guru ketika ditanya. Tujuan dari model ini adalah utuk

menetapkan pengguanaan waktu pembelajaran yang paling efisien dan untuk

mengupayakan agar meningkatkan keterlibatan siswa dalam tugas praktik dan

ketrampilan yang lebih tinggi. Esensi dari model ini adalah untuk memberikan

siswa sebanyak mungkin praktik pengawasan sehingga guru dapat mengamati

usaha ini dan memberikan nilai yang tingggi, untuk tanggapan positif dan

perbaikan.

Isi unit dalam direct instruction adalah terbagi menjadi serangkaian ketrampilan kinerja dan pengetahuan, ini disempurnakan dalam tugas analisis,

setiap pengetahuan dan ketrampilan yang berisi satu set kinerja khusus bagi siswa

untuk berlatih dan belajar. Pola untuk proses pada pembelajaran direct instruction

terdiri dari beberapa tahapan, Roseshine (dalam Metzler, 2000:163)

menidentifikasi 6 tahapan dalam direct instruction, yaitu:

1. Mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya 2. Memberikan materi atau keterampilan baru 3. Praktik awal siswa

4. Tanggapan dan perbaikan 5. Latihan/praktik mandiri 6. Pengulangan secara periodik

Dasar pemikiran untuk direct instruction sedikit bersifat progresif, seperti

yang telah di ungkapkan Marine-Dershimer (dalam Metzler, 2000:165). Guru

membuat rencana yang jelas untuk satu seri latihan, kemudian guru memberikan

gambaran pada siswa dari hasil penampilan yang diinginkan yang kemudian

dilanjutkan kepada aktivitas pembelajaran. Setiap tugas pembelajaran harus di

tingkatkan penguasaan untuk membawa siswa lebih berkembang lagi. Salah satu

program untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui model ini yaitu dengan

ditingkatkannya aktivitas jasmani secara bertahap mealui latihan sepak bola dalam

ekstrakurikuler. Dengan meningkatnya aktivitas jasmani secara progresif akan

(17)

9

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Selain model pembelajaran direct instruction, dapat juga diterapkan model

permainan taktis. Salah satu kandungan terluas dalam program pendidikan

jasmani adalah belajar dan mengajar dalam olahraga yang berkaitan dengan

permainan. Model permainan taktis ini dinikmati para siswa dengan pengalaman

sebelumnya dan kemampuan dalam permainan yang diajarkan. Hal ini juga

memungkinkan bahwa model ini akan fokus terutama pada pengembangan

keterampilan dan untuk tingkat yang lebih rendah, strategi yang diperlukan untuk

memainkan permainan dengan baik. Siswa ingin bermain, mereka ingin berlatih

keterampilan permainan dalam latihan berulang-ulang jauh lebih sedikit, dan

seringkali akan menunjukkan resistensi besar ketika diarahkan untuk berlatih pada

keterampilan yang berlainan yang mereka anggap memiliki sedikit hubungannya

dengan penampilan permainan sebenarnya. Dalam hal ini Metzler (2000:340)

menjelaskan bahwa, “The Tactical Game model cleverly uses student interest in

the game structure to promote skill development and tactical knowledge needed

for competent game performance”.

Dalam permainan taktis, perencanaan guru merupakan rangkaian tugas

yang isinya menyerupai permainan untuk mengembangkan keterampilan dan

strategi siswa, tentunya merupakan modifikasi dari permainan yang

sesungguhnya. Penekanannya pada perkembangan pengetahuan yang

memfasilitasi pengaplikasian keterampilan dalam bentuk bagian kecil dalam

permainan sehingga siswa pada waktunya dapat mengaplikasikan kedalam

permainan yang sesungguhnya. Metzler (2000:340) mengatakan bahwa, “As the name indicates, the organizing center of The Tactical Game Model is tactics, the combination of strategy and skill needed to perform in game and game-like situations”.

Terdapat beberapa keuntungan dari penerapan model permainan taktis,

lebih lanjut Hoedaya (2001:16) menjelaskan keuntungan pembelajaran dengan

pendekatan taktis adalah:

1. Dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar dalam pendidikan jasmani.

(18)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Dapat menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas jasmani dan memahami manfaat keterlibatannya.

Model permainan taktis mempunyai beberapa tujuan spesifik, dalam hal

ini Tarigan (2001:7) menjelaskan tentang tujuan dari model permainan taktis

sebagai berikut:

1. Meningkatkan penguasaan kemampuan bermain sepak bola melalui keterkaitan antara taktik permainan dengan perkembangan keterampilan

2. Memberikan kesenangan kepada siswa dalam melakukan aktivitas latihan

3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam permainan

4. Meningkatkan kemampuan siswa untuk membuat keputusan yang tepat dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sedang berlangsung selalu berubah-ubah

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menikmati suasana latihan dengan penuh semangat dan menggairahkan serta tidak membosankan.

Dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan secara tidak langsung

siswa termotivasi untuk terlibat aktif dan larut dalam aktivitas jasmani walaupun

dengan intensitas dan kompleksitas yang tinggi. Oleh karena banyaknya aktivitas

yang dilakukan maka akan berdampak terhadap meningkatnya kebugaran jasmani

siswa.

Berdasarkan hasil penelitian Sallis at. al. (1997) mengatakan bahwa

meningkatnya aktivitas fisik siswa berdampak pada meningkatnya kebugaran

cardiorespiratory siswa. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kebugaran maka guru harus mampu memberikan pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa untuk siswa berlama-lama bergerak sampai

pembelajaran berakhir. Durasi gerak siswa tidaklah cukup tanpa disertai dengan

intensitas yang cukup (moderat) dalam melakukan aktivitas fisik. Intensitas

ditentukan dengan seberapa berat siswa melakukan aktivitas fisik yang dapat

diketahui dengan denyut nadi siswa selama mengikuti pembelajaran.

Menurut Ditjora (dalam Suherman, 2013:2) pada pidato pengukuhan Guru

(19)

11

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jasmani” mengatakan, kurang dari 20% warga negara Indonesia memiliki

kebugaran jasmani sedang ke atas. Artinya penelitian tersebut menjelaskan bahwa

lebih dari 80% warga negara Indonesia memiliki tingat kebugaran jasmani yang

rendah. Pada penelitian lain Brian at. al. (2006) mengatakan bahwa, anak yang

memiliki kemampuan motorik yang lebih tinggi mungkin lebih mudah untuk aktif

secara jasmani dan kemungkinan besar akan terlibat dalam aktifitas jasmani ketika

dibandingkan dengan teman-teman sebayanya yang memiliki kompetensi

keterampilan motorik yang lebih rendah. Anak-anak yang memiliki kemampuan

motorik yang rendah selanjutnya mungkin memilih gaya hidup yang lebih tidak

aktif untuk menghindari kesulitan-kesulitan gerakan. Hubungan banyak tidaknya

aktivitas jasmani yang dilakukan siswa akan berdampak terhadap tingkat

kebugaran jasmani. Berdasarkan kenyataan di lapangan selaras dengan teori yang

telah dijelaskan di atas bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 2

garawangi secara keseluruhan berada pada tingkat yang relatif rendah.

Dari penjelasan di atas maka diperlukan model pembelajaran yang

memberikan dampak kemauan siswa untuk bergerak secara aktif selama alokasi

waktu dengan intensitas yang cukup (moderat) sehingga akan berdampak terhadap

peningkatan kebugaran jasmani siswa. Hal ini akan tercapai apabila guru mampu

memanfaatkan alokasi waktu dengan optimal dan pembelajaran menyenangkan.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui kebermaknaan dari

penerapan kedua model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani dilihat berdasarkan motor ability siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang kedua model pembelajaran tersebut, karena sejauh

ini belum terbukti secara empiris mengenai penelitian yang mengungkapkan

tentang “Pengaruh Model Pembelajaran dan Motor Ability Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah

dalam penelitian ini dapat dapat dirumuskan sebagai berikut:

(20)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani? 2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability

terhadap tingkat kebugaran jasmani?

3. Manakah model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran

direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability tinggi terhadap kebugaran jasmani?

4. Manakah model pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran

direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran direct instruction

dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani.

2. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motor ability

terhadap tingkat kebugaran jasmani.

3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang lebih baik antara

model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability tinggi terhadap kebugaran jasmani.

4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang lebih baik antara

model pembelajaran direct instruction dengan model permainan taktis bagi siswa pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.

D. Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas,

diharapkan penelitian ini memberi kegunaan antara lain:

Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang baik. Adapun

manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang

berarti, informasi dan masukan dalam perencanaan serta pengembangan pada

(21)

13

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2. Secara Praktis

a. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi para guru pendidikan

jasmani di sekolah dasar dalam model pembelajaran terutama untuk

pengembangan hasil pembelajaran pendidikan jasmani siswa.

b. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan sampel dan populasi

yang lebih luas.

E. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

I. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Rumusan Masalah Penelitian

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Tesis

II. BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Teori-Teori Penelitian

B. Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

III. BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

B. Partisipan

C. Populasi dan Sampel

D. Instrumen Penelitian

E. Prosedur Penelitian

F. Analisis Data

IV. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan

B. Pembahasan

V. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

(22)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

(23)

41

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Tujuan metode eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan

sebab akibat dari perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok objek uji coba.

Selain itu, penulis ingin mengetahui perbedaan pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen

Maksum (2012:65) menjelaskan bahwa, “Penelitian eksperimen adalah penelitian

yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui sebab akibat diantara variable”.

Sedangkan Arikunto (2002:4) menjelaskan bahwa:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kasual) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat digambarkan bahwa

metode eksperimen digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian

eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat

dari perlakuan atau treatment. Selain itu juga metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki

sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil dari hipotesis yang diajukan.

Jadi dalam metode eksperimen harus ada faktor yang dicobakan, dalam penelitian

ini faktor yang dicobakan dan merupakan variabel bebas adalah model permainan

taktis dan model pembelajaran direct instruction.

Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan

desain, disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin

diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, maka penulis menggunakan Faktorial design sebagai desain penelitian. Untuk mendapatkan data hasil latihan selama satu setengah bulan, maka dilakukan tes akhir. Setelah data tes akhir terkumpul

(24)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

maka data tersebut disusun, diolah dan dianalisis secara statistik. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui prestasi atau hasil perlakuan dan perbedaannya. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen Faktorial 2 x 2 Anava dua arah

(Supardi, 2014:350) dengan model permasalahan sebagai berikut:

Model Pembelajaran

Motor Ability

Model Pembelajaran

Direct Instruction (A1)

Model permainan

taktis (A2)

Tinggi B1 A1B1 A2B1

Rendah B2 A1B2 A2B2

Bagan 3.1

Desain Penelitian

Keterangan:

A = Model Pembelajaran

A1 = Model Pembelajaran Direct Instruction

A2 = Model permainan taktis

B = Motor Ability (MA)

B1 = Motor Ability Tinggi

B2 = Motor Ability Rendah

A1B1 = Perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran direct instruction

kelompok motor ability tinggi

A2B1 = Perlakuan atau treatment berupa model permainan taktis

kelompok motor ability tinggi

A1B2 = Perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran Direct

Instruction kelompok motor ability rendah

A2B2 = Perlakuan atau treatment berupa model permainan taktis

kelompok motor ability rendah

B. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Garawangi

yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Jumlah seluruh partisipan

(25)

43

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sebanyak 40 siswa. Karakteristik partisipan yang spesifik bisa dilihat berdasarkan

kriteria di bawah ini:

1) Seluruh partisipan yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak

bola

2) Partisipan yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola seluruhnya berjenis

kelamin laki-laki

3) Usia partisipan antara 13 – 15 tahun

4) Partisipan memiliki tingkat motor ability yang heterogen

5) Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola berada pada tingkat

kebugaran jasmani sedang ke bawah.

Atas dasar kriteria tersebut maka penulis ingin meneliti lebih jauh tentang

pengaruh penerapan model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.

C. Populasi dan Sampel

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan sumber data yang

disebut populasi dan sampel penelitian. Populasi dapat diartikan sebagai objek

penelitian, menurut Arikunto (2002:102) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah

keseluruhan objek penelitian sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah

meneliti sebagian dari populasi.” Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola yaitu dari kelas VII, VIII, dan IX

SMP Negeri 2 Garawangi – Kabupaten Kuningan tahun ajaran 2014/2015

berjumlah 113 siswa.

Sedangkan sampel merupakan sebagian dari anggota populasi. Sugiyono

(2013:118) menjelaskan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak

bola. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013:120) menjelaskan bahwa:

(26)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yang ada dalam populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara pengundian. Semua

anggota populasi namanya ditulis dalam kertas kecil, kemudian digulung, dan

dimasukkan ke dalam sebuah gelas. Keluarkan satu persatu sebanyak 40 sampel

yang dibutuhkan dalam penelitian. Dari jumlah anggota sampel yang telah terpilih

kemudian dilakukan tes awal untuk mengetahui tingkat motor ability. Dari hasil ini diranking mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah. Untuk kelompok

motor ability tinggi diambil dari ranking 1 sampai 20 dan untuk motor ability rendah diambil dari rangking 21 sampai 40. Setelah diketahui tingkat motor ability langkah selanjutnya adalah sampel melakukan tes awal kebugaran jasmani

dengan menggunakan TKJI. Dari rangking 1 sampai 20 sampel yang memiliki

motor ability tinggi tersebut dibagi 2 kelompok masing-masing 10 siswa untuk

model pembelajaran direct instruction dan 10 siswa untuk kelompok model permainan taktis. Pengambilan sampel untuk tiap kelompok dilakukan secara

random.

Begitupun dari rangking 21 sampai 40 sampel yang memiliki motor ability

rendah tersebut dibagi 2 kelompok masing-masing 10 siswa untuk model

pembelajaran direct instruction dan 10 siswa untuk kelompok model permainan taktis. Pengambilan sampel untuk tiap kelompok dilakukan secara random.

D. Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran yang

meliputi:

1. Tes kemampuan motor ability dengan Barrow Motor Ability Test dari Nurhasan (2007:130) terdiri dari:

a. Standing broad jump b. Softball throw c. Zig-zag run d. Wall pass

(27)

45

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu f. Lari cepat 50 meter

Rumus penyekoran :

2. Tes Kebugaran Jasmani menggunakan TKJI untuk SMP dari Nurhasan

(2007:119) antara lain adalah:

Tujuan : Untuk mengukur kemampuan fisik siswa dan menentukan

tingkat kesegaran jasmani siswa Sekolah Menengah Pertama

putra dan putri, serta remaja yang seusia.

Butir-butir tesnya, terdiri dari:

1. Tes lari cepat 50 meter

2. Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra)

3. Tes baring duduk 60 detik

4. Tes loncat tegak

[image:27.595.116.518.453.542.2]

5. Tes lari jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra)

Tabel 3.1

Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia

No Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22 – 25 Baik Sekali (BS) 2 18 – 21 Baik (B) 3 14 – 17 Sedang (S) 4 10 – 13 Kurang (K) 5 5 – 9 Kurang Sekali (KS)

Tabel 3.2

Tabel Reliabilitas dan Validitas Kesegaran Jasmani Indonesia

Tingkat Sekolah Reliabilitas Validitas

Sekolah Menengah Pertama 0,96 0,95

E. Prosedur Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan desain factorial 2 x 2, dan

analisis data yang digunakan Anava dua arah (Supardi, 2014:350), dikarenakan

(28)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terdiri dari dua variable, (1 variabel bebas dan 1 variabel atribut). Model

pembelajaran merupakan variable bebas, dan motor ability merupakan variable atribut. Untuk lebih jelas memahami alur penelitian dapat di lihat pada bagan di

bawah ini:

Perlakuan atau eksperimen dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 15

kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu Senin,

Selasa dan Kamis pukul 15.00 – 17.00 WIB. Kelompok model pembelajaran

direct instruction melaksanakan pembelajaran pada pukul 15.00 – 16.00, sedangkan model permainan taktis pukul 16.00 – 17.00 WIB. Waktu pelaksanaan

SAMPEL

MOTOR ABILITY

KELOMPOK TINGGI

PENGOLAHAN DAN ANALISIS

KESIMPULAN POPULASI

TES AWAL MOTOR ABILITY

KELOMPOK RENDAH

TES AWAL MOTOR ABILITY

PERLAKUAN/TRETMENT MP.

DIRECT DAN MP. TAKTIS

TES AKHIR KEBUGARAN JASMANI TES AKHIR KEBUGARAN JASMANI PERLAKUAN/TRETMENT MP.

DIRECT DAN MP. TAKTIS

(29)

47

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mulai tanggal 30 Maret – 30 April 2015. Tempat latihan di lapangan sepak bola

Kecamatan Garawangi – Kabupaten Kuningan. Hal ini didasarkan pendapat

Sajoto (1990:48) bahwa: “Latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi

kelelahan yang kronis.” Mengenai jangka waktu lamanya latihan, Kosasih (1993: 28) mengatakan bahwa: “Sebaiknya berlatih paling sedikit tiga kali seminggu.”

Dalam prosedur penelitian harus dirumuskan berdasarkan hipotesis statistik

sebagai berikut:

1. Hipotesis main effect

H0 : µ A1 = µ A2

HA : µ A1 ≠ µ A2

2. Hipotesis interaction effect

H0 = Interaksi A X B = 0

HA= Interaksi A X B ≠ 0

3. Hipotesis simple effect

a. H0 : µ A1B1 ≤ µ A2B1

HA : µ A1B1> µ A2B1

b. H0 :µ A1B2 ≤ µ A2B2

HA :µ A1B1 > µ A2B2

Keterangan:

µ = Nilai rata-rata

A1 = Model Pembelajaran Direct Instruction

A2 = Model permainan taktis

B1 = Motor Ability Tinggi

B2 = Motor Ability Rendah

F. Teknik Analisis Data

a. Uji Persyaratan Analisis

Uji prasyarat analisis digunakan untuk mengetahui apakah analisis data

untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat analisis

(30)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

anova dua jalur (Two Way ANOVA) untuk menguji hipotesis yang telah

dirumuskan. Keputusan hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil

analisis dengan kriteria uji dari masing-masing jenis pengujian.

1) Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian berdistribusi normal, dapat

dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov. Caranya adalah

menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

Ho : data tidak terdistribusi secara normal. H1 : data terdistribusi secara normal.

Dasar dari pengambilan keputusan di atas kemudian dihitung

menggunakan program SPSS 16.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2 - tiled ) , nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan adalah:

(1). Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.

(2). Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1 diterima dengan artian bahwa data terdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang dapat digunakan jika masing-masing variabel

berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel

atau lebih memiliki varian yang sama. Terlebih dulu mempertimbangkan hipotesis

pengujiananya, yaitu:

H0 : Kedua sampel mempunyai variansi sama H1 : Kedua sampel mempunyai variansi berbeda

Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi

univariate pada program komputer. Menurut Sudjana (2005: 250), kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilai sig < α (0,05) atau Fhitung > Ftabel maka data

dari perlakuan yang diberikan tidak homogen, (2) jika nilai sig > α (0,05) atau Fhitung≤ Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan adalah homogen.

(31)

49

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 X 2, maka digunakanlah

analisis varians dua arah (Two Way ANAVA), yaitu cara yang digunakan untuk

menguji perbedaan variansi dua variabel atau lebih. Unsur utama dalam analisis

variansi adalah variansi antar kelompok dan variansi di dalam kelompok. Variansi

antar kelompok dapat dikatakan sebagai pembilang dan variansi di dalam

kelompok sebagai penyebut.

Menurut Supardi (2014:349) Dalam ANAVA dua jalur, ada 3 jenis

hipotesis penelitian yang perlu di uji yaitu:

(1) Hipotesis main effect

Hipotesis main effect yaitu: hipotesis tentang pengaruh variable treatment (X1)

terhadap variable terikat.

(2) Hipotesis interaction effect

Hipotesis interaction effect hanya ada satu buah, yaitu hipotesis dari pengaruh

interaksi variable treatment (X1) dengan variable atribut (X2) terhadap variable

terikat.

(3) Hipotesis simple effect

Hipotesis simple effect tergantung banyaknya kelompok data atau teori dari variable atribut, karena hipotesis ini merupakan hipotesis yang

membandingkan antar 2 kelompok data. Untuk desain eksperimen 2 X 2,

banyaknya hipotsis simple effect maksimal 4 buah. Analisis simple effect merupakan uji lanjut dari hipotesis pengaruh interaksi (interaction effect).

Oleh karenanya, jika dalam pengujian hipotesis pengaruh interaksi tidak teruji

secara signifikan, maka analisis simple effect disarankan tidak perlu dilakukan/dilanjutkan.

Tahapan-tahapan yang diambil dalam pengujian menggunakan ANOVA adalah:

(1) Hipotesis main effect

Hipotesis pertama

(32)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Ha : Terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani.

Kriteria Uji:

Jika nilai Sig. > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani. Kemudian jika Sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat perbedaan pengaruh

antara model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis terhadap tingkat kebugaran jasmani (Ghozali, 2013: 84).

(2) Hipotesis interaction effect

Hipotesis kedua

H0 : Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.

HA : Terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.

Kriteria uji:

Jika nilai Sig. interaksi Model Pembelajaran * Motor Ability > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa. Kemudian jika Sig. <

0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat interaksi model

pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa

(Ghozali, 2013:84).

(3) Hipotesis simple effect

Hipotesis ketiga

Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata skor variable terikat

antara dua kelompok data/sampel dan merupakan pengujian hipotesis simple effect. Uji lanjut simple effect dapat dilakukan dengan menggunakan uji Tukey. dalam eksperimen dengan desain factorial 2 X 2, maksimal ada 4

hipotesis simple effect yang perlu di uji akan tetapi dalam penelitian ini hanya

(33)

51

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu (a) Hipotesis antara A1B1 dengan A2B1

H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat

motor ability tinggi.

Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi.

Langkah-langkah Uji Tukey:

(1) � = � −11 � 21

�2 �

n = banyaknya sampel dalam satu kelompok

s = varian dalam kelompok

(2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)

Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan

k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)

(3) Kriteria uji:

Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt

Tolak Ha jika (terima H0) jika Qh < Qt (Supardi, 2014: 357).

Hipotesis keempat

(b) Hipotesis antara A1B2 dengan A2B2

H0 : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih lebih kecil/sama dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat

motor ability rendah.

Ha : Tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction lebih lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model permainan taktis pada tingkat motor ability rendah.

(34)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu (1) � = � −12 � 22

�2 �

n = banyaknya sampel dalam satu kelompok

s = varian dalam kelompok

(2) Menetukan nilai Qtabel (Qt)

Untuk α = 0,05 ; n = banyaknya data/sampel satu kelompok dan

k = banyaknya kelompok data Qt = Q (0,05;k;n)

(3) Kriteria uji:

Tolak H0 jika (terima Ha) jika Qh > Qt

(35)

62

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari

hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis memberikan pengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani.

2. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motor ability terhadap tingkat kebugaran jasmani.

3. Model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis pada tingkat motor ability tinggi memberikan hasil yang sebanding terhadap kebugaran jasmani.

4. Model pembelajaran direct instruction lebih baik dibandingkan dengan model

permainan taktis pada tingkat motor ability rendah terhadap kebugaran jasmani.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para guru pendidikan jasmani, pembina atau pelatih ekstrakurikuler

sepak bola khususnya dan pembaca umumnya, dalam proses pembelajaran

sepak bola untuk meningkatkan kebugaran jasmani salah satunya dengan

menerapkan model pembelajaran direct instruction dan model permainan taktis, karena terbukti secara empiris dapat memberikan konstribusi yang

signifikan.

2. Bagi siswa yang memiliki motor ability rendah model direct instruction memberikan alternatif dalam meningkatkan aktivitas jasmani dalam

permainan sepak bola sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan

(36)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Bagi lembaga sekolah SMP Negeri 2 Garawangi dapat dijadikan sebagai

masukan bahwa untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dapat

diterapkan suatu model pembelajaran direct instruction dan model permainan

taktis

4. Kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian

selanjutnya tentang kebugaran jasmani, perlu dengan populasi dan sampel

(37)

64

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Allatief, Achmad dkk. (2004). Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brian, H. at. al. (2006). The Relationship Between Motor Proficiency and Physical

Activity in Children. Official journal of the American Academy of Pediatrics, hlm.1758-1765

Giriwijoyo, S. (2013). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Gozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Undip

Hadiana. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Potensi Akademik Terhadap

Penguasaan Sepak Bola Modifikasi. Bandung: Skripsi UPI

Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. Jakarta: Depdiknas.

Juliantine dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI

Kosasih, Engkos (1993). Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Jakarta: CV.

Akademika Pressindo.

Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI

Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press

Metzler, Michael. W. (2000). Instructional Models For Physical Education. United States of America: A Person Education Company.

Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.

(38)

Oman Hadiana, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sallis, James F. at. al. (1997). The Effects of a 2-Year Physical Education Program (SPARK) on Physical Activity amd Fitness in Elementary School Students. American Journal of Public Health Agustus 1997, Vo. 87, No. 8. Didapat dari Materi Pra-Perkuliahan Semester Ganjil Tahun

Akademik 2013/2014 Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Olahraga.

Samodra, Touvan. (2010). Model Pembelajaran Direct Teaching dan Sport

Education Model. Kalimantan: Jurnal Universitas Tanjung Pura Kalimantan Barat.

Schmidt Richard. (2000). Motor learning and Performance. University of California, Los Angeles: Human Kinetics

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jamani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika

Suherman, Adang. (2013). Membangun Kualitas Hidup Bangsa Melalui Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI Bandung

Sukintaka. (1991). Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud.

Supardi. (2014). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Prima Ufuk Semesta

Suroso, Adhy dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran dan Motorik Dasar Terhadap Hasil Belajar Penjasorkes Bagi Peserta Didik Sekolah Dasar

Kelas Awal. Journal of Physical Education and Sports,JPES 1 (2)hlm. 187 – 192. Semarang: Unes

Syarifudin. (1997). Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepak Bola: Konsep dan Metode. Jakarta: Depdikanas.

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Rounders dan Permainan Kasti Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa. Pembimbing I: Drs. Pembimbing II: Arif Wahyudi, S. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh siswa yang

Pengaruh Kebugaran Jasmani Terhadap Proses Pembelajaran Dan Dampaknya Kepada Prestasi Akademik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

Dari hasil penelitian tentang perbandingan kebugaran jasmani, dapat diketahui bahwa tingkat kebugaran jasmani antara siswa kelas X SMAN 1 Mojosari, MAN Mojosari, dan SMKN 1

Rata-rata tingkat kebugaran jasmani terhadap aktivitas fisik dengan menggunakan intrumen bleep test siswa SMPN 2 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu adalah Bleep test maksimal siswa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran permainan hoki terhadap kebugaran jasmani dan kepercayaan diri siswa SMA Negeri 26 Garut. Metode

Dapat dikatakan bahwa lebih dari 50% mahasiswa program studi pendidikan jasmani memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang baik.. Mahasiswa perlu mengatur pola

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan perangkat lunak SPSS, peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan tingkat konsentrasi

Tingkat Kebugaran Jasmani Murid SD Inpres Bertingkat Mamajang IV Deskripsi data hasil penelitian mengenai tingkat kebugaran jasmani murid SD Inpres Mamajang IV diperoleh nilai Range =