• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESUAIAN ANTAR KOMPONEN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA BALI :Studi Evaluatif dengan Pendekatan Stake’s Countenance di MTs Kelas VII Provinsi Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESESUAIAN ANTAR KOMPONEN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA BALI :Studi Evaluatif dengan Pendekatan Stake’s Countenance di MTs Kelas VII Provinsi Bali."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GRAFIK... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... ………... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Batasan Masalah... 11

D. Definisi Istilah... 12

E. Tujuan Penelitian... 13

F. Pertanyaan Penelitian... 15

G. Manfaat Penelitian... 15

(2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL

17

A. Kurikulum Muatan Lokal... 17

1. Landasan Hukum Muatan Lokal... 17

2. Tujuan Muatan Lokal... 20

3. Pengertian Muatan Lokal... 21

4. Kedudukan Muatan Lokal... 22

5. Ruang Lingkup Muatan Lokal... 22

B. Hakikat Pembelajaran... 26

1. Definisi Pembelajaran... 26

2. Berbagai Teori Belajar... 28

3. Tujuan Belajar dan Pembelajaran... 31

4. Perkembangan Bahasa... 32

5. Proses Pembelajaran Bahasa... 37

C. Evaluasi Kurikulum dan Model Evaluasi Stake’s Countenance... 47

1. Pengertian Evaluasi Kurikulum... 47

2. Tujuan Evaluasi Kurikulum... 50

3. Fungsi Evaluasi Kurikulum... 52

4. Jenis Evaluasi Kurikulum... 53

4.1.Jenis Evaluasi Berdasarkan Bentuk Evaluan... 53

4.2.Jenis Evaluasi Kurikulum Berdasarakan Posisi Evaluator... 57

4.3.Jenis Evaluasi Berdasarkan Metodologi yang Digunakan... 58

5. Pengertian Model Evaluasi Stake’s Countenance... 60

5.1.Matriks Deskripsi... 64

5.2.Matriks Pertimbangan... 66

5.3.Keseluruhan Konsep Stake’s Countenance... 70

D. Kesesuaian Program, Proses dan Perencanaan Pembelajaran... 72

1. Definisi Program Pembelajaran... 72

2. Kesesuaian Proses Pembelajaran... 73

(3)

2.1.Pengertian Kesesuaian Proses Pembelajaran... 73

2.2.Landasan Konsep Pembelajaran... 75

3. Kesesuaian Perencanaan Pembelajaran... 77

3.1.Pengembangan Silabus... 77

3.2.Pengembangan Rencana Pelaksanaann Pembelajaran (RPP)... 85

E. Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan... 90

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 94

A. Metode Penelitian... 94

1. Pelaksanaan Penelitian Evaluasi ... 94

2. Model Evaluasi Stake’s Countenance... 102

B. Sumber Data Penelitian... 103

C. Teknik Pengumpulan Data... 106

1. Kuesioner... 106

2. Uji-t... 108

3. Studi Dokumen... 109

4. Observasi ... 110

5. Wawancara... 110

D. Teknik Analisa Data... 114

1. Pendekatan Campuran (Mix Approach) ... 114

2. Tabulasi Data... 116

3. Pengolahan/ Analisis Data... 117

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 120

A. Profil Madrasah Tsanawiyah (MTs)... 120

1. MTsN Amlapura... 120

2. MTsN Mendoyo... 123

3. MTsN Patas... 125

4. MTs Mifathul Ulum... 127

(4)

B. Deskripsi Data... 129

1. Hasil Kuesioner Siswa di MTsN Amlapura... 130

2. Hasil Kuesioner Siswa di MTsN Mendoyo... 132

3. Hasil Kuesioner Siswa di MTsN Patas... 134

4. Hasil Kuesioner Siswa di MTs Miftahul Ulum... 137

5. Hasil Kuesioner Siswa di 4 MTs... 139

C. Analisis Data... 164

1. Hasil Kuesioner Siswa di 4 MTs... 164

2. Hasil Kuesioner Guru di 4 MTs... 168

3. Hasil Kuesioner Kepala Madrasah di 4 MTs... 182

4. Studi Dokumen... 189

a. Guru Bahasa Bali MTsN Amlapura... 189

b. Guru Bahasa Bali MTsN Mendoyo... 197

c. Guru Bahasa Bali MTsN Patas... 203

d. Guru Bahasa Bali MTs Miftahul Ulum... 211

D. Pembahasan... 217

BAB V PENUTUP... 261

A. Simpulan... 261

B. Rekomendasi... 263

DAFTAR PUSTAKA... 267

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 271

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda, namun keduanya merupakan sesuatu yang berpadu. Satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan dalam aktivitas pendidikan di madrasah/sekolah. Kedua konsep tersebut bisa diibaratkan keberadaan dua sisi dari satu mata uang. Satu sisi akan berarti dan berfungsi jika ada sisi lainnya.

Belajar adalah proses aktif individu dalam mereaksi lingkungan, sehingga terjadi perubahan pada individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, belajar bisa dikatakan sebagai perubahan yang terjadi pada seseorang karena adanya pengalaman atau berinteraksi dengan lingkungan. Belajar merupakan proses aktif. Hasil dari belajar adalah adanya perubahan pada diri seseorang, baik dalam hal kognitif, afektif maupun psikomotor, atau gabungan dari ketiganya sekaligus. Inti dari belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Dengan demikian, orang yang belajar adalah orang yang berupaya untuk mengubah tingkah lakunya dengan cara mengadakan interaksi dan mereaksi terhadap lingkungan. Lingkungan di sini adalah lingkungan dalam pengertian yang luas, yaitu segala sesuatu yang ada di luar diri individu yang melakukan belajar. Proses belajar yang efektif dan menyenangkan dapat meningkatkan gairah

(6)

belajar siswa serta meningkatkan kreativitas guru untuk menemukan metode-metode pengajaran baru yang dapat membangkitkan antusiasme belajar.

Pembelajaran adalah upaya aktif yang dilakukan oleh seseorang, dalam hal pendidikan adalah guru, yang ditujukan agar terjadi belajar pada siswa. Upaya aktif yang dilakukan oleh guru ini dimaksudkan agar proses belajar yang terjadi pada diri siswa bisa terarah dan sistematis, sehingga proses dan hasil belajarnya bisa efektif dan efisien dibandingkan jika belajar siswa itu dilakukan tanpa intervensi guru.

Dalam pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting bagi terjadinya proses belajar pada siswa. Tugas dan tanggung jawab utama guru dalam pembelajaran secara garis besarnya meliputi membuat perencanaan, melakukan pembelajaran, serta melakukan penilaian hasil pembelajaran.

Mulyasa (2006:96) mengatakan proses pembelajaran terdiri dari tiga tahapan. Pertama, dimulai dengan tahapan persiapan untuk mengembangkan kompetensi dasar, indikator hasil belajar, dan materi sedemikian rupa. Untuk membuat persiapan mengajar yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah/madrasah, tujuan mata pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat peserta didik, isi kurikulum dan unit-unit pelajaran yang disediakan dalam bentuk mata pelajaran, serta teknik-teknik pembelajaran jangka pendek.

Kedua, mengembangkan materi standar dan menentukan metode. Guru

(7)

perkembangan zaman, minat, kemampuan, dan perkembangan peserta didik. Dan ketiga adalah penilaian/hasil. Penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi, baik proses maupun hasilnya.

Semua tahapan tersebut di atas telah termanefestasikan dalam standar nasional pendidikan, yaitu standar proses. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran.

(8)

belajar, dan penilaian hasil belajar; (e) pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pembelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal jumlah peserta didik per pendidik; (f) pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis; (g) penilaian hasil pembelajaran menggunakan berbagai teknik penilaian, dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perorangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai; (h) untuk mata pelajaran selain kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan dalam satu semester; dan (i) pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

Perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan secara profesional oleh guru diharapkan mampu menciptakan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini pun yang diharapkan tercipta dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali di MTs.

(9)

sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional (Rusman, 2008:287).

Jenis muatan lokal yang dikembangkan memiliki ciri khas dan potensi daerah. Maka, mata pelajaran muatan lokal meliputi cakupan: Budaya Lokal, Keterampilan Wirausaha/Keterampilan Pra-vokasional, Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal lain. Pada akhirnya dari ketiga lingkup tersebut bersinergi membentuk kecakapan hidup (life skill) yang dimiliki peserta didik. Dan mata pelajaran bahasa daerah merupakan salah satu dari ruang lingkup budaya lokal (Depdiknas, 2007).

Agar peserta didik memiliki nilai-nilai budaya lokal yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat di tempat di mana siswa berada. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal itu Madrasah Tsanawiyah menyelenggarakan muatan lokal berbasis budaya lokal.

(10)

Menurut Depdiknas (2006), tujuan muatan lokal adalah untuk: (1) mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan

budayanya; (2) memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; (3) memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional; (4) menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta dapat membantu mencari pemecahannya; dan (5) memiliki keterampilan khusus yang dapat menciptakan lapangan kerja.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa secara khusus penerapan muatan lokal bertujuan agar siswa: (1) Mengenal dan menjadi akrab dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budayanya; (2) Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; dan (3) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

(11)

proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali yang sistematis dan rinci sangat memudahkan guru dalam implementasinya.

Berdasarkan hasil studi awal peneliti di MTs Provinsi Bali diperoleh fakta bahwa guru masih menemui kesulitan dalam mengembangkan dan merumuskan silabus. Masih terbatasnya pelatihan tentang pengembangan perangkat pembelajaran, menyebabkan guru masih belum mampu mengembangkan silabus dan RPP sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan. Selain itu penyediaan alokasi waktu untuk muatan lokal Bahasa Bali hanya 1 x 40 menit, sedangkan materi yang akan disajikan banyak. Kemudian dari penyediaan buku-buku pelajaran Bahasa Bali, buku-buku pendukung Bahasa Bali, kamus-kamus berbahasa Bali-Indonesia, serta media pembelajaran masih jauh dari yang diharapkan.

Peneliti pun menemukan fakta di lapangan, bahwasanya guru yang mengajar Bahasa Bali bukanlah berkualifikasi pendidikan Bahasa Bali. Guru-guru yang mengajar karena mereka memang kelahiran Bali atau mereka memiliki kemampuan berbahasa Bali yang lebih dibandingkan guru-guru lainnya. Fakta lapangan lainnya yang peneliti temukan juga dari siswa MTs. Sebagian besar siswa MTs Bahasa Bali bukanlah bahasa ibu mereka. Mereka di rumah menggunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Sasak, Bahasa Jawa bahkan ada yang berbahasa Madura juga. Bahasa Bali sering mereka dengar di lingkungan mereka, tapi mereka sendiri tidak menggunakannya dalam pergaulan sehari-hari.

(12)

sulit untuk menerapkan Bahasa Bali dan prestise Bahasa Bali masih kurang baik dibandingkan dengan Bahasa Arab atau Bahasa Inggris, padahal kompetensi berbahasa Bali mengandung arti mengerti kaidah-kaidah dan makna kata-kata yang dipakai. Kompetensi bahasa berupa mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Tetapi, di samping aspek kompetensi kaidah-kaidah bahasa masih ada unsur-unsur non bahasa, seperti konteks serta situasi yang menyertai kompetensi bahasa. Pelaksanaan kompetensi bahasa beserta unsur-unsur non bahasa di dalam konteks komunikasi secara baik dan benar disebut performansi komunikasi. Kompetensi bahasa dan performansi komunikasi merupakan tujuan pokok pengajaran bahasa. Selanjutnya, komunikasi siswa dapat ditingkatkan dengan pemahaman mendalam tentang unsur non bahasa yang membentuk kompetensi bahasa dalam performansi interaksi komunikasi siswa.

Kesesuaian pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut yaitu: (1) tahapan perencanaan (antecedents) yang berupa perencanaan pembelajaran yang memuat tujuan, materi, metode dan media serta evaluasi pembelajaran (yang berbentuk silabus dan RPP); (2) tahapan proses (transactions) yang meliputi: strategi pendukung, strategi pembelajaran, dan materi/isi pembelajaran; dan (3) tahapan hasil (outcomes) mencakup perkembangan pengetahuan, perkembangan sikap, dan perkembangan keterampilan.

(13)

dilakukan dengan cara: (1) mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah; (2) menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal; (3) mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal serta menentukan mata pelajaran muatan lokal; serta (4) mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar beserta silabusnya (Muhaimin, 2007:95).

Dari permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian guna menilai dan mengevaluasi secara mendalam terhadap Kesesuaian Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali pada jenjang MTs di Provinsi Bali. Peneliti ingin mengevaluasi kesesuaian antara perencanaan yang telah dirumuskan oleh guru dapat tercapai, proses belajar mengajar yang terjadi di kelas dilakukan sudah tepat, serta hasil yang diharapkan telah berhasil mencapai sasaran.

B. RUMUSAN MASALAH

Berangkat dari latar belakang masalah, maka masalah penelitian ini menitikberatkan pada kesesuaian pembelajaran yaitu sejauhmanakah kesesuaian proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali yang ditinjau dari tahapan-tahapan perencanaan (antecedents), proses (transactions), dan hasil (outcomes).

(14)

Gambar 1.1 Cara Kerja Stake’s Countenance

Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali di Madrasah Tsanawiyah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain memuat mata pelajaran, juga memuat Muatan Lokal yang wajib diberikan pada semua tingkat Satuan Pendidikan. Bahasa Bali, sebagai mata pelajaran yang baru dilaksanakan, belum ada laporan hasil evaluasi untuk melihat kesesuaian pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali tersebut dengan tahapan-tahapan tersebut.

contingency empirik

Antecedents yang

diharapkan

Proses (Transactions) yang diharapkan

Hasil (outcomes) yang diharapkan

Antecedents yang teramati

Proses (Transactions) yang teramati

Hasil (outcomes) yang teramati

Contingency logis Contingency empirik

Contingency empirik Contingency logis

congruence

congruence

(15)

Rumusan permasalahan mencakup pada persoalan esensial yang berhubungan langsung dengan pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali yang meliputi: perencanaan (antecedents), proses (transactions), dan hasil (outcomes). Adapun rumusan permasalahan pada (1) tahapan perencanaan (antecedents) yang berupa rencana pembelajaran (silabus dan RPP); (2) tahapan proses (transactions) yang meliputi: strategi pendukung, strategi pembelajaran, dan materi/isi pembelajaran; dan (3) tahapan hasil belajar siswa (outcomes) mencakup perkembangan pengetahuan, perkembangan sikap, dan perkembangan keterampilan siswa.

C. BATASAN MASALAH

Penelitian evaluasi ini hanya mengevaluasi kesesuaian pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali di MTs Kelas VII Provinsi Bali dilihat dari tahapan-tahapan perencanaan (antecedents), proses (transactions) dan hasil (outcomes). Adapun pada tahapan perencanaan (antecedents), peneliti memfokuskan pada rencana pembelajaran yang berupa silabus dan RPP; sedangkan pada tahapan proses (transactions) meliputi strategi pendukung, strategi pembelajaran, dan materi/isi pembelajaran; dan selanjutnya pada tahapan hasil belajar siswa (outcomes) mencakup perkembangan pengetahuan, perkembangan sikap, dan perkembangan keterampilan siswa.

(16)

Miftahul Ulum di Kota Denpasar, kemudian pada perencanaan guru Bahasa Bali (silabus dan RPP), pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, dan kemudian penilaian hasil belajar siswa.

D. DEFINISI ISTILAH

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang ganda, pendefinisian istilah meliputi tiga point berikut:

Pertama, hakikat belajar dan pembelajaran. Apakah yang dimaksud

dengan belajar dan mengajar dan bagaimana mereka berinteraksi? Brown (2000: 7) menyarankan untuk mempertimbangkan kembali beberapa definisi tradisional. Kamus ‘masa kini’ mengungkapkan bahwa belajar adalah pemerolehan pengetahuan, (acquiring or getting of knowledge of a subject or a skill by study, experience, or instruction). Menurut Kimble dan Garmezy (Brown, 2000: 7) ,

“Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of reinforced practice”. Demikian pula, mengajar, yang dinyatakan secara

tidak langsung dalam definisi belajar pertama, dapat didefinisikan sebagai “showing or helping someone to learn how to do something, giving instructions, guiding in the study of something, providing with knowledge, causing to know or

understand (Brown, 2000: 7).”

(17)

pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.

Ketiga, model evaluasi yang digunakan adalah Stake’s Countenance. Stake

mengidentifikasi 3 (tiga) tahapan dari evaluasi proses pembelajaran: (1) tahapan perencanaan (antecedents) yaitu keadaan sebelum suatu kegiatan berlangsung; (2) tahapan proses (transactions) adalah ketika kegiatan kelas berlangsung; dan (3) tahapan hasil (outcomes) yaitu berhubungan dengan berbagai bentuk hasil belajar.

Keempat, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sederajat dengan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) adalah madrasah terpadu yang merupakan lembaga pendidikan lanjutan tingkat pertama yang berciri khas agama Islam dan budaya lingkungan yang sehat untuk menyiapkan generasi yang cerdas dan kompetitif di bidang IPTEK dan IMTAQ.

E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

(18)

Bahasa Bali. Selain itu penelitian evaluasi juga mengevaluasi komponen-komponen perencanaan (antecedents), proses pelaksanaan (transactions), dan hasil (outcomes) yang mempengaruhi pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali.

2. Tujuan Khusus

Penelitian evaluasi ini memiliki 6 (enam) tujuan khusus yakni untuk mengevaluasi:

1. Kesesuaian antara perencanaan yang diharapkan (intended antecedents) dengan perencanaan yang teramati (observed antecedents).

2. Kesesuaian antara proses yang diharapkan (intended transactions) dengan proses yang teramati (observed transactions).

3. Kesesuaian antara hasil yang diharapkan (intended outcomes) dengan hasil yang teramati (observed outcomes).

4. Kesesuaian antara perencanaan yang teramati (observed transactions) dengan pelaksanaan yang teramati (observed transactions) terhadap pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali.

5. Kesesuaian antara pelaksanaan yang teramati (observed transactions) dengan hasil yang teramati (observed outcomes) terhadap pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali.

(19)

F. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan pada rumusan dan pembatasan masalah seperti yang tertera di atas, maka pertanyaan penelitian yang diteliti yakni:

1. Sejauhmanakah kesesuaian antara perencanaan yang diharapkan (intended antecedents) dengan perencanaan yang teramati (observed antecedents)?

2. Sejauhmanakah kesesuaian antara proses yang diharapkan (intended transactions) dengan proses yang teramati (observed transactions)?

3. Sejauhmanakah kesesuaian antara hasil yang diharapkan (intended outcomes) dengan hasil yang teramati (observed outcomes) terhadap

pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali di MTs Provinsi Bali?

4. Sejauhmanakah kesesuaian antara perencanaan yang teramati (observed transactions) dengan pelaksanaan yang teramati (observed transactions)

terhadap pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali?

5. Sejauhmanakah kesesuaian antara pelaksanaan yang teramati (observed transactions) dengan hasil yang teramati (observed outcomes) terhadap

pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali?

6. Sejauhmanakah kesesuaian antara perencanaan yang teramati (observed transactions) dengan hasil yang teramati (observed outcomes) terhadap

pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali?

G. MANFAAT PENELITIAN

(20)

1. Secara Teoritis

Untuk mengadakan evaluasi terhadap kurikulum muatan lokal Bahasa Bali yang telah berlangsung selama ini. Mulai dari persiapan perencanaan yang dilakukan guru, kemudian proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, hingga sampai mencapai hasil pembelajaran.

2. Secara Praktis

Dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan informasi kepada pihak pengambil keputusan dalam menyelenggarakan muatan lokal bahasa Bali, yaitu: (a) Kepala madrasah, sebagai pengambil kebijakan terhadap pelaksanaan muatan lokal bahasa Bali di MTs; (b) Bagi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali dalam hal ini Bidang Kependidikan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid melalui Seksi Madrasah, sebagai pihak yang membina madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan di madrasah.

3. Siswa yang mengikuti proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali di Madrasah Tsanawiyah.

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Seperti tersirat pada bagian 4 Bab I dalam tesis ini bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali berdasarkan tiga komponen evaluasi, yakni perencanaan (antecedents), proses (transactions), dan hasil (outcomes). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

penelitian evaluasi (evaluation research) dengan pendekatan mix methods (campuran). Peneliti menggunakan pendekatan mix methods agar diperoleh data dan analisa yang mendalam terhadap penelitian evaluasi ini, baik dari data kuantitatif maupun data kualitatif.

1. Pelaksanaan Penelitian Evaluasi

Langkah-langkah yang diambil oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian evaluasi terhadap proses pembelajaran sama dengan langkah-langkah yang digunakan dalam suatu penelitian. Gall,et.al (2003:543) mengemukakan: “An evaluation study follows essentially the same steps as those involved in doing a research study. Several

additional factors must be considered, however, depending upon the evaluation

model that is used”. Karena penelitian evaluasi ini menggunakan model evaluasi

(22)

Stake’s Countenance maka tentu saja pola evaluasinya menyesuaikan model tersebut. Gall et.al dan Sukmadinata (2009:132-136) selanjutnya menyebutkan delapan langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian evaluasi proses pembelajaran, seperti:

a) Menjelaskan alasan melakukan evaluasi (clarifying reasons for doing an evaluation);

b) Memilih model evaluasi (selecting an evaluation model);

c) Mengidentifikasi stakeholder (pihak-pihak terkait) (identifying stakeholder; d) Menentukan apa yang akan dievaluasi (deciding what is to evaluated); e) Mengidentifikasi pertanyaan evaluasi (identifying evaluation questions);

f) Mengembangkan desain dan jadual evaluasi (developing an evaluation design and time line);

g) Mengumpulkan dan menganalisis data evaluasi (collecting and analyzing evaluation data);

h) Melaporkan hasil evaluasi (reporting evaluation results).

(23)

1. Menjelaskan alasan melakukan evaluasi (clarifying reasons for doing an evaluation)

Menurut Hasan (2008:50-52) mengemukakan bahwa salah satu cara membedakan jenis evaluasi kurikulum adalah didasarkan pada posisi evaluator terhadap evaluannya. Berdasarkan posisi ini maka dikenal ada dua jenis evaluasi kurikulum yaitu evaluasi internal dan evaluasi eksternal.

Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator yang menjadi anggota tim pengembang kurikulum atau anggota dari peneliti yang menjadi evaluan. Dia ditugaskan untuk melakukan evaluasi karena kedudukannya tersebut. Dalam evaluasi internal, terkadang disebut juga sebagai evaluasi informal, evaluator memiliki berbagai keunggulan. Sedangkan evaluasi eksternal dilakukan oleh evaluator yang tidak memiliki keterkaitan dengan evaluan baik secara administratif maupun secara akademik. Evaluasi eksternal dapat dilakukan pada fase pengembangan ide dan dokumen kurikulum, bahkan ketika pengembangan kurikulum berada pada tahap implementasi, maka evaluasi eksternal banyak dilakukan. Evaluasi eksternal disebut sebagai evaluasi formal (formal evaluation) (Hasan, 2008:151)

(24)

dilaksanakan mulai dari tahun 2005 sampai sekarang belum pernah dilakukan evaluasi terhadapnya.

2. Memilih model evaluasi (selecting an evaluation model)

Gall et al (2003:544) dengan jelas mengatakan:” Clarifying the reasons for an evaluation request is useful in selecting an appropriate model. This task requires

careful deliberation,as there are many models from which to choose”. Pemilihan

model evaluasi sepenuhnya tergantung kepada alasan/pertanyaan yang ingin dijawab. Mencermati ketiga pertanyaan yang diajukan di atas, maka peneliti memilih model evaluasi Stake’s Countenance yang diformulasikan oleh Stake sebagai dasar dilakukannya evaluasi terhadap proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali. Dipilihnya model evaluasi ini karena ketiga pertanyaan penelitian karena untuk mengetahui kesesuaian (congruence) antara perencanaan (antecedents), proses (transactions), dan hasil (outcomes) pada proses pembelajaran muatan lokal Bahasa

Bali yang terjadi di lapangan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang ada.

3. Mengidentifikasi stakeholder (pihak-pihak yang terkait) (identifying stake holders)

(25)

(2003:547) memberikan jelas tentang stakeholder, yaitu:”Anyone who is involved in the program being evaluated or who might be affected by or interested in the findings

of the evaluation”. Peran stakeholder begitu penting karena membantu:1)

memperkuat alasan dilakukannya evaluasi; 2) menjawab pertanyaan-pertanyaan evaluasi; 3) menentukan desain penelitian; 4) menginterpretasi hasil penelitian; dan 5) menyusun laporan hasil-hasil penelitian tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Dalam penelitian evaluasi ini, terdapat tiga kelompok stakeholder yang diidentifikasi dan bersinggungan langsung dengan program pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali yakni siswa, guru, serta kepala madrasah. Siswa merupakan subyek dari proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali, guru merupakan pelaksana, serta kepala madrasah merupakan pengontrol sekaligus fasilitator dari pelaksanaan pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali. Ketiga stakeholder tersebut memberikan kontribusi yang berbeda terhadap evaluasi yang dilakukan.

4. Menentukan apa yang akan dievaluasi (deciding what is to be evaluated)

Langkah selanjutnya setelah mengidentifikasi stakeholder adalah menentukan komponen-komponen proses pembelajaran yang dievaluasi atau Gall et.al (2003:546) menyebutnya dengan program delineation, yaitu:”the process of identifying the most important characteristics of the program to be evaluated”. Seperti disebutkan

(26)

perencanaan (antecedents), proses (transactions) terjadi ketika kegiatan sedang berlangsung di kelas, serta hasil (outcomes).

5. Mengidentifikasi pertanyaan evaluasi (identifying evaluation questions)

Dari alasan-alasan perlunya dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali seperti dikemukakan dalam langkah pertama di atas, peneliti selanjutnya merumuskan pertanyaan penelitian. Evaluator menetapkan enam pertanyaan yang akan dijawab dalam evaluasi yang dilakukan terhadap proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali, yaitu: (1) Sejauhmanakah kesesuaian antara perencanaan yang diharapkan (intended antecedents) dengan perencanaan yang teramati (observed antecedents); (2) Sejauhmanakah kesesuaian antara proses yang diharapkan (intended transactions) dengan proses yang teramati (observed transactions); (3) Sejauhmanakah kesesuaian antara hasil yang diharapkan (intended

outcomes) dengan hasil yang teramati (observed outcomes); (4) Sejauhmanakah

(27)

6. Mengembangkan desain dan jadual evaluasi (developing an evaluation design and time line)

Setelah pertanyaan evaluasi ditentukan, peneliti mengembangkan desain dan jadual evaluasi. Sebelum mengembangkan desain evaluasi, peneliti terlebih dahulu harus menentukan posisinya sebagai evaluator, apakah sebagai evaluator internal atau evaluator eksternal. Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti memposisikan dirinya sebagai evaluator eksternal karena evaluator tidak ada keterkaitan dengan evaluan baik secara administratif maupun secara lembaga. Karena posisinya sebagai evaluator eksternal tersebut, evaluator memperoleh beberapa keuntungan dalam melakukan evaluasi seperti yang disebutkan Hasan (2008:51) ; keuntungan evaluator eksternal yaitu:1) tingkat objektivitas lebih tinggi; 2) evaluator tidak memiliki keterkaitan dan keuntungan pribadi jika evaluan yang dievaluasinya tidak memenuhi berbagai kriteria dan juga tidak memiliki keuntungan pribadi jika evaluan tersebut memenuhi berbagai kriteria.

(28)

7. Mengumpulkan dan menganalisis data evaluasi (collecting and analyzing evaluation data)

Instrumen evaluasi/penelitian yang dikembangkan di atas, selanjutnya digunakan dalam tahap ini, yaitu mengumpulkan data/informasi yang diperlukan untuk menunjang evaluasi. Gall et.al (2003:550) mengemukakan:”Data collection and analysis in both evaluation studies and research studies are similar”.

8. Melaporkan hasil evaluasi (reporting evaluation results)

(29)

2. MODEL EVALUASI STAKE’S COUNTENANCE

Gambar di bawah ini cara kerja model evaluasi Stake’s Countenance:

Dari gambar di atas dapatlah dikatakan cara kerja model evaluasi Stake’s Countenance. Di sini, peneliti mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembang program baik yang berhubungan dengan perencanaan (antecedents) yang berupa silabus dan RPP melalui studi dokumen dan observasi; kemudian peneliti mengumpulkan data dari komponen proses (transactions) yang berupa strategi pembelajaran, strategi pendukung, dan materi/isi pembelajaran yang dilakukan melalui pengisian kuesioner dari siswa, guru, dan kepala madrasah serta dilakukan pula dengan cara observasi; dan langkah terakhir pengumpulan data dari

CONGRUENCE Observed

antecedents Intended

antecedents

Empirical contingency Logical contingency

Observed transaction CONGRUENCE

Intended Transaction

Empirical contingency Logical contingency

CONGRUENCE

Observed outcomes Intended

outcomes

(30)

hasil (outcomes) yang meliputi perkembangan pengetahuan, perkembangan sikap, dan perkembangan keterampilan dan data-data ini diperoleh melalui studi dokumen dan kuesioner.

B. SUMBER DATA PENELITIAN

Dalam judul tesis ini dengan jelas disebutkan lokasi di mana penelitian evaluasi ini dilakukan, yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs) Provinsi Bali yang berdasarkan letak geografis terbagi atas empat bagian wilayah. Pertama bagian Bali Barat di Kabupaten Jembrana. Kedua bagian Bali Timur di Kabupaten Karangasem. Ketiga bagian Bali Utara di Kabupaten Buleleng. Dan keempat bagian Bali Selatan di

[image:30.595.104.515.241.671.2]

Kota Denpasar. Berdasarkan data dari Bidang Kependidikan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali Tahun 2010/2011 bahwa MTs yang berada pada masing-masing bagian wilayah provinsi Bali tersebut diambil satu MTs yang dilakukan dengan random sampling cluster, seperti tertera dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Data Madrasah Tsanawiyah (MTs) Provinsi Bali Tahun 2010/2011

Letak Geografis Kabupaten/Kota Nama Madrasah

Bagian Bali Timur Karangasem MTsN Amlapura

Bagian Bali Barat Jembrana MTsN Mendoyo

Bagian Bali Utara Buleleng MTsN Patas

Bagian Bali Selatan Denpasar MTs Miftahul Ulum (Sumber Data Bidang Kependidikan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid

Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali)

(31)

terbagi atas kelompok-kelompok atau klaster. Kelompok atau klaster tersebut bisa berbentuk wilayah, lembaga, organisasi, atau satuan-satuan lainnya”.

Peneliti menentukan populasi ini berdasarkan jumlah populasi secara keseluruhan, jadi total populasi yang ada peneliti gunakan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, evaluator akan mengevaluasi pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa Bali. Selain itu dievaluasinya proses pembelajaran Bahasa Bali dikarenakan beberapa hal di antaranya yaitu proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali pada tahun 2005 sampai dengan sekarang belum pernah dievaluasi pelaksanaannya.

Selanjutnya, sampel dari penelitian evaluasi ini sudah tentu adalah siswa kelas VII MTs, guru bahasa Bali, dan kepala madrasah. Untuk menentukan sampel dari masing-masing madrasah, peneliti/evaluator menggunakan random sampling. Dari masing-masing MTs ditentukan satu kelas dengan cara random sampling dengan pengundian tanpa membedakan kelas tinggi, sedang atau rendah, karena masing-masing kelas tak ada perbedaan sehingga jumlah sampel sebanyak 84 siswa.

[image:31.595.110.514.228.677.2]

Untuk Populasi dari kelompok siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2 Kelompok Populasi dan Sampel Siswa Kelas VII

No Nama Madrasah Kelas Jumlah

Siswa

Jumlah Sampel (30 %)

1 MTsN Amlapura VII 30 21

2 MTsN Mendoyo VII 30 21

3 MTsN Patas VII 30 21

4 MTs Miftahul Ulum VII 30 21

(32)

Mengingat besarnya populasi siswa dalam penelitian evaluasi ini, peneliti melakukan sampling yakni stratified random sampling. Fraenkel dan Wallen (1993:83) mendefiniskan stratifed random sampling sebagai “a process in which certain subgroups, or strata, are selected for the sample in the same proportion as

they exist in the population”. Pemilihan jenis sampling ini didasarkan pada

keuntungan dari penggunaan jenis sampling ini di mana sampel yang dipilih bisa dianggap mewakili populasi yang ada, seperti diungkapkan oleh Fraenkel dan Wallen (1993:84) mengatakan bahwa:“It Istratified random sampling) increases the likehood of representativeness, especially if one’s sample is not very large”.

Berdasarkan definisi dan keuntungan dari metode sampling tersebut, evaluator mengambil sampel penelitian sejumlah 30% dari masing-masing kelas. Pengambilan 30% sampel mengacu kepada contoh pengambilan sampel penelitian yang diajukan oleh Fraenkel dan Wallen (1993:84). Jumlah sampel dari masing-masing kelas dapat dilihat dalam tabel di atas.

(33)
[image:33.595.110.515.170.629.2]

Tabel 3.3 Populasi Guru Bahasa Bali

No Nama Madrasah Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 MTsN Amlapura S2 Pendidikan Bahasa Arab

1

2 MTsN Mendoyo S1 Pendidikan Ekonomi 1

3 MTsN Patas DIII PGSD/MI 1

4 MTs Mifathul Ulum DIII Bahasa Bali 1

TOTAL 4

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian evaluasi ini mengumpulkan semua data di lapangan yang berkaitan langsung dengan masalah yang bersumber dari dokumen dan jawaban responden.Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah kuesioner, uji-t, studi dokumen, observasi, dan wawancara.

1. Kuesioner

Kuesioner dilakukan untuk menjaring data atau informasi yang berhubungan dengan perencanaan (transaction) yang mencakup strategi pendukung, strategi pembelajaran, materi/isi pembelajaran, serta hasil (outcomes) meliputi perkembangan sikap dan perkembangan keterampilan siswa. Kuesioner ini diberikan kepada 3 responden yaitu siswa, guru, dan kepala madrasah. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup yang berupa pilihan ganda.

(34)

Dalam penelitian ini, data utamanya yakni guru, sedangkan data sekundernya siswa dan kepala madrasah.

Kuesioner didesain berdasarkan pada kisi-kisi instrumen yang berupa vaiabel, sub-variabel dan indikator. Kuesioner mengarahkan responden untuk memilih respon/jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda silang (x) pada kotak (dalam skala 1-4) yang tersedia.

Kuesioner yang telah dirancang kemudian dilakukan pengujian untuk mengukur tingkat validitas dan realibilitas instrumen kuesioner ini dengan cara expert judgement (penilaian dari para pakar ahli evaluasi, kurikulum, statistik, dan bahasa). Para ahli yang menilai dan memberi judgement terhadap kuesioner ini adalah kedua pembimbing peniliti yang merupakan ahli dalam bidang evaluasi, kurikulum, statistik; serta dosen statistik, dan juga guru bahasa. Berdasarkan expert judgement ini, maka peneliti menggunakan sebagai dasar untuk menyebarkan kuesioner kepada para responden. Hasil expert judgement terhadap kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada lampiran tesis ini (halaman 247-283)

(35)
[image:35.595.111.514.201.642.2]

Tabel 3.4

Latar Belakang Pendidikan Para Ahli

No Para Ahli Kualifikasi Pendidikan Jabatan

1 2 3 4

X1 X2 X3 X4

S3 S3 S2 S2

Profesor Profesor Dosen

Guru

2. Uji-t

Uji-t untuk mengukur uji beda rata-rata, disebut juga uji hipotesis. Prosedur uji hipotesis yakni, (Santoso, 2009:239-240):

• Menentukan Ho dan Hi= Ho adalah Null Hypothesis; Hi adalah alternative

hypothesis; dan Ho dan Hi selalu berlawanan.

• Menentukan uji (prosedur) statistik yang digunakan;

• Menentukan statistik tabel, hal ini dipengaruhi oleh: tingkat kepercayaan;

derajat kebebasan (df); dan jumlah sampel yang didapat;

• Menentukan statistik hitung;

• Mengambil keputusan.

• Pengambilan keputuan

Dasar pengambilan keputusan ada dua cara: a. Berdasar perbandingan t hitung dengan t tabel:

(36)

• Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima.

b. Berdasar nilai probabilitas untuk uji dua sisi

• Jika probabilitas/2 > 0.025 maka Ho diterima

• Jika probabilitas/2 < 0.025 maka Ho ditolak

c. Berdasar nilai probabilitas untuk uji satu sisi

• Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima

• Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak

3. Studi Dokumen

Untuk memperkaya data yang telah diperoleh, maka juga digunakan dokumen-dokumen yang merupakan sumber non insani dengan alasan: (a) tersedia dan murah dilihat konsumsi waktu; (b) dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang stabil, akurat, dan dapat dianalisis kembali; (c) dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang kaya secara kontekstual, relevan, dan mendasar dalam konteksnya; (d) merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas; serta (e) bersifat non reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi, (Mahmudah, 2008:88-89).

(37)

4. Observasi

Untuk semakin memperkaya dan melengkapi data, peneliti pun melakukan observasi. Observasi dilakukan dengan cara di mana peneliti memasuki, mengamati, dan sekaligus berpartisipasi di dalam latar atau suasana tertentu. Suasana-suasana yang dapat dimasuki dan diamati adalah:proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, juga aktivitas siswa dan guru di luar kelas. Peran yang yang sering dimainkan peneliti dalam observasi ini adalah hadir secara pasif, berinteraksi secara terbatas, dan aktif tapi terbatas dimaksudkan agar proses belajar mengajar tidak terganggu. Artinya, kehadiran peneliti diketahui oleh subjek yang terlibat di dalam suasana yang sedang diobservasi.

5. Wawancara

(38)

Di dalam setiap mengumpulkan data, baik melalui studi dokumen dan observasi digunakan beberapa alat yaitu: buku catatan, serta kamera untuk mendokumentasikan perilaku atau peristiwa penting yang muncul selama observasi. Sementara dalam setiap melakukan studi dokumentasi digunakan format catatan lapangan.

Untuk memberikan arah/pedoman terhadap hal-hal yang dievaluasi, peneliti terlebih dahulu menentukan komponen yang dievaluasi. Tabel di bawah ini memberikan gambaran yang lebih jelas dan rinci tentang kaitan antara aspek dan komponen yang dievaluasi, indikator yang dikembangkan berdasarkan komponen tersebut, sumber diperolehnya data, metode/teknik pengumpulan data, serta instrumen yang dipakai.

(39)
[image:39.842.119.750.123.502.2]

Tabel 3.5 Kaitan Antara Variabel, Sub Variabel, Indikator, Sumber Data, Metode, dan Instrumen Pengumpulan Data

Variabel Sub Variabel Indikator Sumber Data Metode Instrumen

1. Antecedent (Perencanaan)

1. Silabus 2. Rencana

Pembelajaran (RPP)

1. Tujuan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Metode dan Media

Pembelajaran

4. Evaluasi Pembelajaran

1. Guru 1. Analisis dokumen

1. Dokumen Silabus dan RPP

2. Transaction (Proses)

1.Strategi pembelajaran

1. Penggunaan metode dan media

2. Interaksi belajar mengajar di kelas

3. Bimbingan guru terhadap siswa

4. Interaksi siswa dengan guru 5. Interaksi siswa dengan

siswa

6. Kinerja siswa di kelas

1. Siswa 2. Guru 1. Kuesioner 2. Observasi 1. Kuesioner 2. Lembar observasi

2.Strategi pendukung 1. Pelatihan dan pengembangan untuk guru 2. Penyediaan Sarana dan

prasarana

3. Pelaksanaan anggaran keuangan

4. Evaluasi pelaksanaan

1. Guru 2. Kepala

madrasah

(40)

pembelajaran guru 3. Materi/isi

pembelajaran

1. Persepsi siswa terhadap mata pelajaran

2. Motivasi siswa dalam belajar

1. Siswa 1. Observasi 2. Kuesioner

1. Lembar Observasi 2. Kuesioner

3. Outcome (hasil)

1. Perkembangan pengetahuan

1. Meningkatnya hasil belajar 1.Siswa 1. Analisis dokumen hasil UAS

1.Dokumen UAS 2.Perkembangan

sikap

1. Meningkatnya minat dan motivasi siswa pada mata pelajaran

1. Siswa 1.Kuesioner 1.Kuesioner

3.Perkembangan keterampilan

1. Meningkatnya keterampilan berbicara

(41)

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian evaluatif umumnya bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada pihak penyelenggara pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali. Rekomendasi tersebut tentu saja berlandaskan pada data atau informasi yang diperoleh dari lapangan baik yang berasal dari tempat (place), orang (person), ataupun dokumen (paper). Informasi atau data tersebut selanjutnya diberikan perlakuan atau yang lebih dikenal dengan istilah pengolahan data. Arikunto dan Jabar (2008:128) mengatakan bahwa mengolah data adalah suatu proses mengubah wujud data yang diperoleh, biasanya masih termuat di dalam instrumen atau catatan-catatan yang dibuat peneliti/evaluator, menjadi sebuah sajian data yang dapat disimpulkan dan dimaknai.

Seperti dijelaskan dalam instrumen penelitian, data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian evaluasi ini berasal dari empat sumber yakni:(1) kuesioner yang disebarkan kepada 3 sumber (siswa, guru dan kepala madarsah); (2) dokumen yang merupakan syarat administrasi dari suatu proses; (3) observasi terhadap proses pelaksanaan proses pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali di kelas; serta (4) wawancara terhadap ketiga narasumber tersebut.

1. Pendekatan Campuran (Mix Approach)

Cresswell & Clark (2007:5) memberikan definisi terhadap penelitian

(42)

a methodology, it involves philosophical assumptions that guide the direction of

the collection and analysis of data and the mixture of qualitative and quantitative

approaches in many phases in the research process. As a method; it focuses on

collecting, analyzing, and mixing both quantitative and qualitative data in a

single study or series of studies. Its central premise is that the use of quantitative

and qualitative approaches in combination provides a better understanding of

research problems than either approach alone”.

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian campuran (prosedur kuantitatif dan kualitatif), karena data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner untuk melengkapi data kualitatif, sedangkan data kualitatif didapatkan melalui analisa dokumen dan observasi. Kedua jenis data tersebut diperoleh dari siswa, guru, dan juga kepala madrasah. Penggunaan pendekatan/metode campuran ini tentu saja memberikan keuntungan. Teddlie dan Tashakkori (2009:33) dengan tegas menyimpulkan bahwa: ”A major advantage of mixed methods research is that it enables the researcher to simultaneously ask confirmatory and exploratory questions and

therefore verify and generate theory in the same study”.

Menurut Sukmadinata (2008:130-131) ada lima macam model penelitian campuran kuantitatif-kualitatif, tetapi yang terkenal dan banyak digunakan hanya tiga, yaitu:model:komplementer, pengembangan dan perluasan.

1)Model komplementer (complementary model), menguraikan, mengembangkan, mengilustrasikan, menjelaskan hasil yang diperoleh dari satu metode dengan metode lainnya. Bentuk campurannya adalah simultan atau keduanya digunakan bersama-sama.

(43)

lain, informasi untuk penentuan sampel, teknik pengumpulan data, dan lain-lain. Bentuk campurannya adalah paralel.

3)Mode ekspansi (expansion model), memperluas lingkup dan memperkaya hasil penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda untuk mengevaluasi komponen pendidikan yang berbeda, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang beraneka. Bentuk campurannya adalah sekuensial atau parallel.

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model komplementer (complementary model) karena data kuantitatif yang diperoleh akan

didukung/dipertegas lagi dengan data kualitatif.

2. Tabulasi Data

Penyajian/pengolahan data mentah tersebut dilakukan melalui dua tahapan (Arikunto dan Jabar, 2008:129-130), yaitu tabulasi data dan pengolahan/analisis data.

Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Data yang bersumber dari kuesioner, , studi dokumen, dan observasi akan diuraikan secara deskriptif naratif. Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui kuesioner evaluasi dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung dari masing-masing subyek adalah:

(44)

variabel-variabel yang dietliti. Dalam penelitian evaluasi ini, evaluator mentabulasi data yang diperoleh melalui kuesioner, di mana kuesioner yang disebarkan tersebut menekankan pada (3) tiga aspek (yakni: keadaan sebelum kegiatan kelas berlangsung (antecedents), proses (transactions), dan hasil (outcomes)) yang dijadikan acuan dalam mengevaluasi pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali di MTs Provinsi Bali.

Dalam ketiga aspek tersebut terdapat beberapa komponen/variabel yang diteliti dan komponen/variabel dari masing-masing aspek tersebut selanjutnya dirinci lagi menjadi beberapa indikator. Untuk memudahkan pemaknaan/penafsiran data, peneliti memberikan kategori dan kode/label dalam bentuk nominal maupun ordinal terhadap indikator-indikator tersebut.

3. Pengolahan/Analisis Data

Kegiatan menganalisis data merupakan kegiatan lanjutan setelah data terkumpul dan ditabulasi. Dari pengolahan data, bisa didapatkan keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka, simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan. Informasi tersebut akan menggambarkan kondisi yang ingin diketahui tentang program pendidikan yang dievaluasi. Berdasarkan informasi itulah evaluator akan memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada para pemegang kebijakan pendidikan yang terkait maupun stakeholder (Arikunto dan Jabar, 2008:143).

(45)

a. Menghitung nilai rerata skor tiap-tiap butir instrument

b. Menghitung nilai rerata skor total masing-masing komponen (Widoyoko, 2010:237)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Data kuantitif berasal dari kuesioner yang disebar kepada ketiga kelompok responden. Pengolahan data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif melalui perhitungan dengan menggunakan SPSS 18.0. Statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya untuk melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. Statistik jenis ini memberikan cara untuk mengurangi jumlah data ke dalam bentuk yang dapat diolah dan menggambarkannya dengan tepat mengenai rata-rata, perbedaan, hubungan, dan sebagainya. Statistik deskriptif digunakan untuk menguraikan data yang sepertinya tidak tersusun dan memaknainya (Arikunto dan Jabar, 2008:143). Perhitungan statistik deskriptif yang akan dilakukan adalah:

1. Daftar distribusi frekuensi dan persentase

(46)

dievaluasi. Sedangkan persentase menunjukan berapa persen responden dalam suatu kelompok memberikan suatu penilaian terhadap indikator tersebut. 2. Rata-rata (mean) dan rata-rata gabungan

[image:46.595.114.516.225.702.2]

Rata-rata (mean) atau lebih tepatnya disebut rata-rata hitung (arithmetic mean) merupakan ukuran gejala pusat yang sering digunakan. Rata-rata dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai dibagi oleh jumlah (banyaknya/frekuensi) subjeknya (Furgon, 2008:41). Nilai yang diberikan oleh para responden berada pada rentang 1 — 4 skala Likert. Nilai dari para responden tersebut selanjutnya diolah untuk mencari rata-rata penilaian dalam suatu kelompok responden. Di samping menentukan nilai rata-rata kelompok responden, peneliti juga menghitung nilai rata-rata gabungan ketiga kelompok responden. Perhitungan nilai rata-rata gabungan ini bertujuan untuk memudahkan peneliti membuat kesimpulan penilaian terhadap suatu indikator. Untuk memudahkan kesimpulan penilaian tersebut, peneliti terlebih dahulu menentukan rentang penilaiannya seperti terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Kategori Nilai Rata-rata Kelompok Gabungan

Rentang Kategori

1,00-1,50 Sangat relevan, sangat efektif, sangat memadai, sangat sesuai sesuai, sangat baik, dan selalu

1,51-2,50 Relevan, efektif, memadai, sesuai, baik, dan sering

2,51-3,50 Kurang relevan, kurang efektif, kurang memadai, kurang sesuai, kurang, dan jurang

3,51-4,00 Tidak relevan, tidak efektif, tidak memadai, tidak sesuai, sangat kurang, dan tidak pernah

(47)

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan deskripsi, analisis, studi dokumen, observasi serta wawancara terhadap data-data hasil penelitian mengenai kesesuaian antara perencanaan yang diharapkan (intended antecedents) dengan perencanaan yang teramati (observed antecedents); proses yang diharapkan (intended transactions) dengan proses yang

teramati (observed transactions); dan hasil yang diharapkan (intended outcomes) dengan hasil yang teramati (observed outcomes) terhadap pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali, maka dikemukakan simpulan yang diperoleh dari keseluruhan rangkaian penelitian dan rekomendasi dari peneliti.

A. SIMPULAN

1. Ada ketidaksesuaian antara perencanaan yang diharapkan dengan perencanaan yang teramati (intended antecedents) dan (observed entecedents). Dalam perencanaan yang diharapkan terdiri silabus dan RPP.

Perencanaan yang diharapkan (intended entecedents) dengan memenuhi prinsip-prinsip pengembangan silabus yakni ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh; serta komponen-komponen yang ada dalam silabus.

2. Ada kesesuaian antara proses yang diharapkan (intended transactions) dengan proses yang teramati (observed transations). Proses yang diharapkan yakni proses yang tertulis dalam RPP guru, sedangkan proses yang teramati yakni proses yang terjadi di kelas. Pada saat pelaksanaan ada kesesuiaan

(48)

antara proses yang tertulis dengan proses yang teramati (proses KBM di kelas). Pada proses pelaksanaan pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali, peneliti membaginya ke dalam 3 komponen yakni: (1) penyampaian tujuan pembelajaran; (2) adanya interaksi belajar mengajar di kelas; (3) dan pemberian bimbingan kepada siswa. Selain 3 komponen tersebut, proses pelaksanaan pembelajaran pun didukung oleh 3 komponen lainnya yaitu: (1) penyediaan sarana-prasarana; (2) penyediaan anggaran; dan (3) pelatihan dan pengembangan bagi guru.

3. Ada kesesuaian antara hasil yang diharapkan (intended outcomes) dengan hasil yang teramati (observed outcomes). Evaluasi yang dilakukan guru telah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada. Untuk mengevaluasi tingkat pemahaman siswa, guru melakukan evaluasi dimulai dengan pemberian tugas –tugas latihan di kelas, pekerjaan rumah kepada siswa, evaluasi pada tiap akhir pokok bahasan (formatif) dan evaluasi ujian akhir semester (sumatif). Ketercapaian ketuntasan minimal yang telah dicapai melihat pada KKM yang ditentukan oleh masing-masing madrasah

(49)

yang signifikan antara nilai rata-rata perencanaan dengan nilai rata-rata pelaksanaan pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali.

5. Ada kesesuaian antara pelaksanaan yang teramati (observed transactions) dengan hasil yang teramati (observed outcomes). Diperoleh nilai t hitung= -0.040 dibandingkan dengan t tabel = 3,1824 pada df=3 dengan menggunakan signifikansi α =0,05 maka nilai t hitung < t tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya ada kesesuaian yang signifikan antara nilai rata-rata pelaksanaan dengan nilai rata-rata hasil pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali.

6. Ada kesesuaian perencanaan yang teramati (observed transaction) dengan hasil yang teramati (observed outcomes) dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali. Diketahui bahwa hitung = -4.418 dibandingkan dengan t tabel = 3,1824 pada df=3 dengan menggunakan signifikansi α =0,05 maka nilai t hitung < t tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya adanya kesesuaian yang signifikan antara nilai rata-rata perencanaan dengan nilai rata-rata hasil pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali.

B. REKOMENDASI

(50)

1. Kepala Madrasah

(51)

2. Guru Bahasa Bali Madrasah

Belum maksimalnya guru dalam pengembangan perencanaan pembelajaran. Guru juga belum mengembangkan metode-metode pembelajaran lainnya. Guru hendaknya mempertahankan konsep pemikiran tentang pengembangan perencanaan kurikulum, baik dari segi perumusan tujuan pembelajaran maupun perumusan isi/materi pembelajaran. Kemudian guru hendaknya lebih meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran dan pengembangan keberhasilan siswa. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya lebih sejalan lagi dengan perencanaan dan dan penilaian keberhasilan belajar siswa tidak semata hanya mengukur hasil dan pencapaian kognitif, tetapi juga mencakup penilaian proses dan pencapaian aspek afektif serta psikomotorik.

3. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali

(52)

4. Peneliti lainnya

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2007). Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Bandung: UPI

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, S. dan Jabar, C.S.A. (2008). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Baharuddin, H., dan Wahyuni, E.N. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Bennet, J. (2003). Evaluation Methods in Research. Great Britain: MPG Books Ltd, Bodmin, Cornwall.

Brady, L. (1990). Curriculum Development 3rd Ed. Autralia: Prentice Hall.

Brown, J.D., (1995). The Elements of Language Curriculum: A Systematic Approach to Program Development. Boston: Heinle & Heinle Publishers.

Cohen, L. et al. (2000). Research Methods in Education (5th Edition). London: Routledge Falmer.

Chris,W., Carnell,E. & Lodge, C. (2007). Effective Learning in Classrooms. London: Paul Chapman Publishing.

Creswell, J.W., & Clark,V.L.P. (2007). Designing and Conducting: Mixed Methods Research. USA: Sage Publications.

(54)

Creswell, J.W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (3 rd Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Davis, & Thomas. (1989). Effective Schools and Effective Teachers. Needham Height: Allyn & Bacon.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal. Jakarta : Depdiknas.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama. (2006). Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta : Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI.

Dulay, H.dkk. (1982). Language Two. Oxford: Oxford University Press (Dialihbahasakan oleh Sumarsono, Seluk Beluk Bahasa Kedua, diktat STKIP Singaraja).

Furqon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Gall, M.D., Gall, J.P., dan Borg, W.R. (2003). Educational Research: An Introduction (7 th edition). Boston: Pearson Education, Inc.

Guba, E.G., dan Lincoln, Y.S. (1981). Effective Evaluation: Improving The Usefulness of Evaluation Results through Responsive and Naturalistic Approaches. California: Jossey-Bass Inc.

Hadisaputra, I N.P. (2010). Evaluasi Program Intensive Course (IC) Di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha (Penelitian Evaluasi Berbasis Model CIPP). Tesis Magister pada PS Pengembangan Kurikulum UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hasan, S.H. (1992). Evaluasi Hasil Belajar. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan- Ditjen Pendidikan Tinggi.

Hasan, Alwi. (2000). Kebijakan Bahasa Daerah. Makalah pada Konferensi Bahasa Daerah 6 sd 8 November di Jakarta.

Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(55)

Kania. (2007). Mensinergikan Budaya dan Teknologi. [Online]. Tersedia:

http://ka-nia.com/2007/07/mensinergikan-budaya-dan-teknologi/[29 September 2010].

Kyriacou, C. (2009). Effective Teaching in Schools: Theory and Practice. UK:Nelson Thornes.

Laludi. (2009). Implementasi Program Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dalam Mewujudkan Pembelajaran Yang Produktif: (Penelitian Kualitatif Program Keterampilan Listrik, Radio/TV dan Tata Busana pada Siswa Kelas XI MAN 1 Kendari. Tesis Magister pada PS Pengembangan Kurikulum UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mahmudah, Z. (2008). Pengembangan Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Pada Rintisan SMAN Bertaraf Internasional di Kabupaten Pasuruan). Tesis Magister pada PS Pengembangan Kurikulum UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Menteri Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta : Sinar Grafika.

Miller, J.P., & Seller, W. (1985). Curriculum: Perspective and Practice. USA: Longman.

Mulyasa, E. (2006). Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Nata, A. (2009). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Robert E. Stake. The Countenance of Educational Evaluation. Center for Instructional Research and Curriculum Evaluation University of Illinois [online] Tersedia:http://www.ed.uiuc.edu/circe/Publications/ Countenance.pdf

[ 30 Oktober 2010].

(56)

Santoso, S. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17: Memuat Puluhan Artikel Tip dan Trik SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sujaya, I Made. (2009). Menyadari Simpul Saraf Ruh di Dalam Diri jalan Sunyi Aksara Bali. [Online]. Tersedia:

http://bahasa-bali.blogspot.com/2009/09/menyadari-simpul-saraf-ruh-di-dalam.html. [29

September 2010].

Sukmadinata, N.S., Jami’at, A.N., dan Ahman. (2003). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Dasar: Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung: Kesuma Karya.

Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sukmadinata, N.S. (2006). Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Bandung: Maestro.

Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.

Surakhmad, W. (1988). Proses Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Tim Redaksi Nuansa Aulia. (2008). Himpunan Perundang-Undangan RI Tentang: Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Beserta Penjelasannya dilengkapi dengan: Peraturan Perundangan yang terkait. Bandung: Nuansa Aulia.

Tyler, R. W. (1949). Basic Principle of Curriculum and Instruction. Chicago: Chicago Press.

(57)

Uno, H.B., Lamatenggo, N. & Koni, S. (2010). Desain Pembelajaran. Bandung: MQS Publishing.

Widoyoko, E.P. (2010). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wood, B.B. (2001). Stake’s Countenance Model: Evaluating an Environmental Education Professional Development Course. The Journal of Environmental Education Volume 32, Number 2 18-27. [online]. Tersedia: http://heldref-publications.metapress.com/app/home/contribution.asp?referrer =parent& ackto=issue,4,8;journal,40,53;linkingpublicationresults,1:119935,1 [1 Desember 2010].

Gambar

Tabel 3.1 Data Madrasah Tsanawiyah  (MTs) Provinsi Bali Tahun 2010/2011
Tabel 3.2 Kelompok Populasi dan Sampel Siswa Kelas VII
Tabel 3.3 Populasi Guru Bahasa Bali
Tabel 3.4  Latar Belakang Pendidikan Para Ahli
+3

Referensi

Dokumen terkait

The Agile Big Data process embraces the iterative nature of data science and the effi‐ ciency our tools enable to build and extract increasing levels of structure and value from

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka dan bilangan. Pada penelitian ini data kuantitatif yang digunakan yaitu berupa tes kemampuan berpikir kreatif. Data

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent mampu melakukan koneksi internal dan koneksi eksternal pada tiap tahap

Kemampuan yang diawali dengan mengeluarkan suara seperti menangis, mendekut, mengoceh dan meniru kata-kata sebelum anak dapat berbicara dengan jelas sesuai artinya disebut dengan

28 JP  Johny Muharam  dkk. 2005.  Penggunaan Dan  Pemeliharaan  Peralatan Dan  Perlengkapan  Tempat Kerja.  Jakarta : Direktorat  Pembinaan Sekolah 

Diode pancaran cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (Light Emitting Diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas

Selain itu juga berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 Maret 2017 yang diperoleh dari guru RA Raudhatul Islamiyah bahwa “pada umumnya anak-anak mempunyai kreativitas yang baik