• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE JIGSAW LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA DARUSSYAHID SAMPANG MADURA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE JIGSAW LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA DARUSSYAHID SAMPANG MADURA."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN

METODE JIGSAW LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA

DARUSSYAHID SAMPANG MADURA

SKRIPSI

Oleh

:

IDRIS ABDAU

NIM :D01212018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SURABAYA

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Skripsi Oleh :

Nama : Idris Abda’u

NIM : D01212018

Judul : Implementasi Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang Madura.

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Idris Abda’u

NIM : D01212018

Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Implementasi Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam

Pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang

Madura.

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

(4)
(5)
(6)

Implementasi Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam Pembelajaran Agama Islam (PAI) di SMA Darussyahid Sampang.

Abda’u Idris (D01212018)

Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

Abstrak

Dalam proses belajar mengajar, salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai macam-macam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.

Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri.

Dengan metode belajar aktif, siswa akan mampu memecahkan masalahnya sendiri, yang paling penting melakukan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Persoalannya bagaimana mengaktifkan siswa agar senantiasa tumbuh kesadaran mau dan senanag belajar, guru harus mempunyai strategi yang baik supaya pendidikan dan pengajaran yang disampaikan memperoleh respon positif, menarik perhatian, dapat dikembangkan dan terimplementasi dalam sikap yang positif pula. Untuk mencapainya, seorang guru harus dapat memilih metode pengajaran yamg menarik.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru lebih mangaktifkan belajar siswa di kelas yaitu dengan menggunakan metode Jigsaw Learning. Strategi ini dapat diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah (1). Bagaimana pelaksanaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)? (2). Apa faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)? (3). Sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)? Adapun tujuannya adalah, (1). Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode jigsaw Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), (2). Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), (3). Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam (PAI).

(7)

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah upaya membelajarkan siswa untuk dapat mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan kemasyarakatannya dan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan yang dilandasi dengan nilai-nilai Islami.

Untuk penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat cocok sekali, selain dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas, juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga siswa mampu memahami dan menghayati agama Islam dengan baik.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi dan dokumen lainnya. Data yang terkumpul penulis analisis dengan menggunakan tehnik analisi deskriptif.

Efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning selain didukung oleh prosedur penerapan yang baik, hasil belajar yang memuaskan juga merupakan salah satu pendukung keefektifan pemggunaan metode ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw Learning

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN SKRIPSI... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO... v

D. Kegunaan Penelitian... 11

E. Definisi Operasional... 12

F. Sistematika Pembahasan... 14

BAB II: KAJIAN TEORI A. Metode Jigsaw Learning 1. Pengertian Metode... 16

2. Pengertian Jigsaw Learning... 18

3. Tujuan Metode Jigsaw Learning... 22

4. Manfaat metode Jigsaw Learning... 23

5. Langkah-langkah metode Jigsaw Learning... 23

6. Faktor pendukung metode Jigsaw Learning... 29

7. Faktor penghambat metode Jigsaw Learning... 29

8. Kelebihan dan kekurangan metode Jigsaw Learning... 30

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian Pembelajaran... 31

(9)

C. Efektifitas

1. Pengertian Efektifitas... 41

2. Efektifitas dalam pembelajaran... 42

3. Barometer efektifitas dalam pembelajaran... 43

BAB III: METODE PENELITIAN A. Desain dan Subjek Penelitian... 51

B. Prosedur Penelitian... 53

C. Instrumen Pengumpulan Data... 55

BAB IV: LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Latar belakang objek penelitian 1. Sejarah Singkat SMA Darussyahid Sampang... 61

2. Demografi SMA Darussyahid Sampang... 67

3. Visi dan misi SMA Darussyahid Sampang... 68

4. Organisasi SMA Darussyahid Sampang... 70

5. Kondisi Objek... 72

B. Penyajian dan analisis data 1. Penerapan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang... 76

2. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang ... 80

3. Efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang... 81

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan... 87

B. Saran... 88 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Siswa Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 69

Tabel 4.2 Guru SMA Darussyahid Sampang ... 70

Tabel 4.3 Data Guru Pegawai Negeri Sipil ... 70

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Konsultasi

Lampiran 2 Surat Tugas Penelitian Skripsi

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 4 Pedoman Observasi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

Belajar memang bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi pada anak didik, tapi belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan dari pelajar itu sendiri. Itulah keaktifan yang merupakan langkah-langkah belajar yang didesain agar siswa senang mendukung proses itu dan menarik minat untuk terlibat.

(13)

2

untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri.1

Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa, sedangkan guru dituntut dalam memilih dan menerapkan metode mengajar sesuai tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan kewajiban guru, menurut Slameto masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Bila siswa mendengarkan informasi dari guru, keterlibatan dalam proses mengajar dapat dikatakan tidak ada, kalaupun siswa terlibat maka keterlibatan kurang sekali. Misalnya siswa terlibat hanya sebatas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal tersebut banyak terjadi di SMA Darussyahid pada mata pelajaran eksak, bahkan menimbulkan rasa bosan pada siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Karena guru dalam proses belajar mengajar menggunakan ceramah dan menyuruh siswa untuk menyalin (metode belajar konfensional), sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran, sehingga dalam perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola kegiatan belajar

1 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

(14)

3

siswa, guru diharapkan mampu membimbing dan membantu siswa. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ada kecenderungan dalam dunia kependidikan untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jiga lingkungan di ciptakan secara alamiah. Belajar lebih bermakna jika siswa “mengalami” sendiri apa yang sedang di pelajarinya, bukan “mengetahuinya”. Pembelajaran yang berorientasi target penguasan materi terbukti berhasil dalam “mengingat” jangka pendek, namun gagal dalam hal membekali anak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karenanya pendekatan pembelajaran kontektual menjadi tumpuan untuk “menghidupkan” kelas secara maksimal, sehingga siswa mampu mengimbangi perubahan di luar sekolah yang demikian cepat.2

Metode mengajar merupakan suatu kemampuan dasar dan seorang guru yang paling penting dalam meraih sukses di sekolah. Guru yang tidak menguasai metode mengajar jangan diharap dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik.

Untuk dapat menentukan metode dan media mengajar yang baik, guru tentu harus memahami siapa peserta didiknya dan melihat secara psikologi pada masa atau usia tersebut pendekatan semacam apa yang diperlukan. Guru harus bisa memadukan karakteristik bermain anak dengan pelajaran yang

2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta,

(15)

4

akan disampaikan, yaitu berupa metode jigsaw learning. Dengan metode ini diharapkan mencapai tujuan pembelajaran dapat efektif dan efisien.

Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri dari tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan oleh guru maksimal lima pertanyaan sesuai dengan jumlah tim ahli.3

Model ini mendorong siswa untuk bekerjasama dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memahami dan mendalami sesuatu, kemudian digabung menjadi satu dengan anggota-anggota yang lain untuk memperoleh pemahaman yang utuh.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka metode kooperatif model jigsaw adalah suatu strategi dalam pengajaran yang membagi siswa menjadi 4-6 kelompok sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujukan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang

3 Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM,

(16)

5

ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu menyempurnakan iman dan takwa serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan.

Pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 butir a “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”. Berarti jika dalam lembaga pendidikan ada yang beragama Islam maka mereka berhak mendapatkan pengajaran agama Islam dan diajarkan oleh guru yang beragama Islam.

Islam dengan tegas telah mewajibkan agar melakukan pendidikan, sebagaimana firman Allah, dalam al-Qur’an surat Al-Alaq 3-5 :

(17)

6

Artinya :"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya".4

Salah satu problematika dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu pada aspek metodologi pembelajaran, guru masih bersifat normatif, teoritis dan kognitif yang mana kurang mampu mengaitkan serta berinteraksi dengan materi-materi pelajaran yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Furchan menjelaskan bahwa "Penggunaan metode pembelajaran PAI disekolah kebanyakan masih menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, yaitu ceramah monoton dan cenderung normatif, monolitik, lepas dari sejarah, dan semakin akademis."5

Pada era globalisasi ini pendidikan sangat penting bagi peserta didik. karena era globalisasi dapat membawa kita untuk semakin mudah memperoleh informasi dari luar yang dapat membantu kita menemukan alternatif-alernatif baru dalam usaha memecahkan masalah yang kita hadapi terutama dalam bidang pendidikan islam,misalnya melalui internet kini kita dapat mencari informasi dari seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan banyak dana.

Adanya fasilitas internet membuat peserta didik lebih gampang terjerumus dalam berbagai macam permasalahan, mulai dari sosial,

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Almubin,

2009), h. 623.

5Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia

(18)

7

pembelajaran dan juga pendidikan. Proses pembelajaran semacam itu harus betul-betul dibimbing oleh guru, agar siswa terarah dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh guru.

Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai pusat pendidikan formal mengupayakan untuk mengarahkan perubahan pada diri individu secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dalam interaksi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen antara lain adalah pendidik, peserta didik, materi pelajaran, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, lingkungan, dan beberapa komponen lain yang mendukung dalam proses pembelajaran serta berbagai usaha yang harus dilakukan untuk menumbuhkan daya tarik dan semangat belajar bagi peserta didik.

(19)

8

Ketika sikap dirinya menunjukkan baik, maka proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil.6

Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang. Oleh karena itu, metode yang diterapkan seorang guru akan berdaya danberhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan.Dalam proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna apabilamengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipergunakan untuk merealisasikan nilai-nilai idealyang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum, dantujuan pendidikan Islam mengandung relevansi dan operasional dalam prosespembelajaran.

Berdasarkan pengamatan riil dilapangan, proses pembelajaran di sekolah SMA Darussyahid Sampang ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Pada zaman sekarang ini, yang kita ketahui banyak sekali guru yang telah banyak menyandang sebagai guru berpotensi,maka merekapun dituntut

6Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran; Isu-isu Metodis dan

(20)

9

untuk menciptakan model dan metode pembelajaran yang menyenangkan agar KBM di kelas tidak terlihat monoton. Maka dari situlah akan terlihat hasil belajar siswa, dengan metode pembelajaran yang di pakai sorang guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan oeleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Guru juga menjadi desainer utama dalam memilih metodenya sendiri untuk menciptakan pembelajaran dan keberhasilan siswa.7Suasana kelas perlu

direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

(21)

10

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis dan berurutan. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai guru agama Islam pada khususnya adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran. Seorang Guru penidikan agama Islam perlu memiliki Kompetensi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran.

Adapun bentuk kompetensi guru penidikan agama Islam diantaranya adalah dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi dalam segala hal, termasuk didalamnya adalah berkreasi dalam hal menentukan strategi, metode, media dan alat evaluasi dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan yang baik kepada anak didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.

Dari metode yang dipakai, maka disesuaikan oleh karakteristik siswa dikelas, agar tujuan yang diinginkan akan tercapai, dan peserta didikpun dapat merasakan betapa tidak sulitnya belajar didalam kelas.

(22)

11

Melihat fenomena yang terjadi di SMA Darussyahid Sampang, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI dengan judul: “IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE JIGSAW LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA DARUSSYAHID SAMPANG MADURA“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang? 3. Sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam

pembelajaran PAI? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

(23)

12

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang.

3. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang.

D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada seluruh dewan guru dalam menerapkan model dan metode pembelajaran dikelas dengan baik maksimal sehingga mampu memberikan hasil yang baik terhadap pembelajaran.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru mata pelajaran PAI khusunya dan seluruh guru mata pelajaran umumnya terkait dengan penggunaan metode Jigsaw Learning, maka penggunaan metode ini dapat berjalan dengan baik dalam pembelajaran. Guru tidak monoton terhadap satu metode yang menyebabkan kejenuhan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dan bagi siswa diharapkan mampu belajar aktif dalam kelas dengan efektivitas penggunaan metode Jigsaw Learning ini.

(24)

13

Diharapkan dengan adanya penelitian ini peneliti mampu mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat dan wawasan yang luas tentang objek yang diteliti dan penelitian itu sendiri, serta sebagai syarat penyelesaian program kuliah.

E. Definisi Oprasional

Agar tidak terjadi kesalahfahaman dan untuk memperoleh pengertian yang jelas, maka terlebih dahulu penulis akan memberikan penjelasan terhadap istilah yang sekiranya perlu untuk judul skripsi di atas, yang diantaranya sebagai berikut:

1. Efektifitas

Dalam kamus ilmiah popular (1994) disebutkan, bahwa yang dimaksud efektif adalah “tepat, manjur, mujarab, tepat guna, berhasil”. Efektifitas berarti “ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan”. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai.8 Adapun yang dimaksud efektifitas disini adalah

penggunaan metode jigsaw learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang.

2. Metode Jigsaw

Suatu metode, dimana siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa ain untuk mencapai tujuan bersama.9

8Ummi Shoidah, Manajemen Kesiswaan yang Efektif , (Halaqa, 1, April, 2009), h. 82.

9 Mel Silberman, Active Learning, terj. Sarjuli, et.al., (Yogyakarta: Pustaka Insan

(25)

14

3. Pembelajaran

Ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya “pengajaran” adalah upaya untuk membelajarkan siswa.10 Dalam konteks, pembelajaran adalah proses

yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.11

4. Pendidikan Agama Islam

Proses dan upaya serta cara mendidikkan ajaran-ajaran agama Islam tersebut, agar menjadi anutan dan pandangan hidup.12 Sedangkan menurut

M. Musfiqon pendidikan agama Islam adalah suatu proses penggairahan, pembentukan, pendayagunaan, dan pengembangan fikir, dzikir, dan kreasi manusia melalui usaha pengajaran, bimbingan, dan pengabdian yang ilandasi dan dinafasi oleh nilai-nilai ajaran Islam sehingga terbentuk pribadi muslim sejati yang mampu mengontrol, dan merekayasa kehidupan serta dilakukan sepanjang zaman dengan penuh tanggung jawab, dan semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.13

Dengan demikian yang di maksud dalam judul skripsi ini adalah ketepatan penggunaan Metode Jigsaw sebagai usaha guru membelajarkan

10Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran dalam Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 11.

11 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, h. 157.

12 Muhaimin dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 2009), h. 2. 13 M. Musfiqon, Dinamika Pendidikan Islam: Studi Perubahan Kelembagaan dan

(26)

15

pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam terhadap anak didik agar dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. 5. SMA Darussyahid

Sekolah Menengah Atas merupakan sebuah lembaga pendidikan menengah di bawah naungan Departemen pendidikan, dimana peserta anak didik atau siswa belajar.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 (lima) bab, yaitu:

Bab pertama, berisi tentang latar belakang pentingnya penelitian ini diungkapkan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, meruapakan kajian pustaka, yang berisi tentang metode Jigsaw (pengertian, tujuan, manfaat, langkah-langkah, faktor pendukung dan penghambat, serta kelebihan dan kekurangan). Pembelajaran PAI. Efektifitas Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam Pembelajaran PAI.

Bab ketiga, merupakan metode penelitian, yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan analisis data.

(27)

16

penggunaan metode jigsaw learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang Madura.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Jigsaw Learning

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru

dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran.1 Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani

”Metodhos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti

melalui dan “hodhos” yang berarti jalan atau cara.2

Menurut Sanjaya, metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir

baik-baik yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah

ditetapkan. Metode dalam sistem pembelajaran memegang peranan yang

sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat

tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Suatu strategi

1 Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 7.

2 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail

(29)

18

pembelajaran dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode

pembelajaran.3

Dengan demikian metode mempunyai arti suatu jalan yang dilalui

untuk mencapai tujuan. Dari dua pengertian metode tersebut dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu

berisi tahapan-tahapan tertentu.

Di lembaga pendidikan, peserta didik yang dalam proses belajar

mengajar diarahkan agar dapat menerima atau menguasai lebih-lebih

mengembangkan bahan pelajaran, maka cara-cara mengajar serta cara belajar

haruslah setepat-tepatnya dan seefisien mungkin. Dengan kata lain metode

belajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan

dengan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena

itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan belajar

mengajar.

Metode mengajar merupakan suatu kemampuan dasar dan seorang

guru yang paling penting dalam meraih sukses di sekolah. Guru yang tidak

menguasai metode mengajar jangan diharap dapat melaksanakan tugas

mengajarnya dengan baik.

Seorang guru sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode agar

lebih efektif maka ia harus juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. kesesuaian metode dengan tujuan pengajaran

3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(30)

19

b. kesesuaian metode dengan materi pelajaran

c. kesesuaian metode dengan sumber dan fasilitas tersedia

d. kesesuaian metode dengan situasi-kondisi belajar mengajar

e. kesesuaian metode dengan kondisi siswa

f. kesesuaian metode dengan waktu yang tersedia.4

Untuk dapat menentukan metode dan media mengajar yang baik, guru

tentu harus memahami siapa peserta didiknya dan melihat secara psikologi

pada masa atau usia tersebut pendekatan semacam apa yang diperlukan. Guru

harus bisa memadukan karakteristik anak dengan pelajaran yang akan

disampaikan, yaitu berupa metode jigsaw learning. Dengan metode ini

diharapkan mencapai tujuan pembelajaran dapat efektif dan efisien.

Metode pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

menekankan siswa untuk saling ketergantungan positif, interaktif tatap

muka, akutabilitas individual, dan keterampilan sosial

2. Pengertian Jigsaw Learning

Secara bahasa, arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir

dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki

menyusun potongan gambar. Pengajaran dengan model Jigsaw ini mengambil

pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu

4 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

(31)

20

kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai

tujuan bersama.5

Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi untuk

mencapai prestasi yang maksimal.6 Dalam penerapannya siswa dibentuk

dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri dari tim ahli sesuai dengan

pertanyaan yang disiapkan oleh guru maksimal lima pertanyaan sesuai

dengan jumlah tim ahli.7 Model ini diterapkan bila materi yang dikaji dalam

bentuk narasi tertulis, misalnya kajian-kajian sosial, sastra dan bagian sains

yang bertujuan untuk memperoleh konsep dan keterampilan.

Model ini mendorong siswa untuk bekerjasama dalam kelompok.

Setiap anggota kelompok memahami dan mendalami sesuatu, kemudian

digabung menjadi satu dengan anggota-anggota yang lain untuk memperoleh

pemahaman yang utuh.

Menurut Arend ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif.8

Pertama, STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkins dan merupakan pendekatan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga

mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi

5 Mel Silberman, Active Learning, terj. Sarjuli, et.al., (Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2007), h. 217.

6 Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009), h. 143.

7 Hamzah, Belajar, h. 98.

8 Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Uneversity Press,2001),

(32)

21

akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal

atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok

dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen, terdiri dari

laki- laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan

lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan

materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk

memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain untuk

memahami dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau

setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor dan setiap individu

diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada

skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui

rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat

atau dengan cara lain, diumumkan tim- tim dengan skor tertinggi,

siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai

skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang

mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

Kedua, Investivigasi kelompok. Mungkin merupakan model

pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk

diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda

dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang

(33)

22

memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan

yang lebih terpusat pada guru. Dalam penerapan investivigasi kelompok ini

guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6

siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapa t dibentuk

dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama

dalam topik tertentu. Selanjutnya memilih topik untuk diselidiki, melakukan

penyidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya

menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Ketiga, Pendekatan Struktural. Pendekatan ini dikembangkan oleh

Spencer Kagen dan kawan-kawan. Meskipun memiliki banyak kesamaan

dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada

pengguanaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini

dimaksud sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti

resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan

siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk.

Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja

saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh

penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada struktur

yang dikembngakan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada

struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau

(34)

23

pair-share dan number-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk

mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa

terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan

dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan

sosial. Yang keempat, Jigsaw.

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot

Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi

oleh Slavin dan teman-teman di Universitas Jhon Hopkins.9

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka metode kooperatif

model jigsaw adalah suatu strategi dalam pengajaran yang membagi siswa

menjadi 4-6 kelompok sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,

setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan menguasai

materi pelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.

3. Tujuan Metode Jigsaw Leaning

Tujuan pembelajaran metode jigsaw adalah untuk melatih peserta

didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggiungjawab secara individu untuk

membantu memahamkan tentang sesuatu materi pokok kepada teman

sekelasnya.10 Pembelajaran yang menggunakan metode ini menganut pada

teori kognitif Jean Piaget dan teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme

9 Ibid, h. 29.

(35)

24

didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan

mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme

sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam

kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman

demi pengalaman. Pembinaan pengetahuan seperti ini menyebabkan

seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.11

4. Manfaat Metode Jigsaw Learning

Ada beberapa manfaat yang dapat penulis simpulkan dari deskripsi

tentang model pembelajaran jigsaw, di antara manfaatnya adalah sebagai

berikut: 1) Meningkatkan kemampuan diri tiap individu 2) Saling menerima

kekurangan terhadap perbedaan individu yang lebih besar 3) Konflik antar

pribadi berkurang 4) Sikap apatis berkurang 5) Pemahaman yang lebih

mendalam 6) Motivasi lebih besar 7) Hasil belajar lebih tinggi 8) Retensi atau

penyimpanan lebih lama 9) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan

toleransi 10) Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem

kompetisi dan keteransingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan

aspek kognitif.

11 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi, Dan Implementsainya Dalam

(36)

25

5. Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe Jigsaw ini maju

mundur seperti gergaji. Dalam proses pembelajaran ini dilaksanakan dengan

langkah sebagai berikut:12

a. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen

(bagian).

b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan

mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari ini.

Pengajar bisa menuliskan topik dipapan tulis dan menanyakan apa yang

siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstormins ini

dimaksud untuk mengaktifkan schemata (bagan) siswa agar lebih siap

menghadapi bahan pelajaran yang baru.

c. Bagi anak didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

materi pelajaran yang ada. Jika jumlah anak didik adalah 50, sementara

jumlah materi pelajaran yang ada adalah 5, maka masing-masing

kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar,

bagi lagi menjadi 5 orang, kemudian setelah proses (diskusi kelompok)

selesai gabungkan kedua kelompok tersebut.

d. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang

berbeda-beda.

12 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu

(37)

26

e. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok.

f. Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakan sekiranya

ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

g. Beri anak didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman

mereka terhadap materi yang baru saja mereka pelajari. Pengecekan

pemahaman anak didik dilakukan untuk mengetahui sejauhmana

kemampuan mereka dalam memahami materi.

h. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan

pelajaran hari itu, diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan

seluruh kelas.

Menurut Elliot Aronson dalam Trianto, metode Jigsaw langkahnya

sebagai berikut:13

a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6

siswa dengan karakteristik yang heterogen.

b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap

siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan

akademik tersebut.

c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab

untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya

berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.

13 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan Dan

(38)

27

d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar (ahli)

kembali ke kelompok semula (hometeams) untuk mengajar anggota lain

mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar (ahli).

e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa

dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Dari pendapat diatas, langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan tipe jigsaw antara lain siswa dikelompokkan dimana tiap

kelompok terdiri 5-6 siswa yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Tiap

kelompok mempelajari materi yang berbeda-beda, dan semuanya memiliki

tanggung jawab untuk menyampaikan materi kepada temannya sendiri

ataupun kepada kelompok lainnya serta kegiatan belajar diakhiri dengan

diskusi mengenai materi pelajaran yang baru saja dipelajari. Ada beberapa

unsur dasar dalam pengajaran cooperatif yang perlu diperhatikan:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,

seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara

(39)

28

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang

juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

6) Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7) Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:44)

langkah-langkah dalam model pembelajaran tipe jigsaw, yaitu:

a. Peserta didik dikelompokkan menjadi 4 anggota tim.

b. Setiap anggota dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

c. Anggota dari tim yang berbedayakan telah mempelajari bagian atau sub

bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan sub bab mereka.

d. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kelompok

asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang

mereka kuasai dan anggota lainnya mendengarkannya.

e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

f. Guru memberi evaluasi.

g. Penutup.

Dalam penelitian ini, menggunakan langkah model pembelajaran

(40)

29

Hanafiah dan Cucu Suhana,dan kemudian dikembangkan menjadi

langkah-langkah berikut:

1) Pendahuluan

a) Salam

b) Presensi

c) Apersepsi

d) Motivasi

2) Kegiatan inti

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Membagikan hand out dan jobsheed

c) Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

(1) Peserta didik dikelompokkan kedalam 6 anggota tim.

(2) Setiap anggota tim diberi tugas dengan materi berbeda.

(3) Guru menjelaskan materi pembelajaran.

(4) Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas

yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru

(kelompok ahli) untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi materi

mereka.

(5) Presentasi oleh masing-masing kelompok ahli

(6) Guru mengklarifikasi hasil diskusi atau presentasi apabila terjadi

(41)

30

(7) Setelah selesai,diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali

kekelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka

tentang sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya

mendengarkan.

d) Guru meminta siswa mengerjakan tugas membuat macam-macam pola.

e) Guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa

f) Guru memberikan tes uraian kepada siswa untuk mengukur pemahaman

dan pengetahuan siswa.

3) Penutup

Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya, guru dan siswa

mengadakan refleksi pelajaran, kemudian pembelajaran ditutup.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam kondisi semacam ini diharapkan tercipta suasana saling

ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya

berasal dari guru dan buku saja melainkan teman sesama. Dengan pastisipasi

dan keaktifan siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dan proses belajar mengajar akan lebih bermakna. Salah satu cara untuk

membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan membuat satu

tim atau kelompok. Agar siswa dapat bekerjasama dengan baik didalam

kelompoknya, maka mereka perlu diajari keterampilan-keterampilan

(42)

31

6. Faktor Pendukung Metode Jigsaw

Pemebelajaran kooperatif Jigsaw ini merupakan lingkungan dimana

siswa belajar bersama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk

menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial

untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggungjawab

untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi siswa dilatih untuk

berani berinteraksi dengan sesamanya. Pembelajaran dengan model ini akan

sangat berkembang jika siswa menguasai pelajaran yang tentunya didukung

dengan buku-buku pelajaran yang relevan.

7. Faktor Penghambat Metode Jigsaw

Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan

dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul. Yang paling

sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan

metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode

konvensional, di mana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor

penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses metode ini membutuhkan

waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus

disesuaikan dengan beban belajar sesuai dengan kurikulum.14

8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw

1) Kelebihan Metode Jigsaw

14(http://telaga.cs.ui.ac.id/WebKuliah/MetodologiPenelitian/laporan4/kelompok5.doc),

(43)

32

a. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

b. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

juga harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada

anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi

bertambah.

c. Menerima keragaman dan menjalin hubungan sosialyang baik dalam

hubungan belajar.

d. Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi

yang ditugaskan.

2) Kekurangan Metode Jigsaw

a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing–

masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan

diskusi.

b. Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.

c. Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang

belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah

(44)

33

B. Pembelajaran PAI

1. Pengertian Pembelajaran

Ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya “pengajaran” adalah upaya

untuk membelajarkan siswa.15 Dalam konteks, pembelajaran adalah proses

yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar

bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan,

dan sikap.16

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara

terprogram dalam disain instruksional yang menciptakan proses interaksi

antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber

belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara

terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan belajar.

Sebuah proses pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara

siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah

lebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan

perilaku bagi siswa.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan

15 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran dalam Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 11.

16 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009), h.

(45)

34

oleh peserta didik atau siswa. Berdasarkan teori belajar ada lima pengertian

pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

a. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di

sekolah.

b. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda

melalui lembaga sekolah.

c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk

menciptakan kondisi belajar bagi siswa.

d. Pembelajaran adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi

warga masyarakat yang baik.

e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadap

kehidupan masyarakat sehari-hari.17

Menurut Gagne sebagaimana yang telah dikemukakan oleh

Nazarudin, pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa

eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang sifatnya

internal.18

Menurut berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang

dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memberikan bantuan atau

kemudahan dalam proses belajar mengajar sehingga bisa mencapai tujuan

belajar.

(46)

35

2. Komponen-Komponen Pembelajaran

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dari

komponen-komponen yang ada didalamnya, menurut Moedjiono dan Dimyati

komponen-komponen proses belajar megajar tersebut adalah peserta didik,

guru, tujuan pembelajaran, materi/isi, metode, media dan evalusi.19

1) Peserta didik

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka

mempunyai perasaaan dan fikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka

mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu sandang, pangan,

papan, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan

pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya sesuai dengan

potensinya.20

Menurut undang undang No.20 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia

pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah

subjek yang bersifat unik yang mencapai kedewasaan secara bertahap.

2) Guru

19 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1993), h.

23.

(47)

36

Pengertian guru menurut Muhammad Ali merupakan pemegang

peranan sentral proses belajar mengajar. Guru yang setiap hari

berhadapan langsung dengan siswa termasuk karakterisrik dan problem

mengajar yang mereka hadapi berkaitan dengan proses belajar

mengajar.21

Dari pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa guru adalah

seseorang dengan fitrahnya sebagai manusia berkepribadian yang

memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar dan

berpartisipasi penuh dalam menyelenggarakan pendidikan. Berkaitan

dengan penelitian ini guru dalam pembelajaran mata diklat membuat pola

adalah guru yang ahli di bidangnya dan berkompeten, tentunya guru yang

bisa membimbing siswa dalam pembuatan pola.

3) Tujuan Pembelajaran

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar

Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk

untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik,

mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu

pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar)

untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan

manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih

(48)

37

Sukmadinata mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan

pembelajaran, yaitu:22

1) Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar

mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan

belajarnya secara lebih mandiri.

2) Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar

3) Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan

media pembelajaran

4) Memudahkan guru mengadakan penilaian

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa tujuan

pembelajaran adalah suatu rancangan yang menitik beratkan terhadap

pencapaian yang akan didapat oleh peserta didik setelah melalui proses

pembelajaran itu sendiri.

4) Materi/isi

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi

pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan.

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari

keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan

22 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,

(49)

38

pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai

dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai

oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan

pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang

tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya

indikator.

5) Metode

Metode pembelajaran menurut Oemar Hamalik merupakan salah

satu cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan

siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan. Sedangkan menurut Nana Sudjana metode adalah cara

yang digunakan guru dalam mengadakan interaksi atau hubungan dengan

siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.

Menurut Soetopo metode pembelajaran yang digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

1) Metode ceramah

Sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan

melaui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap

sekelompok peserta diklat.

2) Metode Diskusi

Diskusi diartikan sebagai suatu proses penyampaian materi,

(50)

39

mencari jalan pemecahan dan menyerap serta menganalisis satu atau

sekelompok materi tertentu.

3) Metode Tugas

Tugas diartikan sebagai materi tambahan yang harus dipenuhi

oleh subjek didik, baik didalam maupun diluar kelas.

4) Metode Latihan Inkuiri

Latihan inkuiri diartikan sebagai proses mempersiapkan

kondisi agar subjek didik siap menjawab teka teki.

5) Metode Karyawisata

Metode karya wisata diartikan sebagai suatu strategi belajar

mengajar, dimana guru dan muridnya mengunjungi suatu tempat

tertentu yang relevan untuk memperoleh sejumlah pengalaman

empiris.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

metode pembelajaran adalah strategi atau cara yang dilakukan oleh

guru dalam melakukan hubungan atau interaksi dengan siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Media Pembelajaran

1) Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara

harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dengan demikian

(51)

40

pesan. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai mengemukakan bahwa

media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.

Menurut Arief S. Sadiman media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan,

perhatian, dan kompetensi serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan menurut Sudarwan

Danim media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau

pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka

berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu yang dapat

digunakan sebagai sumber belajar oleh guru dalam menyampaikan

materi kepada siswa atau peserta didik. Dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga mendorong

terjadinya proses belajar mengajar.

2) Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi

perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow sebagaimana yang

(52)

41

luas yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi

mutakhir:23

a) Pilihan Media Tradisonal:

(1) Visual diam yang di proyeksikan, meliputi : proyeksi

apaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides,

dan filmstrip

(2) Visual yang tak di proyeksikan, meliputi : gambar, poster,

foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, dan

papan bulu

(3) Audio, meliputi: rekaman piringan, pita kaset, reel, dan

cartridge

(4) Penyajian multimedia, meliputi: slide plus suara (tape) dan

multi image

(5) Visual dinamis yang di proyeksikan, meliputi: film,

televise, dan video

(6) Cetak, meliputi: buku teks, modul, teks terprogram,

jobsheet, workbook, majalah ilmiah berkala, dan lembaran

lepas (hand-out)

(7) Permainan, meliputi: teka teki, simulasi, dan permainan

papan

(53)

42

(8) Realita, meliputi: model, spacimen (contoh), dan

manipulative (peta, boneka)

b) Pilihan Media Teknologi Mutakhir:

(1) Media berbasis telekomunikasi, meliputi: telekonferen,

kuliah jarak jauh

(2) Media berbasis mikroprocesor, meliputi: computerassisted

instruction, permainan komputer, sistem tutor inteligen,

interaktif, hypermedia, compact (video) disk.

3) Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Kemp dan Dayton dalam bukunya Azhar Arsyad

mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan

dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral

pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran

langsung sebagai berikut:24

a) Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku

b) Pembelajaran bisa lebih menarik

c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif

d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat

e) Kualitas hasil belajar dapat di tingkatkan

f) Pembelajaran dapat diberikan kapan dimana diinginkan atau

diperlukan

(54)

43

g) Sikap positif siswa terhadap apa yang dipelajari

h) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif.

4) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan proses memberikan atau menentukan nilai

kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Evaluasi

pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar peserta

didik yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, hasil praktik, tugas

harian, atau pengamatan oleh guru.25 Bentuk ujian meliputi ujian tengah

semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas akhir. Pembobotan

masing-masing unsur penilaian ditetapkan berdasarkan KKM sesuai

dengan kurikulum sekolah.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa

evaluasi adalah sebagai satu upaya untuk melihat, memberikan nilai pada

objek tertentu dengan menggunakan alat dan kriteria tertentu.

C. Efektifitas

1. Pengertian Efektifitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki makna tercapainya

suatu keberhasilan sesuai tujuan yang telah ditetepkan sebelumnya. Menurut I

(55)

44

Made Budi, efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki.26

Efektifitas adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas

dengan sasaran yang dituju.27 Menurut Robbins dalam Daryanto,28 efektivitas

merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam

maupun di luar diri dari seseorang, efektivitas tidak hanya dilihat dari hasil

tetapi juga dari sisi persepsi maupun sikap seseorang dan sebagai ukuran

kepuasan yang dicapai oleh seseorang. Efektifitas pembelajaran akan

meningkat apabila guru dapat memilih dan menggunakan model

pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain.29

Dengan kata lain bahwa efektifitas akan tercapai bila komponen input,

proses, dan output masing-masing mendukung target yang menjadi tujuan

yang dicita-citakan. Input yaitu adanya kesiapan guru, siswa dan sarana

pembelajaran. Proses yaitu adanya solusi dari hambatan-hambatan aktifitas

pembelajaran. Output adalah hasil yang dicapai dalam pembelajaran

26 Budi, I Made.. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pajak Reklame serta Prospeknya di

Kabupaten Bandung. .Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 2013/Vol.2. No.4, h.194.

27 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosda Karya, 2003), h. 82. 28 Daryanto. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting DalamMencapai

Tujuan Pembelajara, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), h. 27.

29 Rusman. Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h.

(56)

45

tersebut.30 Dengan demikian, Efektifitas berkait kelindan antara ketercapaian

tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Jadi tidak hanya hasil

saja yang dilihat tapi secara keseluruhan dari sistem.31

2. Efektifitas dalam Pembelajaran

Efektifitas dalam suatu pembelajaran merupakan peran penting dalam

proses pembelajaran. Menurut Mohamad Jauhar, pembelajaran dapat

dikatankan efektif (effective berhasil guna) jika mencapai sasaran atau

minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu,

juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang “didapat”

siswa. Guru pun diharapkan memperoleh “pengalaman baru” sebagai hasil

interaksi dua arah dengan siswanya. Untuk mengetahui keefektifan sebuah

proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan

evaluasi.32 Evaluasi yang dimaksud disini bukan sekedar tes untuk siswa,

tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakuakan oleh guru dan siswa,

serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan

penilaian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekankan pada

penilaian proses selain penilaian hasil belajar. Di satu sisi guru menjadi

pengajar yang efektif karena :

1) Menguasi materi yang diajarkan

2) Mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh.

30 Ibid, h. 83.

31 Umi Fatonah, Efektifitas Pembelajaran PAI pada program kelas akselerasi di SMUN

8 Yogyakarta, (Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Suka, 2003), h. 29.

32 Mohamad Jauhar, Implementasi Paikem; Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Prestasi

(57)

46

3) Mengharagai siswa dan memotivasi siswa. Disisi lain, siswa menjadi

pembelajar yang efektif dalam arti:

a) Menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang

diperlukan.

b) Mendapat pengalaman yang baru yang berharga.33

3. Barometer Efektifitas Pembelajaran

Ukuran Efektif tdiaknya pembelajaran, dapat dilihat dari beberapa hal

sebagai berikut;

Pertama, waktu yang digunakan, apakah waktu yang digunakan

mencukupi atau kurang. Kedua, kwantitas siswa yang berhasil mencapai

tujuan belajar dalam waktu yang telah ditentukan. Ketiga, keterlaksanaan

aspek tugas dan fungsi dengan baik, baik tugas dan fungsi guru maupun

siswa.34 Keempat, aspek rencana atau program, yakni adanya meteri

pembelajaran yang tertuang dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Kelima,

aspek aturan main, yaitu adanya ketentuan dan aturan yang telah dibuat untuk

peserta didik dapat berfungsi dengan baik. Keenam, Aspek ketercapaian

idealisme. Yaitu apabila peserta didik mencapai prestasi optimal dari sebuah

tujuan pembelajaran.35

33Ibid, h. 165.

34 Mudhafir, Teknologi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h. 164. 35 Aswani Sujud, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan, (Yogyakarta: Purbasari,

Gambar

Tabel 4.2 Guru SMA Darussyahid Sampang ...................................................
Tabel 4.2 Guru SMA Darussyahid Sampang
Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana

Referensi

Dokumen terkait

Kepada sahabat-sahabatku angkatan 2007 (Like D’antz), Nila, Risma, Mayka, Rysa, Putri, Ria, Umi, Desy, Eva, Maria, Aini, Natal, Siti, Else, Asril, Mirza, Affan, Ncay, Resti,

Setiap entitas akan diubah ke bentuk kotak, sebuah atribut relasi disatukan dalam sebuah kotak bersama entitas jika hubungan yang terjadi pada diagram-ER 1:M (relasi

Namun, setelah diselidiki siapa pihak yang menyewa dan dia berkata jujur ternyata jangka waktu sewa- menyewa tersebut sudah habis setelah pemilik lahan meninggal

Sehubungan dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa konsultansi melalui seleksi sederhana, yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Konsultan XXIII Bagian Pengadaan Barang Dan

Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-A SMP 2 Pegandon- Kendal dalam menceritakan pengalaman

Dari perolehan skor postes dan uji rerata yang telah dilakukan, terlihat bahwa mahasiswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan metakognitif

Dengan tersusunnya dokumen RKT ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan transparan atas rencana pelaksanaan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

1 dapat diketahui bahwa semua PSK responden yang ada di Lokalisasi Bangunsari Surabaya pada tahun mempunyai pengetahuan tentang PMS sebanyak 47% dalam kategori baik, 42% dalam