• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAFSIR NILAI-NILAI MELALUI PANTUN DENDANG SUKU SERAWAI DI KOTA MANNA BENGKULU SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAFSIR NILAI-NILAI MELALUI PANTUN DENDANG SUKU SERAWAI DI KOTA MANNA BENGKULU SELATAN."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Asumsi ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 9

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 13

(2)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Teori Antropologi ... 17

D. Teori Estetika Paradoks ... 27

E. Teori Nilai Pendidikan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Jenis dan Sumber Data ... 43

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

a. Observasi ... 46

b. Wawancara ... 48

c. Studi dokumentasi ... 51

F. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

B. Tahap Awal Prosesi Pesta Perkawinan ... 59

a. Peminangan ... 59

b. Memadu Raasan ... 59

c. Uang Antaran... 60

d. Duduk Bertunangan ... 60

C. Tahap Inti Upacara Perkawinan ... 61

a. Akad Nikah ... 61

(3)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Malam Inai Curi ... 61

d. Mengangkat Bimbang ... 62

e. Acara Becampur ... 63

D. Deskripsi Seni Dendang ... 63

4.1 Tempat Pertunjukan Seni Dendang ... 64

a. Deskripsi Proses Pantun Dendang ... 66

b. Deskripsi Proses Tari Dendang ... ... 77

c. Deskripsi Proses Musik Dendang ... 85

E. Analisis Pantun Dendang ... 109

F. Makna Analisis Pantun, Dipadukan dengan Tari dan Musik... 113

G. Tafsir Nilai-Nilai melalui Pantun untuk Masyarakat Suku Serawai... ... 117

a. Nilai Pendidikan ... 117

b. Nilai Moral ... 118

c. Nilai Estetis... 120

d. Nilai Sosial ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN ... 125

B. REKOMENDASI ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(4)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Peta Wilayah Bengkulu Selatan ... 9

Gambar 2.1 Pola 4 Primodial ... 28

Gambar 3.2 Peta Wilayah Bengkulu Selatan dan Desa Gunung Ayu... 45

Gambar 3.1 Informan Kunci Bapak Arsyid Mesatif ... 53

Gambar 4.2 Tempat Pertunjukan Seni Dendang ... 67

Gambar 4.3 Tari Lemas... 78

Gambar 4.4 Tari Sapu Tangan... 79

Gambar 4.5 Tari Piring... 80

Gambar 4.6 Tari Mabuk... 81

Gambar 4.7 Tari Mak Inang... 82

Gambar 4.8 Tari Pulu Pinang... 83

Gambar 4.9 Tari Reduk... 84

Gambar 4.10 Tari Kain Panjang... 85

Gambar 4.11 Tari Rendai... 86

Gambar 4.12 Tari Berempat... 87

Gambar 4. 13 Pola Dualitas Pantun ... 114

Gambar 4. 14 Pola Gerak tari ... 115

(5)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

(6)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran.1 Instrumen Penelitian ... 133

Lampiran.2 Daftar Informan ... 140

Lampiran.3 Transkrip pola ritmik musik Dendang... 144

Lampiran.4 Gambar / Foto Pengantin Laki-laki dan Perempuan... 209

(7)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

(8)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis. Proses yang membudaya dalam pantun Dendang, ada karena telah melalui proses kehidupan yang panjang di masyarakatnya.

Aturan-aturan nilai dan adat istiadat secara kontekstual terpola melalui nasihat yang bermakna dalam pantun Dendang sebagai jalan penyelamatan untuk masyarakat saat mengalami permasalahan kehidupan yang kompleks. Pola budaya yang tercermin dalam pantun Dendang seharusnya dapat hidup hingga saat ini, selanjutnya diwariskan kepada generasi penerusnya sebagai pembentuk kepribadian personal setiap masyarakatnya.

(9)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2

Lebih lanjut Koentjaraningrat juga mempertegas bahwa nilai budaya yang menjadi acuan sebagai pedoman tingkah laku dalam bermasyarakat, berfungsi sebagai landasan untuk membuat suatu keputusan atau sebagai standar tingkah laku baik itu secara individual atau kelompok. Selanjutnya standar tersebut berfungsi sebagai kerangka patokan interaksi sosial, sehingga lahir kesadaran pada masyarakat bahwa nilai budaya itu melahirkan suatu perasaan moralitas yang tinggi.

(10)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3

Karya seni yang kreatif akan menentukan keberlangsungan nilai budaya suatu masyarakat. Paradigma budaya akan selalu melingkupi tatanan nilai-nilai moral yang berkembang secara sosial. Lebih lanjut Koentjaraningrat (1982:14) mengungkapkan bahwa: kebudayaan adalah keberkaitan antara wujud ide (gagasan), wujud kelakuan (sosial), dan wujud fisik (kebudayaan materi). Kebudayaan mengandung kaitan antara pemikiran abstrak dengan tata cara bertindak dan bertingkah laku dengan kelakuan itu sendiri yang menghasilkan budaya konkrit.

Kebudayaan apabila diartikan seperti di atas, dapat berwujud sebagai karya seni yang pada hakekatnya sebagai unsur kebudayaan yang bersumber pada wujud ide (gagasan), yang cenderung mengarah pada gagasan estetis. Gagasan estetis inilah yang mendorong budidaya manusia untuk menciptakan beranekaragam nilai-nilai dalam budaya. Seperti yang dikemukakan Kayam (1981:38-39) yaitu: seni tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan. Kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri.

(11)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4

anggapan secara adat bahwa pesta perkawinan dinilai tidak sah, jika dalam pesta perkawinan masyarakat suku Serawai tidak menggunakan Dendang dalam rangkaian pesta perkawinan mereka. Hal tersebut merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan (suatu keharusan). Dendang dan upacara perkawinan diibaratkan dua sisi mata uang yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.

Saat ini pola pewarisan budaya harus dilakukan untuk keberlangsungan nilai-nilai budaya sebagai tercermin pada masyarakat penerusnya. Berdasarkan adat istiadat suku Serawai Bengkulu Selatan dalam Dendang mampunyai nilai-nilai pesan kepada generasi penerus yang akan berdampak pada keberlangsungan yang bermakna dalam budaya Dendang. Dendang dalam masyarakat suku Serawai diturunkan secara adat kepada laki-laki yang sudah menikah. Pola awal penyajian Dendang secara adat harus menggunakan satu set lengguai (perlengkapan adat) yang terdiri dari sirih, tembakau, gambir, pinang dan kapur. Hal tersebut masuk dalam rangkaian proses pembuka Dendang.

Setelah pengadaan lengguai (perlengkapan adat) dilanjutkan penyajian isi Dendang yang secara tradisi terdiri dari tiga aspek seni yaitu seni musik, seni tari, dan pantun-pantun berbalas. Aspek musik menggunakan instrumen musik yaitu redap dan biola. Pada aspek tari properti yang digunakan adalah dua lembar saputangan, dua lembar kain panjang, dua lembar selendang, dua pasang cincin, dua buah piring, dan satu buah payung.

(12)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5

ini tidak dilakukan, peneliti mengkhawatirkan akan hilangnya nilai-nilai keetnisan suku Serawai yang menjadi cerminan masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut menurut peneliti mempunyai manfaat untuk generasi saat ini dalam menghadapi arus globalisasi.

B. Rumusan Masalah

Menemukan nilai-nilai berupa nasihat dalam pantun Dendang yang dinilai peneliti masih relevan untuk dijadikan pedoman hidup masyarakatnya. Peneliti berusaha untuk menyelamatkan nilai-nilai tersebut digunakan dalam penanaman tingkahlaku sesama manusia, alam sekitar dan sang Pencipta (hablumminannas hablumminallah). Pembelajaran nilai tersebut dalam masyarakat adalah proses perwujudan enkulturasi budaya kepada generasi penerusnya sebagai benteng moral masyarakatnya saat berinteraksi.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pantun Dendang suku Serawai? 2. Bagaimana makna pantun Dendang suku Serawai?

3. Bagaimana Tafsir nilai-nilai pada pantun Dendang suku Serawai?

C. Tujuan Penelitian

(13)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6

1. Mendeskripsikan dan memaknai sehingga memperoleh gambaran pantun Dendang suku Serawai Bengkulu Selatan.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis pantun Dendang suku Serawai Bengkulu Selatan.

3. Mendeskripsikan tafsir nilai-nilai pada pantun Dendang untuk kehidupan masyarakat suku Serawai.

D. Manfaat Penelitian

(14)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7

Manfaat penelitian tafsir nilai-nilai dalam pantun Dendang suku Serawai adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sebuah data tertulis tentang Dendang suku Serawai.

2. Deskripsi analisis makna pantun Dendang suku Serawai Bengkulu Selatan. 3. Mendiskripsikan tafsir nilai-nilai pada pantun Dendang untuk kehidupan

masyarakat suku Serawai.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: nilai nasihat dalam pantun Dendang yang dinilai peneliti masih relevan untuk dijadikan pedoman hidup masyarakatnya. Peneliti berusaha untuk menyelamatkan nilai-nilai tersebut digunakan dalam pembelajaran tingkahlaku sesama manusia, alam sekitar dan sang Pencipta.

Untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasi masalah peneliti, perlu dijelaskan beberapa definisi yang dianggap penting diantaranya: Dendang dalam masyarakat suku Serawai diturunkan secara adat kepada laki-laki yang sudah menikah. Pola awal penyajian Dendang secara adat harus menggunakan satu set lengguai (perlengkapan adat) yang terdiri dari sirih, tembakau, gambir, pinang dan kapur. Hal tersebut masuk dalam rangkaian proses pembuka Dendang.

(15)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8

dan sastra. Aspek musik menggunakan instrumen musik yaitu redap dan biola. Pada aspek tari, properti yang digunakan adalah dua lembar saputangan, dua lembar kain panjang, dua lembar selendang, dua pasang cincin, dua buah piring, dan satu buah payung.

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya sebuah metode atau pendekatan yang berguna untuk memecahkan suatu permasalahan yang diteliti. “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 1998: 11). Berangkat dari tujuan

penelitian yang telah dirumuskan, maka penyelesaian masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Alwasilah (2009:143-144) menyatakan penelitian kualitatif berfokus pada fenomena tertentu yang tidak memiliki Generalizability dan Comprability, tetapi memiliki interval validity dan contextual understanding. Apa yang akan dilakukan (action) peneliti untuk mencapai tujuan penelitian itu pada garis besarnya ada empat yaitu: (1). Membangun kekerabatan dengan responden, (2). Penentuan sampel, (3). Pengumpulan data dan (4). Analisis data.

Lebih lanjut Alwasilah (2009: 44) menyatakan bahwa:

(16)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 9

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, bertujuan untuk mendeskripsikan Tafsir Nilai-Nilai melalui Pantun Dendang Suku Serawai di Kota Manna Bengkulu Selatan. Moleong (1981:112) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif maksudnya data berupa kata-kata dan tindakan dari orang-orang dan perilaku yang diamati sebagai data utama. Data kedua berupa data tambahan yang berasal dari studi kepustakaan.

G. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di desa Gunung Ayu Jalan Raya Raden Kuningan. No.124 Rt.5 Kota Manna Bengkulu Selatan. Subjek dalam penelitian ini adalah Dendang suku Serawai di kota Manna Bengkulu Selatan. Penelitian ini lebih memfokuskan pada grup Dendang desa Gunung Ayu Jalan Raya Raden Kuningan. No.124 Rt.5 Kota Manna Bengkulu Selatan.

Peta 1.1

(17)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 10

1. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini melakukan pencarian data yang dibagi menjadi dua data pengumpulan yaitu: data primer dan data sekunder. Dalam penelitian kualitatif kedudukan data menempati tingkat yang paling tinggi. Langkah awal yang harus diambil adalah merumuskan masalah, menentukan jenis data yang akan digunakan, mencari sumber data dan mengkritisi sumber data yang diperoleh. Pengolahan jenis data primer dan sekunder sebagai berikut:

a. Data primer diperoleh dari informan kunci Bapak Arsyid Mesatip (72 tahun), gambar foto dan dokumentasi yang didapat dari pertunjukan Dendang suku Serawai di kota Manna Bengkulu Selatan, pemerhati Dendang, budayawan, dan narasumber lain, baik praktisi maupun akademis.

b. Data sekunder adalah keterkaitan sumber dari studi literatur seperti majalah, jurnal, makalah penelitian, surat kabar, wawancara dengan ketua Dendang, ketua badan musyawarah adat (BMA) dan beberapa anggota masyarakat suku Serawai kota Manna Bengkulu Selatan.

c. Narasumber kunci Bapak Arsyid Mesatip sebagai ketua Dendang sekaligus sebagai penasihat BMA.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu: Observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

a. Observasi

(18)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 11

data-data secara umum yang berkaitan dengan situasi dan kondisi, selain itu juga observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang obyek yang sedang diteliti. Teknik observasi dilakukan dengan cara mencari informasi baik yang bersifat lisan dan tulisan tentang Dendang suku Serawai, dibantu oleh alat peneliti yaitu kamera video mini DV, kamera foto digital, dan laptop.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi atau tanya jawab. Adapun bentuk wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah wawancara berencana dan tidak berencana. Wawancara berencana adalah suatu wawancara yang telah dipersiapkan atau suatu wawancara yang telah disusun dalam suatu pertanyaan kepada responden. Wawancara yang tidak berencana adalah suatu wawancara yang tidak ada persiapan sebelumnya, jadi bersifat spontanitas.Wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap narasumber Bapak Arsyid Mesatip sebagai ketua Dendang sekaligus sebagai penasihat BMA yang sudah menguasai dan berkompeten di dalamnya.

c. Studi Dokumentasi

(19)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 12

Teknik studi dokumentasi dilaksanakan setelah observasi dan wawancara. Analisis terhadap hasil dokumentasi ini memerlukan kecermatan tinggi supaya hasil pengamatan mencapai target maksimal. Diperlukan seorang asisten sebagai pembanding terhadap hasil analisa yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi.

3. Teknik Analisis Data

Proses pencarian data dilakukan peneliti dengan meninjau langsung ke lokasi. Triangulasi data hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Kegiatan dokumentasi dari gambar-gambar yang didapatkan oleh peneliti adalah sebagai pijakan peneliti untuk mempermudah proses deskripsi dan analisis terhadap Tafsir Nilai-Nilai melalui Pantun Dendang Suku Serawai di Kota Manna Bengkulu Selatan. Kegiatan wawancara digunakan untuk melengkapi data-data dan jawaban-jawaban tersebut akan direduksi dan dianalisis.

(20)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan.

Sasaran penelitian ini adalah menemukan dan menganalisis secara kualitatif tafsir nilai-nilai melalui pantun Dendang. Oleh karenanya penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif. Bongdan dan Tylor dalam Kasmahidayat (2010:58) menyatakan bahwa kajian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(21)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 43

ada di kota Manna Bengkulu Selatan. Pandangan ini memberikan kejelasan bahwa penelitian kualitatif budaya akan memanfaatkan aneka metode.

Demikian pula yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1983: 30), bahwa: Penelitian yang bersifat deskriptif, memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Adakalanya penelitian demikian bertolak dari beberapa hipotesa tertentu, adakalanya tidak. Seringkali arah penelitian dibantu oleh adanya hasil penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa sehingga akhirnya membantu pembentukan teori baru memperkuat teori lama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, bertujuan untuk mendeskripsikan tafsir nilai-nilai pantun Dendang suku Serawai di Kota Manna kabupaten Bengkulu Selatan. Moleong (1981:112) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif maksudnya data berupa kata-kata dan tindakan dari orang-orang dan perilaku yang diamati sebagai data utama. Data kedua berupa data tambahan yang berasal dari studi kepustakaan.

Lebih lanjut Moleong (1981:2) menyatakan penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif. Artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif. Fenomena tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambaran.

(22)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 44

wawancara. Data yang berhasil dihimpun dari studi kepustakaan, observasi, wawancara, dilengkapi dengan perekaman dan pemotretan objek penelitian. Sebelumnya diklasifikasikan untuk memperjelas data, interpretasi, serta untuk menghindari kesalahan penafsiran data yang ada. Data yang telah diperoleh selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan unsur yang dianalisis untuk membantu mempermudah pemaparannya, selanjutnya dideskripsikan dan disimpulkan.

B.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di kota Manna kabupaten Bengkulu Selatan, tepatnya di desa Gunung Ayu jalan. Raya Raden Kuningan. No.124 Rt.5 kota Manna Bengkulu Selatan. Penentuan lokasi penelitian didasari oleh pertimbangan bahwa (1) desa Gunung Ayu adalah salahsatu desa yang sering menggunakan Dendang dalam upacara perkawinan suku Serawai kota Manna Bengkulu Selatan, (2) di desa Gunung Ayu banyak seniman yang mengerti Dendang termasuk narasumber kunci bapak Arsyid Mesatip mantan ketua Badan Musyawarah Adat Bengkulu Selatan, saat ini kedudukan beliau Sebagai Ketua grup Dendang desa Gunung Ayu serta menjabat sebagai penasihat di BMA Bengkulu Selatan.

(23)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 45

memiliki hubungan yang erat dengan narasumber kunci dalam penelitian ini, bapak Arsyid Mesatip (72 tahun) dan seniman Dendang lainnya yang ada di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan, yang tergabung dalam grup Dendang desa Gunung Ayu beralamat di jalan raya Raden Kuningan. No.124 Rt.5 kota Manna Bengkulu Selatan.

Peta 3.1

Peta Wilayah Bengkulu Selatan

Lokasi Penelitian Kota Manna Bengkulu Selatan.

Peta 3.2

Peta Wilayah Bengkulu Selatan

(24)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 46

C.Jenis dan Sumber Data

Jenis data berupa data kualitatif yang dapat dicermati dari kedudukan Dendang di tengah masyarakat suku Serawai kota Manna Bengkulu Selatan disaat melaksanakan pesta perkawinan. Sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari (1) informan baik pelaku atau seniman Dendang maupun ketua Badan Musyawarah Adat kota Manna Bengkulu Selatan, yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam; (2) peristiwa diantaranya tahap awal pesta perkawinan dan penyajian Dendang yang diperoleh melalui pengamatan. (3) tempat dan lokasi lingkungan. Di samping itu, data sekunder diperoleh melalui analisis dokumen, arsip, rekaman penyajian Dendang, penelitian yang relevan, foto dokumentasi, dan dokumen-dokumen lainnya, yang terkait dengan rumusan masalah.

(25)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 47

maupun di luar lokasi penelitian yang dianggap dapat membantu dalam menganalisis identifikasi permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Dalam proses wawancara secara langsung peneliti ditemani ayahanda Yasanul yang juga mantan pelaku Dendang dan berhubungan baik dengan informan kunci dan informan pendukung lainnya. Dalam proses wawancara peneliti tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, tetapi kendalanya antara informan kunci dan informan pendukung lebih dahulu informan kunci yang di wawancarai. Ini dikarenakan kesibukan informan kunci dan sulit untuk ditemui. Secara intensif wawancara secara mendalam terhadap informan kunci dan informan pendukung dilakukan dalam kurun waktu selama satu minggu (akhir Januari sampai awal Februari 2012). Kegiatan tersebut dilakukan untuk melengkapi data hasil wawancara lainnya yang dimulai sejak tahap observasi sampai pengumpulan dan pengolahan data.

(26)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 48

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa interview guide (pedoman wawancara terlampir) yang telah disusun secra sistematik, untuk mengungkap tahapan-tahapan upacara perkawinan, bentuk pantun Dendang suku Serawai, makna pantun Dendang suku Serawai, dan tafsir pada pantun Dendang suku Serawai di saat upacara perkawinan berlangsung. Untuk keperluan wawancara peneliti menggunakan tape recorder, kaset dan handycam.

Instrumen penelitian diawali dengan pengantar berupa definisi singkat mengenai Dendang dan apa saja alat yang digunakan dalam penyajian Dendang. Pengantar ini dimaksudkan agar informan dapat larut dalam penyajian Dendang, pedoman pertanyaan atau pedoman wawancara pada umumnya berisi daftar pertanyaan yang bersifat terbuka atau jawaban bebas agar diperoleh jawaban yang lebih luas dan mendalam. Sedangkan fungsi pertanyaan seperti yang diungkap oleh Alwasilah (2002:131) yaitu mengidentifikasi fokus: (1) menghubungkan pertanyaan dengan tujuan penelitian dan kerangka konseptual, dan (2) melakukan penelitian, yakni keterkaitan pertanyaan penelitian dengan metode dan validasi penelitian.

(27)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 49

suku Serawai, pelaku dan seniman Dendang, atau masyarakat umum) yang menjadi penting dalam mendiskripsikan rumusan masalah pada penelitian ini.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu instrumen dalam sebuah penelitian. Teknik ini menentukan sesuai atau tidaknya penelitian yang diharapkan. Dengan demikian diperlukan sebuah pendekatan yang tepat dalam teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya melalui pencatatan data berdasarkan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Masing-masing metode dan teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama di lapangan, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Observasi digunakan untuk melihat kondisi yang sejelas-jelasnya mengenai keadaan dan kenyataan di lapangan, hasilnya kemudian diolah dan dianalisa untuk mendapatkan data sejelas-jelasnya.

(28)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 50

Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit . Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Teknik observasi atau pengamatan adalah pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati langsung subjek penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh data-data secara umum yang berkaitan dengan situasi dan kondisi, selain itu juga observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang obyek yang sedang diteliti. Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Burns dalam Basrowi (2008: 93) menegaskan: ‘dengan observasi, peneliti dapat mendokumentasikan

dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian’.

(29)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 51

Patton (dalam Poerwandari, 1999) menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi dan dapat mengungkap hal-hal yang tidak diperoleh dalam wawancara.

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka observasi yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya untuk memperoleh data mengenai deskripsi setting yang dipelajari yaitu aktivitas-aktivitas yang berlangsung pada masyarakat suku Serawai dalam melaksanakan upacara perkawian dan penyajian Dendang.

b.Wawancara

Langkah yang ditempuh selanjutnya oleh peneliti adalah wawancara. Arti wawancara dalam Moleong (2010: 186) dinyatakan:

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara atau interviu yang dilakukan adalah melalui tatap muka langsung setelah selesainya upacara perkawinan dan selesainya penyajian Dendang terhadap informan kunci bapak Arsyid Mesatif dan informan pendukung lainnya. Wawancara secara langsung ini lebih efektif karena partisipan berkomunikasi dan bertatap muka secara langsung. Dengan demikian peneliti dapat mencatat, menerjemahkan ekspresi melalui bahasa dan gerak tubuh, atau berpendapat secara langsung.

(30)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kompleksitas yang dialami pada masa lalu; memproyeksikan harapan-harapan agar dialami pada masa yang akan datang, memverifikasikan, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan.

Lebih lanjut Lincoln dan Guba dalam Alwasilah (2009: 195) ada lima langkah penting dalam melakukan interviu, yaitu:

1. Menentukan siapa yang akan diinterviu. 2. Menyiapkan bahan-bahan interviu. 3. Langkah-langkah pendahuluan.

4. Mengatur kecepatan menginterviu dan mengupayakannya agar tetap produktif.

5. Mengakhiri interviu.

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi atau tanya jawab. Adapun bentuk wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah wawancara berencana dan tidak terencana. Wawancara berencana adalah suatu wawancara yang telah dipersiapkan atau suatu wawancara yang telah disusun dalam suatu pertanyaan kepada responden. Wawancara yang tidak terencana adalah suatu wawancara yang tidak ada persiapan sebelumnya, tetapi peneliti menganggap perlu untuk dipertanyakan, jadi bersifat spontanitas, tetapi mengarah pada rumusan masalah dalam penelitian ini, (pedoman wawancara terlampir).

(31)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 53

[image:31.595.115.511.221.616.2]

(67 tahun) sebagai pelaku Dendang dan seniman, Bapak Kamasudin (83 tahun) sebagai pelaku Dendang, serta tokoh masyarakat yang berdomisili di lokasi penelitian.

Gambar 3.2 Informan kunci Bapak Arsyid Mesatif dengan peneliti saat wawancara di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan.

(Dokumen: Tarmizi, 28 Januari 2012)

C.Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Ditegaskan oleh Basrowi (2008: 158) bahwa:

(32)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 54

pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.

Untuk deskriptif kualitatif, penggunaan dokumen yang paling penting adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain, hal ini diperkuat oleh pernyataan Yin (2011: 104) bahwa:

Pertama, dokumen membantu penverifikasian ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam wawancara. Kedua, dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Ketiga, inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokumen.

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan. Pemberian atau pengumpulan data, bukti dan keterangan (seperti video, gambar/foto, kumpulan pantun dan bahan referensi lainnya). Dalam pengumpulan data peneliti memerlukan dokumentasi untuk menunjang proses penelitian ini, untuk melengkapi data hasil wawancara, dan juga digunakan untuk mengungkap kekurangan-kekurangan yang dilaksanakan pada tahap observasi, sehingga bisa dilaksanakan observasi ulang.

F. Analisis Data

(33)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 55

penelitian ini. Reduksi (pengelompokan dan abstraksi) data, merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti.

Untuk memperoleh pengklasifikasian data yang benar-benar relevan maupun tidak. Analisis data dilakukan terus-menerus dari awal hingga akhir penelitian, secara deskriptif kualitatif dan interpretatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik lingkaran spiral, dengan asumsi bahwa peneliti tidak akan melepaskan diri dari permasalahan. Pengetahuan dan wawasan yang luas tentang permasalahan akan memberi pemahaman yang lebih dalam tentang permasalahan tersebut.

Pada prinsipnya pola lingkaran berkesinambungan akan menberikan kebebasan atau keaktifan si peneliti. Setiap lingkaran merupakan langkah-langkah analisis yang tentu tetap saling berkaitan. Adapun langkah-langkah itu dilakukan sebagai berikut:

1. Dalam menganalisis data, peneliti bergantung pada data penelitian. Dalam hal ini pengklasifikasian, penyajian dan penyimpulan data pertama-tama merupakan hasil pembacaan, penghayatan, dan pemahaman peneliti atas sumber data. Hal ini dilakukan untuk menjaga keorisinilan hasil analisis, baru kemudian membandingkannya dengan hasil analisis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain.

(34)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 56

suku Serawai, dan (c) Bagaimana tafsir nilai-nilai pada pantun Dendang di suku Serawai kota Manna Bengkulu Selatan.

3. Tahap akhir penelitian menafsirkan kembali seluruh data yang teridentifikasi dan terklasifikasi untuk menemukan kepaduan, kesatuan, dan hubungan antar data sehingga diperoleh pengetahuan secara utuh-bulat dan menyeluruh tentang hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian tesis ini.

Ketiga langkah yang peneliti tempuh tersebut, tentunya berada pada lingkaran spiral. Bila ada pandangan lain tentang permasalahan penelitian ini, maka hal tersebut dapat digunakan untuk melahirkan analisis secara kritis dan pada akhirnya akan menambah lingkaran dalam spiral tersebut, khususnya akan menambah pemahaman terhadap permasalahan tersebut.

(35)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 125

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Dendang di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan memiliki nilai-nilai yang disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis. Proses yang membudaya dalam pantun Dendang, ada karena telah melalui proses kehidupan yang panjang di masyarakatnya. Keseluruhan hasil analisis terhadap tafsir nilai-nilai melalui pantun Dendang suku Serawai kota Manna Bengkulu Selatan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, dalam upacara perkawinan suku Serawai di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan, mempunyai tahap-tahap sebelum upacara perkawinan dilaksanakan. Adapun tahapan-tahapan dalam upacara perkawinan suku Serawai adalah sebagai berikut; (1) peminangan, (2) memedu rasan, (3) uang antaran, (4) duduak betunangan, dan dilanjutkan pada acara perkawinan

suku Serawai sebagai berikut; (1) akad nikah, (2) memecah nasi, (3) malam inai curi, (4) mengangkat bimbang, (5) acara becampur/duduak besanding.

Kedua, kata “pantun” berakar pada suku kata “tun”. Suku kata ini bisa digunakan untuk kata “tuntun”, sehingga “pantun” dapat berarti “yang memberi tuntunan” sehingga hidup menjadi “santun”. Orang yang beradab, yang sopan

(36)

ideal-Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 126

rasional, sehingga mengandung pandangan hidup masyarakat suku Serawai kota Manna Bengkulu Selatan. Jenis pantun pada masyarakat suku Serawai berdasarkan isinya dapat dikelompokkan sebagai berikut; (1) pantun nasihat, (2) pantun muda-mudi / berkasih-kasih, (3) pantun beriba hati dan (4) pantun jenaka.

Ketiga, bentuk pantun yang ada di suku Serawai terdiri dari empat baris, yang tiap baris berisi delapan atau sembilan suku kata. Dua baris pertama adalah, yaitu baris pertama dan baris kedua, berisi gambaran alam. Sedangkan baris ketiga dan keempat gambaran manusia. Sumardjo (2010:322) menyatakan alam adalah makrokosmos dan sedangkan manusia adalah mikrokosmos. Pada pandangan perimodial Indonesia, mikrokosmos adalah makrokosmos, makrokosmos adalah mikrokosmos. Gambaran alam adalah manusia, gambaran manusia adalah gambaran alam ini. Jadi, dua baris pertama adalah menggambarkan peristiwa alam, sedangkan dua baris kedua adalah menggambarkan peristiwa manusia. Peristiwa alam dan peristiwa manusia saling melengkapi karena merupakan pasangan. Berikut ini adalah contoh analisis pantunnya:

Lalamau nidau kesawa Batang padi dililit kangkung Lalamau nidau bejumpa Patah ati pengarang jantung Artinya:

Sudah lama tidak ke sawah Batang padi dililit kangkung Sudah lama tidak berjumpa Patah hati berulam jantung

(37)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 127

keempat merupakan gambaran kehidupan manusia. Makrokosmos atau alam itu adalah gambaran mikrokosmos juga, sehingga muncullah pepatah: alam terkembang menjadi guru. Alam adalah guru manusia karena alam itu sendiri juga hidup seperti manusia. Begitu alam begitu manusia. Pertanyaan “sudah lama tidak

ke sawah” langsung dijawab dengan “batang padi dililit kangkung”. Di sini

“sampiran” justru memegang kunci arti pantun, jadi bukan sekedar “sampiran”

untuk membangun efek bunyi pada baris-baris “isi”.

Sawah adalah tempat yang melambangkan kehidupan cinta. Cinta itu disimbolkan pada sawah. Jika padi (perasaan hati) tidak mendapat perhatian atau tidak dikunjungi, akan timbul keraguan kehidupan padi (perasaan hati) itu yang digambarkan pada baris kedua ibarat padi dililit kangkung atau padi (perasaan hati) bisa mati karena tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Arti simbol alam ini adalah tempat atau lambang kehidupan cinta yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Bila dihubungkan antara baris pertama dan baris ketiga, yakni prinsip makrokosmos dan mikrokosmos. Kedua pasangan baris ini mengandung pertanyaan: sudah lama tidak ke sawah, sudah lama tidak berjumpa? Di sini jelas bahwa sudah lama tidak ke sawah (tempat atau lambang kehidupan cinta). Lambang kehidupan cinta disimbolkan pada sawah. Apabila hal ini dilengkapi dengan pasangan baris kedua dan keempat yang merupakan jawaban, maka

“batang padi” adalah perasaan hati, dan “dililit kangkung” adalah berulam jantung

(38)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 128

Arti lengkap pada pantun suku Serawai pada pertunjukan Dendang ini adalah perasaan hati seseorang yang gelisah karena tidak diperhatikan dan tidak mendapat kasih sayang yang digambarkan “batang padi dililit kangkung” atau

bagaikan “patah hati berulam jantung” yang artinya putus harapannya pada

seseorang yang dicintainya, timbul keraguan akan kehidupan cinta yang sedang dijalaninya.

Dengan analisis seperti ini jelaslah bahwa arti pantun itu samasekali tersembunyi dalam “pola empat” masyarakat suku Serawai kota Manna Bengkulu Selatan. Arti umum yang biasa kita jumpai adalah “cinta akan tumbuh dengan

perhatian dan kasih sayang” atau sebaliknya “cinta akan runtuh karna tidak ada

perhatian dan kasih sayang”. Inilah ciri khas tradisi lama suku Serawai yang saat ini masih hidup pada penyajian Dendang. Pada pantun ini jelas ada hubungan

antara “sampiran” dan “isi” hubungan itu adalah makrokosmos dan mikrokosmos

atau gambaran alam dan manusia, ada gunung dan ada laut, ada luar dan ada dalam, ada kiri dan ada kanan, ada laki-laki dan ada perempuan.

(39)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 129

B.Rekomendasi

Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka rekomendasi yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bengkulu Selatan. Kesenian Dendang adalah salah satu kesenian tradisional yang mempunyai nilai-nilai kearifan lokal yang tinggi dalam upacara adat perkawinan suku Serawai, dimana pantun-pantun dalam Dendang mempunyai pesan nilai-nilai yang baik untuk masyarakat suku Serawai yang patut dikembangkan dan dilestarikan. Untuk itu pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan diharapkan lebih memperhatikan keberadaannya. Memasukkan materi kesenian ini terhadap kurikulum adalah salah satu alternatif agar nilai-nilai budaya yang terdapat pada Dendang dapat diwariskan kepada generasi muda.

Kedua, kepada pelaku seni, seniman, pemuka adat, ketua adat dan seluruh masyarakat suku Serawai, agar lebih mencintai seni tradisinya sendiri dengan cara melestarikan dan bekerja sama dengan pihak pemerintahan di berbagai lapisan dan khususnya bidang pendidikan. Untuk masyarakat suku Serawai dalam melaksanakan upacara perkawinan hendaknya memakai Dendang sebagai alternatif hiburan dan Pemerintah Bengkulu Selatan dalam memperingati hari jadi kabupatennya agar dapat mempopulerkan Dendang dengan cara suatu perlombaan dalam acara pertunjukan seni di masyarakat suku Serawai Bengkulu Selatan.

(40)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 130

(41)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

(42)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar. 2009. Pokoknya Kualitatif. Dasar-Dasar merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

_________________. 2009. Etnopedagogi. Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia.

Betti, Emilio dkk. 2003. Hermeneutika Transendental. Yogyakarta: Ircisod.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1997/1998. Adat-istiadat Daerah Bengkulu. Bengkulu.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Bengkulu Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Bengkulu. 1995/1996. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu. Bengkulu.

Djahiri, A.K. 1996. Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai Moral. Bandung: LAB. Pengajaran PMP IKIP Bandung.

Gie, Liang. 1976. Garis Besar Estetika (filsafat keindahan). Yogyakarta: Karya Yogyakarta.

Geertz, Clifford. 2003. Pengetahuan Lokal. Yogyakarta: Merapi.

Hasan, Abu. Dongeng dan Refleksi Sosio-Culture Masyarakat: Tinjauan Relevansi Nilai Moral Dongeng dengan Kehidupan Masa Kini. Google: diacces Senin, 24 Oktober 2010.

_________. Sastra Lisan Sastra Tradisional yang Dipertahankan. Google: diacces Kamis, 24 Oktober 2010.

Husien, Kiagues. 1938. Koempoelan Oendang-Oendang Adat Lembaga Benkoelen. Bengkulu.

(43)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kadir, M. 1990. Dendang Darek Sebagai Salah Satu Jenis Dendang di Minangkabau. Sumatra Barat.

Kasmahidayat, Yuliawan. 2010. Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung: Bintang Warli Artika.

Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: PT. Sinar Harapan. Kodijat, Latifah. 1989. Istilah-istilah Musik. Jakarta: Djambatan.

Koentjaraningrat. 1973. Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: LIPI.

___________. 1982. Kebudayaan, Mentalitas dan pengembangan. Jakarta Gramedia. ___________. 1987. Sejarah Teori Antropologi Satu. Jakarta: Universitas Indonesia. ___________. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Marzam, 2000. Dalam Humanus. Fakultas Bahasa Sastra dan Seni. Universitas Negri Padang.

Merrian, Allan P. 1964. The Anthropology Of Music. Chicago: Northwestern. University Perss.

Moleong, Lexy j. 1986. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta PT. Remaja Rusada. Mulyana, R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Palmer, Richard E. 1969. Hermeneutika. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Pujileksono, Sugeng. 2006. Pengantar Antropologi. Malang: UMM PRES. Rizali, Nanang. 2000. Perwujudan Tekstil Tradisional di Indonesia. Disertasi

pada Program Studi Desain ITB Bandung: Tidak diterbitkan.

Royce, Anya Peterson. 1977. The Antropology Of Dance. Bloomington and London. Indiana University Press.

Rudianto. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Serat Cemporet Karya Ng. Ranggawarsita. Google: diacces, Sabtu 30 Oktober 2010.

(44)

Perbrian Tarmizi, 2012

Tafsir Nilai-Nilai Melalui Pantun Dendang Suku Serawai Di Kota Manna Bengkulu Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Siddik, Abdullah. 1980. Hukum Adat Rejang. Jakarta: Balai Pustaka.

_____________. 1996. Sejarah Bengkulu 1500-1990. Jakarta: Balai Pustaka. Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.

____________. 2010.Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press ____________. 2003.Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: Kelir Sumaryono, E. 1999. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta:

Kanisius.

Sutrisno, Mudji. 2008. Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sukanta, Kiki. 2010. “Model Pengembangan Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini Melalui Drama”. Disertasi pada Program Studi Pendidikan Umum/Nilai. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Tarmizi, Pebrian. 2006. “Fungsi Kesenian Dendang Dalam Upacara Adat

Perkawinan di Desa Gunung Ayu Kota Manna Bengkulu Selatan”. Skripsi

pada Program Studi Pendidikan Sendratasik. UNP Padang: Tidak Diterbitkan.

Tilaar. H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995 Kamus Besar

Gambar

Tabel 4.2  Matrik hubungan pantun, musik dan tari Dendang .......................     115
Gambar / Foto Pengantin Laki-laki dan Perempuan................    209
gambar foto dan dokumentasi yang didapat dari pertunjukan Dendang suku
Gambar 3.2 Informan kunci Bapak Arsyid Mesatif dengan peneliti saat wawancara di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Deep interview data yang diambil dengan cara wawancara atau secara mendalam kepada informan-informan dengan harapan mendapatkan informasi yang selengkap mungkin

Dalam wawancara mendalam memerlukan informan kunci ( key informant ) guna memperoleh validitas data yang telah diperoleh dari teknik pengamatan terlibat, dan

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui hasil wawancara secara mendalam dan observasi dengan para informan yang merupakan Usaha Mikro Makanan dan

SWOT diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan. Pemeringkatan strategi dengan menggunakan AHP, yang diperoleh dari wawancara dengan panduan kuesioner. Data tentang

Dalam wawancara mendalam memerlukan informan kunci (key informant) guna memperoleh validitas data yang telah diperoleh dari teknik pengamatan terlibat; dan (e) Teknik studi

Dengan dimulainya dendang dalam pesta perkawinan adat yang ditancai dengan alat musik rebana dan biola selama kurang lebih 15-30 menit maka masyarakat akan dengan senang

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh informan melalui wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yakni petugas yang bertugas

Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan kepada sumber data atau informan kunci, yaitu dari orang-orang yang terlibat langsung atau memiliki data penting berkaitan