• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. PG KARANGSUWUNG KAB. CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. PG KARANGSUWUNG KAB. CIREBON."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. PG KARANGSUWUNG KAB. CIREBON (Studi Kasus Pada Karyawan

Buruh Atau Musiman)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Manajemen Pada Program Studi Manajemen

Universitas Pendidikan Indonesia

Disusun Oleh:

Cicih Warningsih

(0805449)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA PT. PG KARANGSUWUNG KAB.

CIREBON

(Studi Kasus Pada Karyawan Buruh Atau Musiman)

Oleh

Cicih Warningsih

(0805449)

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaEkonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Cicih Warningsih 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. PG KARANGSUWUNG KAB. CIREBON

(Studi Kasus Pada Karyawan Buruh Atau Musiman)

Cicih Warningsih

(0805449)

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Nanang Fattah, M.Pd NIP. 195105181978031001

Pembimbing II

Rofi Rofaida, SP.,M.Si. NIP. 197302205 200501 2 003

Mengetahui:

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

ABSTRAK

Cicih Warningsih; Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PG Karangsuwung Kab. Cirebon, dibawah bimbingan Prof. Dr. H. Nanang Fattah, M.Pd dan Rofi Rofaida, SP.,M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah stres kerja yang dialami karyawan buruh atau musiman dimana beban kerja yang mereka rasakan terlalu berat yang mengakibatkan rendahnya kinerja kerja yakni target-target yang ingin di capai tidak sesuai dengan realisasinya. Kemudian jumlah karyawan yang tidak sesuai mengakibatkan banyak perselisihan tentang pembagian kerja, sehingga membuat kondisi lingkungan pekerjaan tidak nyaman dan menyebabkan stres kerja yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang stres kerja dan gambaran tentang kinerja karyawan serta sejauh mana pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. PG Karangsuwung,

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan musiman. Objek dalam penelitian ini adalah stres kerja sebagai variabel bebas dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat. jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 176 orang karyawan, dimana teknik pengambilan sampel sebanyak 73 orang karyawan. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi pearson product moment dan analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukan bahwa stres kerja berada pada kategori rendah dan kinerja karyawan berada pada kategori sedang. Hasil penghitungan korelasi adalah stres kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hasil penghitungan analisis regresi sederhana diketahui bahwa stres kerja mempengaruhi kinerja sebesar 6,15%, sedangkan sisanya sebesar 93,85% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diberikan adalah perusahaan perlu mengatur jumlah karyawan musiman dan karyawan tetap dalam setiap bagian pekerjaannya supaya tidak terjadi perdebatan diantara sesama karyawan tentang pembagian kerja.

(5)

ABSTRACT

Cicih Warningsih; “Effect of Stress Work Against Employee Performance At

PT. PG Karangsuwung Kab. Cirebon”, under the guidance of Prof. Dr. H. Nanang Fattah, M.Pd and Rofi Rofaida, SP., M.Sc.

The background of this research is the problem of low performance of the employee, in which production targets were not determined in accordance with the realization or achievement of results to be achieved are not appropriate. This is because employees are experiencing high work stress, where the workload is heavy and they feel that exceed working time limits so that the desired results or targets are not determined in accordance with the realization. This study aims to determine how the image on job stress and employee performance as well as an overview of the extent of the effect of work stress on employee performance at PT. PG Karangsuwung,

Subjects in this study were seasonal employees, part time employees HR, employees at the production, harvest and transport the employee in PT. PG Karangsuwung. Objects in this study is job stress as the independent variable and employee performance as the dependent variable. kind of research is descriptive research and verification. Total population in this study were 176 employees, of which sampling technique as many as 73 employees. The technique of data analysis performed using Pearson product moment correlation coefficient and simple linear regression analysis.

The results showed that job stress is high and the category of employee performance middle category. The results of calculation of the correlation is positive influence of work stress on employee performance. The results of calculation of simple regression analysis it is known that stress affects job performance by 6,15%, while the remaining 93,85% is influenced by other factors that are not conscientious writer.

Based on these results, it is recommended to set the number of employees the company needs to seasonal and permanent employees in every part of his job so that no controversy among fellow employees of the division of labor.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Kegunaan Hasil Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISError! Bookmark not defined.1 2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.1 2.1.1 Stres Kerja ... Error! Bookmark not defined.1 2.1.1.1 Pengertian Stress Kerja……….………. 11

2.1.1.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ………... 12

2.1.1.3 Gejala-gejala Stres Kerja………..…. 12

2.1.1.4 Cara Menanggulangi Stres………. 15

2.1.1.5 Indikator-indikator Stres Kerja……….. 19

2.2.1 Kinerja ... Error! Bookmark not defined.0 2.2.1.1.Pengertian Kinerja………. 20

2.2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan…...……… 21

2.2.1.3 Penialain Kinerja Karyawan………..…...……… 22

2.2.1.4 Metode Penilaian Kinerja………..…...……… 25

(7)

2.2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawanError! Bookmark not defined.

2.3 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.4

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.6

3.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.6

3.2 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.6

3.3 Sumber Data dan Teknik Penarikan sampel Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan SampelError! Bookmark not defined.

3.4.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined.

3.4.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... Error! Bookmark not defined.3

3.5 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.5

3.6 Uji Reliabilitas... 49

3.7 Prosedur Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.1

3.8 Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not defined.7

3.9 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Profil Perusahaan ... 59

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.1

4.2.1 Gambaran Umum Karakteristik RespondenError! Bookmark not defined.1

4.3 Hasil Pengukuran Variabel Yang Diteliti... 65

4.3.1 Analisis Data... 66

4.3.2 Gambaran Stres kerja (X) Pada PT. PG Karangsuwung ... 71

4.3.3 Gambaran Kinerja (Y) Karyawan Pada PT. PG KarangsuwungError! Bookmark not defined.1

4.4 Hasil Pengujian Statistik ... 93

(8)

4.5 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.8

4.5.1 Pembahasan Stres Kerja (Variabel X) . Error! Bookmark not defined.8

4.5.2 Pembahasan Kinerja (Variabel Y) ... 102

4.6 Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.8

5.1 Kesimpulan... Error! Bookmark not defined.8

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan yang terjadi seringkali membawa dampak bagi karyawan suatu

perusahaan, baik dampak positif ataupun negative. Namun seringkali realita dalam

dunia kerja bagi perusahaan dan bagi karyawan itu sendiri, perubahan yang terjadi

akan membawa dampak negative karena mereka harus beradaptasi dengan

perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan

yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerja

mereka sendiri.

Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK,

merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang

berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ribuan

bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan kebagian yang sangat

tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan dapat bertahan

atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi boss baru, pengawasan

yang ketat, tunjangan kesejahteraan berkurang dari sebelumnya, dan harus bekerja

lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status sosial ekonomi keluarga.

Para pekerja di setiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian.

Dalam situasi seperti itu, seringkali memicu terjadinya stres kerja

dikarenakan adanya tuntutan akan target yang ingin dicapai, jadwal kerja yang

(10)

kerja, dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status

sosial ekonomi keluarga. Kondisi menjadi bertambah buruk karena para tenaga

kerja diminta untuk mengarahkan diri bagi perusahaan dan berbuat dengan lebih

banyak waktu, tetapi dengan dukungan yang lebih sedikit.

Dampak dari stres yang mereka alami sangat dapat menurunkan

produktivitas kerja dan mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. Oleh karena itu,

stres kerja menjadi salah satu hal yang dapat menjadi hambatan atau ganjalan

yang sering dihadapi oleh sebuah perusahaan atau organisasi.

PT. PG KARANGSUWUNG adalah perusahaan manufaktur yang

memproduksi gula pasir. dengan kapasitas produksi gula cukup besar PT. PG

KARANGSUWUNG dapat melayani permintaan para konsumen yang

memusatkan pemasarannya dalam negeri.

Dalam pencapaian target nya PT. PG KARANGSUWUNG sering kali

mengalami berbagai permasalahan, seperti ketidaksesuaian jam kerja karyawan,

sehingga karyawan seringkali mangkir dari kerjaannya, pekerjaan yang terlalu

banyak sehingga karyawan tidak mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,

kondisi lapangan pekerjaan yang membuat mereka merasa jenuh dan bosan dalam

melakukan pekerjaannnya.

Di bawah ini adalah data target produksi dan realisasi PT. PG Karangsuwung.

(11)

Tabel 1.1

Data hasil pencapaian produksi tahun 2007-2008

TAHUN

2011 2.752,567 13.231,66 2.752,567 11.642,01 12,01

Sumber: Bagian Operasional PT. PG Karangsuwung,2012

Gambar 1.1

Diagram data hasil pencapaian produksi tahun 2007-2008

Sumber: hasil pengolahan data,2012

Dari data-data diatas, dapat dilihat target yang ingin di capai tidak sesuai

dengan harapan. Perusahaan juga mengalami penurunan produksi yang sangat

tajam, hasil yang dicapai tidak sesuai dan bahkan merugikan perusahaan. Hal ini

menunjukan bahwa kinerja karyawan yang masih rendah. Apabila kondisi seperti

(12)

ini dibiarkan, maka akan berdampak buruk pada kinerja karyawan terutama pada

keuntungan perusahaan secara keseluruhan.

Masalah rendahnya kinerja karyawan yang terjadi di PT. PG

KARANGSUWUNG tidak lain karena sikap karyawan yang sering mangkir dari

pekerjaannya, sering menunda pekerjaan sehingga tidak selesai tepat waktu, juga

beban kerja yang berlebihan sehingga membuat menurunnya kondisi badan dan

daya konsentrasi yang mengakibatkan kinerja mereka menurun, serta jam kerja

yang melebihi batas jam kerja normal yakni jam kerja buruh atau karyawan

musiman yang kerja dari mulai jam 05.00 sampai dengan jam 17.00, lalu

karyawan tetap yang kerja bagian penggilingan tebu yang bekerja 24jam non stop

selama 3bulan tapi pembagian kerja berdasarkan shift, namun tetap saja jam kerja

nya melebihi batas jam kerja karena kalau misalnya mesin nya mati satu menit

saja perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu, banyak

nya karyawan yang sering tidak hadir, datang terlambat ataupun pulang lebih

cepat dari jam kerja nya menunjukan bahwa kinerja di perusahaan ini masih

rendah. Karena tingkat kesadaran dalam bekerja mereka masih rendah sehingga

kinerja nya pun tidak bisa optimal. Tingkat absensi karyawan yang masih rendah

tentunya dapat menurunkan kinerja karyawan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

(13)

Gambar 1.2

Diagram data absensi karyawan PT. PG karangsuwung

Sumber: hasil pengolahan data,2012

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa tingkat absensi karyawan masih

sangat rendah. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran karyawan belum sepenuhnya

baik karena dari seluruh jumlah karyawan yang ada, karyawan yang datang

terlambat bisa mencapai 4% dan itu setiap tahun nya semakin meningkat. Bahkan

karyawan yang tidak hadir pun semakin meningkat hingga mencapai 7%. Hal ini

menunjukan bahwa kinerja karyawan yang masih rendah.

Dari hasil wawacara dengan beberapa karyawan buruh yang bekerja di PT.

PG Karangsuwung, rata-rata mereka mengalami stress kerja karena faktor

lingkungan kerja dimana mereka bekerja di bawah terik sinar matahari langsung

dan jam kerja mereka pun melebihi batas jam kerja, kebisingan ruangan yang

terlalu keras sehingga mereka sulit berkonsentraasi, gaji yang telalu kecil

dibanding pekerjaannya, selain itu faktor individual pun mempengaruhi kinerja

mereka seperti masalah ekonomi dimana mereka terlilit hutang, masalah keluarga,

(14)

anak, istri dan lainnya. Selain itu dampak yang terjadi pada karyawan adalah

menunda pekerjaan hingga mendekati batas waktu yang telah ditentukan, dengan

begitu hasil pekerjaan pun tidak menjadi optimal. Karyawan pun merasa

menurunnya kondisi fisik mereka sehingga mereka lebih mudah merasa capek,

tidak nafsu makan, mudah mengantuk, mudah pegel, mudah marah dan

semacamnya. Bahkan, seringkali karena kondisi tersebut mereka mengalami

beberapa masalah yang terjadi dalam pekerjaan, mereka sering

mempermasalahkan pembagian kerja, sehingga terjadi perselisihan sesama

pekerja yang pada akhirnya akan berakibat fatal untuk perusahaan, karena kinerja

mereka yang tidak optimal dan hasil yang dicapai pun tidak sesuai target. Hal

tersebut tentunya dapat mengganggu perhatian mereka saat bekerja, sehingga

karyawan seringkali mengalami turunnya daya konsentrasi ketika sedang bekerja.

Dibawah ini adalah data kinerja karyawan PT. PG Karangsuwung, dapat dilihat

pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Data kinerja buruh PT. PG Karangsuwng Jumlah

karyawan

Jumlah tebangan tebu/Ha (Ku) tiap kelompok karyawan buruh (5-6 orang)

2007 2008 2009 2010 2011

108 722,7 583,0 668,5 836,5 542,8

(15)

Gambar 1.3

Diagram data kinerja buruh PT. PG Karangsuwung

Sumber: hasil pengolahan data,2012

Dari data-data diatas dapat dilihat bagaimana kinerja karyawan di

perusahaan ini, mulai tahun 2007 karyawan bisa menghasilkan tebangan tebu

722,7Ku/Ha, namun di tahun berikutnya kinerja karyawan menurun sehingga

hanya bisa menghasilkan 583,0Ku/Ha, kemudian di tahun 2009 meskipun

mengalami kenaikan dalam penebangan tebu namun tidak bisa menutup kerugian

di tahun sebelumnya karyawan bisa menghasilkan tebangan tebu sebanyak

668,5Ku/Ha, di tahun 2010 karyawan bisa meningkatkan kinerja mereka dengan

menghasilkan tebangan tebu sebanyak 836,5Ku/Ha, namun tahun 2011 mereka

mengalami penurunan kinerja yang cukup drastis karena tebangan tebu yang

dihasailkan jauh lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya yaitu hanya

menghasilkan tebangan tebu sebanyak 542,8Ku/Ha. Hal ini menunjukan kinerja

karyawan yang masih rendah. Apabila kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

2007 2008 2009 2010 2011

(16)

berdampak buruk pada produksi perusahaan terutama pada keuntungan yang

nantinya akan di peroleh. Oleh karena itu, untuk mewujudkan karyawan yang

memiliki kinerja yang tinggi diperlukan adanya upaya perbaikan dalam

menunjang pelaksanaan pekerjaan baik secara individu maupun yang dilakukan

oleh pihak perusahaan.

Pada kenyataannya untuk memujudkan karyawan yang memiliki kinerja

tinggi bukanlah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Kinerja seorang

karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya motivasi kerja, kepuasan

kerja, tingkat stres, kompensasi, dan sebagainya. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh pernyataan T. Hani Handoko (2001 : 193) sebagai berikut:

Ada beberapa yang mempengaruhi kinerja (prestasi kerja) karyawan.

Karyawan bekerja dengan produktif atau tidak produktif tergantung

motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, system

kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta

prilaku lainnya.

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan karyawan maupun

perusahaan secara keseluruhan. Stres yang dihadapi karyawan di dalam bekerja

akan sangat mempengaruhi kinerja dalam perusahaan sehingga target-target yang

seharusnya tercapai tidak optimal.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, karyawan PT. PG

Karangsuwung memiliki tingkat stres yang tinggi karena mereka setiap hari

berhadapan dengan aspek lingkungan fisik (bekerja bawah terik sinar matahari

langsung, di bawah kebisingan yang terlalu keras) dan lingkungan psikososial

(17)

karena beban kerja yang berlebih dan kondisi atau lingkungan pekerjaan yang

tidak mendukung,serta gaji yang terlalu kecil dibanding dengan pekerjaannya,

yang mana pada akhirnya kondisi seperti ini akan menyebabkan kinerja karyawan

itu sendiri menjadi menurun. Dari alasan dan kondisi tersebut, maka penulis

bermaksud melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT. PG Karangsuwung kab. Cirebon (Studi Kasus Pada Karyawan Buruh atau Musiman)”

1.2 Identifikasi Masalah

Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah diatas, bahwa

kegiatan perusahaan atau organisasi dalam mencapai target yang ingin dicapai

tergantung kepada manusia yang mengelola perusahaan atau organisasi tersebut.

Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja kerja karyawan, maka perusahaan

perlu memperhatikan faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh dan dapat

meningkatkan kinerja karyawan. Dalam hal ini yang menjadi identifikasi masalah

yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana tingkat stres kerja di PT. PG Karangsuwung?

2. Bagaimana tingkat kinerja karyawan di PT. PG Karangsuwung?

3. Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan di PT. PG

(18)

1.3 Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat stres kerja di PT. PG

Karangsuwung?

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kinerja karyawan di PT. PG

Karangsuwung?

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh stres kerja terhadap kinerja

karyawan di PT. PG Karangsuwung?

1.3.2 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara

teoritis dan praktis.

1.3.2.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi

kajian yang lebih komprehensif dan pengembangan ilmu manajemen sumber daya

manusia tentang stres kerja dan kinerja kerja karyawan.

1.3.2.2 Kegunaan Praktis

Bagi PT. PG Karangsuwung hasil penelitian ini dapat dijadikan

pertimbangan dalam perlaksanaan kerja karyawan sehingga karyawan tidak

mengalami stres dan bisa meningkatkan kinerja karyawan sehingga menghasilkan

kinerja yang optimal.

Bagi peneliti, penelitian berfungsi menambah pengetahuan dan

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stres Kerja

2.1.1.1 Pengertian Stres Kerja

Marihot Tua Efendi Hariandja (2002:303) mengemukakan bahwa “Stres kerja adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang

yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan dan

adanya kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran

dan kondisi fisik seseorang.

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2008:157) “Stres kerja

adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan”.

Stres kerja ini tampak dari symptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak

tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks,

cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan

pencernaan.

Menurut Stephen P. Robbins terjemahan Benyamin Molan (2006:796)

“Stres kerja adalah kondisi yang muncul dari interaksi antar manusia dan

pekerjaan serta dikarakteristikan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka

untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.

(20)

Menurut T. Hani Handoko (2001:200) bahwa Stres kerja adalah suatu

kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi

seseorang.

Adapun definisi yang dikatakan Sondang P. Siagian (2008:300) bahwa

stress merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan

fikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stress yang tidak diatasi dengan baik

biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif

dengan lingkungannya, baik dalam arti lngkungan pekerjaan maupun di luarnya.

Artinya, karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negative

yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerjanya.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul dari interaksi

antar manusia dan pekerjaan dan dikarakteristikan oleh perubahan manusia yang

memaksa untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. (Stephen P. Robbins

terjemahan Benyamin Molan (2006:796). 2.1.1.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2008:157) berpendapat

bahwa penyebab stres kerja antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat,

waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja

yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan

tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin

(21)

T. Hani Handoko (2001:201) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah kondisi kerja yang sering menyebabkan stres bagi para karyawan, diantaranya

adalah:

1. Beban kerja yang berlebihan.

2. Tekanan atau desakan waktu.

3. Kualitas supervisi yang jelek.

4. Iklim politis yang tidak aman.

5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai.

6. Kemenduaan peranan.

7. Frustasi.

8. Konflik antar pribadi dan antar kelompok.

9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan.

10. Berbagai bentuk perusahaan.

Dilain pihak, stres karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang

terjadi di luar perusahaan. Penyebab-penyebab stres diluar pekerjaan itu menurut

T. Hani Handoko (2001:201) yaitu diantaranya: 1. Kekuatiran finansial

2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak

3. Masalah-masalah dengan phisik

4. Masalah-masalah perkawinan (misalnya perceraian)

5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

(22)

2.1.1.3 Gejala-gejala Stres Kerja

Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2002:306), gejala adalah

merupakan dari suatu sikap atau perasaan. Penampakan rasa senang bisa dalam

bentuk tertawa, ceria dan girang, dan penampakan rasa tidak senang bisa dalam

bentuk diam, murung, marah, dan lain-lain, atau dapat juga dikatakan indikasi

atau tanda-tanda dalam berbagai bentuk dari sesuatu yang abstrak. Stres sebagai

ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang dan abstrak gejalanya,

stres muncul lewat sejumlah cara misalnya individu mengalami tingkat stres yang

tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, gangguan lambung, sulit membuat

keputusan rutin, hilang selera makan, rawan kecelakaan, dan lain-lain. Para ahli

mengelompokan gejala ini kedalam tiga kategori yaitu:

1. Gejala Fisiologis

Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada metabolisme organ tubuh

seperti denyut jantung yang meningkat, tekanan darah yang meningkat,

sakit kepala, dan sakit perut yang bisa kita alami dan harus diwaspadai.

Sebagian besar perhatian dini atas stres diarahkan ke gejala fisiologis. Ini

terutama karena topic itu diteliti oleh spesialis ilmu kesehatan dan medis.

Riset ini memandu ke kesimpulan bahwa stres dapat menciptakan

perubahan metabolisme, meningatkan denyut jantung, pernapasan,

meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan

menyebabkan serangan jantung.

(23)

Yaitu perubahan-perubahan sikap yang tejadi seperti ketegangan,

kegelisahan, kebosanan, cepat marah, dan lain-lain. Stres dapat

menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat

menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan. Memang

itulah dampak psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stres

itu. Tetapi stres muncul dalam keadaan psikologis lain misalnya

ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka

menunda-nunda.

3. Gejala Keperilakuan, yaitu perubahan-perubahan atau situasi dimana

kinerja (performance) dan produktifitas seseorang menurun, absensi

meningkat, kebiasaan makan berubah, merokok bertambah, banyak

minum-minuman keras, sulit tidur, berbicara tidak tenang, dan lain-lain.

2.1.1.4 Cara Menanggulangi Stres

Stres sebagaimana disebutkan diatas menjadi sesuatu yang melekat dalam

kehidupan manusia dalam suatu perusahaan dan dapt mempengaruhi prestasi

kerja. Oleh karena itu, maslah stres perlu mendapat perhatian dan pengelolaan

dalam usaha mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Penanganan ini jelas berkaitan

dengan usaha memenuhi sasaran perusahaan, sasaran individu, sasaran sosial,

sasaran fungsional manajemen sumber daya manusia, yaitu penanganan stres

dapat meningkatkan produktifitas karyawan sebagai salah satu tantangan dalam

menghadapi persaingan, dan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Dengan

penangan stres kerja, setiap karyawan akan mendapatkan kondisi kesehatan

(24)

melakukan berbgai peran sosialnya, dirumah sebagai ayah/ibu atau sebagai

anggota masyarakat dengan labih baik.

Dengan ini, menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2002:309)

beberapa pedoman untuk menanggulangi sters sebagaimana dikatakan para ahli

secara umum yaitu:

1. Mengelola waktu

Waktu yang kita miliki memang terbatas, sehingga bilamana kita

menghadapi berbagai tuntutan dapat mengakibatkan stres. Tetapi,

bilamana waktu diatur dengan baik, akan mendapat meningkatkan

penyelesaian berbagai pekerjaan dengan lebih efektif. Berbgai prinsip

yang yang dapt dipegang adalah :

a. Membuat daftar mengenai aktivitas yang akan dilakukan

b. Menentukan prioritas aktivitas berdasarkan kepentingan dan seberapa

pentingnya.

c. Menentukan waktu pelaksanaan sesuai dengan prioritas

2. Latihan Fisik

Melakukan berbagai kegiatan fisik yang menyenangkan seperti jogging,

jalan kaki, naik sepeda, bermain tenis, golf, dll. Latihan ini dapat

meningkatkan kesehatan seperti kesehatan jantung, melancarkan peredaran

darah atau kesehatan fisik secara umum, yang tentu saja akan

meningkatkan kemampuan dalam menghadapi berbagai tantangan.

(25)

Sebuah kegiatan yang menenangkan pikiran untuk mencapai suatu situasi

di mana semua komponen tubuh istirahat dan relaks, yang dapat digunakan

dalam beberapa menit, kurang lebih 20menit setiap hari, yang dilakukan

dengan cara :

a. Duduk santai dengan mata tertutup disebuah tempat yang sepi

b. Secara perlahan-lahan menyebutkan kata-kata atau kalimat yang

mendamaikan pikiran dan perasaan anda secara berulang-ulang

c. Menarik nafas secara santai melalui hidung dan mengeluarkan melalui

mulut

d. Menghidari pikiran-pikiran yang menggangu, dengan sikap mental

yang menerima.

4. Terbuka pada orang lain

Mendiskusikan secara terbuka dengan orang lain ayng dekat dengan anda

masalah-masalah, ketakutan yang dihadapi, dan lain-lain.

5. Perecanaan diri

Rencanakan hari-hari anda secara fleksibel. Tidak melakukan dua hal

dalam waktu yang bersamaan, bersikap tenang tiding terburu-buru, dan

berfikir sebelum bereaksi. Hidup berlandaskan hari, bukan menit per

menit.

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2000:158) mengemukakan

bahwa terdapat tiga pola dalam menanggulangi stres kerja yaitu:

(26)

Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan

kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak

menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan brkembang.

2. Pola harmonis

Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan

mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan

berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan

berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara

teratur.

3. Pola patologis

Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak pada

berbagai gangguan fisik maupun sosial psikologis. Dalam pola ini,

individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak

memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu.

Menurut Sondang P. Siagian (2008:302-303), berbagai langkah yang

dapat diambil bagian kepegawaian dalam membantu karyawan mengatasi stres

kerja yang dihadapinya antara lain:

1. Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan

menghadapi berbagai stres.

2. Menyampaikan seluruh kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan

sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan

(27)

3. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya

gejala-gejala stres dikalangan para bawahannya dan dapat mengambil

langkah-langkah teretentu sebelum stres itu berdampak negative terhadap

prestasi kerja para bawahaannya itu.

4. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber

stres.

5. Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka

benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.

6. Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga ondisi yang dapat

menjadi sumber stres dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara dini.

7. Menyempurnakan rancangan bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian

rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat

dielakan, dan menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila

mereka sempat menghadapi stres.

Cara lain untuk menanggulangi stres adalah dengan merancang kembali

pekerjaan-pekerjaan sehingga karyawan mempunyai pilihan keputusan lebih

banyak dan wewenang untuk melaksakan tanggung jawab mereka. Desain

pekerjaan juga dapat mengurangi kelebihan beban kerja, tekanan waktu dan

peranan. Selanjutnya komunikasi dapat diperbaiki untuk memberikan umpan balik

pelaksanaan kerja, dan partisipasi dapat ditingkatkan.

2.1.1.5 Indikator-indikator Stres Kerja

Indikator-indikator dari stres kerja menurut Stephen P. Robbins

(28)

1. Tuntutan tugas, merupakan faktor yang diakaitkan pada pekerjaan

seseorang seperti kondisi kerja, tata kerja letak fisik.

2. Tuntutan peran, berhubugnan dengan tekanan yang diberikan pada

seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam

suatu oraganisasi.

3. Tuntutan antar pribadi, merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan

lain.

4. Struktur organisasi.

5. Kepemimpinan organisasi

2.2.1 Kinerja

2.2.1.1.Pengertian Kinerja

Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2009:195) mengungkapkan

bahwa Kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku

nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi atau perusahaan.

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2002:67) “Kinerja (Prestasi

Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

pegawai dlam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya”.

Malayu S.P. Hasibuan (2001: 34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

(29)

Veithzal Rivai (2004:309) mengungkapkan, “Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan

oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Edy Sutrisno (2009:165) mendefinisikan prestasi kerja sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari tingakh laku kerjanya dalam melaksanakan

aktivitas kerja.

Menurut Faustino Cardoso Gomez, (2003:135) mengemukakan definisi

kinerja sebagai catatan outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan

tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa kinerja

adalah merupakan hasil kerja yang yang telah dicapai seseorang dari tingkah laku

kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja (Edy Sutrisno (2009:165)

2.2.1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2006:15) bahwa

faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yaitu:

1. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan

sifat-sifat seseorang. Misalnya kinerja seseorang baik disebabkan

karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja

keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang

tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak

mempunyai upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

2. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

(30)

tindakan-tindakan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan

iklim organisasi.

Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang

mempengaruhi kinerja seseorang. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor penentu kinerja seseorang dalam organisasi adalah faktor

internal yakni faktor individu, individu yang pekerja keras akanmenunjukan

kinerja yang baik, sebaliknya dan faktor eksternal yaitu lingkungan kerja

organisasi, misalkan pimpinan yang mendukung pelaksanaan kerja karyawan akan

mendorong karyawan untuk bersemangat dalam bekerja dan menunjukan kinerja

optimal.

2.2.1.3 Penialain Kinerja Karyawan

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan

perusahaan adalah dengan cara melihat hasil penilain kinerja. Sasaran yang

menjadi objek penelitian kinerja adalah kecakapan, kemampuan karyawan dalam

melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan

tolak ukur tertentu secara objektif dan dilakukan secara berkala. Dari hasil

penelitian dapat dilihat kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh kinerja

karyawan atau dengan kata lain, kinerja merupakan hasil kerja konkrit yang dapat

diamati dan dapat diukur.

Penialain kinerja mengacu pada suatu system formal dan terstruktur yang

digunakan untuk mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan

(31)

demikian, penialian prestasi adalah merupakan hasil kerja karyawan dalam

lingkup tanggung jawabnya.

Penilaian kinerja digunakan perusahaan untuk menilai kinerja

karyawannya atau mengevaluasi hasil perkerjaan karyawan. Penilain kinerja yang

dilakukan dengan benar akan bermanfaat bagi karyawan, manajer departemen

SDM, dan pada akhirnya bagi perusahaan sendiri. Selain itu, penilaian kinerja

diartikan pula sebuah mekanisme yang baik untuk mengendalikan karyawan.

(Veithzal Rivai, 2008:309-310).

Penilaian kinerja atau unjuk kerja merupakan suatu proses organisasi

dalam menilai unjuk kerja pegawainya. Tujuan dilakukannnya penilaian unjuk

kerja secara umum adalah untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam

upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktifitas

organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai

kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji,

pendidikan dan latihan, dan lain-lain. Sehingga, penilain unjuk kerja dapat

menjadi landasan untuk penilaian sejauh mana kegiatan manajemen SDM seperti

perekrutan, seleksi, penempatan, dan pelatihan dilakukan dengan baik, dan apa

yang akan dilakukan kemudian seperti dalam penggajian, perencanaan karir, dan

lain-lainnya yag tentu saja merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting

dalam manajemen sumber daya manusia.

Menurut Edy Sutrisno (2009:167) terdapat enam aspek yang merupakan

bidang prestasi kunci dalam melakukan pengukuran prestasi kerja karyawan, yaitu

(32)

1. Hasil kerja. Tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan

dan sejauh mana pengawasan dilakukan.

2. Pengetahuan pekerjaan. Tingkat pengetahuan yang terkait dengan

tugas pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas

dan kuallitas hasil kerja.

3. Inisiatif. Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan

khususnya dalam hal penanganan masalah-masalah yang timbul.

4. Kecekatan mental. Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam

menerima instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja situasi

kerja yang ada.

5. Sikap. Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan

tugas pekerjaan, dan

6. Disiplin waktu dan absensi. Tingkat ketepatan waktu dan tiingkat

kehadiran.

Manfaat system penilaian kinerja untuk berbagai kepentingan menurut

Sondang P. Siagian (2008:227-228), ialah:

1. Mendorong peningkatan prestasi kerja,

2. Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan,

3. Untuk kepentingan mutasi pegawai,

4. Guna menyusun program pendidikan dan pelatihan, dan

5. Membantu para pegawai menentukan rencana karirnya dan dengan

bantuan bagian kepegawaian menyusun program pengembangan karir

(33)

Selain itu prestasi kerja/kinerja secara lebih rinci sebagaimana diuraikan

oleh T. Hani Handoko (2001:135-137) akan memberikan kegunaan sebagai

berikut:

1. Perbaikan prestasi kerja/kinerja,

2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi,

3. Keputusan-keputusan penempatan,

4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan,

5. Perencanaan dan pengembangan karir,

6. Penyimpanan-penyimpanan proses staffing,

7. Ketidakakuratan informasional,

8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan,

9. Kesempatan kerja yang adil, dan

10.Tantangan-tantangan eksternal.

2.2.1.4Metode Penilaian Kinerja

Menurut Hasibuan (2003 : 68 – 90) terdapat beberapa hal yang perlu

diketahui yang dapat digunakan sebagai penilaian kinerja (performance appraisal)

dengan seorang karyawan yakni antara lain :

a. Pengetahuan seorang karyawan tentang pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya.

b. Apakah karyawan mampu membuat perencanaan dan jadwal

pekerjaannya.

(34)

d. Pengetahuan teknis karyawan dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya,

karena berkaitan dengan mutu pekerjaan dan kecepatan menyelesaikan.

e. Seberapa jauh karyawan tergantung kepada orang lain dalam

melaksanakan pekerjaannya.

f. Judgement atau kebijakan yang bersifat naluriah yang dimiliki oleh

seseorang karyawan untuk memhubungani kinerjanya.

g. Kemampuan berkomunikasi baik sesama rekan maupun dengan

atasannya.

h. Kemampuan bekerjasama dengan karyawan maupun orang lain, karena

dalam hal ini sangat berperan dalam menentukan kinerjanya.

i. Kehadiran dalam rapat yang disertai dengan kemampuan

menyampaikan gagasan kepada orang lain, karena dalam hal ini

mempunyai nilai tersendiri dalam menilai kinerja seorang karyawan.

j. Kemampuan untuk mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya.

k. Kepemimpinan menjadi faktor yang harus dinilai dalam kinerja

terutama bagi karyawan yang berbakat “memimpin” sekaligus

memobilitasi dan me teman – temannya untuk bekerja lebih baik.

Penilaian kinerja sebuah organisasi itu sangat perlu baik pada proses

maupun hasil, baik pada pegawai maupun bagi organisasi, dalam hal ini adalah

organisasi pemerintah daerah guna mengetahui apakah kinerja yang dilakukan

(35)

tersebut dapat diketahui dan ditingkatkan kinerjanya. Untuk mengetahui tingkat

keberhasilan kinerja pegawai, maka harus ada pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/ kebijaksanaan sesuai dengan sasaran

dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi

organisasi. Pengukuran kinerja mencakup indikator–indikator pencapaian kinerja.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis mencoba memaparkan berbagai

pendapat para ahli tentang indikator kinerja.

2.2.1.5Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2009:195), “Unjuk kerja

merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang

ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Penilaian unjuk kerja

merupakan suatu proses organisasi dalam menilai unjuk kerja pegawainya. Tujuan

dialkukannya penialain kinerja secara umum adalah untuk memberikan feedback

kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya

meningkatkan produktivitas organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam

kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk

promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan, dan lain-lain.”

Veithzal Rivai (2004:312) menjabarkan tujuan penilaian kinerja atau prestasi kinerja karyawan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini.

2. Pemberian imbalan yang serasi, mislanya utnuk pemberian kenaikan

(36)

3. Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.

4. Untuk pembeda antara karyawan yang satu dengan yang lain.

5. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam :

a. Penugasan kembali.

b. Promosi, kenaikan jabatan.

c. Training atau latihan.

6. Meningkatkan motivasi kerja.

7. Meningkatkan etos kerja.

8. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui

diskusi tentang kemajuan kerja mereka.

9. Sebagai alat untuk memperoleh umpan ballik dari karyawan untuk

meperbaiki desain pekerjaan, lingkungan pekerjaan, dan rencana karir

sebelumnya.

10.Riset seleksi sebagai criteria keberhasilan/efektivitas.

11.Sebagai salah satu sumber informasi untuk perencanaan SDM, karier

dan keputusan perencanaan suksesi.

12.Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai

untuk mencapai hasil yang baik secara menyeluruh.

13.Sebagai salah satu sumber informasi untuk pengambilan keputusan

yang berkaitan denagn gaji, upah,insentif,kompensasi dan berbgai

imbalan lainnya.

14.Sebaagai penyaluran keluhan yang diberikan dengan masalah pribadi

(37)

15.Sebagai alat untuk menjga tiingkat kinerja.

16.Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk

mengambil inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja.

17.Untuk mengetahui efektifitas kebijakan SDm, seperti seleksi,

recruitment, pelatihan dan analisis pekerjaan sebagai komponen yang

saling ketergantungan diantara fungsi-fungsi SDM.

18.Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja

menjadi baik.

19.Mengembangkan dan menetapkan kompensasi pekerjaan.

20.Pemutusan hubungan kerja, pemberian sangsi ataupun hadiah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian

kinerja memiliki banya manfaat bagi perusahaan diantaranya untuk mengetahui

tingkat kinerja karyawan, memperbaiki motivasi karyawan, memperbaiki moral

karyawan, sumber penetapan kompensasi, sumber kebijaksanaan pemberhetian

karyawan dan lain-lain.

2.2.1.6Indikator Dalam Menilai Kinerja Karyawan

Menurut Faustino Cardoso Gomez, (2003:142) dalam melakukan

penelitian terhadap kinerja yang berdasarkan perilaku yang spesifik (Judgement

Performance Evaluation) ini maka ada delapan dimensi yang perlu mendapatkan

perhatian, antara lain:

1. Quality of Work (kualitas kerja)

Kualitas ini akan dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan

(38)

2. Quantity of Work (kuantitas kerja)

Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

3. Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan)

Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilan.

4. Creativeness (kreatifitas)

Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperative (kerjasama)

Kesadaran untuk bekerja sama dengan orang lain.

6. Dependability (ketergantungan)

Kesadaran dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penjelasan kerja.

7. Initiative (inisiatif)

Keaslian ide-ide yang disampaikan sebagai program organisasi dimasa

yang mendatang.

8. Personal Quality (kualitas personil)

Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, kemampuan dan integritas

pribadi.

2.2.1.6Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja

T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen Personalia

dan Sumber Daya Manusia (2001:193) mengatakan:

(39)

Dari pernyataan diatas, jelas bahwa tingkat stres merupakan salah satu

yang mempengaruhi tingkat kinerja seorang karyawan. Stres dapat sangat

membantu (functional), tetapi juga dapat berperan salah (dysfunctional) atau

merusak kinerja. Secara sederhana, hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi

untuk mendorong atau menggangu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar

tingkat stres. (T. Hani Handoko, 2001:201-202)

Tidak dapat disangkal bahwa stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh

terhadap kinerja. Artinya, bahwa stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa

yang dikenal dengan burn out, yaitu suatu kondisi mental dan emosional serta

kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan tidak teratasi. Jika hal ini terjadi,

dampaknya terhadapa kinerja akan bersifat negative. Pada tingkat tertentu stres itu

perlu. Kalangan ahli berpendapat bahwa apabila tidak ada stres dalam pekerjaan,

para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat bahwa kinerja akan

menjadi rendah. Sebaliknya, dengan adanya stres, karyawan merasa perlu

mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi tinggi dan dengan

demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik. (Siagian, 2008:301-302)

Stephen P. Robbins (2007:801) menjelaskan hubungan stres-kinerja bahwa

stres pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan meningkatkan

kemampuan bereaksi. Pada saat itulah individu biasanya akan mampu melakukan

tugasnya dengan lebih baik, lebih inisiatif, atau lebih cepat. Tetapi terlalu banyak

stres menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai atau kendala ke seseorang,

yang mengakibatkan kinerja menurun. Pola dalam literature stres-kinerja adalah

(40)

dari waktu ke waktu, dan terhadap perubahan intensitas stres. Artinya, stres

tingkat sedang sekalipun dapat mempunyai pengaruh yang 32egative pada kinerja

jangka panjang karena intensitas stres yang berkelanjutan itu meruntuhkan

individu itu dan melemahkan sumber daya energinya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa hubungan stres

kerja dengan kinerja bukan merupakan hubungan searah yang bersifat linear,

tetapi merupakan hubungan non-linear dimana pengaruhnya terhadap kinerja

tergantung pada tingkat stres yang dirasakan seseorang. Karena berbagai tekanan

sebagai sumber stres bersifat relative bagi seseorang, hubungan stres dengan

kinerja menjadi tergantung pada kemampuan seseorang dalam menghadapi stres.

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini penulis mengambil dua variable yaitu stres kerja

sebagai variable independen (variable X) dan kinerja sebagai Variable dependen

(variable Y).

Keberadaan karyawan dalam suatu organisasi, lembaga, perusahaan pada

hakekatnya merupakan faktor yang sangat penting karena manusia atau karyawan

berfungsi sebagai pengendali faktor-faktor lainnya yang terdapat diperusahaan,

yang pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh

perusahaan.

Menurut Stephen P. Robbins terjemahan Benyamin Molan (2006:796)

“Stres kerja adalah kondisi yang muncul dari interaksi antar manusia dan

pekerjaan serta dikarakteristikan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka

(41)

Menurut Faustino Cardoso Gomez, (2003:135) mengemukakan definisi

kinerja sebagai catatan outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan

tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu.

Dalam penelitian ini penulis merumuskan kerangka pemikiran agar tidak

terjadi kesalahan dalam pembahasannya. Stres kerja kaitannya dengan kinerja

dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model kerangka pemikiran pengaruh stres kerja terhadap kinerja Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa tingkat stres kerja

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut T. Hani Handoko (2001:193),

(42)

Ada beberapa yang mempengaruhi kinerja (prestasi kerja) karyawan. Karyawan bekerja dengan produktif atau tidak produktif tergantung motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, system kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta perilaku lainnya.

Di bawah ini adalah gambar paradigma pengaruh stres kerja terhadap

kinerja karyawan, dapat dilihat sebagai berikut;

Gambar 2.2

Paradigma pengaruh stres kerja terhadap kinerja 2.3 Hipotesis

Menurut Riduwan (2009:37), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang

dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji

kebenarannya.

Kemudian Kerlinger (Riduwan, 2009:37), menafsirkan arti hipotesis

(43)

menurut Suharsimi Arikunto (2009:16), hipotesis dapat diartikan sebagai sebuah

dugaan jawaban atau jawaban sementara dan masih harus dibuktikan

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian.

Dari dasar definisi pakar diatas, maka dapat diartikan bahwa hipotesis

adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui

penelitian ilmiah (Riduwan, 2009:37)

Berdasarkan pengertian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Untuk bisa mempertanggungjawabkan dari suatu penelitian, terlebih dahulu

harus menemukan desain penelitian yang tepat, agar bisa diperoleh data dan

informasi yang memadai tentang masalah yang dihadapi dalam suatu penenlitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:51), “Desain penellitian adalah rencana

atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai rancangan kegiatan yang akan

dilaksanakan”. Desain penelitian juga dapat diartikan sebagai rencana struktur dan

strategi. Sebagai rencana dan struktur, desain penelitian dan merupakan perencanaan

penelitian, penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencan penelitian mulai dari

perumusan masalah, tujuan, gambaran hubungan antar variable, perumusan hipotesis

samapi rancangan analisis data yang dituangkan secara tertulis ke dalam bentuk

usulan atau proposal penelitian.

Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah desain

korelasional, yaitu sesuai dengan masalah yang akan dikemukakan pada penelitian ini

yang membahas mengenai bagaimana pengaruh antara dua variable yaitu stres kerja

dengan kinerja karyawan di PT. PG Karangsuwung.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Suharsimi Arikunto (2006:91), mengemukakan bahwa Operasional adalah

(45)

mengukur suatu variable atau konsep definisi operasinal tersebut membantu kita

untuk mengklasifikasikan gejala disekitar ke dalam kategori khusus dari variable”.

Penelitian ini terdiri dari variable stres kerja sebagai variable X dan kinerja

karyawan sebagai variable Y. Adapun operasionalisasi variable penelitian tersebut

(46)

Tabel 1.1

a. Tuntutan Tugas 1.Tingkat beban kerja 2.Tingkat keakeragaman

5.Tingkat tata letak fisik

Ordinal 5

(47)

Lanjutan Tabel 3.1

d. Creativeness 6.Tingkat pengguna teknologi informasi, peralatan kantor dan teknik tepat dalam pekerjaan

Ordinal 1

e. Cooperation 7.Tingkat pemberian bantuan dan dukungan kepada rekan kerja

8.Tingkat bekerja sama dengan tim

Ordinal 2

f. Dependability 9. Tingkat kehadiran secara rutin dan tepat waktu 10.Tingkat penyelesaian

tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan

Ordinal 2

(48)

3.3 Sumber Data dan Teknik Penarikan sampel 3.3.1 Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 129), mengemukakan bahwa yang

dimaksud dengan sumber data penelitian adalah subyek dari mana data dapat

diperoleh.

Secara garis besar ada dua data yang harus dikumpulkan yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden.

Ada dua cara pokok untuk memperoleh data dari responden yaitu cara

komunikasi dengan responden dapat dilakukan dengan cara kuisioner.

Kuisioner dapat secaara tertulis maupun lisan, sedangkan observasi

dilakukan dengan tanpa pertanyaan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah ada. Data tersebut sudah

dikumpulkan sebelumnya untuk tujuan. Tujuan yang tidak mendesak.

Keuntungan data sekunder adalah sudah tersedia, ekonomis dan cepat

didapat. Kelemahan data sekunder adalah tidak dapat menjawab

keseluruhan masalah yang sedang diteliti.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Riduwan (2009: 69) mengemukakan bahwa “Metode pengumpualn data

adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) munujuk suatu kata yang abstrak

(49)

penggunaanya melalui angket, wawancara, pengamatan ujian (tes), dokumentasi,

dan lainnya.

Untuk memperoleh data dalam rangka penelitian ini, maka data

dikumpulkan dengan cara menggunakan instrument penelitian berupa:

1. Observasi

Menurut Riduwan (2009:76), observasi adalah melakukan pengamatan

langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang

dilakukan.

2. Wawancara

Menurut Riduwan (2009:74), Wawancara atau interview adalah suatu

cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi

langsung dari sumbernya. Penulis melakukan dialog langsung dengan

pihak manajemen dari bagian sumber daya manusia sebagai sumber

yang dapat memberikan data bagi penyelesaian masalah penelitian.

3. Dokumentasi

Menurut Riduwan (2009:77), dokumentasi ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku

yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film

documenter, dan adata yang relevan dengan penelitian. Studi litelatur

yaitu mengumpulkan data dan informasi melelui buku-buku, internet,

surat kabar yang relevan, sehingga dapat membantu terhadap

pemecahan masalah yang dikaji.

(50)

Menurut Riduwan (2009:71), angket adalah daftar pertanyaan yang

diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi

tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan

pengguna, dengan tujuan untuk mencari informasi yang lengkap

mengenai suatu masalah.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2010:90), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sedangkan menurut Nawawai (dalam Riduwan, 2009:54),

populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung

ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap.

Dari beberapa pendapat diatas, Riduwan (2009:54), menarik kesimpulan

bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Pada penelitian ini, populasi yang dijadikan subyek adalah seluruh

karyawan PT. PG Karangsuwung yang berjumlah 176 orang dengan rincian

(51)

Tabel 3.2

Populasi karyawan PT.PG Karangsuwung Jabatan/Posisi dalam

perusahaan

Populasi

Karyawan pimpinan 24 orang

Karyawan pelaksana 108 orang

Karyawan KKWT dlm pabrik -

Karyawan KKWT luar pabrik -

Karyawan SPK 42 orang

Karyawan IKJP/Honorer 2 orang

Jumlah Populasi 176 orang Sumber: Bagian SDM PT. PG Karangsuwung,2012

3.4.2 Sampel

Arikunto (dalam Riduwan 2009:56), mengatakan sampel adalah bagian

dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel penelitian

adalah sebagian populasi yang diambil dari sumber data dan dapat mewakili

seluruh populasi. Selanjutnya Sugiyono seperti yang dikutip oleh Riduwan

(2009:56) memberikan pengertian sampel yaitu sebagian dari jumlah karakteristik

yang dimiliki oleh populasi.

Dari pengertian diatas, Riduwan (2009:56) menarik kesimpulan bahwa

yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai cirri-ciri atau

keadaan tertentu yang diteliti.

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Menurut Riduwan (2009:57), teknik penarikan sampel atau teknik

sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representative dari populasi.

Penarikan sampel tidak hanya sebatas menarik sebagian populasi yang dilakukan

begitu saja, melainkan ada aturan-aturan atau teknik-teknik tertentu. Oleh karena

(52)

diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan

keadaan populasi yang sebenarnya. Menggunakan teknik yang tepat akan

memungkinkan peneliti dapat menarik data yang reliabel. Karena itu,

ketentuan-ketentuan dalam penarikan sampel menjadi penting dalam kegiatan penelitiaan

ilmiah. Untuk menentukan ukuran sampel yang diambil, maka digunakan rumus

yang dikutip oleh Riduwan (2009:65) sebagai berikut:

�= �

�.� +

Dimana : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan

Berdasarkan rumus diatas, maka = 176

176.0,12+1 = 63,76 = 64 �

Berdasarkan rumus diatas hasil dari jumlah sampel (n) di tambah 10%

yakni 64 + 10% = 6,4. Jadi jumlah sampel (n) dalam keseluruhan adalah 73

orang.

Rumus yang digunakan untuk menghitung alokasi sampel adalah sebagai

berikut:

=

Dimana: ni = Anggota sampel pada proporsi ke-1

Ni = Populasi ke-1 N = Populasi total

n = sampel yang diambil dalam penelitian

Pengalokasian sampel karyawan PT. PG Karangsuwung :

1. Karyawan Pimpinan

� = 24

176 73 = 9,95 = 10 �

(53)

� =108

176 73 = 44,80 = 45 �

3. Karyawan KKWT dlm Pabrik

�= 0

176 73 = 0

4. Karyawan KKWT luar Pabrik

�= 0

Alokasi sampel karyawan PT. PG Karangsuwung No. Jabatan/Posisi dalam perusahaan Populasi

1. Karyawan pimpinan 10 orang

2. Karyawan pelaksana 45 orang

3. Karyawan KKWT dlm pabrik -

4. Karyawan KKWT luar pabrik -

5. Karyawan SPK 17 orang

6. Karyawan IKJP/Honorer 1 orang

Jumlah Sampel 73 orang

Sumber: Hasil Pengolahan Data,2012

3.5 Uji Validitas

Berkaitan dengan pengujian validitas instrument, Arikunto seperti yang

dikutip oleh Riduwan (2009:97) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

(54)

suatu alat ukur. Suatu instrument yang valid atau sahih memiliki validitas yang

tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang berarti memiliki validitas rendah.

Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item

kuisioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan cara mencari

korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban

responden yang mempunyai skala pengukuran ordinal minimal serta pilihan

jawaban lebih dari dua pilihan, perhitungan korelasi antara pertanyaan kesatu

dengan skor total digunakan alat uji korelasi pearson (product moment coefisient

of correlation) dengan rumus :

=

� ∑ − ∑ (∑ )

� ∑ − ∑ � ∑ (∑ )

Keterangan : rxy = koefisien validitas item yang dicari

X = skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = skor total

∑X = jumlah skor dalam distribusi X ∑Y = jumlah skor dalam distribusi Y ∑X2

= jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2

= jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y n = banyaknya responden

Distribusi (tabel r) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)

Kriteria pengujian : rxy≥ rtabel berarti signifikan rxy < rtabel berarti tidak signifikan

setelah harga rxy diperoleh, kemudian disubstitusikan ke dalam rumus uji t

untuk mengetahui valliditas istrumen dengan rumus sebagai berikut:

� = � �−

−�

(Riduwan,2009:98) Keterangan: t = uji signifikan korelasi (nilai thitung)

r = koefisien korelasi n = jumlah responden

(55)

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = (n-2) = 30-2

= 28

Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikan

sebagai berikut:

1. Item pertanyaan responden dikatakan Valid apabila thitung > ttabel

2. Item pertanyaan respponden dikatakan Tidak Valid apabila thitung < ttabel

Pengujian validitas instrument variabel X (Stres Kerja) dan variabel Y

(Kinerja Karyawan) dilakukan terhadap 30 orang responden dengan tingkat

signifikansi 5% dengan dk = (n-2) = (30-2) = 28, maka didapat rtabel sebesar 0,374

dan ttabel sebesar 1,701.

Selanjutnya, penulis melakukan proses perhitungan dan pengolahan uji

instrument dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for Windows dan

MS Excel. Berdasarkan pada pengolahan uji instrument, diperoleh hasil yang

menunjukan bahwa variabel X (Stres Kerja) dan variabel Y (Kinerja Karyawan)

telah valid. Matrik hasil uji validitas variabel X (Stres Kerja) dan variabel Y

Gambar

Gambar 1.1 Diagram data hasil pencapaian produksi tahun 2007-2008
Gambar 1.2 Diagram data absensi karyawan PT. PG karangsuwung
Tabel 1.2 Data kinerja buruh PT. PG Karangsuwng
Gambar 1.3 Diagram data kinerja buruh PT. PG Karangsuwung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun beraneka ragam seperti beban kerja yang terlalu berat dan desakan waktu, penyeliaan yang kurang

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner tentang stres kerja, kelebihan beban kerja,

adalah adanya beban kerja yang mungkin berlebihan pada karyawan dan dapat2. mengakibatkan timbulnya

Hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim

Nilamsar (2016) dalam penelitian yang berjudul Stres Kerja dan Kepuasan kerja terhadap Kinerja Karyawan : Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting

adalah adanya beban kerja yang terlalu banyak yang membuat karyawan merasa.. tertekan karena istirahat yang kurang, sehingga mengakibatkan

Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan

DAFTAR LAMPIRAN Kuisioner Tabulasi Beban Kerja X1 Tabulasi Stres Kerja X2 Tabulasi Kinerja Karyawan Y Hasil Validitas Beban Kerja X1 Hasil Validitas Stres Kerja X2 Hasil Validitas