• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN “MiKiR” PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMECAHAN MASALAH CALON GURU SMK PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN “MiKiR” PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMECAHAN MASALAH CALON GURU SMK PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

xii DAFTAR ISI

halaman JUDUL DISERTASI ………..

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA PROGRAM STUDI ………. LEMBAR PENGESAHAN PANITIA DISERTASI ... LEMBAR PERNYATAAN ………

A. Latar Belakang Masalah ………

B. Rumusan Masalah ……… BAB II MODEL PEMBELAJARAN “MiKiR” DALAM

PERKULIAHAN FISIKA DASAR BAGI CALON GURU SMK PKTB ………... A. Perkuliahan Fisika bagi Calon Guru SMK PKTB ………. B. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Fisika ……….. C. Pengertian, Jenis, dan Pemilihan Model Pembelajaran Fisika.……. D. Keterampilan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Fisika….. E. Keterampilan Generik Sains ………... F. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep Fisika ...…………...…....

G. Multimedia Interaktif ………

H. Pembelajaran Kolaboratif ……….. I. Refleksi dalam Pembelajaran …..……….

18 BAB III METODE PENELITIAN ………..……….

A. Paradigma Penelitian ……….…………

B. Definisi Operasional Variabel ………..

C. Metode Penelitian ……….………

D. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian……… E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data………..……

F. Teknik Analisis Data ……….

(2)

xiii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN …………..………

A. Hasil Penelitian ………..…

1. Karakteristik Model Pembelajaran “MiKiR” ……… 2. Hasil Ujicoba Terbatas dan Validasi Ahli ……… 3. Hasil Implementasi Model Pembelajaran “MiKiR” ………… B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….……

1. Pengaruh Model Pembelajaran “MiKiR” pada Perkuliahan Fisika Dasar terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah…. 2. Pengaruh Model Pembelajaran “MiKiR” pada Perkuliahan

Fisika Dasar terhadap Keterampilan Generik Sains ………… 3. Pengaruh Model Pembelajaran “MiKiR” pada Perkuliahan

Fisika Dasar terhadap Kemampuan Aplikasi Konsep ……… 4. Kelebihan dan Keterbatasan Model ………

86 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ………

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi, sehingga mahasiswa teknik perlu belajar fisika, dalam bentuk matakuliah Fisika Dasar atau Fisika Teknik. Mahasiswa calon guru Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Boga (SMK PKTB) berada pada Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Fakultas (Pendidikan) Teknik, sehingga juga mendapatkan perkuliahan fisika. Paolucci (Vaines, 1979) menyatakan, bahwa fokus PKK adalah inter-dependensi dan inter-relasi antara fenomena dan proses fisis dan sosial budaya yang mempengaruhi pengembangan manusia. Cebotarev (1979) menyatakan bahwa pengetahuan dasar PKK adalah fisika, biologi, ilmu pengetahuan sosial, dan seni, sedangkan McElwe (1993) menekankan pentingnya pemahaman sains sebagai bagian dari perkuliahan PKK. Parker (1980) menyatakan bahwa ilmu kesejahteraan keluarga tidak dapat berdiri sendiri, namun menggunakan hasil penelitian dari ilmu lain, seperti fisika, kimia, bakteriologi, biologi, antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, kedokteran, ilmu gizi, dan ilmu pendidikan. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan perlunya penguasaan konsep-konsep dasar fisika bagi calon guru SMK PKTB.

(4)

2 Dasar Boga dilatihkan berbagai teknik memasak, misalnya merebus, mengukus, dan mengungkep. Berbagai teknik tersebut memerlukan pemahaman tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor. Matakuliah Teknologi Makanan melatihkan penentuan mutu makanan dengan uji organoleptik, antara lain keempukan, kerenyahan, dan/atau kekentalan, yang tidak lain merupakan penerapan konsep elastisitas dan fluida.

Sebagaimana dinyatakan Giancoli (2001), mahasiswa yang telah berminat memasuki bidang-bidang keahlian bukan fisika akan bertanya, “Mengapa saya harus mempelajari fisika?” Selaras dengan pernyataan tersebut, salah satu tujuan mahasiswa calon guru SMK PKTB mempelajari fisika adalah dikuasainya kemampuan untuk mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam bidang boga

(foods). Akan tetapi, hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 40 mahasiswa calon pengajar SMK PKTB pada salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur menunjukkan berbagai masalah dalam perkuliahan fisika dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

(5)

3 rumus (87,5%), materi terlalu rumit (85%), sulit dihafalkan (67,5%), perhitungan yang rinci (60%), berkaitan dengan penalaran (47,5%). Selain itu mahasiswa sendiri tidak suka fisika (42,5%), takut terlebih dulu sebelum mempelajari (12,5%), dan tidak tahu tujuan mempelajari fisika (7,5%). Studi tersebut menyimpulkan, bahwa latar belakang pendidikan mahasiswa calon guru SMK PKTB yang heterogen, persepsi negatif mahasiswa terhadap fisika, serta sifat fisika itu sendiri yang tidak sesuai dengan minat mereka mengakibatkan hasil belajar mereka tidak optimal (Widodo, 2009).

Hasil studi pendahuluan tersebut selaras dengan penelitian Rauma et al.

(2006) yang memperlihatkan 40 dari 167 pengajar PKK di Finlandia menyatakan bahwa pendidikan sains di tingkat universitas terlalu abstrak dan terlalu jauh dari kehidupan sehari-hari. Di pihak lain, hasil penelitian McElwe (2004) di Irlandia menunjukkan bahwa mahasiswa PKK tingkat tiga banyak mengalami miskonsepsi pada prinsip ilmiah yang digunakan dalam memasak makanan dengan merebus. Hasil-hasil tersebut, mengikuti pernyataan Gallagher (2000), memperlihatkan adanya permasalahan dalam pendidikan sains-fisika untuk calon guru SMK Program Keahlian Tata Boga, menyangkut proses dan hasil belajar perkuliahan fisika. Secara umum, ketidakpuasan terhadap rendahnya kualitas proses dan hasil perkuliahan fisika bagi mahasiswa yang minat utamanya bukan fisika (non-physics majors)

memang telah berlangsung lama (Kirkup et al., 2007).

(6)

4 SMK PKTB bukan dari SMA IPA, maka perbaikan ini setidaknya harus: 1) mampu menyediakan kesempatan mahasiswa untuk mempelajari fisika setiap saat diperlukan; 2) dapat diulang-ulang sendiri oleh mahasiswa sampai mahasiswa tersebut paham; 3) mampu memberikan umpan balik dengan cepat terhadap respon mahasiswa; dan 4) tidak membosankan. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk maksud tersebut adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dengan pertimbangan pada saat ini secara umum setiap mahasiswa telah memiliki akses yang mudah terhadap komputer personal, baik di laboratorium maupun di tempat lain.

Dewasa ini TIK telah banyak dimanfaatkan dalam pembelajaran/ perkuliahan. Berbagai riset telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan TIK dalam pembelajaran. Terdapat beberapa alternatif pemanfaatan TIK untuk menunjang perkuliahan Fisika Dasar, misalnya dalam bentuk e-learning,

realitas virtual, dan multimedia interaktif (MMI).

(7)

5

Approach) oleh Kortemeyer et al. (2005) dan asesmen online beranimasi (Dancy & Beichner, 2006). Sistem e-learning tentu saja memprasyaratkan adanya jaringan internet yang stabil dengan lebar pita yang memadai.

Simulasi dan virtual laboratorium untuk berbagai konsep-konsep pada fisika dasar berbasis aljabar melalui proyek PhET (Physics Education Technology), dikerjakan dan dilaporkan oleh Finkelstein et al. (2005 dan 2006), digunakan untuk mengatasi banyaknya peserta matakuliah Fisika Dasar pada berbagai universitas. Shahab et al. (2006) meneliti pengalaman virtual interaktif pada simulasi fisika tentang hukum Newton, yang dapat diterapkan di kelas. Dengan mencermati produk PhET diperoleh gambaran bahwa simulasi dan realitas virtual ini tidak fleksibel, artinya sistem ini dibuat sekali untuk selamanya, dan mahasiswa cenderung sebagai pengguna, tidak sesuai dengan pendapat DiSessa (2004) yang menyatakan bahwa sistem TIK untuk pembelajaran fisika seharusnya fleksibel.

(8)

6 dilihat atau dibayangkan (Burke, 1998), mampu menayangkan kembali informasi yang diperlukan, siswa diberi kebebasan untuk memilih dan menelusuri materi, dan melalui pertanyaan-pertanyaan interaktif yang disajikan dengan respon yang cepat siswa dibimbing untuk belajar, berpikir, menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri (Budiman et al., 2008). Dengan melihat keunggulan dan kelemahan TIK untuk pembelajaran fisika, maka pilihan yang mampu menjembatani kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan calon guru SMK PKTB untuk mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam bidang boga adalah penggunaan MMI.

Mahasiswa calon guru SMK PKTB secara bertahap harus menguasai standar kompetensi guru. Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru, salah satu kompetensi inti guru adalah menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Kompetensi ini dielaborasi lebih lanjut dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, bahwa dalam kegiatan elaborasi, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut. Standar-standar tersebut menunjukkan pentingnya penguasaan keterampilan memecahkan masalah bagi calon guru SMK PKTB.

(9)

7 meningkatkan relevansi pendidikan ibarat mengejar bayangan sendiri. Berdasarkan kondisi ini, Nurlaela (2010) menyatakan, bahwa penyiapan ini dapat dilakukan dengan penekanan pada pemberian bekal kemampuan beradaptasi yang tinggi, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan untuk bertahan hidup. Perkuliahan Fisika dasar dapat berperan dalam melatihkan kemampuan beradaptasi dan keterampilan pemecahan masalah bagi calon guru SMK PKTB.

Upaya melatihkan keterampilan pemecahan masalah pada perkuliahan fisika sebenarnya merupakan keniscayaan. Giancoli (2001) menyatakan

Learning how to approach and solve problem is a basic part of a physics course, and is a highly useful skill in itself. But solving problems is also important because the process brings understand of the physics.

Pernyataan tersebut mengandung maksud, bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dasar dari perkuliahan fisika dan keterampilan pemecahan masalah itu sendiri merupakan keterampilan yang sangat berguna. Akan tetapi, pemecahan masalah juga berguna karena proses tersebut memberikan pemahaman terhadap fisika. Dalam kerangka penyiapan calon guru SMK PKTB yang memiliki keterampilan pemecahan masalah, upaya yang dapat dilakukan adalah mendorong mahasiswa untuk memperdalam konsep-konsep fisika melalui kegiatan pemecahan masalah yang mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam dunia boga.

(10)

8 masalah berupa proses yang dilalui seseorang untuk memperoleh jawaban terhadap suatu masalah, yaitu menemukan kuantitas tidak diketahui; jadi permasalahannya cenderung terdefinisi dengan jelas (well defined). Akan tetapi, dalam konteks kebutuhan calon guru SMK PKTB, fisika ditempatkan sebagai salah satu ilmu yang mendasari aplikasi dalam bidang tata boga (foods). Dalam konteks ini yang lebih diperlukan adalah kemampuan mengaplikasi konsep-konsep fisika dalam permasalahan di bidang boga, yakni untuk pemecahan masalah yang tidak ada jalur yang jelas menuju penyelesaian, atau ill defined.

(11)

9 Terdapat berbagai faktor krusial yang berpengaruh terhadap keberhasilan PBL, antara lain keterampilan belajar secara tim (Yeo, 2007), orientasi siswa terhadap PBL, merumuskan masalah yang hendak dipecahkan melalui PBL, dan pembentukan kelompok (Peterson, 2004). Dalam konteks perkuliahan Fisika Dasar bagi calon guru SMK PKTB, temuan tentang faktor krusial tersebut dapat dielaborasi menjadi: 1) perlunya dukungan sumber belajar bagi mahasiswa untuk mendapatkan dan mempelajari konsep-konsep fisika sebagai dasar untuk kegiatan pemecahan masalah; 2) perlunya dirumuskan langkah-langkah kerja mahasiswa dalam rangka memecahkan masalah, bilamana mereka bekerja secara individual atau secara kolaboratif; dan 3) perlunya mahasiswa menampilkan karya pemecahan masalah mereka, sehingga memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang dilakukan.

(12)

10 masalah. Penelitian Singh (2003) menunjukkan bahwa MMI dalam perkuliahan Fisika Dasar yang dikemas dalam bentuk video tutorial mampu meningkatkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah, penalaran, dan metakognitif mahasiswa. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan potensi MMI dalam membantu mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut belum menunjukkan apakah MMI memang berguna bagi mahasiswa bukan peminat utama pada matakuliah yang dipelajarinya untuk mengkonstruksi konsep-konsep sebagai dasar bagi pemecahan masalah. Secara lebih khusus, belum pernah diteliti apakah mahasiswa calon guru SMK PKTB dapat mengkonstruksi konsep-konsep fisika dasar yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang relevan dengan bantuan MMI.

(13)

11 Hal ini menunjukkan bahwa menghadirkan konteks sosial, misalnya kolaboratif, dapat membantu dalam pelatihan keterampilan pemecahan masalah, seperti ditunjukkan dalam penelitian Nurjanah (2008). Akan tetapi, penelitian tersebut tidak menunjukkan bagaimana mekanisme kerja kolaboratif dalam situasi pembelajaran berdasarkan masalah yang dapat meningkatkan penguasaan aplikasi konsep sekaligus keterampilan pemecahan masalah. Selain itu, penelitian tentang pembelajaran yang menerapkan model kerja kolaboratif untuk perkuliahan fisika bagi mahasiswa calon guru bukan fisika, misalnya calon guru SMK PKTB belum dilakukan.

(14)

12 skala besaran, bahasa simbolik, kerangka logika taat azas dari hukum alam, hukum sebab akibat, pemodelan matematik, dan membangun konsep. Selain itu, perkuliahan fisika seharusnya juga mampu menumbuhkan keterampilan generik teknologi informasi dan komunikasi (Proffesional Standard Council, 2004; NCVER, 2003; Pumphey dan Slater, 2002).

Berbagai penelitian untuk mengembangkan keterampilan generik telah dilakukan. Varsavsky (2001) mengembangkan keterampilan generik pada mahasiswa sains tahun pertama dengan pengembangan konteks belajar “metode ilmiah”; tujuan belajar didefinisikan seputar keterampilan dasar yang diperlukan untuk “kerja” sains. Oliver et al. (1999) mengembangan keterampilan generik mahasiswa dengan menggunakan lingkungan belajar berbasis web. Serupa dengan penelitian ini adalah penelitian Yip (2002), yang mengembangkan keterampilan generik dengan pembelajaran berdasarkan masalah dan penggunaan teknologi informasi berbasis web. Clarkson & Brook (2007) menemukan berbagai kekuatan komunikasi online dalam menumbuhkan keterampilan generik. Hipkins (2006) menyatakan bahwa “reflektivitas” menjadi aspek penting pada setiap kompetensi kunci. Kompetensi kunci ini tidak lain adalah keterampilan generik. Lebih eksplisit, Curtis & Dempton (2003) mengidentifikasikan bahwa asesmen portofolio dapat digunakan untuk menyatakan dimensi kunci suatu keterampilan generik, dan menyediakan kerangka kerja sehingga mahasiswa dapat menunjukkan bukti bahwa dia telah menguasai keterampilan tersebut.

Salah satu jenis asesmen portofolio adalah portofolio elektronik (e-portfolio).

(15)

13 pembelajaran untuk pendidikan guru oleh Hsueh-Hua (2007), dalam bentuk web-log. Fitur yang diteliti meliputi publikasi teks dan grafik pada web, tanpa memerlukan pengetahuan pengguna tentang pemrograman yang rumit. Sistem e-portfolio untuk mahasiswa tingkat master pernah diteliti oleh Wickersham & Chamber (2006), dengan hasil masih perlunya pembiasaan pada mahasiswa subyek penelitiannya karena mahasiswa masih belum melihat kaitan antara e-portfolio dengan dunia mereka sebagai guru. Hasil-hasil kajian tersebut memperlihatkan bahwa penelitian tentang pengembangan sistem asesmen e-portfolio dan kajian tentang efektivitasnya masih perlu diteliti, terutama dalam kaitannya dengan upaya penumbuhan keterampilan generik mahasiswa

(16)

14 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang perlu dipecahkan melalui penelitian ini adalah: “Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar yang mampu mengembangkan keterampilan generik sains, pemecahan masalah, dan aplikasi konsep fisika pada calon guru SMK Program Keahlian Tata Boga?”

Permasalahan di atas dapat dirinci secara lebih operasional menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB?

2. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB?

3. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran “MiKiR” dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan kemampuan mengaplikasikan konsep pada mahasiswa calon guru SMK PKTB?

4. Bagaimanakah peningkatan keterampilan pemecahan masalah melalui model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB?

(17)

15 6. Keterampilan generik sains apakah yang dapat ditingkatkan melalui model

pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB?

7. Apakah penerapan model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasikan konsep fisika pada mahasiswa calon guru SMK PKTB?

8. Kemampuan aplikasi konsep-konsep fisika apa sajakah yang dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB?

9. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa calon guru SMK PKTB terhadap penerapan model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar?

10.Bagaimanakah kelebihan dan keterbatasan model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar bagi calon guru SMK PKTB?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar yang dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik, dan aplikasi konsep fisika bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB. Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

16 mengetahui tanggapan mahasiswa, serta kelebihan dan keterbatasan model pembelajaran tersebut.

2. Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan kemampuan aplikasi konsep fisika pada guru SMK PKTB.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu model pembelajaran Fisika Dasar yang mampu meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik, dan aplikasi konsep fisika bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan landasan-landasan konseptual yang mendukung serta kenyataan empiris di lapangan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bidang pendidikan secara umum, dan khususnya pada pembelajaran fisika untuk mahasiswa yang minat utamanya bukan fisika, terutama dalam hal:

a. Menemukan prinsip-prinsip mengenai model pembelajaran Fisika Dasar yang mengandung elemen-elemen MMI, kolaboratif, dan reflektif bagi mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan aplikasi konsep fisika.

(19)

17 c. Sebagai tambahan kajian tentang pembelajaran fisika yang relevan bagi

mahasiwa yang minat utamanya bukan fisika.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam meningkatkan kualitas dan hasil perkuliahan Fisika Dasar bagi calon guru SMK PKTB. Temuan-temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, antara lain:

a. Dosen matakuliah fisika, yaitu memberikan masukan mengenai model perkuliahan Fisika Dasar yang dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan aplikasi konsep fisika.

b. Program studi calon guru SMK PKTB, yaitu memberi masukan tentang model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir.

c. Program studi yang menyelenggarakan perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa yang minat utamanya bukan fisika, yakni memberikan masukan tentang keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan melalui perkuliahan Fisika Dasar dengan memperhatikan karakteristik mahasiswa dan keterbatasan peralatan untuk praktikum fisika pada program studi tersebut.

(20)

64 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

(21)

65 Gambar 3.1. Bagan paradigma penelitian

Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa terdapat tiga aspek yang dipercaya menentukan tujuan dan corak perkuliahan Fisika Dasar bagi calon guru SMK PKTB.

Kebutuhan sebagai Calon Guru SMK

PKTB

Hakikat dan Fungsi Perkuliahan Fisika

Dasar Latar Belakang

Mahasiswa Beragam

Pengembangan mengaplikasikan konsep, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan generik sains

Kegiatan yang melatihkan pemecahan masalah Media yang memungkinkan

mahasiswa mengkonstruksi konsep fisika sebagai dasar

pemecahan masalah

Perkuliahan dengan MMI

Kolaboratif

Reflektif (e-portfolio)

(22)

66 Ketiga aspek tersebut adalah hakikat dan fungsi perkuliahan Fisika Dasar bagi calon guru SMK PKTB, kebutuhan sebagai calon guru SMK PKTB, dan keberagaman latar belakang pendidikan calon guru SMK PKTB. Berdasarkan ketiga aspek tersebut, didapatkan bahwa tujuan perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru SMK PKTB adalah keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, serta kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam bidang boga

(foods). Paradigma penelitian ini menyatakan, untuk mencapai ketiga tujuan tersebut dilakukan perkuliahan yang memanfaatkan kekuatan MMI untuk konstruksi individual terhadap konsep-konsep dasar fisika sebagai landasan untuk pemecahan masalah yang dapat dilakukan “kapan saja” dan “di mana saja”, adanya latihan memecahkan masalah adalah pembelajaran yang dilakukan secara secara kolaboratif, dan adanya kesempatan mahasiswa untuk melakukan refleksi diri terhadap apa yang telah dilakukan dan dipelajari juga menjadi elemen penting dalam model pembelajaran ini.

(23)

67 B. Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang menjadi inti kajian dalam penelitian ini adalah model pembelajaran “MiKiR”, keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep fisika. Agar terjadi pemahaman konsep yang sama mengenai berbagai istilah dalam variabel-variabel tersebut dan sebagai pedoman dalam penyusunan alat pengumpulan data, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional.

1. Model pembelajaran “MiKiR” didefinisikan sebagai pola atau desain konsep, langkah-langkah, dan lingkungan pembelajaran yang disusun dengan memanfaatkan elemen-elemen MMI, kolaboratif, dan reflektif sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan aplikasi konsep.

2. Keterampilan pemecahan masalah adalah keterampilan menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah yang ditunjukkan oleh skor tes keterampilan pemecahan masalah atau skor penilaian kinerja untuk keterampilan pemecahan masalah.

(24)

68 4. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep fisika merupakan kemampuan

untuk menggunakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau hukum-hukum fisika ke dalam situasi baru yang konkrit yang ditunjukkan oleh skor tes aplikasi konsep fisika.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, disingkat R & D) dalam bidang pendidikan. Penelitian ini berfokus pada pengembangan model pembelajaran “MiKiR”, yang mengintegrasikan MMI, kolaboratif, dan reflektif dalam perkuliahan Fisika Dasar bagi calon guru SMK PKTB, untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, generik sains, dan aplikasi konsep-konsep fisika. Produk yang dihasilkan dari model ini adalah: 1) Bagan model pembelajaran “MiKiR” beserta silabus perkuliahan; 2) MMI konsep-konsep fisika; 3) Lembar Kegiatan Mahasiwa (LKM) untuk kegiatan pemecahan masalah secara kolaboratif; 4) e-portfolio mahasiswa; dan 5) alat ukur proses pembelajaran, keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan aplikasi konsep fisika dalam bidang boga.

Penelitian ini menggunakan metode R & D dengan menggunakan alur Model 4-D menurut Thiagarajan et al. (1974) yakni tahap pendefinisian (define),

(25)

69 pengakhiran R & D hingga sampai tahap validation testing dan pengemasan (tidak sampai tahap difusi dan adopsi). Pemilihan model 4-D sebagai metode R & D dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan efisiensi langkah bila dibandingkan dengan 10 langkah R & D model Borg & Gall (1989), model 4-D dilengkapi dengan penjelasan yang relatif rinci pada setiap langkahnya, serta model 4-D juga telah lazim dipakai dalam berbagai penelitian pengembangan, misalnya Sudarmin (2007), Suryanti (1998). Tahap-tahap tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3.2.

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan pembelajaran (Thiagarajan et al., 1974). Tahap ini meliputi analisis ujung-depan

(front-end analysis) berupa analisis kebutuhan mahasiswa calon guru SMK PKTB,

analisis karakteristik mahasiswa calon guru SMK PKTB, analisis tugas, analisis konsep, analisis terhadap sumber dan fasilitas belajar yang tersedia, dan diakhiri dengan perumusan tujuan dan indikator pencapaian tujuan tersebut.

(26)
(27)

71 Analisis sumber dan fasilitas belajar dilakukan dengan mengobservasi sumber dan fasilitas belajar yang tersedia pada salah satu program studi negeri di Jawa Timur yang membina mahasiswa calon guru SMK PKTB. Reviu literatur dilakukan untuk mengidentifikasikan aplikasi konsep-konsep fisika di dalam teknologi makanan, antara lain dari Food Physics (Figura & Teixeira, 2007).

2. Tahap Pendisainan (Design)

Tujuan tahap ini adalah merancang prototipe model pembelajaran “MiKiR” dan perangkat pembelajaran untuk mendukung model itu, yakni MMI, LKM, dan sistem e-portfolio. Tahap ini dimulai setelah penyusunan kompetensi dan indikator ketercapaian kompetensi.

a. Pendisainan Model Pembelajaran “MiKiR”

Pendisainan Model Pembelajaran “MiKiR” merupakan kegiatan yang menjembatani tahap pendefinisian dengan tahapan selanjutnya. Produk langkah ini adalah sebuah tabel model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan Fisika Dasar bagi calon guru SMK PKTB.

b. Penyusunan Tes

(28)

72 c. Pembuatan MMI

Multimedia Interaktif dikembangkan pada konsep pokok elastisitas, fluida, serta suhu, kalor dan perpindahan kalor. Pertimbangan pemilihan konsep-konsep tersebut adalah bahwa konsep tersebut relatif kaya penerapan pada bidang boga, konsep tersebut disampaikan pada pertengahan awal perkuliahan sehingga ada kesempatan untuk mempersiapkan segala sesuatunya pada saat uji validasi model.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada tahap define, telah diperoleh data tentang letak dan jumlah komputer, ketersediaan perangkat lunak, pengalaman dan keahlian awal mahasiswa, serta indikator-indikator ketercapaian kompetensi. Data tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan model pembelajaran yang melibatkan penerapan MMI di dalam model tersebut. Langkah selanjutnya adalah membuat perumusan skema isi dan desain tampilan. Skema isi ini menggambarkan struktur MMI yang hendak dibuat, dirumuskan dalam bentuk diagram alir. Desain tampilan menggambarkan tampilan umum MMI, meliputi pengaturan tata letak jendela judul, jendela menu, jendela teks, jendela gambar, dan jendela tautan (link), serta warna yang akan digunakan.

(29)

73

applet yang relevan yang telah dikembangkan peneliti lain, produksi video, produksi grafis dan animasi, serta produksi audio.

Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan file, teks, video, animasi, grafis, dan audio ke dalam multimedia interaktif, dengan cara menuliskan

(authoring) program MMI dan memastikan program MMI tersebut berjalan dengan baik (debuging). Authoring MMI ini menggunakan program Macromedia Director MX 2004, dengan pertimbangan program ini mampu menampilkan file berekstensi JAR, di samping memiliki fleksibilitas seperti halnya program Macromedia Flash MX 2004. Hasil pembuatan MMI ini diberi label MMI Buram I.

d. Pembuatan LKM dan Panduan Jawaban LKM

Konsep-konsep pokok yang dikembangkan LKM-nya adalah elastisitas, fluida, serta suhu, kalor, dan perpindahan kalor. Pembuatan LKM dilakukan setelah model pembelajaran “MiKiR” dirumuskan. Langkah-langkah pembuatan LKM adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan permasalahan pada bidang boga yang pemecahannya memanfaatkan konsep Fisika Dasar, dengan acuan antara lain dari Food Physics

(Figura & Teixeira, 2007) dan UnCommon Knowledge (Carter et al., 2000). Masalah tersebut akan disajikan di dalam LKM sebagai masalah yang dipecahkan oleh mahasiswa.

(30)

74 3) Produksi atau mengunduh file gambar yang relevan dengan masalah di dalam

LKM.

4) Menuliskan dan melakukan editing perwajahan (layout) LKM. Hasil penulisan LKM ini diberi label LKM Buram I.

Panduan jawaban LKM merupakan panduan bagi dosen dalam pembimbingan pemecahan masalah dengan LKM. Panduan LKM berisi LKM beserta jawaban dan beberapa arahan untuk membimbing mahasiswa agar dapat menyelesaikan masalah yang disajikan di dalam LKM secara kolaboratif.

e. Pembuatan Panduan Fitur e-portfolio

Sistem E-portoflio dipilih dari web yang menyediakan blog secara gratis, yakni dari www.blogger.com dan www.wordpress.com. Pertimbangan memilih cara ini adalah blog tersebut memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk mengunggah

(upload) karya mereka, mudah dikunjungi, pengunjung mudah memberikan komentar, dan komentar tersebut dapat tampilkan. Mahasiswa diberi kebebasan untuk membuat fitur-fitur di dalam e-portfolio mereka, dengan batasan e-portfolio

mereka harus mengandung identitas diri, visi mereka sebagai calon guru SMK PKTB, karya-karya mereka khususnya karya di perkuliahan Fisika Dasar, serta komentar diri terhadap karya mereka atau terhadap apa yang telah mereka lakukan untuk menghasilkan karya tersebut. Panduan penyusunan e-portfolio disusun dengan memperhatikan hal-hal tersebut.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

(31)

75 pendisainan dipandang sebagai versi awal (buram) dan perlu dimodifikasi atau diperbaiki. Pada tahap pengembangan, umpan balik untuk perbaikan didapatkan melalui penilaian ahli (expert appraisal) dan ujicoba (tryout) terhadap mahasiswa calon guru SMK PKTB yang disebut developmental testing menurut Thiagarajan et al. (1974). Untuk keperluan penilaian ahli disiapkan rubrik untuk menilai dan memberi masukan terhadap MMI dan LKM yang dihasilkan. Angket disiapkan untuk keperluan mendapatkan data tentang tanggapan dan masukan dari pengguna, yakni mahasiwa calon guru SMK PKTB.

Penilaian ahli terhadap MMI dilakukan oleh ahli pendidikan fisika untuk teknik, ahli multimedia, ahli perkuliahan dengan MMI, dan ahli teknologi pendidikan. Perbaikan terhadap MMI berdasarkan hasil masukan para ahli ini bersama-sama dengan masukan hasil ujicoba I, akan menghasilkan MMI Buram II. Penilaian ahli terhadap LKM dilakukan oleh ahli fisika, ahli pendidikan fisika untuk teknik, dan ahli teknologi pendidikan. Perbaikan hasil masukan para ahli ini akan menghasilkan LKM Buram II.

(32)

76 MMI dan LKM berdasarkan ujicoba II menghasilkan Buram Final MMI dan Buram Final LKM yang siap untuk diuji validasi. Kedua ujicoba ini dilaksanakan di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur yang membina mahasiswa calon guru SMK PKTB.

4. Tahap Diseminasi (Disseminate)

Menurut Tiagharajan et al. (1974), tahap disemiasi meliputi langkah-langkah uji validasi (validation testing), pengemasan (packaging), serta difusi dan adopsi

(diffusion and adoption). Dalam penelitian ini langkah difusi dan adopsi tidak dilakukan, dan ini menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.

(33)

77 dianalisis untuk mengetahui apakah model pembelajaran “MiKiR” dalam perkuliahan Fisika Dasar yang dikembangkan lebih baik daripada perkuliahan Fisika Dasar yang selama ini dilakukan.

D. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan pada sebuah universitas negeri di Jawa Timur yang memiliki jurusan yang mendidik para calon guru SMK PKTB sebagai tempat pengambilan data, dan di Universitas Pendidikan Indonesia sebagai tempat perancangan penelitian, pengembangan instrumen, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian. Pemilihan tempat pengambilan data pada lokasi tersebut didasari pertimbangan bahwa universitas tersebut merupakan satu di antara universitas yang memiliki mandat utama membina mahasiswa calon guru SMK PKTB yang setipe dengan universitas serupa di Indonesia, terbuka, dan responsif terhadap inovasi.

(34)

78 selanjutnya secara random dipisahkan menjadi kelompok eksperimen (35 orang) dan kelompok kontrol (33 orang). Tabel 3.1 menyarikan sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No. Tahapan Konsep Pokok Jumlah Sampel (orang)

1. Ujicoba I Elastisitas 10

Fluida 10

2. Ujicoba II Elastisitas 8

Fluida 13

Suhu, kalor, dan perpindahan kalor

12

3. Validasi Model Elastisitas Kelompok eksperimen: 35

Kelompok kontrol: 33

Fluida

Suhu, kalor, dan perpindahan kalor E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, sesuai dengan tahapan-tahapan dalam model 4-D. Setiap tahapnya (kecuali tahap pendisainan) memerlukan teknik serta alat pengumpulan data yang sesuai. Tabel 3.2. menunjukkan teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan.

1. Lembar Pengamatan

(35)

79 Tabel 3.2

Teknik dan Alat Pengumpulan Data pada Setiap Tahap Penelitian

Tahap Data yang Diperlukan Teknik

Pengumpulan data

Alat Pengumpulan Data

Pendefinisian Latar belakang mahasiswa Studi dokumen - Tanggapan mahasiswa terhadap

perkuliahan Fisika dasar yang telah dilakukan

Kuesioner Angket dengan pertanyaan terbuka

Fasilitas dan sumber belajar Observasi Panduan Observasi Pengembangan Kualitas perencanaan model

pembelajaran “MiKiR”

Penilaian ahli Rubrik

Kualitas MMI Penilaian ahli Rubrik Kualitas LKM Penilaian ahli Rubrik Tanggapan mahasiswa terhadap

Aktivitas pembelajaran “MiKiR” Observasi Lembar Observasi Keterampilan pemecahan masalah Tes Tes pilihan ganda

Penilaian Produk

Rubrik

Keterampilan generik sains Tes Tes pilihan ganda

Penilaian Diri Angket

Kemampuan aplikasi konsep fisika Tes Tes pilihan ganda Tanggapan mahasiswa terhadap

perkuliahan Fisika dasar dengan model pembelajaran “MiKiR’

Kuesioner Angket dengan pertanyaan terbuka

Reliabilitas instrumen lembar pengamatan aktivitas perkuliahan dicari dengan menggunakan interobserver agreement, dengan persamaan (Grinnel, 1988):

Intrumen pengamatan menggunakan kriteria reliabilitas Borich (1994: 385), yakni instrumen lembar pengamatan dikatakan reliabel jika R ≥ 0,75. Pengembangan instrumen lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dalam penelitian ini

(36)

80 menghasilkan reliabilitas 95%, sedangkan reliabilitas lembar pengamatan aktivitas pembelajaran mahasiswa sebesar 84% yang menunjukkan instrumen tersebut reliabel.

2. Tes

Tes dalam penelitian ini meliputi tes keterampilan pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan aplikasi konsep. Tes keterampilan pemecahan masalah dikembangkan berdasarkan indikator pemecahan masalah menurut McGregor (Tabel 2.1). Tes keterampilan generik sains dikembangkan berdasarkan indikator pada komponen keterampilan generik sains (Tabel 2.2). Tes kemampuan aplikasi konsep dikembangkan berdasarkan indikator aplikasi konsep (Tabel 2.3). Tes dikembangkan pada ruang lingkup konsep elastisitas, fluida, suhu, kalor, dan perpindahan kalor.

(37)

81 keperluan validasi ini berasal ahli fisika, serta ahli pengukuran dan evaluasi pendidikan fisika. Selain melakukan penilaian, para ahli melakukan koreksi jika diperlukan, langsung pada lembar tes yang dinilai tersebut.

Validitas butir tes ditujukan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara jawaban pada suatu butir tes yang diskor secara dikotomi dengan skor tes total. Validitas butir tes dihitung dengan cara menguji-korelasikan skor butir terhadap skor total. Dalam penelitian ini uji korelasi dilakukan dengan korelasi Pearson atau koefisien korelasi product-moment dengan persamaan:

( )(

x

)

( )

y

Perhitungan korelasi dilakukan dengan bantuan SPSS versi 13.0, dengan taraf signifikansi 0,05.

Reliabilitas tes ditujukan untuk mengetahui konsistensi tes, dalam penelitian ini menggunakan alfa Cronbach:

(38)

82 Butir tes dianalisis pula berdasarkan taraf kesukaran butir dan daya pembeda butir. Taraf kesukaran butir merupakan perbandingan antara banyaknya peserta tes yang menjawab benar dengan jumlah seluruh peserta tes (Arikunto, 1991). Dengan analisis ini akan diketahui apakah soal tersebut berkategori mudah, sedang, atau sukar. Kriteria yang digunakan adalah klasifikasi kesukaran soal berdasarkan tingkat kesukaran menurut Arikunto (1991). Daya pembeda ditentukan dengan mengurangi proporsi kelompok atas yang menjawab benar dengan proporsi kelompok bawah yang menjawab benar dari suatu butir tes. Dengan analisis ini akan diketahui apakah soal tersebut memiliki daya pembeda yang baik atau jelek. Kriteria yang digunakan adalah klasifikasi daya pembeda soal menurut Arikunto (1991).

Berdasarkan kriteria validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda tersebut, pengembangan instrumen tes dalam penelitian ini menghasilkan tes pemecahan masalah, keterampilan generik sains, dan kemampuan aplikasi konsep sebanyak 37 butir. Jumlah butir soal tersebut berasal dari ujicoba 47 butir tes yang telah mendapat masukan dari ahli pembelajaran fisika dan ahli tes fisika, 35 butir memenuhi kriteria valid dengan harga alfa Cronbach untuk reliabilitas tes sebesar 0,843, yang masuk dalam kriteria “sangat tinggi” menurut Arikunto (1991) dan dua butir hasil revisi. Seluruh indikator telah terwadahi di dalam 37 butir tes tersebut. 3. Rubrik

(39)

83 penilaian terhadap kualitas MMI dan penilaian produk “keterampilan pemecahan masalah”.

4. Angket

Di dalam penelitian ini angket merupakan perwujudan dari kuesioner, yang digunakan untuk mengubah informasi dari responden menjadi data yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang diketahui, disukai/tidak disukai, dan yang dipikirkan seseorang (Tuckman, 1978). Di dalam penelitian ini, instrumen angket meliputi: 1) Tanggapan mahasiswa terhadap perkuliahan Fisika Dasar (untuk studi pendahuluan); 2) Kualitas tes keterampilan pemecahan masalah, generik sains, dan aplikasi konsep; 3) Kualitas LKM dan panduan jawaban LKM; 4) Tanggapan mahasiswa terhadap MMI; 5) Tanggapan mahasiswa terhadap LKM dan kerja kolaboratif; serta 6) Tanggapan mahasiswa terhadap perkuliahan Fisika Dasar dengan model pembelajaran “MiKiR”.

F. Teknik Analisis Data

(40)

84 Tabel 3.3.

Pertanyaan Penelitian, Data, dan Cara Analisis Data

Ringkasan Pertanyaan Penelitian Data Cara Analisis Data

Karakteristik dan pelaksanaan model pembelajaran “MiKiR” pada perkuliahan fisika dasar bagi mahasiswa calon pengajar SMK Program Keahlian Tata Boga

Hasil penilaian LKM dan MMI sebagai basis model

mahasiswa calon guru SMK PKTB

Skor Penilaian Produk (Rubrik)

Deskriptif, persentase

Skor Tes Keterampilan Pemecahan Masalah

Uji perbedaan dengan uji U Mann-Whitney (Minium et al., 1993) terhadap N-gain (Hake, 1998) antara kelompok eksperimen dan kontrol.

Efektivitas penerapan model pembelajaran “MiKiR” untuk meningkatkan keterampilan generik sains pada mahasiswa calon guru SMK PKTB

Skor Tes Keterampilan Generik Sains

Uji perbedaan dengan uji U Mann-Whitney (Minium et al., 1993) terhadap N-gain (Hake, 1998) antara kelompok eksperimen dan kontrol.

Skor hasil angket penilaian diri keterampilan TIK

Uji perbedaan dengan Wilcoxon Signed Rank (Minium et al., 1993)

Efektivitas penerapan model pembelajaran “MiKiR” untuk meningkatkan kemampuan mengaplikasikan konsep pada mahasiswa calon guru SMK PKTB

Skor Tes Penguasaan Aplikasi Konsep fisika

Uji perbedaan dengan uji U Mann-Whitney (Minium et al., 1993) terhadap N-gain (Hake, 1998) antara kelompok eksperimen dan kontrol. Whitney dilakukan untuk mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat perbedaan N-Gain (gain ternormalisasi) menurut Hake

(41)

85 Dilakukan pula analisis deskriptif N-Gain dengan menggunakan kriteria N-Gain menurut Hake (1998), yakni: 1) Perkuliahan dengan “gain-tinggi”, jika <g> ≥ 0,7; 2) Perkuliahan dengan “gain-sedang”, jika 0,7 > <g> ≥ 0,3; dan 3) Perkuliahan dengan “gain-rendah”, jika <g> < 0,3. Sedangkan kriteria lain untuk analisis deskriptif adalah kriteria kelayakan, yakni 75% dari skor ideal.

Adapun persamaan uji U Mann-Whitney adalah sebagai berikut (Minium et Signed Rank dilakukan untuk mengetahui apakah pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan skor pada aspek keterampilan TIK tertentu, dengan persamaan:

( )

Uji inferensial nonparametrik uji U Mann-Whitney dan Wilcoxon Signed Rank

(42)

176

DAFTAR PUSTAKA

Adair, John. (2007). Decision Making & Problem Solving Strategies. London: Kogan Page.

Amien, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud.

Anastasi, Anne. (1982). Psichological Testing. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Anderson, W. & Krathwohl, David R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.

New York: Longman.

Arends, Richard L. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill Book Co.

__________. (2008a). Learning to Teach, Buku I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. __________. (2008b). Learning to Teach, Buku II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. (1991). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina

Aksara.

Ash, S. L. & Clayton, P. H. (2004). The articulated learning: an approach to guided reflection and assessment. Innovative Higher Education, Vol. 29, No. 2, Winter 2004 ( C_ 2004)

Barojas, J. (2004). Teacher training as collaborative problem solving. Educational Technology & Society, 7 (1), 21-28.

Bell, Randy L. (2008). Teaching the Nature of Science through Process Skills.

Boston: Pearson.

Borg, W.R. & Gall, M. D. (1989). Educational Research. New York: Longman. Borich, Gary D. (1994). Observation Skills for Effective Teaching. New York:

Merrill.

Brotosiswoyo. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA (Fisika) di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Depdiknas.

(43)

177 Burke, K.A. (1998). Developing and using conceptual computer animation for chemistry instruction. Journal of Chemical Education. Vol. 75. Iowa State University.

Butterworth, J. & Geoff, T. (2005). Thinking Skills. Cambridge: Cambridge University Press.

Candy, Philip C. (2000). Reaffirming a proud tradition: Universities and lifelong learning. Active Learning in Higher Education 1; 101. Tersedia: http://www.sagepub.com. [22 April 2008].

Carter, C., Keyes, M., Kusimo, P.S., & Lunsford, C. (2000). UnCommon Knowledge: Praojects that Help Middle-School-Age Youth Discover the Science and Mathematics ini Everyday Life. Volume One: Hands-on Science Projects. West Virginia: Charleston.

Cebotarev, E.A. (1979). Some thoughts on home economics and the other 'helping' professions. Paris: Unesco.

Chen, H., Cannon, D., Gabrio, J. Leifer, L., Toye, G., Bailey, T. (2005). Using wikis and weblogs to support reflective learning in an introductory engineering design course. Proceeding of the 2005 American Society for Engineering Education Annual Conference & Exposition.

Chung, T., Leong, M. K., & Looc, J. P. L. (2006). Automated Mentoring for Reflection in an Eportfolio. Tersedia: www.commontown.com/cos/o.x?c= /wbn/pagetree&func =download&rid=2253. [23 Desember 2008].

Clark D. & Holt, J. (2001). Philosophy: a key to open the door to critical thinking.

Nurse Education Today. 21, 1, 71-78.

Clarkson, B. & Brook, C. (2007). Achieving synergies through generic skills: A strength of online communities. Australasian Journal of Education Technology. Vol. 23(2).

Costa, A. L. (1985). The Behaviors of Intelligent dalam Costa, A. L. (Ed.).

Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Curtis, D. & Denton, R. (2003). The Authentic Performance-based Assessment of Problem-Solving. King William Road: NCVER.

Dahar, R. W. (2006). Dari Keterampilan Proses ke Keterampilan Generik.

Fasilitator. Edisi 3.

(44)

178 Dancy, M.H. & Beichner, R. (2006). Impact of animation on assessment of conceptual understanding in physics. Physical Review Topics – Physics Education Research 2 (1), 010104 (2006), The American Physical Society. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1103/ PhysRevSTPER.2.010104. [26 September 2007].

Darmadi, I.W. (2007). Pembelajaran berbasis teknologi informasi untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon pengajar. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 1 No. 1.

Darren. (2003). The Future of Electronic Portofolio Technology: Supporting What We Know about Learning. Tersedia: https://eportfolio.vt.edu/ ePortfolio_2003_keynote.pdf. [8 Maret 2008].

Demirci, N. (2006). Developing web-oriented homework system to assess students’ introductory physisc course performance and compare to paper-based peer homework. Turkish Online Journal of Distance Education, Juli 2006, Volume 7 Nomor 4.

Depdiknas. (2007). Pengembangan Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Dick, W. & Carey, L. (1996). The Systemic Design of Instruction. New York: HarperCollins.

DiSessa, A. A. (2004). Principles for computer-based instruction in physics. In Redish, E.F. & Vicentini, M. (Ed.) Ricerca in didattica della fisica. Bologna: Societa Italiana di Fisica.

Dori, Y.J. & Belcher, J. (2005). How does technology-enabled active learning affect undergraduate students’ understanding of electromagnetism concepts? The Journal of Learning Science, 14(2), 243-279. Copyright 2005, Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Tersedia: http://web.mit.edu/. [26 September 2007]. Eason G. (2006). Is there room for reflection in a science course for nonscience majors? Journal of College Science Teaching; Mar/Apr 2006; 35, 5; Education Module pg. 37.

En.wikipedia.org. Defining skills. Tersedia: http://www.en.wikipedia.org. [15 Juni 2008].

En.wikipedia.org. Problem Solving. Tersedia: www.en.wikipedia.org/wiki/ problem_solving.htm. [22 Januari 2009].

(45)

179 Finkelstein, N.D., Adam, W., Keller, C., Perkins, K., Podolefsky, N.S., & Reid, S. (2005). When Learning about the real world is better done virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment . Physical Review Special Topics – Physics Education Research I, 010103 (2005) The American Physical Society. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1103/ PhysRevSTPER.1.010103. [26 September 2007].

Finkelstein, N.D., Adam, W., Keller, C., Perkins, K., Wieman, C. (2006). High tech tools for teaching physics: the physics education technology project. Merlot

Journal of Online Learning and Teaching, 2(3). Tersedia:

http://jolt.merlot.org/vol2no3/ finklestein.pdf. [17 September 2007].

Fraenkel, Jack R. & Wallen, Norman, E. (2003). How to Design and Evaluate Research in Education.Book 2. Boston: McGraw Hill.

Gaigher, E., Rogan, J. M., Braun, M. W. H. (2007). Exploring the development of conceptual understanding through structured problem-solving in physics.

International Journal of Science Education, Vol. 29, No. 9, 1089-1110(22). Gallagher, J. J. (2000). Teaching for understanding and application of Science

knowledge [Electronic Version]. School Science & Mathematics 10, 310 -318.

Garret, B., Towles, E., Kleinert, H., & Kearns, J. (2003). Portfolio in large-scale alternative assessment systems: framework for reability. Assessment for

Alternative Intervention 28(2), 17-27 (2003). Tersedia:

http://www.sagepub.com [25 April 2008].

Graham, C.R. & Misanchuk, M. (2004). Computer-mediated learning groups: Benefits and challenges to using groupwork in online learning environments. In T.S. Roberts (Ed.). Online collaborative learning: Theory and practice. Hershey, PA: Information Science Publishing.

Gayeski, D. M. (1993). Multimedia for learning. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Gega, Peter C. (1982). Science in Elementary Education. New York: John Wiley & Sons.

Giancoli, Douglas C. (1995). Physics Principles with Application. New Jersey: Prentice Hall International.

Grinnel, Jr., R. M. (1988). Social Work Research and Evaluation. Illionis: F.E. Peacock Pub. Inc.

(46)

180 Guba, E. (1990). The Paradigm Dialogue. Newbury Park, CA: Sage Publication. Gunawan, Setiawan, A., Rustiana D. (2008). Model pembelajaran berbasis

multimedia interaktif untuk meningkatkan penguasaan konsep calon pengajar pada materi elastisitas. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 2 No. 1. Hake, Richard. R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning

Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores

on Mathematics and Spatial Visualization. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~hake. [21 September 2008].

__________. (1998). Interactive-engagement vs traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Am. J. Phys., 66: 64-74.

Haladyna, T.M. (1997). Writing Test Items to Evaluate Higher Order Thinking.

Boston: Allyn & Bacon.

Halliday, D. & Resnick, R. (1990). Fisika. Jakarta: Erlangga.

Harris, K-L., Krause, K., Gleeson, D., Peat, M., Taylor, C. & Garnett, R. (2007).

Enhancing Assessment in the Biological Sciences: Ideas and resources for university educators. Tersedia: www.bioassess.edu.au. [8 Maret 2008].

Hausmann, R.G.M., Chi, M.T.H., & Roy, M. (2004). Learning from collaborative problem solving: An analysis of three hypothesized mechanisms. 26nd Annual Meeting of the Cognitive Science Conference, Chicago, IL.

Heyndman, Steve & Heydnman, June. (2005). Creating an Eportfolio with MS FrontPage: It Doesn’t Get Any Easier! Tersedia: http://www.usca.edu/essays. [8 Maret 2008].

Hinduan, A., Setiawan, W., Siahaan, P., & Suyan, I. (2007). Pendidikan Fisika, dalam Ali, M. (Ed.) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA. Hipkins, Rosemary. (2006). The Nature of the Key Competencies. Wellington:

NZCER.

Hoffman, B., & Ritchie, D. (1997). Using multimedia to overcome the problems with problem based learning. Instructional Science, 25(2), 97–115.

Hudgins, David W.; Prather, Edward E.; Grayson, Diane J.; Smits, Derck P. (2007). Effectiveness of collaborative ranking tasks on student understanding of key astronomy concepts. Astronomy Education Review, v5 n1.

(47)

181 Johnson C. & Brescia, W. Jr. (2006). Connecting, making meaning, and learning in the electronic classroom: reflections on facilitating learning at a distance.

Journal of Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 6, No. 1, August 2006, pp. 56 – 74.

Johnson, David J. & Johnson, Roger T. (2002). Meaningful Assessment. Boston: Allyn and Bacon.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamsah, M.Z., (2005). Developing Generic Skills in Classroom Environment:

Engineering Student’s Perspective. Tersedia:

http://www.ctl.utm.my/research. [8 Pebruari 2008].

Kemp, Jerold E. (1994). Proses Perancangan Pembelajaran. Bandung: Penerbit ITB.

Kirkup, L., Scot, D, & Sharma, M. (2007). Teaching physics to non-physics majors: models extant in Australian universities. UniServe Science Teaching and Learning Research Proceedings. [10 Agustus 2008].

Kohl, P.B. & Finkelstein, N. D. (2007). Expert and novice use of multiple representations during physics problem solving. AIP Conf. Proc., Volume 951, pp.132-135.

Kortemeyer, G., Hall, M., Parker, J., Bidgoli, B., Albertelli II, G., Bauer, W., & Kashy, E. (2005). Effective feedback to the instructor from online homework.

JALN Volume 9, Issue 2 — June 2005. Tersedia: http://www.lon-capa.org/papers/feedback.pdf. [26 September 2007].

Lakin, M.B., Lombardo, L., & Spires, M. (2003). Work and Professional Studies: A Work-based Curricular for Returning Adults Students. AHEA/Aliiance Conference (Extending the Boundaries of Adult Learning.

Lasley , T. J., Matczynski, T. J., & Rowley, J. B. (2002) Instructional Models: Strategies for Teaching in a Diverse Society. Wadsworth: Wadsworth Pub Co.

Leneaerts, J. & Wieme, W. (2004). Developing ICT Based Learningware for Physics. Tersedia: http://www.hdl.handle.net/1765/1258. [10 Agustus 2008]. Lorenzo, G. & Ittelson, J. (2005). An Overview of E-Portfolio. Educause Learning

Initiative.

(48)

182 Lorson, K., Goodway, J. D., Hovatter, R. (2007). Using goal-directed reflection to

make reflection more meaningful. Journal of Physical Education, Recreation & Dance. Vol. 78 No. 4.

Lublin, Jackie. (2003). Generic Objective and Transferable Skills. Dublin: UCD. Majumdar, S. (Ed.). (2005). Regional Guidelines on Teacher Development for

Pedagogy- Technology Integration. Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education.

Maurer, Richard E. (1996). Designing Alternative Assessments for Interdisiplinary Curriculum ini Middle and Secondary School. Boston: Allyn and Bacon. McElwee, P. (1993). The conceptual understanding of scientific principles in Home

Economics.International Journal of Technology and Design Education, 3(3). McGregor, Debra. (2007). Developing Thinking; Developing Learning (A Guide to

Tinking Skills in Education. Berkshire: Open University Press.

McInnerney, J. M. & Roberts, T. (2004). Collaborative or Cooperative Learning? Dalam Robert, T. S. (Ed.). Online Collaborative Learning: Theory and Practice. Hershey: Information Science Publishing.

McLaughlin, Charles W. & Thompson, Marilyn. (1997). Physical Science, New York: Glencoe/MaGraw-Hill.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2004). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 239 Tahun 2004 tentang SKKNI Sektor Pariwisata Subsektor Hotel dan Restoram. Jakarta: Mentaketrans.

Mettas, A. C. & Constantinou, C.C. (2007). The Technology Fair: a project-based learning approach for enhancing problem solving skills and interest in design and technology education. Int J Technol Des Educ, 18:79–100.

Minium, E.W., King, B.M., & Bear, G. (1993). Statistical Reasoning in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Misanchuk M. & Hunt, J.L. (2005). Designing Problem-Solving and Laboratory Content for A Web-Based Distance Education Course in Introductory General Physics. Tersedia: http://www.physics.uoguelph.ca/phyjlh/

morph/paper2_3MelJim_1.pdf. [29 Oktober 2007] .

Muller, D.A. & Sharma, M.D. (2007). Tackling misconceptions in introductory physics using multimedia presentations. UniServe Science Teaching and Learning Research Proceedings.

(49)

183 NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington: National

Academy Press.

Nur, M. & Ibrahim, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press-UNESA.

Nurjanah, Suhandi, A., & Rusdiana, D. (2008). Pengaruh penggunaan model penalaran kausal dan kolaborasi terstruktur terhadap kemampuan mahasiswa calon guru dalam memecahkan masalah medan magnetik. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. 2 No. 2.

Nurlaela, Luthfiyah. (2010). Peran Pendidikan Ilmu Kesejahteraan Keluarga dalam Pembangunan Masyarakat. Pidato Pengukuhan. Disampaikan pada pengukuhan jabatan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Ilmu Kesejahteraan Keluarga pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, tidak diterbitkan.

Oberski, I.M., Matthews-Smith, G., Gray, M., & Carter, D. E. (2004). Assessing prablem-based learning with practice portfolios: one innovation too many?

Innovation in Education and Teaching International. Vol 41, No. 2, May 2004.

Oersini-Jones, M & De, M. (2007). Research-led curricular innovation: revisiting constructionism via e-portfolio shared assets and webfolio. Proceeding

Conventry iPED Converence 2007.

Oliver, R., Herrington, J. & McLoughlin, C. (1999). Exploring the development of students’ generic skill using a web-based learning environment.

ASCILITE’99, Brisbane.

Ornek, F., Robinson, W. R., & Haugan, M. P. (2008). What Makes Physics Difficult? International Journal of Environmental & Science Education.

2008. 3(1).

Panitz, T. (1996). Collaborative versus cooperative learning – A comparison of the two concepts which will help us understand the underlying nature of interactive learning. Tersedia: http://home.capecod.net/~tpanitz/ tedsarticles/coopdefinition.htm. [8 Januari 2009].

Parker, Frances J. (1980). Home Economics, An Introduction to A Dynamic Profession. New York: Macmillan Pub. Co. Inc.

(50)

184 Presseisen, B. Z. (1985). Thinking Skill: Meaning and Model dalam Costa, A. L. (Ed.). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Pretz, J.E., Naples, A., & Sternberg, R.J. (2003). Recognizing, defining, and

representing problems. dalam Davidson & Sternberg (Eds) The Psychology of Problem Solving. Cambridge: Cambridge University Press.

Professional Standard’s Council. (2004). The Nature of Soft Skill. Tersedia: http://www.lawlink.nsw.gov.au/lawlink. [1 Maret 2008].

Pumphrey, J. & Slater, J. (2002). An Assessment of Generic Skill Needs. Notingham: Department for Education and Skills.

Radny, W & Duval, A.B. (2004). Perception and Effectiveness of an e-Grade Online Tutorial/Assessment Sceme in Introductory Physisc Courses. CAL-laborate, November 2004. Tersedia: http://science.uniserve.edu.au/. [26 September 2007].

Rauma, A.L., Himanen, A., & Väisänen, P. (2006). Integrating of science and mathematics into home economics teaching-a way to improve the quality of learning? Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1, Spring/Summer, 2006.

Redish, E. F. (2004). A theoritical Framework for physics education research: Modeling student thinking. In Redish, E.F. & Vicentini, M. (Ed.) Ricerca in didattica della fisica. Bologna: Societa Italiana di Fisica.

Reigeluth , C. M. (Ed.). (1983). Instruction Design Theory and Models. Hillsdale NJ: Lawrence Erbaum Association.

Robert, T. S. (2004). Online Collaborative Learning: Theory and Practice. Hershey: Information Science Publishing.

Robin, Jenny. (2006). Electronic Portfolios as a Bridge. Pro-ED Journal (42) p. 107. Tersedia: http://www.elibrary.bigchalk.com. [7 Maret 2008].

Rogers, R. (2001). Reflection in higher education: A concept analysis. Innovative Higher Education, 26, 37–57.

Rutherford, F.J. & Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. New Yok: Oxford University Press.

(51)

185 Sanjaya, Wina. (2007). Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Sekolah

Pascasarjana UPI.

Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Schon, Donald A. (1987). Educating the Reflective Practitioner: Toward a New

Design for Teaching and Learning in the Professions (Higher Education Series). San Fransisco: Jossey-Bass Inc.

Shahab, Q. M., Kwon Y., & Ko, H. (2006). Interactive Virtual Experience of Physics Simulation. Imaging Media Research Center Korea Institute of Science and Technology.

Slavin, Robert E. (2000). Educational Psychology Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon Publisher.

_______________. (1994). Educational Psychology: Theories and Practice. Fourth Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publishers.

Sloan Career Cornerstone Center (SCCC). (2005). Physics Overview. Tersedia: www.careercornerstone.org. [3 Mei 2010].

Smith, B. L. & MacGregor, J. T. (1992). What is Collaborative Learning?

Washington: Washington Center fot Improving the Quality of Yndergraduate Education.

Spencer, Lyle M. & Spencer, Signe M. (1993). Competence at Work. New York: John Wiley and Sons.

Srinivasan, S. & Crooks, S. (2005). Multimedia in a Science Learning Environment.

Journal of Educational Multimedia and Hypermedia; 14, 2.

Staarman, J.K., Krol, K., van der Meijden, H. (2005). Peer interaction in three collaborative learning environments. The Journal of Classroom Interaction;

Summer 2005; 40, 1.

Stenberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sternberg, R. J., Kaufman, J. C., & Pretz, J. E. (2001). The propulsion model of creative contributions applied to the arts and letters. Journal of Creative Behavior, 35, 75–101.

Sudarmin. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Organik dan Keterampilan Generik Sains (MPKOKG) bagi Calog Guru Kimia. Disertasi.

(52)

186 Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU.

Suryanti. (1988). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Games-Tournaments (TGT) dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMU. Tesis diajukan pada Program Pascasarjana IKIP Surabaya, tidak diterbitkan.

Suryanti, Widodo, W., Nurlaela, L., Hariani, S. (2006). Pengembangan perangkat pembelajaran tematik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas rendah sekolah dasar. Laporan Penelitian, tidak diterbitkan

Sweat-Guy, R. & Buzzetto-More, N. A. (2006) A Comparative Analysis of Common E-Portfolio Features and Available Platforms. Tersedia: http://proceedings. informingscience.org. [6 Maret 2008].

Thiagarajan, S., Semmel, D. S. & Semmel, M. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Source Book. Bloominton: Center for Innovation on Teaching the Handicapped.

Tipler, Paul A. (1991). FISIKA untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Tuckman, Bruce W. (1978). Conducting Educational Research. San Diego: Harcourt Brace Johanovich, Publishers.

Universitas Negeri Surabaya (Unesa). (2007). Buku Pedoman Akademik Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa University Press.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (2007). Kurikulum Ketentuan Pokok dan Struktur Program Universitas Negeri Surabaya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

University of Maryland. (2009). Teaching Resource Guide 2009-2010. Tersedia: http://cte.umd.edu. [8 Januari 2010].

Vaines, E. (1979). Home economics: a unified field approach. Paris: Unesco.

Varsavky, Christina. (2001). Developing Generic Skill of First-Year Science Students. UniServe Science FYE Discussion Forum.

Voce, Anna. (2004). What is a research paradigm? Tersedia: http://www.familymedicine.ukzn.ac.za/uploads/131e81cf-f876-4e8d-9016-69ec7d6598b8/Introduction%20to%20research%20paradigms.doc. [8 Januari 2010].

Gambar

Gambar 3.1. Bagan paradigma penelitian
Gambar 3.2. Bagan alir rancangan R & D
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau R &amp; D ( Research and Development ) yang dikemukakan oleh Thiagarajan (1974), terdiri dari empat tahapan yaitu

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&amp;D). Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa

Pengembangan modul berbasis SAVI ini merupakan penelitian Research and Development (R&amp;D) dengan menggunakan 4-D Model Thiagarajan yang terdiri dari 4 tahap

Research and Development (R&amp;D). Model ini merupakan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan data, perencanaan, pengembangan draf produk, validasi ahli, revisi, uji coba

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&amp;D) dengan alur ADDIE yang terdiri dari lima tahap yaitu analisis (analysis), perencanaan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research &amp; Development (R&amp;D) dengan model prosedural. Prosedur dalam penelitian ini mengikuti

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yang menggunakan metode Research and Development (R&amp;D). Penelitian ini menggunakan model pengembangan model

Penelitian R &amp; D (Research and Development) juga dikenal penilitian pengembangan, dengan pendekatan kualitatif dan kuantitaif. Soal uraian yang berbasis