• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN STRATEGI POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PECAHAN PADA SISWA YANG MENGALAMI PROBLEMA BELAJAR MATEMATIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN STRATEGI POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PECAHAN PADA SISWA YANG MENGALAMI PROBLEMA BELAJAR MATEMATIKA."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PECAHAN PADA SISWA YANG MENGALAMI PROBLEMA

BELAJAR MATEMATIKA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

EVA LIANA NIM: 1004797

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Pengembangan Strategi Polya Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Pecahan Pada Siswa Yang

Mengalami Problema Belajar Matematika

Oleh Eva Liana

S.Si UNPAD Bandung, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Eva Liana 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan bertujuan menghasilkan strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah khususnya pecahan pada siswa yang mengalami problema belajar matematika. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan belum berhasil meningkatkan kemampuan seluruh siswa dalam pemecahan masalah pecahan, masih terdapat populasi siswa di dalam kelas yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.

Maka diperlukan penelitian dan pengembangan untuk menemukan alternatif strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat meningkatkan hasil belajar semua siswa di kelas reguler. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekataran Research and Development (R & D). Adapun tahapan Penelitian dan pengembangan terdiri dari: 1) Tahap pendahuluan; 2) Tahap pengembangan; dan 3) Tahap validasi . Satuan analisisnya adalah guru matematika dan siswa di sekolah reguler, teknik pengumpulan data menggunakan teknik: observasi, wawancara dan tes. Analisis data kualitatif dengan deskriptif sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis data non-parametrik menggunakan uji Wilcoxson.

(5)

ABSTRACT

The research aimed at producing a problem-solving instructional strategy that will be able to improve the skills of problem solving, especially in terms of fractions, among students who experience problems in mathematics learning. The results of the research demonstrate that the instructional strategy applied still unsuccessfully improved the skills of the whole students in fraction problemsolving; there was still a population of students in the class who experienced difficulties in fraction problem solving.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PECAHAN PADA SISWA YANG MENGALAMI PROBLEMA BELAJAR ... 11

A. Urgensitas PembelajaranPemecahan Masalah Pecahan ... 11

B. Karakteristik Siswa yang Mengalami kesulitan dalam Pemecahan Masalah Pecahan ... 12

C. Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 19

1. Strategi Polya dalam Pemecahan Masalah ... 20

2. Pendekatan Kooperatif Learning ... 24

3. Representasi Visual ... 26

D. Kerangka Teori Pegembangan Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan (E-Polya) ... 27

1. Strategi E-Polya ... 27

2. Teori Belajar Konstruktivisme Sosial ... 29

3. Guru dalam Pembelajaran ... 31

4. Implikasi Teori Konstruktivisme Sosial Terhadap Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan ... 33

E. Penelitian yang Relevan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Lokasi dan Informan Penelitian... 36

1. Lokasi dan Informan Penelitian Tahap Studi Pendahuluan .... 36

2. Lokasi dan Informan Penelitian Tahap Pengembangan ... 37

3. Lokasi dan Informan Penelitian Tahap Validasi ... 40

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Konsep ... 49

(7)

1. Instrumen Penelitian Tahap Pendahuluan ... 52

2. Instrumen Penelitian Tahap Pengembangan ... 56

3. Instrumen Penelitian Tahap Uji Coba ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 59

1. Analisis Data Kualitatif ... 59

2. Analisis Data Kuantitatif ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Kondisi Objektif Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah dan Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 63

a Kondisi Objektif Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Pecahan ... 63

b Kondisi Objektif Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan ... 88

2. Draft Awal Strategi E-Polya ... 95

aRancanganAwal Strategi E-Polya ... 95

bHasil Pengembangan Draft Strategi E-Polya ... 98

1) Hasil validasi Draft Strategi E-Polya Oleh Ahli ... 99

2) Hasil Uji Coba Terbatas ... 105

3) Hasil Uji Coba Luas ... 155

3. Hasil Uji Efektivitas Strategi E-Polya ... 279

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 297

1. Konsep Dasar Pengembangan Strategi E-Polya ... 297

aLatar Belakang Lahirnya Strategi E-Polya ... 297

bKonsep yang Mendasari Strategi E-Polya... 304

2. Keterkaitan antara Strategi E-Polya dengan Kemampuan Siswa yang Mengalami Problema belajar ... 308

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Strategi E-Polya ... 313

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 316

A. Kesimpulan ... 316

B. Rekomendasi ... 318

DAFTAR PUSTAKA ... 319

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemampuan memecahkan masalah sangat dibutuhkan oleh setiap orang, sebagaimana yang diungkapkan Holmes (1995:35) yang menyatakan bahwa,

“orang yang memiliki kemampuan memecahkan masalah akan hidup lebih baik,

mampu berpacu dengan kebutuhan hidup, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan juga memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global”. Permasalahan yang timbul pada era globalisasi dan modernisasi saat ini menuntut setiap orang bergerak cepat dalam menyelesaikan permasalahan. Orang yang lambat dalam menyelesaikan permasalahan, akan menjadi orang yang tertinggal dan dianggap tidak produktif dalam hidupnya.

(9)

diharapkan terampil dalam penalaran, pemecahan masalah dan komunikasi dalam kehidupannya.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan komponen penting dalam belajar matematika, melalui pemecahan masalah, siswa akan mempunyai kemampuan dasar yang bermakna lebih dari sekedar kemampuan berpikir, dan dapat membuat strategi-strategi penyelesaian untuk masalah-masalah selanjutnya. Pemecahan masalah dapat mempertajam kekuatan analisis dan kekuatan kritis siswa. Wahyudin (2003) mengatakan bahwa:

Pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi juga merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian kemampuan pemecahan masalah dapat membantu seseorang dalam kehidupannya.

(10)

Persoalan-persoalan pemecahan masalah pada pelajaran matematika tidak hanya terjadi pada siswa-siswa yang mengalami learning disability (LD), namun terjadi pula pada siswa lain pada umumnya. Bos and Vaughn (1991:278) menyatakan bahwa :

Many Students with learning problems have trouble with traditional story problems in mathematics because their difficulty in reading makes understanding the math problem almost impossible. Students with learning problems often have difficulty with logical reasoning, which is the basis of many story problems.

Siswa yang mengalami masalah pembelajaran akan mengalami kesulitan dalam hal pemecahan masalah, terutama di dalam menyelesaikan soal cerita. Dalam menyelesaikan soal cerita sekurang-kurangnya ada dua hal penting yang harus dikuasai siswa yaitu kemampuan membaca persoalan matematika dan kemampuan bernalar. Jika salah satu dari kedua aspek tersebut mengalami hambatan maka ada kecenderungan mereka akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan soal cerita.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap seorang guru matematika di sekolah Mutiara Hati (MH), mengungkapkan bahwa: guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan persoalan pemecahan masalah pada siswanya. Beberapa siswa di kelas tiga mengalami kesulitan ketika diberikan soal-soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan pecahan, walaupun siswa tersebut tidak mengalami masalah secara kognitif.

(11)

tersebut. Para guru mengkhawatirkan, jika siswa yang mengalami kesulitan itu tidak cepat ditangani akan terjadi akumulasi kesulitan pada kelas-kelas selanjutnya. Jika akumulasi kesulitan tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan siswa tersebut akan mengalami frustasi di dalam mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut.

Penyebab rendahnya kemampuan memecahkan masalah matematika saat ini perlu dicari tahu penyebabnya. Lobato (Sriraman and English,2010:22) menyatakan bahwa dalam mengaplikasikan pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas, terkadang guru kurang memperhatikan kemampuan setiap siswa, sehingga hasil pembelajaran tersebut tidak mencapai target yang telah ditetapkan.

Salah satu kemungkinan penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, diantaranya mungkin karena pembelajaran yang dibangun di kelas kurang diarahkan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah. Perencanaan pembelajaran yang baik setidaknya akan memberikan kontribusi terhadap proses belajar mengajar di kelas, tetapi kenyataanya guru kurang optimal dalam membuat perencanaan pembelajaran sehingga proses belajar berjalan seadanya saja.

(12)

pemecahan masalah. Bahkan beberapa guru percaya bahwa kemampuan memecahkan masalah berkembang secara otomatis dari penguasaan keterampilan berhitung. Menurut Lenchner (1988:67), hal itu tidak seluruhnya benar. Pemecahan masalah merupakan suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan guru harus mengupayakannya.

Upaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah dapat dilakukan jika guru tersebut memiliki strategi mengajar yang baik. Strategi yang dapat digunakan Holmes (1995:36) menyatakan bahwa pada intinya strategi umum memecahkan masalah yang terkenal adalah strategi Polya, dengan empat langkah rencana pemecahan masalah yang berguna baik untuk problem rutin maupun nonrutin. Langkah-langkah yang dimaksud adalah: 1) memahami masalah; 2) membuat rencana untuk memecahan masalah; 3) melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan 4) membuat review atas pelaksanaan pemecahan masalah.

(13)

Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah diawali dengan kesulitan siswa dalam membaca dan memahami persoalan pemecahan masalah. Siswa tidak mampu mentranslasikan soal yang dibacanya kedalam model matematika. Jika hal ini dialami siswa terus-menerus maka lambat laun akan terjadi akumulasi kesulitan. Akumulasi kesulitan ini akan menyebabkan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Hal lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan malasah pecahan adalah rendahnya pemahaman terhadap konsep pecahan sederhana. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam menerapkan konsep pecahan dalam penyelesaian soal pemecahan masalah.

Penelitian mengenai pemecahan masalah menjadi sesuatu yang substansial dan terkadang controversial dalam beberapa dekade ini. Namun Strategi polya merupakan salah satu strategi yang menjadi pionir mendorong riset-riset tentang pemecahan masalah pada dekade-dekade berikutnya, seperti yang dikemukan oleh English & Sriraman (2010: 263) menyatakan : “it was polya's seminal work on how to solve problems that provide the impetus for a lot of problem solving

research that took place in the following decades”.

(14)

dikembangkan oleh peneliti. Selain itu langkah-langkah strategi polya dinilai cukup sederhana dan dapat memudahkan siswa ketika menghadapi soal pemecahan masalah. Terkait dengan siswa yang mengalami permasalahan dalam hal pemecahan masalah, strategi polya dinilai cukup sistematis sehingga siswa akan lebih mudah mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan.

Tergerak dari fenomena yang dipaparkan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang dapat menjawab kesulitan-kesulitan guru di lapangan dalam mengembangkan strategi yang diduga dapat meningkatkan kemampuan di dalam menyelesaikan pemecahan masalah, khususnya pada siswa yang mengalami kesulitan matematika. Lebih spesifik lagi peneliti ingin mengkaji tentang pengembangan strategi Polya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah pecahan.

B. Pertanyaan Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan strategi Polya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah pecahan?

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka pertanyaan secara lebih spesifik dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

(15)

a) Bagaimana kondisi objektif kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan?

b) Bagaimana kondisi objektif pembelajaran pemecahan masalah pecahan saat ini?

2. Bagaimana seharusnya draft strategi E-Polya dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami problema belajar matematika?

3. Apakah strategi E- Polya cukup efektif dalam membantu memecahkan kesulitan siswa yang mengalami hambatan dalam memecahkan masalah pecahan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas strategi E-Polya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami kesulitan di dalam memecahkan masalah pecahan.

2. Tujuan Khusus

(16)

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh guru di sekolah sebagai upayanya untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan pemecahan masalah pada siswa yang mengalami problema belajar.

2. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan terhadap pengayaan disiplin ilmu Pendidikan Kebutuhan Khusus (PKKh) yang berkaitan dengan pembelajaran matematika untuk siswa dengan problema belajar di sekolah reguler serta mendorong penelitian lebih lanjut.

E. Struktur Organisasi Tesis

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan tesis selanjutnya, berikut akan dideskripsikan bagian-bagian yang menjadi pokok bahasan:

(17)

dirumuskan sebagai hasil penelitian. Berdasarkan latar belakang peneliti ini, maka pada bab I ini akan mengungkap tentang fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian juga struktur organisasi penulisan tesis.

Bab II; membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul dan permasalahan penelitian khususnya mengenai teori tentang siswa yang mengalami problema belajar matematika dan strategi pemecahan masalah . Adapun fungsi kajian teoritis yaitu sebagai landasan dalam analisis temuan di lapangan dan panduan untuk merumuskan strategi pemecahan masalah pecahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini.

Bab III; membahas tentang metode penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Research and Development (R & D). Untuk memperoleh data penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti; wawancara, observasi dan studi dokumen. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai instrumen penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data penelitian.

Bab IV; membahas hal-hal yang esensial dalam penelitian. Adapun hal pokok yang disajikan diantaranya; hasil penelitian dan analisis, temuan-temuan penelitian serta pembahasan yang terkait dengan rumusan E- Polya sebagai hasil dari penelitian ini.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Informan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menjadi tiga tahap penelitian, yaitu : tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap validasi. Lokasi dan informan penelitian akan dibahas sebagai berikut:

1. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan

Dalam hal ini peneliti melaksanakan penelitian tahap 1 di Sekolah Mutiara Hati Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini karena Sekolah Mutiara Hati merupakan sekolah inklusif, di mana sekolah ini memiliki siswa-siswa yang cocok untuk dijadikan informan penelitian. Adapun kriteria pemilihan lokasi penelitian ini adalah : 1) sekolah ini merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif dan memiliki siswa yang mengalami problema belajar pada materi pemecahan masalah pecahan dan; 2) sekolah yang cukup kooperatif dan diharapkan mau bekerjasama dengan peneliti. Setelah mengadakan studi pendahuluan di beberapa sekolah maka peneliti menetapkan Sekolah Mutiara Hati untuk dijadikan lokasi penelitian pada tahap studi pendahuluan.

(19)

yang terjadi. Informan lain berkenaan dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan ada sebanyak lima orang siswa, yang akan diperoleh melalui asesmen dan observasi tentang kemampuan pemecahan masalah pecahan. Pemilihan informan ini dilakukan dengan purposive sampling. Praktek seperti ini disebut “purposive sampling” (Lincoln and Guba, 1985). Lincoln and Guba mengemukakan bahwa purposive sampling didasarkan atas pertimbangan kekayaan informasi, bukan pertimbangan statistik.

Kelima informan penelitian itu adalah siswa kelas tiga yang berinisial SS, Ci, Df, Yy dan Sl. Siswa-siswa tersebut menjadi informan penelitian karena selama asesmen atau masa observasi, kelima siswa tersebut mengalami problema belajar dalam pemecahan masalah pecahan.

Tabel 3.1

Jumlah Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan

No Informan Jumlah Informan

1 Guru Matematika 1 Orang

2 Siswa-siswa 5 Orang

2. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Pengembangan

(20)

Adapun ahli yang akan dimintai judgment (penilaian) adalah ahli dalam bidang pengajaran untuk anak kesulitan belajar, ahli dalam pengajaran matematika dan praktisi pengajaran matematika. Judgment dari ahli diharapkan dapat menyempurnakan rumusan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Masukan ataupun input dari para ahli dijadikan bahan pertimbangan dalam menyempurnakan rumusan.

Setiap ahli menilai dan memberikan pandangan terhadap rumusan yang dihasilkan oleh peneliti. Setelah mendapatkan penilaian dan masukan dari para ahli, selanjutnya peneliti menyempurnakan kembali rumusannya. Setelah rumusan baru tersebut dianggap cukup representative maka peneliti kembali memperlihatkan rumusan tersebut kepada para ahli untuk mencoba mengecek apakah masukan yang diberikan para ahli tersebut telah sesuai dengan rumusan yang baru. Setelah mendapat judgement maka putaran delphie ini dihentikan.

(21)

menjadi lokasi penelitian sedangkan subjek lain pada penelitian ini adalah siswa kelas tiga yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.

Subjek siswa pada penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1) siswa yang tidak mengalami masalah

pada aspek kognitif; dan 2) siswa yang mengalami problema dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan pemecahan masalah bukan disebabkan oleh hal-hal yang telah disebutkan maka siswa tersebut tidak dapat dijadikan subjek penelitian pada penelitian ini.

Tahap uji coba dalam penelitian ini dilakukan dua tahap, tahap pertama adalah tahap uji coba terbatas dan tahap kedua adalah uji coba luas. Tahap uji coba terbatas dilakukan di Sekolah Dasar 9 Mutiara sedangkan tahap ujicoba meluas dilakukan di Sekolah Mutiara Hati, Sekolah Al-fajar dan Sekolah Tunas harapan.

Tahap uji coba terbatas dilakukan untuk melihat apakah rumusan strategi dapat digunakan dalam pembelajaran pemecahan masalah pecahan dalam setting sekolah reguler. Uji coba terbatas ini dilakukan dengan 3 kali putaran yang melibatkan guru dan siswa kelas 3 Sekolah 9 Mutiara. Setiap putaran dalam tahap ujicoba terbatas ini menghasilkan masukan yang berguna untuk penyempurnaan rumusan yang telah di buat peneliti.

(22)

menggunakan Strategi E-Polya terhadap prestasi belajar siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.

3. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Validasi

Tahah terakhir adalah Uji Validasi Strategi E-Polya yang dilakukan di SDN Cibeunying 3 Kabupaten Bandung. Tahap Validasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang timbulkan oleh Strategi E-Polya terhadap kemampuan siswa yang mengalami problema dalam pemecahan masalah pecahan sederhana.

Tabel 3.3

Jumlah Subjek Penelitian pada Tahap Validasi

No Informan Jumlah Informan

1 Guru Matematika 1 Orang

2 Siswa-siswa 15 Orang

B. Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan tiga tahap penelitian, yaitu: 1) Tahap studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi. Setiap tahap dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik yang berbeda dalam hal pendekatan maupun pengumpulan datanya. Hal ini disesuaikan dengan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh peneliti.

(23)

desain penelitian adalah rancangan atau pedoman dari semua proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

C. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan suatu strategi pembelajaran, dan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat digunakan hanya dengan satu metode penelitian saja. Peneliti membutuhkan Metode deskriptif pada tahap pendahuluan dan pengembangan dan metode eksperimen dilakukan pada tahap validasi. Metode eksperimen pada tahap validasi digunakan untuk menguji apakah strategi yang akan dihasilkan terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan research and development (R & D). Pendekatan R & D adalah metode yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010). Senada dengan yang dikemukan oleh Borg & Gall (1986: 772)

bahwa: “Educational research and development (R & D) is a process used to

develop and validate educational product”. Jadi pendekatan R&D merupakan

(24)

Gambar 3.1

Prosedur Penelitian Pengembangan E-Polya

Berdasarkan gambar 3.1 tentang prosedur penelitian, peneliti ingin menggambarkan tentang tahapan–tahapan penelitian yang telah dilakukan. Tahapan penelitian dengan pendekatan R & D ini merupakan penelitian menggunakan tiga tahap, dimana tahapan-tahanpan penelitian tersebut memiliki

1.TAHAP PENDAHULUAN

STUDI LITERATUR

DESKRIPSI & ANALISIS STUDI LAPANGAN

Kemampuan pemecahan masalah siswa :

Pemahaman membaca persoalan matematika Perencanaan pemecahan masalah

Pelaksanaan pemecahan masalah Evaluasi jawaban

Pembelajaran pemecahan masalah di kelas :

(25)

tujuan tertentu dan saling mendukung untuk pengembangan produk yang ingin dihasilkan oleh penelitian. Seperti yang dikemukan oleh Borg & Gall (1986:772) yang mengungkapkan bahwa :

the steps of this process are usually refered to as R & D cycle. Which consists of studying research, research findings pertinent to the product to be developed,developing the product based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the field testing stage. In the more rigorous program of R & D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.

1. Deskripsi Penelitian Tahap Pendahuluan

Tahap pertama dari penelitian ini dinamakan tahap pendahuluan, karena pada tahap ini peneliti melakukan serangkaian penelitian pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan dengan mengunjungi beberapa sekolah inklusif. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat apakah disekolah-sekolah tersebut terdapat anak-anak yang mengalami problema belajar matematika.

Dari kunjungan ke beberapa sekolah, peneliti mendapat informasi bahwa ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan. Dengan berbagai pertimbangan maka peneliti mengarah kepada lokasi penelitian di Sekolah Mutiara Hati Bandung. Pemilihan sekolah ini didasarkan pada beberapa alasan yang telah dikemukan pada sub bab lokasi dan subjek penelitian.

(26)

matematika yang dihadapi siswa-siswa tersebut. Dari hasil penggalian informasi didapatkan bahwa pada level kelas tiga, ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan.

Setelah diketahui bahwa ada siswa yang mengalami hambatan dalam pemecahan masalah pecahan maka, peneliti melakukan observasi untuk melihat pada area mana mereka mengalami kesulitan. untuk mengetahui hambatan siswa tersebut maka peneliti menyusun instrumen penelitian yang di dalamnya menggali tentang sejauh mana pengetahuan siswa tentang pemecahan masalah khususnya pada pecahan.

(27)

Untuk melihat mengapa fenomena anak yang mengalami kesulitan itu terjadi, peneliti memperoleh data melalui observasi terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas tersebut. Untuk menggali data ini lebih dalam, peneliti melakukan wawancara terhadap guru yang mengajar matematika di kelas tersebut. Pada tahap ini peneliti menggali bagaimana Guru BM melakukan perencanaan, implementasi dan evaluasi pembelajaran tentang pemecahan masalah pecahan yang terjadi di sekolah itu.

Setelah pengambilan data lapangan maka penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan studi kepustakaan. Peneliti berupaya mencari literatur yang terkait dengan permasalahan yang terjadi di lapangan. Tujuan lain dari studi kepustakaan ini untuk menganalisis temuan yang terdapat di lapangan. Literatur yang digunakan untuk menganalisis persoalan pemecahan masalah yang terjadi pada siswa secara teoritis.

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka peneliti mulai melakukan analisis terhadap data-data tersebut. Dari hasil analisis dan latar belakang mengapa siswa tersebut mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah pecahan ditemukan. Langkah selanjutnya merumuskan draft strategi E-Polya yang dianggap dapat mengatasi kesulitan siswa dalam pemcahan masalah.

(28)

4) mengevaluasi tahapan-tahapan penyelesaian yang telah dilakukan. Keempat langkah ini menjadi rujukan peneliti di dalam mengembankan draft Strategi E- Polya.

2. Deskripsi Penelitian Tahap Pengembangan

Setelah draft awal tersusun, kemudian penelitian berlanjut pada tahap kedua yaitu studi pengembangan strategi Polya. Pada tahap ini peneliti melakukan Judgement kepada ahli untuk memvalidasi rumusan yang telah dirumuskan.

Teknik yang digunakan adalah teknik delphie, dimana peneliti mendatangi para ahli yang dimaksud secara personal. Setiap input yang didapatkan dari para ahli akan menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam menyempurnakan strategi yang akan dihasilkan.

Adapun ahli yang memberikan masukan terhadap strategi ini adalah : ahli dalam pendidikan anak kesulitan belajar, ahli dalam pendidikan matematika dan praktisi pendidikan yang dalam hal ini adalah para guru matematika di sekolah inklusif.

Langkah-langkah yang dilakukan menggunakan teknik delphie adalah sebagai berikut :

 Peneliti menyiapkan panduan dan instrumen yang digunakan oleh ahli

(29)

 Peneliti menghubungi ahli yang telah direncanakan, untuk mengetahui

kesediaan ahli tersebut untuk melakukan judgement terhadap rumusan strategi yang telah dibuat oleh peneliti

Dalam pelaksanaan judgment, peneliti memberikan draft strategi yang

akan divalidasi, panduan untuk memvalidasi dan format catatan yang digunakan oleh ahli ketka akan memberikan masukan, penilaian.

 Para ahli didatangi secara terpisah, semua input yang diberikan kemudian

dicatat dan dianalisis sebagai pertimbangan untuk menyempurnakan rumusan yang akan di hasilkan

 Setelah mempertimbangkan masukan dari para ahli maka, peneliti

menyempurnakan rumusannya dan memberi nama rumusan yang dihasilkan dengan nama Strategi E-Polya

Desain hipotetik strategi E-Polya selanjutnya diuji cobakan. Tahap uji coba, dilakukan dua tahap yaitu tahap uji coba terbatas dan tahap uji coba meluas. Uji coba terbatas di lakukan di Sekolah 9 Mutiara. Dari uji coba ini diharapkan akan menghasilkan temuan-temuan baru apakah E-Polya ini bisa digunakan atau tidak jika dilihat dari proses dan hasil pembelajaranya. Langkah selanjutnya uji coba meluas dilakukan disekolah lain yaitu Sekolah Mutiara Hati, Sekolah Al-fajar dan Sekolah Dasar Tunas Harapan.

(30)

dalam pembelajaran. Jika modeling mengenai hal ini dirasa sudah cukup maka guru tersebut dapat langsung melakukan uji coba tahap satu. Selama uji coba peneliti mengobservasi jalanya uji coba dan mencatat temuan-temuan yang bisa memperkaya E-Polya ini.

Setelah uji coba tahap satu dilakukan kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap guru yang melakukan ujicoba. Pada sesi ini peneliti akan mendalami apakah selama uji coba terdapat kendala atau ada hal yang sebaiknya di revisi. Jika dari hasil wawancara tersebut terdapat hal-hal yang harus direvisi maka peneliti merevisi E-Polya tersebut kemudian uji coba diulangi kembali sampai benar-benar strategi yang dikembangkan tersebut menjadi hal yang rasional untuk dilakukan oleh guru dalam kelas. Uji coba tahap satu ini berakhir jika peneliti sudah merasa bahwa E-Polya yang dibuat memang telah cocok jika digunakan oleh guru.

Setelah tahap uji coba terbatas selesai maka uji coba dilaksanakan. Uji coba meluas dengan melalui tahapan yang sama dengan tahap ujicoba terbatas yaitu sebelum mengujicobakan maka guru-guru yang akan menereapkan strategi ini terlebih dahulu mendapatkan modeling dan arahan dari peneliti. Setelah guru-guru tersebut merasa yakin maka uji coba secara meluas dapat dilakukan.

3. Deskripsi Penelitian Tahap Validasi

(31)

kemampuan siswa dalam memecahkan soal pemacahan masalah, maka strategi yang dikembangkan ini dinilai cukup efektif. Sedangkan penilaian proses belajar dilakukan dengan menggunakan angket yang akan diisi oleh guru yang melakukan uji coba. Jika hasil angket menunjukan penilaian positif maka dapat dinilai bahwa strategi pemecahan masalah pecahan ini cukup efektif.

D. Definisi Konsep

Penjelasan konsep dimaksudkan agar ada pemahaman yang sama mengenai konsep-konsep yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini:

1. Kemampuan Pemecahan Masalah (problem solving)

(32)

pemecahan masalah yang telah direncanakan; 4) dan siswa dapat mengevaluasi hasil penyelesaian yang telah didapatkan.

2. Siswa dengan Problema Belajar

Bos dan Vaughn (1991:3) menyatakan bahwa siswa dengan problema belajar ditunjukkan oleh rendahnya prestasi akademik, motivasi belajar, kemampuan mengingat, kemampuan motorik dan lain sebagainya. Siswa dengan problema belajar dalam penelitian ini adalah siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal pada materi pemecahan masalah pecahan. Siswa yang dimaksudkan adalah siswa yang tidak bermasalah secara kognitif dan memiliki rentang konsentrasi yang cukup. Adapun bentuk permasalahannya terletak dalam memahami soal-soal hitungan pecahan yang bersifat kualitatif (uraian). Kesulitan itu terkait dengan pemahaman deskripsi uraian soal, pengorganisasikan data yang diperlukan untuk menyelesaikan soal, penyelesaian soal dan pengecekan terhadap jawaban yang telah dihasilkan.

3. Pengembangan Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah

(33)

kegiatan belajar. Jadi strategi pembelajaran merupakan keseluruhan langkah dan metode yang digunakan untuk proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Strategi pemecahan masalah yang dikemukan oleh Polya (1985) terdiri dari empat langkah penyelesaian yaitu : 1) memahami masalah; 2) merencabakan penyelesaian; 3) menyelesaikan sesuai rencana; dan 4) melakukan pengecekan kembali.

Berdasarkan pandangan-pandangan diatas maka pembelajaran dapat diterjemahkan sebagai usaha dari seorang pendidik atau orang dewasa yang bertujuan membuat peserta didiknya mengalami perubahan atau dengan kata lain dapat memperoleh hasil belajar. Pengembangan strategi dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada proses mengembangkan suatu acuan untuk guru dalam proses pembelajaran melalui langkah-langkah yang terpola sehingga tujuan pembelajaran pemecahan masalah dapat dicapai. Adapun dalam pengembangan strategi pemecahan masalah ini mengadaptasikan strategi polya sebagai salah satu langkah yang digunakan untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan.

E. Instrumen Penelitian

(34)

1. Instrumen Penelitian Tahap Pendahuluan

(35)

Tabel 3.4

kis-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan masalah Pecahan

No

Soal Kompetensi

Aspek

Kemampuan Sub. Kemampuan Tujuan

(36)

Tabel 3.5

kisi-kisi Wawancara Tentang Pembelajaran Pemecahan Masalah Pecahan

No Tahapan Indikator KODE 1.2. Merencanakan kompetensi yang akan

dicapai siswa

W2 1.3. Merencanakan materi pokok dengan

uraiannya

W3 1.4. Merencanakan strategi pembelajaran

pemecahan masalah pecahan

W4 1.5. Merencanakan media, sumber, bahan

belajar untuk pemecahan masalah pecahan

W5

1.6. Merencanakan penilaian dan tindak lanjut

2.1. Kegiatan awal (apersepsi) W8 2.2. Kegiatan inti (penanaman konsep,

pemahaman konsep,pembinaan keterampilan)

W9

2.3. Kegiatan akhir W10

3. Evaluasi Pembelajaran

3.1. Evaluasi hasil belajar W11 3.2. Evaluasi proses belajar W12

(37)

Tabel. 3.6

kisi-kisi Observasi pembelajaran pemecahan masalah pecahan

No Tahapan Indikator KODE 2. Merencanakan kompetensi yang akan

dicapai siswa

OB.2 3. Merencanakan materi pokok dengan

uraiannya

OB.3 4. Merencanakan strategi pembelajaran

pemecahan masalah pecahan

OB.4 5. Merencanakan media, sumber, bahan

belajar untuk pemecahan masalah pecahan

OB.5

6. Merencanakan penilaian dan tindak lanjut

1. Kegiatan awal (apersepsi) OB.8 2. Kegiatan inti (penanaman konsep,

pemahaman konsep,pembinaan keterampilan)

OB.9

3. Kegiatan akhir OB.10

3. Evaluasi Pembelajaran

1. Evaluasi hasil belajar OB.11

2. Evaluasi proses belajar OB.12

(38)

2. Instrumen Penelitian Tahap Pengembangan

Instrumen penelitian yang digunakan pada tahap pengembangan adalah menggunakan format tanggapan ahli. Peneliti menggunakan format ini karena pada tahap ini peneliti memerlukan masukan atau input dari para ahli dan praktisi terkait dengan pengembangan strategi pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya adapun format tanggapan delphie tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Lembar Tanggapan Draft Strategi E-Polya

No Pertanyaan Tanggapan

1 Apakah konten dari bab pendahuluan sudah

merepresentasikan gambaran umum dari Strategi E-Polya?

2 Apakah persiapan pembelajaran dalam Strategi E-Polya sudah cukup untuk mempersiapkan seorang guru dalam melakukan pembelajaran pemecahan masalah pecahan di kelasnya?

3 Apakah tahapan perencanaan dalam Strategi E-Polya sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan belajar pemecahan masalah pecahan di kelas regular ?

(39)

5 Apakah tahapan evaluasi dalam Strategi E-Polya sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan belajar pemecahan masalah pecahan di kelas regular ? 6 Point-point apa saja yang belum

tergambar dari draft Strategi E-Polya?

7 Secara umum bagaimana penilaian Bapak terhadap Strategi E-Polya ?

3. Instrumen Penelitian Tahap Uji Coba

Penelitian tahap tiga adalah menggunakan metode tes untuk melihat hasil belajar. Selain itu juga dilakukan dengan menggunakan angket yang diberikan kepada guru terkait dengan penilaian terhadap proses pembelajaran menggunakan Strategi E-Polya. Instrumen yang digunakan terlihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Instrumen Penilaian Prestasi Siswa dalam Pemecahan Masalah Pecahan Penilaian Prestasi belajar siswa menggunakan Strategi E-Polya

No Aspek

Penilaian

Keterangan

ada Tidak

ada 1 Pemahaman terhadap soal

2 Sistematika penyelesaian soal

3 Kesesuaian jawaban dengan soal yang ditanyakan

4 Kemampuan mengecek kembali jawaban yang diberikan

Rubrik ;

Penilaian terhadap aspek-aspek pemecahan masalah diberi Score 1: jika terdapat aspek yang dimaksudkan

Skor 0 : Jika tidak terdapat aspek yang dimaksudkan

(40)

Tabel.3.8

Angket Penilain Guru terhadap Strategi E-Polya

No Aspek Penilaian Keterangan

1 2 3

1. Bagaimana penilaian ibu/bapak ketika membuat perencananaan pembelajaran pemecahan masalah dengan

menggunakan Strategi E-Polya? 2 Bagaimana penilaian ibu/bapak ketika

mengimplementasikan pembelajaran pemecahan masalah dengan

menggunakan Strategi E-Polya? 3 Bagaimana penilaian ibu/bapak ketika

melakukan evaluasi pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan Strategi E-Polya? 4 Bagaimana penilaian dampak Strategi

E-Polya terhadap prestasi siswa yang mengalami problema belajar

5 Bagaimana penilaian ibu/bapak terhadap keefektifan waktu pembelajaran pemecahan masalah pecahan menggunakan strategi Strategi E-Polya

Rubrik :

Penilaian dilihat berdasarkan rentang penilaian dari mulai mudah hingga sulit. Score 1 : Jika proses yang dilalui sulit untuk dilaksanakan

Score 2 : Jika proses yang dilalui mudah untuk dilakukan

Score 3 : jika proses yang dilalui sangat mudah untuk dilaksanakan

x 100%

Jika score yang didapat :

(41)

F. Teknik Analisis Data

Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan observasi serta data kuantitatif yang diperoleh melalui uji coba dianalisis secara terpisah.

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011:244).

Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono,2011: 246), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.

Gambar 2 Komponen dalam analisis data (interactive model)

Data Kolection

Data Display

Data Reduction

(42)

a. Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam instrumen yang digunakan yaitu wawancara dan observasi

b. Penyajian data, analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk sajian data yang berupa tabel.

c. Penarikan konklusi dan verifikasi, penarikan konklusi dilakukan dengan melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bloland (1992: 4) bahwa verifikasi di dalam penelitian kualitatif sama fungsinya dengan reliabilitas dan validitas di dalam penelitian kuantitatif. Dia mengemukakan,

“Verification performs for qualitative research what reliability and validity

perform for quantitative research”.

2. Analisis Data kuantitatif

Analisis terhadap data kuantitatif pada tahap validasi menggunakan pengujian nonparametrik. Tes statistik nonparametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel penelitian (Siegel, 1997:38). Menurut Santosa (2012:12) bahwa

“kondisi data yang memungkinkan digunakanyan statistik nonparametik adalah :

(43)

terlalu sedikt; 3) dan untuk tipe data nominal dan ordinal”. Berdasarakan pernyataan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan analisis data non parametik dengan asumsi bahwa jumlah sampel kurang dari 30 sampel.

Analisis datanya menggunakan uji Wilcoxson terhadap data yang berpasangan. Uji Wilcoxson ini dilakukan terhadap data berpasangan dari subjek yang sama (Santosa, 2012:115). Adapun data yang diambil pada penelitian ini adalah data hasil pre-tes dan pos-tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan. Dimana sampel penelitianya adalah 15 orang siswa yang mengalami problema belajar. Analisis dilakukan dengan SPSS 17.

Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak tedapat pengaruh Strategi E-Polya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan sederhana

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “ Pengembangan Strategi Polya untuk meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah Pecahan pada siswa yang mengalami problema belajar matematika, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kondisi objektif kemampuan dan pembelajaran pemecahan masalah pecahan menghasilkan temuan, yaitu :

 Kemampuan awal siswa dalam pemecahan masalah pecahan,

ditemukan bahwa dari lima orang siswa yang diteliti menunjukan adanya kesulitan. Kesulitan itu terkait dengan memahami soal, menentukan data, menentukan pertanyaan, memahami konsep pecahan, menyelesaikan soal dan mengevaluasi jawaban yang telah mereka selesaikan

 Proses pembelajaran pemecahan masalah pecahan yang

(45)

tidak melakukan apersepsi, tahap inti dilakukan dengan cara memberikan soal cerita pecahan dan ditutup tanpa memberikan penguatan kembali pada materi yang telah dipelajari.

2. Draft strategi pembelajaran pemecahan masalah pecahan yang ditemukan dalam penelitian ini diberi nama Strategi E-Polya. Implementasinya dilakukan melalui dua tahapan, yaitu :

 Tahap inisiasi; pada tahap ini guru harus merancang RPP yang

diawali dengan melakukan asesmen terkait dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pecahan, menganalisis kemampuan siswa, kemudian membentuk kelompok siswa yang kooperatif.

 Tahap implementasi pembelajaran pemecahan masalah pecahan

dilakukan dalam tiga fase, yaitu: 1) fase pendahuluan, fase ini guru harus melakukan ice breaking dan apersepsi mengenai konsep pecahan sederhana; 2) fase inti, pada fase ini guru melakukan pemodelan tentang cara memahami , merencanakan, menyelesaikan dan mengevaluasi jawaban. dilanjutkan dengan pembelajaran kooperatif; 3) fase penutup, pada fase ini dilakukan evaluasi proses, hasil dan tindak lanjut pembelajaran.

(46)

siswa dengan problema belajar dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pecahan sederhana.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan , maka peneliti merekomendasikan beberapa hal, sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji coba terbatas, meluas dan validasi ternyata strategi E-Polya mudah diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas reguler, oleh sebab itu peneliti merekomendasikan kepada guru untuk mencoba mengaplikasikan strategi E-Polya ini sebagai salah satu strategi pembelajaran pemecahan masalah pecahan.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aravena,D. Maria dan Caamano E.C. (…).The Method of Problem Solving Based on Japanese and Polya’s Models.[online] tersedia: http:// tsg.icme 11.org/document/get/454.[November 1,2012]

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research:an Introduction(Fifth Ed.)New York: Longman

Bos,C.S and Vaugh S. (1991). Strategy for Students with Learning and Behavior Problem.United States: A Division of Simon & Schuster, Inc.

Burhan, B.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Choate, J.S.(2004). Successful Inclusive Teaching. United States of America: Pearson Education Inc.

David A.J.,Paul E., & Donald K.(2009). Methods for Teaching: Metode-metode pengajaran meningkatkan prestasi belajar siswa TK-SMA. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Harvey,S. & Goudvis, A.(2000). Strategy that work:Teaching Comprehension to enhance understanding. Portland: Stenhouse Publisher.

Holmes, E. 1995. New Directions in Elementary School Mathematics-Interactive Teaching and Learning. New Jersey: A Simon and Schuster Company.

Lee, H., & Sikjung, W. (2004). “Limited-English-proficient (LEP) studens: Mathematical understanding”. Teaching Mathematics in middle school 9 (5),269-272)

Lenchner, G. (1983). Creative Problem Solving in School Mathematics. New York: Glenwood Publication Inc.

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry.Beverly Hills, CA: Sage. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

(48)

Polya, G.(1985). How to Solve it. A new Aspect of Mathematical Methoders.New Jersey: Princeton University Press.

Raymond, E. (2000). Cognitive characteristics . learners with mild disabilities. Nedham Heights, MA: Allyn &Bacon , A person Educational company. Sanjaya, W.(2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Santosa, S (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. Jakarta :Gramedia

Santrock, J.W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana

Schoenfeld. (1992). “Learning to think mathematically: Problem solving, metacognition, and sense making in mathematics”. Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334-366). New York: Macmillan Publishing Company.

Setyarini. (2012). Profil Kesalahan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Menggunakan Draw a Diagram Heuristic yang Berkaitan dengan Pecahan Sederhana. Skripsi pada FIP Universitas Malang: Tidak diterbitkan.

Siegel, S .(1997). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :Gramedia

Sriraman, B. dan English, L.(2010). Theories of Mathematics Education. New York : Springer

Stacey K. (2005). “The Place of Problem Solving in Contemporary Mathematics Curriculum Documents”. Journal of Mathematics behavior, 24, 341-350. Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

:CV Alfabeta

Woolfolk, A. (2009). Educational Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gambar

gambaran bahwa terdapatnya kesenjangan antara harapan pencapaian kompetensi
Tabel 3.1 Jumlah Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan
Tabel 3.2 Daftar Peserta Delphie
Tabel 3.3 Jumlah Subjek Penelitian pada Tahap Validasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komponen yang dalam bekerja tanpa harus diberi arus atau tegangan listrik.. •

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongaan yang tepat sesuai dengan. keadaan, dengan pertimbangan siapa diantara keluargayang

Dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8, terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan,

Saya memahami bahwa saya dapat meminta pertolongan kepada peneliti jika tetjadi hal-hal yang kurang menyenangkan selama penelitian yang merupakan alobat dari

Hampir semua pada setiap waktu penyimpanan K2 (kertas komposit) selalu memiliki waktu leleh yang lebih lama dibandingkan dengan K1 (polipropilen) karena K2

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

Tujuan dalam penelitian ini antara lain, diperoleh modul CNC II yang telah di validasi oleh dosen ahli dan diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan