Kata Pengantar
Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan
penulisan tesis ini.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja ilmiah
siswa dan penguasaan konsep. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru yang masih memiliki paradigma bahwa
pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered), keadaan ini
menjadikan pembelajaran menjadi monoton dan membosankan. Diperlukan
adanya perubahan paradigma dari pembelajaran yang berpusat pada guru, menjadi
berpusat kepada siswa. Pembelajaran IPA harus menekankan kepada proses, agar
siswa menemukan sejumlah fakta atau konsep dari berbagai kegiatan percobaan
dan pengamatan. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan membekali siswa
dengan pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna
(meaningful-use).
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan tesis ini, dan
penulis menantikan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis
berharap, hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam
pengembangan pendidikan IPA di sekolah Dasar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan tesis ini dapat dilaksanakan dengan baik, karena tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak yang dengan tulus memberikan bimbingan, motivasi
dan dukungannya. Untuk itu, penulis memberikan penghargaan dan terima kasih
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. H. Wahyu Sopandi, MA, selaku pembimbing dan sekaligus
pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan
arahannya kepada penulis selama masa studi sampai akhir penyusunan
tesis ini.
2. Bapak Dr. Andi Suhandi, M.Si, yang telah menyempatkan waktu dan
dengan penuh ketelitian telah membantu penulis dalam validasi seluruh
instrumen.
3. Bapak Dr. Phil. Ari Widodo, M.Ed, menyempatkan waktu untuk
membantu penulis dalam validasi instrumen.
4. Bapak Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd, MA, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Dasar, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, yang telah memberikan arahan, bimbingan dan kemudahan
penulis dalam penyusunan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed., Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA.,
memberikan kesempatan dana arahannya selama masa studi dan
penyusunan tesis.
6. Seluruh Dosen di Program Studi Pendidikan Dasar, Sekolah Pascasarjana
Univesitas Pendidikan Indonesia, yang telah membekali dan memberikan
wawasan selama masa studi.
7. Kepada kedua orang tua dan adik tercinta, yang telah memberikan
dukungan moril dan materil.
8. Ibu Sediasih, M.Pd., selaku kepala sekolah SDN Karyawangi 2, Bapak A.
Sayari, SS., selaku kepala sekolah SDN Sukasari 1, yang telah
memberikan waktu tempat dan kesempatannya kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
9. Bapak Adim Gunawijaya, S.Pd., selaku guru kelas V di SDN Karyawangi
2, dan Ibu Mamah Masamah, S.Pd., selaku guru kelas V di SDN Sukasari I
yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data.
10.Rekan-rekan mahasiswa Prodi Pendas angkatan 2010, yang selalu
memberikan motivasi penulis.
11.Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang selalu memberikan dukungannya.
12.Semua pihak yang telah membantu dan ikut andil dalam penyusunan tesis
ini.
Daftar isi
Abstrak ...i
Kata pengantar ...ii
Ucapan terima kasih ...iii
Daftar isi ...v
Daftar tabel ...vii
Daftar gambar...viii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang ...1
1.2Rumusan Masalah ...5
1.3Tujuan Penelitian ...6
1.4Manfaat ...6
1.5Definisi Operasional ...6
1.6Hipotesis ...7
1.7 Asumsi penelitian ...7
BAB II KERANGKA TEORI ...10
2.1Model Pembelajaran Berbasis Proyek ...10
2.2 Kemampuan kerja ilmiah ...27
2.3Penguasaan konsep ...28
2.4Peningkatan kemampuan kerja ilmiah melalui model pembelajaran berbasis proyek ...31
2.5Peningkatan penguasaan konsep melalui model pembelajaran berbasis proyek ...32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...34
3.1Metode Penelitian ...34
3.2Subjek dan Waktu Penelitian ...35
3.3Prosedur Penelitian ...35
3.4Instrumen penelitian ...38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...49
4.1 Kemampuan kerja ilmiah ...49
4.2 Penguasaan Konsep ...58
4.3 Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis proyek ...64
4.4 Tanggapan guru terhadap model pembelajaran berbasis proyek ...66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...71
5.1 Kesimpulan ...71
5.2 Saran ...72
Daftar pustaka ...74
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Karakteristik utama pembelajaran berbasis proyek ... 14
Tabel 2.2 Garis besar rencana kegiatan pembelajaran ... 23
Tabel 3.1 Desain kuasi eksperimen ... 34
Tabel 3.2 Kisi-kisi penguasaan konsep ... 38
Tabel 3.3 Validasi soal penguasaan konsep ... 39
Tabel 3.4 Kisi-kisi kemampuan kerja ilmiah ... 40
Tabel 3.5 Validasi soal kemampuan kerja ilmiah ... 44
Tabel 3.6 Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis proyek ... 45
Tabel 3.7 Kriteria N-Gain ... 46
Tabel 4.1 Data kemampuan kerja ilmiah ... 54
Tabel 4.2 Data penguasaan konsep ... 60
Tabel 4.3 Hasil wawancara guru tentang pembelajaran berbasis proyek ... 67
Tabel 4.4 perbedaan aktifitas kegiatan guru dan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 68
Daftar gambar
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian ... 37
Gambar 4.1 Diagram kemampuan kerja ilmiah setiap indikator ... 50
Gambar 4.3 Diagram penguasaan konsep setiap indikator ... 58
Gambar 4.4 Diagram tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Sains merupakan sebuah proses untuk menggali informasi mengenai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Proses pencarian informasi tersebut
untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep, prinsip dan kemampuan kerja
ilmiah. Pendidikan sains bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa fakta,
prinsip dan konsep saja, melainkan menekankan pada kegiatan praktis dan
pengamatan langsung yang bertujuan untuk mencari tahu serta memahami alam
sekitar. Melalui pengamatan dan kegiatan praktis diharapkan siswa mampu
mengembangkan kemampuan dan pengetahuan sehingga memperoleh
pemahaman serta wawasan yang luas dalam mempelajari fenomena alam
disekitarnya.
Pembelajaran sains harus mampu merangsang kemampuan berpikir siswa,
mengembangkan rasa ingin tahu, mengembangkan keterampilan proses,
mengembangkan kecakapan hidup dan mengembangkan kreativitas siswa. Untuk
dapat mencapai itu semua, guru harus mampu mengembangkan pembelajaran
sains dan menjadi fasilitator, sehingga siswa dapat dilibatkan secara aktif pada
Sudah saatnya terjadi perubahan paradigma dalam pembelajaran sains,
yang mengubah dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher center),
kepada pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center). Guru
mempunyai peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Pada pelaksanaannya, pengajaran yang dilaksanakan oleh guru masih
bertahan dengan pola-pola lama, yaitu dengan menggunakan metode ceramah,
sehingga pembelajaran sains masih dianggap pelajaran yang menghadirkan
sejumlah fakta, konsep atau hukum-hukum yang harus dihapalkan oleh siswa.
Seharusnya guru mampu menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan
menghadapkan siswa pada pengalaman nyata berupa demonstrasi, percobaan,
proyek ataupun pengamatan.
Masalah pokok dan klasik yang terjadi pada pembelajaran terutama
pembelajaran sains terletak pada; pertama, dalam pembelajaran sains di sekolah
masih menggunakan cara-cara lama dalam mengajar, yaitu menempatkan siswa
pada kondisi sebagai penerima ilmu pengetahuan dan guru sebagai pusat atau
pemberi ilmu pengetahuan, sehingga pembelajaran cenderung monoton dan
membosankan bagi siswa. Kedua, penyajian materi pelajaran yang disajikan oleh
guru masih berupa konsep abstrak dan hapalan, sehingga pada saat siswa dituntut
untuk menyelesaikan soal yang bersifat berpikir lanjut yang membutuhkan
pemahaman konsep atau kasus-kasus khusus, siswa akan mengalami kesulitan
Salah satu langkah konkrit mengatasi hal tersebut diperlukan sebuah
model pembelajaran yang mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan
dalam pembelajaran ialah pembelajaran berbasis proyek (project based learning),
pembelajaran berbasis proyek sebuah model pembelajaran yang inovatif. Fokus
pembelajaran ini terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu
disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan
kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja
secara otonom mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
puncaknya menghasilkan produk nyata (Thomas, 2010).
Pada prosesnya model pembelajaran berbasis proyek menuntut siswa
untuk bekerja dan mendesain sendiri proyek yang akan dikerjakan. Dalam proses
mengerjakan proyek, siswa juga mengalami proses belajar dan membangun
pengetahuannya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan salah satu prinsip belajar sains
yaitu learning by doing, yang mana sains dibangun dengan proses-proses
menemukan dan mencari sendiri melalui pengalaman nyata. Sehingga
membangun abstraksi seseorang dengan benda konkrit yang diciptakan sendiri
(Leksono, 2010).
Kerja ilmiah merupakan salah satu kemampuan atau keterampilan yang
harus dimiliki oleh siswa sebagai bekal untuk melanjutkan studi dan bekal kerja.
Kemampuan kerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah (Rustaman,
memecahkan masalah. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006 tentang SKL dijelaskan bahwa kemampuan memecahkan
masalah tertuang dalam standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-SP)
lebih lanjut lagi tertuang dalam standar kompetensi kelompok mata pelajaran
(SK-KMP) (Firman, 2010). Hal tersebut ditegaskan pula dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 menyebutkan mengenai pembelajaran
sains harus dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (Solihat, 2010).
Karena pembelajaran sains di sekolah dasar menekankan pada pengalaman belajar
secara mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menemukan fakta-fakta dan
bekerja ilmiah.
Konsep pesawat sederhana sebenarnya merupakan sebuah konsep yang
menarik untuk dipelajari oleh siswa, akan tetapi mempelajari pesawat sederhana
terutama mempelajari jenis-jenis pesawat sederhana, siswa mengalami kesulitan
dalam memahaminya, karena pembelajarannya selalu menggunakan metode
ceramah, sehingga siswa hanya dapat memperkirakan dan membayangkan
mengenai prinsip kerja dari pesawat sederhana.
Dari uraian di atas penulis mengajukan sebuah studi yang berjudul
“PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KERJA
PROYEK PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA DI KELAS V SEKOLAH DASAR”.
1.2Rumusan masalah
Beranjak dari latar belakang di atas, sebagai dasar serta acuan pada
penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “
Bagaimana pembelajaran konsep pesawat sederhana dengan model pembelajaran
berbasis proyek yang dapat meningkatkan kemampuan kerja ilmiah dan
penguasaan konsep?”
Rumusan masalah di atas akan dioperasionalkan dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan kerja ilmiah, antara siswa
yang mendapatkan model pembelajaran berbasis proyek, dengan siswa
yang mendapatkan model pembelajaran konvensional pada konsep
pesawat sederhana?
2. Adakah perbedaan peningkatan penguasaan konsep, antara siswa yang
mendapatkan model pembelajaran berbasis proyek, dengan siswa yang
mendapatkan model pembelajaran konvensional pada konsep pesawat
sederhana?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran
4. Bagaimana tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran
berbasis proyek?
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas maka tujuan pada penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran dari pembelajaran konsep pesawat sederhana dengan
model pembelajaran berbasis proyek yang dapat meningkatkan kemampuan kerja
ilmiah dan penguasaan konsep.
1.4Manfaat
Manfaat dari penelitian ini sebagai informasi atau bukti mengenai potensi
implementasi model pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan
kemampuan kerja ilmiah dan penguasaan konsep aspek kognitif yang nantinya
memperkaya hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, serta dapat
digunakan oleh berbagai pihak, seperti guru, lembaga-lembaga pendidikan, para
peneliti, praktisi pendidikan, para mahasiswa dan dosen LPTK, dan lain-lain.
1.5Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda, maka beberapa
istilah diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model yang
menekankan pada proyek yang diberikan oleh guru, untuk diselesaikan
pada tenggang waktu tertentu dan menghasilkan sebuah karya. Dengan
belajar, (2). Membimbing penyelidikan kelompok, (3). Menghadapkan
siswa pada tugas proyek. (4). Refleksi dan tindak lanjut.
2. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami dan
menguasai isi dari konsep pesawat sederhana, yang diukur melalui soal
test berupa pilihan ganda, dengan indikator: (1). Menyebutkan definisi,
fungsi dan keuntungan dari pesawat sederhana, (2). Mengidentifikasi
berbagai jenis pesawat sederhana, (3). Menggolongkan berbagai alat
rumah tangga yang menggunakan prinsip kerja pesawat sederhana, (4).
Mengidentifikasi jenis tuas dan jenis katrol, (5). Menghitung keuntungan
mekanik yang dihasilkan oleh pesawat sederhana, (6). Menerapkan prinsip
atau konsep pesawat sederhana dalam kehidupan sehari -hari.
3. Menurut Rustaman (2010), kemampuan kerja ilmiah meliputi enam
subvariabel diantaranya; (1). merumuskan masalah, (2). membuat
hipotesis, (3). Merancang percobaan, (4). Melakukan pengukuran, (5).
Membuat kesimpulan, (6). Mengkomunikasikan. Dalam penelitian ini,
keenam subvariabel tersebut dioperasionalkan dalam bentuk sebelas
indikator, meliputi; (1). Menghubungkan antara variabel bebas dan terikat,
(2). Membuat pertanyaan penelitian, (3). Mengajukan jawaban atau
perkiraan sementara dari suatu percobaan, (4). Menentukan alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan atau proyek, (5). Menentukan objek
yang akan diteliti, (6). Menentukan variabel yang mempengaruhi hasil
menerapkan rumus matematika untuk menghitung jumlah atau mengukur,
(9). Membuat kesimpulan berdasarkan penalaran atau data yang tersedia,
(10). Kemampuan merangkum informasi, (11). Kemampuan menggunakan
diagram dan charta. Data kemampuan kerja ilmiah dijaring dengan tes
berupa pilihan ganda.
4. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
biasa dilaksanakan pada kelas kontrol, yang mana pada penelitian ini
pembelajarannya meliputi tahap sebagai berikut: (1). Apersepsi siswa, (2).
Penguatan konsep pesawat sederhana, (3). Mendemonstasikan prinsip
kerja pesawat sederhana, (4). Memberikan latihan soal kepada siswa, (5).
Kesimpulan pembelajaran.
1.6Hipotesis
1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kerja ilmiah antara siswa
yang mendapatkan model pembelajaran berbasis proyek, dengan siswa
yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang
mendapatkan model pembelajaran berbasis proyek, dengan siswa yang
mendapatkan model pembelajaran konvensional.
1.7Asumsi Penelitian
1. Teori belajar konstruktivisme menjelaskan bahwa perkembangan
intelektual siswa terjadi pada saat individu berhadapan dengan
model pembelajaran berbasis proyek akan memberikan pengalaman
belajar yang menekankan kepada pemecahan masalah, membangun
konsep dan menemukan fakta-fakta.
2. Model pembelajaran berbasis proyek akan melatih siswa untuk
menemukan dan merumuskan pengetahuan yang akan diperolehnya,
peneliti berkeyakinan bahwa dengan mengerjakan sebuah proyek,
siswa akan mengalami proses belajar dan menemukan pengetahuan.
Selain pengetahuan, dalam proses mengerjakan proyek siswa juga akan
melatih kemampuan kerja ilmiah.
3. Kemampuan kerja ilmiah dan penguasaan konsep dapat ditingkatkan
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang
menekankan kepada proses hasil belajar dengan berupa tindakan dan
proses berpikir lanjut, sehingga dengan proses tersebut siswa dapat
menguasai pengetahuan, menemukan konsep dan mengasah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metode penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
eksperimen semu, dengan menggunakan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah
randomized control group pretest-posttest design, karena kedua kelas memiliki
karakteristik yang sama.
Selanjutnya dua kelas tersebut diberikan dua perlakuan yang berbeda, pada
kelas eksperimen siswa mendapatkan model pembelajaran berbasis proyek,
sedangkan pada kelas kontrol siswa mendapatkan pembelajaran dengan model
pembelajaran konvenional. Untuk memperoleh data, maka dilakukan pretest dan
posttest. Desain eksperimennya sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Eksperimen Semu
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen O X1 O
Kontrol O X2 O
3.2Subjek dan waktu penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sukasari I dan SDN
Karyawangi 2 dengan jumlah sampel sebanyak 34 orang di SDN Sukasari dan 35
orang di SDN Karyawangi 2, akan tetapi pada pengolahan data hanya mengambil
30 orang karena kurangnya kelengkapan data berupa tidak mengikuti pretest atau
posttest. Sampel ditentukan dengan teknik cluster sampling, karena pengambilan
sampel secara random yang didasarkan pada kelompok (Ruseffendi, 2005).
Tempat pelaksanaan penelitian ini di SDN Sukasari I dan SDN
Karyawangi 2, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 14, 15 dan 16 Juni 2012, pada semester
genap dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V pada
dua sekolah tersebut. Pemilihan kedua sekolah ini pula didasarkan pada
persamaan karakteristik sekolah baik letak geografis, kondisi lingkungan, hasil
belajar yang ditunjukan pada nilai rata-rata UASBN yaitu 6,83 untuk SDN
Sukasari 1 dan 6,84 untuk SDN Karyawangi 2, bangunan fisik, profil guru serta
sarana dan prasarana sekolah.
3.3Prosedur penelitian
a. Tahap persiapan
1. Melakukan kajian KTSP terutama pada kelas tinggi, mengidentifikasi
kompetensi dasar dan konsep yang dapat dikembangkan melalui model
2. Mendesain pembelajaran model pembelajaran berbasis proyek yang
dilengkapi dengan perangkatnya yang meliputi RPP, sumber belajar dan
media.
3. Menyusun instrumen berupa tes yang akan digunakan sebagai pretest dan
posttest bagi siswa, untuk menguji penguasaan konsep dan kemampuan
kerja ilmiah menggunakan tes tertulis berupa pilihan ganda. Kemudian
melakukan uji coba instrumen yang dilakukan pada sekolah yang berbeda
untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda dengan menggunakan anatest.
4. Peneliti melakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran bersama guru
dengan cara berdiskusi mengenai bahan ajar dan RPP, kemudian melatih
guru, dilanjutkan dengan melaksanakan simulasi, untuk memperlancar
pelaksanaan pembelajaran dengan metode proyek.
b. Tahap pelaksanaan
1. Melakukan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
2. Pemberian pretest untuk mengetahui kemampuan kerja ilmiah dan
penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa sebelum perlakuan
dilaksanakan.
3. Melaksanakan penelitian yaitu menerapkan model pembelajaran berbasis
proyek pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol pembelajaran
4. Melaksanakan tes akhir untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep dan
kemampuan kerja ilmiah siswa pada kedua kelas.
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian
Studi pendahuluan
Identifikasi masalah
Kajian literatur
Penyusunan proposal
Pembuatan instrument RPP/Angket/paper test
Uji coba instrumen Diskusi
dan melatih guru
Tes awal
Kelas eksperimen Model pembelajaran
berbasis proyek
Kelas kontrol Model pembelajaran
konvensional
Tes akhir
Analisis data Dan pembahasan
3.4Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian diperlukan untuk menjaring data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Semua instrumen yang digunakan pada penelitian
ini telah melalui uji validasi baik melalui uji lapangan dan uji ahli. Uji lapangan
dilakukan kepada siswa sekolah dasar yang memiliki karakter yang sama dengan
populasi sampel, dan uji ahli dilakukan kepada dua orang dosen yang kompeten
dalam bidang sains dan pembelajaran sains. Berikut ini jenis instrumen yang
dipergunakan pada penelitian ini:
1. Instrumen tes
Instrumen tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa dan
kemampuan kerja ilmiah pada konsep pesawat sederhana, dengan jumlah
soal sebanyak 16 item untuk penguasaan konsep dan 18 item untuk
kemampuan kerja ilmiah. Pengembangan instrumen tes didasarkan pada
pengembangan kisi-kisi di bawah ini:
Tabel 3.2 Kisi-kisi penguasaan konsep
No Standar
kompetensi Kompetensi dasar Indikator
Jumlah soal 1 Memahami
gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
Menjelaskan
pesawat sederhana
yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
Menyebutkan definisi, fungsi dan keuntungan dari pesawat sederhana
2
2 Mengidentifikasi
berbagai pesawat sederhana
5
3 Menggolongkan
berbagai alat rumah
tangga yang
kerja pesawat sederhana
4 Mengidentifikasi jenis
tuas dan jenis katrol
3
5 Menghitung
keuntungan mekanik yang dihasilkan oleh pesawat sederhana
2
6 Menerapkan prinsip
atau konsep pesawat
sederhana dalam
kehidupan sehari-hari 2
Jumlah 16
Tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan kerja ilmiah
No Kemampuan kerja ilmiah Indikator
Butir
soal
1 Kemampuan siswa dalam merumuskan masalah
-Menghubungkan antara variabel bebas dan terikat
3
-Membuat pertanyaan penelitian 1
2 Kemampuan siswa dalam membuat hipotesis pada pelaksanaan proyek pesawat sederhana
-Mengajukan jawaban atau perkiraan sementara dari suatu percobaan.
1
3 Kemampuan siswa dalam merancang percobaan
-Menentukan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan atau proyek.
1
-Menentukan objek yang akan diteliti.
1
-Menentukan variabel yang mempengaruhi hasil percobaan atau proyek
5
-Menentukan langkah kerja. 2
4 kemampuan siswa dalam pengukuran
-Mampu menerapkan rumus matematika untuk menghitung jumlah atau mengukur.
5 Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan dari hasil proyeknya.
-Membuat kesimpulan
berdasarkan penalaran atau data yang tersedia.
2
6 Kemampuan dalam
mengkomunikasikan
-Kemampuan merangkum
informasi.
1
-Kemampuan menggunakan
diagram dan charta,
1
Jumlah 20
2. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengecek kemunculan indikator dari
model pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan oleh guru, yang meliputi
fase-fase model pembelajaran berbasis proyek.
3. Angket
Angket skala sikap digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran berbasis proyek. Berupa skala sikap dengan kriteria; SS =
sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = Sangat tidak setuju. Jumlah
butir item pernyataan sebanyak 23 buah. Adapun kisi-kisi instrumen angket
sebagai berikut;
Tabel 3.4 kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
berbasis proyek
No Indikator Butir
soal 1 Siswa merasa senang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek
3
2 Siswa model pembelajaran berbasis proyek merupakan model yang baru digunakan.
4
3 Siswa merasa terbantu dalam belajar setelah menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.
ilmiah setelah menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
5 Siswa merasa jika model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan penguasaan konsep pesawat sederhana
5
Jumlah 23
3.5Teknik analisis data
Teknik analisis data dilakukan dengan dua jenis yaitu:
1. Teknik analisis untuk menguji kelayakan instrumen:
a) Validitas
Rumus menentukan validitas:
r = n ΣXY −(ΣX)(ΣY)
√ .Σ 2− Σ 2 .ΣY2−(Σ )2
Keterangan:
r = koefisien korelasi
∑Xi = jumlah skor item
∑ = jumlah skor total
N = jumlah responden
Kemudian dihitung dengan uji-t, dengan rumus: =r √n−2 √1− 2
Keterangan:
t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil r
n = Jumlah responden (Akdon, 2008)
Kaidah keputusan : jika t hitung t tabel berarti valid sebaliknya
b) Reliabilitas.
r11 = 2. 1 + rb
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item.
rb = korelasi (Akdon, 2008)
Kaidah keputusan : jika r11 r tabel berarti reliabel sebaliknya
r11 r tabel berarti tidak reliabel.
c) Tingkat kesukaran.
Rumus menentukan tingkat kesukaran: P = B
JS x 100
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar.
JS = jumlah seluruh siswa (Arikunto, 2008)
Dengan kriteria
Sangat sukar : 0-20
Sukar : 21-40
Sedang : 41-60
Mudah : 61-80
Sangat mudah : 81-100
d) Daya pembeda.
Rumus daya pembeda, sebagai berikut: D =
� −
BB
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas.
JB = banyaknya peserta kelompok bawah.
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
dengan benar.
BB =
� = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar.
PA = BB
� = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan
benar.
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.
Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:
0,00 – 0,20 : jelek
0,21 – 0,40 : cukup
0,41 – 0,70 : baik
0,71 – 1,00 : baik sekali (Arikunto, 2008)
Untuk pengolahan data pada penelitian ini dengan menggunakan program
anatest.
a. Hasil pengujian instrumen penguasaan konsep
Berikut ini hasil pengujian validasi, pada instrumen penguasaan konsep
Tabel 3.5 validasi soal penguasaan konsep
No Daya pembeda
Tingkat kesukaran
Reliabilitas Validitas Keputusan
1 Baik Sangat mudah
Reliabel
Valid Dipakai
2 Baik sekali Mudah Valid Dipakai
3 Baik Sedang Valid Tidak Dipakai
4 Baik Sedang Valid Dipakai
5 Baik Sedang Valid Tidak Dipakai
6 Baik Sedang Valid Tidak Dipakai
7 Baik Sedang Valid Dipakai
8 Baik Sedang Valid Dipakai
9 Baik Sedang Valid Dipakai
10 Jelek Sedang Tidak Valid Tidak Dipakai
11 Baik Sedang Valid Dipakai
12 Baik sekali Mudah Valid Dipakai
13 Baik Sukar Valid Dipakai
14 Baik Sedang Valid Dipakai
15 Baik Sukar Valid Dipakai
16 Baik Mudah Valid Dipakai
Keterangan : Tes reliabel (r11) = 0,90 dengan nilai r tabel 0,36
Nilai t tabel = 1,70
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka ada satu soal yang tidak valid,
akan tetapi untuk memperoleh sebaran soal yang merata pada setiap indikator,
maka diputuskan bahwa setiap indikator diwakili oleh dua soal item, keputusan
diambil dengan melihat nilai korelasi paling besar dari soal pada setiap indikator.
Nomor soal yang dipakai untuk menjaring data penguasaan konsep berjumlah 12
item, dengan nomor soal 1,2,4,7,8,9,10,11,13,14,15,16.
b. Hasil pengujian instrumen kemampuan kerja ilmiah
Berikut ini hasil perhitungan validasi soal untuk kemampuan kerja ilmiah
Tabel 3.6 Tabel validasi soal kemampuan kerja ilmiah siswa
No Daya pembeda Tingkat kesukaran
Reliabilitas Validitas Keputusan
1 Baik sekali Sedang
Reliabel
Valid Tidak Dipakai
2 Cukup Mudah Valid Tidak Dipakai
3 Baik sekali Sedang Valid Dipakai
4 Cukup Sangat mudah Valid Tidak Dipakai
5 Baik Sedang Valid Dipakai
6 Cukup Sedang Valid Tidak Dipakai
7 Cukup Sangat sukar Valid Tidak Dipakai
8 Baik sekali Sedang Valid Dipakai
9 Baik Sedang Valid Dipakai
10 Baik sekali Sedang Valid Dipakai
11 55,56 Sedang Valid Dipakai
12 Baik Sedang Valid Tidak Dipakai
13 Baik Sedang Valid Tidak Dipakai
14 Baik sekali Sedang Valid Dipakai
15 Baik Sedang Valid Tidak Dipakai
16 Baik Sedang Valid Dipakai
17 Baik Sedang Valid Dipakai
18 Baik Sedang Valid Tidak Dipakai
19 Cukup Sangat sukar Valid Dipakai
20 Baik Sedang Valid Dipakai
Keterangan : Tes reliabel (r11) = 0,85 dengan nilai r tabel 0,36
Nilai t tabel = 1,70
Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa hasil perhitungan menunjukan ada
dua soal yang tidak signifikan dan artinya itu tidak dipakai, akan tetapi untuk
memilki sebaran yang merata, akhirnya diputuskan bahwa setiap indikator hanya
memakai masing-masing satu soal. Soal yang digunakan merupakan soal yang
memiliki nilai korelasi yang besar pada setiap indikator, yaitu soal nomor
2. Teknik analisis data untuk membuktikan hipotesis
a) Terlebih dahulu data dianalisis berdasarkan persentase, untuk
mengetahui gambaran penguasaan konsep dan kemampuan kerja
ilmiah siswa serta kemunculan indikator, dengan kategori:
90%-100% = sangat tinggi
80%-89% = tinggi
65%-79% = sedang
55%-64% = rendah
0%-54% = sangat rendah (Juanengsih, 2006)
b) Mengolah data (N-Gain) untuk melihat peningkatan kompetensi pada
sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran, dengan rumus:
N−Gain = −
� −
Dengan kriteria tingkat gain dinormalisasi sebagai berikut:
Tabel 3.7 Tabel kriteria N-Gain
Batas Kategori
N-Gain > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ N-Gain ≤ 0,7 Sedang
N-Gain < 0,3 Rendah
c) Melakukan uji homogenitas dan normalitas.
1) Jika data hasil uji distribusi normal, maka teknik yang digunakan
adalah t-testindevendent, dengan prosedur sebagai berikut:
a) Mencari standar deviasi gabungan
b) Menentukan thitung
Jika asumsi homogenitas terpenuhi (n1=n2) digunakan rumus
sebagai berikut:
= � 1− � 2
� 12
1 + 2
2 2
(Subana, 2005:88)
Jika asumsi homogenitas tidak terpenuhi (n1≠n2) maka
digunakan rumus sebagai berikut:
= � 1− � 2
12 1 +
2 2 2
(Furqan, 2002:181)
2) Jika data hasil distribusi tidak normal, maka teknik yang digunakan
adalah uji Mann Whitney.
e) Mencari skor pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
f) Jika hasil t-tesindevendent atau uji Mann Whitney menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara skor pre test antara kelas kontrol dan
1) Melakukan treatmen pada kelas eksperimen
2) Melakukan postes di kelas eksperimen maupun kelas kontrol
3) Jika hasil t-tesindevendent atau uji Mann Whitney tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara skor pretes antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen, maka dilakukan langkah
selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
a) Melakukan treatment di kelas eksperimen
b) Melakukan postes di kelas kontrol maupun kelas eksperimen
c) Melakukan uji ANOVA yang bertujuan untuk mengontrol
variabel-variabel di luar variabel yang diteliti tetapi dianggap
bisa mempengaruhi perbedaan skor antara kelompok kontrol
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis, maka dapat disimpulkan:
1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kerja ilmiah yang sifnifikan
(p= 0,00) pada konsep pesawat sederhana antara siswa yang mendapatkan
model pembelajaran berbasis proyek (N-Gain = 0,52) dengan siswa yang
mendapatkan model pembelajaran konvensional (N-Gain = 0,28).
2. Tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep pesawat
sederhana yang signifikan (p = 0,08) antara siswa yang mendapatkan
model pembelajaran berbasis proyek (N-Gain = 0,73) dengan siswa yang
mendapatkan model pembelajaran konvensional (N-Gain = 0,64).
3. Pada hasil penyebaran angket tanggapan siswa terhadap penerapan model
pembelajaran berbasis proyek, diketahui bahwa 86,67% siswa merasa
senang setelah mendapatkan model pembelajaran berbasis proyek.
4. Tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran proyek memiliki
tanggapan yang positif. Sebagai wujud dari keberlanjutan dari penerapan
model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pesawat sederhana, guru
akan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek pada konsep
Saran
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka penulis menyarankan:
1. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang
berpusat pada keaktifan siswa, sehingga model pembelajaran ini dapat
meningkatkan kemampuan kerja ilmiah, akan tetapi kemampuan kerja
ilmiah pada konsep pesawat sederhana masih dalam taraf sedang, untuk
lebih meningkatkannya lagi diperlukan ; (1). Siswa harus dibiasakan
belajar dengan model pembelajaran berbasis proyek, (2). Siswa harus
dibiasakan mengerjakan soal kemampuan kerja ilmiah, (3). Proses
pembelajaran berbasis proyek harus dominan dimunculkan oleh guru, (4).
Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk mengembangkan indikator
kemampuan kerja ilmiah.
2. Untuk dapat meningkatkan penguasaan konsep pesawat sederhana dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Penulis menyarankan;
Pertama, proporsi waktu yang seimbang antara pelaksanaan proyek dan
penguatan konsep. Kedua, kurang maksimalnya pembahasan percobaan
yang dilakukan oleh guru. Ketiga, siswa dibiasakan untuk membaca buku
sebagai pijakan konsep saat melakukan proyek atau percobaan.
3. Dari hasil penyebaran angket, diketahui bahwa model pembelajaran
berbasis proyek dianggap menyenangkan oleh siswa, hal ini dapat
penelitian Wahyuni (2010), bahwa 60,35% motivasi belajar siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sehingga penulis
menyarankan bila model pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan
salah satu alternatif pada proses pembelajaran, terutama pembelajaran
Daftar Pustaka
Akdon. (2008). Aplikasi statistika dan metode penelitian untuk administrasi dan
manajemen. Bandung: Dewa Ruci.
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bereiter, C. & Scaedamalia, M. 1999. Process and product in PBL research. Toronto: University of Toronto.
BIE. (2002). Learning for the 21st century (2002) and framework for 21st century learning. www.bie.org. diunduh 15 januari 2010.
Carin, A. & Sund, B. (1997). Teaching science throught discovery. Columbus, Ohio: merill publishing Co.
Collins, A., J.S. Brown and S.E. Newman (1989). “Cognitive apprenticeship :
Teaching the crafts of reading, writing, and mathematics”, in L.B. Resnick (Ed.), Knowing, Learning, and Instruction : Essays in Honor of Robert Glaser, Hillsdale, NJ, Lawrence Erlbaum Associates, p. 453-494.
Dayakisni, T &Hudaniah.(2006). Psikologi social. Malang: UMM Press.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 SMA pedoman khusus pengembangan silabus
dan nilai mata pelajaran biologi. Jakarta: Depdiknas.
Dewey, J. 2004. Experience and Education filsafat pendidikan John Dewey. Bandung: Mizan.
Duran, M & Ozdemir, O. (2010). The effective of scientific process skill-based science teaching on student’s attitude toward science. US-China education
review. Vol 7.
Firgiawan, D. & Rahayu, E.S. (2009). Project based learning. Makalah. Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Firman, H. & Widodo, A. (2008). Panduan pembelajaran ilmu pengetahuan alam
SD/MI. Jakarta: Pusat perbukuan Depdiknas.
Flavell, J, H. (1977). Cognitive development. Englewood cliffs. New Jersey : prentice-hall.
Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar.Tesis.UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hung, D.W. & Wong, A. F. L. (2000). Activity theory as a framework for project
work in learning environment. Educational technology. 40 (2),
Iqbalissar, T, M. (2011).Penerapan model pembelajaran sains teknologi
masyarakat untuk meningkatkan penguasaan konsep energi dan kemampuan aplikasi sains siswa SD. Tesis. UPI Bandung: tidak terbit.
Juanengsih, N. (2006). Meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan kerja
ilmiah siswa di kelas X pada konsep bioteknologi dengan pembelajaran inkuiri. Tesis. UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Killpatrick, W. H. (1918). The project method. Teachers College Record,19, 319-335. (HTML])
Knoll, M (1997). The Project Method: Its Vocational Education Origin and
International Development, Journal of Industrial Teacher Education, 43 (3).
Lambros Ann (2004). Problem based Learning in Middle and High Classrooms. California: Corwin Press
Lang, H.R & Evans, D.N. (2006). Models, strategies, and methods for effective
teaching. USA: Person Education Inc.
Leksono, S.M. (2010). Project Based Learning. Makalah. UPI: tidak diterbitkan.
Lumsden, L. (1999). Student motivation. USA: University of Oregon.
Markham, T, et al. (2003), Project Based Learning Handbook, Buck Institute for Education, ISBN 0974034304
Neal.A.P & D’Avanzo.C.(1996). Student active science, models of innovationin college science teaching.Saunder college publishing.
Mergendoller, J, R. And Thomas. J. W. (2003). Managing Project Based
Learning: Principles from the Field (2003) , The Buck Institute for
Education, PDF
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak –Kanak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Purnawan. (2008). “project based learning”, http://yudipurnawan.
wordpress.com/ category/ project-based learning/diakses 13 Januari 2012.
Ramsey. J. (1993). “Reform movement implication social responsibility”. Science education, 77 (2).
Rijadi. (2011). Penerapan metode proyek pada pembelajaran IPAtentang energi
gerak untuk meningkatakan hasil belajar siswa. Skripsi. UPI Bandung:
tidak diterbitkan
Ruseffendi, (2005). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-eksakta lainnya. Badung: Tarsito.
Rustaman. N.Y. (2007). Kemampuan dasar bekerja ilmiah dalam pendidikan
sains dan assesmentnya. UPI: tidak diterbitkan.
Rustaman. N.Y. (2010). “Pengembangan pembelajaran sains berbasis kemampuan dasar bekerja ilmiah”. Teori, paradigma, prinsip dan pendekatan
pembelajaran MIPA dalam konteks Indonesia. Bandung: FMIPA UPI.
Santrock, JW. (2008). Children. (10thed.). New York: Mc Graw-Hill.
Solihat, I. (2010). Dampak pelaksaanaan pembelajaran IPA berbasis inquiri
dalam meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa. Tesis. UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Stiggin, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Sunny Press.
Susilawati. (2008). Pemahaman guru terhadap hakikat sains dan praktik
pembelajaran sains di sekolah dasar islam terpadu sekota madya pekanbaru. Tesis. Bandung: tidak diterbitkan.
Synteta, P.(2002). Project-Based e-Learning: The model and the mehod, the
practice and the portal. Unpublished PhD proposal (Accepted oct, 2002),
University of Geneva, Geneva, Switzerland.
Synteta, P. (2003). Project-Based e-Learning in higher education: The model and
the method, the practice and the portal. Studies in Communication, New
Media in Education. pp. 263-269.
The George Lucas Educational Foundation .(2005).Instructional Module Project
Thomas, J. W., Mergendoller, J.R., & Michaelson, A. (1999). Project-based
learning: A handbook for middle and high school teachers. Novato, CA:
The Buck Institute for Education.
Thomas, J. W. (2000). A review of research on project-based learning. PDF - PDF - HTML Summary.
Vygotsky, L. (1978). Mind in society: the development of higher psycologycal proccesses. Harvard Press.
Wahyuni, L,T. (2010). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi
belajar akutansi di SMA 3 Pasundan Bandung. Skripsi. UPI Bandung: tidak