• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

34

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu

Melalui Penyuntikan

Pregnant Mare Serum Gonadotrophin

Pada Kambing Peranakan Etawah

Adriani

1

Intisari

Sebanyak 36 ekor kambing PE betina t dengan kisaran bobot badan antara 20,4 - 44,2 kg dan umur antara 3,5 - 7 tahun telah digunakan pada penelitian pengaruh penyuntikan PMSG (pregnant mare serum gonadotrophin) terhadap pertumbuhan kelenjar ambing dan produksi susu kambing Peranakan Etawah. Perlakuan percobaan adalah penyuntikan PMSG (pregnant mare serum gonadotrophin) yaitu tanpa penyuntikan sebagai kontrol dan penyuntikan PMSG 15 IU/kg bobot badan. Selama percobaan berlangsung kambing mendapat pakan yang sama. Bahan penyusun pakan adalah rumput gajah dan konsentrat yang diberikan setiap hari. Kambing disinkronisasi dengan menggunakan intravaginal sponge yang mengandung 60 mg

medroxyprogesterone acetate selama 14 hari. Dua puluh empat jam sebelum pencabutan spons kambing percobaan disuntik PMSG sebanyak 0 atau 15 IU/kg BB. Setelah pencabutan spons kambing percobaan dikawinkan secara alamiah. Selama kebuntingan kambing memperoleh perlakuan pakan yang sama. Pengukuran pertumbuhan kelenjar ambing dimulai pada kebuntingan 12 minggu sampai dengan akan beranak. Pengambilan sampel darah dilakukan setiap minggu selama kebuntingan. Pengambilan sampel susu dilakukan sekali dua minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PMSG sebelum perkawinan meningkatkan pertumbuhan ambing sebesar 80% (822,85 vs 1481,25 cm3/ekor) (p<0,01), estradiol sebesar 67%

(54.80 – 91.33 pg/ml) (p<0,01), progesteron sebesar 42% (9.50 vs 13.52 ng/ml) (p<0,01), produksi susu sebesar 32% (567,14 vs 746,52 g/ekor/hari) (p<0,05). Dari hasil dapat disimpulkan bahwa pemberian PMSG sebelum perkawinan dapat meningkatkan pertumbuhan kelejar ambing selama bunting dan meningkatkan produksi susu pada kambing Peranakan Etawah selama laktasi.

Kata Kunci : PMSG, Pertumbuhan Kelenjar Ambing, Produksi Susu, Kambing PE

Increasing of Udder Differential Growth and Milk Yiel through Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Injection in Etawah Grade Does

Abstract

Thirty six Etawah Grade does (BW range from 20,4 to 44,2 kg and age range from 2.45 to 7 yeras) were used to study the effects of PMSG (pregnant mare serum gonadotrophin) to increase udder differential growth and milk yield. Treatments were does PMSG injection with 2 levels 0 IU/kg BW and 15 IU/kg BW. The experimental diet composed of elephant grass and commercial concentrate. Estrous cycle of does were syncronized using intravaginal sponge containing 60 mg medroxyprogesteron acetate for 14 days. At 24 hours before removing the sponge, does were injected with 15 IU PMSG/kg body weight. After removing the sponge, does mated naturally. During pregnancy the experiment does were fed and raised in individual stables. Udder vulome was measured once a week last two month

(2)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

35

pregnancy werre separated from the does, and milk was harvested by hand milking. The results indicated that 15 IU/kg PMSG increase udder differential growth by 80% (822,85 vs 1481,25 cm3) (p<0,01),

esntadiol by 67% (54.80 – 91.33 pg/ml) (p<0,01), progesterone by 42% (9.50 vs 13.52 ng/ml) (p<0,01), and milk yield by 32% (567,14 vs 746,52 g/d) (p<0,05). It was concluded that 15 IU/kg PMSG injection increased uddder differential growth and milk yield Etawah Grade does.

Key Words : PMSG, Uddder Differential Growth, Milk Yield, Etawah Grade Does

Pendahuluan

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu kambing yang sangat berpontensi dalam menghasilkan daging dan susu. Namun produksi susu kambing PE di Indonesia masih sangat beragam, berkisar antara 0.5–2.2 kg/ ekor/hari (Obst dan Napitupulu, 1984). Produksi susu kambing ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing selama kebuntingan, ketersediaan prekursor untuk sintesis susu selama laktasi dan involusi kelenjar ambing.

Pertumbuhan dan perkem-bangan kelenjar ambing yang paling pesat terjadi pada saat kebuntingan (Wahab dan Anderson, 1989). Kondisi ini terjadi akibat pengaruh interaksi kerja hormon-hormon kebuntingan diantaranya progesteron, estradiol dan hormon mammogenik lainnya (Manalu dan Sumaryadi, 1998c; Imagawa et al., 1985; Tucker, 1987; Adriani et al., 2003). Hormon mammogenik ini dihasilkan oleh folikel ovari, korpus luteum, plasenta, kelenjar hipofisa dan kelenjar adrenal (Anderson, 1985).

Pola pertumbuhan dan perkem-bangan kelenjar ambing sangat terkait dengan kehadiran hormon kebuntingan. Perpanjangan saluran kelenjar ambing berada di bawah pengaruh hormon estradiol (Anderson, 1985; Wahab dan Anderson, 1989; Adriani et al., 2007). Percabangan saluran kelenjar ambing dan pembentukan lobul alveolar setelah perpanjangan saluran kelenjar ambing selesai ada di bawah pengaruh proges-teron (Schmidt, 1971) dan laktogen

plasenta (Cowie et al., 1980). Peningkatan ketiga hormon tersebut bertanggung jawab atas pengendalian pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing (Turner dan Bagnara, 1976) di samping hormon-hormon lainnya.

Sekresi ormon endogen di atas bisa ditingkatkan dengan cara pemberian PMSG sebelum perkawinan. PMSG berfungsi seperti LH dan FSH, sehingga merangsang ovulasi yang lebih banyak dari kondisi alminya (Adriani et al, 2003; Adriani et al, 2006). Jika ovulasi lebih banyak, maka corpus luteum yang dihasilkan juga lebih banyak, dan produksi progesteron juga meningkat yang bekerja sinergis dengan per-tumbuhan dan pemkembangan kelenjar ambing

Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing yang pesat berlangsung selama kebuntingan. Sementara selama periode laktasi pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing boleh dikatakan sudah terhenti. Kondisi ini disebabkan oleh hormon-hormon yang merangsang pertumbuhan dan perkem-bangan kelenjar ambing sudah menurun (Anderson et al., 1981). Dengan demikian produksi susu yang dihasilkan oleh seekor ternak selama laktasi hanya bergantung pada ketersediaan substrat untuk sintesis air susu (Collier, 1985) dan jumlah sel-sel sekretoris yang aktif (Anderson, 1985).

Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan pertumbuhan kelanjar ambing dan produksi susu pada kambing PE melalui pemberian PMSG sebelum perkawinan

(3)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

36

Materi dan Metode

Tiga puluh enam ekor kambing Peranakan Etawah betina dengan bobot badan berkisar antara 20,4 - 44,2 kg dan umur antara 2,5-7 tahun telah dikelom-pokkan ke dalam kelompok perlakuan penyuntikan PMSG (pregnant mare serum gonadotrophin) dengan dua tingkat (0 IU/kg bobot badan sebagai kontro) dan 15 IU/kg bobot badan .

Semua kambing mendapat jenis hijauan dan konsentrat yang sama selama percobaan. Hijauan yang diberikan adalah rumput gajah yang telah dipotong-potong kecil sehingga lebih mudah untuk diberikan dan dimakan. Pemberiannya secara adlibitum. Konsentrat yang diberikan merupakan campuran ampas bir dengan konsentrat komersial yang diberikan setiap pagi saat akan memberikan hijauan.

Untuk memperoleh umur kelahiran dan laktasi yang seragam, birahi disinkronisasi dengan meng-gunakan intravaginal sponge yang mengandung 60 mg medroxy-progesterone acetate selama 14 hari. Dua puluh empat jam sebelum pencabutan spons kambing percobaan disuntik secara intramuskuler dengan 0 atau 15 IU PMSG/kg bobot badan. Sehari setelah pencabutan spons, kejadian birahi dideteksi dengan menggunakan pejantan.

Kambing percobaan yang estrus

dikawinkan secara alami 10 jam setelah tanda-tanda birahi pertama terlihat dan dikawinkan lagi 12 jam kemudian untuk mendapatkan fertilitas yang leih baik.

Setelah dikawinkan, kambing percobaan dipelihara pada kandang individu dan penempatannya disesuai-kan dengan perlakuan yang diberidisesuai-kan. Setelah kambing mengalami kebuntingan 12 minggu dilakukan pengukuran volume ambing sekali seminggu untuk

mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan kelenjar ambing. Sampel darah diambil sekali seminggu untuk menetukan konsentrasi hormon estradiol dan progesteron selama kebuntingan.

Konsentrasi estradiol dan progesteron selama kebuntingan dilakukan dengan metode RIA (Radioimmu-noassay) teknik fase padat.

Pemerahan susu dilakukan 2 kali sehari dengan tangan yang dimulai satu minggu setelah kambing beranak. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada anak kambing memperleh kolostrum. Prooduksi susu dihitung dengan menjumlahkan hasil pemerahan pagi dan sore hari yang kemudian dirata-ratakan menjadi produksi susu per ekor per hari. Produksi susu diukur dengan menggunakan timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 0.01 kg.

Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing pada saat kebuntingan ditentukan dengan pengukuran volume ambing (Linzell, 1965) yaitu dengan mencelupkan ambing ke dalam takaran plastik yang berisi air penuh dengan kapasitas 2,5 liter dan ketelitian 10 ml. Jumlah air yang terbuang dihitung sebagai volume ambing dalam cm3.

Pengamatan volume ambing dilakukan sekali dalam dua minggu mulai dari minggu ke-12 ke-buntingan sampai dengan akhir kebuntingan.

Hasil dan Pembahasan

Pertumbuhan dan perkem-bangan kelenjar ambing yang terjadi selama

periode kebuntingan ditentukan

berdasarkan volume ambing mulai kebuntingan minggu ke-12 sampai akhir kebuntingan. Rataan volume ambing dari minggu ke-12 kebuntingan sampai dengan akhir kebuntingan disajikan pada Tabel 1.

Pemberian PMSG mening-katkan volume ambing pada minggu 12 kebuntingan sebesar 29% (291.8 vs 376.3 cm3/ekor) (p<0.01), dan pada akhir

kebuntingan (minggu ke–22) sebesar 66% (1114.3 vs 1854.2 cm3/ekor) (p<0.01), serta

meningkatkan tambahan volume ambing sebesar 80% (822.9 vs 1481.3).

(4)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

37

Tabel 1. Rataan Volume Ambing Minggu ke-12 (V-12), Volume Ambing Akhir Kebuntingan (VA) dan Tambahan Volume Ambing (TV)

Peubah Kontrol Pemberian PMSG Nilai p

V-12 (cm3/ekor) 291.77 42.67 376.25 44.17 **

VA (cm3/ekor) 1114.26 244.57 1854.17 418.17 **

TV (cm3/ekor) 822.85 214.52 1481.25 392.71 **

Keterangan:**=berbeda sangat nyata (p<0,01) cm3/ekor) (p<0.01). Peningkatan volume

ambing diduga karena terjadi pemesatan

pertumbuhan dan perkembangan

kelenjar ambing pada sistem saluran, sistem percabangan maupun per

banyakan sel-sel epitel akibat pe-ningkatan stimulus estradiol, proges-teron maupun laktogen plasenta seperti yang sudah dilaporkan pada domba (Manalu et al., 1999; Adriani et al., 2003). 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Minggu Kebuntingan V ol um e am bi ng ( cm 3) Kontrol PMSG

Gambar 1. Pola Pertumbuhan Volume Ambing Selama Bunting Pola pertumbuhan volume ambing

dari minggu ke-12 kebuntingan sampai dengan akhir kebuntingan disajikan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa pertumbuhan volume ambing yang paling tinggi terjadi pada kambing yang

diberi PMSG. Pertumbuhan dan

perkembangan kelenjar ambing ini diduga karena kambing yang mendapat perlakukan PMSG dapat merangsang sekresi hormon endogen terutana estradiol dan progesteron. Hormon estradiol sangat berperan pada proses pertumbuhan dan percabangan duktus kelenjar ambing, sementara progesteron sangat berperan pada pertumbuhan dan perkembangan lobul alveoli kelenjar ambing. (Manalu et al,. 1999; Adriani, et al., 2007). Sekresi progesteron meningkat

jika jumlah corpus luteum (CL) yang dihasilkan juga banyak. Ini terlihat dengan pemberian PMSG jumlah CL juga lebih banyak (Tabel 3). Pertumbuhan volume ambing yang tinggi juga diikuti dengan peningkatan produksi susu. Produksi dan kualitas susu kambing percobaan selama 5 bulan laktasi disajikan pada Tabel 3.

Pemberian PMSG sebelum

perkawinan berhasil meningkatkan produksi susu kambing selama 5 bulan laktasi sebesar 32% (567.1 dan 746.5 g/ekor/hari) (p<0.05). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan per-tumbuhan dan perkembangan kelenjar

ambing (peningkatan jumlah sel

sekretoris dan aktivitas sintesis per sel) akibat rangsangan hormon-hormon

(5)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

38

mammo-genik yang meningkat akibat pemberian pemberian hormon eksogen (Manalu et al.,1999). Pada domba pemberian PPMSG telah dilaporkan menyebabkan pening-katan produksi susu sebesar 59%, (Frimawati dan Manalu, 1999; Manalu et al., 2000), dan pada sapi sebesar 33% (Sujatmogo et al.,

2001), tanpa menyebabkan perubahan kualitas susu.

Rataan jumlah corpus luteun, konsentrasi estradiol , progesteron dan

produksi susu yang dihasilkan

berdasarkan perlakuan pemberian PMSG disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Korpus Luteum, Konsentrasi Estradiol, Progesteron dan Produksi Susu Kambing PE berdasarkan Perlakuan

Peubah Kontrol Pemberian PMSG Nilai p

Korpus luteum 1.32  0.48 2.80  1.20 **

Estradiol (pg/ml) 54.80  33.66 91.33  59.54 **

Progesteron (ng/ml) 9.50  3.45 13.52  4.55 **

Produksi susu(g/hari) 550.13  175.58 741.63  134.42 **

Keterangan, *= berbeda nyata (p<0.05), ** =berbeda sangat nyata (P<0.01)

Pemberian PMSG sebelum

perkawinan meningkatkan jumlah korpus luteum sebesar 112% (1.32 vs 2.80) (p<0.01). Peningkatan korpus luteum ini berhubungan dengan peningkatan konsentrasi estradiol yang dihasilkan selama kebuntingan sebesar 67% (54.80 dan 91.33 pg/ml) (p<0.01) pada induk kambing yang diberi PMSG sebelum perkawinan dibandingkan dengan induk kambing yang tidak diberi PMSG. Peningkatan jumlah korpus luteum karena pemberian PMSG sebelum per-kawinan mendapat respon yang baik dari kambing, dibuktikan dengan terjadi

peningkatan jumlah ovum yang

diovulasikan dan jumlah kor-pus luteum yang terbentuk. Hal yang sama juga dilaporkan Manalu et al. (1999) bahwa superovulasi dapat meningkatkan jumlah korpus luteum pada domba. Hormon PMSG memiliki aktivitas ganda yang mirip dengan FSH dan LH yang dapat merangsang pertumbuhan folikel, menunjang sintesis estradiol, merang-sang proses ovulasi dan luteinisasi (Armstrong et al. 1982; Piper & Bindon 1984;Gonzales et al. 1998), sehingga ovum yang diovulasikan lebih banyak (Hafez 1980; Guiltboult et al. 1992; Bo et al. 1998).

Konsentrasi progesteron meningkat sebesar 42% (9.50 vs 13.52 ng/ml) (p<0.01) pada induk kambing yang diberi PMSG dibandingkan dengan yang tidak diberi PMSG. Peningkatan progesteron terjadi karena meningkatnya jumlah korpus luteum yang dihasilkan secara nyata pada induk yang diberi PMSG sebelum perkawinan. Dengan se-makin banyak dan matangnya sel-sel lutein pada korpus luteum maka aktivitas sintesis progesteron dan sekresi progesteron meningkat. Korpus luteum pada kambing meru-pakan organ utama penghasil progesteron (Nalbandov 1976; Reeves 1987). Progesteron berfungsi merang-sang uterus mempersiapkan implan-tasi zigot untuk memelihara fetus selama kebuntingan (McDonald 1980; Stanbendfelt & Edqvist 1993; Manalu et al., 1996).

Pemberian PMSG sebelum per-kawinan meningkatkan produksi susu induk sebesar 35% (50.13vs 741.63 g/ekor/hari) dibandingkan induk yang tidak diberi PMSG. Peningkatan produksi susu karena pemberian PMSG sebelum perka-winan menunjukkan terjadi karena peningkatan jumlah sel-sel sekretoris kelenjar ambing selama kebuntingan dan

(6)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

39

peningkatan aktivitas sintesisnya selama laktasi, bermanfaat untuk menunjang kebutuhan susu anak sebelum disapih. Pemberian PMSG pada domba dapat meningkatkan produksi susu sampai 59% (Manalu et al. 2000c). Puncak produksi susu pada kambing yang diberi PMSG bertahan lebih lama sampai minggu ke 6

dibandingkan dengan yang tidak

mendapat perlakuan PMSG (Gambar 2) yang puncak produksinya dicapai pada minggu ke dua. Perbedaan ini diduga karena kambing yang diberi PMSG mempunyai sel-sel sekretoris kelenjar ambing yang lebih banyak serta kelengkapan perangkat sintesisnya yang lebih baik, sehingga menaikkan puncak

laktasi dan kurva laktasi secera keseluruhan (Forsyth, 1996).

Pemberian PMSG mempunyai kerja yang sinergis dalam peningkatan produksi susu yang dihasilkan, ini tergambar dari peningkatan volume ambing selama kebuntingan yang sejalan dengan peningkatan jumlah korpus luteum, estrogen dan progesteron yang dihasilkan dan berhubungan erat dengan peningkatan produksi susu yang dihasilkan. Sementara konsumsi pakan tidak berbeda. Hal ini menunjukan bahwa pemberian PMSG meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan sintetik per sel kelenjar kelenjar ambing.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1 14 27 40 53 66 79 92 105 118 131 144 Minggu Laktasi P ro d u k s i S u s u ( g /e k o r) Kontrol Pemberian PMSG

Gambar 2. Produksi Susu Berdasarkan Perlakuan Kesimpulan

Pemberian PMSG dapat

meningkatkan volume ambing, dan produksi susu yang dihasilkan pada kambing Peranakan Etawah

Daftar Pustaka

Adriani, A Sudono, T. Sutardi, W. Manalu dan IK Sutama.2003. Optimalisasi produksi anak dan susu kambing

peranakan etawah dengan

superovulasi dan suplementasi seng. J. Pascasarjana IPB. 26(4): 335-352.

Adriani, Depison, B. Rosadi, Y. Supriondo dan Isroli. 2006. Peningkatan populasi sapi simbrah melalui bioteknologi reproduksi dan penyimpanan embrio beku. J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 08(2): 55-62.

(7)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

40

Adriani, A Sudono, T. Sutardi, W. Manalu dan IK Sutama. 2007. Prenatal growth in uterus of does by superovulation. Hayati J. of BioSci. 14(2):44-48.

Anderson, R..R., J.R. Harness, A.F. Sinead and M.S. Salah. 1981. Mammary growth pattern in goats during pregnancy and lactation.J.Dairy Sci. 64:427-432.

Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker and R.D. Appleman. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. 3 ed. Lea & Febiger. Philadelphia.

Branton, C. and G. D. Miller. 1959. Some hereditary and environmental aspect of persistency of milk yield of Holstein Friesian in Lousiana. J. Dairy Sci. 42:923.

Forsyth, I.A. 1996. The insulin-like growth factor and epidermal growth factor families in mammary cell growth in rumminants: Action and interaction with hormone. J. Dairy Sci. 79:1085-1089.

Frimawati, E. and W. Manalu. 1999. Milk yield and lactose synthetase activity in the mammary glands of superovulated ewes. Small Rumin. Res. 33:271-278.

Jarrell V.L., and P.J Dziuk. 1991. Effect of number of corpora lutea and fetuses on concentrations of progesterone in blood of goats. J. Anim. Sci. 69:770-773.

Larvor, P. 1983. The pools of celluler nutrients: Mineral. Dalam. P.M. Riss: Dynamic Biochemistry of Animal Production Ed. Elsevier. Amsterdam.

Linzell, J.L 1972. Measurement of udder volume in life goat as an index of mammary growth and function agric research council. Institut of Animal Physiology, Bahraham, Cambridge, England: 28:307-311.

Little, D.A. 1986. The mineral content of ruminant feeds and potential for mineral supplementation in South-East Asia with particular reference to Indonesia. In Rm. Dixon Ed. Proc. of the Fifth Annual Workshop of the Australian-Asian Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous Agricultural Residues- 1985. Int. Dev. Prog of Austr. Univ. and Colleges Limited (IPP) Canbera. Australia.

Manalu W, Sumaryadi MY. 1996. Peranan ketersedian substrat dalam

memperlambat laju involusi

jaringan kelenjar susu pada domba laktasi. Prosiding Temu Ilmiah Hasil Penelitian Peternakan. BPT Ciawi. Bogor. pp:249-258.

Manalu, W., M.Y. Sumaryadi, Sudjat-mogo, and A.S. Satyaningtijas. 1999. Mammary gland differrenttial growth during pregnancy in superovulated Javanese Thin-Tail ewes. Small Rumin. Res. 33:279-284.

Manalu, W., M.Y. Sumaryadi,

Sudjatmogo, and A.S.

Satyaningtijas. 2000. Effect of superovulation prior to mating on milk production perfor-mance during lactation in ewes. J. Dairy Sci. 83:477-484.

McDowell, L.R., J.H. Conrad, G.L. Ellis and J.K. Loosli, 1983. Mineral for grazing ruminants in tropical regions. Dept. of Anim. Sci. Centre for Tropical Agric. Univ. of Florida, Gainesville and the US Agency for International Development.

Obst, J.M. and Z. Napitupulu. 1984. Milk yields of Indonesian goats. Proc. Austr. Soc. Anim. Prod. 15: 501-504. Scaletti, R.W., D.M. Amaral-Phillips and

R.J. Harmon. 2003. Using nutrition to improve immunity against desease in dairy cattle: copper, zinc, selenium and vitamin E. Departmen of Anima Sci.httt: \\ www. Ca.

(8)

Meningkatkan Pertumbuhan Kelenjar Ambing dan Produksi Susu Melalui Penyuntikan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Pada Kambing Peranakan Etawah

41

Uky.Edu/Agc/Pubs/Asc/ Asc154/ Asc154. htm. 3 Maret 2003.

Sudono, A., I.K. Abdulgani, H. Nadjib dan R.A.M. Ratih. 1999. Penuntun Praktikum Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Sujatmogo, B. Utomo, Subhiarta, W. Manalu dan Ramelan. 2001. Milk

production and mammary gland differential growth as affected by

pregnant mare serum

gonadotrophin injection on mating program of Holstein Friesien cows. J. Trop. Anim. Dev. 26(1):8-13. Teles. F.F.F., C.K. Young and J.W. Stull.

1978. A Method for rapid

determination of lactosa. J. Dairy Sci. 61:506-508.

Gambar

Gambar  1.  Pola Pertumbuhan  Volume Ambing Selama  Bunting  Pola  pertumbuhan volume ambing
Tabel  2.    Jumlah Korpus Luteum, Konsentrasi Estradiol, Progesteron dan Produksi  Susu Kambing PE berdasarkan Perlakuan
Gambar  2.   Produksi Susu Berdasarkan Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Kegagalan material SA-210C ini dianalisa akibat tekanan internal maksimum fluida yang melewati pipa pada lokasi 1 melebihi perhitungan yang diizinkan, dengan penyebab

Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0 berapapun jumlah faktor yang dibobot dalam EFAS d.Pada kolom 4 Weight Score/Nilai Tetimbang, mengalikan bobot pada kolom 2 dengan

[r]

Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, d Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi, e

Dari ke-3 alternatip model Goal Programming yang diusulkan pada kondisi optimal dimana nilai pembiasan positip ( ) dan pembiasan negatip ( ) = 0, terlihat bahwa nilai

(1) Inspektur Pembantu Investigasi melaksanakan sebagian fungsi Inspektorat di bidang pengawasan sewaktu-waktu dengan tujuan tertentu terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan

Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan investasi saham PT MIGAS selama tahun 2012, apabila pencatatan menggunakan metode equity dan cost. Buat jurnal

Koreksi penuh pada peta laut dilakukan secara periodik dan akan menghasilkan peta edisi baru/ diperbarui yang dimutakhirkan oleh kumpulan informasi dalam Berita Pelaut (Notices