• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128

KONSUMSI BAHAN KERING DAN ENERGI TERCERNA RANSUM CAMPURAN KULIT BUAH MARKISA (Passiflora Edulis Sims) KERING DENGAN BIJI KAPAS

PADA KAMBING PERANAKAN ETAWA Oleh: La Malesi1)

ABSTRACT

Goat Livestock hardly depend on forage, produce of forage at very abundance the rains. At dry season produce of very low forage so that goat livestock lacking of food. Breeder anticipates problem must at dry season that available goat livestock food during the year. Agriculture waste hardly good to anticipating the problem, for example skin fruit of markisa and cotton seed. Purpose of this research is to know consumption of dry material and consumption of energy dry markisa skin mixture with cotton seed at goat livestock PE. This attempt applies Split plot design under colour of Completely randomized block design. Main check in this research is goat gender consisted of by 2 that is male and female. As child of check is treatment consisted of by 6 level that is level of giving skin fruit of markisa (KBM) dry and Cotton seed (BK) what is different: 50% KBM; 0% BK (P1); 45,25% KBM; 5% BK (P2), 40,5% KBM; 10%BK (P3); 35,75% KBM; 15%BK (P4); 31% KBM; 20% BK (P5); 26,25% KBM; 25% BK (P6). Every treatment is placed at random into individual cage in each group. Result of research of shows that treatment of giving of cotton seed influential reality to consumption of dry material and energy. consumption of dry material cotton seed cotton (0,502 kg e-1 day-1) lower compared to average given cotton seed (0,643 kg e-1 day-1). consumption of energy lower cotton seed (3257,63 kcal e-1 day-1) compared to average of energy is containing cotton seed (4249,225 kcal e-1 hr-1). Giving excelsior of cotton seed, hence consumption dry material and consumption of excelsior energy.

Key words : Skin markisa, seed cotton, dry matter, energy consumption

PENDAHULUAN

Usaha ternak ruminansia sangat ditentukan oleh tersedianya pakan hijauan.Ketersediaan pakan hijauan terutama dalam kualitas maupun kontinyuitas sepanjang tahun. Produksi hijuan pada musim kemarau sangat rendah, untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari sumber pakan pakan lain yang tersedia yaitu limbah pertanian. Limbah pertanian yang berlimpah dan baik sebagi pakan ternak adalah kulit buah markisa.Markisa terdiri dari kulit 51% dan isi 49%. Isi terdiri dari biji 20,2% dan sari 28,8%, potensi kulit buah markisa tersebut snagat besar karena produksi limbahnya yang tinggi.

Ternak kambing mampu memanfaatkan serat kasar di dalam rumen untuk memperoleh energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kulit buah markisa mempunyai serat kasar tinggi dan

protein rendah, sehingga dalam penggunaanya perlu dicampurkan dengan sumber pakan lain yang mempunyai kandungan protein tinggi. Biji kapas merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan ternak ruminansia.Biji kapas banyak digunakan sebagai bahan pakan pelengkap karena nilai protein tinggi.Penambahan biji kapas merupakan salah satu alaternatif yang dapat digunakan karena tersedia dan mudah didapatkan pada daerah-daerah penanaman biji kapas.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikonsumsi bahan kering, konsumsi energi dan energi tercerna ransum campuran kulit markisa kering dengan biji kapas pada ternak kambing PE sapihan.

Kegunaan penelitian adalah (1) Merekomendasikan tingkat penggunaan kulit

1)

(2)

markisa dan biji kapas yang baik digunakan dalam dalam ransum, (2) sebagai bahan informasi dan bahan acuan dalam penyusunan ransum kulit buah markisa kering sebagai pakan ternak kambing PE sapihan.Konsumsi bahan kering dan konsumsi energi tercerna ransum optimal pada level kulit markisa kering yang dicampur biji kapas pada ternak kambing PE sapihan

METODE PENELITIAN

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ekor kambing PE sapihan, terdiri dari 12 ekor jantan dan 12 ekor betina dengan kisaran umur 4-6 bulan dengan berat 9-12 kg. Bahan ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah markisa kering, biji kapas, molasses dedak, jagung, urea, sulfur, pikuten, dan garam.

Kandang yang digunakan berbentuk panggung. Jarak antara alas kandang dengan tanah 0,5 m, alas kandang terbuat dari papan yang lebarnya 5 cm, jarak belahan 1,5 cm yang memungkinkan feces dapat jatuh pada penampungan, tinggi alas kandang kea tap 3,68 m. ukuran panjang untuk petak kandang tunggal 120 cm dan lebar 80 cm. petak kelompok panjangnya 7,25 cm dan lebar 3,90 cm

dilengkapi dengan tempat makanan dan tempat air minum.

Alat lain yang digunakan adalah timbangan gantung untuk menimbang ternak dan timbangan duduk untuk menimbang pakan. Pengendalian penyakit digunakan obat cacing piperacin dan obat mata oxitetracyclin.

Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) dengan dasar Rancangan Acak Kelompok. Petak utama dalam penelitian ini adalah jenis kelamin kambing yang terdiri dari 2 yaitu jantan dan betina. Sebagai anak petak adalah perlakuan yang terdiri dari 6 taraf yaitu tingkat pemberian Kulit Buah Markisa (KBM) kering dan Biji Kapas (BK) yang berbeda dalam ransum: 50% KBM; 0% BK (P1), 45,25% KBM; 5% BK (P2), 40,5% KBM; 10% BK (P3), 35,75% KBM; 15% BK (P4), 31% KBM; 20% BK (P5), 26,25% KBM; 25%BK (P6). Setiap perlakuan ditempatkan secara acak ke dalam kandang individu pada setiap kelompok.

Penelitian ini dibagi dua periode, tiap periode 15 hari. Koleksi data dilakukan tiap lima hari terakhir untuk setiap periode. Pada setiap periode koleksi jumlah pakan yang diberikan dan jumlah sisa pakan ditimbang untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi.

Tabel 1. Komposisi campuran ransum yang digunakan pada setiap perlakuan dalam penelitian Jenis bahan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 ……….. % ……… Molases 20 20 20 20 20 20 Dedak padi 16,4 16,4 16,4 16,4 16,4 16,4 Urea 3,1 2,85 2,6 2,35 2,1 1,85 Sulfur 1 1 1 1 1 1 Garam 2 2 2 2 2 2 Pikuten 1 1 1 1 1 1 Jagung 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 Biji kapas 0 5 10 15 20 25

Kulit markisa kering 50 45,25 40,5 37,75 31,0 26,25

Total 100 100 100 100 100 100

Protein (%)* 14,26 14,38 14,42 14,59 14,71 14,85

(3)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128 Jumlah feses yang dikeluarkan kambing

ditampung dengan rank plastik yang ditempatkan di bawah kandang individu dengan posisi miring sehingga feses yang jatuh menggelinding ke penampungan. Feses diambil pada waktu 24 jam setelah kambing makan, kemudian ditimbang untuk mengetahui jumlah feses yang keluar dari setiap ekor kambing.

Sampel pakan dan sisa konsumsi diambil sebanyak 25 gram, dan sampel feses diambil 10% dari berat total yang keluar pada setiap kambing percobaan.Semua sampel yang diambil segera dikeringkan pada temperatur 650C selama 5 hari (sampai berat konstan) untuk mengetahui bahan keringnya. Setelah kering semua sampel periode 1 dan 2 dikompositkan dan digiling, kemudian kandungan gross energi dari sampel pakan dan feses dianalisa dengan menggunakan diabatic bom-calorimeter di laboratorium.

Rataan konsumsi bahan kering dan konsumsi energi ransum yang mengandung biji kapas dibandingkan dengan ransum tanpa biji kapas menggunakan uji kontras orthogonal.Sedangkat respon pengaruh

peningkatan level biji kapas dalam ransum digunakan uji polynomial Orthogonal (Steell and Torrie, 1991).

Parameter yang diukur adalah:

(1) Konsumsi bahan kering (kg)dihitung dengan rumus:

𝐾𝐵𝐾

= 𝐵𝐾 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 − 𝐵𝐾 𝑓𝑒𝑠𝑒𝑠

𝐵𝐾 𝑅𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 𝑥 100%

(2) Konsumsi energi (kkal), dihitung dengan rumus:KE = Jumlah energi dalam ransum yang diberikan – Jumlah energi sisa ransum yang diberikan.

(3) Energi tercerna (kkal) = Konsumsi energi – Energi feses.

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering, Konsumsi Energi

Rata-rata konsumsi bahan kering, konsumsi energi ransum campuran kulit buah markisa kering dengan tingkat biji kapas yang berbeda pada ternak kambing PE sapihan.

Tabel 2. Rata-rata konsumsi bahan kering, konsumsi energi dan energi tercerna ransum pada kambing PE

Faktor Konsumsi bahan

kering (kkal) Konsumsi energi (kkal) Energi tercerna (kkal) Petak utama Jenis kelamin (JK) Jantan 0,63 4199,68 3182,28 Betina 0,61 3968,24 3031,07 P>0,05 P<0,05 P>0,05 Anak petak perlakuan (P)

1 0,50 3257,62 2578,39 2 0,56 3693,98 2842,15 3 0,59 3960,68 3006,73 4 0,63 4129,68 3077,13 5 0,68 4520,71 3412,27 6 0,76 4941,08 3723,61

Kontras tanpa biji kapas vs biji kapas

Orthogonal level biji kapas : P<0,05 P<0,01 P<0,01

Linier P<0,01 P<0,01 P<0,01

Kuadratik P>0,05 P>0,05 P>0,05

(4)

Tabel 2.Lanjutan …

Faktor Konsumsi bahan

kering (kkal) Konsumsi energi (kkal) Energi tercerna (kkal) Interaksi (Px JK) P1JK1 0,51 3299,44 2514,93 P2JK1 0,55 3790,51 2904,54 P3JK1 0,60 4050,46 3086,76 P4JK1 0,66 4179,90 3130,73 P5JK1 0,68 4739,01 3610,78 P6JK1 0,79 5120,76 3845,92 P1JK2 0,50 3215,81 2641,84 P2JK2 0,56 3597,44 2779,77 P3JK2 0,59 3870,91 2926,70 P4JK2 0,60 4061,47 3023,53 P5JK2 0,68 4302,40 3213,28 P6JK2 0,73 4761,40 3601,31 P>0,05 P>0,05 P>0,05

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Bahan Kering

Sidik ragam menunjukan bahwa tingkat pemberian biji kapas berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering ransum.Hal ini disebabkan karena biji kapas dapat meningkatkan palatabilitas ransum sekaligus sebagai sumber protein.Tingkat palatabilitas ransum yang tinggi dapat meningkatkan konsumsi ternak kambing.Pemanfaatan biji kapas sebagai pakan suplemen pada ternak kambing dapat menutupi kekurangan protein dari bahan kulit buah markisa.

Hasil uji kontras orthogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa biji kapas dengan perlakuan menggunakan biji kapas pada ransum berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering. Konsumsi bahan kering ransum tanpa biji kapas (0,502 kg/e/hr) lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata ransum yang diberi biji kapas (0,643 kg e-1hr-1). Tingginya konsumsi bahan kering disebabkan oleh suplemen bahan penyusun ransum sebagai katalitik yang meningkatkan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi ransum yang diberikan. Yuliastiani, dkk., (1988) menyatakan bahwa pemberian biji kapas sampai 0,6% dari berat badan kambing dapat meningkatkan konsumsi

konsumsi bahan kering meningkat dengan adanya pemberian kulit buah markisa. Pemberian kulit buah markisa dalam ransum ternak kambing dapat diberikan sampai 45%.

Kurva respon pengaruh tingkat pemberian biji kapas terhadap konsumsi bahan kering ransum kambing percobaan menunjukan pengaruh linier mengikuti persamaan Y = 0,50 + 0,01 x (r = 0,44; P < 0,01) seperti pada Gambar 1. Konsumsi bahan kering semakin meningkat dan yang tertinggi 0,75kge-1hr-1 pada penambahan level biji kapas 25%.

Gambar 1. Grafik hubungan konsumsi kering dengan tingkat biji kapas

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 -5 5 15 25 R ata -r ata K o n su m si B ah an K e ri n g ( kg/e /h r)

(5)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi

Energi

Sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi ransum.Hal ini disebabkan karena biji kapas sebagai sumber protein dan tingkat palatabilitasnya tinggi, juga karena faktor fisiologi ternak, berat badan ternak, jenis makanan dan faktor lingkungan.Energi dalam ransum tinggi apabila komposisi ransum sangat tinggi terutama lemak, karbohidrat, dan protein.Zat-zat tersebut sebagaian dapat digunakan sebagai sumber energi.Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1999) bahwa karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat dalam bahan makanan dapat digunakan sebagai sumber energi.

Jenis kelamin jantan dan betina berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi. Konsumsi energi pada jantan lebih tinggi (4199,68 kkal/e/hr) sedangkan betina (3968,24 kkal/e/hr). Konsumsi energi pada kambing jantan lebih tinggi disebabkan karena kambing jantan memiliki fisiologi dan pada kambing jantan aktifitas gerak sangatlah banyak.

Hasil uji kontras orthogonal menunjukan bahwa konsumsi energi pada ransum tanpa biji kapas lebih rendah (3257,63 kkal/e/hr) dibandingkan dengan rata-rata energi ransum yang mengandung biji kapas (4249,225 kkal/e/hr). Kurva respon pengaruh pemberian biji kapas terhadap konsumsi energi ransum kambing dengan uji orthogonal polynomial memperlihatkan respon linier dengan mengikuti persamaan Y = 3432,56 + 51,08x (r = 0,38 ; P < 0,01)

Persamaan respon linier di atas menunjukan bahwa konsumsi energi ransum kambing sapihan meningkat diikuti dengan peningkatan tingkat biji kapas dalam ransum.Hal ini disebabkan karena pada ransum campuran biji kapas dan kulit buah markisa kering kandungan minyak yang berasal dari biji kapas sebagai sumber energi.

Gambar 2. Grafik hubungan konsumsi energi dengan tingkat biji kapas

Pengaruh Perlakuan Terhadap Energi

Tercerna

Sidik ragam menunjukan bahwa tingkat pemberian campuran kulit buah markisa kering dan biji kapas berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap energi tercerna ransum. Hal ini disebabkan karena penambahan biji kapas yang mengakibatkan tingginya protein dalam ransum.Huitema (1986) menyatakan bahwa penambahan bahan makanan yang kaya protein dan daya cernanya tinggi menyebakan bakteri dapat lebih baik melaksanakan aktiftasnya dalam mencerna selulosa. Blakely dan Bade (1991) menyatakan bahwa bakteri dan protozoa ciliata akan menghancurkan bahan-bahan berserat untuk membentuk asam-asam lemak terbang dan kepentingan mikroba itu sendiri. Setelah mati lalu dicerna dan dilepaskanlah bermacam-macam nutrient (lemak, karbohidrat, protein, mineral dan vitamin).Nutrient tersebut berfungsi sebagai sumber energi bagi ternak.

Uji kontras orthogonal menunjukan bahwa energi tercerna ransum campuran kulit buah markisa kering dan tanpa biji kapas (2578,39 kkal) lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata energi tercerna ransum yang menggunakan campuran kulit buah markisa kering dan biji kapas (3212,38 kkal). Menurut Bamualim (1988) menyatakan bahwa energi tercerna terbesar rata-rata 3195,4 kkal/kg pada ternak domba jantan yang di subtitusi biji kapas 20 % dalam ransum. Tingginya kecernaan energi

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 -5 5 15 25 R ata -r ata K o n su m si E n e rg i (k kal /e /h r)

(6)

ransum karena dalam campuran ransum terdapat beberapa bahan konsentrat yang berfungsi sebagai bahan yang dapat meningkatkan fermentasi rumen, dan meningkatkan hasil protein mikroba rumen.Bantuan mikroorganisme dalam rumen mampu mensintesa protein dari sumber nitrogen bukan protein (NPN) seperti urea. Jumlah mikroorganisme dalam rumen yang tinggi terutama bakteri pencerna serat kasar, dan pencerna lemak seperti bakteri non sellulolytik dan an aerovibrio lipolitica dan sallomonas uretilytica, sehingga jumlah asam lemak terbang (VFA) yang dihasilkan semakin besar, dengan demikian dapat meningkatkan kecernaan energi.

Respon total energi tercerna terhadap peningkatan biji kapas menunjukan kurva secara linier. Kurva respon pengaruh tingkat pemberian biji kapas terhadap energi tercerna ransum kambing mengikuti persamaan Y = 2561,87 + 43,36x (r = 0,43; P < 0,05).

Gambar 3. Grafik hubungan rata-rata energi tercerna dengan tingkat biji kapas

KESIMPULAN

Setelah pembahasan dari hasil penelitian mengenai ransum campuran kulit buah markisa dengan biji kapas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:Konsumsi bahan kering,

dengan tanpa biji kapas. Semakin tinggi tingkat biji kapas dalam ransum, maka konsumsi bahan kering, konsumsi energi dan energi tercerna semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim, A. S. Arifin, dan R.B. Wirdahayati. 1988. Pengaruh Pemberian Suplemen Biji Kapas, Patuk dan Campur Urea Terhadap

Pertumbuhan Kambing yang

Mengkonsumsi Jerami Padi di Musim Kemarau. Laporan Hasil Penelitian. Kupang.

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan Umum. Ed IV Gadjah Mada University Press.Yogiakarta.

Huitema, H.1986. Peternakan di Daerah Tropis Arti Ekonomi dan Kemampuannya. Yayasan Obor Indonesia, Gramedia. Jakarta.

Parakassi, A.1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press. Jakarta Simanihuruk, K. 2009. Pemanfaatan Kulit Buah

Markisa (Passiflora edulis Sims f. edulis Deg) sebagai Campuran Pakan Komplit Kambing Kacang Fase Pertumbuhan. JITV 14 (1) : 36 – 44. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip

dan Prosedur Statistika. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Syahrir, S. EJ Tandi, Situru, N. Lahay dan R.

Islamiyati. 1994. Analisis Kandungan Pati, Serta Kasar, dan Anti Nutrisi Tannin Limbah Pembuangan Sari Buah Markisa Sebagai Indikator Sumber Bahan Pakan, Lephas.Makassar.

Yulistiani, D.J., M.Rangkuti, A. Wilson dan Muryanto, 1988. Pengaruh pemberian biji kapas pada ransum rumput gajah untuk domba yang sedang

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 -5 5 15 25 R ata -r ata En e rg i Ter ce rn a (kkal )

Gambar

Tabel 1.   Komposisi campuran ransum yang digunakan pada setiap perlakuan dalam penelitian  Jenis bahan  Perlakuan P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6   ………………………………….
Tabel 2. Rata-rata konsumsi bahan kering, konsumsi energi dan energi tercerna ransum pada kambing PE
Tabel 2.Lanjutan …
Gambar 2.  Grafik hubungan konsumsi energi  dengan tingkat biji kapas
+2

Referensi

Dokumen terkait

43 Menurut Ginting dkk (2008) yang menyatakan bahwa sudah saatnya pembangunan tidak lagi diletakkan pada kekuatan sumber daya alam, tetapi pada kekuatan sumber

Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi situs YouTube dalam meningkatkan kualitasnya sebagai media komunikasi global..

tersendat-sendat, tetapi ada beberapa spesies yang tidak bisa berenang dan bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di lumut dan sampah daun-daun yang

Penghargaan Adiwiyata Tingkat Provinsi, Yang dilaksanakan di Auditorium Gubernuran pada hari Rabu, 30 Oktober 2019. Belanja Modal tersebut merupakan Belanja Modal Peralatan

Direktorat Usaha memiliki fungsi penyelenggaraan usaha jasa angkutan laut yang meliputi kegiatan pemasaran, pengembangan usaha, penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan

a. Komunikator : meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi komunikator adalah gabungan dari berbagai individu

Eksperimen ini mencoba menguji hipotesis sebagai berikut: 1) Ada perbedaan pengaruh antara mading dengan pesan informatif dan pesan persuasif terhadap sikap anti korupsi para

Horretaz gain, Eskola 2.0 eta horrelako ekimenak egin dira, saiatu dira, bueno ez da izan guztiz arrakastatsua, askotan oin guztiak ez zeudelako lotuta, hau da: