• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMANYA MENJADI AKSEPTOR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA KB SUNTIK 3 BULAN DI BPM D Amd.Keb DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMANYA MENJADI AKSEPTOR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA KB SUNTIK 3 BULAN DI BPM D Amd.Keb DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAMANYA MENJADI AKSEPTOR DENGAN GANGGUAN

MENSTRUASI PADA KB SUNTIK 3 BULAN DI BPM“D”

Amd.Keb DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU

KABUPATEN MOJOKERTO

ANDRIN WAHYU ISWANDIYAH 11002185

Subject : Akseptor KB suntik 3 bulan, Menstruasi DESCRIPTION

Pada sebagian besar pemakai, terjadi peningkatan insiden bercak darah yang tidak teratur dan sedikit atau pendarahan di luar siklus kadang-kadang berkepanjangan, dan kadang-kadang oligomenore atau bahkan amenore. Jenis kontrasepsi hormonal yang hanya mengadung progestin terdiri dari Mini Pil KB suntik DMPA dan implant. Semakin lama penggunaan maka jumlah darah menstruasi yang keluar juga semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi amenore. Tujuan penelitian ini mengatahui lamanya menjadi aseptor dengan gangguan menstruasi pada KB suntik 3 bulan di BPM “D” Desa Ngembeh Kecamtan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

Jenis penelitian yg di gunakan adalah penelitian korelasional. Variable Independent lamanya menjadi aseptor metode suntik 3 bulan sedangkan variable dependent gangguan menstruasi. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor suntik 3 bulan di BPM “D” Desa Ngembeh Kecamtan Dlanggu Kabupaten Mojokerto sebanyak 45 orang dengan sample 35 orang yang di ambil menggunakan teknik retrospektif. Alat ukur menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang menggunakan KB suntik > 1 tahun sebanyak 18 orang (81,8%) mengalami amenore.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan ada hubungan lamanya meggunakan akseptor dengan gangguan menstruasi pada KB suntik 3 bulan di BPM “D” Desa Ngembeh Kecamtan Dlanggu Kabupaten Mojokerto dengan menggunakan uji chi squre pada tingkat kemaknaan α = 0,05 di dapatkan bahwa ρ < α atau 0,0005 < 0,05.

Disarankan bagi akseptor Kb suntik 3 bulan supaya lebih aktif bertanya pda petugas kesehatan tentang cara mengatasi efek samping sehingga ibu tidak khawatir.

(2)

ABSTRACT

The most user of contraceptive experience more increasing incidence of and little irreqular blood spot or bleeding out of cycles sometimes take a long time and oligomenorhea or even amenorrhea the type of hormonal contraceptive only contains progestin that consists of miniature pill, injectable of DMPA and implans. The longer uses, so the number of menstrual blood that will come out also make the less and even amenorrhea. Of will the purpose of this study is to know the longer become acceptors with menstrual disorders in injectable KB on 3 months in BPM “D” Ngembeh Dlanggu Mojokerto.

The kind of this study is analytical with cross section. The independent variable is the longer become acceptor with injectable KB on 3 months and the dependent variable is menstrual disorders. The population in this study is all of acceptors with injectable KB in BPM “D” Ngembeh Dlanggu Mojokerto amount 45 people with 35 people come be sample with using purposive sampling technique. Measuring instrument uses a questionnaire

The results show that most of them who use injectable KB > 1 year amount 18 people (81,8%) experience amenorrhea.

Based on the results of this study, it is concluded that the longer acceptors with injectable on 3 month have be an acceptor relationship with menstrual disorders in BPM “D” Ngembeh Dlanggu Mojokerto with using the chi square test at a significance level of α = 0,05 show that ρ < α or 0,0005 < 0,05.

It is recommended to acceptors with injectable on 3 months, are supposed to ask more to the healt workers how overcome the side effects so that the mother are not andiety.

Keywords : 3-Month Injectable Acceptors, Menstruation

Contributor : 1. Ferilia Adiesti S, ST 2. Suhermin S. S,ST Date : 10 Juli 2014

Type Material : Laporan Penelitian

Identifier :

Right :

Summary :

LATAR BELAKANG

Jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah kontrasepsi hormonal yang tersedia dalam bentuk suntik. Metode kontrasepsi hormonal dianggap salah satu metode dengan tingkat efektifitas yang tinggi, tetapi disisi lain kontrasepsi hormonal terutama yang mengandung progestin dapat mengubah menstruasi. Perubahan-perubahan ini tidak dapat diduga, bervariasi antara masing-masing wanita sampai beberapa tingkat terhadap metode kontrasepsi. Pada sebagian besar pemakai, terjadi peningkatan insiden bercak darah yang tidak teratur dan sedikit atau perdarahan diluar siklus kadang-kadang berkepanjangan, dan kadang-kadang oligomenore atau bahkan amenore. Jenis kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progestin terdiri dari Mini Pil, KB Suntik DMPA dan implan. Setyaningrum (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama pemakaian DMPA dengan Siklus menstruasi, lama menstruasi dan kejadian

(3)

spotting. Semakin lama penggunaan maka jumlah darah menstruasi yang keluar juga semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi amenore (Laely, 2011).

Pemberian kontrasepsi suntik sering menimbulkan gangguan haid (Amenore) gangguan haid ini bisa bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. Perdarahan ringan atau spooting sering di jumpai tetapi tidak berbahaya (Sujiatini, 2013 :130-133). Perubahan siklus menstruasi yang dialami pengguna KB suntik merupakan hal yang wajar sebab perubahan tersebut akan kembali normal pada penggunaan suntikan selanjutnya. Wanita yang memiliki gaya hidup tegang kadang-kadang mungkin menghadapi masalah menstruasi akhir. Ketika seorang wanita mengalami semacam kecemasan atau stress, itu mengarah ke perubahan hormonal dalam tubuhnya yang secara langsung mempengaruhi hipotalamus yang melaksanakan fungsi pengaturan siklus menstruasi (Sridiyanti, 2013).

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pengguna kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 4.000.000 Akseptor. Di Amerika Serikat jumlah pengguna kontrasepsi suntik sebanyak 30%. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013 terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pemakai kontrasepsi jenis injeksi dari 11,7% pada tahun 2010, pada tahun 2011 menjadi 15,2%, dan 21,1% pada tahun 2012, kemudian tahun 2013 meningkat menjadi 27,8%. Metode kotrasepsi jenis injeksi merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia (Subakti, 2014). Data Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta para akseptor KB aktif sekitar 85,5% diantaranya 40,69% pengguna kontrasepsi suntik, Sedangkan di Propinsi Jawa Timur pencapaian penggunaan suntik sebesar 41.856 tahun 2010, tahun 2011 pengguna KB suntik sebanyak 54.454 akseptor, tahun 2012 pengguan KB suntik sebayak 78.987 akseptor, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 99.635 akseptor (BKKBN, 2013). Data kabupaten Mojokerto menurut kantor keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan pengguan KB Suntik tahun 2011 sebanyak 7971 akseptor dan tahun 2012 mencapai 8931 akseptor. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 17-23 Maret 2014 secara wawancara di dapatkan pada 10 ibu 7 diantaranya mengalami perumbahan siklus menstruasi setelah menggunakan KB suntik 3 diantaranya mengalami efek samping lain (kenaikan berat badan).

Perubahan pola menstruasi merupakan masalah yang serius, perubahan menstruasi yang dialami wanita pengguna depo provera di mulai dalam bentuk perdarahan tidak teratur yang tidak dapat di prediksi dan bercak darah yang berlangsung selama 7 hari atau lebih atau perdarahan hebat selama beberapa bulan pertama pengguna depo provera. Semua kejadian ini secara bertahap menjadi lebih jarang dengan durasi lebih pendek sampai klien mengalami amenorea 50% klien mengalami amenorea setelah 1 tahun. Perubahan menstruasi merupakan alasan utama beberapa klien menghentikan pengguaan DMPA. Efek samping yang tidak terprediksi menjadikan klien ragu, beberapa klien takut karena tidak mengalami menstruasi maka hal tersebut merupakan tanda kehamilan atau penyakit. Dilain pihak bahwa klien menyukai bahwa mereka mengalami amenore yang merupakan kebebasan yang tidaka akan lagi di rasakan sampai kemudian mereka menopause (Varney, 2007: 482)

Siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 21-35 hari. Walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua perempuan memiliki siklus menstruasi yang sama. Terkadang siklus menstruasi terjadi setiap 21 sampai 30 hari. Umumnya,

(4)

menstruasi berlangsung selama 5 hari. Namun, terkadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 sampai 7 hari. Siklus menstruasi yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat faktor hormonal. Seorang perempuan yang memiliki hormon estrogen dan progesteron yang berlebihan dapat memungkinkan terjadinya menstruasi dalam waktu yang lebih cepat. Sehingga, jika terdapat gangguan menstruasi yang dikarenakan oleh faktor hormonal, maka dapat dipastikan perempuan tersebut mengalami gangguan kesuburan. Hal ini dapat diatasi dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel telur (Laila, 2011:17).

Upaya yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan (Bidan) dapat memberikan pendidikan kesehatan konseling dan petunjuk bagi klien yang berkaitan dengan depo provera di berikan selama proses pemilihan metode kontrasepsi ini, konseling yang adekuat sebelum metode ini di berikan bertujuan memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut karena mengalami prubahan menstruasi klien juga perlu benar-benar memahami bahwa kesuburan akan tertunda hal in harus di perjelas pada lembar persetujuan yang di tanda tangani yang menerangkan secara terperinci 2 efeksampin DMPA (KB Suntik) (Varney 2007: 483). Disamping itu akseptor juga dapat melakukan penanganan seperti menjaga personal higiene secara baik untuk menghindari infeksi atau penyakit yang berhubungan dengan genetalia (Irwanto, 2014).

METODOLOGI

Jenis penelitian yg di gunakan adalah penelitian korelasional. Variable Independent lamanya menjadi aseptor metode suntik 3 bulan sedangkan variable dependent gangguan menstruasi. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor suntik 3 bulan di BPM “D” Desa Ngembeh Kecamtan Dlanggu Kabupaten Mojokerto sebanyak 45 orang dengan sample 35 orang yang di ambil menggunakan teknik non probability sampling dengan jenis purposive. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan melalui teknik wawancara menggunakan instrument berupa kuesioner. Analisa data menggunakan analisi deskriptif dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

HASIL PENELITIAN

Pada data umum didapatkan rata-rata responden berumur 20 – 35 tahun sebanyak 21 orang (60%), rata-rata responden berpendidikan Dasar yaitu sebanyak 21 orang (60,0%), rata-rata responden tidak bekerja/IRT yaitu sebanyak 23 orang (65,7%).

Berdasarkan data khusus didapatkan rata-rata responden lama menjadi akseptor KB > 1 tahun sebanyak 22 orang (62,9%), sebagian kecil responden mengalami amenore sebanyak 19 orang (54,3%), sebagian besar yang menggunakan KB suntik > 1 tahun sebanyak 18 orang (81,8%) mengalami amenore.

Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa ρ < α atau 0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan lamanya menjadi akseptor dengan Gangguan Menstruasi pada KB suntik 3 bulan di BPM “D” Amd.Keb Desa ngembeh kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

(5)

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan pada akseptor metode suntik 3 bulan di BPM “D” Amd.Keb Desa ngembeh kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto diketahui rata-rata responden menjadi akseptor KB > 1 tahun sebanyak 22 orang (62,9%).

Alasan ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan dikarenakan salah satu keuntungan dari kontrasepsi suntik yaitu tidak biaya murah, waktu penyuntikan cukup lama yaitu 3 bulan sekali, serta tidak mengganggu hubungan seksual (Sarjiman (2012).

Ibu menjadi akseptor KB > 1 tahun, dikarenakan KB suntik merupakan kontrasepsi yang banyak digunakan di masyarakat, sebab kontrasepsi tersebut dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat dan memiliki efektivitas yang tinggi untuk mengantisipasi kehamilan, di samping itu KB suntik tidak mengganggu hubungan seksual.

Lamanya menjadi akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan diduga dipengaruhi oleh umur, hal ini di tunjukkan oleh tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata responden berumur 20 – 35 tahun sebanyak 21 orang (60%).Usia melambangkan kedewasaan seseorang dimana semakin bertambahnya usia maka semakin matang manusia dalam berfikir dan melakukan aktivitas (Sarjani, 2014). Responden yang berusia 20-35 tahun tergolong usia dewasa. Dimana responden akan memiliki pertimbangan yang baik mengenai KB suntik karena KB suntik relatif murah, tidak mengganggu hubungan seksual, serta memiliki efektifitas yang baik.

Lamanya pemakaian kontrasepsi metode suntik 3 bulan di pengaruhi oleh pendidikan hal ini dapat di tunjukan bahwa rata-rata responden berpendidikan dasar sebanyak 21 orang (60,0%). Pendidikan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2012:18).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana beljar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan drinya, masyarakat, bangsa dan negara (Wipres, 2011:60-61).

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik dalam menyerap informasi. Informasi yang adekuat tentang KB suntik mengakibatkan pengguna KB suntik semakin banyak. Pendidikan tinggi berdampak positif sebab responden tidak merasa khawatir akan kehamilan. Sebaliknya orang yang berpendidikan rendah akan berfikir negatif. Mereka lebih memikirkan tentang efek samping yang ditimbulkan oleh KB suntik sehingga terkadang cenderung pindah ke kontrasespsi lain.

Status pekerjaan responden diduga mempengaruhi lamanya menjadi akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Hal ini dikarenakan rata-rata responden tidak bekerja/IRT sebanyak 13 orang (65,7%). Ibu yang tidak bekerja lebih mempunyai waktu untuk datang ke petugas kesehatan untuk melakukan penyuntikan dibandingkan dengan yang bekerja. Karena ibu bekerja akan meluangkan waktu untuk datang ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi. Selain itu ibu rumah tangga atau ibu yang tidak bekerja khawatir jika dirinya mempunyai anak kembali karena tidak ada yang membantu dalam mengurus pekerjaan rumah tangga.

(6)

Dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden mengalami amenore sebanyak 19 orang (54,3%). Siklus menstruasi adalah jumlah hari antara periodik menstruasi yang satu dengan periodik menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 21-35 hari walaupun hal ini berlaku umum tetapi tidak semua perempuan memiliki siklius menstruasi yang sama terkadang siklus menstruasi terjadi setiap 21 hari- 30 hari. Umumnya menstruasi berlangsung selama 5 hari, terkadang menstruasi terjadi 2-7 hari (Laila, 2011:16-17).

Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenrea dibagi menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer terjadi apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak mendapatkan lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain (Sarjani, 2012).

Perubahan pola menstruasi merupakan masalah yang serius, perubahan menstruasi yang dialami wanita pengguna depo provera di mulai dalam bentuk perdarahan tidak teratur yang tidak dapat di prediksi dan bercak darah yang berlangsung selama 7 hari atau lebih atau perdarahan hebat selama beberapa bulan pertama pengguna depo provera. Semua kejadian ini secara bertahap menjadi lebih jarang dengan durasi lebih pendek sampai mengalami amenorea. 50% klien mengalami amenorea setelah 1 tahun.

Sebagian besar ibu menggunakan KB suntik > 1 tahun yang mengalami amenorea sebanyak18 orang (81,8%). Dari 13 responden lama menjadi akseptor < 1 tahun, 1 (7,7%) mengalami gangguan menstruasi amenore, diantaranya 1 (7,7%) mengalami gangguan menstruasi hipermenorea, 2 (15,4%) mengalami gangguan menstruasi hipomenorea, 8 (61,5%) mengalami gangguan menstruasi spoting, dan 1 (7,7%) mengalami gangguan menstruasi menoragia. Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa ρ < α atau 0,000 < 0,05 yang artinya lamanya menjadi akseptor dengan gangguan menstruasi pada KB suntik 3 bulan di BPM “D” Amd.Keb Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto Kontrasepsi suntik merupakan salah satu kontrasepsi yang populer.

Kontrasepsi yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu Norethindrone Enanthate (NETEN) dan Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) (Sarwono, 2005). Adapun efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi suntik diantaranya perasaan cemas, gugup, keluar jerawat, sakit kepala atau pusing dan penambahan berat badan (Varney, 2005).

Pemberian kontrasepsi suntik sering menimbulkan ganguan haid (Amenore). Gangguan haid ini bisa bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. Perdarahan ringan atau spooting sering di jumpai tetapi tidak berbahaya (Sujiatini, 2014 :130-133). Perubahan siklus menstrusi yang dialami pengguna KB suntik merupakan hal yang wajar sebab perubahan tersebut akan kembali normal pada penggunaan suntikan selanjutnya. Wanita yang memiliki gaya hidup tegang kadang-kadang mungkin menghadapi masalah menstruasi akhir. Ketika seorang wanita mengalami semacam kecemasan atau

(7)

stres, itu mengarah ke perubahan hormonal dalam tubuhnya yang secara langsung mempengaruhi hipotalamus yang melaksanakan fungsi pengaturan siklus menstruasi (Sridiyanti, 2014).

Perubahan pola menstruasi merupakan masalah yang serius, perubahan menstruasi yang dialami wanita pengguna depo provera dimulai dalam bentuk perdarahan tidak teratur yang tidak dapat di prediksi dan bercak darah yang berlangsung selama 7 hari atau lebih atau perdarahan hebat selama beberapa bulan pertama pengguna depo provera. Semua kejadian ini secara bertahap menjadi lebih jarang dengan durasi lebih pendek sampai klien mengalami amenorea. 50% klien mengalami amenorea setelah 1 tahun. Perubahan menstruasi merupakan alasan utama beberapa klien menghentikan pengguaan DMPA. Efek samping yang tidak terprediksi menjadikan klien ragu, beberapa klien takut karena tidak mengalami menstruasi maka hal tersebut merupakan tanda kehamilan atau penyakit. Klien ada yang menyukai mengalami amenorea karena mereka menganggap amenore merupakan kebebasan yang tidak akan lagi dirasakan sampai kemudian mereka menopause (Varney, 2007: 482).

Siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 21-35 hari. Walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua perempuan memiliki siklus menstruasi yang sama. Terkadang siklus menstruasi terjadi setiap 21 sampai 30 hari. Umumnya, menstruasi berlangsung selama 5 hari. Namun, terkadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 sampai 7 hari. Siklus menstruasi yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat faktor hormonal. Seorang perempuan yang memiliki hormon estrogen dan progesteron yang berlebihan dapat memungkinkan terjadinya menstruasi dalam waktu yang lebih cepat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat di BPM “D” Amd.Keb Desa ngembeh kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto disimpulkan bahwa :

1. Rata-rata responden menjadi akseptor KB > 1 tahun sebanyak 22 orang (62,9%)

2. Sebagian kecil responden mengalami amenore sebanyak 19 orang (54,3%) 3. Ada hubungan lamanya menjadi akseptor dengan Gangguan Menstruasi pada

KB suntik 3 bulan di BPM “D” Amd.Keb Desa ngembeh kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

REKOMENDASI

1. Praktis

1) Bagi Tenaga Kesehatan

Lebih meningkatkan konseling mengenai efek samping kontrasepsi suntik melalui berbagai media dan melatih kader kesehatan bagaimana cara mengatasi efek samping sehingga dapat memberikan solusi pada akseptor.

2) Bagi Akseptor KB Suntik 3 Bulan

Lebih aktif bertanya ada etugas kesehatan tentang cara mengatasi efek samping sehingga ibu tidak khawatir.

(8)

2. Teoritis

1) Bagi Peneliti Selanjutnya

Melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor lain yang mempengaruhi gangguan menstruasi suntik.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Lebih memerbanyak sumber bacaan dan sumber informasi tentang efek samping dari berbagai dari alat kontrasepsi sehingga mahasiswa dapat memberikan slusi yang tepat tentang cara mengatasi efek samping dan sebagai acuan dalam memberikan materi yang lebih dalam tentang ilmu kebidanan.

ALAMAT RESPONDENSI

Email : andrin.wahyu@yahoo.com No. Telp : 081939419450

Alamat : Jln. Masjid Kemantren Perum martopuro greenland blok J-08 RT.012/RW.004 Purwosari-Pasuruan

Referensi

Dokumen terkait

Rekap data digunakan sebagai dasar dari pembangunan data base system yang akan digunakan sebagai penyimpanan hasil penghitungan biaya reparasi kapal yang dilakukan

22.4 Pemegang akaun seterusnya bersetuju bahawa jika Bank didakwa atau dijadikan pihak dalam sebarang guaman berbangkit daripada tindakan Bank yang Membekukan

The Pro version provides more functionality since it can be expanded through plug- ins, but the major feature that sets it apart today is the ability of users to encrypt mes-

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana pencurian di Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka

All the four multiband images were classified using support vector machine (SVM) classifier into four most abundant land cover classes, viz, hard surface, vegetation, water

Telekomunikasi Indonesia (PT. Telkom, Tbk.) dalam Usaha Peningkatan Pemanfaatan Internet untuk Usaha Kecil Menengah Melalui Program Broadband Learning Centre. Penelitian ini

dan kegiatan ekonomi masyarakat transmigran, analisis potensi ekonomi sumberdaya alam lokal, analisis potensi ekonomi sumberdaya manusia lokal, analisiskondisi

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dan indeks biologi plankton pada tambak marginal polikultur udang windu dengan nila merah hybrid, nila gesit dan nila merah