UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PERSEDIAAN PADA PT. MUTIARA MUKTI FARMA MEDAN
Diajukan oleh:
Nama :Mega Permata Sari
NIM :060522033
Departemen :Akuntansi
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan
Persediaan Pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan.
Adalah Benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sunatera Utara.
Semua data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas, benar dan apa
adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, Februari 2009
Yang Membuat Pernyataan
Mega Permata Sari
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunian-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
penulisan skripsi ini, serta salawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad
SAW, Nabi junjungan ummat yang telah memberikan suri tauladan yang baik
bagi manusia dan semoga kita mendapat syafaat nya di Yaumil Mashar, Amin.
Penulisan skripsi merupakan bentuk pertanggungjawaban bagi mahasiswa
setelah melakukan perkuliahan. Skripsi ini berjudul “Peranan Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan Pada PT.
Mutiara Mukti Farma Medan”. Dengan keterbatasan yang ada penulis berusaha
menyelesaikan skripsi ini, sehingga mungkin skripsi ini banyak kekurangannya
baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu dengan senang hati
penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan turut mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini.
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT & terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ayahanda Zulkarnain dan Ibunda Sumiaty tercinta, yang berkat hasil
usaha dan jerih payah, dorongan serta do’a restunya, penulis dapat menyelesaikan
1. Bapak Drs Syahelmi, MSi, Ak, selaku pembimbing yang telah sabar
membimbing penulis dan bersedia diganggu waktunya.
2. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak , selaku dosen penguji I yang telah banyak
memberi masukan dan kritikan terhadap penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak, selaku dosen penguji II yang telah
banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak, sebagai ketua jurusan departemen
Akuntansi.
5. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi.
7. Seluruh staf pegawai di Fakultas Ekonomi, yang telah banyak membantu
penulis selama menjalani perkuliahan.
8. Seluruh keluarga besar Sukarni (Inyik) terimakasih atas semua yang telah
diberikan kepada penulis.
9. Seluruh staf pegawai PT Mutiara Mukti Farma Medan yang telah bersedia
memberikan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.
10.Seluruh teman angkatan 2006 Departemen Akuntansi program Ekstensi,
Akhirnya dengan menyerahkan diri dan senantiasa memohon petunjuk
kepada Allah SWT, semoga apa yang telah kita semua lakukan mendapat Rahmat
dan Ridho dari Allah SWT, dan semoga Allah SWT membalas budi baik yang
mereka berikan kepada penulis. Amin.
Wassalam,
Medan, Februari 2009
ABSTRAK
Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem penghasil informasi yang berperan dalam pengambilan keputusan manajemen. Persediaan merupakan aktiva yang penting dan harus dikelola dengan baik. Untuk mengelola persediaan, manajemen harus mengambil keputusan tentang berapa jumlah pesanan, kapan pemesanan dilakukan, dan berapa persediaan harus disimpan dengan biaya pemeliharaan serta penyimpanan persediaan untuk setiap keputusan paling minimal. Penulis mengambil kasus peranan sistem informasi akuntansi manajemen dengan judul skripsi “Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan”. Dalam skripsi ini penulis mencoba menilai apakah sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan telah mendukung pengambilan keputusan pengelolaan persediaan oleh manajemen perusahaan.
Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data baik primer maupun sekunder, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisis untuk melihat peranan sistem informasi akuntansi manajemen dalam mendukung pengambilan keputusan persediaan.
Hasil penelitian menunjukan sistem informasi akuntansi manajemen yang diterapkan PT. Mutiara Mukti Farma Medan belum berperan mendukung pengambilan keputusan persediaan oleh manajemen perusahaan karena tidak mempertimbangkan biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan dalam setiap keputusan yang diambil.
ABSTRACT
Management accounting information system is a system that provides information used in management decision making. Inventory is an important asset need to be managed well. To manage inventory, management should take decision about the amount of order, the time of order, how much inventory need to be kept with keeping cost and the inventory keeping for every least decision. The writer takes the case of the function of management accounting information system under the title of thesis “The Function of Management Accounting Information System in The Inventory of Decision Making in PT. Mutiara Mukti Farma Medan”. In this thesis, the writer tries to judge if the management accounting information system used support the decision making of inventory by company management.
The research method uses descriptive analyses by collecting primary and secondary datum, then arranged, interpreted, and analyzed to see the function of management accounting information system in supporting the decision making of inventory.
The result of this research proves that management accounting information system used in PT. Mutiara Mukti Farma Medan has not had any roles to support the decision making of inventory by company management because it does not regard keeping cost and the inventory keeping in every decision taken.
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN ………i
KATA PENGANTAR ………..ii
ABSTRAK ………v
ABSTRACT ………vi
DAFTAR ISI ………...vii
DAFTAR TABEL ………x
DAFTAR GAMBAR ……….xi
DAFTAR LAMPIRAN ……….xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1
B. Perumusan Masalah ………..3
C. Batasan Masalah………3
D. Tujuan Penelitian ……….3
E. Manfaat Penelitian ………...4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Persediaan ……….5
1. Pengertian Persediaan ……….5
2. Jenis-Jenis Persediaan……….6
3. Biaya-Biaya Persediaan ………7
B. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen………13
1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Manajemen………13
2. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen…………16
3. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Persediaan….…...18
C. Pengambilan Keputusan Manajemen ……….19
1. Pengertian Keputusan ………...19
2. Jenis-Jenis Keputusan Manajemen ………..20
3. Prosedur Pengambilan Keputusan Manajemen ………22
D. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Pengambilan Keputusan Persediaan …..………...24
E. Kerangka Konseptual ……….37
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………..39
B. Jenis dan Sumber Data ………..39
C. Teknik Pengumpulan Data ………40
D. Metode Analisis Data ……….40
E. Responden ………40
F. Jadwal Penelitian ………...41
G. Lokasi Penelitian ………...41
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ………..42
a. Sejarah Singkat Perusahaan ……….42
b. Struktur Organisasi ………43
c. Kegiatan Usaha PT. Mutiara Mukti Farma Medan…….49
2. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Persediaan Perusahaan ………50
3. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
dalam Pengambilan Keputusan Persediaan ………..52
B. Analisis Hasil Penelitian ………...53
1. Prosedur Pengambilan Keputusan Persediaan ………53
2. Peranan Sistem Informasi Akuntansi
dalam Pengambilan Keputusan Persediaan ………..55
a. Jumlah Pemesanan Ekonomis
(Economic Order Quantity/EOQ) ………56
b. Titik Pemesanan Kembali
(Reorder Point/ROP) ……….58
c. Persediaan Pengaman (Safety Stock) ……….64
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………65
B. Saran ……….66
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen ………16
Tabel 2.2. Tipe-Tipe Pembuatan Keputusan ……….22
Tabel 2.3. Frakuensi Lead Time dalam Pemesanan ……….32
Tabel 2.4. Total Biaya dalam Satu Periode ………35
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian dan Penulisan Skripsi ……….41
Tabel 4.1. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Pembantu ……….51
Tabel 4.2. Perbandingan Total Biaya Persediaan ………58
Tabel 4.3. Frekuensi Lead Time dalam Pemesanan ……….59
DAFTAR GAMBAR
Hal
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Mutiara Mukti Farma Medan
Lampiran 2 Daftar Persediaan Bahan Baku Utama
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini informasi merupakan hal yang paling diperhitungkan oleh
semua pihak dalam rangka pengambilan keputusan karena kesalahan informasi
maka akan menyebabkan kesalahan atas keputusan tersebut. Sistem penghasil
informasi dinamakan sebagai sistem informasi. Pada sebuah organisasi atau
perusahaan salah satu informasi yang paling penting adalah informasi akuntansi
manajemen.
Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan suatu sistem yang
berperan dalam memberikan informasi untuk pengambilan keputusan oleh pihak
manajemen. Hal ini sesuai dengan pernyataan O’Brien (2006:10) peranan dasar
sistem Informasi dalam bisnis adalah (a) “mendukung proses dan operasi bisnis,
(b) mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya, (c)
mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif”. Untuk menghasilkan
keputusan harus menggunakan informasi yang baik yaitu dapat dimengerti,
relevan, terandalkan, dan tepat waktu.
Persediaan adalah bagian yang sangat penting dalam suatu bisnis.
Alasannya adalah persediaan mempunyai fungsi penting dalam suatu perusahaan
karena erat hubungannya dengan produksi dan penjualan. Persediaan harus
dikelola dengan baik kerena kelebihan persediaan akan melambungkan biaya
berpengaruh kepada proses produksi yang secara langsung akan berpengaruh pula
kepada penjualan.
Keputusan pihak manajemen dalam pengelolaan persediaan dapat ditunjang
oleh sistem informasi akuntansi manajemen. Sistem ini akan membantu
manajemen dalam menentukan keputusan yang akan diambil dan berkaitan
dengan keadaan persediaan yang dimiliki perusahaan.
PT. Mutiara Mukti Farma Medan adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri obat-obatan. Perusahaan ini memiliki persediaan bahan
baku berupa bahan kimia yang memiliki masa kadaluarsa yang telah ditentukan.
Bahan kimia tersebut antara lain Paracetamol Powder yang digunakan sebagai
bahan baku pembuatan obat paracetamol, Ampicilline Tricompacted yang
merupakan bahan campuran untuk memproduksi obat antibiotik, dan Atropine
Sulfate yang merupakan bahan campuran dari obat diare. Bahan baku yang
digunakan berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Penyimpanan bahan
baku juga sangat diperhatikan oleh perusahaan ini karena bahan kimia mudah
terkontaminasi maupun terbakar.
Kelebihan persediaan bahan baku berupa bahan kimia di PT. Mutiara Mukti
Farma Medan akan mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan serta dapat
menurunkan kualitas dari bahan kimia tersebut. Namun, kekurangan persediaan
juga akan mengganggu proses produksi karena harus menunggu datangnya
persediaan bahan baku yang dipesan dari luar provinsi misalnya Tanggerang,
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
sistem informasi akuntansi manajemen persediaan pada PT. Mutiara Mukti Farma
Medan dengan mengambil judul “Peranan Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan Pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan”.
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut: “apakah sistem informasi akuntansi
manajemen yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma Medan telah
mendukung pengambilan keputusan persediaan?”
C. Batasan Masalah
Guna menghindari kesalahpahaman pada penelitian, maka dalam penelitian
ini sistem informasi akuntansi manajemen yang diteliti adalah sistem penghasil
informasi persediaan, persediaan dalam penelitian adalah persediaan bahan baku,
dan keputusan manajemen yaitu keputusan pengelolaan persediaan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
1. Untuk melihat sistem informasi akuntansi manajemen yang diterapkan oleh
PT. Mutiara Mukti Farma Medan.
2. Untuk melihat lebih rinci peranan sistem informasi akuntansi manajemen
dalam mendukung pengambilan keputusan persediaan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai
sistem informasi akuntansi manajemen dan manfaatnya dalam pengambilan
keputusan persediaan.
2. Bagi perusahaan, sebagai sumbangan pemikiran tentang sistem informasi
akuntansi manajemen yang telah diterapkan oleh perusahaan.
3. Bagi civitas akademik, sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian
selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan sistem informasi akuntansi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Istilah persediaan sangat berkaitan dengan perusahaan dagang maupun
perusahaan manufaktur. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang penting
dalam perusahaan dan merupakan salah satu modal kerja. Untuk lebih memahami
mengenai persediaan, berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian mengenai
persediaan menurut para ahli.
Menurut Stice, dkk (2004:653) “istilah persediaan ditujukan pada
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus
perusahaan manufaktur, maka istilah ini ditujukan pada barang dalam proses
produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”. Persediaan merupakan
bagian yang paling aktif dalam operasi perusahaan, dimana secara terus-menerus
dibeli atau diproduksi dan dijual.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (2002:14.1) persediaan adalah aktiva :
a. “Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau
c. Dalam bentuk bahan baku/perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan
merupakan barang-barang yang tersedia untuk dijual atau yang akan digunakan
dalam kegiatan proses produksi suatu perusahaan.
2. Jenis-Jenis Persediaan
Kata persediaan atau persediaan barang dagang secara umum ditujukan
untuk barang-barang yang dimiliki perusahaan dagang dimana dibeli dalam
kondisi yang siap untuk dijual kembali. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur
atau industri, persediaan dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis.
Syahyunan (2004:70) membagi persediaan pada perusahaan industri
(manufaktur) kedalam tiga jenis persediaan yaitu:
a. Persediaan bahan baku, yaitu barang yang dibeli oleh perusahaan untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi.
b. Persediaan barang dalam proses, yaitu semua barang yang ada dalam proses produksi.
c. Persediaan barang jadi, yaitu semua barang yang telah selesai diproduksi tetapi belum terjual.
Setiap perusahaan memiliki persediaan untuk mempunyai tujuan-tujuan
yang berbeda. Beberapa fungsi persediaan pada perusahaan dapat dibagi menjadi:
a. Batch stock / Lot size inventory
Batch stock / Lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeli atau membuat barang/bahan dalam jumlah yang lebih besar dari pada
jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian dilakukan
untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan dalam jumlah kecil. Terjadinya
Keuntungan diperoleh dari potongan harga pembelian, dan adanya penghematan
di dalam biaya angkutan.
b. Fluctuation stock
Fluctuation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak diramalkan. Perusahaan mengadakan persediaan
untuk dapat memenuhi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Jadi,
apabila terdapat fluktuasi permintaan sangat besar, maka persediaan ini
(fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik
turunnya permintaan tersebut.
c. Anticipation inventory
Anticipation inventory yaitu persediaan diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman dalam satu tahun
dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan pada peningkatan permintaan.
3. Biaya-Biaya Persediaan
Biaya dapat didefinisikan sebagai nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan
yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Sedangkan beban (expense) adalah
arus keluar barang yang akan dibebankan atau ditandingkaan dengan pendapatan
untuk menentukan besarnya laba.
Keberadaan persediaan pada diperusahaan akan menyebabkan timbulnya
biaya-biaya. Biaya tersebut terdiri dari semua pengeluaran, baik langsung maupun
tidak langsung yang berkaitan dengan perolehan persediaan hingga sampai ke
a. Biaya pemesanan (ordering cost).
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
pemesanan dan pengadaan persediaan. Biaya pemesanan dapat berupa biaya
tetap dimana merupakan biaya yang tidak terpengaruh terhadap frekuensi
pemesanan, misalnya gaji bagian pemesanan. Biaya ini juga dapat berupa
biaya variable yang terpengaruh oleh frekuensi pemesanan namun berkurang
apabila jumlah pesanan semakin besar, antara lain terdiri dari:
1) Biaya yang dikeluarkan untuk mengumpulkan informasi dalam
hubungannya untuk mengadakan pemesanan persediaan.
2) Biaya penerimaan bahan baku.
b. Biaya penyimpanan (Carrying cost).
Biaya ini timbul karena perusahaan memiliki persediaan. Biaya penyimpanan
juga dapat berupa biaya tetap yang tidak terpengaruh dari jumlah persediaan,
misalnya biaya penyusutan gudang. Biaya ini juga dapat berupa biaya variable
yang terpengaruh dari kuantitas persediaan dimana semakin banyak atau
semakin besarnya jumlah dan nilai persediaan maka biaya penyimpanan juga
semakin besar, antara lain terdiri dari:
1) Biaya fasilitas penyimpanan, termasuk penerangan, pemanas, ataupun
pendingin ruang penyimpanan
2) Biaya modal, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan
dalam persediaan
3) Biaya keusangan
5) Biaya asuransi persediaan
6) Biaya pencurian dan kerusakan
7) Biaya pengamanan persediaan
8) Biaya transportasi.
c. Biaya kekurangan persediaan (stock out cost).
Biaya ini muncul diakibatkan oleh perusahaan kehabisan persediaan, dimana
perusahaan harus memperoleh bahan baku pengganti ataupun perusahaan
harus mengalami gangguan terhadap proses produksinya.
4. Perencanaan dan Anggaran Persediaan a. Perencanaan persediaan
Perencanaan merupakan suatu cara bertindak yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Dimana merupakan proses berfikir ke depan untuk mengambil suatu
keputusan tentang cara bertindak setelah mempertimbangkan banyak
kemungkinan alternatif.
Defenisi perencanaan (planning) menurut Wilson dan Cambell (1996:6)
adalah “perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu untuk menetapkan
kejadian dan kekuatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan”.
Dari defenisi diatas ada beberapa hal penting dalam suatu perencanaan
yaitu:
1) Melibatkan masa yang akan datang.
3) Harus ada penelitian terhadap struktur organisasi dan tanggung jawab,
wewenang dan keadaan yang dapat diminta pertanggungjawaban atas
terjadinya tindakan dalam suatu perusahaan tertentu.
Perencanaan persediaan bahan baku disusun agar tingkat persediaan bahan
baku cukup dan perusahaan tidak mengalami kerugian akibat kekurangan atau
kelebihan persediaan. Adapun manfaat perencanaan persediaan adalah:
1) Menekan investasi modal dalam persediaan pada tingkat yang minimum
2) Mengeliminasi atau mengurangi pemborosan dan biaya yang timbul akibat
penyelenggaraan persediaan yang berlebihan, kerusakan, penyimpanan,
kekunoan, jarak, serta asuransi persediaan
3) Mengurangi resiko kecurangan dan kecurian persediaan
4) Menghindari resiko penundaan produksi dengan cara selalu menyediakan
bahan baku yang diperlukan
5) Dapat mengurangi investasi dalam fasilitas dan peralatan pergudangan
6) Menghindari atau mengurangi kerugian yang timbul karena perubahan harga.
b. Anggaran Persediaan
Teknik perencanaan yang umumnya digunakan adalah melalui anggaran.
Anggaran menurut Rudianto (2006:110) “adalah rencana kerja organisasi dimasa
mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis”.
Dengan kata lain anggaran adalah kegiatan yang dinyatakan dalam nilai
kuantitatif yang mencakup rencana pengeluaran-pengeluaran dan pendapatan serta
Anggaran untuk tahun yang akan datang harus selesai disusun beberapa
bulan sebelum tahun tersebut dimulai. Anggaran persediaan dalam suatu
perusahaan merupakan rencana kuantitatif tentang jumlah persediaan yang
dibutuhkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Saputro (2003:214)
mengemukakan tujuan dari suatu anggaran bahan baku adalah:
1) Memperkirakan jumlah bahan baku
2) Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan 3) Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang
diperlukan untuk membeli bahan baku
4) Sebagai dasar penyusunan product costing yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi
5) Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
Anggaran persediaan berisi perkiraan-perkiraan tingkat persediaan yang
akan diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan proses produksi. Untuk
menentukan kebijaksanaan tingkat persediaan yang optimal perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut menurut Syahyunan
(2004:71) adalah:
1) Lead Time atau lamanya masa tunggu bahan baku yang dipesan
datang.
2) Frekuensi penggunaan bahan baku selama satu periode. Frekuensi pembelian yang tinggi, menyebabkan jumlah persediaan menjadi lebih kecil untuk satu periode pembelian.
3) Jumlah dana yang tersedia. Dana kadang-kadang menjadi kendala yang serius, jika kebutuhan bahan baku meningkat. Jumlah persediaan tidak bisa dipenuhi sesuai dengan standar yang ideal jika dana yang tersedia terbatas.
Pada dasarnya persediaan berguna untuk mempermudah atau memperlancar
jalannya operasi perusahaan. Pemesanan persediaan yang dilakukan perusahaan
memberikan beberapa manfaat. Manfaat tersebut antara lain adalah:
1) Untuk memperoleh kuantiti diskon.
Jika perusahaan ingin mempunyai jumlah persediaan yang besar untuk suatu
produk tertentu, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk membeli
produk dalam jumlah besar sehingga perusahaan memperoleh kuantiti diskon.
Dengan memanfaatkan kuantiti diskon, perusahaan dapat meningkatkan laba
sepanjang biaya untuk pengadaan persediaan lebih kecil dari diskon yang
diperoleh.
2) Untuk mengurangi biaya pemesanan.
Setiap perusahaan menempatkan pesanan maka akan terjadi sejumlah biaya.
Biaya variable yang berkaitan dengan pesanan dapat dikurangi jika frekuensi
pesanan yang dilakukan perusahaan dikurangi daripada seringkali memesan
dalam jumlah kecil.
3) Untuk mencapai biaya produksi yang efisien.
Persediaan yang cukup dapat mengurangi kemungkinan kekurangan barang
yang dapat mengganggu kegiatan proses produksi sehingga dalam jangka
B. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Sebelum mengetahui pengertian dari sistem informasi akuntansi manajemen
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dari sistem, informasi, akuntansi, dan
manajemen.
Menurut Simamora (I) (2000:176) “sistem (system) adalah seperangkat
peraturan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan bahwa tugas tertentu
dilaksanakan dalam suatu cara yang sudah ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan
menurut Widjajanto (2001:2) “sistem adalah sesuatu yang memiliki
bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan melalui tiga tahapan yaitu
input, proses, dan output”.
Hall (2001:5) juga hampir sama dalam mendefinisikan pengertian sistem
dimana “sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen
yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk
mencapai tujuan yang sama (common purpose).”
Sebuah sistem dibangun untuk membantu perusahaan dalam menjalankan
aktivitas bisnisnya. Salah satu fungsi yang diharapkan dari sebuah sistem adalah
adanya suatu informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dimana informasi
tersebut digunakan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan.
Romney dan Steinbart (2004:11) juga mendefinisikan informasi yang
hampir sama yaitu “informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk
Pengertian akuntansi menurut Niswonger, dkk (1999:6) “adalah sistem
informasi yang memberikan laporan kepada pihak-pihak berkepentingan
mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan”.
Akuntansi manajemen memiliki pengertian yang menurut Samryn (2001:1)
“merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan, termasuk
pengembangan dan penafsiran informasi bagi para manajer untuk digunakan
sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan dalam pengambilan
keputusan”.
Dari pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat diambil
kesimpulan sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem yang mengolah
data akuntansi dari suatu organisasi untuk menghasilkan informasi yang
digunakan pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan.
Halim dan Supomo (2001:5) menjelaskan tiga jenis informasi akuntansi
manajemen, yaitu:
Akuntansi penuh (full accounting) yang menghasilkan informasi akuntansi penuh, akuntansi diferensial (differential accounting) yang menghasilkan informasi akuntansi diferensial, akuntansi
pertanggungjawaban (responbility accounting) yang menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban.
Ketiga jenis informasi akuntansi manajemen dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Informastion)
Informasi akuntansi penuh menyajikan informasi mengenai pendapatan
total, biaya total, dan atau aktiva total, baik pada masa lalu maupun pada masa
penyusunan laporan keuangan, umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi.
Informasi biaya penuh masa lalu juga bermanfaat untuk menganalisis
masing-masing manajer dalam perusahaan, juga untuk menentukan harga jual produk atau
penyerahan jasa yang disepakati bersama dalam suatu kontrak jual beli.
Informasi biaya penuh masa yang akan datang digunakan untuk menyusun
perencanaan, khususnya untuk perencanaan jangka panjang, yang sering juga
disebut penyusunan program, dan juga akan digunakan untuk penetapan harga jual
dalam kondisi yang normal.
b. Informasi Akuntansi Diferensial (Differential Accounting Information)
Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan,
biaya, dan atau aktiva yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih,
dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain. Dengan demikian tipe
informasi ini sangat diperlukan dalam pemilihan alternatif.
c. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsbility Accounting
Information)
Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai
pendapatan, biaya, aktiva yang dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam
perusahaan. Masing-masing bagian unit dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadap bagian yang bersangkutan. Bagian-bagian tersebut
disebut sebagai pusat-pusat pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu bermanfaat untuk
menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban,
membantu membangkitkan motivasi para manajer pusat pertanggungjawaban,
disamping itu informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu dapat
membantu membangkitkan motivasi para manajer pusat pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan
datang digunakan untuk kegiatan perencanaan, khususnya perencanaan tahunan
yang dikenal dengan nama anggaran.
Jenis informasi akuntansi manajemen dan penggunaanya dapat diringkas
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tipe Informasi Akuntansi Manajemen Manfaat Tipe Informasi Akuntansi
Manajemen Informasi masa lau Informasi yang akan datang
Informasi akuntansi penuh (full accounting information)
Pelaporan informasi keuangan
Analisis kemampuan laba
Jawaban atas pertanyaan: “berapa biaya yang
dikeluarkan untuk sesuatu?”
Penentuan harga jual dalam
cost type contract
Penyusunan program
Penentuan harga jual normal
Penentuan harga jual dalam perusahaan yang diatur dengan peraturan pemerintah
Informasi akuntansi diferensial (differential
accounting information)
Tidak ada Pengambilan keputusan pemilihan alternatif, baik jangka pendek maupun jangka panjang
Informasi akuntansi pertanggungjawaban (responbility accounting
information)
Penilaian kinerja manajer
Pemotivasi manajer
Penyusunan anggaran
Sumber : Samryn, Akuntansi Manajerial : Suatu Pengantar (2002)
2. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Sistem informasi berperan dalam membantu perusahaan untuk beroperasi
banyak informasi yang bermanfaat bagi manajemen. Bahkan di dalam perusahaan
kecil sekalipun, banyak informasi yang harus diproses melalui sistem informasi.
Menurut Widjajanto (2001:14) pemakai informasi akuntansi dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu:
a. Kelompok internal meliputi para manajer yang terdapat di dalam perusahaan itu sendiri yang kebutuhannya sangat tergantung pada jenjang organisasi atau pada fungsi tertentu yang dilaksanakannya b. Kelompok eksternal pada umumnya memerlukan informasi yang
bersifat umum dalam bentuk laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi-laba, laporan arus kas, disertai dengan berbagai penjelasannya.
Berdasarkan dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pihak
manajemen yang merupakan kelompok internal perusahaan membutuhkan
informasi akuntansi manajemen yang digunakan untuk pengambilan keputusan
berdasarkan tingkat maupun fungsinya. Manajemen suatu perusahaan dapat dibagi
kedalam tiga tingkatan. Tingkatan tersebut terdiri dari:
a. Manejer puncak (Top manager)
Manajer puncak adalah eksekutif yang bertanggungjawab terhadap segenap
pengerahan organisasi. Untuk itu para manajer puncak memerlukan informasi
pendukung keputusan yang berdampak jangka panjang terhadap organisasi
perusahaan.
b. Manajer menengah (Middle manager)
Manajer menengah adalah manajer yang bertanggungjawab untuk
menetapkan tujuan sejalan dengan sasaran dan rencana dari manajemen puncak
c. Manajer lini pertama (Lower manager)
Manajer lini pertama adalah manajer yang melatih dan mengawasi kinerja
dari karyawan non manajerial serta yang bertanggungjawab langsung atas
produksi barang dan jasa perusahaan.
Di dalam akuntansi manajemen terdapat dua komponen yang digunakan
pihak manajemen sebagai informasi untuk pengambilan keputusan, komponen
tersebut yaitu:
a. Sistem akuntansi biaya, yaitu digunakan untuk membantu manajemen dalam
perencanaan dan pengawasan dari aktivitas pengadaan, proses distribusi dan
penjualan.
b. Sistem budgeting, yaitu proyeksi keuangan perusahaan untuk masa depan
yang bermanfaat untuk menolong manajer dalam perencanaan dan
pengawasan..
3. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Persediaan
Persediaan memiliki karakteristik dalam perlakuannya. Sistem persediaan
merupakan sistem pengelolaan terhadap persediaan yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Anoraga (2000:205) mendefinisikan sistem persediaan yaitu:
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat
Ada dua sistem yang biasa digunakan perusahaan dalam mencatat
persediaan yaitu:
a. Sistem persediaan periodik (Periodic inventory System)
Pada sistem persediaan periodik kuantitas persediaan ditentukan dengan cara
menghitung jumlah fisik persediaan barang yang ada di gudang perusahaan
secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat
dengan mendebet akun pembelian.
b. Sistem persediaan perpetual (Perpetual inventory system)
Pada sistem persediaan perpetual kuantitas persediaan dihitung setiap saat
terjadinya transaksi yang menyangkut penambahan atau pengurangan
persediaan. Dalam sistem ini, perusahaan mengadakan catatan persediaan pada
rekening persediaan dan kartu-kartu persediaan sebagai buku pembantu.
B. Pengambilan Keputusan Manajemen 1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Untuk mengetahui pengertian dari pengambilan keputusan, maka sebaiknya
kita mengetahui pengertian dari keputusan. Ada beberapa pengertian keputusan
menurut beberapa ahli. Diantaranya menurut Davis dalam buku Hasan (2002:9)
“keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan”.
Sedangkan menurut menurut Stoner dalam buku Hasan (2000:9) “keputusan
adalah pemilihan diantara alternative-alternatif”. Definisi lain menyebutkan
masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat
guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu
alternatif.
Dari pengertian keputusan tersebut dapat disimpulkan bahwa Keputusan
adalah pemilihan alternatif-alternatif yang ada untuk menjawab suatu pertanyaan
maupun suatu keadaan guna mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.dimana
mengandung tiga hal penting, yaitu:
a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.
b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.
c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada
tujuan tersebut.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang
ada secara sistematis untuk digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah.
2. Jenis-Jenis Keputusan
Berdasarkan Program atau strukturnya, pengambilan keputusan dapat
dibedakan kedalam beberapa jenis. Ada tiga program atau struktur keputusan
menurut Romney dan Steinbart (2004:12) yaitu:
a. Keputusan terstruktur bersifat berulang-ulang, rutin, dan dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang lebih rendah.
c. Keputusan tidak terstruktur bukan merupakan keputusan yang berulang dan rutin.
Contoh dari keputusan terstruktur adalah keputusan untuk memesan barang
persediaan (reorder point), kuantitas persediaan ekonomis (economic order
quantity) ataupun titik impas (breakeven point), sedangkan keputusan tidak
terstruktur ataupun semi terstruktur contohnya adalah pengambilan keputusan
untuk merger, akuisisi, perluasan pabrik, peluncuran produk baru, pengelolaan
portofolio investasi, dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan terstruktur
adalah:
a. Prosedur, yaitu serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang
harus diikuti oleh pengambil keputusan.
b. Aturan, yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dilakukan oleh pengambil keputusan.
c. Kebijakan, yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat
keputusan.
Teknik pembuatan keputusan juga terbagi kedalam teknik tradisional dan
teknik modern yang disesuaikan dengan program atau struktur keputusannya. Hal
Tabel 2.2
Tipe-Tipe Pembuatan Keputusan
Teknik Pembuatan Keputusan Tipe-Tipe Keputusan
Tradisional Modern a. Terprogram:
Keputusan rutin dan berulang-ulang. Organisasi mengembangkan proses khusus bagi penanganannya.
1) Kebiasaan 2) Kegiatan rutin:
Prosedur-prosedur pengoperasian komputer 3) Sistem organisasi
pengharapan umum sistem tujuan saluran-saluran informasi yang disusun dengan baik
1) Teknik-teknik riset operasi:
Analisis matematik, model simulasi komputer 2) Pengolahan data
elektronik
b. Tidak terprogram Keputusan-keputusan sekali pakai, kebijaksanaan, ditangani dengan proses pemecahan masalah umum
1) Kebijakan intuisi, dan kreatifitas
2) Coba-coba
3) Seleksi dan latihan para pelaksana
Teknik pemecahan masalah yang diterapkan:
1) Latihan membuat keputusan
2) Penyusunan program-program komputer
“heuristic”
Sumber : Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan (1992)
3. Prosedur Pengambilan Keputusan Manajemen
Dalam pengambilan keputusan terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh oleh para manajer. Langkah-langkah tersebut menurut Williams
(2001:193) adalah:
a. Mendefinisikan masalah b. Mengidentifikasi masalah c. Menimbang kriteria
d. Membuat alternatif tindakan e. Mengevaluasi setiap alternatif
f. Memperkirakan keputusan yang paling optimal
Ad. a. Mendefinisikan Masalah
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah mengenali dan
menentukan masalah. Masalah adalah terdapatnya perbedaan antara keinginan
Ad. b. Mengidentifikasi Masalah
Kriteria keputusan adalah ukuran dasar yang digunakan untuk menuntun
pertimbangan dan keputusan. Biasanya semakin banyak ditemukan kriteria yang
memungkinkan untuk memecahkan masalah, maka akan semakin baik pemecahan
masalahnya.
Ad. c. Menimbang Kriteria
Setelah mengenali criteria keputusan, langkah berikutnya adalah
menentukan kriteria mana yang lebih penting atau kurang penting. Banyak model
matematika untuk menimbang kriteria keputusan.
Ad. d. Membuat Alternatif Tindakan
Setelah mengenali dan menimbang kriteria keputusan yang akan menuntun
proses pengambilan keputusan langkah berikutnya adalah mengenali pilihan
tindakan yang mungkin dapat memecahkan masalah. Secara umum, pada langkah
ini, pemikirannya adalah untuk menyusun sebanyak mungkin alternative.
Ad. e. Mengevaluasi setiap alternatif
Langkah berikutnya adalah secara sistematis mengevaluasi tiap-tiap
alternatif terhadap masing-masing patikan. Karena sejumlah informasi harus
dikumpulkan, langkah ini memakan waktu jauh lebih lama dan lebih mahal dari
langkah-langkah lain dalam proses pengambilan keputusan.
Ad. f. Memperkirakan keputusan yang paling optimal
Langkah terakhir dalam pengambilan keputusan adalah memperkirakan
keputusan yang paling optimal dengan menentukan nilai optimal setiap alternatif.
dimonitor terus menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi
dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang diinginkan.
Hal ini dilakukan karena pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat
kontinyu bagi manajer dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapi.
Pengambilan keputusan yang menggunakan informasi merupakan suatu hal
yang sangat penting pada saat ini. Karena sudah tidak mungkin lagi seorang
manajer terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang efektif tanpa
pengetahuan yang memadai tentang pemanfaatan informatika dalam pelaksanaan
tugas-tugas eksekutifnya.
D. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Persediaan
Telah diketahui bahwa sistem informasi akuntansi manajemen berperan
dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen. Dalam penelitian ini
keputusan yang dimaksud adalah keputusan pengelolaan persediaan.
Dalam pengelolaan persediaan terdapat beberapa hal penting yang harus
diketahui oleh manajemen. Hal-hal penting tersebut dapat disimpulkan kedalam
tiga hal pokok yang berfungsi membantu manajemen dalam pengelolaan
persediaan. Tiga hal pokok tersebut yaitu:
1. Menentukan berapa jumlah persediaan yang harus dipesan
2. Menentukan berapa jumlah persediaan yang harus disimpan pada saat
pemesanan
Tiga hal pokok tersebut harus didukung oleh sistem informasi akuntansi
manejemen yang berupa sistem akuntansi biaya, anggaran biaya dan anggaran
produksi. Apabila tiga hal pokok tersebut tidak dapat diketahui manajemen, maka
dapat menyebabkan kesalahan dalam pengelolaan persediaan. Salah satu contoh
dari kesalahan dalam pengelolaan persediaan akan menyebabkan sesuatu yang
fatal seperti pernyataan Weston (1999:500) bahwa “jumlah persediaan yang
terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya kesempatan untuk menjual dan
memperoleh laba, sedangkan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan
biaya yang sangat tinggi sehingga memperkecil laba atau memperbesar kerugian”.
Sistem informasi akuntansi manajemen memiliki sistem pengelolaan
persediaan yang dapat juga dikatakan dengan sistem manajemen persediaan.
Sistem tersebut dapat menjadi solusi bagi pihak manajemen dalam pengelolaan
persediaan, karena sistem ini memberikan informasi tentang berapa jumlah
persediaan yang harus disimpan, berapa jumlah persediaan yang harus dipesan
dan kapan persediaan harus dipesan. Sistem pengelolaan persediaan terdiri dari:
1. Economic order quantity (EOQ)
2. Reorder point (ROP)
3. Safety stock (SS)
Ad. 1. Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah sistem pengelolaan persediaan
yang membantu manajemen untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang
dapat meminimumkan biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan
Namun kegiatan normal EOQ memiliki beberapa karakteristik antara lain:
a. Jumlah persediaan yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan
b. Biaya pemesanan per order adalah tetap
c. Harga perunit barang adalah konstan dan tidak dipengaruhi jumlah barang
yang dipesan nantinya
d. Pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang yang
menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat, oleh karena itu manajemen
harus menjaga agar persediaan tidak habis di gudang
e. Pada saat penentuan jumlah pemesanan barang tidak memperhitungkan biaya
kualitas
f. Biaya penyimpanan perunit adalah tetap.
Rumus untuk menghitung EOQ adalah:
EOQ =
C PR 2
P = Biaya pemesanan setiap kali pesan (procurement cost)
R = Jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam suatu periode (annual
requirement)
C = Biaya penyimpanan persediaan per unit (carrying cost)
Dengan diketahui EOQ maka dapat diketahui frekuensi pembelian
persediaan dengan rumus:
F =
EOQ R
Untuk membuktikan apakah penggunaan EOQ bertujuan meminimumkan
biaya pemesanan dan penyimpanan, maka dapat dibuktikan dengan rumus:
TIC = ⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 Q C + Q PR
TIC = Total biaya persediaan
Q = Kuantitas bahan baku dalam setiap pembelian
Contoh Kasus:
PT. ABC Farma menggunakan alkohol 96% sebanyak 2400 liter/periode
untuk memproduksi obat. Harga alkohol 96% per liternya Rp 6000,-. Perusahaan
ini memperkirakan biaya penyimpanan 25% dari nilai persediaan per unit. Dan
biaya pemesanan Rp 50.000,-. Dari data tersebut manajemen ingin melakukan
pemesanan yang ekonomis.
P = 50.000/pesan
R = 2400 liter
C = 1500/unit (25% x 6000)
EOQ = 1500 2400 000 . 50
2x x
EOQ = 1500 000 . 000 . 240
EOQ = 160000
EOQ = 400
EOQ = 400 liter (kuantitas pesanan dengan biaya ekonomis untuk sekali
F =
EOQ R
F = 400 2400
F = 6 kali pemesanan
6 90 hari
= 15 hari
Jadi pemesanan dilakukan setiap 15 hari sekali.
Untuk melihat biaya yang dikeluarkan dalam pemesanan dan penyimpanan
persediaan pesanan dapat digunakan rumus total biaya persediaan:
TIC = ⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 Q C + Q PR
Biaya persediaan untuk pemesanan 400 liter (kuantitas pesanan dengan
biaya ekonomis untuk sekali pemesanan)
TIC = ⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 400 1500 + 400 2400 000 . 50 x
TIC = 300.000 + 300.000
TIC = Rp 600.000
Sedangkan biaya persediaan untuk pemesanan 300 liter dengan frekuensi
pemesanan sebanyak 8 (delapan) kali
TIC = ⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 300 1500 + 300 2400 000 . 50 x
TIC = 225.000 + 400.000
Dari perhitungan jumlah pemesanan barang diatas dengan EOQ terlihat
bahwa, biaya persediaan telah diminimalkan dengan pemesanan 400 liter dengan
total biaya Rp 600.000. Sementara bila dilakukan pemesanan sebanyak 300 liter
akan mengakibatkan total biaya persediaan sebesar Rp 625.000 dimana jumlahnya
lebih besar Rp 25.000 dari pemesanan sebesar 400 liter.
Ad. 2. Reorder point (ROP)
Reorder point (ROP) adalah titik pemesanan kembali dimana perusahaan
harus menentukan pada saat berapa nilai persediaan yang tersisa digudang,
kebijakan pemesanan persediaan dilakukan. Sehingga datangnya pesanan tersebut
tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ.
a. ROP berdasarkan lead time tetap (konstan)
Waktu tunggu (lead time) adalah salah satu yang sangat menetukan dari
penentuan ROP. Dengan diketahui waktu tunggu yang pasti oleh perusahaan,
maka akan mempermudah perusahaan untuk menetapkan ROP. Untuk mengetahui
ROP dengan waktu tunggu tetap dapat ditetapkan melalui:
Reorder Point = r L
r = Jumlah persediaan yang dibutuhkan per hari
L = Waktu tunggu (lead time)
Dimana,
r =
Dari contoh sebelumnya PT. ABC Farma menggunakan alkohol 96%
sebanyak 2400 liter/periode (satu periode = 90 hari) untuk memproduksi obat.
Waktu tunggu pemesanan selalu sama selama 5 hari.
r = R/Periode
= 2400/90
= 2,6 Liter
Reorder point = 2,6 x 5
= 13 Liter
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa perusahaan harus melakukan
pemesanan pada saat persediaan yang tersisa sebanyak 13 liter.
b. ROP berdasarkan lead time tidak tetap (berubah-ubah)
Namun sering terjadi waktu sampainya barang yang telah dipesan datang
tidak tepat waktu. Dengan tidak diketahuinya waktu tunggu yang pasti oleh
perusahaan, maka akan mempengaruhi penentuan dari ROP. Untuk mengetahui
ROP yang tepat haruslah perusahaan melakukan penetapan lead time berdasarkan
kejadian yang telah dialami perusahaan selama periode sebelumnya, dimana lead
time yang dipilih harus dengan biaya persediaan yang minimum (biaya
kekurangan persediaan dan kelebihan persediaan).
Penetapan lead time tersebut harus diperhitungkan dengan cermat sebab
apabila pemesanan kembali agak mundur dari waktu tersebut akan menambah
pembelian bahan dasar atau disebut stock out cost (SOC), dan apabila terlalu awal
diperlukan biaya penyimpanan persediaan yang lebih yang disebut extra carrying
Untuk mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan untuk membeli persediaan
yang diakibatkan belum datangnya pesanan dapat dihitung menggunakan rumus:
Perhitungan biaya kekurangan persediaan per hari:
SOC = r x perbedaan harga persediaan
Dimana,
r = kebutuhan persediaan perhari
Biaya penyimpanan per hari setiap pemesanan
ECC =
Periode C x EOQ
Dimana,
C = Biaya Penyimpanan persediaan perunit
Untuk lebih memahami hal ini lebih jelas dapat dilihat dari contoh berikut.
Dari contoh soal sebelumnya diketahui:
EOQ = 400 unit
C = 1500 per unit per periode
P = Rp 50.000 per pesan
R = 2400 per periode
F = 6 kali
Periode = 90 hari
Harga beli (leveransir) = Rp 6000 per liter
Harga beli eceran (mendadak) = Rp 7000 per liter
Dari data historis tentang lead time menunjukan:
Tabel 2.3
Frekuensi Lead Time dalam Pemesanan
Lead Time Frekuensi Probabilitas 4 hari 2 kali 30 % 5 hari 3 kali 50 % 6 hari 1 kali 20 % Jumlah 6 kali 100 %
Berdasarkan data historis perusahaan, maka pihak manajemen ingin
mengetahui lead time terbaik dalam pemesanan persediaan mereka.
1) Perhitungan ECC
Perhitungan ECC dilakukan karena datangnya persediaan terlalu cepat dari
yang diperkirakan sehingga dibutuhkan biaya penyimpanan ekstra.
Biaya penyimpanan per hari setiap pemesanan:
ECC =
Periode C x EOQ
ECC =
hari Rp x liter
90
1500 400
= Rp 6666,6 per hari
a) Bila lead time 4 hari
ECC yang dikeluarkan untuk lead time selama 4 hari adalah Rp 0, karena
lead time 4 hari adalah yang paling cepat dari data historis yang ada. Sehingga tidak mungkin ada lagi pesanan datang yang lebih awal. Jadi
tidak dibutuhkan ECC.
b) Bila lead time 5 hari
Maka ada kemungkinan probabilitas 30% akan datang dalam lead time 4
ECC = 1 (0.3) x Rp 6666,6 = Rp 1999,98 (Rp 2000)
c) Bila lead time 6 hari
Maka ada dua kemungkinan:
(1) Kemungkinan dengan probabilitas 50% akan datang 5 hari sehingga 1
hari lebih cepat.
ECC = 1 (0,5) x Rp 6666,6 = Rp 3333,3 (Rp 3400)
(2) Kemungkinan dengan probabilitas 30% akan datang dalam 4 hari
sehingga 2 hari lebih cepat.
ECC = 2 (0,3) x Rp 6666,6 = Rp 3999,96 (Rp 4000)
Jadi total ECC = Rp 3400 + Rp 4000 = Rp 7400
2) Perhitungan SOC
Perhitungan SOC dilakukan karena datangnya persediaan terlalu lama dari
yang diperkirakan mengakibatkan dibutuhkannya biaya untuk pembelian
persediaan pengganti.
Kebutuhan bahan per hari:
r =
Periode R
r =
hari liter
90 2400
= 26,6 liter
Perhitungan biaya kekurangan persediaan per hari:
SOC = r x perbedaan harga persediaan
a) Bila lead time 6 hari
SOC yang dikeluarkan untuk lead time selama 6 hari adalah Rp 0, karena
lead time 6 hari adalah yang paling panjang dari data historis yang ada. Sehingga tidak mungkin ada lagi pesanan datang yang lebih lama lagi.
Sehingga tidak mengeluarkan untuk pembelian persediaan pengganti.
b) Bila lead time 5 hari
Maka akan ada kemungkinan dengan probabilitas 20% akan datang 6 hari
sehingga terlambat 1 hari dan harus membeli persediaan pengganti
SOC = 1 (0,2) x Rp 26.600 = Rp 5320
c) Bila lead time 4 hari
Maka ada 2 kemungkinan:
(1) Kemungkinan dengan probabilitas 20% akan datang dalam 6 hari
sehingga akan lebih lambat 2 hari.
SOC = 2 (0,2) x Rp 26.600 = Rp 10.640
(2) Kemungkinan dengan probabilitas 50% akan datang dalam 5 hari
sehingga akan lebih lambat 1 hari
SOC = 1 (0,5) x Rp 26.600 = Rp 13.300
Jadi total SOC = Rp 10.640 + Rp 13.300 = Rp 23.940
Dari dua perhitungan antara ECC dan SOC maka dapat dibuat sebuah tabel
agar mempermudah manajemen dalam memilih lead time yang biaya
Tabel 2.4
Total Biaya dalam Satu Periode
ECC SCC Lead Time Setiap Pesanan Rp Selama Satu Periode (6 x pesanan) Setiap Pesanan Rp Selama Satu Periode (6 x pesan)
Rp
Total Biaya dalam Satu Periode
4 hari 0 - 23.940 143.640 143.640
5 hari 2.000 12.000 5.320 31.920 43.920
6 hari 7.400 44.400 0 - 44.000
Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa waktu tunggu yang paling optimal
adalah 5 hari, dimana resiko perusahaan pada waktu tunggu 5 hari tersebut adalah
paling kecil. Dengan demikian apabila persediaan perusahaan tinggal 5 hari
produksi, maka diadakan pemesanan kembali persediaan tersebut.
Ad. 3. Safety Stock (SS)
Safety stock atau persediaan pengaman adalah sistem pengelolaan
persediaan yang menjamin ketersediaan persediaan untuk menunjang proses
produksi selama masa tunggu bahan baku yang dipesan datang. Persediaan
pengaman merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Ada beberapa
faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu:
a) Penggunaan bahan baku rata-rata
b) Faktor waktu (lead time)
Dengan ditentukannya EOQ sebenarnya masih ada kemungkinan adanya
kekurangan bahan (stock out). Penyebab kekurangan bahan tersebut dapat
ditimbulkan oleh beberapa hal:
a) Penggunaan persediaan lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Hal ini
mengakibatkan persediaan akan habis sebelum pembelian/pemesanan yang
berikutnya datang.
b) Pesanan/pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat waktu.
Besarnya safety stock dapat ditentukan dengan oleh beberapa hal.
Beberapa hal tersebut antara lain:
a) Jumlah persediaan yang dibeli setiap kali memesan persediaan
Apabila jumlah yang dipesan setiap kali memesan persediaan dalam jumlah
relatif besar dan frekuensi pemesanan tinggi, maka safety stock yang
ditetapkan juga dalam jumlah relatif besar dan sebaliknya.
b) Ketetapan perkiraan standar penggunaan persediaan terhadap produk
Apabila dalam penetapan standar penggunaan persediaan (standard usage
rate) adalah tepat untuk selama periode maka safety stock relatif kecil dan
sebaliknya.
c) Perbandingan SOC dan ECC
Apabila SOC > ECC maka safety stock relatif besar.
Dan bila SOC < ECC maka safety stock relatif kecil
Dari sistem informasi akuntansi manajemen pengelolaan persediaan yang
dijelaskan sebelumnya, maka dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam
sistem informasi akuntansi manajemen dapat diketahui biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk setiap keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen.
E. Kerangka Konseptual
Dari tinjauan pustaka yang telah ada, maka dapat dibuat kerangka
konseptual dari penelitian sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku
SS ROP EOQ
Informasi Persediaan
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
[image:50.595.158.470.279.618.2]PT. Mutiara Mukti Farma Medan (PT. MUTIFA)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Keputusan Pengelolaan Persediaan
Manajemen
Dari kerangka konseptual diatas PT. Mutiara Mukti Farma Medan
menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen untuk mengolah data
persediaan bahan baku yang berfungsi memberikan informasi persediaan yang
pengelolaan persediaan. Sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan
untuk mengolah data persediaan adalah EOQ, ROP, dan SS agar memberikan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan studi deskriptif. Dalam jenis penelitian ini data yang
berkaitan dengan masalah dalam penelitian berasal dari buku-buku, modul
perusahaan serta sumber lainnya yang mendukung penulisan skripsi ini. Dalam
penelitian terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, dan menginterprestasikan
kondisi sekarang kemudian melakukan evaluasi.
B. Jenis Dan Sumber Data 1. Data Primer
Data primer berupa data yang diperoleh penulis secara langsung
menyangkut objek penelitian dari pihak perusahaan yang berupa data
umum yang akan diolah sendiri oleh penulis. Misalnya adalah data
anggaran persediaan, data pemakaian persediaan, prosedur pengambilan
keputusan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan skripsi.
2. Data Sekunder.
Data sekunder berupa data yang diperoleh dari pihak perusahaan dalam
bentuk data baku yang tidak diolah. Misalnya sejarah singkat perusahaan,
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung
kepada pihak-pihak perusahaan yang berkepentingan untuk memberikan
keterangan yang berkaitan dengan penelitian. Misalnya manajer produksi,
dan manajer pembelian.
2. Teknik dokumentasi, yaitu melakukan penelitian terhadap
dokumen-dokumen dan laporan-laporan perusahaan yang berkaitan dengan
penelitian. Misalnya laporan anggaran produksi dan laporan pemakaian
persediaan bahan baku dan penolong dalam memproduksi obat.
3. Teknik studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan mempelajari teori-teori
yang bersumber dari literatur yang berhubungan dengan penelitian yang
berasal dari buku-buku, dan tulisan ilmiah. Misalnya teori pengelolaan
persediaan yaitu EOQ, ROP, SS.
D. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan
data, disusun, diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan
yang lengkap bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi. Analisis ini
digunakan untuk melihat lebih lanjut peran sistem informasi akuntansi manajemen
dalam pengambilan keputusan persediaan.
E. Responden
Yang menjadi responden dalam penulisan skripsi ini adalah orang-orang
Dalam hal ini yang menjadi responden adalah Manajer Produksi, Manajer
Keuangan, dan Kepala Unit Gudang Bahan Baku.
[image:54.595.117.501.219.559.2]F. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian dan Penulisan Skripsi Bulan
Jadwal Kegiatan
6/08 7/08 8/08 9/08 10/08 11/08 12/08 1/09 2/09
Pengajuan Proposal
Penyerahan
proposal kepada
dosen pembimbing
Bimbingan dan
perbaikan proposal
Seminar proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Bimbingan skripsi
Penyelesaian skripsi
G. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Mutiara Mukti Farma Medan yang beralamat Jl.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum PT. Mutiara Mukti Farma Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Mutiara Mukti Farma didirikan dilahan seluas ± 3.983 m2 di Jl. Brigjen
Katamso No. 200 Medan pada tahun 1980 dengan izin dari Menteri Kesehatan
No. 0098/A/SK/PAB/I/81 yang isinya memutuskan memberikan izin untuk
mendirikan pabrik farmasi dengan nama “MUTIARA INDUSTRI FARMASI”
serta surat izin produksi dari Departemen RI c/q Direktorat Jenderal Pengawasan
obat dan Makanan No. 213/AA/III/81, maka PT Mutiara Mukti Farma dapat
memproduksi obat-obatan hingga sekarang ini.
Untuk memperkuat kedudukannya PT. Mutiara Mukti Farma maka
perusahaan ini didaftarkan pada Pengadilan Negeri Medan dengan No.
85/PT/1980 tertanggal 18 Juni 1980 dan atas keputusan menteri kehakiman RI
No. Y.A/289/1980 tanggal 3 Juni 1980 dan dicantumkan pada Tambahan Berita
Negara RI No. 24 tanggal 24 Maret 1981, dengan merk: PT. Mutiara Mukti Farma
(PT. MUTIFA) Industri Farmasi.
Pada tahun 1991 dibeli sebidang tanah seluas 8.600 m2 di Namurambe
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 1992 dibangun pabrik
baru sebagai pemindahan lokasi pabrik lama sesuai dengan keputusan pemerintah
Maka pada tanggal 24 Juli 1994 lokasi industri PT. Mutiara Mukti Farma pindah
ke alamat Jl. Raya Namurambe No. 68 KM 8,5. Kemudian diadakan perubahan
izin Farmasi yang menggunakan CPOB (cara produksi obat yang baik) dengan
No. POM.01.01.2.01796 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI tanggal 22 Juli 1994.
PT. Mutiara Mukti Farma memproduksi 75 jenis obat baik dalam bentuk
tablet, kapsul, sirup, injeksi, powder, dan salap. Persediaan bahan baku berasal
dari German, China, Jepang, Malaysia, dan Surabaya.
b. Stuktur Organisasi
Pihak-pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam
suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan hasil dari proses
pengorganisasian. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar tertentu
yang menunjukan hubungan satuan-satuan organisasi dan individu-individu yang
berada di dalam suatu organisasi. Melalui struktur organisasi maka tugas,
wewenang, dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas dan
tegas. Sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja
bersama-sama secara harmonis.
Struktur organisasi yang digunakan PT. Mutiara Mukti Farma adalah
struktur organisasi garis dan staff dimana wewenang dari puncak pimpinan
dilimpahkan kepada satuan-satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu.
Berikut ini uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian pada
1) Dewan Komisaris
Adapun fungsi Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:
a) Mengadakan rapat Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk
mengangkat dan memberhentikan Direktur Utama.
b) Mengadakan Evaluasi terhadap tugas, tanggung jawab dan wewenang
Direktur Utama
c) Mengadakan Rapat Pemegang Saham untuk mengevaluasi neraca, rugi
laba, dan laporan keuangan setiap tahun.
2) Direktur Utama
Adapun tugas dan fungsi Direktur Utama adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pelaksana harian dan pelaksana garis manajemen perusahaan
b) Menentukan manajemen perusahaan yang akan dilakukan perusahaan
c) Memberikan perintah kepada Direktur dan bawahannya
d) Mengadakan pembahasan perubahan struktur organisasi perusahaan
e) Mengadakan kontrak-kontrak dengan pihak lain
f) Mengadakan persetujuan ataupun penolakan terhadap kebijakan bawahan.
g) Mengevaluasi jalannya perusahaan dan lintas keuangan.
3) Direktur
Adapun tugas dan fungsi Direktur adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pelaksana garis yang ditentukan Direktur Utama dan
menyampaikan kepada bawahannya.
b) Melaksanakan garis-garis atau manajemen sepanjang wewenang
4) Manajer Umum
a) Mengadakan ketentuan-ketentuan atau penggarisan tentang pelaksanaan
atau garis akuntansi secara menyeluruh.
b) Melaksanakan garis-garis yang ditentukan untuk bagian pegawai,
mencakup penerimaan, penetapan pegawai, mutasi, pendidikan, dan
pemberhentian pegawai.
c) Melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan instansi
pemerintahan atau badan-badan yang bersangkutan dengan Akuntansi dan
Personalia Umum.
d) Membuat laporan neraca, rugi laba, dan laporan keuangan minimal sekali
setahun yang akan disampaikan kepada Dewan Direksi dan Dewan
Komisaris pada rapat tahunan.
e) Membuat laporan kegiatan atau akivitas perusahaan minimal sekali
setahun kepada Direktur Utama.
f) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan
Manajer umum membawahi tiga bagian yaitu personalia, akuntansi,
pengawasan yang bertugas membantu tugas dari manajer umum.
5) Manajer Quality Control (pengawasan Mutu)
a) Membawahi laboratorium untuk menentukan kadar dari suatu bahan dan
kualitasnya.
b) Menentukan kualitas dari suatu jenis obat dan mengadakan pengujian di
c) Memeriksa hasil jadi obat dan kemanapun obat setelah beberapa bulan
kemudian.
d) Bertanggung jawab kepada Direktur.
Manajer quality control membawahi supervisor yang bertugas membantu
fungsi dari manajer quality control.
6) Manajer Research and Development
a) Meneliti jenis bahan baku dan formula yang diproduksi
b) Meneliti apakah obat yang diproduksi sesuai dengan rencana produksi
c) Meneliti dan mengembangkan jenis obat baru yang akan diproduksi
d) Bertanggung jawab kepada direktur..
Manajer research and development dibantu oleh staf research and
development untuk menjalankan tugasnya.
7) Manajer Produksi
a) Membuat perencanaan produksi, jumlah produksi, masa produksi,
kapasitas terpakai suatu mesin dan kapasitas terpakai tenaga kerja.
b) Melaksanakan pengawasan persediaan bahan baku, pengemasan dan
pengawasan terhadap hasil produksi.
c) Bertanggung jawab kepada direktur.
Manajer produksi dibantu oleh wakil manajer produksi dalam menjalankan
tugasnya.
8) Manajer Keuangan
a) Menyusun laporan keuangan setiap akhir bulan
c) Melaksanakan administrasi keuangan dan mengontrol tagihan dan
pembayaran utang perusahaan
d) Membuat catatan mengenai kas dan bank
e) Melaksanakan pembayaran kewajiban rutin perusahaan atas persetujuan
direksi
f) Bertanggung jawab terhadap direktur.
Manajer keuangan dibantu oleh kasir untuk melaksanakan tugasnya.
9) Manajer Penjualan
a) Menerima pesanan dari langganan-langganan dan konsumen
b) Menentukan perluasan pasar
c) Menjual barang yang diproduksi sesuai garis-garis yang telah ditentukan
d) Mengadakan komunikasi langsung dengan bagian produksi,misalnya
membuat pembukuan tentang penjualan
e) Mengadakan komunikasi langsung dengan bagian produksi, misalnya
membuat pembukuan tentang penjualan.
f) Melakukan promosi dan memasarkan obat-obatan keluaran PT. Mutiara
Mukti Farma
g) Melakukan analisa