• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Handoyo, Mustika K S, Jatiningsih, Wasis, & Soeryanto, 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Handoyo, Mustika K S, Jatiningsih, Wasis, & Soeryanto, 2011)."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sikap peduli lingkungan merupakan kesediaan yang muncul dari dorongan internal untuk menyatakan aksi peduli terhadap lingkungan, sehingga dapat meningkatkan atau memelihara kualitas lingkungan hidup. Menurut Azwar (2002), sikap berhubungan dengan perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) terhadap aspek lingkungan sekitar. Kepedulian terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup perlu ditanamkan pada generasi yang

mewarisi dan meneruskan pengelolaan lingkungan hidup dimasa mendatang (Aini,et

al, 2014).(Aini, Rachmadiarti, & Prastiwi, 2014)

Sikap dan perilaku manusia sebagai pengelola lingkungan dapat menentukan kondisi lingkungan. Soemarwoto (2001) menyatakan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan bersifat sirkuler, bermakna bahwa tindakan terhadap lingkungan dapat berdampak pada kehidupan manusia. Merujuk pada pentingnya upaya penguatan sikap peduli lingkungan, sikap peduli lingkungan menjadi penting untuk dihabituasi pada generasi supaya dapat memiliki sikap arif dalam mengelola lingkungan hidup.

Sikap peduli lingkungan berpengaruh terhadap perilaku ramah lingkungan.

Theory of Planned Behaviour (Ajzen, 2001) menjelaskan bahwa perilaku ramah

lingkungan muncul karena kesiapan untuk berperilaku/ behavioral intention.

Kesiapan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah attitude atau

sikap, yang secara khusus disebut sebagai environmental attitude. Sikap peduli

lingkungan dapat muncul stelah beberapa tahapan dipenuhi yaitu, pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habbit) (Holil et al, 2011). (Holil, Handoy o, Mu sti ka K S, Jat ining sih, Was is, & Soery anto, 2011) .

Permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi dewasa ini merupakan konsekuensi rendahnya sikap peduli lingkungan. Berbagai upaya dilakukan untuk menekan kemungkinan berkembangnya permasalahan lingkungan yang terjadi, salah

(2)

satunya melalui pendidikan (Rahmawati & Suwanda, 2015). Merujuk pada pernyataan tersebut pendidikan perlu diarahkan kepada pembentukan sikap dan prilaku peduli lingkungan. Pendidikan memiliki karakteristik sebagai proses perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan logika, estetika, etika dan karya (Gage & Berliner, 1983).

Komitmen perbaikan lingkungan melalui pendidikan telah termaktub dalam agenda 21. Agenda 21 merupakan program aksi dunia untuk program pengembangan berkelanjutan pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi tahun 1992 telah menghasilkan beberapa rumusan (Kuswartojo, 2002). Salah satu rumusannya menyebutkan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam pencapaian visi bersama mewujudkan pengembangan berkelanjutan. Langkah nyata dari Agenda 21 ini terumuskan dalam

Education forSustainable Development / EfSD. EfSD merupakan konsep pendidikan

dengan tujuan utama memberikan dukungan terhadap upaya pengembangan

berkelanjutan melalui pendidikan (Sancayaningsih, 2012).Hasil yang diharapkan dari

EfSD adalah masyarakat berpengetahuan, kreatif dalam pemecahan masalah,

memiliki pengetahuan dan kepekaan sosial, serta memiliki komitmen dan tanggung

jawab (Santa, 2012). Makna komitmen dan tanggung jawab dalam EfSD adalah

pembentukan environmental ethics and attitude yang terimplementasi dalam perilaku

individual terhadap lingkungan dan gaya hidup (Galus, 2010).

Sikap peduli lingkungan berada pada ranah afektif hasil belajar dan dapat diinduksi melalui pembelajaran yang didesain untuk memberikan pengalaman belajar spesifik (Gage & Berliner, 1983). Desain pembelajaran spesifik merupakan salah satu

cara untuk meningkatkan efektivitas sikap peduli lingkungan dalam kerangka EfSD.

Desain pembelajaran spesifik bidang studi untuk memunculkan sikap peduli lingkungan dalam pembelajaran menjadi penting untuk diterapkan di kelas pada materi yang berkaitan dengan lingkungan.

Pembelajaran spesifik bidang studi/ Subject Specific Pedagogy (SSP)

merupakan pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan materi spesifik bidang studi yang dikembangkan dengan tujuan spesifik, melalui pendekatan, strategi,

(3)

model atau teknik yang mendukung (Ogawa, 1995). Pengembangan pembelajaran spesifik bidang studi dengan materi lingkungan, menjadi salah satu langkah pencapaian hasil belajar pada ranah afektif berupa sikap peduli lingkungan. Materi yang memuat pembelajaran lingkungan hidup terdapat pada kompetensi dasar/ KD perubahan lingkungan pada mata pelajaran Biologi di kelas X SMA. Perangkat yang bisa dikembangkan dalam SSP meliputi silabus, RPP, modul, LKS, dan instrumen evaluasinya. Pengembangan perangkat tersebut mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan dan dianalisis ada kaitannya dengan konsep sikap peduli lingkungan dalam materi perubahan lingkungan kelas X SMA.

Berdasarkan The Theory of Planned Behavior (Ajzen, 2001), perilaku ramah

lingkungan dipengaruhi oleh sikap peduli lingkungan yang baik. Sikap peduli lingkungan pada siswa dapat diukur menggunakan penilaian yang dapat menunjukkan persepsi siswa tentang dimensi-dimensi pelestarian lingkungan. Sikap

peduli siswa terhadap lingkungan sebagai tujuan dari EfSD dapat diukur dengan

menggunakan instrumen NEP dari Dunlap (2000). Skala NEP terbukti konsisten

sebagai alat ukur, setelah berulang kali dicobakan dalam penelitian diberbagai negara

untuk pengukuran sikap dan perilaku pro-lingkungan atau anti-lingkungan. NEP yang

sudah direvisi memaksimalkan content validity, sebagai satu ukuran (Dunlap et al,

2000).. Skala NEP dirancang untuk mengidentifikasi lima komponen dari ekologi

(Kopnina, 2011). Komponen ekologi antara lain limits to growth, anti

anthropocentrism, balance of nature, anti-exemptionalism, dan eco-crisis. Berdasarkan lima komponen ekologi tersebut, dijabarkan menjadi 15 pernyataan yang

berskala likert. Semakin tinggi skor, semakin tinggi pula kepedulian terhadap

lingkungan. (2000)

Terkait dengan EfSD sebagai proyeksi nasional, sikap peduli lingkungan perlu

diintegrasikan dalam pendidikan di sekolah. SMA Negeri 2 Karanganyar merupakan sekolah yang dipilih dalam penelitian. SMA Negeri 2 Karanganyar sebagai salah satu sekolah di Kabupaten Karanganyar yang diharapkan dapat mengimplementasikan

(4)

mata pelajaran Biologi pada materi Perubahan Lingkungan, untuk menyiapkan siswa bersikap peduli terhadap lingkungan. Data tentang sikap peduli lingkungan, perlu diketahui dalam mengukur seberapa besar kepedulian siswa terhadap lingkungan.

Skala NEP yang digunakan untuk mengukur kepedulian siswa kelas X IPA SMA

Negeri 2 Karanganyar terhadap lingkungan menunjukkan skor rata-rata 47,92 dengan 82,85% siswa berada dalam kategori cukup peduli dan 17,14 % siswa dalam kategori

tidak peduli. Skor untuk setiap dimensi NEP dihitung dengan skala likert

menunjukkan bahwa pada dimensi limits to growth skor rata-rata siswa sebesar

10,05; dimensi anti anthropocentrism sebesar 9,94; dimensi balance of nature

sebesar 9,95; dimensi anti-exemptionalism sebesar 7,92 dan dimensi eco-crisis

sebesar 10,04.

Menurut Waikato (2013), skor dari skala NEP <60 menunjukkan sikap peduli

lingkungan yang masih kurang baik. Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan belum adanya sikap peduli lingkungan yang baik, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mempersiapkan siswa agar lebih peduli terhadap lingkungan dengan

mengembangkan SSP pada mata pelajaran Biologi, materi perubahan lingkungan,

disertai dengan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dan diintegrasikan dalam langkah-langkah RPP. Menurut Sanjaya (2007) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam proses pembelajaran dapat menggunakan beberapa model pembelajaran,

yaitu Problem Based Learning (PBL), Contextual Teaching Learning (CTL), dan

Inquiry. Model-model pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran aktif-inovatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah, menggali informasi, mencari solusi dan alternatif, menarik kesimpulan, serta menerapakan di kehidupan mendatang (Sujarwo, 2011). Siswa dihadapkan kepada isu lingkungan yang ada dan siswa diberi kesempatan untuk membangun ketrampilan, menyumbangkan ide atau gagasan yang nyata terhadap isu tersebut, melalui proses pembelajaran.

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik dan ciri masing-masing

(5)

yaitu isi dan tujuan pembelajaran, karakter pendidik, karakteristik siswa, dan lingkungan pembelajaran. Meskipun demikian, secara spesifik tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk segala situasi, sehingga perlu adanya variasi

penggunaan model pembelajran (Sujarwo, 2011),yaitu dengan mengembangkan SSP.

Pengembangan SSP pada materi perubahan lingkungan menggunakan model

pembelajaran Problem based learning (PBL). PBL merupakan salah satu model yang

sering digunakan dalam pembelajaran sains termasuk Biologi. Pembelajaran berbasis masalah ini merupakan model pembelajaran inovatif yang memberikan kondisi aktif kepada siswa, sehingga sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran dengan

karakteristik siswa yang relative pasif selama pembelajaran. PBL adalah model

pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar untuk mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah, materi, konten, dan pengendalian diri (Ibrahim,

2000). Penerapan PBL dalam pembelajaran biologi memiliki kelebihan terutama

terkait dengan melatihkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya (Arends, 2008).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :

1. Bagaimana karakteristik Subject Specific Pedagogy (SSP) yang dikembangkan

pada materi perubahan lingkungan di kelas X IPA SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016?

2. Bagaimana kelayakan Subject Specific Pedagogy (SSP) yang dikembangkan

pada materi perubahan lingkungan di kelas X IPA SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016?

3. Bagaimana efektivitas Subject Specific Pedagogy (SSP) yang dikembangkan

pada materi perubahan lingkungan di kelas X IPA SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016?

(6)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui karakteristik SSP berbasis PBL..

2. Mengetahui kelayakan produk SSP berbasis PBL.

3. Mengetahui efektivitas produk SSP berbasis PBL untuk menguatkan sikap

peduli lingkungan siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Karanganyar.

D. Spesifikasi Produk

Subject Specific Pedagogy (SSP) merupakan perangkat pembelajaran yang di

dalamnya memuat RPP, modul, LKS dan instrumen evaluasi/penilaian. Karakteristik

SSP dalam penyajiannya dikhususkan untuk menguatkan sikap peduli lingkungan.

SSP yang dikembangkan memuat tahap model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL), yang terdiri dari lima fase diantaranya meeting the problem, problem analysis and learning issue, discovery and reporting, solution presentation and reflection dan overview, integration and evaluation. Model pembelajaran PBL yang

dipilih sebagai basis dari pengembangan SSP menyajikan berbagai masalah tentang

lingkungan khususnya dalam materi perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah pada kelas X IPA semester genap. RPP dibuat dan dikembangkan pada materi

perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah dengan basis PBL, sehingga

skenario pembelajaran memuat langkah-langkah PBL sebagai rekomendasi bagi guru

dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Modul dibuat dan

dikembangkan untuk siswa dan guru dengan urutan langkah pembelajaran PBL, pada

fase pertama disajikan berbagai artikel tentang permasalahan lingkungan, fase kedua disajikan lembar analisis masalah, fase ketiga disajikan uraian materi, fase keempat disajikan lembar perumusan solusi dan fase kelima disajikan lembar kesimpulan serta

penemuan konsep. LKS dibuat dan dikembangkan sesuai langkah PBL yang terdiri

(7)

evaluasi/penilaian berupa soal pretest dan posttest yang dibuat dan dikembangkan sesuai dengan indikator pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Siswa

1) Mempermudah siswa memahami materi perubahan lingkungan.

2) Menambah motivasi siswa untuk bersikap peduli terhadap

lingkungan.

3) Memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif dalam menyelesaikan

permasalahan lingkungan.

b. Guru

1) Menjadi perangkat bantu dalam pembelajaran berbasis masalah

lingkungan

2) Menunjukkan suatu pembelajaran yang efektif dan efisien.

c. Sekolah

1) Sebagai tambahan media pembelajaran yang mendukung proses

belajar siswa pada materi perubahan lingkungan.

2) Memberi pengetahuan baru bagi sekolah dalam upaya

mengoptimalkan proses belajar mengajar

d. Masyarakat

Sebagai pedoman meningkatkan kesadaran dalam sikap peduli lingkungan.

2. Manfaat Teoritis

a. Mendorong minat mahasiswa untuk melanjutkan penelitian tentang

pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran.

(8)

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Beberapa hal yang dapat dijadikan asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Sikap peduli lingkungan akan berpengaruh terhadap perilaku ramah lingkungan.

2. Instrumen NEP mampu mengukur sikap peduli lingkungan siswa.

3. Produk SSP pada mata pelajaran Biologi materi Perubahan Lingkungan Kelas X

IPA mampu mempersiapkan siswa bersikap peduli lingkungan.

Keterbatasan/ruang lingkup pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan SSP kelas X IPA pada mata pelajaran Biologi materi perubahan

lingkungan di SMA Negeri 2 Karanganyar.

2. Penelitian pengembangan dibatasi sampai tahap develop (pengembangan)

berdasarkan model pengembangan 4D oleh Thiagarajan.

3. SSP yang dikembangkan melibuti RPP, modul, LKS dan instrumen evaluasi.

4. Sikap peduli lingkungan diukur menggunakan skala NEP yang berjumlah 15 butir

Referensi

Dokumen terkait

Undang Nomor 12 Tahun 2005 pada tanggal 28 Oktober 2005, telah melahirkan kewajiban konstitusional Negara Indonesia untuk menjunjung tinggi kewajiban internasionalnya

Penelitian oleh Sohail 10 pada tahun 2010 juga menyimpulkan hal yang sama bahwa terdapat hubungan antara stres dengan prestasi belajar Mahasiswa Fakultas

Hasil penelitian diperoleh persepsi orang tua terhadap game online sebagai media edukasi untuk kepatuhan pengobatan anak di Sekolah Dasar negeri dan swasta Kota Purwokerto

Kemampuan mahasiswa dalam menganalisis video pembelajaran pada matakuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar melalui penggunaan strategi pembelajan webinar dengan

Faktor pengetahuan Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit sendi sebanyak 71 orang mengatakan ya (78%), faktor pekerjaan/aktivitas nyeri saat beraktivitas berat sebanyak 68

Promosi adalah suatu kegiatan bidang marketing yang merupakan komunikasi yang dilaksanakan perusahaan kepada pembeli atau konsumen yang memuat pemberitaan, membujuk, dan

Variabel yang berpengaruh dominan terhadap produksi karet di Kecamatan Bongan Kabupaten Kutai Barat adalah variabel modal (X 1 ) karena dibuktikan dengan nilai t hitung

constructive engagement ini sudah terlihat dari proses demokratisasi Myanmar yang justru mulai berjalan dan terus berkembang setelah masuk ke dalam keanggotaan