• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memenuhi permintaan dari konsumen wanita (Chattopadhyay, 2005). Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memenuhi permintaan dari konsumen wanita (Chattopadhyay, 2005). Oleh"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAH ULUAN

A. Latar Belakang M asalah

Lipstik m erupakan salah satu jenis kosm etik dekora tif yang digunakan sebagai pewarna bibir dim ana sanga t dim ina ti ole h m asyarakat terutam a kalangan wanita. Fakta nya, lipstik saat ini telah tersedia sekitar ratusan jenis warna hanya untuk m em enuhi perm intaan dari konsum en wanita (Chattopadhyay, 2005). Oleh karena itu, warna dari lipstik dapa t m eningkatkan nila i este tika suatu sediaan dan m enarik konsum en. Nam un, biasanya pe warna yang digunakan ialah pe warna sintetis dim ana banyak diantaranya bersifat irritant da n dapat m enim bulkan reaksi alergi.

Untuk m encegah terjadinya hal yang m em bahayakan m asyarakat pengguna lipstik, terdapat banyak tanam an yang berpotensi sebagai zat warna alam i. Tanam an yang berpotensi sebaga i zat warna salah satunya ialah bunga kem bang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). Berdasarkan penelitia n sebelum nya, bunga kem bang sepatu berpotensi sebagai zat warna alam i dim ana m em iliki kandungan senyawa antosian.

Hal yang m enjadi daya tarik konsum en pengguna lipstik tidak hanya dari segi warna teta pi juga dari se gi fisiknya. Konsistensi dan bentuk fisik lipstik dipengaruhi ole h basis yang diguna kan. Perbandingan kom posisi basis berperan penting da lam m enghasilka n lipstik yang berkualitas. Kualitas dari lipstik dapat

(2)

dilihat dari stabilitas fisiknya. Stabilitas fisik suatu sediaan lipstik selam a proses produksi hingga sam pai ke tangan konsum en sanga t ditentukan oleh konsiste nsi dari lipstik itu sendiri.

Dalam penelitia n ini bertujuan untuk m engetahui sifat fisik, stabilitas fisik, dan keam anan form ula optim um dengan kom bina si basis carnauba wax dan beeswax dalam sediaan lipstik m enggunaka n ekstrak etanolik m ahkota bunga kem bang sepa tu (H. rosa-sinensis) sebagai pewarna. Digunakan kedua ba sis tersebut dikarenakan m enurut Pram itasari (2011), dapat m enghasilkan sediaan lipstik yang lem but. Untuk m endapatkan form ula yang paling baik dapat dilakukan dengan m enggunakan m etode Simplex Lattice Design untuk m enghindari trial and error. Form ula optim um lipstik kem udian perlu diam ati bagaim ana stabilita s fisiknya selam a penyim panan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian m engenai stabilitas fisik form ula optim um dari lipstik ekstrak etanolik m ahkota bunga kem bang se patu ( H. rosa-sinensis).

B. Perumusan M asalah

1. Berapakah perbandingan kom posisi carnauba wax dan beeswax dalam sediaan lipstik ekstrak etanolik m ahkota bunga kem ba ng sepa tu (H. rosa-sinensis) m enghasilkan form ula yang m em berikan sifat fisik pa ling baik? 2. Apakah form ula optim um sediaan lipstik ekstrak etanolik m ahkota bunga

kem bang sepatu (H. rosa-sinensis) dengan m enggunakan basis kom binasi carnauba wax dan beeswax stabil secara fisik?

(3)

3. Apakah lipstik dengan pewarna dari ekstrak etanolik m ahkota bunga kem bang sepatu (H. rosa-sinensis) am an untuk digunaka n?

C. Tujuan Penelitian

1. M engetahui perbandingan kom posisi carnauba wax da n beeswax dalam sediaan lipstik ekstrak etanolik m ahkota bunga kem ba ng sepa tu (H. rosa-sinensis) ya ng m enghasilkan form ula paling optim um .

2. M engetahui sta bilitas fisik form ula optim um sediaan lipstik ekstrak etanolik m ahkota bunga kem bang sepa tu (H. rosa-sinensis) m enggunakan ba sis kom binasi carnauba wax dan beeswax.

3. M engetahui apa kah ekstrak etanolik m ahkota bunga kem bang sepatu (H. rosa-sinensis) am an digunaka n sebagai pewarna dalam sediaan lipstik .

D. Tinjauan Pustaka

1. Bunga K embang Sepatu (H ibiscus rosa-sinensis L.) a. Klasifikasi Tum buhan

Divisi : Sperm atophyta Sub-divisi : Angiosperm ae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : M alvales Suku : M alvaceae M arga : Hibiscus

(4)

Jenis : Hibiscus rosa-sinensis L.

(Hutapea, 2000)

Gam bar 1. Bunga kem bang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

b. M orfologi

M erupakan tanam an perdu dengan tinggi 1 -4 m . M em iliki daun bertangka i, bulat telur, m eruncing, kebanyaka n tidak berlekuk, bergerigi kasar, dengan ujung runcing dan pangkal bertulang daun m enjari. Daun pe num pu berbentuk garis. Tangkai bunga beruas. Bunga berdiri sendiri, tidak atau sedikit m enggantung. Kelopak berbentuk tabung. Da un m ahkota bulat te lur terba lik dengan panjang sekitar 5,5-8,5 cm , m erah dengan noda tua pada pangkalnya, berwarna daging, oranye, atau kuning. Panjang ta bung benang sari kurang le bih sam a seperti m ahkotanya (Steenis, 2008).

c. Kandungan Kim ia

Bunga dari kem bang sepatu (H. rosa-sinensis) m engandung sianidin diglukosida, flavonoid dan vitam in seperti thiam in, riboflavin , niasin, dan asam

(5)

askorbat. Pada penelitian sebe lum nya, antosia n yang terkandung pada bunga kem bang sepatu berwarna m erah adalah sianidin-3-sophorosida (Nakam ura et al., 1990). Sedangkan, pada bunga kem bang sepatu berwarna kuning terdapat sianidin-3,5-diglukosida da n sianidin-3-sophorosida-5-glukosida (Kum ar & Singh, 2012).

2. Antosian in

Antosianin m erupakan pigm en yang pa ling tersebar lua s dalam tum buhan. Pigm en tersebut m em berikan warna oranye, m erah, ungu dan biru pada bunga dan tanam an lainnya. Antosianin banyak ditem ukan di alam sebagai glikosida dari polihidroksi dan polim etoksi turunan garam flavilium (W elch et al., 2009).

Gam bar 2. Struktur dasar antosia n (Delgado -Vargas & Paredes-Lopez, 2003)

Stabilitas a ntosianin dipengaruhi oleh pH, suhu penyim panan, cahaya, enzim , oksigenasi, perbe daan struktur dalam antosian, da n konsentra si da ri antosian. Pada pH rendah ata u asam , antosianin berwarna m erah dan jika berada pada lingkungan de ngan pH tinggi m aka berubah m en jadi warna violet kem udian biru (Bernad et al., 2012).

(6)

W arna dari antosian dipengaruhi oleh jum lah dari gugus hidroksil dan m etoksil. Sem akin banyak gugus hidroksil, m aka sem akin biru warna yang dihasilka n. Sebaliknya, sem akin m erah jika gugus m etoksil sem akin banyak (Delgado-Varga s & Paredes-Lopez, 2003). Pada pH sangat asam , kation flavilium berwarna m erah m endom inasi (Rein, 2005). Peningkatan pH m enyebabkan terbentuknya struktur quinonoidal dim ana akan terja di perubahan warna m enjadi biru. Dapat disim pulkan bahwa ka tion flavilium m uncul pada pH rendah dan pa da pH lebih tinggi da pat ditem ukan cam puran dari struktur quinonoida l. Oleh karena itu, antosianin berwarna m erah pada pH a sam , ungu pada pH ne tral, dan biru pa da pH basa (Delgado-Varga s & Paredes-Lopez, 2003).

Gam bar 3. Reaksi perubahan warna antosian (De lgado -Vargas & Paredes-Lopez, 2003)

Stabilitas dari antosianin juga dipengaruhi oleh tem peratur. Kecepatan degradasi dari antosian aka n m eningkat seiring dengan m eningkatnya tem peratur. Hal ini m enyebabka n penuruna n intensitas warna dari antosia nin. Bentuk dari kalkon adalah langkah awal dari adanya degradasi antosianin yang dipengaruhi

(7)

oleh suhu dim ana pada a khirnya akan berubah m enja di warna coklat, terutam a jika terdapa t oksigen (Rein, 2005).

3. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pem isaha n antara suatu kom ponen m enggunakan suatu pelarut sesuai denga n prosedur ekstraksi (Handa et al., 2008). Berbagai m acam pelarut telah digunakan untuk ekstraksi fitokonstituen yang berbeda. Bagian tanam an dikeringkan terlebih dahulu agar da pat m em perpanjang m asa penyim pa nan (Doughari, 2012).

Adapun dua m acam m etode ekstraksi, yaitu: a. M aserasi

Pada m etode maserasi, biasanya bahan dihaluskan kem udian direndam dalam pelarut hingga m eresap dan m elunakkan susuna n s el, sehingga zat-zat yang m udah larut akan m elarut. Ekstrak kem udian dipisahka n dari am pasnya. M aserasi biasanya dila kukan pada tem peratur 15oC-20oC dalam waktu se lam a 3 hari hingga bahan yang diinginkan benar-benar m elarut.

b. Perkolasi

Perkolasi ialah proses dim ana bahan yang sudah halus diekstra ksi dalam pelarut ya ng cocok dengan cara dilewatkan secara perlahan di da lam suatu kolom . Aliran pelarut dalam kolom um um nya dari atas ke bawah. Dalam percolator yang khusus dan lebih canggih, ada penam bahan tekanan pada kolom dim ana didesak oleh tekana n udara yang ditiupka n m elalui lubang m asuk kem udian dikeluarkan m elalui lubang ke luar (Ansel, 1989).

(8)

4. Lipstik

Lipstik m erupakan kosm etik yang digunakan pada bibir dan um um nya berbentuk stick (EIRI Board of Consultants and Engineers, 2007). Ada banyak faktor yang harus diperhatikan da lam pem buatan lipstik, terutam a agar dapat diterim a dan digunaka n oleh konsum en. Persyaratan tersebut ialah m asalah penam pilan dan konsistensi lipstik itu sendiri, baga im ana sifatnya saat diaplikasikan pada bibir, dan karakteristik film yang ditinggalkan pada bibir. Film tersebut harus m enutupi bibir secara keseluruhan, m enim bulkan efek m engkilap, dan dapat bertahan lam a. Oleh karena itu, film tersebut harus dapat ber -adhesi secara kuat pada bibir (Jellinek, 1970).

Ciri-ciri lipstik yang baik a dalah tidak m engiritasi, m uda h diaplikasikan, tidak m em bua t bibir m enjadi kering, warna dapat bertahan lam a tetapi m udah dihapus, bertahan lam a pada tem peratur kam ar, dan warnanya yang hom ogen (EIRI Board of Consultants and E ngineers, 2007).

a. Kom posisi Lipstik 1) Basis

Basis dalam lipstik m em egang perana n yang sa ngat pe nting. Suatu basis harus dapat m endistribusikan warna secara uniform, dapat dicetak dengan m udah, tidak m udah patah setelah dicetak, dan m uda h diaplikasikan. M asing-m asing dari jenis basis tidak m em iliki karakteristik ya ng ideal, sehingga sanga t dibutuhkan kom bi nasi dari basis-basis tersebut (Lauffer, 1972). Adapun m aterial yang dapat digunakan untuk basis, yaitu:

(9)

a) M inyak

Kom pone n m inyak pada lipstik dipilih untuk dapat m elarutkan pewarna. M inyak yang biasa digunakan adalah castor oil, tetrahidrofufuril alkohol, asam lem ak alkilonam id, alkohol dihidrat, isopropil m iristat, isopropil pa lm ita t, paraffin oil.

b) Lem ak

Fungsi dari lem ak pada sediaan lipstik adalah untuk m em berikan lapisa n pada bibir, m em perhalus bibir, dan m eningka tkan dispersi dari pigm en yang tida k larut. Lem ak yang bia sa digunakan adalah cocoa butter, setil alkohol, dan adeps lanae.

c) Lilin

Konsistensi dari lipstik sa ngat dipengaruhi o leh lilin yang digunakan. L ilin yang bia sanya digunakan pada sediaan lipstik adalah carnauba wax, ozokerit, beeswax, candelilla wax, dan ceresin (Jellinek, 1970).

2) Pewarna

W arna dari lipstik m erupa kan hal pertam a yang dilihat oleh konsum en. Terdapat 2 (dua) cara dalam m ewarnai bibir, ya itu dengan m ewarnai kulit dari bibir dikarenaka n pewarna tersebut berpe netrasi ke dalam lapisa n luar bibir. Cara yang ke dua adalah dengan cara m elapisi bibir tersebut de ngan pewarna.

(10)

Berikut ini adalah proporsi yang biasanya digunakan pada lipstik:

a) Bahan pewarna / staining dyes (brom o acid) : 0.5 -3%

b) Pigm en larut m inyak : 2%

c) Pigm en tidak larut m inyak : 8-10%

d) Titanium dioksida : 1-4%

(Harry et al., 1982) 3) Parfum

M inyak parfum sangat m em pengaruhi m ina t konsum en dalam m em ilih lipstik. Parfum tersebut juga sebaiknya tidak m engiritasi dan m em iliki rasa yang tidak enak. W anginya harus dapat m enghilangkan bau lem ak dari basis yang digunakan. Bahan yang ditem ukan dapa t m engiritasi salah satunya adalah m etil heptin karbona t, ben zilidene-aseton, m inyak bergam ot (Lauffer, 1972).

b. Proses Pem buatan Lipstik 1) Persiapan dan Pencam puran

Proses pencam puran lipstik ada dua m acam cara, pertam a pewarna dicam pur dengan baha n yang sesuai dari form ula lipstik terse but. Cara yang kedua adalah dengan m endispersikan zat warna ke dalam seluruh basis yang digunaka n. Tujuan dari pe ncam puran ini adalah agar didapat warna yang hom oge n.

Zat warna dicam pur terlebih dahulu dengan pelarutnya, m enggunaka n panas jika diperlukan. Setela h hom ogen, sisihkan terle b ih dahulu sam bil m em buat larutan pigm en.

(11)

Saat m enyiapkan larutan pigm en, warna terlebih dahulu dikecilkan partikelnya de ngan zat pem basah, se perti lanolin, kom ponen poliglikol, dan sebagainya.

Proses pem buatan lipstik seba iknya pada suhu se m inim al m ungkin (Harry et al., 1982). Pencam puran dalam kecepatan tinggi harus dihindarkan. Setelah cam puran m eleleh dan tercam pur sem purna, ditam bahkan parfum . Lipstik ya ng te lah dicam pur denga n parfum harus ditutup secara rapat di dalam ruang yang gelap dan suhu yang r endah jika m em ungkinkan (Lauffer, 1972).

2) Moulding

M assa lipstik dilelehka n kem bali jika perlu dan aduk selam a kurang lebih 30 m enit, untuk m enghindari adanya udara di dalam m assa tersebut, sebelum dim asukka n ke dalam cetakan. Cetakan lipstik biasanya terbuat dari alum unium . Setelah dicetak, stik dapat disim pan hingga satu m inggu sebelum da pat ditaruh ke da lam wadah lipstiknya (Harry et al., 1982).

3) Flam ing

Setelah lipstik ditaruh di dalam wadahnya, lapisa n luar dipanasi secara cepat agar penam pilannya lebih baik. Caranya adalah dengan m elewatkan lipstik pada api yang m enyala atau pem anas elektrik. Jika sum ber api ha nya sa tu sisi saja, m aka lipstik perlu diputar sehingga seluruh perm ukaan lipstik terkena api. Setelah itu lipstik dapat dikem as ke dalam kem asan sekunder (Lauffer, 1972).

(12)

c. Bahan-bahan Lipstik yang D igunakan 1) Beeswax

Beeswax atau bisa disebut juga cera alba, m erupakan lilin lebah yang telah diputihkan. Beeswax m engandung 70-75% cam puran ester dan ikatan a lkohol m onohidrat. Bia sanya beeswax digunaka n untuk m eningka tkan konsiste nsi pa da sediaan krim dan sa lep. Dapat juga digunakan untuk m enstabilkan em ulsi air dalam m inyak. Beeswax tersebut m ele leh pada suhu 61-65oC dan tida k larut dalam air (Rowe et al., 2009). Beeswax merupakan konstitue n yang penting dalam sediaan lipstik karena dapat m em buat lipstik tersebut m enjadi keras dan m enstabilkan sistem thixotropic. Terlalu banyak beeswax yang digunakan, dapat m em buat produk m enjadi bergranul dan kusam (Jellinek, 1970).

2) Carnauba wax

Sinonim dari carnauba wax a dalah cera carnauba. Lilin ini telah banyak digunakan dalam kosm etik, m akanan dan sediaan farm asetis. Carnauba wax m em iliki titik leleh ya ng pa ling tinggi diantara lilin lainnya yang biasa digunakan dalam se diaan farm asetis, ya itu sekitar 80-88oC. Dalam kosm etik, carnauba wax diguna kan untuk m eningka tkan kekerasan, m isalnya pada lipstik dan m askara (Rowe et al., 2009). Carnauba wax dapat m eningka tkan titik leleh, m engeraskan lipstik, dan m em berikan efek kilau pada lipstik (Jelline k, 1970).

(13)

3) Setil alkohol

Setil alkohol banyak diguna kan dalam kosm etik dan sediaan farm asetis seperti suppositoria, em ulsi, krim , dan salep. Pada suppositoria, setil alkohol diguna kan untuk m eningka tkan titik leleh dari basis. Pada krim dan salep, digunakan seba gai emollient, dan pengem ulsi. Titik leleh dari se til alkohol adalah sekitar 45 -52oC (Rowe et al., 2009). Setil alkohol m em berikan efek m elem babkan dan dapat m eningka tkan dispersi dari pigm en. Penggunaan dalam jum lah banyak harus dihindarka n karena dapat m engurangi efek berkilau dikarenakan adanya efek pengika tan air (Jellinek, 1970).

4) Adeps lanae

Adeps lanae atau dise but juga lanolin, sering diguna kan pada sediaan topikal da n kosm etik. Ade ps la nae digunakan sebagai pem ba wa zat hidrofobik dan m erupakan zat yang praktis tidak larut dalam air (Rowe et al., 2009). A deps la nae biasanya digunakan sebagai pelem bab, m eningka tkan kekuatan dari lipstik, dan m encegah kecenderungan dari m inyak untuk m em isah (Jellinek, 1970).

5) Castor oil

Castor oil, atau disebut juga oleum ricini, telah banyak digunakan pada sediaan kosm etik, produk m akanan, dan sediaan farm asetis. Pada form ulasi sediaan farm asetis, castor oil banyak digunaka n pada sediaan topikal seperti krim dan salep dengan konsentrasi sekitar 5 -12.5%. Castor oil m erupakan bahan yang stabil. Pada suhu 300oC,

(14)

castor oil berpolim erisasi dan berubah m enjadi m inyak m ineral yang larut air. Kem udian setelah didinginkan hingga 0oC m enjadi le bih viskos. Penyim pa nannya tidak boleh m elebihi 25oC dan dilindungi dari cahaya (Rowe et al., 2009). Pada lipstik, castor oil dapat m encegah proses pengendapan yang m ungkin terjadi pada pigm en saat proses preparasi. Castor oil dapat m em buat lapisan film pada bibir (Jellinek, 1970).

6) Propilen glikol

Propilen glikol banyak digunakan seba gai pelarut, zat pengekstraksi, dan pengawe t pada sediaan parenteral m aupun non -pareteral. Pada kosm etik dan m akanan, propilen glikol diguna kan sebagai zat pem bawa untuk pengem ulsi. Propilen glikol m erupakan ba han yang higroskopis dan harus disim pan dalam wadah yang tertutup rapa t, terhindar dari cahaya, dan kering. Kegunaan dari propilen glikol pa da sediaan topikal adala h sebaga i pelem bab dan pelarut (Rowe et al., 2009).

7) Talk

Talk atau bisa disebut juga m agnesium kalsium silikat hidrat, m engandung jum lah kecil alum unium silikat dan besi (Rowe et al., 2009).

8) Tween 80

Tween 80 atau bisa disebut polysorbat 80, biasa digunaka n secara luas dalam sediaan kosm etik dan m akanan. M anfaat dari tween 80 adalah

(15)

sebagai agen pendispers, age n pengem ulsi, surfakta n non -ionik, agen pelarut, suspending agent, dan wetting agent. Tween 80 m em iliki bau yang khas (Rowe et al., 2009).

9) Nipasol

Nipasol atau bisa disebut juga propilpa raben berfungsi sebagai pengawet anti m ikroba. Biasanya nipasol diguna kan tunggal, atau dikom binasikan dengan ester paraben yang lain. Paraben efektif pada rentang pH yang lua s dan m erupa kan antim ikroba spectrum lua s. Jum lah nipasol yang biasanya digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6% (Rowe et al., 2009).

10) Oleum rosae

Oleum rosae atau bisa dise but dengan m inyak m awar m erupakan m inyak atsiri yang diperole h dengan penyulingan uap bunga segar dari fam ili Rosaceae. Oleum rosae biasanya digunakan sebaga i pewangi pada sediaan kosm etik (A nonim , 1993).

5. Stabilitas Fisik

Stabilitas fisik pada sediaan kosm etik dapat m em pre diksikan se berapa baik kosm etik tersebut tahan terhadap stre ss seperti tem peratur ekstrim dan cahaya (Anonim , 2004). Tujuan dari uji stabilitas adalah untuk m enjam in kualitas produk selam a pem akaian. Berdasarkan hasil uji stabilitas dapat diketa hui pengaruh dari lingkungan terhadap produk sehingga dapat ditetapka n waktu kadaluarsa. Pada kosm etik, uji stabilitas adalah untuk m elihat kem am puan produk dalam m em pertahankan sifat dan khasiatnya se panjang periode pe nyim pa nan dan

(16)

penggunaan. Pada um um nya, uji stabilitas dilakukan untuk produk baru atau jika ada perubahan pada proses produksi, perubahan form ula, perubahan bahan awal dan bahan pengem as (Rism ana et al., 2013).

6. Iritasi Primer

Iritasi ada lah sua tu reaksi kulit terhadap zat kim ia m isalnya alkali kua t, asam kuat, pelarut, dan deterjen. Iritasi prim er biasanya terjadi di tem pat kontak dan um um nya, pada sentuhan pertam a (Lu, 1995).

Dalam uji iritasi prim er kulit, digunakan hewan uji seperti kelinc i, m arm ot, atau m encit dim ana kem udian senyawa uji dioleska n p ada kulit hewan uji yang sebelum nya telah dicukur. Reaksi kulit terhada p senyawa uji kem udian diam ati dan dicata t dalam interva l waktu terte ntu (m inim al 3 hari). Iritasi yang diam ati adalah adanya eritem a dan edem a pada jaringan (Loom is, 2001; Kligm an & Leyden, 2001).

Uji iritasi prim er dibedaka n m enjadi dua m acam , yaitu: a. Uji Irita si Prim er K ualitatif

Pada uji iritasi prim er kualitatif, hanya digunakan kelom pok kelinci kulit utuh tanpa dilukai. Data uji irita si prim er adalah hasil pengam atan terhadap tim bul atau tidaknya gejala klinis iritasi prim er yaitu tim bulnya eritem a dan edem a pada jam ke 24 dan 72 se telah diberikannya senya wa uji pada kulit. Eritem a adalah reaksi radang pada kulit m enim bulkan warna kem erahan karena adanya dilatasi kapiler yang diseba bkan oleh racun kim ia atau sunburn. Edem a adalah akum ulasi berlebihan dari carian serosa atau air dalam sel, jaringan, atau rongga serosa.

(17)

b. Uji iritasi prim er kuantitatif

Uji iritasi prim er kuantitatif m enggunakan m inim al enam kelinc i kulit utuh dan kulit lecet ntuk tiap preparat yang diuji. Prose dur ujinya sam a dengan iritasi prim er kua lita tif. Setelah 24 dan 72 jam diberikan senyawa uji, kem udian diam ati reaksi yang m unc ul dan die valuasi berdasarkan skor. Skor eritem a dan edem a kem udia n secara keseluruhan ditam bahkan, baik itu pa da jam ke 24 m aupun 72, dan skor rata -rata untuk kulit utuh dan lecet digabungkan kem udian dicari rata -rata kem bali yang disebut dengan indeks iritasi prim er. Senyawa yang m engha silkan rata -rata gabungan (indeks iritasi prim er) 2 atau kurang bersifat sedikit m erangsa ng, senya wa dengan indeks iritasi prim er 2 sam pai 5 m erupakan iritan m oderat dan senyawa denga n skor diatas 6 dia nggap iritan berat (L u, 1995).

7. Sim plex Lattice Design

Simplex Lattice D esign m erupakan salah satu m etode yang dapat digunakan untuk m engoptim asi suatu form ula dim ana biasanya m em asukkan variasi jum lah kom posisi bahan yang akan diuji. Dalam m enerapkan Simplex Lattice Design, ditentukan terlebih dahulu berbaga i form ula yang m engandung kom binasi berbe da dari varias i bahan. Hasil dari percobaan kem udian digunakan untuk m em buat suatu persam aan polinom ia l ( simplex) dim ana persam aan ini dapat digunaka n untuk m em prediksi profil respon (Bolton & Bon, 2004).

Simplex Lattice D esign yang paling sederhana adalah terdiri dari 2 m acam kom binasi bahan berbeda dim ana m em erlukan 3 form ula, yaitu :

(18)

b. Percobaan yang m enggunakan bahan B saja (B= 100%)

c. Percobaan yang m enggunakan bahan cam puran 50% bahan A dan 50% bahan B (A= ½ bagian dan B= ½ bagian) (Bondari, 2005).

Prinsip dasar SLD adalah untuk m engeta hui profil efek dari kom binasi kom posisi bahan yang berbeda terhadap suatu param eter dim ana terdapat dua variable bebas A dan B. Hubungan antara respon dan kom ponen dapat digam barkan dengan rum us seba gai berikut:

Y = a [A] + b [B] + ab [A][B] Keterangan:

Y : respon

a, b, ab : koefisien yang didapa t dari percobaan

[A][B] : fraksi (bagian) kom pone n denga n persyaratan : 0 ≤ [A] ≤ 1, 0 ≤ [B] 0 ≤ 1

Nilai respon yang didapat disubstitusikan ke dalam persam aan di atas, agar didapa t nila i koefisien a, b dan ab. Jika nila i koefisien sudah diketahui, m aka dapat dicari nilai Y (respon) se hingga didapatkan gam baran profilnya dari variasi kedua kom ponen tersebut (Arm strong & Jam es, 1996).

8. Software Design Expert®

Softw are Design Expert® m erupakan perangkat luna k yang diguna kan untuk m engoptim asi suatu prose s ataupun produk (Anonim , 2007). A dapun berbagai m acam m odel analisis statistik yang disediakan ole h Software Design Expert®, yaitu:

(19)

M engidentifikasi faktor-faktor ya ng dapat m em pengaruhi proses atau produk sehingga dapat dilakukan perba ikan.

b. General factorial studie s

M enem ukan kom binasi yang terbaik dari faktor kategoris, seperti sum ber dengan tipe bahan dasar.

c. Response surface methods (R SM)

M encari pengaturan proses yang paling optim um sehingga dida patkan perform a yang terbaik.

d. Mixture designs techniques.

M encari kom binasi bahan yang ideal dalam form ulasi produk.

e. Kom bina si process factors, mixture components dan categorical factors M odel analisis cam puran ini dapat m engidentifika si faktor yang vital terhadap proses atau produk, m enentukan penga turan proses ya ng ideal, dan m enentuka n form ula optim um (Anonim , 2007).

E. Landasan Teori

Bunga kem bang sepatu (Hibiscus rosa-sine nsis L.) terbukti m engandung antosian seperti pada penelitia n yang dilakukan ole h Nakam ura (1990) dim ana dilakukan ekstra ksi antosianin dari bunga kem bang sepatu. Penelitian sebelum nya digunakan bunga m awar (Farim a, 2009) da n bunga rosela (Safitri, 2010) sebagai pewarna alam i dan terbukti dapat digunakan sebaga i zat warna dalam lipstik dan tidak m engiritasi. Zat warna ya ng dapa t digunaka n salah sa tunya adalah antosian .

(20)

Oleh karena itu secara teori bunga kem bang sepa tu ( Hibisc us rosa-sinensis L.) dapat dim anfaatka n sebagai pewarna alam i dalam sediaan lipstik.

M enurut Pram itasari (2011), form ula lipstik yang m engandung kom binasi carnauba wax dan beeswax akan m em berikan sifat fisik lipstik yang lebih lem but.

F. H ipotesis

1. Pada kom posisi tertentu, carnauba wax dan beesw ax m em berikan sifat fisik yang paling baik dim ana m enghasilkan form ula lipstik e kstrak e tanolik m ahkota bunga kem bang sepatu (H. rosa-sinensis) yang m em iliki sifat fisik paling baik.

2. Form ula optim um sediaan lipstik ekstra k etanolik m ahkota bun ga kem bang sepatu (H. rosa-sinensis) dim ana m enggunaka n basis carnauba wax dan beeswax stabil secara fisik selam a penyim panan.

3. Lipstik ekstra k etanolik m ahkota bunga kem bang sepa tu ( H. rosa-sinensis) am an digunaka n.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan mean-chart diketahui bahwa meskipun selalu terjadi klaim terhadap produk yang dihasilkan, ternyata produk Seat R4 Pt Meiwa Indonesia Plant II masih ada pada

5 Keadaan ini merupakan komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang menyebabkan kerusakan pada mata dimana secara perlahan terjadi kerusakan pembuluh darah retina atau lapisan

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Spirogyra dan Pistia stratiotes serta konsentrasi logam timbal yang berbeda terhadap kadar

Dalam hal ini, Notaris dapat bertindak sebagai kuasa dari debitor dan kreditor untuk melakukan pendaftaran terhadap Surat Kuasa untuk Memohon Penghapusan Pendaftaran dan Ekspor

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Area permainan dibagi 3 yaitu X1, X2, dan X3 dimana ketiga area tersebut memiliki sudut arah penembakan tersendiri sesuai dengan posisi player, ilustrasi

Metodologi pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan perhotelan melihat baik faktor kualitatif yang akan berdampak pada arus kas masa depan, maupun faktor-faktor