• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Imunitas Tubuh Terhadap TB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Imunitas Tubuh Terhadap TB"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pendahuluan

 Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada.

 Tetap menjadi perhatian dunia

 Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

 Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta (2012)

 Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada.

 Tetap menjadi perhatian dunia

 Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

 Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta (2012)

(3)

 Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya Tuberkulosis :

- Alamiah - Didapat

Menurunkan kekebalan tubuh sehingga penyakit dapat berkembang.

 Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya Tuberkulosis :

- Alamiah - Didapat

Menurunkan kekebalan tubuh sehingga penyakit dapat berkembang.

(4)

 Sebelum ditemukan OAT pengobatan terhadap TB  meningkatkan daya tahan tubuh.

 Galeus  istirahat, mandi, diet, beristirahat.  Tahun 1840  Sanatorium

Calmentte dan Guerin menemukan BCG

terapi TB makin berkembang

 Sebelum ditemukan OAT pengobatan terhadap TB  meningkatkan daya tahan tubuh.

 Galeus  istirahat, mandi, diet, beristirahat.  Tahun 1840  Sanatorium

Calmentte dan Guerin menemukan BCG

terapi TB makin berkembang

(5)

IMMUNOPATOGENESIS TUBERKULOSIS

 Cara penularan TB melalui beberapa cara : - Inhalasi

- luka terbuka - Saluran cerna

tersering : inhalasi droplet infeksius

 Cara penularan TB melalui beberapa cara : - Inhalasi

- luka terbuka - Saluran cerna

(6)

Lima tahap perkembangan infeksi TB

Tahap pertama

Kuman TB masuk ke dalam alveoli

fagosit makrofag matur dan dihancurkan. Pada tahap ini tidak terjadi pertumbuhan M tb

dalam tubuh host.

Tahap pertama

Kuman TB masuk ke dalam alveoli

fagosit makrofag matur dan dihancurkan. Pada tahap ini tidak terjadi pertumbuhan M tb

(7)

Tahap kedua / symbiotic stage

Kuman TB berkembang biak dalam makrofag tidak teraktivasi tanpa menimbulkan kerusakan pada

host.

Makrofag yang terinfeksi oleh Mtb berkumpul membentuk lesi yang disebut dengan tuberkel. Kuman TB berkembang biak dalam makrofag tidak

teraktivasi tanpa menimbulkan kerusakan pada host.

Makrofag yang terinfeksi oleh Mtb berkumpul membentuk lesi yang disebut dengan tuberkel.

(8)

Tahap ketiga

Terjadi nekrosis kaseosa. Jumlah Mtb menetap, dihambat oleh reaksi imun delayed- type

hypersensitivity (DTH).

menyebabkan kerusakan jaringan host.

Di tengah- tengah lesi tersebut terdapat kaseosa ( kuman tidak berkembang biak)

Terjadi nekrosis kaseosa. Jumlah Mtb menetap, dihambat oleh reaksi imun delayed- type

hypersensitivity (DTH).

menyebabkan kerusakan jaringan host.

Di tengah- tengah lesi tersebut terdapat kaseosa ( kuman tidak berkembang biak)

(9)

Tahap keempat

TAHAP INI MENENTUKAN TIMBUL GEJALA KLINIS ATAU TIDAK TERGANTUNG :

Cell-Mediated Immunity (CMI).

Jika reaksi CMI buruk, Mtb dapat meloloskan diri dari kaseosa

Delayed- type hypersensitivity (DTH)

membunuh makrofag yang terinfeksi tersebut yang menyebabkan perluasan kaseosa.

TAHAP INI MENENTUKAN TIMBUL GEJALA KLINIS ATAU TIDAK TERGANTUNG :

Cell-Mediated Immunity (CMI).

Jika reaksi CMI buruk, Mtb dapat meloloskan diri dari kaseosa

Delayed- type hypersensitivity (DTH)

membunuh makrofag yang terinfeksi tersebut yang menyebabkan perluasan kaseosa.

(10)

Tahap kelima

Tahap pencairan kaseosa.

Kuman memperbanyak diri di ektraselular dalam kaseosa yang mencair.

Pada saat ini respon CMI tidak sangup mengatasi jumlah Mtb yang banyak.

Tahap pencairan kaseosa.

Kuman memperbanyak diri di ektraselular dalam kaseosa yang mencair.

Pada saat ini respon CMI tidak sangup mengatasi jumlah Mtb yang banyak.

(11)

Respon DTH menyebabkan :

 Pengikisan dinding bronkus, terbentuk kavitas.

 Kuman masuk ke percabangan bronkus, menyebar ke bagian paru yang lain /

menyebar ke lingkungan luar melalui batuk.

Respon DTH menyebabkan :

 Pengikisan dinding bronkus, terbentuk kavitas.

 Kuman masuk ke percabangan bronkus, menyebar ke bagian paru yang lain /

(12)
(13)

Komplek Primer

M tb yang lolos dari pertahan melalui saluran limfe dibawa ke kelenjer limfe hilus terjadi limfangitis dan limfadenitis.

Gabungan focus primer, limfangitis dan limfadenitis ini dikenal dengan komplek primer.

Terbentuknya komplek primer ± 4- 6 minggu.

M tb yang lolos dari pertahan melalui saluran limfe dibawa ke kelenjer limfe hilus terjadi limfangitis dan limfadenitis.

Gabungan focus primer, limfangitis dan limfadenitis ini dikenal dengan komplek primer.

(14)

Perkembangan setelah infeksi TB

TERGANTUNG KEPADA DAYA TAHAN TUBUH HOST.

1. Imunitas baik  semua kuman dapat dieliminasi dari dalam tubuhnya.

1. Imunitas rendah  langsung menimbulkan (TB primer) 1. Imunitas tubuh tidak mampu mengeliminasi kuman

(isolasi dalam jaringan granuloma) dorman / fase laten.

TERGANTUNG KEPADA DAYA TAHAN TUBUH HOST.

1. Imunitas baik  semua kuman dapat dieliminasi dari dalam tubuhnya.

1. Imunitas rendah  langsung menimbulkan (TB primer) 1. Imunitas tubuh tidak mampu mengeliminasi kuman

(isolasi dalam jaringan granuloma) dorman / fase laten.

(15)

TB LATEN

Bila imunitas tubuh menurun kuman aktif memperbanyak diri dan menimbulnya gejala

klinis.

TB post primer / Reaktifasi

Bila imunitas tubuh menurun kuman aktif memperbanyak diri dan menimbulnya gejala

klinis.

(16)

FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REAKTIFASI TB

(17)

Perjalanan alamiah TB

Pada penderita TB yang tidak diobati dan dipantau selama 5 tahun :

- 50% diantaranya meninggal

- 25% sembuh sendiri (imunitas baik)

- 25% lagi sisanya menjadi kronis dan menularkan TB

imunitas tubuh yang tinggi memegang peranan cukup penting dalam mengatasi penyakit TB.

Pada penderita TB yang tidak diobati dan dipantau selama 5 tahun :

- 50% diantaranya meninggal

- 25% sembuh sendiri (imunitas baik)

- 25% lagi sisanya menjadi kronis dan menularkan TB

imunitas tubuh yang tinggi memegang peranan cukup penting dalam mengatasi penyakit TB.

(18)

IMUNOPATOGENESIS

Kuman TB hidup intraselular, antibodi

dalam sirkulasi tidak mampu

membunuhnya.

PERLU mekanisme imun seluler untuk

mengeliminasi kuman tersebut.

Kuman TB hidup intraselular, antibodi

dalam sirkulasi tidak mampu

membunuhnya.

PERLU mekanisme imun seluler untuk

mengeliminasi kuman tersebut.

(19)

Jenis imunitas tubuh melawan TB

Untuk melawan kuman intra seluler ini

tubuh mempunyai dua mekanisme

perlawanan :

1.

Imunitas seluler non spesifik

2.

Imunitas seluler spesifik

Untuk melawan kuman intra seluler ini

tubuh mempunyai dua mekanisme

perlawanan :

1.

Imunitas seluler non spesifik

(20)

Imunitas non spesifik

 Efektor Imunitas nonspesifik terhadap bakteri intraselular : sel fagosit dan natural Kiler (NK).  Fagosit memakan dan menghancurkan kuman

tersebut.

 Bakteri intraselular dapat mengaktifkan sel NK secara langsung atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi IL 12, sitokin ini akan

mengaktifkan sel NK.

 Efektor Imunitas nonspesifik terhadap bakteri intraselular : sel fagosit dan natural Kiler (NK).  Fagosit memakan dan menghancurkan kuman

tersebut.

 Bakteri intraselular dapat mengaktifkan sel NK secara langsung atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi IL 12, sitokin ini akan

(21)

 Sel NK memproduksi ( interveron) IFN-γ yang kembali mengaktifkan makrofag dan

meningkatkan kemapuan makrofag untuk membunuh bakteri yang di fagositnya.

 Sel NK memproduksi ( interveron) IFN-γ yang kembali mengaktifkan makrofag dan

meningkatkan kemapuan makrofag untuk membunuh bakteri yang di fagositnya.

(22)

Imunitas spesifik

Perlindungan utama imun spesifik adalah imunitas selular. Terbagi atas 2 tipe reaksi :

1. Aktivasi makrofag oleh sel CD 4 Th1 yang memproduksi IFN-γ ( DTH) dan melisis sel

terinfeksi oleh CD8 / CTL. Sel CD 4 naif dapat berdiferensiasi menjadi T h 1 yang mengaktifkan fagosit untuk membunuh mikroba yang di fagosit. 2. Sel Th 2 mencegah aktivasi makrofag.

keseimbangan keduanya akan menentukan hasil dari proses infeksi.

Perlindungan utama imun spesifik adalah imunitas selular. Terbagi atas 2 tipe reaksi :

1. Aktivasi makrofag oleh sel CD 4 Th1 yang memproduksi IFN-γ ( DTH) dan melisis sel

terinfeksi oleh CD8 / CTL. Sel CD 4 naif dapat berdiferensiasi menjadi T h 1 yang mengaktifkan fagosit untuk membunuh mikroba yang di fagosit. 2. Sel Th 2 mencegah aktivasi makrofag.

keseimbangan keduanya akan menentukan hasil dari proses infeksi.

(23)

Mekanisme pertahan tubuh terhadap M tb

Mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman M tb :

1. Cell mediated immunity (CMI)

2. Reaksi hipersensitas tipe lambat / delayed type hypersensitivity ( DTH).

Mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman M tb :

1. Cell mediated immunity (CMI)

2. Reaksi hipersensitas tipe lambat / delayed type hypersensitivity ( DTH).

(24)

1. CMI merupakan pertahanan nonspesifik.

“ pembatasan proliferasi dan daya tahan hidup dari M tb dalam makrofag yang teraktivasi”.

Aktivasi makrofag diperantarai oleh sitokin yang dikeluarkan oleh Cell mediated immunity

sehingga makrofag mampu untuk membunuh dan menghancurkan M tb.

“ pembatasan proliferasi dan daya tahan hidup dari M tb dalam makrofag yang teraktivasi”.

Aktivasi makrofag diperantarai oleh sitokin yang dikeluarkan oleh Cell mediated immunity

sehingga makrofag mampu untuk membunuh dan menghancurkan M tb.

(25)

2. Reaksi hipersentifitas

“Reaksi imun yang berlebihan atau yang tidak terkontrol.”

 Terjadi apabila jumlah antigen relatif banyak /

status imunologi seseorang baik seluler maupun hemoral meningkat.

 Tidak pernah timbul pada pemaparan pertama. Pada infeksi tb dapat terjadi reaksi

hipersensitifitas tipe IV, yang disebut juga dengan reaksi hipersensitifitas tipe lambat (DTH).

“Reaksi imun yang berlebihan atau yang tidak terkontrol.”

 Terjadi apabila jumlah antigen relatif banyak /

status imunologi seseorang baik seluler maupun hemoral meningkat.

 Tidak pernah timbul pada pemaparan pertama. Pada infeksi tb dapat terjadi reaksi

hipersensitifitas tipe IV, yang disebut juga dengan reaksi hipersensitifitas tipe lambat (DTH).

(26)

 DTH pada infeksi TB mempercepat proses

inflamasi untuk menghancurkan makrofag yang tidak aktif dimana didalamnya terdapat kuman Mtb mengalami replikasi.

 DTH pada infeksi TB mempercepat proses

inflamasi untuk menghancurkan makrofag yang tidak aktif dimana didalamnya terdapat kuman Mtb mengalami replikasi.

(27)

Jenis Reaksi hipersensitifitas tipe lambat

 Reaksi granuloma  reaksi hipersensitifi

penting yang menyebabkan berbagai keadaan patologi.

 Reaksi Tuberkulin

 Reaksi granuloma  reaksi hipersensitifi

penting yang menyebabkan berbagai keadaan patologi.

(28)

Reaksi granuloma

 Reaksi granuloma terjadi karena makrofag tidak mampu menyingkirkan mikroorganisme atau

partikel yang ada di dalamnya.

 Sel khas pada reaksi granuloma : sel epiteloid dari sel makrofag teraktivasi. Pada reaksi ini juga dijumpai sel raksasa ( giant cell) .

 Reaksi granuloma terjadi karena makrofag tidak mampu menyingkirkan mikroorganisme atau

partikel yang ada di dalamnya.

 Sel khas pada reaksi granuloma : sel epiteloid dari sel makrofag teraktivasi. Pada reaksi ini juga dijumpai sel raksasa ( giant cell) .

(29)

Reaksi tuberkulin

 Mencapai puncaknya pada 48 -72 jam setelah pemaparan.

 Pemaparan ulang sel T memori pada komplek antigen-MHC klas II yang di tampilkan oleh APC merangsang sel T CD 4 untuk melakukan

transformasi dan proliferasi sel.

 Sebagian sel T yang teraktivasi mengeluarkan mediator yang menarik makrofag ke tempat

tersebut.

 Mencapai puncaknya pada 48 -72 jam setelah pemaparan.

 Pemaparan ulang sel T memori pada komplek antigen-MHC klas II yang di tampilkan oleh APC merangsang sel T CD 4 untuk melakukan

transformasi dan proliferasi sel.

 Sebagian sel T yang teraktivasi mengeluarkan mediator yang menarik makrofag ke tempat

(30)

 Makrofag merupakan sel APC utama dalam reaksi tuberkulin.

 Gambaran histologik yang tampak pada awal reaksi ini adalah akumulasi sel makrofag di daerah perivaskular dalam waktu 12-72 jam disusul oleh sel mononuclear dan sel PMN.  Makrofag merupakan sel APC utama dalam

reaksi tuberkulin.

 Gambaran histologik yang tampak pada awal reaksi ini adalah akumulasi sel makrofag di daerah perivaskular dalam waktu 12-72 jam disusul oleh sel mononuclear dan sel PMN.

(31)

Kesimpulan

1. Imunitas tubuh berperan dalam menentukan kejadian selanjutnya setelah infeksi TB

2. Kemungkinan seseorang setelah terinfeksi TB - Tidak sakit

- Sakit

- TB laten

1. Imunitas tubuh berperan dalam menentukan kejadian selanjutnya setelah infeksi TB

2. Kemungkinan seseorang setelah terinfeksi TB - Tidak sakit

- Sakit

(32)

Gambar

Gambar 2. Tahap tahap terjadinya infeksi TB

Referensi

Dokumen terkait

penerapan konsep seperti misalnya “liberalisme, demokratisasi, debirokratisasi, privatisasi otonomi daerah” sampai pada penerapan gaya kepemimpinan serta

bersangkutan yang dalam hal ini adalah penulis, telah mempersiapkan dan melaksanakan perkuliahan dengan baik. Evaluasi yang dilakukan terhadap nilai yang diperoleh

Majalah ilmiah yang diterbitkan oleh suatu lembaga litbang yang bekerja sama dengan organisasi profesi ilmiah akan mendapatkan apresiasi paling tinggi karena

Sub bab ke tiga adalah asas-asas hukum kehutanan, dalam sub bab ini penulis membagi asas hukum kehutanan menjadi empat asas, sudah disebutkan asas apa saja

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemda dalam upaya mendorong menuju perolehan opini WTP. Mengingat opini WTP

Berbeda dengan Skripsi ini “Interaksi Sosial Keagamaan antara umat Islam dan umat Tri Dharma” menjelaskan bahwasanya interaksi sosial keagamaan adalah interaksi

Pelaksanaan Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada Pasal6 ayat (1) melampauiwaktu yang telah ditetapkan sebelumnya, maka perpanjangan waktu pelaksanaan Perjalanan

Pada Gambar 3.4 menjelaskan mengenai prinsip metode magnetik yang diilustrasikan menggunakan sebuah objek berbentuk kubus, lalu komponen- komponen yang digunakan