Pendahuluan
Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada.
Tetap menjadi perhatian dunia
Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi
Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta (2012)
Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada.
Tetap menjadi perhatian dunia
Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi
Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta (2012)
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya Tuberkulosis :
- Alamiah - Didapat
Menurunkan kekebalan tubuh sehingga penyakit dapat berkembang.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya Tuberkulosis :
- Alamiah - Didapat
Menurunkan kekebalan tubuh sehingga penyakit dapat berkembang.
Sebelum ditemukan OAT pengobatan terhadap TB meningkatkan daya tahan tubuh.
Galeus istirahat, mandi, diet, beristirahat. Tahun 1840 Sanatorium
Calmentte dan Guerin menemukan BCG
terapi TB makin berkembang Sebelum ditemukan OAT pengobatan terhadap TB meningkatkan daya tahan tubuh.
Galeus istirahat, mandi, diet, beristirahat. Tahun 1840 Sanatorium
Calmentte dan Guerin menemukan BCG
terapi TB makin berkembangIMMUNOPATOGENESIS TUBERKULOSIS
Cara penularan TB melalui beberapa cara : - Inhalasi
- luka terbuka - Saluran cerna
tersering : inhalasi droplet infeksius
Cara penularan TB melalui beberapa cara : - Inhalasi
- luka terbuka - Saluran cerna
Lima tahap perkembangan infeksi TB
Tahap pertama
Kuman TB masuk ke dalam alveoli
fagosit makrofag matur dan dihancurkan. Pada tahap ini tidak terjadi pertumbuhan M tb
dalam tubuh host.
Tahap pertama
Kuman TB masuk ke dalam alveoli
fagosit makrofag matur dan dihancurkan. Pada tahap ini tidak terjadi pertumbuhan M tb
Tahap kedua / symbiotic stage
Kuman TB berkembang biak dalam makrofag tidak teraktivasi tanpa menimbulkan kerusakan pada
host.
Makrofag yang terinfeksi oleh Mtb berkumpul membentuk lesi yang disebut dengan tuberkel. Kuman TB berkembang biak dalam makrofag tidak
teraktivasi tanpa menimbulkan kerusakan pada host.
Makrofag yang terinfeksi oleh Mtb berkumpul membentuk lesi yang disebut dengan tuberkel.
Tahap ketiga
Terjadi nekrosis kaseosa. Jumlah Mtb menetap, dihambat oleh reaksi imun delayed- type
hypersensitivity (DTH).
menyebabkan kerusakan jaringan host.
Di tengah- tengah lesi tersebut terdapat kaseosa ( kuman tidak berkembang biak)
Terjadi nekrosis kaseosa. Jumlah Mtb menetap, dihambat oleh reaksi imun delayed- type
hypersensitivity (DTH).
menyebabkan kerusakan jaringan host.
Di tengah- tengah lesi tersebut terdapat kaseosa ( kuman tidak berkembang biak)
Tahap keempat
TAHAP INI MENENTUKAN TIMBUL GEJALA KLINIS ATAU TIDAK TERGANTUNG :
Cell-Mediated Immunity (CMI).
Jika reaksi CMI buruk, Mtb dapat meloloskan diri dari kaseosa
Delayed- type hypersensitivity (DTH)
membunuh makrofag yang terinfeksi tersebut yang menyebabkan perluasan kaseosa.
TAHAP INI MENENTUKAN TIMBUL GEJALA KLINIS ATAU TIDAK TERGANTUNG :
Cell-Mediated Immunity (CMI).
Jika reaksi CMI buruk, Mtb dapat meloloskan diri dari kaseosa
Delayed- type hypersensitivity (DTH)
membunuh makrofag yang terinfeksi tersebut yang menyebabkan perluasan kaseosa.
Tahap kelima
Tahap pencairan kaseosa.
Kuman memperbanyak diri di ektraselular dalam kaseosa yang mencair.
Pada saat ini respon CMI tidak sangup mengatasi jumlah Mtb yang banyak.
Tahap pencairan kaseosa.
Kuman memperbanyak diri di ektraselular dalam kaseosa yang mencair.
Pada saat ini respon CMI tidak sangup mengatasi jumlah Mtb yang banyak.
Respon DTH menyebabkan :
Pengikisan dinding bronkus, terbentuk kavitas.
Kuman masuk ke percabangan bronkus, menyebar ke bagian paru yang lain /
menyebar ke lingkungan luar melalui batuk.
Respon DTH menyebabkan :
Pengikisan dinding bronkus, terbentuk kavitas.
Kuman masuk ke percabangan bronkus, menyebar ke bagian paru yang lain /
Komplek Primer
M tb yang lolos dari pertahan melalui saluran limfe dibawa ke kelenjer limfe hilus terjadi limfangitis dan limfadenitis.
Gabungan focus primer, limfangitis dan limfadenitis ini dikenal dengan komplek primer.
Terbentuknya komplek primer ± 4- 6 minggu.
M tb yang lolos dari pertahan melalui saluran limfe dibawa ke kelenjer limfe hilus terjadi limfangitis dan limfadenitis.
Gabungan focus primer, limfangitis dan limfadenitis ini dikenal dengan komplek primer.
Perkembangan setelah infeksi TB
TERGANTUNG KEPADA DAYA TAHAN TUBUH HOST.
1. Imunitas baik semua kuman dapat dieliminasi dari dalam tubuhnya.
1. Imunitas rendah langsung menimbulkan (TB primer) 1. Imunitas tubuh tidak mampu mengeliminasi kuman
(isolasi dalam jaringan granuloma) dorman / fase laten.
TERGANTUNG KEPADA DAYA TAHAN TUBUH HOST.
1. Imunitas baik semua kuman dapat dieliminasi dari dalam tubuhnya.
1. Imunitas rendah langsung menimbulkan (TB primer) 1. Imunitas tubuh tidak mampu mengeliminasi kuman
(isolasi dalam jaringan granuloma) dorman / fase laten.
TB LATEN
Bila imunitas tubuh menurun kuman aktif memperbanyak diri dan menimbulnya gejala
klinis.
TB post primer / Reaktifasi
Bila imunitas tubuh menurun kuman aktif memperbanyak diri dan menimbulnya gejala
klinis.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI REAKTIFASI TB
Perjalanan alamiah TB
Pada penderita TB yang tidak diobati dan dipantau selama 5 tahun :
- 50% diantaranya meninggal
- 25% sembuh sendiri (imunitas baik)
- 25% lagi sisanya menjadi kronis dan menularkan TB
imunitas tubuh yang tinggi memegang peranan cukup penting dalam mengatasi penyakit TB.
Pada penderita TB yang tidak diobati dan dipantau selama 5 tahun :
- 50% diantaranya meninggal
- 25% sembuh sendiri (imunitas baik)
- 25% lagi sisanya menjadi kronis dan menularkan TB
imunitas tubuh yang tinggi memegang peranan cukup penting dalam mengatasi penyakit TB.
IMUNOPATOGENESIS
Kuman TB hidup intraselular, antibodi
dalam sirkulasi tidak mampu
membunuhnya.
PERLU mekanisme imun seluler untuk
mengeliminasi kuman tersebut.
Kuman TB hidup intraselular, antibodi
dalam sirkulasi tidak mampu
membunuhnya.
PERLU mekanisme imun seluler untuk
mengeliminasi kuman tersebut.
Jenis imunitas tubuh melawan TB
Untuk melawan kuman intra seluler ini
tubuh mempunyai dua mekanisme
perlawanan :
1.
Imunitas seluler non spesifik
2.
Imunitas seluler spesifik
Untuk melawan kuman intra seluler ini
tubuh mempunyai dua mekanisme
perlawanan :
1.
Imunitas seluler non spesifik
Imunitas non spesifik
Efektor Imunitas nonspesifik terhadap bakteri intraselular : sel fagosit dan natural Kiler (NK). Fagosit memakan dan menghancurkan kuman
tersebut.
Bakteri intraselular dapat mengaktifkan sel NK secara langsung atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi IL 12, sitokin ini akan
mengaktifkan sel NK.
Efektor Imunitas nonspesifik terhadap bakteri intraselular : sel fagosit dan natural Kiler (NK). Fagosit memakan dan menghancurkan kuman
tersebut.
Bakteri intraselular dapat mengaktifkan sel NK secara langsung atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi IL 12, sitokin ini akan
Sel NK memproduksi ( interveron) IFN-γ yang kembali mengaktifkan makrofag dan
meningkatkan kemapuan makrofag untuk membunuh bakteri yang di fagositnya.
Sel NK memproduksi ( interveron) IFN-γ yang kembali mengaktifkan makrofag dan
meningkatkan kemapuan makrofag untuk membunuh bakteri yang di fagositnya.
Imunitas spesifik
Perlindungan utama imun spesifik adalah imunitas selular. Terbagi atas 2 tipe reaksi :
1. Aktivasi makrofag oleh sel CD 4 Th1 yang memproduksi IFN-γ ( DTH) dan melisis sel
terinfeksi oleh CD8 / CTL. Sel CD 4 naif dapat berdiferensiasi menjadi T h 1 yang mengaktifkan fagosit untuk membunuh mikroba yang di fagosit. 2. Sel Th 2 mencegah aktivasi makrofag.
keseimbangan keduanya akan menentukan hasil dari proses infeksi.
Perlindungan utama imun spesifik adalah imunitas selular. Terbagi atas 2 tipe reaksi :
1. Aktivasi makrofag oleh sel CD 4 Th1 yang memproduksi IFN-γ ( DTH) dan melisis sel
terinfeksi oleh CD8 / CTL. Sel CD 4 naif dapat berdiferensiasi menjadi T h 1 yang mengaktifkan fagosit untuk membunuh mikroba yang di fagosit. 2. Sel Th 2 mencegah aktivasi makrofag.
keseimbangan keduanya akan menentukan hasil dari proses infeksi.
Mekanisme pertahan tubuh terhadap M tb
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman M tb :
1. Cell mediated immunity (CMI)
2. Reaksi hipersensitas tipe lambat / delayed type hypersensitivity ( DTH).
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman M tb :
1. Cell mediated immunity (CMI)
2. Reaksi hipersensitas tipe lambat / delayed type hypersensitivity ( DTH).
1. CMI merupakan pertahanan nonspesifik.
“ pembatasan proliferasi dan daya tahan hidup dari M tb dalam makrofag yang teraktivasi”.
Aktivasi makrofag diperantarai oleh sitokin yang dikeluarkan oleh Cell mediated immunity
sehingga makrofag mampu untuk membunuh dan menghancurkan M tb.
“ pembatasan proliferasi dan daya tahan hidup dari M tb dalam makrofag yang teraktivasi”.
Aktivasi makrofag diperantarai oleh sitokin yang dikeluarkan oleh Cell mediated immunity
sehingga makrofag mampu untuk membunuh dan menghancurkan M tb.
2. Reaksi hipersentifitas
“Reaksi imun yang berlebihan atau yang tidak terkontrol.”
Terjadi apabila jumlah antigen relatif banyak /
status imunologi seseorang baik seluler maupun hemoral meningkat.
Tidak pernah timbul pada pemaparan pertama. Pada infeksi tb dapat terjadi reaksi
hipersensitifitas tipe IV, yang disebut juga dengan reaksi hipersensitifitas tipe lambat (DTH).
“Reaksi imun yang berlebihan atau yang tidak terkontrol.”
Terjadi apabila jumlah antigen relatif banyak /
status imunologi seseorang baik seluler maupun hemoral meningkat.
Tidak pernah timbul pada pemaparan pertama. Pada infeksi tb dapat terjadi reaksi
hipersensitifitas tipe IV, yang disebut juga dengan reaksi hipersensitifitas tipe lambat (DTH).
DTH pada infeksi TB mempercepat proses
inflamasi untuk menghancurkan makrofag yang tidak aktif dimana didalamnya terdapat kuman Mtb mengalami replikasi.
DTH pada infeksi TB mempercepat proses
inflamasi untuk menghancurkan makrofag yang tidak aktif dimana didalamnya terdapat kuman Mtb mengalami replikasi.
Jenis Reaksi hipersensitifitas tipe lambat
Reaksi granuloma reaksi hipersensitifi
penting yang menyebabkan berbagai keadaan patologi.
Reaksi Tuberkulin
Reaksi granuloma reaksi hipersensitifi
penting yang menyebabkan berbagai keadaan patologi.
Reaksi granuloma
Reaksi granuloma terjadi karena makrofag tidak mampu menyingkirkan mikroorganisme atau
partikel yang ada di dalamnya.
Sel khas pada reaksi granuloma : sel epiteloid dari sel makrofag teraktivasi. Pada reaksi ini juga dijumpai sel raksasa ( giant cell) .
Reaksi granuloma terjadi karena makrofag tidak mampu menyingkirkan mikroorganisme atau
partikel yang ada di dalamnya.
Sel khas pada reaksi granuloma : sel epiteloid dari sel makrofag teraktivasi. Pada reaksi ini juga dijumpai sel raksasa ( giant cell) .
Reaksi tuberkulin
Mencapai puncaknya pada 48 -72 jam setelah pemaparan.
Pemaparan ulang sel T memori pada komplek antigen-MHC klas II yang di tampilkan oleh APC merangsang sel T CD 4 untuk melakukan
transformasi dan proliferasi sel.
Sebagian sel T yang teraktivasi mengeluarkan mediator yang menarik makrofag ke tempat
tersebut.
Mencapai puncaknya pada 48 -72 jam setelah pemaparan.
Pemaparan ulang sel T memori pada komplek antigen-MHC klas II yang di tampilkan oleh APC merangsang sel T CD 4 untuk melakukan
transformasi dan proliferasi sel.
Sebagian sel T yang teraktivasi mengeluarkan mediator yang menarik makrofag ke tempat
Makrofag merupakan sel APC utama dalam reaksi tuberkulin.
Gambaran histologik yang tampak pada awal reaksi ini adalah akumulasi sel makrofag di daerah perivaskular dalam waktu 12-72 jam disusul oleh sel mononuclear dan sel PMN. Makrofag merupakan sel APC utama dalam
reaksi tuberkulin.
Gambaran histologik yang tampak pada awal reaksi ini adalah akumulasi sel makrofag di daerah perivaskular dalam waktu 12-72 jam disusul oleh sel mononuclear dan sel PMN.
Kesimpulan
1. Imunitas tubuh berperan dalam menentukan kejadian selanjutnya setelah infeksi TB
2. Kemungkinan seseorang setelah terinfeksi TB - Tidak sakit
- Sakit
- TB laten
1. Imunitas tubuh berperan dalam menentukan kejadian selanjutnya setelah infeksi TB
2. Kemungkinan seseorang setelah terinfeksi TB - Tidak sakit
- Sakit