• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terintegrasinya Jaringan Jalan Sulawesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Terintegrasinya Jaringan Jalan Sulawesi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TERINTEGRASINYA JARINGAN JALAN LINTAS SULAWESI TERINTEGRASINYA JARINGAN JALAN LINTAS SULAWESI

SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH

Kode Topik Makalah : 02 Kode Topik Makalah : 02

Tri Jayanti, ST. Tri Jayanti, ST.

Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik  Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik 

Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281 (P): 0274-556928 (F): 0274-901076  (P): 0274-556928 (F): 0274-901076 

 pustral-ugm@indo.net.id   pustral-ugm@indo.net.id 

Lilik Wachid Budi Susilo, ST. Lilik Wachid Budi Susilo, ST.

Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik  Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik 

Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281 (P): 0274-556928 (F): 0274-901076  (P): 0274-556928 (F): 0274-901076 

 pustral-ugm@indo.net.id   pustral-ugm@indo.net.id 

Ir. La Ode Muh. Magribi, MT Ir. La Ode Muh. Magribi, MT

Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik  Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik 

Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281 (P): 0274-556928 (F): 0274-901076  (P): 0274-556928 (F): 0274-901076 

 pustral-ugm@indo.net.id   pustral-ugm@indo.net.id 

Ir. Agus Taufik Mulyono, MT. Ir. Agus Taufik Mulyono, MT.

Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik  Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik 

Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281  Bulaksumur E-9, Yogyakarta – 55281 (P): 0274-556928 (F): 0274-901076  (P): 0274-556928 (F): 0274-901076   pustral-ugm@indo.net.id   pustral-ugm@indo.net.id  Abstrak Abstrak

Dalam konteks yang sangat luas pembangunan berkelanjutan mempunyai banyak dimensi persoalan yang Dalam konteks yang sangat luas pembangunan berkelanjutan mempunyai banyak dimensi persoalan yang berkembang di dalam masyarakat seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pembangunan ekonomi dan berkembang di dalam masyarakat seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan dalam menunjang perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan tersebut. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat meningkatkan pembangunan berkelanjutan tersebut. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, menurunkan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang mobilitas penduduk, menurunkan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan perbaikan dalam kualitas/sifat dari jasa-jasa pengangkutan tersebut, dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan perbaikan dalam kualitas/sifat dari jasa-jasa pengangkutan tersebut, sehingga secara langsung ataupun tidak sangat

sehingga secara langsung ataupun tidak sangat menentukan pembangunan ekonomi pada umumnya.menentukan pembangunan ekonomi pada umumnya.

Secara teoritik, manajemen jaringan jalan harus dilakukan secara integratif dalam suatu wilayah. Ini berarti Secara teoritik, manajemen jaringan jalan harus dilakukan secara integratif dalam suatu wilayah. Ini berarti bahwa mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya harus dilakukan secara terpadu. bahwa mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya harus dilakukan secara terpadu. Pembagian kewenangan sesuai dengan UU 22/1999 harus selalu mengacu pada konsep jaringan integratif di atas. Pembagian kewenangan sesuai dengan UU 22/1999 harus selalu mengacu pada konsep jaringan integratif di atas. Kekhawatiran terjadinya kekurangpaduan antar daerah dalam implementasinya adalah sesuatu yang harus Kekhawatiran terjadinya kekurangpaduan antar daerah dalam implementasinya adalah sesuatu yang harus diantisipasi sejak dini. Kelemahan-kelemahan perencanaan yang selama ini dapat diamati antara lain : tidak ada diantisipasi sejak dini. Kelemahan-kelemahan perencanaan yang selama ini dapat diamati antara lain : tidak ada keterkaitan antara jalan, transportasi, dan pengembangan wilayah; tidak punya rencana jangka panjang yang keterkaitan antara jalan, transportasi, dan pengembangan wilayah; tidak punya rencana jangka panjang yang strategis; tidak komprehensif dan tidak terpadu. Kelemahan-kelemahan tersebut juga dijumpai dalam strategis; tidak komprehensif dan tidak terpadu. Kelemahan-kelemahan tersebut juga dijumpai dalam pengembangan jaringan jalan lintas Sulawesi yang dikenal dengan Lintas Timur, Lintas Tengah dan Lintas pengembangan jaringan jalan lintas Sulawesi yang dikenal dengan Lintas Timur, Lintas Tengah dan Lintas Barat. Selain itu, pengembangan

Barat. Selain itu, pengembangan  feeder road   feeder road yang menghubungkan ketiga lintas tersebut belum mendapatyang menghubungkan ketiga lintas tersebut belum mendapat perhatian yang serius. Peran

perhatian yang serius. Peran  feeder road   feeder road ini sangat penting untuk mengurangi disparitas pertumbuhan antarini sangat penting untuk mengurangi disparitas pertumbuhan antar daerah dan menghindari kesenjangan wilayah dalam satuan Pulau Sulawesi, apalagi dengan berdirinya propinsi daerah dan menghindari kesenjangan wilayah dalam satuan Pulau Sulawesi, apalagi dengan berdirinya propinsi baru, yaitu Propinsi Gorontalo (di masa mendatang mungkin menyusul wilayah yang lain) maka perlu baru, yaitu Propinsi Gorontalo (di masa mendatang mungkin menyusul wilayah yang lain) maka perlu diintegrasikan dalam sistem pengembangan Lintas Sulawesi.

diintegrasikan dalam sistem pengembangan Lintas Sulawesi.

Penelitian ini dilakukan dengan metodologi pendekatan permasalahan terhadap: (1) konsep pengembangan Penelitian ini dilakukan dengan metodologi pendekatan permasalahan terhadap: (1) konsep pengembangan wilayah terpadu, yaitu: keterpaduan perencanaan dari bawah dan dari atas, pendekatan intersektoral, pendekatan wilayah terpadu, yaitu: keterpaduan perencanaan dari bawah dan dari atas, pendekatan intersektoral, pendekatan pembangunan berkelanjutan dan pendekatan pengembangan wilayah dengan pusat pertumbuhan, (2) perkiraan pembangunan berkelanjutan dan pendekatan pengembangan wilayah dengan pusat pertumbuhan, (2) perkiraan perkembangan wilayah, yaitu: konsep pengelompokkan (

perkembangan wilayah, yaitu: konsep pengelompokkan (cluster cluster ) pengembangan tata ruang dan analisa SWOT,) pengembangan tata ruang dan analisa SWOT, (3) kebutuhan akan transportasi berkelanjutan. Dengan bantuan pemodelan transportasi untuk memprediksi pola (3) kebutuhan akan transportasi berkelanjutan. Dengan bantuan pemodelan transportasi untuk memprediksi pola pergerakan perjalanan dan kinerja jaringan jalan di Pulau Sulawesi diharapkan hasil yang dicapai dapat pergerakan perjalanan dan kinerja jaringan jalan di Pulau Sulawesi diharapkan hasil yang dicapai dapat digunakan sebagai acuan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk mengambil kebijakan dalam digunakan sebagai acuan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk mengambil kebijakan dalam hal pengembangan transportasi khususnya pengembangan jaringan jalan di

hal pengembangan transportasi khususnya pengembangan jaringan jalan di Pulau Sulawesi secara menyeluruh.Pulau Sulawesi secara menyeluruh. Secara umum penelitian ini akan menghasilkan rencana dan program penanganan jaringan jalan Pulau Sulawesi Secara umum penelitian ini akan menghasilkan rencana dan program penanganan jaringan jalan Pulau Sulawesi yang terdiri dari : (1) kerangka pengembangan jaringan jalan terintegrasi, (2) konsep pengembangan jaringan yang terdiri dari : (1) kerangka pengembangan jaringan jalan terintegrasi, (2) konsep pengembangan jaringan  jalan terintegrasi, (3) administrasi dan korelasi ekonomi sektor jalan, (4) prioritas pengembangan wilayah, dan  jalan terintegrasi, (3) administrasi dan korelasi ekonomi sektor jalan, (4) prioritas pengembangan wilayah, dan

(5) program penanganan jaringan jalan. (5) program penanganan jaringan jalan.

(2)

1. PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang

Pembangunan berkelanjutan (

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development sustainable development ) telah menjadi isu dan dasar) telah menjadi isu dan dasar penyelenggaraan pemerintahan pada beberapa tahun terakhir. Pendekatan pembangunan penyelenggaraan pemerintahan pada beberapa tahun terakhir. Pendekatan pembangunan berkelanjutan mengacu pada 3 (tiga) konsep dasar yaitu : a) Kelangsungan sumber daya dan berkelanjutan mengacu pada 3 (tiga) konsep dasar yaitu : a) Kelangsungan sumber daya dan produksi; b) Kelangsungan budaya dan keseimbangan dengan budaya; serta

produksi; b) Kelangsungan budaya dan keseimbangan dengan budaya; serta c) Pengembanganc) Pengembangan sebagai proses peningkatan kualitas hidup.

sebagai proses peningkatan kualitas hidup.

Dalam konteks yang sangat luas pembangunan berkelanjutan mempunyai banyak dimensi Dalam konteks yang sangat luas pembangunan berkelanjutan mempunyai banyak dimensi persoalan yang berkembang di dalam masyarakat seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. persoalan yang berkembang di dalam masyarakat seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan tersebut. erat dan saling ketergantungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan tersebut. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, menurunkan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang menurunkan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan perbaikan dalam kualitas/sifat dari jasa-jasa dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan perbaikan dalam kualitas/sifat dari jasa-jasa pengangkutan tersebut, sehingga secara langsung ataupun tidak sangat menentukan pengangkutan tersebut, sehingga secara langsung ataupun tidak sangat menentukan pembangunan ekonomi pada umumnya.

pembangunan ekonomi pada umumnya.

Secara teoritik, manajemen jaringan jalan harus dilakukan secara integratif dalam suatu Secara teoritik, manajemen jaringan jalan harus dilakukan secara integratif dalam suatu wilayah. Ini berarti bahwa mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan wilayah. Ini berarti bahwa mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya harus dilakukan secara terpadu. Pembagian kewenangan sesuai dengan UU evaluasinya harus dilakukan secara terpadu. Pembagian kewenangan sesuai dengan UU 22/1999 harus selalu mengacu pada konsep jaringan integratif. Kekhawatiran terjadinya 22/1999 harus selalu mengacu pada konsep jaringan integratif. Kekhawatiran terjadinya kekurangpaduan antar daerah dalam implementasinya adalah sesuatu yang harus diantisipasi kekurangpaduan antar daerah dalam implementasinya adalah sesuatu yang harus diantisipasi sejak dini. Beberapa kelemahan perencanaan yang selama ini dapat diamati antara lain adalah sejak dini. Beberapa kelemahan perencanaan yang selama ini dapat diamati antara lain adalah tidak adanya keterkaitan antara jalan, transportasi, dan pengembangan wilayah; tidak adanya tidak adanya keterkaitan antara jalan, transportasi, dan pengembangan wilayah; tidak adanya rencana jangka panjang yang strategis; serta tidak komprehensif dan tidak terpadunya rencana jangka panjang yang strategis; serta tidak komprehensif dan tidak terpadunya perencanaan jaringan jalan.

perencanaan jaringan jalan.

Kelemahan di atas juga dijumpai dalam pengembangan jaringan jalan lintas Sulawesi yang Kelemahan di atas juga dijumpai dalam pengembangan jaringan jalan lintas Sulawesi yang dikenal dengan Lintas Timur, Lintas Tengah dan Lintas Barat. Selain itu, selama ini dikenal dengan Lintas Timur, Lintas Tengah dan Lintas Barat. Selain itu, selama ini pengembangan

pengembangan  feeder road  feeder road yang menghubungkan ketiga lintas tersebut juga belum mendapatyang menghubungkan ketiga lintas tersebut juga belum mendapat perhatian yang serius, padahal

perhatian yang serius, padahal  feeder road  feeder road ini mempunyai peran yang sangat penting dalamini mempunyai peran yang sangat penting dalam mengurangi disparitas pertumbuhan antar daerah dan menghindari kesenjangan wilayah mengurangi disparitas pertumbuhan antar daerah dan menghindari kesenjangan wilayah dalam satuan Pulau Sulawesi. Oleh karena itu untuk menjembatani munculnya kesenjangan dalam satuan Pulau Sulawesi. Oleh karena itu untuk menjembatani munculnya kesenjangan antara kebutuhan prasarana fisik dan tuntutan pengembangan wilayah, maka perencanaan antara kebutuhan prasarana fisik dan tuntutan pengembangan wilayah, maka perencanaan  jaringan jalan lintas Sulawesi yang t

 jaringan jalan lintas Sulawesi yang terintegrasi sangat diperlukan.erintegrasi sangat diperlukan. 1.2. Manfaat

1.2. Manfaat

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari terintegrasinya jaringan jalan lintas Sulawesi Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari terintegrasinya jaringan jalan lintas Sulawesi adalah dapat dikuranginya disparitas pertumbuhan antar wilayah serta terjembataninya adalah dapat dikuranginya disparitas pertumbuhan antar wilayah serta terjembataninya kesenjangan antar wilayah dalam satuan Pulau Sulawesi.

kesenjangan antar wilayah dalam satuan Pulau Sulawesi. 2.

2. PENDEKATAN PENDEKATAN STUDISTUDI

2.1. Konsep Pengembangan Wilayah Terpadu 2.1. Konsep Pengembangan Wilayah Terpadu A.

A. Keterpaduan PerencanaKeterpaduan Perencanaan dari Bawah dan dari an dari Bawah dan dari atasatas

Untuk menciptakan keterpaduan perencanaan dari bawah dan dari atas harus digunakan dua Untuk menciptakan keterpaduan perencanaan dari bawah dan dari atas harus digunakan dua arah pendekatan yaitu : 1) pendekatan dari atas ke bawah (

arah pendekatan yaitu : 1) pendekatan dari atas ke bawah ( top down planningtop down planning) yang) yang diturunkan dari berbagai kebijaksanaan pembangunan yang lebih tinggi baik pada tingkat diturunkan dari berbagai kebijaksanaan pembangunan yang lebih tinggi baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat regional; 2) pendekatan dari bawah (

nasional maupun pada tingkat regional; 2) pendekatan dari bawah ( bottom-up planningbottom-up planning) yang) yang mengakomodasi aspirasi dari bawah dan mampu memberikan dampak positif pada mengakomodasi aspirasi dari bawah dan mampu memberikan dampak positif pada

(3)

pengembanga

pengembangan potensi dari n potensi dari seluruh sumber daya lokal yang tersedia setelah dilakukan analisisseluruh sumber daya lokal yang tersedia setelah dilakukan analisis SWOT (analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan

SWOT (analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan).tantangan). Dalam aplikasinya, baik SWOT

-Dalam aplikasinya, baik SWOT - bottom up planningbottom up planning maupun SWOT –maupun SWOT – top down planningtop down planning harus memperhatikan substansi UU No.

harus memperhatikan substansi UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah sehingga akan22/1999 tentang Pemerintahan Daerah sehingga akan didapatkan ‘benang merah’ antara SWOT

didapatkan ‘benang merah’ antara SWOT bottom up planningbottom up planning – SWOT– SWOT top down planningtop down planning.. B.

B. Pendekatan IntersektoralPendekatan Intersektoral

Kegiatan wilayah pada dasarnya merupakan rangkuman dari kegiatan sektor-sektor Kegiatan wilayah pada dasarnya merupakan rangkuman dari kegiatan sektor-sektor pembangunan dan perekonomian yang dipunyai wilayah bersangkutan. Pendekatan yang pembangunan dan perekonomian yang dipunyai wilayah bersangkutan. Pendekatan yang dapat melihat keterikatan antar seluruh sektor kegiatan pembangunan adalah pendekatan tata dapat melihat keterikatan antar seluruh sektor kegiatan pembangunan adalah pendekatan tata ruang. Beberapa aspek yang perlu diketahui dalam pendekatan ini adalah tujuan/sasaran, ruang. Beberapa aspek yang perlu diketahui dalam pendekatan ini adalah tujuan/sasaran, kebijaksanaan dan strategi

kebijaksanaan dan strategi pembangunan daerah.pembangunan daerah. C.

C. Pendekatan Pembangunan BerkelanjutanPendekatan Pembangunan Berkelanjutan Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan (

Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development sustainable development ) mengacu pada beberapa) mengacu pada beberapa konsep dasar, yaitu: 1)

konsep dasar, yaitu: 1) kelangsungan sumbekelangsungan sumber daya dan r daya dan produksi, 2) kelangsungan budaya danproduksi, 2) kelangsungan budaya dan keseimbangan dengan budaya dan 3) pengembangan sebagai proses peningkatan kualitas keseimbangan dengan budaya dan 3) pengembangan sebagai proses peningkatan kualitas hidup.

hidup. D.

D. Pendekatan Pengembangan Wilayah dengan Pusat Pendekatan Pengembangan Wilayah dengan Pusat PertumbuhanPertumbuhan

Setiap aktivitas pembangunan tidak mungkin tumbuh di semua lokasi secara merata, akan Setiap aktivitas pembangunan tidak mungkin tumbuh di semua lokasi secara merata, akan tetapi berpijak pada keunggulan komparatif dan kompetitif lokasi tertentu sebagai pusat tetapi berpijak pada keunggulan komparatif dan kompetitif lokasi tertentu sebagai pusat pertumbuhan (

pertumbuhan (growth centregrowth centre). Kemudian pusat-pusat aktivitas pembangunan/ pertumbuhan). Kemudian pusat-pusat aktivitas pembangunan/ pertumbuhan menyebar melalui mekanisme penyebaran (

menyebar melalui mekanisme penyebaran (spread effect spread effect ) ke daerah lainnya. Konsep ini pada) ke daerah lainnya. Konsep ini pada dasarnya berorientasi pada

dasarnya berorientasi pada asas Trilogi asas Trilogi PembangunaPembangunan (Pertumbuhan-Pemerataan-Stabilitas).n (Pertumbuhan-Pemerataan-Stabilitas). 2.2. Perkiraan Perkembangan Wilayah

2.2. Perkiraan Perkembangan Wilayah A.

A. Konsep Konsep PengelompokaPengelompokan n ((Cluster Cluster ) Pengembangan Tata Ruang) Pengembangan Tata Ruang

Konsep pengembangan tata ruang merupakan perkiraan perkembangan dari pusat-pusat Konsep pengembangan tata ruang merupakan perkiraan perkembangan dari pusat-pusat pertumbuhan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah di Pulau Sulawesi dikaitkan dengan pertumbuhan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah di Pulau Sulawesi dikaitkan dengan pengembangan prasarana wilayah yang mempunyai pengaruh kuat dalam pengembangan pengembangan prasarana wilayah yang mempunyai pengaruh kuat dalam pengembangan kawasan belakangnya.

kawasan belakangnya. B.

B. Analisis Analisis SWOTSWOT

Dalam perencanaan jaringan jalan harus dilakukan analisis terhadap SWOT (Wheelen dan Dalam perencanaan jaringan jalan harus dilakukan analisis terhadap SWOT (Wheelen dan Hunger, 1992). Analisis SWOT (

Hunger, 1992). Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)Strength, Weakness, Opportunity, Threat) digunakan untuk digunakan untuk  mengidentifikasi isu-isu strategis, yang akhirnya diterjemahkan ke dalam sektor-sektor mengidentifikasi isu-isu strategis, yang akhirnya diterjemahkan ke dalam sektor-sektor unggulan. Di dalam analisis tersebut ada 2 (dua) lingkungan utama yang diidentifikasi yaitu unggulan. Di dalam analisis tersebut ada 2 (dua) lingkungan utama yang diidentifikasi yaitu lingkungan di dalam (

lingkungan di dalam (internal environment internal environment ) atau disebut lingkungan mikro dan lingkungan di) atau disebut lingkungan mikro dan lingkungan di luar (

luar (external environment external environment ) atau disebut sebagai lingkungan makro (lihat Tabel 1).) atau disebut sebagai lingkungan makro (lihat Tabel 1). Tabel

Tabel 1. 1. Keterkaitan Keterkaitan antara antara Kondisi Kondisi Internal Internal dengan dengan Kondisi Kondisi EksternalEksternal Kondisi Eksternal (makro)

Kondisi Eksternal (makro) Kondisi Internal

Kondisi Internal (mikro)

(mikro) PELUANG PELUANG ANCAMANANCAMAN

KEKUATAN/  KEKUATAN/ 

POTENSI POTENSI

Memanfaatkan potensi untuk  Memanfaatkan potensi untuk  meraih peluang

meraih peluang (1) (1)

Memanfaatkan potensi untuk  Memanfaatkan potensi untuk  mengantisipasi ancaman mengantisipasi ancaman (2) (2) KELEMAHAN/  KELEMAHAN/  HAMBATAN HAMBATAN

Menghilangkan hambatan untuk  Menghilangkan hambatan untuk  meraih peluang

meraih peluang (3) (3)

Menghilangkan hambatan untuk  Menghilangkan hambatan untuk  mengantisipasi ancaman

mengantisipasi ancaman (4)

(4)
(5)

2.1.3.

2.1.3. Kebutuhan Kebutuhan akan akan Transportasi Transportasi BerkelanjutanBerkelanjutan

Karena tuntutan peran sektor transportasi yang masih panjang dalam mendukung Karena tuntutan peran sektor transportasi yang masih panjang dalam mendukung pembangunan diperlukan formulasi kebijakan transportasi yang berkelanjutan baik dari sisi pembangunan diperlukan formulasi kebijakan transportasi yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, finansial, maupun aspek lingkungan dan sosial. Agar dapat dicapai kebijakan ekonomi, finansial, maupun aspek lingkungan dan sosial. Agar dapat dicapai kebijakan transportasi yang efektif, sebaiknya memenuhi tiga kebutuhan utama (World Bank, 1996) transportasi yang efektif, sebaiknya memenuhi tiga kebutuhan utama (World Bank, 1996) yaitu : ekonomi dan finansial; lingkungan dan ekologi; dan sosial dan distribusi. Dalam yaitu : ekonomi dan finansial; lingkungan dan ekologi; dan sosial dan distribusi. Dalam menyeimbangkan ketiga kebutuhan tersebut, diperlukan terobosan-terobosan yang berupa menyeimbangkan ketiga kebutuhan tersebut, diperlukan terobosan-terobosan yang berupa tawar menawar (

tawar menawar (trade off trade off ) sehingga dihasilkan solusi yang) sehingga dihasilkan solusi yang win-winwin-win. Langkah-langkah yang. Langkah-langkah yang ditempuh bisa meliputi antara lain: upaya memperbaiki aset/infrastruktur, pengutipan akan ditempuh bisa meliputi antara lain: upaya memperbaiki aset/infrastruktur, pengutipan akan efek-efek eksternal, efisiensi teknis dalam penyediaan, keselamatan, rancangan kontrak dan efek-efek eksternal, efisiensi teknis dalam penyediaan, keselamatan, rancangan kontrak dan kelembagaan.

kelembagaan. 3.

3. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH WILAYAH SULAWESISULAWESI

Pengembangan jaringan jalan yang ada dalam tinjauan satuan Pulau Sulawesi belum Pengembangan jaringan jalan yang ada dalam tinjauan satuan Pulau Sulawesi belum mengakomodasi keseimbangan spasial. Jalan lintas Sulawesi yang sekarang diberlakukan mengakomodasi keseimbangan spasial. Jalan lintas Sulawesi yang sekarang diberlakukan belum sepenuhnya mendukung keseimbangan spasial, karena jaringan jalan yang ada lebih belum sepenuhnya mendukung keseimbangan spasial, karena jaringan jalan yang ada lebih banyak pada pencapaian pertumbuhan banyak pada pencapaian pertumbuhan kawasan produktif tertentu (lihat Gambar 1). kawasan produktif tertentu (lihat Gambar 1). Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa jalan Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa jalan lintas Sulawesi yang ada belum lintas Sulawesi yang ada belum mengakomodasi beberapa kawasan andalan mengakomodasi beberapa kawasan andalan di wilayah Pulau Sulawesi seperti Kapet di wilayah Pulau Sulawesi seperti Kapet Batui (Propinsi Sulawesi Tengah, bagian Batui (Propinsi Sulawesi Tengah, bagian timur) dan Kapet Bukari (Propinsi Sulawesi timur) dan Kapet Bukari (Propinsi Sulawesi Tenggara). Selain itu jalan lintas barat dan Tenggara). Selain itu jalan lintas barat dan   jalan lintas tengah bertemu di Atinggola,   jalan lintas tengah bertemu di Atinggola, selanjutnya membebani jaringan jalan lintas selanjutnya membebani jaringan jalan lintas utara Sulawesi Utara menuju Kapet utara Sulawesi Utara menuju Kapet Manado-Bitung. Secara regional, kesenjangan spasial Bitung. Secara regional, kesenjangan spasial yang terjadi disebabkan karena jalan lintas yang terjadi disebabkan karena jalan lintas Sulawesi lebih menstimulasi perkembangan Sulawesi lebih menstimulasi perkembangan wilayah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tengah wilayah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tengah (bagian barat, tengah, (bagian barat, tengah, utara)-Gorontalo-Sulawesi Utara. Jalan lintas utara)-Gorontalo-Sulawesi belum Sulawesi Utara. Jalan lintas Sulawesi belum menstimulasi perkembangan wilayah menstimulasi perkembangan wilayah Sulawesi Tengah bagian timur dan Sulawesi Sulawesi Tengah bagian timur dan Sulawesi Tenggara (khususnya kawasan kepulauan). Tenggara (khususnya kawasan kepulauan).

Lintas Barat Sulawesi Lintas Barat Sulawesi KETERANGAN KETERANGAN

Lintas Tengah Sulawesi Lintas Tengah Sulawesi Lintas Timur Sulawesi Lintas Timur Sulawesi Jalur Penyeberangan Laut

Jalur Penyeberangan Laut Gambar Gambar 1. 1. Jalan Jalan Lintas Lintas Sulawesi Sulawesi yangyang

Ada dan Kesenjangan Spasial dalam Ada dan Kesenjangan Spasial dalam Satuan Pulau Sulawesi

Satuan Pulau Sulawesi

Selain permasalahan kesenjangan spasial di atas, pengembangan wilayah di Pulau Sulawesi Selain permasalahan kesenjangan spasial di atas, pengembangan wilayah di Pulau Sulawesi  juga masih terganjal oleh beberapa masalah yang diantaranya adalah :

 juga masih terganjal oleh beberapa masalah yang diantaranya adalah : terkait dengan kegiatanterkait dengan kegiatan ekonomi yang masih terkonsentrasi di

ekonomi yang masih terkonsentrasi di ibukota propinsi sehingga kurang memberikan dampak ibukota propinsi sehingga kurang memberikan dampak  pemerataan pada wilayah lainnya; terganggunya jalur transportasi (khususnya jalan lintas) pemerataan pada wilayah lainnya; terganggunya jalur transportasi (khususnya jalan lintas) untuk menghubungkan pusat produksi ke outlet (pemasaran); serta distribusi penduduk yang untuk menghubungkan pusat produksi ke outlet (pemasaran); serta distribusi penduduk yang tersebar tidak merata.

(6)

4. ANALISIS 4. ANALISIS

4.1. Analisis Sistem Perwilayahan dan Sistem Kota 4.1. Analisis Sistem Perwilayahan dan Sistem Kota

Sesuai dengan RTRW Pulau Sulawesi (2003), pusat pertumbuhan dan pengembangan sistem Sesuai dengan RTRW Pulau Sulawesi (2003), pusat pertumbuhan dan pengembangan sistem kota-kota di Pulau Sulawesi dibedakan menjadi 3 (tiga) hirarki utama, yaitu: Pusat Kegiatan kota-kota di Pulau Sulawesi dibedakan menjadi 3 (tiga) hirarki utama, yaitu: Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Berdasarkan hirarki tersebut, dengan mempertimbangkan aspek aksesibilitas antar kota, Berdasarkan hirarki tersebut, dengan mempertimbangkan aspek aksesibilitas antar kota,   jangkauan pelayanan, besaran kota, kedudukan dan perkembangan kota-kota di Pulau   jangkauan pelayanan, besaran kota, kedudukan dan perkembangan kota-kota di Pulau Sulawesi ditetapkan arahan struktur pemanfaatan ruang sistem kota-kota di Sulawesi Sulawesi ditetapkan arahan struktur pemanfaatan ruang sistem kota-kota di Sulawesi sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.

sebagaimana disajikan dalam Tabel 2. Tabel

Tabel 2. 2. Sistem Sistem Kota-Kota Kota-Kota di di Pulau Pulau SulawesiSulawesi

Fungsi Kota Fungsi Kota No Propinsi No Propinsi PKN PKN PKW PKW PKLPKL 1. Sulawesi 1. Sulawesi Utara Utara Manado,

Manado, Bitung Bitung Kotamobagu,Kotamobagu, Tondano Tondano

Tomohon, Likupang, Molibagu, Tomohon, Likupang, Molibagu, Pinolosian, Dumoga,Tahuna Pinolosian, Dumoga,Tahuna 2.

2. Gorontalo Gorontalo Gorontalo Gorontalo Limboto, Limboto, Tilamuta Tilamuta Suwawa, Suwawa, Kwandang, Kwandang, Marisa, Marisa, PaguatPaguat 3. Sulawesi

3. Sulawesi Tengah Tengah

Palu

Palu Poso, Toli-Toli,Poso, Toli-Toli, Kolonodale, Kolonodale, Luwuk, Donggala Luwuk, Donggala

Tentena, Kasiguncu, Ogotua, Tentena, Kasiguncu, Ogotua,

Tinabogan, Banggai, Lebata, Batui, Tinabogan, Banggai, Lebata, Batui, Tawaeli, Buol, Parigi, Moutong Tawaeli, Buol, Parigi, Moutong 4. Sulawesi

4. Sulawesi Selatan Selatan

Makasar

Makasar Pangkajene, Pangkajene, Palopo,Palopo, Watampone, Mamuju, Watampone, Mamuju, Barru, Parepare, Barru, Parepare, Sungguminasa, Maros, Sungguminasa, Maros, Takalar, Bulukumba Takalar, Bulukumba

Masamba, Makale, Rantepao, Mamasa, Masamba, Makale, Rantepao, Mamasa, Wotu, Malili, Soroako Sinjai, Benteng, Wotu, Malili, Soroako Sinjai, Benteng, Jeneponto, Bantaeng, Sengkang,

Jeneponto, Bantaeng, Sengkang, Watansopeng, Majene, Polewali, Watansopeng, Majene, Polewali,

Pinrang, Sidenreng, Rappang, Enrekang Pinrang, Sidenreng, Rappang, Enrekang 5. Sulawesi

5. Sulawesi Tenggara Tenggara

Kendari

Kendari Baubau, Baubau, Kolaka Kolaka Lasolo, Lasolo, Pasar Pasar Wajo, Wajo, Raha, Raha, Ereke,Ereke, Kambara, Mawasangka, Pomala, Kambara, Mawasangka, Pomala, Mowewe, Wundulako, Wawotobi Mowewe, Wundulako, Wawotobi Jumlah

Jumlah 6 6 Kota Kota 21 21 Kota Kota 50 50 KotaKota

Sumber : RTRW Pulau Sulawesi, 2003 Sumber : RTRW Pulau Sulawesi, 2003

4.2. Analisis Kinerja Sistem Jaringan Jalan Eksisting 4.2. Analisis Kinerja Sistem Jaringan Jalan Eksisting

Berdasarkan analisis kinerja sistem jaringan jalan nasional dan propinsi eksisting di Pulau Berdasarkan analisis kinerja sistem jaringan jalan nasional dan propinsi eksisting di Pulau Sulawesi, diketahui bahwa yang memiliki indeks aksesibilitas tertinggi adalah Sulawesi

Sulawesi, diketahui bahwa yang memiliki indeks aksesibilitas tertinggi adalah Sulawesi UtaraUtara (sebesar 0,138 km/km

(sebesar 0,138 km/km22), sedangkan yang memiliki indeks aksesibilitas terendah adalah), sedangkan yang memiliki indeks aksesibilitas terendah adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,046 km/km

Sulawesi Tengah sebesar 0,046 km/km22. Ditinjau dari indeks mobilitasnya, yang memiliki. Ditinjau dari indeks mobilitasnya, yang memiliki indeks tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 1,460 km/1000 pdd, sedangkan yang indeks tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 1,460 km/1000 pdd, sedangkan yang memiliki indeks mobilitas terendah adalah Sulawesi Selatan (sebesar 0,417 km/1000 pdd). memiliki indeks mobilitas terendah adalah Sulawesi Selatan (sebesar 0,417 km/1000 pdd). Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3, secara keseluruhan wilayah Pulau Sulawesi memiliki Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3, secara keseluruhan wilayah Pulau Sulawesi memiliki indeks aksesibilitas dan mobilitas yang lebih tinggi

indeks aksesibilitas dan mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia.dibandingkan Indonesia. Tabel

Tabel 3. 3. Indeks Indeks Aksesibilitas Aksesibilitas dan dan MobilitasMobilitas No

No Propinsi Propinsi Luas Luas (Km(Km22) ) JumlahJumlah Penduduk Penduduk

Panjang Jalan Panjang Jalan Nas. dan Prop. Nas. dan Prop.

(Km) (Km) Aksesibilitas Aksesibilitas (pjg jln/  (pjg jln/  Km Km22)) Mobilitas Mobilitas (pjg jln/  (pjg jln/  1000 pdd) 1000 pdd) 1

1 SSuullaawweessi i SSeellaattaan n 6622336611..77110 0 77996600999911..000000 33331199..117733 00..00553 3 00..441177 2

2 SSuullaawweessi i TTeennggaah h 6688003333..00110 0 22114433663311..000000 33113300..774400 00..00446 6 11..446600 3

3 SSuullaawweessi i TTeennggggaarra a 3388114400..00000 0 11777722887733..000000 22112266..449900 00..00556 6 11..119999 4

4 SSuullaawweessi i UUttaarra a 1155227722..11770 0 11998899554411..000000 22110055..661199 00..11338 8 11..005588 5 5 GGoorroonnttaallo o 1122221155..44550 0 884488889966..000000 660044..229900 00..00449 9 00..771122 Pulau Sulawesi Pulau Sulawesi 119966002222..33440 0 1144771155993322..000000 1111228866..331122 00..00558 8 00..776677 Indonesia Indonesia 11993377117799..00000 0 220011335533110000..000000 6655118844..559900 00..00334 4 00..332244

(7)

4.3. Analisis Kawasan Produktif  4.3. Analisis Kawasan Produktif 

Kawasan produktif merupakan kawasan yang memiliki sektor-sektor unggulan sehingga Kawasan produktif merupakan kawasan yang memiliki sektor-sektor unggulan sehingga mewujudkan suatu kawasan andalan, kapet beserta hinterland-nya. Jaringan jalan nasional dan mewujudkan suatu kawasan andalan, kapet beserta hinterland-nya. Jaringan jalan nasional dan propinsi dalam kaitannya dengan satuan Pulau Sulawesi harus mampu menghubungkan antar propinsi dalam kaitannya dengan satuan Pulau Sulawesi harus mampu menghubungkan antar kawasan produktif. Selain itu jaringan jalan harus komplementer dengan ketersediaan kawasan produktif. Selain itu jaringan jalan harus komplementer dengan ketersediaan prasarana transportasi lainnya seperti dermaga penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara prasarana transportasi lainnya seperti dermaga penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara dan rencana jalan rel. Tiap propinsi memiliki beberapa kawasan produktif yang tersebar di dan rencana jalan rel. Tiap propinsi memiliki beberapa kawasan produktif yang tersebar di tiap kabupaten/ kota, sehingga untuk mempresentasikan dalam satuan Pulau Sulawesi maka tiap kabupaten/ kota, sehingga untuk mempresentasikan dalam satuan Pulau Sulawesi maka perlu dibuat kriteria kawasan produktif. Penetapan kriteria ini diperlukan dalam kaitannya perlu dibuat kriteria kawasan produktif. Penetapan kriteria ini diperlukan dalam kaitannya memilih dan merumuskan prioritas penanganan jaringan jalan t

memilih dan merumuskan prioritas penanganan jaringan jalan t erintegrasi dalam satuan Pulauerintegrasi dalam satuan Pulau Sulawesi.

Sulawesi. Untuk menetapkan kriteria kawasan produktif, perlu mempertimbangkan beberapaUntuk menetapkan kriteria kawasan produktif, perlu mempertimbangkan beberapa aspek-aspek yang meliputi : PDRB, aksesibilitas dan mobilitas, jumlah sektor unggulan, aspek-aspek yang meliputi : PDRB, aksesibilitas dan mobilitas, jumlah sektor unggulan, infrastruktur transportasi lain yang mendukung (lihat

infrastruktur transportasi lain yang mendukung (lihat Gambar 2).Gambar 2).

PDRB PDRB Belum Belum Berkembang Berkembang Cukup Cukup Berkembang Berkembang Berkembang Berkembang Mobilitas

Mobilitas AksesibilitasAksesibilitas

0 0 0 0 22 22 11 0 0 11 LQ > 1 LQ > 1 Cukup Cukup Berkembang

Berkembang BerkembanBerkemban

Cepat Cepat Berkemban Berkemban Fasilitas Fasilitas Penyeberangan

Penyeberangan Fasilitas Pel.Fasilitas Pel.

Laut Laut 2 2 0 0 1 1 2 2 22 0 0 11 2 2 2 2 Sangat Cepat Sangat Cepat Berkemban Berkemban Fasilitas Trans. Fasilitas Trans. Udara Udara Berkembang

Berkembang CepatCepat

Berkembang Berkembang 1 1 11 0 0 11 KAWASAN KAWASAN PRODUKTIF PRODUKTIF 0 0 Gambar

Gambar 2. 2. Penetapan Penetapan Kategori PuKategori Pusat-pusat Kegiatasat-pusat Kegiatan Kawn Kawasan Pasan Produktif roduktif  Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Penilaian Hasil Penilaian Aspek Terkait Aspek Terkait dalam Pdalam Penetapan Kategoenetapan Kategori Pusat-pusatri Pusat-pusat Kegiatan Kawasan Produktif di Pulau Sulawesi

Kegiatan Kawasan Produktif di Pulau Sulawesi No

No Pusat Pusat Kegiatan Kegiatan dalamdalam Kawasan Produktif  Kawasan Produktif 

Hasil

Hasil Analisis Analisis No No Pusat Pusat Kegiatan Kegiatan dalamdalam Kawasan Produktif  Kawasan Produktif 

Hasil Analisis Hasil Analisis Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan Sulawesi TengahSulawesi Tengah 1

(8)

2

2 Bulukumba Bulukumba CB CB 2 2 Banggai Banggai Cu Cu BB

Tabel 4. (lanjutan) Tabel 4. (lanjutan)

No

No Pusat Pusat Kegiatan Kegiatan dalamdalam Kawasan Produktif  Kawasan Produktif 

Hasil

Hasil Analisis Analisis No No Pusat Pusat Kegiatan Kegiatan dalamdalam Kawasan Produktif  Kawasan Produktif 

Hasil Analisis Hasil Analisis 3

3 Bantaeng Bantaeng BB BB 3 3 Morowali Morowali Cu Cu BB

4

4 Jeneponto Jeneponto B B 4 4 Poso Poso Cu Cu BB

5

5 Takalar Takalar CB CB 5 5 DonggalaDonggala3)3) CBCB

6

6 Gowa Gowa CB CB 7 7 Tolitoli Tolitoli BB

7

7 Sinjai Sinjai BB BB 8 8 Buol Buol BBBB

8

8 Maros Maros Cu Cu B B 9 9 Palu Palu SCBSCB

9

9 Pangkep Pangkep Cu Cu BB Sulawesi TenggaraSulawesi Tenggara 10

10 Barru Barru Cu Cu B B 1 1 Buton Buton BB

11

11 Bone Bone B B 2 2 Muna Muna CBCB

12

12 Soppeng Soppeng B B 3 3 KendariKendari4)4) CBCB

13

13 Wajo Wajo B B 4 4 Kolaka Kolaka CBCB

14

14 Sidrap Sidrap B B 5 5 Kota Kota Kendari Kendari CBCB

15

15 Pinrang Pinrang Cu Cu BB Sulawesi UtaraSulawesi Utara 16

16 Enrekang Enrekang Cu Cu B B 1 1 Bolaang Bolaang M M CBCB 17

17 Luwu Luwu CB CB 2 2 MinahasaMinahasa1)1) BB

18

18 Tana Tana Trj Trj Cu Cu B B 3 3 Sangihe Sangihe T T CBCB 19

19 Polmas Polmas CB CB 4 4 Manado Manado SCBSCB

20

20 Majene Majene Cu Cu B B 5 5 Bitung Bitung CBCB

21

21 Mamuju Mamuju BB GorontaloGorontalo

22

22 Luwu Luwu Utr Utr Cu Cu B B 1 1 Kota Kota Gorontalo Gorontalo BB 23

23 Makasar Makasar SCB SCB 2 2 Gorontalo Gorontalo CBCB

24

24 Pare-pare Pare-pare CB CB 3 3 BualemoBualemo 2)2) Cu BCu B

BB

BB = = Belum Belum Berkembang Berkembang B B = = Berkembang Berkembang CB CB =Cepat =Cepat BerkembangBerkembang Cu

Cu B B = = Cukup Cukup Berkembang Berkembang SCB SCB = = Sangat Sangat Cepat Cepat BerkembangBerkembang

1) = data Kab. Minahasa Selatan yang dimekarkan dari Kab. Minahasa masih bergabung dgn kab. Induk  1) = data Kab. Minahasa Selatan yang dimekarkan dari Kab. Minahasa masih bergabung dgn kab. Induk  2) = data Kab. Pohuwatu yang dimekarkan dari Kab. Bualemo masih bergabung dgn kab. Induk 

2) = data Kab. Pohuwatu yang dimekarkan dari Kab. Bualemo masih bergabung dgn kab. Induk  3) = data Kab. Parigi Moutong yang dimekarkan dari Kab. Donggala masih bergabung dgn kab. Induk  3) = data Kab. Parigi Moutong yang dimekarkan dari Kab. Donggala masih bergabung dgn kab. Induk  4) = data Kab. Konawe Selatan yang dimekarkan dari Kab. Kendari masih bergabung dgn kab. Induk  4) = data Kab. Konawe Selatan yang dimekarkan dari Kab. Kendari masih bergabung dgn kab. Induk  5) = data Kab. Bone Bolango yang dimekarkan dari Kab. Gorontalo masih bergabung dgn kab. Induk  5) = data Kab. Bone Bolango yang dimekarkan dari Kab. Gorontalo masih bergabung dgn kab. Induk 

4.4. Analisis Pola Perger

4.4. Analisis Pola Pergerakan dan Pemodelan Transportasiakan dan Pemodelan Transportasi A.

A. Pola Pola Pergerakan Pergerakan Orang Orang dan dan BarangBarang

Secara garis besar, pola pergerakan orang dan barang menggambarkan kekuatan/ potensi di Secara garis besar, pola pergerakan orang dan barang menggambarkan kekuatan/ potensi di suatu wilayah. Kekuatan atau potensi ini dapat berupa jumlah penduduk yang tinggi, suatu wilayah. Kekuatan atau potensi ini dapat berupa jumlah penduduk yang tinggi, perekonomian yang kuat, pelayanan transportasi yang prima, dan lain-lain. Ini berarti

perekonomian yang kuat, pelayanan transportasi yang prima, dan lain-lain. Ini berarti semakinsemakin besar suatu daerah melayani pergerakan orang dan barang, maka daerah tersebut merupakan besar suatu daerah melayani pergerakan orang dan barang, maka daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai potensi untuk membangkitkan dan atau menarik aktivitas

daerah yang mempunyai potensi untuk membangkitkan dan atau menarik aktivitas masyarakatmasyarakat dalam segala bidang. Dalam makalah ini pola pergerakan orang dan barang akan diolah dalam segala bidang. Dalam makalah ini pola pergerakan orang dan barang akan diolah berdasarkan data O-D penumpang dan barang nasional di Pulau Sulawesi tahun 2001. Dari berdasarkan data O-D penumpang dan barang nasional di Pulau Sulawesi tahun 2001. Dari data tersebut untuk mendapatkan prediksi arus lalu lintas sampai dengan tahun 2025 data tersebut untuk mendapatkan prediksi arus lalu lintas sampai dengan tahun 2025 dipergunakan metode furness.

(9)

B.

B. Distribusi Distribusi Jarak Jarak PerjalananPerjalanan

Faktor lain yang mempengaruhi besarnya pola pergerakan adalah jarak perjalanan dari suatu Faktor lain yang mempengaruhi besarnya pola pergerakan adalah jarak perjalanan dari suatu simpul ke simpul lainnya. Umumnya semakin dekat jarak suatu simpul dengan simpul lain, simpul ke simpul lainnya. Umumnya semakin dekat jarak suatu simpul dengan simpul lain, maka akan semakin besar pula perjalanan yang terjadi antar simpul tersebut. Tapi hal ini tak  maka akan semakin besar pula perjalanan yang terjadi antar simpul tersebut. Tapi hal ini tak  selamanya terjadi, karena selain faktor jarak, terdapat juga faktor lain berpengaruh seperti selamanya terjadi, karena selain faktor jarak, terdapat juga faktor lain berpengaruh seperti fungsi simpul (kota), lokasi simpul dan lain-lain.

fungsi simpul (kota), lokasi simpul dan lain-lain.

51.9% 51.9% 42.0% 42.0% 5.2% 5.2% 0.6% 0.6% 0.4%0.4% 00..00% % 00..00%% 0.0% 0.0% 20.0% 20.0% 40.0% 40.0% 60.0% 60.0% 80.0% 80.0% 100.0% 100.0% 0 -0 -1 -01 00 0 1 01 01 -1 -5 05 00 0 5 05 01 -1 -1 01 00 0 0 0 1 01 00 10 1- 1- 15 05 00 0 1 51 50 10 1- 2- 20 00 00 0 2 00 12 00 1- 2- 25 05 00 0 > 2> 25 05 000

Level Jarak Perjalanan (km relatif)  Level Jarak Perjalanan (km relatif)     F    F  r  r   e   e    k    k  u  u   e   e   n   n   s   s    i    i    P    P  e  e   r   r    j    j  a  a    l    l  a  a  n  n   a   a   n   n    (    (    %    %    )    ) 71 .0 % 71 .0 % 2 3 .2 % 2 3 .2 % 2 .5 % 2 .5 % 1 .1 %1 .1 % 2 .2 %2 .2 % 0 0 ..1 1 % % 0 .0 .0 %0 % 0 .0 % 0 .0 % 20 .0 % 20 .0 % 40 .0 % 40 .0 % 60 .0 % 60 .0 % 80 .0 % 80 .0 % 1 00 .0 % 1 00 .0 % 0 - 1 0 - 10 0 0 0 1 0 11 0 1- 5 0- 5 00 0 5 0 15 0 1- 1- 10 0 0 1 0 0 1 -0 0 0 1 0 0 1 -1 5 0 0 1 5 0 0 1 5 0 11 5 0 1- 2- 20 0 0 0 0 0 2 0 02 0 01 -1 -2 5 0 0 2 5 0 0 > > 2 5 0 02 5 0 0 L e v L e v e l J a r a k P e r j a l a n a n ( k m e l J a r a k P e r j a l a n a n ( k m r e l a t ir e l a t if )  f )      F    F  r  r   e   e    k    k  u  u   e   e   n   n   s   s    i    i    P    P  e  e   r   r    j    j  a  a    l    l  a  a  n  n   a   a   n   n    (    (    %    %    )    ) Gambar

Gambar 3. 3. Distribusi Distribusi Jarak Jarak PerjalananPerjalanan Orang di Pulau Sulawesi Tahun 2005 Orang di Pulau Sulawesi Tahun 2005

Gambar

Gambar 4. 4. Distribusi Distribusi Jarak Jarak PerjalananPerjalanan Barang di Pulau Sulawesi Tahun 2005 Barang di Pulau Sulawesi Tahun 2005 C.

C. Indikasi Indikasi PemodelanPemodelan

Model yang akan digunakan dalam pemodelan transportasi ini adalah

Model yang akan digunakan dalam pemodelan transportasi ini adalah all or nothingall or nothing. Pada. Pada model ini diasumsikan bahwa semua pengguna jalan memiliki persepsi yang sama dan model ini diasumsikan bahwa semua pengguna jalan memiliki persepsi yang sama dan kondisi jalan tidak tergantung jumlah pemakai yang melaluinya maka masalahnya tinggal kondisi jalan tidak tergantung jumlah pemakai yang melaluinya maka masalahnya tinggal menentukan rute yang mana yang paling pendek/murah, sehingga semua permintaan menentukan rute yang mana yang paling pendek/murah, sehingga semua permintaan perjalanan dibebankan ke rute minimum dan tidak ada satupun yang dibebankan ke rute perjalanan dibebankan ke rute minimum dan tidak ada satupun yang dibebankan ke rute pilihan lainnya. Beberapa input yang akan digunakan untuk proses pemodelan meliputi pilihan lainnya. Beberapa input yang akan digunakan untuk proses pemodelan meliputi  jumlah zone (45 zone), jumlah node (300 node), dan jumlah link (376 link).

 jumlah zone (45 zone), jumlah node (300 node), dan jumlah link (376 link).

Untuk melihat kinerja pengembangan jaringan jalan nasional dan propinsi Pulau Sulawesi, Untuk melihat kinerja pengembangan jaringan jalan nasional dan propinsi Pulau Sulawesi, maka disusun 2 (dua) skenario yaitu:

maka disusun 2 (dua) skenario yaitu:   Do-Nothing Scenario  Do-Nothing Scenario dandan  Do-Something Scenario  Do-Something Scenario yangyang selanjutnya diolah dengan menggunakan program pemodelan Saturn 9.2. Skenario-skenario selanjutnya diolah dengan menggunakan program pemodelan Saturn 9.2. Skenario-skenario yang ada dibuat dalam perencanaan jangka waktu 20 ( dua puluh) tahun, dimulai dari tahun yang ada dibuat dalam perencanaan jangka waktu 20 ( dua puluh) tahun, dimulai dari tahun dasar 2005 sampai dengan tahun 2025, yang diaplikasikan dalam pembebanan tiap 10 tahun. dasar 2005 sampai dengan tahun 2025, yang diaplikasikan dalam pembebanan tiap 10 tahun.  Do-Something Scenario

 Do-Something Scenariodibuat dalam 3 (tiga) model, yaitu:dibuat dalam 3 (tiga) model, yaitu: 1.

1. Skenario 1 : Lintas Skenario 1 : Lintas Sulawesi yang ada dimantapkanSulawesi yang ada dimantapkan 2.

2. Skenario 2 : Skenario 2 : Pemerataan pengembangaPemerataan pengembangan jaringann jaringan 3.

3. Skenario 3 : Skenario 3 : Pertumbuhan KutubPertumbuhan Kutub Tabel

Tabel 5. 5. Hasil PHasil Prediksi rediksi Kinerja Kinerja Jaringan Jaringan Jalan Jalan pada pada Tiap Tiap SkenarioSkenario Eksisting

Eksisting Skenario Skenario I I Skenario Skenario II II Skenario Skenario IIIIII Kinerja Kinerja 2005 2005 2015 2015 2025 2025 2015 2015 2022025 5 2015 2015 20252025 smp-km smp-km 3.551.836 3.549.591 3.551.836 3.549.591 6.535.639 6.535.639 3.550.049 3.550.049 6.699.801 6.699.801 3.551.758 3.551.758 6.487.3206.487.320 smp-jam smp-jam 113.881 113.881 112.369 112.369 163.795 163.795 112.378 112.378 151.950 151.950 113.238 113.238 180.644180.644 Kecepatan Kecepatan (km/jam) (km/jam) 31 31,1,1898901016 6 3131,5,58888646477 3939,9,90101262611 3131,5,59090252522 4444,0,0929202023 3 31,331,3656531 31 3535,9,912122626 Dari hasil pemode

Dari hasil pemodelan yang lan yang dilakukan, skendilakukan, skenario 2 mempunyaario 2 mempunyai kinerja jaringan jai kinerja jaringan jalan yanglan yang lebih baik, sehingga skenario pemerataan pengembangan jaringan jalan ini menjadi acuan lebih baik, sehingga skenario pemerataan pengembangan jaringan jalan ini menjadi acuan atau pertimbangan dalam pengembangan jaringan jalan di Pulau Sulawesi.

(10)

4.5. Konsep Pengembangan Jaringan Jalan 4.5. Konsep Pengembangan Jaringan Jalan

Konsep pengembangan jaringan jalan ini ditujukan untuk mengembangkan kutub-kutub Konsep pengembangan jaringan jalan ini ditujukan untuk mengembangkan kutub-kutub pertumbuhan yang berada pada kota-kota penting dan strategis, sehingga melahirkan pola pertumbuhan yang berada pada kota-kota penting dan strategis, sehingga melahirkan pola lintas Sulawesi yang sementara ini

lintas Sulawesi yang sementara ini belum banyak mencerminkan keseimbangabelum banyak mencerminkan keseimbangan spasial dalamn spasial dalam satuan Pulau Sulawesi. Kondisi lintas Sulawesi eksisting tersebut memberikan dampak  satuan Pulau Sulawesi. Kondisi lintas Sulawesi eksisting tersebut memberikan dampak  konsentrasi pembangunan pada bagian barat Pulau Sulawesi, khususnya yang berada pada konsentrasi pembangunan pada bagian barat Pulau Sulawesi, khususnya yang berada pada kawasan-kawasan pesisir pantai barat Sulawesi (terutama kawasan pantai barat Sulawesi kawasan-kawasan pesisir pantai barat Sulawesi (terutama kawasan pantai barat Sulawesi selatan). Dalam jangka panjang dikhawatirkan akan terjadi disparitas pertumbuhan regional selatan). Dalam jangka panjang dikhawatirkan akan terjadi disparitas pertumbuhan regional antara kawasan yang dilalui oleh lintas barat dengan kawasan yang dilalui oleh lintas tengah antara kawasan yang dilalui oleh lintas barat dengan kawasan yang dilalui oleh lintas tengah maupun lintas timur Sulawesi. Untuk itu, maka konsep pengembangan lintas Sulawesi perlu maupun lintas timur Sulawesi. Untuk itu, maka konsep pengembangan lintas Sulawesi perlu dimodifikasi sehingga mampu menjangkau kawasan-kawasan andalan yang selama ini masih dimodifikasi sehingga mampu menjangkau kawasan-kawasan andalan yang selama ini masih belum berkembang secara optimal.

belum berkembang secara optimal.

Dengan demikian, konsep yang harus digunakan dalam pengembangan jaringan jalan Pulau Dengan demikian, konsep yang harus digunakan dalam pengembangan jaringan jalan Pulau Sulawesi adalah konsep

Sulawesi adalah konsep trade follow the shiptrade follow the ship agar tercapai keseimbangan spasial. Implikasiagar tercapai keseimbangan spasial. Implikasi dari konsep tersebut harus mengikuti beberapa kriteria

dari konsep tersebut harus mengikuti beberapa kriteria sebagai berikut:sebagai berikut: a.

a. Pengembangan jaringan jalan berfungsiPengembangan jaringan jalan berfungsi menstimulasi kegiatan sosial ekonomi, menstimulasi kegiatan sosial ekonomi, sehingga kriteria pengembangannya tidak  sehingga kriteria pengembangannya tidak  dilandasi oleh perhitungan kelayakan dilandasi oleh perhitungan kelayakan ekonomi,

ekonomi,

Skala Pertumbuhan

Skala Pertumbuhan

Jangka

Jangka Pendek/MenPendek/Menengahengah

Kuat

Kuat

Sedang

Sedang KecilKecil

Jalur Penyeberangan Laut

Jalur Penyeberangan Laut

b.

b. Pengembangan jaringan jalan berorientasiPengembangan jaringan jalan berorientasi  jangka panjang

 jangka panjang c.

c. Pada Pada jangka jangka pendek pendek dengan dengan skalaskala pengembang

pengembangan yang tidak an yang tidak terlalu besarterlalu besar d.

d. Akses-akses jalan yang menghubungkanAkses-akses jalan yang menghubungkan antar lintas di Sulawesi perlu mendapat antar lintas di Sulawesi perlu mendapat prioritas penanganan agar tercapai efisiensi prioritas penanganan agar tercapai efisiensi dan efektifitas pergerakan penumpang dan dan efektifitas pergerakan penumpang dan barang, yang pada akhirnya akan mampu barang, yang pada akhirnya akan mampu secara mantap mendukung integrasi jaringan secara mantap mendukung integrasi jaringan sehingga akan cepat diperoleh pertumbuhan sehingga akan cepat diperoleh pertumbuhan regional serta pemerataan hasil-hasil regional serta pemerataan hasil-hasil pembangunan.

pembangunan. Gambar

Gambar 5. 5. Konsep Konsep Pengembangan Pengembangan JaringanJaringan Jalan Terintegrasi dalam Satuan Pulau

Jalan Terintegrasi dalam Satuan Pulau Sulawesi

Sulawesi 5. KESIMPULAN

5. KESIMPULAN

Strategi pengembangan sistem jaringan jalan satuan Pulau Sulawesi, diusulkan sebagai Strategi pengembangan sistem jaringan jalan satuan Pulau Sulawesi, diusulkan sebagai berikut:

berikut: a.

a. Strategi pengembangan diusulkan dalam 3 (tiga) kerangka waktu, yaitu: jangka pendek Strategi pengembangan diusulkan dalam 3 (tiga) kerangka waktu, yaitu: jangka pendek  (2005-2010), jangka menengah (2011-2020) dan jangka panjang (2021-2025).

(2005-2010), jangka menengah (2011-2020) dan jangka panjang (2021-2025). b.

b. Strategi jangka pendek adalah membentuk struktur jaringan jalan yang utuh, meskipunStrategi jangka pendek adalah membentuk struktur jaringan jalan yang utuh, meskipun dalam kualitas pelayanan yang masih

dalam kualitas pelayanan yang masih rendah.rendah. c.

c. Pada jangka menengah, dilakukan penyeragaman skala penanganan jaringan sesuaiPada jangka menengah, dilakukan penyeragaman skala penanganan jaringan sesuai dengan hirarki yang ditetapkan, sehingga perlu dipertimbangkan peningkatan kualitas dengan hirarki yang ditetapkan, sehingga perlu dipertimbangkan peningkatan kualitas struktur (perkerasan) jalan sesuai dengan beban dan intensitas pada setiap ruas.

(11)

d.

d. Strategi jangka panjang akan berorientasi pada peningkatan kenyamanan perjalanan bagiStrategi jangka panjang akan berorientasi pada peningkatan kenyamanan perjalanan bagi masyarakat.

masyarakat.

Untuk merealisasikan strategi pembangunan jaringan jalan satuan Pulau Sulawesi, diusulkan Untuk merealisasikan strategi pembangunan jaringan jalan satuan Pulau Sulawesi, diusulkan pentahapan program penanganan jaringan jalan sebagai berikut:

pentahapan program penanganan jaringan jalan sebagai berikut: a.

a. Periode Periode I I (2005 (2005 – – 2010)2010)

• Pemantapan jaringan jalan lintas SulawesiPemantapan jaringan jalan lintas Sulawesi •

• Peningkatan atau pembangunan jaringan jalan baru sesuai usulan daerah denganPeningkatan atau pembangunan jaringan jalan baru sesuai usulan daerah dengan

memperhatikan tingkat prioritas pengembangan wilayah. memperhatikan tingkat prioritas pengembangan wilayah.

• Usulan penanganan jaringan jalan yang meliputi wilayah Usulan penanganan jaringan jalan yang meliputi wilayah Makasar, Bualemo, Manado,Makasar, Bualemo, Manado,

Gowa dan Wajo. Gowa dan Wajo.

• Konsolidasi dengan instansi terkait dalam hal penanganan usulan pembangunan jalanKonsolidasi dengan instansi terkait dalam hal penanganan usulan pembangunan jalan

baru yang berimpitan dan atau melewati

baru yang berimpitan dan atau melewati kawasan lindung.kawasan lindung. b.

b. Periode Periode II II (2011 (2011 – – 2015)2015)

• Realisasi usulan-usulan program penanganan jaringan jalan yang meliputi wilayahRealisasi usulan-usulan program penanganan jaringan jalan yang meliputi wilayah

Palu, Gorontalo, Bitung, Takalar dan Pare-Pare serta

Palu, Gorontalo, Bitung, Takalar dan Pare-Pare serta KAPET.KAPET.

• Peningkatan atau pembangunan jaringan jalan Peningkatan atau pembangunan jaringan jalan yang menghubungkan outlet-outlet sertayang menghubungkan outlet-outlet serta

untuk membuka akses strategis, khususnya pada sub-kawasan yang terisolir. untuk membuka akses strategis, khususnya pada sub-kawasan yang terisolir. c.

c. Periode Periode III III (2016 (2016 – – 2020)2020)

• Peningkatan jalan akses (Peningkatan jalan akses ( feeder road  feeder road ) dan pemantapan beberapa jaringan jalan yang) dan pemantapan beberapa jaringan jalan yang

diusulkan daerah dengan memperhatikan tingkat kepadatan dan beban lalu lintas diusulkan daerah dengan memperhatikan tingkat kepadatan dan beban lalu lintas terutama jalur overloading.

terutama jalur overloading.

• Peningkatan jalan dengan mempertimbangkan perkembangan hirarki kawasan yangPeningkatan jalan dengan mempertimbangkan perkembangan hirarki kawasan yang

berada pada koridor jalan. berada pada koridor jalan. d.

d. Periode Periode IV IV (2021 (2021 – – 2025)2025)

• Peningkatan dan pemantapan jalan akses (Peningkatan dan pemantapan jalan akses (  feeder road   feeder road ) di wilayah regional Pulau) di wilayah regional Pulau

Sulawesi untuk menampung mobilitas masyarakat dan mengakses kegiatan Sulawesi untuk menampung mobilitas masyarakat dan mengakses kegiatan masyarakat secara optimal.

masyarakat secara optimal.

• Pembangunan jalan baru yang diusulkan berdasarkan keterkaitan pengembanganPembangunan jalan baru yang diusulkan berdasarkan keterkaitan pengembangan

wilayah meliputi ruas Gintu-Batas Luwu (Kabupaten Donggala); Buol-Molosipat wilayah meliputi ruas Gintu-Batas Luwu (Kabupaten Donggala); Buol-Molosipat (Kabupaten Buol);

(Kabupaten Buol); Tampo-Tolimbo, Tolimbo-Latawe, Latawe-Masara, Masara-Kontu,Tampo-Tolimbo, Tolimbo-Latawe, Latawe-Masara, Masara-Kontu, Kontu-Kambara, Kambara-Wapae, Wapae-Wanseriwu-Tondasi (Kabupaten Muna); Kontu-Kambara, Kambara-Wapae, Wapae-Wanseriwu-Tondasi (Kabupaten Muna); Poopo-Ratatotokdua (Kabupaten Minahasa), Kolaka-Mowewe Utara, Mowewe Poopo-Ratatotokdua (Kabupaten Minahasa), Kolaka-Mowewe Utara, Mowewe Utara-Sanggona (Kolaka); Batas Polmas-Mamuju (Polewali Mamasa); Utara-Sanggona-Mowewe Sanggona (Kolaka); Batas Polmas-Mamuju (Polewali Mamasa); Sanggona-Mowewe Utara, Sanggona-Unaaha, Wawotobi-Tinobu (Kendari).

Utara, Sanggona-Unaaha, Wawotobi-Tinobu (Kendari). 6.

6. UCAPAN UCAPAN TERIMAKASIHTERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Danang Parikesit, M.Sc

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Danang Parikesit, M.Sc (Kepala PUSTRAL(Kepala PUSTRAL UGM), Ir. Agus Taufik Mulyana, MT., Ir. La Ode Muh. Maghribi, MT., yang telah banyak  UGM), Ir. Agus Taufik Mulyana, MT., Ir. La Ode Muh. Maghribi, MT., yang telah banyak  membantu kelancaran penelitian ini.

membantu kelancaran penelitian ini. 7.

7. DAFTAR DAFTAR PUSTAKAPUSTAKA Anonim,

Anonim, KUT IndoraniKUT Indorani, Impact Project, Monash University, Impact Project, Monash University Bank Dunia, 1996,

Bank Dunia, 1996, Keberlanjutan (Keberlanjutan (SustainableSustainable), Sinergi dan Trade Off Aspek-Aspek), Sinergi dan Trade Off Aspek-Aspek Transportasi

Transportasi

Ditjen., Prasarana Wilayah, 2001,

Ditjen., Prasarana Wilayah, 2001, Klasifikasi Indeks Aksesibilitas dan Indeks MobilitasKlasifikasi Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas Jaringan Jalan

(12)

Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, 2003,

Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, 2003, Perencanaan Tata Ruang Wilayah dalamPerencanaan Tata Ruang Wilayah dalam Era Otonomi dan Desentralisasi

Era Otonomi dan Desentralisasi, Makalah pada Kuliah Perdana Program Pasca, Makalah pada Kuliah Perdana Program Pasca Sarjana Magister Perencanaan Kota dan Daerah – Universitas Gajah Mada,

Sarjana Magister Perencanaan Kota dan Daerah – Universitas Gajah Mada, YogyakartaYogyakarta Ofyar Z. Tamin., 2003,

Ofyar Z. Tamin., 2003, Perencanaan dan Pemodelan TransportasiPerencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung, ITB, Bandung Ortuzar., J.D., 1994,

Gambar

Tabel 2.  2.  Sistem  Sistem Kota-Kota  Kota-Kota di  di Pulau  Pulau Sulawesi Sulawesi
Gambar  2.  2.  Penetapan  Penetapan Kategori Pu Kategori Pusat-pusat Kegiata sat-pusat Kegiatan Kaw n Kawasan P asan Produktif  roduktif  Tabel 4
Tabel  4.  (lanjutan) No
Gambar  3.  3.  Distribusi  Distribusi Jarak  Jarak Perjalanan Perjalanan Orang di Pulau Sulawesi Tahun 2005Orang di Pulau Sulawesi Tahun 2005

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan

Sj_ = besar arus jenuh untuk kelompok jalur atau

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten

Sehingga dilakukan penyusunan strategi yang telah digambarkan dalam bentuk matriks SWOT dan strategi yang muncul dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan dilihat dari kategori isi, kategori penampilan fisik dan isu-isu utama yang ditampilkan, yang dimuat di surat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perspektif Pembinaan Tim Puslatda Wushu Sanshou Jawa Timur dalam persiapan Pekan Olahraga Nasional yang Ke-XIX tahun 2016 di

Sementara meninjau ulang pengecualian audit dan tindakan korektif, para anggota komite audit pasak berembuk bersama untuk menentukan apa pelatihan keuangan yang diperlukan,

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas larvasida terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti instar III dengan