• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN

MIND MAPPING

DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN DAN

PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA KELAS IV

SD NEGERI 17 DANGIN PURI

Ida Bagus Surya Wira Negara

1

, I Km Ngrh Wiyasa

2

, I.G.A. A. Sri Asri

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: gusmank_220992@yahoo.com

1

, komang.wyasa@yahoo.com

2

,

xgungasrix@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural melalui penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik siswa kelas IV SD Negeri 17 Dangin Puri. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Rancangan setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 17 Dangin Puri yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Data mengenai hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata persentase hasil belajar PKn siswa sebesar 22,23% dari 66,38% pada siklus I dengan kriteria sedang menjadi 88,61% pada siklus II dengan kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal hasil belajar meningkat sebesar 16,67% dari 69,44% pada siklus I menjadi 86,11% pada siklus II. Untuk pengetahuan prosedural pada siklus I sebesar 68,05% dengan kriteria sedang, meningkat sebesar 13,61% menjadi 81,66% dengan kriteria tinggi pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural siswa melalui penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik pada siswa kelas IV SD Negeri 17 Dangin Puri.

Kata kunci : mind mapping, pendekatan saintifik, hasil belajar PKn, pengetahuan prosedural.

Abstract

This research was aimed to improve the learning outcomes of citizenship education and the procedural knowledge by using mind mapping in scientific approachment to the fourth grade students of 17 Dangin Puri Elementary School. The type of this research was classroom action research (CAR) that implemented into two cycles while each cycle was divided into three times of meeting. Each cycle formed by four steps, there were planning, action, observation, and reflection. The subject of this study were the fourth grade students of 17 Dangin Puri Elementary School in total of 36 students consist of 20 female students and 16 male students. The data about learning outcomes of citizenship education and procedural knowledge was analyzed by using descriptive quantitative analysis method. This data was obtained by using instrument test method called learning outcome’s test. The result of this research shows the improvement of students citizenship education’s learning outcomes average percentage reaches 22,23% from 66,38% in the first cycle that belongs to medium criteria to 88,61% in the second cycle that belongs to high criteria. Classical completeness of students learning

(2)

outcomes increase 16,67% from 69,44% in the firs cycle to 86,11% in the second cycle. The result of procedural knowledge in the first cycle is 68,05% which belongs to medium criteria increases 13,61% to 81,66% which belongs to high criteria in the second cycle. This result shows that there are improvements of student’s learning outcomes average after using mind mapping study in citizenship education.

Keywords : mind mapping, scientific approach, learning outcomes of citizenship education, procedural knowledge.

PENDAHULUAN

Perubahan kurikulum adalah sesuatu yan tidak terelakkan dalam proses pengembangan pendidikan. Suatu kurikulum harus terus beradaptasi dengan berbagai perubahan dan perkembangan yang ada. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan (Kurniasih, dk, 2014:3).

Sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 (dalam Kurniasih dkk, 2014:141) tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Berdasarkan hal tersebut saat ini pemerintah menerapkan pelaksanaan Kurikulum 2013, yang lebih menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, tujuannya adalah untuk merintis terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integratif memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan

memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

Pada kurikulum 2013 terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya adalah pendekatan saintifik. Kurniasih dkk, (2014 : 29) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik menekankan pada keaktifan belajar siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi, dimana proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berfikir analitis (mampu mengambil keputusan) bukan berpikir menanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata ).

Majid, (2014 : 193) yang menyatakan bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta dorongan siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambahnya pengalaman siswa atau semakin tinggi kelasnya. Pendekatan saintifik juga diharapkan untuk mampu mengarahkan siswa dalam menganalisa suatu masalah berdasarkan langkah-langkah atau prosedur penyelesaian masalah sehingga siswa dituntut untuk

(3)

memiliki pengetahuan prosedural yang baik. Menurut Alex dkk dalam buku Anderson & Kharthwohl, (2010:77), pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural juga meliputi pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menggunakan berbagai prosedur.

Menerapkan pendekatan saintifik perlu kiranya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam Burhan, (2014:2) mengenai sistem pendidikan nasional yang diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, Pasal 37, ayat (1) dan ayat (2) menegaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi wajib memuat pendidikan kewarganegaraan (PKn). Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar, pembelajaran PKn dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun. (Susanto, 2014:227).

Namun sangat disayangkan bahwa dalam aplikasinya, pelajaran PKn ini kurang banyak diminati dan dikaji dalam dunia pendidikan dan persekolahan, padahal dalam mata pelajaran PKn ini merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Pancasila, undang-undang dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang masih belum optimal disampaikan ke siswa. Kurangnya minat dan rendahnya pemahaman siswa terhadap pengetahuan PKn dan

pengetahuan prosedural disebabkan oleh cara atau metode mengajar guru yang belum tepat. Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam memahami dan menerima pelajaran PKn, karena pada umumnya guru cenderung menggunakan metode seperti ceramah dan mencatat pada proses pembelajaran. Kelemahan dari metode ini adalah bersifat monoton, membosankan, sulit untuk melihat secara utuh dan siswa kesulitan untuk mencari kata kunci dan melihat hubungan antar sub bagian dari catatan, Swadarma, (2013:4). Sejalan dengan permasalahan di atas maka dibutuhkan solusi yang nantinya diharapkan dapat memberikan perubahan terhadap hasil belajar yaitu dengan teknik mind mapping dalam pendekatan saintifik untuk meningkatkan pengetahuan PKn dan pengetahuan prosedural siswa.

Menurut Alamsyah (2009:20) system peta pikiran atau mind mapping adalah suatu teknik visual yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak. Mind mapping juga dikatakan sebagai cara mencatat yang efektif, efesien, kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran kita. Swadarma, (2013:3) juga menyatakan mind

mapping adalah sistem berfikir yang

terpancar (radiant thingking) sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang. Dapat disimpulkan bahwa mind

mapping merupakan peta pikiran yang

menggunakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman dengan menggunakan simbol, gambar, dan warna sehingga akan lebih efektif, efesien, kreatif, menarik, mudah dipahami, berdaya guna dan dapat mengembangkan ide maupun pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang.

Menurut Alamsyah (2009;25) setiap peta pikiran (mind map) memiliki elemen-elemen sebagai berikut : 1) pusat peta pikiran (mind map) merupakan idea atau gagasan utama yang ditulis dalam bentuk teks atau dibuat dalam bentuk gambar dan ditulis pada bagian tengah kertas. 2) cabang utama marupakan cabang tingkat

(4)

pertama yang langsung memancar dari pusat peta pikiran. 3) cabang merupakan pancaran dari cabang utama dan siswa akan dapat menuliskannya ke segala arah. 4) kata merupakan kata kunci (keywords) yang terdapat disetiap cabang. Setiap cabang berisi satu kata kunci. Kata kunci tersebut di tulis diatas cabang. 5) gambar merupakan visualisasi dari kata kunci pada cabang. Sangat subyektif sehingga siswa dapat menggunakan gambar-gambar yang siswa sukai. 6) warna yang membuat peta pikiran menjadi lebih menarik dan mudah diingat.

Mind mapping atau peta pikiran

memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah dapat melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas, dapat melihat detailnya tanpa kehilangan benang merahnya antar topik, terdapat pengelompokan informasi, menarik perhatian mata dan tidak membosankan, memudahkan kita berkonsentrasi, proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar-gambar, warna dan lain-lain, mudah mengingatnya karena ada penanda-penanda visualnya.

Berdasarkan keunggulan tersebut dapat dipastikan perkembangan motorik halus anak meningkat, mengingat kegiatan pembelajaran di SD diselingi dengan kegiatan yang menyenangkan.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 17 Dangin Puri tahun pelajaran 2014/2015. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 17 Dangin Puri tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa, yaitu 20 siswa perempuan dan 16 siswa laki - laki. Objek penelitian ini adalah hasil belajar Pkn dan pengetahuan prosedural setelah penerapan mind mapping pada siswa kelas IV SD Negeri 17 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015.

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian (Setyosari, 2012:126). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi fokus perhatian, yaitu mind mapping dalam pendekatan saintifik sebagai variabel bebas dan hasil

belajar pengetahuan PKn dan pengetahuan prosedural sebagai variabel terikat.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini dirancang untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran di kelas. Menurut Arikunto (2012:3) mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas bersama. Penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan model rancangan Arikunto. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu dua kali pelaksanaan dan satu kali tes pada setiap akhir siklus. Penelitian ini dilakukan dalam dua kali siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar pengetahuan PKn dan pengetahuan prosedural siswa. Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1990) menyebutkan metode tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar. Tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar PKn adalah tes objektif bentuk pilihan ganda. Tes objektif adalah tes yang penskorannya bersifat objektif, yaitu hanya dipengaruhi oleh objek jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa. Siswa hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Bentuk tes objektif yang digunakan sebagai instrument penelitian adalah pilihan ganda. Soal pilihan ganda terdiri atas stem (pertanyaan), option (sejumlah pilihan), kunci (jawaban yang

(5)

benar atau paling tepat), distractor (jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban) (Sudjana, 2012:48).

Sedangkan tes yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan prosedural adalah tes subjektif (essay). Tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal berikut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran siswa (Nasution yang dikutip dari Widoyoko, 2014:58). Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh penyusun soal, tetapi harus disusun oleh siswa. Butir soal tipe uraian (essay test) hanya terdiri dari pertanyaan atau tugas dan jawaban sepenuhnya harus dipikirkan oleh siswa.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase, mengenal suatu objek yang diteliti sehingga memperoleh kesimpulan yang umum. Sedangkan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu cara analisis/pengelolaan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat atau kata-kata, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga memperoleh kesimpulan umum, (Agung, 2010:8). Analisis statistik deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk

menganalisis data hasil belajar pengetahuan PKn dan pengetahuan prosedural. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Analisis data hasil belajar PKn

a. Untuk mendapatkan skor hasil belajar PKn siswa secara individu digunakan rumus sebagai berikut :

Nilai = X 100

b. Menentukan nilai rata – rata kelas (Mean)

M =

(Koyan, 2012:15) Keterangan : M = rata-rata

∑fx

= jumlah Skor yang diperoleh siswa N = banyaknya siswa

c. Menentukan Persentase Rata-rata Hasil Belajar PKn 100% SMI M M%  Agung (2010:14) Keterangan : M (%) = Rata-rata persen M = Mean (rata-rata) SMI = Skor Maksimal Ideal

Tingkatan hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriterianya adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Peningkatan Hasil Belajar PKn dan Pengetahuan prosedural

Sumber (Agung, 2007:7) d. Menentukan persentase ketuntasan

klasikal dengan rumus :

Kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah (1) jika secara klasikal minimal 80% siswa sudah memperoleh nilai tes akhir PKn dengan kriteria tinggi (80-89) atau dengan kata lain Persentase Kriteria Hasil Belajar

90% – 100% 80% – 89% 65% – 79% 55% – 64% 0%– 54% Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

(6)

ketuntasan klasikal mencapai minimal 80%, (2) jika secara klasikal minimal 80% siswa sudah memperoleh nilai tes akhir pengetahuan prosedural dengan kriteria tinggi (80-89).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran. Masing – masing siklus dibagi menjadi tiga kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan membahas tentang materi dengan menggunakan pendekatan

saintifik dan satu kali untuk evaluasi diakhir siklus.

Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan dari tindakan siklus I pada siswa kelas IV SD N

17 Dangin Puri dengan

mengimplementasikan mind mapping dalam pendekatan saintifik menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural yang diperoleh dari tes akhir siklus sebagai berikut.

Tabel 2. Tabel Data Hasil Penelitian pada Siklus I

Kriteria Hasil Keterangan

Hasil Belajar PKn Rata-rata persentase hasil belajar yaitu 66,38%

Secara umum hasil belajar siswa berada pada kriteria sedang

Ketentuan Klasikal Ketentuan klasikal mencapai 69,44%

Belum mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 80%

Hasil Belajar Prosedural Rata-rata persentase hasil belajar yaitu 68,05%

Secara umum hasil belajar siswa berada pada kriteria sedang

Hasil Penelitian Siklus II

Pada siklus II ini mengacu pada hasil refleksi siklus I untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan

menggunakan teknik Mind Mapping dalam Pendekatan Saintifik. Data hasil belajar PKn dan prosedural siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Tabel Data Hasil Penelitian pada Siklus II

Kriteria Hasil Keterangan

Hasil Belajar PKn Rata-rata persentase hasil belajar yaitu 88,61%

Secara umum hasil belajar siswa berada pada kriteria tinggi

Ketentuan Klasikal Rata-rata persentase hasil belajar yaitu 86,11%

Sudah mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 80%

Hasil Belajar Prosedural Rata-rata persentase hasil belajar yaitu 81,66%

Secara umum hasil belajar siswa berada pada kriteria tinggi

Penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural siswa sudah mencapai indicator

keberhasilan yang ditetapkan, yaitu mencapai presentase 80%. Oleh karena itu penelitin ini sudah dapat dihentikan.

(7)

Sebelum diterapkan teknik mind

mapping pada siswa kelas IV SD Negeri 17

Dangin Puri, siswa kurang terbiasa untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik mind mapping atau peta konsep tersebut. Bahkan siswa cenderung belum mengenal hal ini. Dalam proses pembelajaran guru cenderung menerapkan model pembelajaran konvensional, seperti ceramah dan mencatat dalam proses pembelajaran sehingga siswa cenderung menjadi bosan, sulit untuk melihat secara utuh dan kesulitan dalam mencari kata kunci ataupun melihat hubungan antar sub bagian dari catatan.

Data hasil belajar pada siklus I ini meliputi data rata-rata hasil belajar dan ketuntasan klasikal. Tahap pembelajaran diawali dengan menyampaikan masalah yang akan dibelajarkan dan siswa diberikan kesempatan untuk lebih memahami materi ajar dengan menggunakan imajinasi dan kreativitasnya sendiri menggunakan teknik mind mapping dengan batas waktu tertentu. Siswa kemudian dibagi ke dalam masing – masing kelompok yang sudah ditentukan untuk membahas materi yang terdapat pada LKS dengan teknik mind mapping. Siswa dapat memanfaatkan media belajar yang tersedia. Guru akan berkeliling untuk mengamati proses diskusi siswa serta memberikan bimbingan pada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II, tidak jauh berbeda dengan siklus I. siklus II merupakan bentuk pelaksanaan tindakan pembelajaran yang lebih optimal sebagai hasil refleksi dari kekurangan – kekurangan serta kendala – kendala yang dihadapi saat pelaksanaan siklus I. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan teknik mind

mapping, diperoleh peningkatan hasil

belajar PKn dan prosedural pada sebelum penelitian, pelaksanaan siklus I, dan pelaksanaan siklus II. Secara umum, peningkatan hasil belajar PKn, pengetahuan procedural, serta ketuntasan klasikal dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada pra penelitian, nilai rata – rata PKn siswa sebesar 64,58 dengan ketuntasan klasikal sebesar 55,55% dan

termasuk dalam kategori rendah. Hanya 20 dari 36 siswa yang mendapatkan nilai ≥ nilai KKM. Untuk pengetahuan prosedural siswa memperoleh nilai rata – rata sebesar 65,38 dan termasuk dalam kriteria sedang.

Adapun rata-rata hasil belajar PKn setelah dilakukan penelitian pada siklus I hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari hasil yang diperoleh sebelum penelitian, yaitu sebesar 66,38% yang tergolong pada kategori sedang dan tingkat ketuntasan siswa secara klasikal sebesar 69,44%, sedangkan rata-rata hasil belajar pengetahuan prosedural pada siklus I sebesar 68,05% terhadap materi sarana umum dan keberagaman budaya dalam pelajaran PKn. Ternyata hasil tersebut belum memenuhi target sesuai dengan harapan peneliti. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala atau kekurangan yang peneliti temukan pada saat melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I, diantaranya (1) siswa belum terbiasa dengan pembelajaran mind mapping sehingga mereka cenderung meniru dan ragu-ragu dalam membuat mind map. (2) siswa masih malu untuk menjelaskan mind map yang dibuatnya sendiri. (3) proses pembuatan mind map berlangsung ribut karena ada beberapa siswa yang tidak membawa peralatan yang diberikan.

Berdasarkan dari kekurangan-kekurangan yang dialami dalam pelaksanaan siklus I, maka dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut untuk selanjutnya diterapkan pada pelaksanaan siklus II, diantaranya : (1) memberikan perhatian khusus, memberikan motivasi, memberikan bantuan kepada siswa yang belum paham mengenai teknik pembelajaran mind mapping. (2) membiasakan siswa untuk dapat menyampaikan pendapat dengan percaya diri, menghargai pendapat siswa. (3) mengarahkan siswa untuk membawa sarana pembelajaran sesuai dengan tingkat keperluan dan kreativitas siswa. (4) bagi siswa yang tidak aktif dalam kelompok, diberikan bimbingan yang dapat membangkitkan minat/perhatian siswa serta selalu memberikan pujian kepada siswa yang telah berhasil mengerjakan tugasnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi

(8)

peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Rata-rata persentase hasil belajar PKn siklus I yaitu 66,38% berada pada kriteria sedang dan pada siklus II mencapai 88,61% berada pada katagori tinggi. Ini berarti terjadi peningkatan persentase hasil belajar PKn dari siklus I ke siklus II sebesar 22,23%. Dan pada ketuntasan klasikal PKn pada siklus I sebesar 69,44% berada pada kriteria sedang, sedangkan pada siklus II sebesar 86,11% berada pada kriteria tinggi dimana 31 siswa dari 36 siswa sudah mencapai KKM. Ini berarti terjadi peningkatan ketuntasan klasikal PKn siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67%. Hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada siklus II, diperoleh rata-rata persentase (M%) yaitu 81,66%, yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 80%-89% dengan kriteria tinggi.Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Rata-rata persentase hasil belajar pengetahuan prosedural siklus I yaitu 68,05% berada pada kriteria sedang dan pada siklus II mencapai 81,66% ini berarti terjadi peningkatan persentase hasil belajar pengetahuan prosedural dari siklus I ke siklus II sebesar 13,61%.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural pada siswa kelas IV semester II SD Negeri 17 Dangin Puri.

Secara umum, pada pelaksanaan tindakan siklus II kendala-kendala seperti pada siklus I sudah bisa diselesaikan dengan baik, hanya saja dalam pengalokasian waktu masih perlu ditingkatkan guna untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Untuk itu harapannya kedepan nantinya wali kelas dapat menerapkan teknik mind mapping kepada siswa secara optimal sehingga kendala-kendala tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran PKn dan pengetahuan prosedural dengan menggunakan teknik mind mapping dalam pendekatan saintifik mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam membuat peta konsep sudah memenuhi harapan yaitu

siswa sudah mampu menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan mind mapping dengan variasi mereka sendiri, dan siswa sudah dapat meringkas materi yang panjang ke dalam bentuk peta konsep yang divariasikan dengan tema, sub tema, gambar, garis dan warna yang menjadikan peta konsep semakin menarik sehingga minat siswa menjadi lebih besar untuk memperlajari materi tersebut. Disamping itu siswa juga sudah dapat menjelaskan bagaimana cara atau langkah yang harus dilakukan ketika diberikan soal atau masalah oleh peneliti dalam proses pembelajaran.

Teknik mind mapping sangat bagus diterapkan oleh guru karena teknik mind

mapping ini memberikan manfaat bagi

siswa, yaitu (1) dapat melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas, (2) menarik perhatian dan tidak membosankan, (3) memudahkan siswa berkonsentrasi, (4) proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar dan warna, (5) mudah mengingat karena ada penanda-penanda visual. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa telah menunjukkan keterampilan dalam membuat suatu mind mapping, siswa saling membantu antar teman dengan memberikan motivasi dan siswa berani mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan tentunya menyebabkan hasil belajar PKn dan pengetahuan prosedural siswa meningkat dari siklus sebelumnya. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, (1) Penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 17 Dangin Puri. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar PKn siswa yakni pada siklus I diperoleh persentase sebesar 66,38% dengan kriteria sedang menjadi 88,61% dengan kriteria tinggi. Dan ketuntasan klasikal PKn pada siklus I sebesar 69,44% dengan kriteria sedang menjadi 86,11% dalam tabel konversi PAP

(9)

skala 5 angka tersebut berada pada katagori tinggi. (2) Penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tema tempat tingggalku kelas IV SD Negeri 17 Dangin Puri. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan prosedural siswa yakni pada siklus I diperoleh persentase sebesar 68,05% pada kategori sedang menjadi 81,66% dalam tabel konversi PAP skala 5 angka tersebut berada pada kategori tinggi. Jadi, persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan prosedural siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,61%.

Berdasarkan dari simpulan diatas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut (1) Bagi siswa disarankan agar lebih meningkatkan dalam menerapkan mind

mapping sehingga akan lebih memudahkan

untuk menghafal dan lebih menarik minat belajar siswa dan diharapkan juga agar dapat meningkatkan pengetahuan prosedural siswa. (2) Bagi guru dengan menggunakan teknik mind mapping diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa baik secara individu maupun kelompok yang nantinya diharapkan dapat merubah gaya belajar guru menjadi lebih inovatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa. (3) Bagi peneliti hendaknya mempelajari langkah-langkah penerapan teknik mind mapping dalam proses pembelajaran PKn sehingga ketika menjalani profesi sebagai guru kelas mampu menerapkan pembelajaran ini dengan baik sehingga hasil belajar PKn dan pengetahuan Prosedural dapat ditingkatkan (4) Bagi pihak sekolah hendaknya mampu mensosialisasikan dan mengembangkan wawasan mengenai penerapan teknik mind

mapping kepada para guru yang ada

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dalam semua bidang mata pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede .2010.Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya tentang Penelitian dan Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha.Singaraja 27 September 2010.

Alamsyah, Maurizal. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi Dengan Main Mappiing. Yogyakarta: Mitra Pelajar

Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. 2010.Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Terjemahan Agung Prihantoro. A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assessing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged Edition.2001.Cetakan ke – I.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Burhan, H. Wirman. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, dan

Undang-Undang Dasar

1945.Jakarta: PT Grafindo Persada. Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan

Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Kurniasih, Imas dan Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013.Jakarta: Kata Pena

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nurkancana, Wayan dan PPN Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar.Surabaya: Usaha Nasional Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan dan

Pengembangan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

(10)

Swadarma, Doni. 2014. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Widoyoko, S. Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

.HKDGLUDQ OHJLVODWRU VHOHEULWDV SHUHPSXDQ PHUXSDNDQ ZDUQD WHUVHQGLUL GDODP GXQLD SROLWLN ,QGRQHVLD /HJLVODWRU VHOHEULWDV SHUHPSXDQ PHPSXQ\DL WHPSDW GL KDWL NRQVWLWXHQ PHUHND

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi

Penelitian ini menggunakan merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan analisis data sekunder mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD dan Belanja Daerah di

Responden kelompok perlakuan mendapatkan konseling gizi tentang diet DM dari petugas gizi sebanyak 3 kali selama penelitian dibandingkan kelompok kontrol yang hanya

Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI): Kajian Tentang Metode dan Cabaran Penyediaannya’ ini adalah kajian yang penting kerana ia merupakan satu usaha yang

Dari Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan, dapat dilihat dari prosentase ketercapaian pada siklus 1 mengalami peningkatan pada siklus 2, maka dapat

Transmisi lisan tentang cara mengolah bahan sagu sampai menjadi aneka kuliner seperti Papeda, sagu lempeng, sagu forna, sagu apatar, adalah bentuk produk makanan rakyat dari..