• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah. PERILAKU MEROKOK REMAJA PASCA PAPARAN SLOGAN DAN GAMBAR PERINGATAN BAHAYA MEROKOK 1 Viski Ris Ainun Marahmat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah. PERILAKU MEROKOK REMAJA PASCA PAPARAN SLOGAN DAN GAMBAR PERINGATAN BAHAYA MEROKOK 1 Viski Ris Ainun Marahmat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 Jurnal Ilmiah

PERILAKU MEROKOK REMAJA PASCA PAPARAN SLOGAN DAN

GAMBAR PERINGATAN BAHAYA MEROKOK1

Viski Ris Ainun Marahmat 071114008

Abstract: The results showed most respondents still under age for smoking by the age of 16-17 years by 69%. The majority of respondents male gender - men as much as 98%. The level of smoking behavior of respondents mostly tend to lower as much as 46%. However, there are 21% are at a high level of smoking behavior. Awareness of the dangers of smoking respondents would message on slogans and pictures warning of the dangers of smoking was higher by 88% of respondents pay attention to slogans and pictures warning of the dangers of smoking. Exposure to health threats in the form of visual images on cigarette packs sufficient to provide a change of attitude for high school teenage smokers to reduce smoking habit, there is also to quit smoking. However, the acceptance of stimulus that is realized in the form of a message contained in a slogan or picture of the dangers of smoking, the need for support from other factors which reinforce the dangers of smoking so that more messages could convince the organism / high school teenagers in Surabaya in accepting and understanding the stimulus given. The results of research carried out showed that exposure to the dangers of smoking visual warning on cigarette packs succeeded in proving the existence of influence / close relationship to motivate a smoker to quit smoking. use visual label warning of the dangers of smoking on cigarette packs is considered effective in providing education on the dangers of smoking.

Keywords: cigarettes, teens, slogan, packs of cigarettes, the city of Surabaya Abstrak : Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden masih dibawah umur untuk merokok dengan usia 16 – 17 tahun sebanyak 69%. Mayoritas jenis kelamin responden laki – laki sebanyak 98%. Tingkat perilaku merokok responden sebagian besar cenderung rendah sebanyak 46%. Namun terdapat 21% berada pada tingkat perilaku merokok yang tinggi. Kesadaran responden akan pesan bahaya merokok pada slogan dan gambar peringatan bahaya merokok masih tinggi sebanyak 88% responden memperhatikan slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut. Pemaparan berupa gambar visual ancaman kesehatan pada bungkus rokok cukup memberikan perubahan sikap bagi perokok remaja SMA untuk mengurangi kebiasaan merokoknya, ada juga yang sampai berhenti merokok. Namun dalam penerimaan stimulus yang diwujudkan dalam bentuk pesan yang

1 Tulisan ini merupakan ringkasan skripsi yang berjudul “studi deskriptif perilaku merokok remaja

sma pasca paparan slogan dan gambar peringatan bahaya merokok pada media iklan dan bungkus rokok di wilayah surabaya”

(2)

2 terdapat pada slogan atau gambar bahaya merokok tersebut, perlunya adanya dukungan dari faktor –faktor lain yang menguatkan pesan bahaya merokok sehingga lebih bisa meyakinkan organisme / remaja SMA di Surabaya dalam menerima dan memahami stimulus yang diberikan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemaparan peringatan bahaya merokok secara visual pada bungkus rokok berhasil membuktikan adanya pengaruh/hubungsn ysng erat terhadap motivasi seorang perokok untuk berhenti merokok. penggunaan label visual peringatan bahaya rokok pada bungkus rokok dirasa efektif dalam memberikan edukasi terhadap bahaya rokok.

Kata kunci: rokok, remaja, slogan,,bungkus rokok

PENDAHULUAN

“Merokok : membunuhmu (18+), dengan disertai gambar-gambar yang menunjukkan akibat dari merokok” merupakan perubahan pesan bahaya rokok yang dulunya adalah “Rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin.” Pesan tersebut selalu tercantum dalam berbagai iklan rokok dan bahkan di bungkus rokok yang ada di indonesia. Setiap perokok, sebelum mengambil rokok dari bungkusnya dan menghisapnya pasti akan melihat gambar dan membaca tulisan tersebut. Namun kenyataannya perilaku merokok di Indonesia masih tergolong tinggi. Sebanyak 4,8% dari 1,3 miliar perokok dunia ada di Indonesia. Sehingga Indonesia menduduki urutan ke-3 jumlah perokok terbesar dunia setelah India dan Cina. Sebanyak 46% perokok ASEAN berada di Indonesia (TCSC-IAKMI-KPS PDKT, 2010).

Di indonesia, rokok sudah menjadi barang yang tidak asing dan sangat mudah untuk didapatkan, dalam kehidupan sehari- hari

keberadaan rokok dapat dijumpai hampir disetiap toko atau warung dan supermarket. Begitu juga dengan para pengguna rokok, dapat membeli rokok dan menggunakannya secara bebas. Dan juga tidak sedikitpun para perokok yang memperhatikan dengan baik larangan – larangan merokok di berbagai tempat. Konsumsi rokok saat ini bukan hanya dilakukan oleh orang – orang dewasa namun juga dikonsumsi oleh kalangan remaja, yang seharusnya mereka masih bisa dikatakan belum layak untuk mengkonsumsi rokok. Hal ini diperkuat dengan adanya fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, pada tahun 2010 yang sempat mengeluarkan fatwa haram rokok

melalui surat Nomor

6/SM/MTT/III/2010 dan ditambah Majelis Ulama Indonesia yang sebelumnya juga telah mengeluarkan fatwa haram rokok, khususnya bagi anak-anak (AS, 2013).

Selain fatwa haram tersebut, larangan merokok bagi anak-anak maupun remaja terlihat di dalam slogan peringatan merokok itu sendiri yang bertuliskan “merokok

(3)

3 membunuhmu 18+”. Dalam tulisan

18+ tersebut menjelaskan bahwa rokok hanya boleh dikonsumsi bagi orang yang telah berusia 18 tahun ke atas. Namun dalam Survei perilaku merokok di kalangan pelajar SMP dan SMA digelar Modernisator bekerjasama dengan Laboratorium

pengembangan ekonomi

pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEP FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, pada Oktober 2012 lalu. Jumlah perokok aktif di kalangan pelajar SMP dan SMA di Surabaya tergolong mengkhawatirkan. Berdasarkan survei, pada Oktober 2012 lalu, pelajar yang menjadi perokok aktif sebanyak 12,98 persen dan 14,3 persen pelajar pernah dan kadang merokok. "Sebanyak 94,6 persen mengaku bahwa teman-teman mereka merupakan perokok dan sebanyak 86 persen yang menawarkan rokok pada mereka," (detikNews.com, diakses pada 15 Juni 2014).

Hal yang intrik dalam kasus tentang rokok ini adalah “perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil “. Namun ironisnya, resistensi terhadap PP 109 tahun 2012 ini bermunculan. “Sampai kapanpun, dengan apapun, sampai titik darah penghabisan, kami warga petani tembakau Sindoro dan Sumbing akan menolak PP No 109 Tahun 2012 karena akan mematikan tembakau. Tembakau kami mati, kami juga mati. Labih baik mati terhormat menolak tembakau daripada mati karena kelaparan” kata

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Temanggung, Ahmad Fuad, saat berorasi unjuk rasa menolak PP 109 Tahun 2013, Selasa tanggal 19 Februari 2013 di Temanggung. Di samping itu, MAKKI (Masyarakat Pemangku Kepentingan Kretek Indonesia) yang merupakan afiliasi Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI), Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Laskar Kretek, Serikat Pekerja Rokok Tembakau, Makanan dan Minuman (SPTRMM), Masyarakat Bangga Produk Indonesia (MBPI), dari awal atau sejak masih dibahas, sampai diberlakukan, menolak pemberlakuan

PP tersebut

(Kompasiana.com,diakses pada 29 Maret 2014). Berdasarkan data Riskesdas 2013 diketahui proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, umur 35-39 tahun 32,2 persen, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah proporsi perokok aktif setiap hari yang terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya (Riskesdas, 2013), dan juga menurut laporan dari WHO mengenai konsumsi tembakau dunia, angka prevalensi merokok di indonesia merupakan salah satu diantara yang tertinggi di dunia, dengan 46,8% laki-laki dan 3,1% perempuan usia 10 tahun keatas yang diklasifikasikan sebagai perokok (WHO, 2011).

(4)

4 Kesadaran masyarakat akan

bahaya rokok dalam kesehatan masih sangat kurang, meskipun banyak sekali himbauan, maupun peringatan dari berbagai aspek dalam rangka ranah sosialisasi maupun cara untuk menekan penggunaan rokok masih sangat diacuhkan oleh banyak kalangan perokok. Bahkan sampai slogan – slogan yang tercantum dalam iklan – iklan maupun bungkus rokok

yang sebelumnya hanya

mencantumkan penyakit – penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok tersebut seperti “ Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin “ sampai diganti dengan kalimat yang lebih ekstrem atau bisa dibilang kasar yaitu “ Rokok Membunuhmu 18+“ yang tertera jelas pada baliho – baliho besar yang terpampang di berbagai tempat, namun masih juga terlihat banyak sekali perokok yang berkeliaran.

Pada dasarnya penelitian ini berawal dari adanya fenomena perokok aktif dikalangan remaja yang semakin terlihat, baik dikalangan laki-laki atau perempuan. Padahal pada baru-baru ini muncul slogan “Peringatan: Merokok Membunuhmu 18+” yang terpampang pada iklan-iklan rokok diberbagai media, sebagai rana penyadaran terhadap masyarakat

akan seriusnya bahaya

rokok/merokok dan juga ditambah pencantuman gambar – gambar peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok yang menunjukkan bahwa keseriusan mengenai dampak

rokok yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Berdasarkan permasalahan di atas, muncul pertanyaan bagaimana perilaku merokok remaja SMA pasca terpapar slogan dan gambar peringatan bahaya merokok pada media iklan dan bungkus rokok?

Bagaimana peran peer group, keluarga, dan instansi sekolah terkait dengan perilaku merokok remaja SMA? Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti akan melakukan penelitian mengenai perilaku merokok remaja pasca paparan slogan dan gambar peringatan bahaya merokok di sekolah- sekolah SMA di kota Surabaya.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pengambilan data kuantitatif yang dimana kuesioner menjadi alat penelitian untuk mengumpulkan data. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja sma yang bersekolah di surabaya. Sample dari penelitian ini adalah sebagian dari remaja sma di surabaya yang memiliki perilaku merokok. teknik pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan teknik multi stage cluster random sampling, yaitu teknik sampling dengan menyeleksi dan mengelompokkan populasi atau sampel ke dalam beberapa kelompok atau kategori dan dibagi berdasarkan wilayah. Selanjutnya untuk jumlah sample

(5)

5 yang diambil dari setiap

masing-masing wilayah, peneliti mencoba untuk mengkombinasikan metode cluster dan quota sampling. Dimana peneliti dapat menentukan jumlah sampling yang terbagi menurut wilayah wilayah yang sudah dibagi tersebut. namun peneliti juga mengkombinasikan dengan accidental sampling dikarenakan belum adanya data komperehensif yang dapat dijadikan kerangka sampel yang pasti mengenai perokok aktif dikalangan remaja. Akhirnya peneliti menentukan 100 responden sebagai sampel penelitian yang dimana dari 100 tersebut dibagi berdasarkan wilayah-wilayah di Surabaya.

HASIL

Dari keseluruhan responden yang memiliki perilaku merokok sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki dan berusia 16-17 tahun yang dimana menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan, selain berisi peringatan tentang kesehatan, mewajibkan untuk mencantumkan pernyataan “dilarang menjual atau memberi kepada anak berusia dibawah 18 tahun dan perempuan hamil”. Peraturan pemerintah tersebut secara tegas melarang peredaran rokok untuk anak usia dibawah 18 tahun, namun menurut temuan data lapangan

diketahui bahwa mayoritas responden yang merokok ada pada usia 16 – 17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya rokok, terutama bagi para remaja dan juga masih kurang tersampaikannya peraturan pemerintah kepada masyarakat. dari segi keterjangkauan, remaja cenderung mudah untuk mendapatkan rokok, karena dilihat dari data lapangan yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (67%) memiliki uang saku perharinya sebanyak Rp. 16.000,- sedangkan sebagian besar responden (72%) menyatakan dapat membeli rokok dengan harga Rp. 1000 – 5000,-.

Terkait dengan kesadaran responden tentang perubahan pesan pada slogan dan gambar bahaya merokok didapati 92.3% responden menyatakan sadar akan pesan pada slogan dan gambar bahaya merokok. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas remaja SMA sadar akan adanya perubahan dalam pesan yang tercantum dalam slogan peringatan bahaya merokok yang menjadi lebih ekstrim dalam kosa kata dan intonasinya, dan mayoritas

remaja SMA mengetahui

dicantumkannya gambar – gambar efek negatif pada setiap bungkus/kemasan rokok yang memberikan visualisasi pesan sehingga memberikan efek yang lebih untuk menyadarkan perokok aktif akan bahaya dalam mengkonsumsi rokok. Sehingga dari data lapangan di atas dapat dilihat bahwa remaja SMA

(6)

6 di Surabaya memperhatikan dan sadar

dengan adanya slogan dan gambar bahaya peringatan merokok yang sekarang sedang gencar-gencarnya di tampilkan dalam berbagai media sebagai bentuk peringatan akan berbahanya perilaku merokok terhadap kesehatan.

Berkaitan dengan teori skinner, perilaku merokok remaja SMA merupakan sebuah respons atas proses masuknya rangsangan tertentu (stimulus) kepada organisme (individu) sehingga terciptanya perilaku merokok tersebut. dalam hal ini stimulus / perangsang yang dimaksud bisa berupa faktor – faktor eksternal seperti pengaruh peergroup ataupun faktor internal yang akhirnya mempengaruhi remaja SMA tersebut untuk berperilaku merokok. Namun dalam kajian penelitian ini, perilaku merokok yang dimaksud adalah perilaku merokok remaja SMA pasca terpaparnya slogan dan gambar peringatan bahaya merokok pada media iklan dan bungkus rokok. Sehingga yang dilihat adalah perubahan perilaku merokok remaja SMA tersebut setelah terkena paparan slogan dan gambar peringatan bahaya merokok. Pesan yang terkandung dalam paparan slogan dan gambar peringatan bahaya merokok merupakan sebuah stimulus yang nantinya akan mempengaruhi organisme/ remaja SMA dalam perilaku merokoknya, sehingga diharapkan muncul sebuah perubahan yang terjadi dalam perilaku merokoknya.

Dalam hal ini peran lingkungan sekitar yang didalamnya termasuk peran orang tua, teman dan instansi sekolah terfungsikan sebagai penguatan atas slogan dan gambar peringatan bahaya merokok yang didalamnya tercantum pesan efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok tersebut. Peran lingkungan ini menjadi suatu penguatan negatif yang memberikan efek terhadap perilaku merokok para remaja SMA agar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan perilaku merokok tersebut. Peran – peran yang diberikan oleh orang tua, teman, ataupun instansi sekolah tersebut berupa tindakan – tindakan seperti teguran bahkan sampai hukuman yang diberikan oleh orang tua dan instansi sekolah kepada para remaja SMA ini yang melakukan tindakan merokok. upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk larangan dari orang tua maupun instansi sekolah agar para remaja dapat belajar menahan diri dan tidak melakukan perbuatan – perbuatan tersebut.

Dalam temuan data lapangan pengetahuan – pengetahuan ini berupa pengetahuan tentang bahaya merokok, pengetahuan mengenai penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh rokok, dan pengetahuan bahaya merokok bagi orang lain. Pengetahuan muncul akibat penerimaan organisme atas slogan dan gambar peringatan bahaya merokok sebagai stimulus awal yang selanjutnya ditrima dan diolah organisme menjadi sebuah

(7)

7 pengetahuan baru bagi organisme.

Yang kemudian pengetahuan tersebut dianggap sebagai stimulus lain untuk mempengaruhi tindakan organisme atau memberikan efek terhadap kesediaan organisme untuk bertindak demi stimulus yang telah diterima (bersikap), sehingga pada akhirnya dengan dukungan penguatan – penguatan dari lingkungan maka pengetahuan akan bahaya merokok tersebut dapat memberikan efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Berdasarkan hasil data lapangan yang dilakukan terhadap 100 responden diperoleh hasil 100% responden melihat slogan dan gambar peringatan bahaya merokok pada iklan dan bungkus rokok dalam satu hari. Dari hasil tertinggi bahwa responden melihat slogan dan gambar bahaya merokok pada iklan dan bungkus rokok 6-10 kali dalam satu hari dan ini menunjukan bahwa remaja SMA di surabaya mengetahu dan memperhatikan slogan dan gambar tersebut. Responden juga menyatakan paham akan pesan yang terkandung dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut, namun masih ada sebagian kecil responden yang menyatakan tidak paham akan pesan yang terkandung dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut. Respon/ tanggapan yang berupa pendapat yang diberikan responden terhadap slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut mendasari sikap responden akan slogan dan gambar

peringatan bahaya merokok tersebut. Adapun data lapangan yang menyatakan sikap responden, mayoritas responden menyatakan sikap takut akan slogan dan gambar bahaya merokok pada iklan dan bungkus rokok, namun sebagian kecil responden menyatakan tidak takut. Hal ini menunjukkan bahwa pesan yang terkandung dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut dapat dipahami dan memberikan efek kepada responden untuk tertarik menjauhi perilaku merokoknya, sehingga disini dapat dilihat adanya perubahan perilaku responden akibat dari efek yang ditimbulkan oleh stimulus yang diterima organisme.

Selanjutnya tanggapan merupakan sebuah efek yang muncul sebagai akibat dari pengaruh stimulus terhadap sebuah organisme yang didasari atas penerimaan stimulus oleh organisme itu sendiri. Dalam penelitian ini pesan yang terkandung dalam slogan atau gambar peringatan bahaya merokok yang terdapat pada bungkus dan iklan rokok merupakan sebuah stimulus yang dimaksudkan untuk mempengaruhi perilaku merokok remaja SMA di surabaya yang dimana berperan sebagai organisme yang menerima stimulus/rangsangan. Penerimaan atas pesan bahaya merokok tersebut oleh remaja SMA di wilayah surabaya dilihat dari beberapa indikator. Indikator pertama yaitu kesadaran masyarakat akan adanya slogan dan gambar bahaya merokok pada iklan

(8)

8 dan bungkus rokok, kemudian

indikator kedua tentang pemahaman akan pesan yang diberikan slogan dan gambar bahaya merokok sehingga memunculkan pengetahuan – pengetahuan baru mengenai bahaya merokok, dan indikator yang terakhir adalah tindakan yang dilakukan responden/organisme sebagai efek dari penerimaan stimulus atas pesan bahaya merokok yang tercantum

dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok. dalam penelitian ini pesan yang tercantum dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok di ibaratkan sebagai stimulus. Sedangkan tindakan yang dilakukan organisme yang diakibatkan efek dari pesan dalam slogan dan gambar bahaya merokok tersebut diibaratkan sebagai respon.

Secara teoritik yang dimaksud dengan stimulus merupakan sebuah rangsangan/ dorongan, sehingga unsur stimulus dalam teori ini merupakan perangsang berupa pernyataan – pernyataan ataupun pesan yang ditujukan kepada organisme. Namun stimulus tersebut bersifat fleksibel, sehingga stimulus tersebut dapat diterima ataupun ditolak oleh organisme.

Pada tahap berikutnya ketika stimulus tersebut dapat diterima dan mendapat perhatian dari organisme maka ia mengerti stimulus ini akan dilanjutkan kepada proses berikutnya, yaitu proses pengolahan atau pemahaman atas stimulus tersebut. Sehingga stimulus tersebut mempengaruhi organisme dalam bertindak ataupun bersikap, namun di sisi lain dalam proses pengolahan atau pemahaman atas stimulus tersebut

terdapat beberapa faktor – faktor luar yang menjadi pendukung stimulus agar lebih meyakinkan organisme untuk menerima stimulus tersebut, hal tersebut dinamakan penguat (Skinner, 1983).

Pada tahap terakhir, dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan yang disebut dengan penguatan (reinforcement), maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya, perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting dalam mendukung stimulus STIMULUS

RESPON

ORGANISME PENGUATAN PENGUATAN

(9)

9 untuk memberikan efek tindakan dari

individu/ organisme.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seseorang akan lebih berhenti merokok jika pesan untuk berhenti merokok menunjukkan alasan

berhenti merokok yang

menggambarkan konsekuensi kesehatan dari merokok tersebut seperti memunculkan gambar penyakit- penyakit yang diakibatkan oleh rokok, dibanding dengan memberikan pesan yang terlalu ekstrim dan tidak mudah di terima oleh masyarakat karena tidak memiliki bukti kongkrit didalamnya.

Hal ini dibuktikan dalam tabel III.19 dan III.20 yang menunjukkan bahwa mayoritas remaja lebih takut terhadap gambar – gambar peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok, dibanding dengan pesan Merokok membunuhmu yang dicantumkan pada setiap media iklan rokok.

Dari stimulus yang telah diterima oleh responden (organisme), sehingga terdapat proses berfikir yang dilakukan oleh organisme/ responden untuk memahami isi dari pesan

STIMULUS

Slogan dan Gambar Bahaya Merokok

Pengetahuan tentang bahaya merokok

Pengetahuan bahaya merokok bagi orang lain Pengetahuan mengenai

penyakit – penyakit yang ditimbulkan oleh rokok

ORGANISME PERILAKU MEROKOK REMAJA

SMA DI SURABAYA PENGUATAN Faktor ekternal ( Peran keluarga, teman, dan instansi sekolah) RESPON

Perubahan Sikap Terhadap Bahaya Merokok

PENGUATAN Faktor Internal ( Proses Pemikiran, dan Keterjangkauan) RESPON

Perubahan Perilaku Merokok

(10)

10 tersebut, dalam penelitian ini terdapat

3 indikator yang diperoleh responden/organisme dari proses pengolahan atas stimulus awal. Tiga indikator tersebut adalah pengetahuan tentang bahaya merokok, pengetahuan mengenai penyakit-penyakit yang ditimbukan oleh rokok, dan mengenai behaya merokok bagi orang lain. Ketiga indikator tersebut muncul sebagai hasil dari olahan pemikiran organisme yang telah dipengaruhi oleh stimulus.

Namun pada dasarnya, teori ini menyebutkan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsangan) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula, stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme ini. Sehingga faktor reinforcement memegang peranan penting, dalam penelitian ini yang menjadi faktor – faktor reinforcement/ penguatan yang muncul adalah peran-peran orangtua (keluarga), peran teman, dan peran instansi sekolah. Penguatan – penguatan tersebut mendukung stimulus untuk menjadi lebih kuat dan meyakinkan agar lebih bisa diterima oleh organisme. Penguatan – penguatan tersebut bersifat negatif, yang dimana penguatan tersebut mendukung stimulus dan bertujuan untuk mengurangi pola prilaku merokok responden.

Pada tahap akhir yaitu respons yang dilakukan oleh organisme atau remaja SMA yang merokok di

surabaya tersebut. Respons merupakan sebuah tindakan ataupun tanggapan yang dilakukan oleh organisme setelah mendapatkan rangsangan berupa stimulus dan penguatan – penguatan dari lingkungan sekitar. Sehingga memunculkan tindakan baru yang dilakukan oleh organisme dalam merespons stimulus tersebut. Dalam penelitian ini respons yang dilakukan responden/ organisme terbagi dalam beberapa variasi respons, hal ini dikarenakan perbedaan dari penguatan – penguatan yang mempengaruhi masing – masing remaja sehingga mamunculkan beberapa pola dalam perilaku merokok remaja tersebut. yang pertama adalah remaja yang benar – benar berhenti merokok, kedua adalah remaja yang masih berusaha untuk berhenti merokok dengan melakukan tindakan berupa pengurangan dalam perilaku merokok mereka hal ini dibuktikan dengan data lapangan bahwa dari 100 responden yang diwawancara, 73% responden menyatakan pernah berusaha untuk berhenti merokok, namun tidak semua responden/ remaja SMA yang sampai sekarang benar-benar berhenti dari perilaku merokoknya dan juga masih ada remaja yang tidak bisa/ tidak mau menghilangkan perilaku merokoknya hal ini merupakan pola yang ketiga.

Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa slogan / gambar peringatan bahaya merokok yang menjadi stimulus dapat dikatakan

(11)

11 efektif ketika slogan/gambar

peringatan bahaya merokok tersebut mendapat perhatian dari organisme / remaja SMA yang merokok di surabaya, sehingga organisme / remaja SMA yang merokok di surabaya dapat mengolah stimulus tersebut dan menjadi sebuah kesediaan untuk melakukan tindakan demi stimulus yang telah diterimanya, tindakan tersebut berupa perubahan perilaku yang mengarah pada pengurangan dalam mengkonsumsi rokok atau pengurangan dalam perilaku merokok remaja SMA di surabaya.

KESIMPULAN

Slogan dan gambar peringatan bahaya merokok yang terdapat pada berbagai media iklan dan kemasan rokok merupakan sebuah aksi yang ditujukan untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya merokok bagi lingkungan sekitar maupun diri sendiri khususnya bagi kesehatan. Pencantuman Slogan dan gambar bahaya merokok tersebut dicanangkan oleh pemerintah sebagai kebijakan yang bertujuan untuk melindungi generasi saat ini dan yang akan datang dari kehancuran kesehatan, konsekuensi sosial, lingkungan dan ekonomi yang diakibatkan oleh rokok dan paparan asapnya.

Pesan yang disampaikan oleh slogan dan gambar peringatan bahaya merokok memiliki tujuan untuk ditanggapi oleh masyarakat dengan

cara masyarakat memperhatikan dan memahami pesan yang tekandung dalam setiap slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut. Namun dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian/ sampel penelitian adalah remaja SMA yang bertempat tinggal diSurabaya, karena diasumsikan bahwa remaja SMA merupakan generasi muda yang menjadi perokok aktif dan dapat dikatakan masih dalam tingkatan pemula sehingga dianggap lebih mudah untuk menerima pesan yang disampaikan oleh slogan dan gambar peringatan bahaya merokok yang terdapat pada berbagai media iklan dan kemasan rokok. Pemahaman yang dilakukan oleh remaja SMA tersebut bersifat variatif. Keberagaman atau variasi pemahaman atas pesan yang terkandung dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dimana faktor-faktor tersebut dijadikan sebagai penguatan atas pesan yang terkandung dalam slogan dan gambar bahaya merokok tersebut. Penguatan (reinforcement) yang dimaksud adalah memperkuat suatu ikatan antara stimulus dan respons. Penguatan tersebut berupa faktor eksternal dan internal, adapun faktor eksternal yang terbagi dalam 3 faktor berdasarkan peran keluarga, peran teman, dan peran instansi sekolah. Sedangkan untuk faktor internal berdasarkan keterjangkauan dan proses pemikiran remaja SMA atas stimulus yang diberikan.

(12)

12 Kemudian untuk proses

terjadinya respons remaja SMA atas pesan yang terkandung dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok yang berakibat pada perubahan perilaku merokok remaja SMA. Melalui proses yang di sebut stimulus – organisme – respons, proses tersebut tersebut diwujudkan dalam bentuk pemahaman yang dilakukan oleh remaja SMA di Surabaya atas pesan yang terkandung dalam slogan dan gambar peringatan bahaya merokok tersebut. Pemaparan berupa gambar visual ancaman kesehatan pada bungkus rokok cukup memberikan efek perubahan sikap bagi perokok remaja SMA untuk mengurangi kebiasaan merokoknya, pola perilaku merokok yang ditunjukkan remaja SMA pasca terpapar slogan dan gambar

peringatan bahaya merokok, memunculkan pola perilaku remaja yang bervariatif, ada yang masih tetap merokok, ada juga yang sampai berhenti merokok, Namun mayoritas masih dalam proses berusaha untuk berhenti merokok. Dalam penerimaan stimulus yang diwujudkan dalam bentuk pesan yang terdapat pada slogan atau gambar bahaya merokok tersebut, perlunya adanya dukungan dari faktor –faktor lain yaitu peran – peran dari keluarga dan juga instansi sekolah yang menguatkan pesan bahaya merokok sehingga lebih bisa meyakinkan organisme / remaja SMA di Surabaya dalam menerima dan memahami stimulus yang diberikan. Sehingga dalam proses tersebut akan mempengaruhi langsung terhadap perilaku merokok remaja SMA di Surabaya.

PUSTAKA BUKU :

Ahsan ,Abdillah DKK. 2007. “Dampak Peningkatan Cukai Tembakau terhadap Perekonomian dan Ketenagakerjaan” : Jakarta

A, Ibrahim Indrawijaya. 2010. “Teori perilaku dan budaya organisasi”. Rafika, Bandung

Nasution, S. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Poloma, Margareth. 2004. “Sosiologi Kontemporer”. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ritzer, George. 2012. “Teori Sosiolog: Dari Sosiologi Klasik Smapai Perkembangan Terakhir Postmodern”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Ritzer, George. 2014. “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”.

(13)

13 Singarimbun, Masri dan Sofian, Efendi, 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3S.

Skinner, B.F, 2014. “Ilmu Pengetahuan & Perilaku Manusia”.Pustaka Pelajar, Jakarta.

Sugiyono, 2012. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.Alfabeta, Bandung.

Supratiknya, A. 1993. “Teori – teori Sifat dan Behavioristik”. Kanisius, Yogyakarta.

Wirawan,I.B.2013. “Teori – Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma”. Kencana, Jakarta.

JURNAL, SKRIPSI, THESIS, DAN DISERTASI :

Amalia, Adisti (2009). “Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki”. Skripsi. Medan. Universitas Sumatra Utara.

Dialektika, (2013). “Kontroversi Regulasi dan Gerakan Anti-Tembakau”.Jurnal Sosiologi. Vol. 8 No. 2 September 2013. ISSN: 1858-0890

Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Data tembakau Indonesia data empiris untuk strategi pengendalian tembakau nasional. --- Jakarta: Departemen Kesehatan, 2004 Mardian, R.T. (2013) .“ Citra diri Self – Image Perempuan Perokok Di Kota

Bandung”. Skripsi. Jakarta. Universitas Pendidikan Indonesia

Riyanto, Makmun, 2008, analisis faktor yang mempengaruhi Efektifitas iklan Dan implikasinya terhadap sikap merek (Studi kasus pada iklan ponds di kota semarang), Tesis, Semarang, Universitas Diponegoro

WHO Framework Convention on Tobacco Control’, Fifty-Sixth World Health Assembly, 21 May 2003

WEB :

Indonesiabebasrokok, 2013. Hasil survey penelitian iklan

http://indonesiabebasrokok.org/2013/09/12/hari-ini-komnas-anak-launching-hasil-survey-iklan-rokok/ diakses tanggal 21 Maret 2014:20.15 Jaleli,Rois-detikNews,2013. 12,98npersen pelajar smp dan sma di surabaya

perokok aktif.

http://news.detik.com/surabaya/read/2013/03/23/152333/2201921/466/129 8-persen-pelajar-smp-dan-sma-di-surabaya-perokok-aktif diakses tanggal 05 juni 2014 : 12.39

(14)

14 Kompasiana, 2014. Slogan Rokok Membunuhmu.

http://hukum.kompasiana.com/2014/01/22/serius-usaha-pemerintah-kurangi-angka-merokok-626436.html diakses tanggal 29 Maret 2014:15.30

Laporan Hasil Riskesdas 2013[PDF]

http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013 .pdf diakses tanggal 23 Maret 2014:20.00

Lubis,Abu Samman, Rokok: Antara Kemanfaatan Dan Kemudaratan, KTI : komunitas Tembakau Indonesia. [PDF]

http://bppk.depkeu.go.id/bdk/malang/attachments/264_KTI%20%20Roko k.pdf.

Profil Kota Surabaya

http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=1/ diakses tanggal 04 mei 2015/ jam 08.53.

SUMBER UNDANG – UNDANG:

Undang – undang no 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Undang – undang no 36 Tahun 2009 tentang Pengamanan Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang..

Dengan menggunakan fasilitas Microsoft Office 2002 terutama pada aplikasi Frontpagenya, penulis mencoba membuat Homepage sederhana mengenai salah satu Pemain Sepakbola yaitu

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)

Sistem pemasukan data atau yang biasa disebut dengan data entry yang digunakan oleh perusahaan Media Kreasi pada saat ini dapat dikatakan masih manual, dikarenakan perusahaan

Data primer yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga, adalah data yang terkait dengan kebijakan DPPKAD Kabupaten Semarang, yang tekait dengan

Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO 4 ) melalui buret sampai terjadi.. perubahan

Hasil kajian menunjukkan bahawa keempat-empat pusat pendidikan awal kanak-kanak tersebut melaksanakan pendidikan awal kanak-kanak yang bersesuaian dengan asas-asas pendidikan

Sebaliknya, Summa dan Lubow (2002), Cordier dan Gross (2009), serta Asianto (2014) menyatakan bahwa strategi selling option jika dilakukan dengan cara yang benar