• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Obesitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Obesitas"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Obesitas

Asupan makanan yang mengandung lemak tinggi memiliki kandungan trigliserida yang tinggi. Trigliserida di dalam tubuh akan dipecah oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dinamakan hidrolisis lemak yang terjadi di usus. Lemak kemudian diabsorbsi melalui sel-sel mukosa pada dinding usus dan diubah kembali menjadi lemak dan trigliserida. Lemak ini memiliki ukuran partikel yang kecil (kilomikron) dan dibawa ke dalam darah melalui cairan limfa. Dari darah lemak kemudian diangkut ke hati yang kemudian diangkut ke jaringan organ lainnya dan dimanfaatkan sebagai sumber energi, pertumbuhan, bahan baku hormon, dan sebagainya. Sisa asam lemak yang tidak dimanfaatkan oleh tubuh disimpan sebagai deposit lemak yang berfungsi sebagai cadangan makanan dalam tubuh. Jika deposit lemak di dalam tubuh terlalu berlebih maka akan menyebabkan obesitas atau identik dengan kegemukan. Penyebab kegemukan terjadi karena kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dengan kandungan lemak dan kalori yang tinggi atau mengkonsumsi makanan yang kurang berserat, stres yang dilarikan pada makanan, dan faktor keturunan (Lebenthal & Damayanti 2007).

Terdapat beberapa metode untuk menilai kelebihan berat badan. Diantaranya adalah metode densitometri, yaitu penentuan berat jenis tubuh dengan cara menimbang di bawah air, CT-scan dan MRI, yaitu penentuan lemak tubuh total dan pembagian lemak dalam tubuh, dan yang lebih praktis adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dapat menentukan besarnya massa lemak tetapi tidak menerangkan pembagian lemak dalam tubuh. Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT), atau Body Mass Index (BMI), atau Quatelet Index (QI) dapat dihitung dengan cara membagi bobot badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m2).

Berdasarkan harga IMT ini tingkat kegemukan digolongkan ke dalam 6 kategori seperti terlihat pada tabel 1.

(2)

Tabel 1. Penggolongan bobot badan berdasarkan IMT Kategori bobot badan IMT

Kurang < 18.5 Normal 18.5 – 24.5 Gemuk, overweight 25 – 29.9 Gemuk, obesitas I 30 – 34.9 Gemuk, obesitas II 35 – 39.9 Obesitas hebat > 39.9

(Tjay dan Rahardja 2003)

Selain menimbulkan permasalahan pada penampilan, obesitas juga sering menjadi penyebab berbagai penyakit antara lain hiperkolesterol, penyempitan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al. 2008). Oleh karena itu pencegahan dan penanganan kegemukan perlu dilakukan agar penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena kegemukan dapat dihindari.

Pelangsing

Obat antiobesitas atau pelangsing memiliki fungsi mengurangi nafsu makan, merangsang pembakaran lemak, dan menghambat penyerapan lemak dalam batas tertentu (Birari & Bhutani 2007). Obat obatan yang biasa digunakan sebagai pelangsing adalah anoreksansia, yaitu zat-zat yang berdaya menekan nafsu makan dan digunakan untuk menunjang diet pada penanganan kegemukan. Selain itu obat-obatan lainnya adalah orlistat, dan hidroksisitrat (HCA). Kedua obat ini merupakan obat baru yang penggunaannya dimulai tahun 1998. Obat yang tergolong sintetis ini selain memberikan manfaat dalam penggunaannya juga memberikan efek samping. Diantaranya memberikan efek samping berupa gangguan lambung, usus, sakit perut, diare, dan kejang lambung. (Tjay dan Rahardja 2003).

Selain obat-obatan sintetis juga banyak dikembangkan obat-obatan herba. Yamamoto et al (2000) melaporkan bahwa ekstrak etanol dari tanaman suku

(3)

polong-polongan Nomame herba dapat dijadikan sebagai antiobesitas karena menghambat aktivitas kerja enzim lipase.

Aromaterapi

Aromaterapi adalah istilah untuk suatu pengobatan alternatif yang menggunakan bau-bauan atau wangi-wangian yang berasal dari senyawa-senyawa aromatik. Hasil penelitian Maniapoto (2002) melaporkan bahwa manfaat dari aromaterapi umumnya berkaitan dengan kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual. Sedangkan Hongratanaworakit (2004) melaporkan bahwa aroma memberikan efek fisiologis dan psikologis bagi manusia. Denyut jantung, tekanan darah, aktivitas elektrodermal, electroencephalogram, gelombang otak, dan kedipan mata dapat digunakan sebagai indikasi untuk mengukur pengaruh aroma terhadap fisiologis manusia.

Bahan yang digunakan untuk aromaterapi biasanya dari cairan tanaman yang mudah menguap atau disebut sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tanaman dan memiliki komponen yang mudah menguap (volatil) pada beberapa tanaman dengan karakteristik tertentu. Setiap senyawa penyusun minyak atsiri memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Buchbauer (1993) melaporkan bahwa minyak atsiri telah digunakan sebagai minyak wangi, kosmetik, bahan tambahan makanan, dan obat. Penelitian Maniapoto (2002) menyatakan bahwa minyak atsiri memiliki potensi sebagai obat yang penggunaannya berkaitan dengan aromaterapi contohnya pelangsing aromaterapi.

Perolehan minyak atsiri temulawak dari rimpang temulawak (berdasarkan bobot basah) menggunakan destilasi uap sebesar 0,2003%. Kandungan minyak atsiri temulawak yang dianalisis menggunakan GC-MS adalah xantorizol, kamfor, borneol, zingiberena, γ-elemena, germakrena-B, β-farnesena, kurkumena, α-cedrena, β-seskuifelandrena, β-elemenona. Hasil penelitian menunjukkan melaporkan bahwa senyawa β-elemenona yang terkandung dalam minyak atsiri temulawak berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi (Anggraeni 2010).

(4)

Kencur

Kencur diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Zingiberales, family Zingiberaceae, genus Kaempferia, dan spesies K. galanga Linn. Sehingga kencur ini dikenal dengan nama Kaempferia galanga Linn. Kencur merupakan bahan baku berbagai industri sebagai obat tradisional, obat herbal terstandar, kosmetik, bumbu, bahan makanan, dan minuman penyegar. Di masyarakat kencur telah banyak dimanfaatkan untuk mengobati bengkak, reumatik, batuk, sakit perut, ekspektoran (memperlancar pengeluaran dahak), infeksi bakteri, dan menghangatkan badan.

Tanaman kencur banyak ditemukan di daerah Jawa, selain itu mulai dikembangkan pula pembukaan areal tanam di luar Jawa, antara lain di Kalimantan Selatan. Secara botanis, kencur dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu berdaun lebar dan berdaun sempit. Kencur berdaun lebar biasanya memiliki rimpang yang besar, sedangkan kencur berdaun sempit berimpang kecil. Kencur berdaun lebar banyak dibudidayakan di Jawa Barat terutama di daerah Bogor, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, petani umumnya menanam kencur berdaun sempit. Kencur berimpang kecil memiliki kandungan minyak atsiri lebih tinggi daripada kencur berimpang besar (Rostiana dan Djazuli 2007).

Tewtrakul et al (2005) melaporkan bahwa komponen utama kencur adalah etil-p-metoksisinamat, metil sinamat, karvona, eukaliptol, dan pentadekana. Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa komponen utama kencur adalah β-pelandrena, α-terpineol, etilsinamat, dan dihidro-β-seskuipelandrena (Sudibyo 2000).

Di bawah ini adalah tabel perbandingan komponen-komponen kencur perolehan Tewtrakul (2005) dan Sudibyo (2000).

(5)

Tabel 2. Perbandingan komponen-komponen kencur perolehan Tewtrakul 2005 dan Sudibyo 2000

Dari tabel tersebut terlihat bahwa komponen yang terkandung dalam kencur berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan iklim dan kondisi geografis dari area pengambilan sampel yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap produksi dari komponen minyak atsirinya (Tewtrakul et al. 2005).

Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan komponen yang didasarkan pada distribusi diferensial dari komponen sampel diantara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Dengan adanya fase diam maka campuran pelarut akan terpisah sepanjang kolom berdasarkan pada perbedaan laju migrasi dari berbagai macam pelarut. Metode pemisahan yang paling umum digunakan adalah kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Kromatografi kolom merupakan teknik analisis yang digunakan dalam penentuan jumlah komponen yang terdapat pada suatu campuran senyawa, pemisahan, dan pemurnian komponen senyawa tertentu dari campurannya. Pada pemisahan kromatografi kolom, suatu pelarut

(6)

pengelusi dialirkan secara kontinu melewati kolom, kemudian komponen-komponen dari campuran senyawa yang dipisahkan keluar dari kolom, dikumpulkan, dan difraksinasi. Umumnya, silika gel digunakan sebagai fase diam kromatografi kolom, karena memiliki luas relatif yang besar. Proses elusinya dapat berupa elusi isokratik ataupun elusi gradien (Harvey 2000).

Hasil pemisahan dengan kromatografi kolom dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan jenis kromatografi partisi yang menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam yang keras sebagai fase diam. Fase diam KLT tersebut seringkali mengandung substansi yang dapat berpendar dalam sinar ultraviolet. Kemudian fase gerak pada KLT merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pergerakan zat relative terhadap garis depan pelarut dalam sistem kromatografi lapis tipis dapat didefinisikan sebagai nilai Rf, yaitu perbandingan jarak tempuh zat dengan jarak tempuh garis depan pelarut.

Teknik pemisahan kromatografi kolom dan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri. Identifikasi senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode GC-MS.

GC-MS

GC-MS (Gas chromatographic mass spectroscopy) atau kromatografi gas merupakan instrumen untuk identifikasi senyawa organik yaitu penentuan bobot molekul dan penentuan rumus molekul. Alat ini merupakan gabungan antara kromatografi gas dengan spektrometer massa. Komponen dasar dari instrumen GC-MS berupa gas kromatografi inlet, kamar ionisasi, penganalisa massa, detektor, dan rekorder. Kromatografi gas (GC) merupakan kromatografi partisi dari salah satu jenis kromatografi kolom modern yang digunakan untuk memisahkan senyawa yang mudah menguap (volatil) dan tidak mengalami dekomposisi akibat pemanasan. Sistem pemisahan pada GC umumnya didasarkan pada perbedaan tekanan uap dari masing-masing komponen yang akan

(7)

dipisahkan. Fase diam GC dapat berupa padatan atau cairan. Sedangkan fase geraknya berupa gas pembawa yang bersifat inert seperti He, N2, dan H2 (Skoog

et al. 2004).

Instrumentasi GC yang menggunakan spektrometer massa (MS) sebagai detektor dapat digunakan untuk memisahkan campuran komponen dalam suatu sampel (GC komponen) sekaligus mengidentifikasi komponen-komponen tersebut pada tingkat molekuler (MS komponen). Oleh karena itu, prinsip kerja GC-MS lebih baik daripada prinsip kerja dan analisis dari GC.

Senyawa-senyawa yang terpisah dari analisis GC akan keluar dari kolom dan mengalir ke dalam MS. MS kemudian mengidentifikasi senyawa-senyawa tersebut berdasarkan bobot molekul senyawanya. Molekul-molekul analat yang bersifat netral diubah menjdi ion-ion dalam fase gas. Ion-ion yang dihasilkan kemudian dipisahkan menurut rasio massanya untuk menghitung rasio (m/e) yang didasarkan pada suatu proses yang analog dengan disperse cahaya oleh prisma pada panjang gelombang tertentu. Spektrum massa dari analat yang muncul dibandingkan dengan spectrum pada “library” MS sehingga akan diketahui bobot molekul dari analat tersebut. Hal ini disebabkan spektrum massa adalah gambaran antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/muatan (m/e atau m/z) (Skoog et al. 2004).

Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance)

Spektroskopi nuclear magnetic resonance atau resonansi magnet inti (RMI) termasuk ke dalam spektroskopi absorpsi seperti halnya dengan spektroskopi inframerah atau spektroskopi ultraviolet. Dasar dari spektroskopi nmr adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan frekuensi radio oleh inti atom. Frekuensi radio berkisar 0.1 sampai 100 MHz atau sama dengan panjang gelombang antara 3000m dan 3m.

Inti atom hidrogen atau proton mempunyai sifat-sifat magnet. Bila suatu senyawa mengandung hidrogen diletakkan dalam bidang magnet yang sangat kuat dan diradiasi dengan radiasi elektromagnetik maka inti atom hidrogen dari senyawa tersebut akan menyerap energi melalui suatu proses absorpsi yang

(8)

dikenal dengan resonansi magnet. Absorpsi radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai dengan frekuensi radiasi elektromagnetik.

Spektrometer resolusi tinggi memiliki komponen pokok magnet, tempat sampel, generator FR, osilator FR, detektor FR, dan rekorder. Adapun prinsip kerja NMR adalah sampel diletakkan diantara 2 kutub magnet dan disinari denga gelombang radio. Bila proton-proton membalik dari keadaan paralel ke keadaan anti paralel, penyerapan energi akan dideteksi oleh suatu indikator daya atau power. Pada spektrometer nmr frekuensi radionya dibuat tetap pada 60 MHz, sedangkan medan magnet luar diubah-ubah dalam suatu jangka kecil dan frekuensi absorpsi energinya direkam. Jadi spektrum nmr ialah grafik dari benyaknya energi yang diserap dengan kuat medan magnet. Spektrum nmr merupakan nilai pergeseran kimia dari berbagai tipe proton yang relatif terhadap kedudukan pembanding tetrametilsilan (TMS). TMS digunakan sebagai pembanding eksternal karena memiliki beberapa keuntungan tidak mudah ereaksi, mudah menguap, larut dalam kebanyakan pelarut organik dan memberikan puncak absorpsi tunggal yang tajam pada pergeseran kimia 0 ppm.

Pengujian In Vivo

Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian potensi sampel dalam tubuh mahluk hidup seperti tikus, mencit, kelinci, dan kera. Yamamoto et al. (2000) menyatakan bahwa ekstrak herba Nomame dapat menghambat enzim lipase CT II sehingga efektif untuk mengatasi kegemukan pada tikus Sprague dawley. Pramono et al. (2000) melakukan pengujian antiobesitas secara in vivo terhadap Rattus norvegicus (tikus putih) dan menyatakan bahwa lendir daun jati belanda dapat menghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Selain secara oral, pengujian secara in vivo juga umum digunakan untuk analisis sampel di bidang aromaterapi.

Pengggunaan hewan model dalam pengujian in vivo harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Hewan model juga harus memiliki karakteristik mudah diperoleh dan dipelihara, mudah ditangani, mudah direproduksi dalam kondisi laboratorium, dan memiliki karakteristik genetik yang terdefinisi dengan

(9)

baik. Tikus merupakan hewan uji kedua terbesar yang digunakan sebagai hewan model setelah mencit. Tikus yang biasa dijadikan sebagai hewan model berasal dari jenis Sprague dawley, Wistar, dan Long evans. Jenis Sprague dawley dan Wistar merupakan jenis yang lazim digunakan di Indonesia. Jenis kelamin dari hewan model juga perlu dijadikan pertimbangan. Umumnya, pengujian in vivo menggunakan hewan uji jantan untuk menghindari adanya pengaruh hormonal seperti hormon estrogen terhadap kondisi tubuhnya. Karena hormon estrogen dapat mempengaruhi konsentrasi kolesterol darah dalam tubuh hewan uji yang selanjutnya berpengaruh terhadap kegemukan hewan uji tersebut.

(10)

Gambar

Tabel 2. Perbandingan komponen-komponen kencur perolehan Tewtrakul 2005  dan Sudibyo 2000

Referensi

Dokumen terkait

4.2.1 Kondisi Rasio Likuiditas yang di Ukur dengan Quick Ratio pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Transportasi yang Telah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Adapun tujuan pembelajaran pada siklus I adalah (1) siswa dapat menyebutkan bagian – bagian utama tubuh hewan peliharaan yaitu ayam (2) Siswa dapat menyebutkan

4) Analisis peta ketahanan dan kerentanan pangan, adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan informasi tentang ketahanan dan kerentanan satu wilayah yang dapat

Hasil dari penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham (Lubis,

Anwarudin (2017) menyampaikan bahwa kelompoktani pun pada kenyataanya lemah dalam aksesibilitas terhadap kelembagaan layanan usaha seperti lemahnya terhadap lembaga

Tahap kedua adalah pengujian modul menggunakan Instrumen yang berbentuk angket yang diberikan dan diisi oleh guru mata pelajaran sistem operasi, dan wawancara untuk

menggunakan Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,019 di mana p &lt; α (0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada siswa di

Hanya mereka yang mempunyai kelayakan terbaik iaitu lulus dengan cemerlang di peringkat dalam Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM) atau yang setaraf dengannya atau