• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jl. Siliwangi no.24 Tasikmalaya Telp. (0265) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jl. Siliwangi no.24 Tasikmalaya Telp. (0265) ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN SAYA SAING SEKTOR PERTANIAN PADA SEPULUH KECAMATAN BAGIAN SELATAN KABUPATEN CIAMIS YANG MASUK KE DALAM DAERAH OTONOMI BARU (DOB) KABUPATEN PANGANDARAN

Faqihuddin1, Dedi Djuliansyah1, Dedi Sufyadi3

1Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Siliwangi

Jl. Siliwangi no.24 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 323537

kangfaqih@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian pada sepuluh kecamatan bagian selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Studi Kepustakaan. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2013. Berdasarkan hasil analisis Shift Share diketahui bahwa Pertumbuhan sektor pertanian pada sepuluh kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Ciamis. Namun, dalam struktur perekonomian masing-masing kecamatan tersebut Sektor Pertanian memiliki pertumbuhan yang lebih lambat daripada pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Tiga dari sepuluh kecamatan di DOB Kabupaten Pangandaran memiliki daya saing Sektor pertanian yang kuat, yaitu Kecamatan Cimerak, Padaherang dan Pangandaran.

Kata Kunci: Daya saing, Kabupaten Pangandaran, Pertumbuhan, Sektor Pertanian.

ABSTRCT

This study aims to determine how the growth and competitiveness of the agricultural sector in the ten subdistricts at the southern part of Ciamis that joined into DOB Pangandaran.. The method used is the Library Research. The research was conducted from May to July 2013. Based on the results of Shift Share analysis show that the growth of the agricultural sector in the ten subdistricts that joined into DOB Pangandaran faster than average growth of Agricultural Sector in Ciamis but slower than the growth of the overall economy in the economic structure of each subdistrict. Competitiveness of the agricultural sector (as a whole) classified as strong in 3 (three) subdistricts, they are Cimerak, Padaherang and Pangandaran Subdistrict.

Keywords: Agriculture Sector, Competitiveness, Growth, Pangandaran.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis menunjukkan bahwa sebagian besar (67 persen) penduduk di sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten

(2)

Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran bekerja di Sektor pertanian. Jika lebih diperinci penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini ada yang bekerja sebagai petani (85,8 persen), pekebun (6,42 persen) , peternak (5,7 persen) dan nelayan (2,08 persen). Dengan demikian, sektor pertanian perlu mendapat perhatian dalam perekonomian di DOB Kabupaten Pangandaran karena menyangkut sumber pendapatan sebagian besar masyarakatnya yang akan berpengaruh pula terhadap pertumbuhan ekonomi di DOB Kabupaten Pangandaran.

Sementara itu, data dari BPS Kabupaten Ciamis juga menunjukkan bahwa sektor pertanian memberi kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB hampir di seluruh kecamatan tersebut. Hal ini memberikan sinyal bahwa struktur perekonomian di masing-masing kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran masih di dominasi oleh sektor pertanian. Namun meskipun demikian, secara time series kontribusi tersebut cenderung turun. Pada tahun 2005 Kontribusinya mencapai 43,70 persen akan tetapi pada tahun 2009 turun menjadi 37,87 persen. Ikhsan dan Armand (1993) menyatakan bahwa penurunan kontribusi tersebut mencerminkan suatu proses transformasi struktural. Penurunan ini disebabkan oleh interaksi dari berbagai proses yang bekerja di sisi permintaan, penawaran, dan pergeseran kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang faktor-faktor yang menyebabkan kontribusi sektor pertanian sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis menurun. Faktor-faktor tersebut meliputi bagaimana pertumbuhan dan daya saing Sektor pertanian pada sepuluh kecamatan di wilayah Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk kedalam DOB Kabupaten Pangandaran.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian di sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kepustakaan yaitu studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988).Metode Studi atau Riset Kepustakaan (mestika Zed, 2008) memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2013.

(3)

Analisis tingkat pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian (termasuk subsektornya) dilakukan melalui penelaahan komponen pertumbuhan yang menyebabkan pergeseran sektor pertanian hasil analisis Shift-Share. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional atau daerah atasan. Data yang digunakan ialah data PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dengan tahun dasar yang sama agar bobotnya atau nilai riilnya sama dan perbandingan itu menjadi valid (Tarigan, 2005).

Bentuk persamaan umum analisis shift share menurut Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda (2010)sebagai berikut :

= Pergeseran atau Perubahan PDRB sektor atau subsektor-i di daerah-j

PRij = (Ra – 1) = Persentasepertumbuhan total PDRB daerah atasan;

PPij = (Ri – Ra) = Selisih atau perbedaan pertumbuhan PDRB sektor atau subsektor-i dengan persentase pertumbuhan total PDRB di daerah atasan;

PPWij = (ri – Ri) = Selisih atau perbedaanpertumbuhanPDRB sektor atau subsektor-i di wilayah-j dengan pertumbuhan PDRB sektor atau subsektor-i di daerah atasan.

Keterangan :

Sehingga secara lebih rinci dapat dinyatakan :

Keterangan :

(4)

Yij : PDRB sektor atau subsektor –i pada wilayah –j pada tahun dasar

analisis

Y'ij : PDRB sektor atau subsektor –i pada wilayah –j pada tahun akhir

analisis

= PDRB sektor atau subsektor –i di daerah atasan pada tahun dasar analisis

= PDRB sektor atau subsektor –i di daerah atasan pada tahun akhir analisis

= Total PDRB daerah atasan pada tahun dasar analisis = Total PDRB daerah atasan pada tahun akhir analisis

Analisis Tingkat pertumbuhan sektor pertanian.

Tingkat pertumbuhan sektor pertanian dapat ditafsirkan dari komponen PRij dan PPij. (Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda, 2010). Nilai PRij > 0 menunjukkan sektor-i di daerah-j tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata sektor-i di daerah atasan, sebaliknya bila PRij < 0 menunjukkan sektor–i di daerah-j tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata sektor–i di daerah atasan. Sedangkan bila PPij < 0 menunjukkan bahwa sektor–i di daerah-j pertumbuhannya lambat dibandingkan perekonomian secara keseluruhan (termasuk sektor yang lamban), sebaliknya bila PPij > 0 menunjukkan bahwa sektor-i di daerah-j pertumbuhannya cepat (termasuk sektor yang maju).

Analisis Daya saing sektor pertanian.

Daya saing sektor pertanian dapat ditafsirkan dari komponen PPWij (Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda 2010). Komponen PPWij > 0 menunjukkan bahwa sektor-i di daerah-j dapat bersaing dengan baik (daya saing kuat) di bandingkan sektor-i di daerah atasan, sebaliknya bila PPWij <0 menunjukkan bahwa sektor-i didaerah-j tidak dapat bersaing dengan baik (daya saing lemah) dibandingkan dengan sektor-i di daerah atasan.

Catatan :

 Sektor atau subsektor-i = sektor atau subsektor pertanian

 Daerah-j = kecamatan-kecamatan yang masuk DOB Kabupaten Pangandaran

 Daerah Atasan = Kabupaten Ciamis, sebagai daerah Atasan bagi kecamatan-kecamatan tersebut dalam jangka waktu tahun 2003-2010.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis Shift Share terlihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Hasil Analisis Shift Share Sektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran.

Tabel 2. Hasil Analisis Shift Share Subsektor-Subsektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran.

Lampiran 2. Hasil Analisis Shift Share

A SEKTOR PERTANIAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 32,183.816 -20,196.093 -4,406.291 7,581.431 7,581.431 CIJULANG 32,759.252 -20,557.193 -2,483.152 9,718.907 9,718.907 CIMERAK 23,968.359 -15,040.703 5,140.345 14,068.001 14,068.001 CIGUGUR 20,935.404 -13,137.453 -3,103.918 4,694.033 4,694.033 LANGKAPLANCAR 27,772.324 -17,427.780 -7,153.147 3,191.397 3,191.397 MANGUNJAYA 19,357.129 -12,147.049 -16,952.525 -9,742.445 -9,742.445 PADAHERANG 43,744.857 -27,450.916 23,983.365 40,277.306 40,277.306 KALIPUCANG 17,678.299 -11,093.544 -575.293 6,009.462 6,009.462 PANGANDARAN 24,579.315 -15,424.092 2,576.150 11,731.373 11,731.373 SIDAMULIH 17,013.293 -10,676.238 -5,543.410 793.646 793.646

B SUBSEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 19,543.134 -11,969.707 -86.519 7,486.908 7,486.908 CIJULANG 18,320.295 -11,220.747 -6,876.395 223.153 223.153 CIMERAK 9,379.459 -5,744.696 -460.886 3,173.876 3,173.876 CIGUGUR 11,950.671 -7,319.503 -6,670.342 -2,039.174 -2,039.174 LANGKAPLANCAR 15,912.884 -9,746.265 -5,371.789 794.831 794.831 MANGUNJAYA 16,365.254 -10,023.331 -17,742.812 -11,400.888 -11,400.888 PADAHERANG 34,839.942 -21,338.639 20,198.886 33,700.189 33,700.189 KALIPUCANG 8,341.354 -5,108.882 677.729 3,910.201 3,910.201 PANGANDARAN 12,974.805 -7,946.761 1,980.672 7,008.716 7,008.716 SIDAMULIH 10,975.971 -6,722.522 -3,953.917 299.532 299.532

C SUBSEKTOR TANAMAN PERKEBUNAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 4,142.574 -3,830.339 -3,889.486 -3,577.251 -3,577.251 CIJULANG 3,701.096 -3,422.136 3,197.855 3,476.815 3,476.815 CIMERAK 3,282.785 -3,035.355 -403.228 -155.797 -155.797 CIGUGUR 2,531.407 -2,340.609 840.021 1,030.819 1,030.819 LANGKAPLANCAR 4,384.505 -4,054.036 -5,753.018 -5,422.548 -5,422.548 MANGUNJAYA 1,938.867 -1,792.730 498.320 644.457 644.457 PADAHERANG 4,985.678 -4,609.896 3,393.916 3,769.697 3,769.697 KALIPUCANG 4,371.811 -4,042.298 -2,477.601 -2,148.088 -2,148.088 PANGANDARAN 2,310.857 -2,136.683 -685.387 -511.213 -511.213 SIDAMULIH 2,340.271 -2,163.880 -1,153.465 -977.074 -977.074

D SUBSEKTOR PETERNAKAN DAN HASIL-HASILNYA

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 5,517.682 -2,297.628 2,775.981 5,996.034 5,996.034 CIJULANG 7,398.260 -3,080.724 1,027.592 5,345.128 5,345.128 CIMERAK 10,803.897 -4,498.871 4,829.039 11,134.064 11,134.064 CIGUGUR 5,211.897 -2,170.296 580.103 3,621.704 3,621.704 LANGKAPLANCAR 4,069.231 -1,694.476 -293.108 2,081.647 2,081.647 MANGUNJAYA 907.170 -377.756 512.080 1,041.493 1,041.493 PADAHERANG 3,019.972 -1,257.552 833.347 2,595.767 2,595.767 KALIPUCANG 4,596.884 -1,914.197 1,343.403 4,026.090 4,026.090 PANGANDARAN 5,106.353 -2,126.346 2,555.657 5,535.664 5,535.664 SIDAMULIH 3,321.237 -1,383.003 15.160 1,953.394 1,953.394

Lampiran 2. Hasil Analisis Shift Share

A SEKTOR PERTANIAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 32,183.816 -20,196.093 -4,406.291 7,581.431 7,581.431 CIJULANG 32,759.252 -20,557.193 -2,483.152 9,718.907 9,718.907 CIMERAK 23,968.359 -15,040.703 5,140.345 14,068.001 14,068.001 CIGUGUR 20,935.404 -13,137.453 -3,103.918 4,694.033 4,694.033 LANGKAPLANCAR 27,772.324 -17,427.780 -7,153.147 3,191.397 3,191.397 MANGUNJAYA 19,357.129 -12,147.049 -16,952.525 -9,742.445 -9,742.445 PADAHERANG 43,744.857 -27,450.916 23,983.365 40,277.306 40,277.306 KALIPUCANG 17,678.299 -11,093.544 -575.293 6,009.462 6,009.462 PANGANDARAN 24,579.315 -15,424.092 2,576.150 11,731.373 11,731.373 SIDAMULIH 17,013.293 -10,676.238 -5,543.410 793.646 793.646

B SUBSEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 19,543.134 -11,969.707 -86.519 7,486.908 7,486.908 CIJULANG 18,320.295 -11,220.747 -6,876.395 223.153 223.153 CIMERAK 9,379.459 -5,744.696 -460.886 3,173.876 3,173.876 CIGUGUR 11,950.671 -7,319.503 -6,670.342 -2,039.174 -2,039.174 LANGKAPLANCAR 15,912.884 -9,746.265 -5,371.789 794.831 794.831 MANGUNJAYA 16,365.254 -10,023.331 -17,742.812 -11,400.888 -11,400.888 PADAHERANG 34,839.942 -21,338.639 20,198.886 33,700.189 33,700.189 KALIPUCANG 8,341.354 -5,108.882 677.729 3,910.201 3,910.201 PANGANDARAN 12,974.805 -7,946.761 1,980.672 7,008.716 7,008.716 SIDAMULIH 10,975.971 -6,722.522 -3,953.917 299.532 299.532

C SUBSEKTOR TANAMAN PERKEBUNAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 4,142.574 -3,830.339 -3,889.486 -3,577.251 -3,577.251 CIJULANG 3,701.096 -3,422.136 3,197.855 3,476.815 3,476.815 CIMERAK 3,282.785 -3,035.355 -403.228 -155.797 -155.797 CIGUGUR 2,531.407 -2,340.609 840.021 1,030.819 1,030.819 LANGKAPLANCAR 4,384.505 -4,054.036 -5,753.018 -5,422.548 -5,422.548 MANGUNJAYA 1,938.867 -1,792.730 498.320 644.457 644.457 PADAHERANG 4,985.678 -4,609.896 3,393.916 3,769.697 3,769.697 KALIPUCANG 4,371.811 -4,042.298 -2,477.601 -2,148.088 -2,148.088 PANGANDARAN 2,310.857 -2,136.683 -685.387 -511.213 -511.213 SIDAMULIH 2,340.271 -2,163.880 -1,153.465 -977.074 -977.074

D SUBSEKTOR PETERNAKAN DAN HASIL-HASILNYA

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 5,517.682 -2,297.628 2,775.981 5,996.034 5,996.034 CIJULANG 7,398.260 -3,080.724 1,027.592 5,345.128 5,345.128 CIMERAK 10,803.897 -4,498.871 4,829.039 11,134.064 11,134.064 CIGUGUR 5,211.897 -2,170.296 580.103 3,621.704 3,621.704 LANGKAPLANCAR 4,069.231 -1,694.476 -293.108 2,081.647 2,081.647 MANGUNJAYA 907.170 -377.756 512.080 1,041.493 1,041.493 PADAHERANG 3,019.972 -1,257.552 833.347 2,595.767 2,595.767 KALIPUCANG 4,596.884 -1,914.197 1,343.403 4,026.090 4,026.090 PANGANDARAN 5,106.353 -2,126.346 2,555.657 5,535.664 5,535.664 SIDAMULIH 3,321.237 -1,383.003 15.160 1,953.394 1,953.394 E SUBSEKTOR KEHUTANAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 402.610 -291.982 -699.831 -589.203 -589.203 CIJULANG 103.937 -75.378 -123.928 -95.368 -95.368 CIMERAK 67.577 -49.009 -128.837 -110.268 -110.268 CIGUGUR 1,103.626 -800.376 1,618.746 1,921.996 1,921.996 LANGKAPLANCAR 3,346.117 -2,426.683 4,778.913 5,698.347 5,698.347 MANGUNJAYA 71.443 -51.812 110.466 130.097 130.097 PADAHERANG 650.201 -471.541 579.972 758.632 758.632 KALIPUCANG 226.265 -164.092 -201.886 -139.714 -139.714 PANGANDARAN 104.560 -75.830 -212.152 -183.421 -183.421 SIDAMULIH 225.754 -163.722 -382.812 -320.780 -320.780 F SUBSEKTOR PERIKANAN

KECAMATAN PRij PPij PPWij ∆ij KOREKSI

PARIGI 2,577.816 -1,912.239 -2,400.634 -1,735.057 -1,735.057 CIJULANG 3,235.664 -2,400.234 -66.251 769.179 769.179 CIMERAK 434.641 -322.419 -86.096 26.126 26.126 CIGUGUR 137.803 -102.223 123.108 158.688 158.688 LANGKAPLANCAR 59.586 -44.201 23.735 39.120 39.120 MANGUNJAYA 74.396 -55.187 -176.813 -157.604 -157.604 PADAHERANG 249.065 -184.758 -611.286 -546.979 -546.979 KALIPUCANG 141.986 -105.326 324.313 360.973 360.973 PANGANDARAN 4,082.739 -3,028.599 -1,172.512 -118.373 -118.373 SIDAMULIH 150.061 -111.316 -200.171 -161.426 -161.426

a. Subsektor Tanaman Bahan Makanan

b. Subsektor Tanaman Perkebunan

c. Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya

d. Subsektor Kehutanan

(6)

Pertumbuhan Sektor Pertanian pada Sepuluh Kecamatan Bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang Masuk DOB Kabupaten Pangandaran.

Pertumbuhan sektor pertanian (secara keseluruhan) pada sepuluh kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran dilihat dari komponen pertumbuhan PRij dan PPij hasil analisis Shift Share sektor pertanian (Tabel 1). Komponen PRij seluruh kecamatan menunjukkan nilai yang positif, artinya sepuluh kecamatan bagian selatan kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran merupakan kecamatan-kecamatan dengan tingkat pertumbuhan sektor pertanian yang berada di atas rata-rata pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Ciamis. Namun demikian, nilai PPij di seluruh kecamatan tersebut negatif, artinya dalam struktur perekonomian di masing-masing kecamatan, pertumbuhan sektor pertanian lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Demikian pula halnya dengan komponen pertumbuhan PRij dan PPij hasil analisis Shift Share dari kelima subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, perikanan, dan kehutanan (Tabel 2 a-e). Komponen pertumbuhan PRij dan PPij hasil analisis Shift Share kelima subsektor pertanian tersebut di seluruh kecamatan menunjukkan nilai yang positif, artinya sepuluh kecamatan bagian selatan kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran merupakan kecamatan-kecamatan dengan tingkat pertumbuhan subsektor-subsektor pertanian yang berada di atas rata-rata pertumbuhan subsektor-subsektor-susbektor pertanian Kabupaten Ciamis. Namun demikian, nilai PPij di seluruh kecamatan tersebut negatif, artinya dalam struktur perekonomian di masing-masing kecamatan, pertumbuhan subsektor-subsektor sektor pertanian lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Komponen PRij berdasarkan pendapat Sjafrizal (2008) menunjukkan pengaruh kebijakan ekonomi di daerah atasan yang telah menyebabkan peningkatan aktivitas masyarakat pada suatu sektor di suatu daerah. Sektor pertanian di Kabupaten Ciamis memang merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan selain sektor pariwisata. Hal ini terlihat dari Visi Kabupaten Ciamis tahun 2004-2009 yang memprioritaskan terhadap pembangunan ekonomi yang berbasis agribisnis dan pariwisata.

Komponen PRij hasil analisis Shift Share yang menunjukkan faktor pemicu pertumbuhan berupa kebijakan di daerah atasan, ternyata memiliki nilai yang lebih

(7)

besar dari komponen PPij maupun PPWij artinya kebijakan daerah atasan pengaruhnya relatif lebih besar terhadap pertumbuhan sektor pertanian di sepuluh kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah di tingkat Kabupaten Pangandaran sebagai daerah otonomi baru khususnya di bidang pertanian harus tersusun dengan baik sehingga tidak menimbulkan kebijakan yang tidak tepat sasaran.

Selama ini paradigma yang menjadi acuan pembangunan di Indonesia adalah peranan negara atau pemerintah pada posisi sentral dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Paradigma model pembangunan tersebut tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat tani untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan, perencanaan, dan kemudian pelaksanaan program pembangunan. Masyarakat tani hanya sekedar obyek dari pembangunan. Sukino (2013) menyatakan suatu paradigma baru dengan pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Paradigma pemberdayaan (empowerment) memberi kesempatan masyarakat tani untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang juga mereka pilih sendiri termasuk dalam pengelolaan dana pembangunan baik dari pemerintah maupun dari pihak lain. Dengan demikian bagaimana pemerintah memberikan fasilitas, bagaimana cara menggunakannya serta merawat fasilitas tersebut, sehingga dapat digunakan selama mungkin. Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain dengan pelatihan hingga masyarakat tani dapat lebih mandiri. Dengan menggunakan metode empowerment ini diharapkan pembangunan Sektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran diharapkan dapat terlaksana secara partisipatif dan kontinyu.

Selanjutnya komponen PPij hasil analisis Shift Share sektor pertanian dan kelima subsektornya ternyata bernilai negatif di semua kecamatan. Hal ini menunjukkan pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan.

Dimyati (2007), menyatakan bahwa masih terdapat permasalahan yang melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia yaitu, 1) Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran. 2) Belum terlibatnya secara utuh petani dalam setiap subsistem agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan subsitem produksi (on farm).

(8)

3). Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal.

Permasalahan di atas perlu diatasi dengan dilakukannya upaya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti: kelompok tani, gapoktan, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi bargaining position petani.

Wedy Nasrul (2012) menyatakan bahwa perumusan format upaya pemberdayaan kelembagaan haruslah berbasis pada dua prinsip dasar pendekatan. Pertama, bagaimana menciptakan peluang bagi masyarakat, serta kedua meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk memanfaatkan peluang tersebut. Upaya pemberdayaan Kelembagaan seyogyanya tidak dilakukan dengan berbasis pada suatu grand scenario, karena hal yang seperti itu tidak pernah mampu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Selanjutnya, Elizabeth dalam Wedy Nasrul (2012) pemberdayaan kelembagaan pada masa depan perlu diarahkan agar berorientasi pada: a).Pengusahaan komoditas (pangan/non pangan) yang paling menguntungkan, b). Skala usaha ekonomis dan teknologi padat karya, c). Win-win mutualy dengan kemitraan yang kolehial, d). Tercipta interdependensi hulu-hilir, e). Modal berkembang dan kredit melembaga (bank, koperasi, petani), f). Koperatif, kompetitif dan transparan melalui sistem informasi bisnis, g). Memanfaatkan peluang di setiap subsistem agribisnis, serta, h). Dukungan SDM yang berpendidikan, rasional, mandiri, informatif, komunikatif, dan partisipatif (inovatif).

Sjafrizal (2008) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan suatu sektor ialah pendekatan pengembangan lintas sektor untuk mengaitkan perkembangan antara satu sektor dengan sektor lainnya berdasarkan hubungan yang fungsional. Ernan Rustiadi (2003) menyatakan bahwa agribisnis merupakan salah satu bentuk pendekatan pengembangan lintas sektoral. Agribisnis mengandung makna tidak hanya kegiatan produksi pertanian tetapi juga meliputi kegiatan manufaktur serta distribusi input pertanian, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian. Secara sektoral, kegiatan produksi on the farm, tidak hanya menyangkut tanaman pangan, tetapi juga ternak, ikan, kebun serta hutan. Dengan kata

(9)

lain, istilah farming berkaitan luas antara produksi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan serta kehutanan. Jadi dengan demikian kata farming mengandung makna keterpaduan, setidaknya keterpaduan komoditas atau output pertanian. Sebagai suatu sistem, agribisnis dibentuk oleh beberapa subsistem yang terkait secara berangkai satu dengan lainnya. Struktur vertikal dari suatu sistem agribisnis adalah pemasaran, pengolahan, produksi, input pertanian, penelitian dan penyuluhan, kebijakan dan program pembangunan yang difasilitasi pemerintah.

Kegiatan pertanian di sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis diharapkan mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan pada akhirnya mampu mendorong laju pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian yang lebih cepat.

Daya Saing Sektor Pertanian pada Sepuluh Kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran

Daya saing Sektor Pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran dilihat dari komponen PPWij hasil analisis Shift Share sektor pertanian di masing-masing kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran (Tabel 1). Hasil analisis Shift Share Sektor Pertanian menunjukkan Komponen PPWij bernilai positif (daya saing kuat) pada tiga kecamatan yang masuk ke dalam DOB Kabupaten Pangandaran yaitu Kecamatan Cimerak, Padaherang dan Pangandaran. Jika dinyatakan dalam bentuk persentase maka 30 persen daerah Kabupaten Pangandaran memiliki daya saing sektor pertanian yang kuat.

Selanjutnya untuk memperoleh gambaran yang lebih spesifik mengenai daya saing sektor pertanian, dilakukan pula penelaahan terhadap komponen pertumbuhan PPWij hasil analisis Shift Share (Tabel 2 a-e) dari kelima subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, perikanan, dan tanaman kehutanan.

Dari Tabel 3 dapat kita ketahui bahwa meskipun sektor pertanian secara keseluruhan berdaya saing kuat hanya di 30 persen wilayah DOB ternyata jika dilihat per subsektor ada yang berdaya saing kuat di 40 hingga 90 persen wilayah DOB Kabupaten Pangandaran. Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya merupakan subsektor

(10)

pertanian yang berdaya saing kuat di hampir seluruh wilayah DOB Kabupaten Pangandaran (90 persen).

Tabel 3. Banyaknya Kecamatan dengan Subsektor Pertanian yang berdaya Saing Kuat di DOB Kabupaten Pangandaran.

Subsektor Banyak kecamatan yang berdaya saing kuat Persentase (%) Tanaman bahan

makanan

3 (Kecamatan Padaherang, Kalipucang, Pangandaran) 30 Tanaman

perkebunan

4 (Kecamatan Cijulang, Cigugur, Mangunjaya, Padaherang) 40 Peternakan dan

hasil- hasilnya

9 (Kecamatan Parigi, Cijulang, Cimerak, Cigugur, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih)

90

Tanaman kehutanan

4 (Kecamatan Cigugur, Langkaplancar, Mangunjaya, Padaherang) 40 Perikanan 3(Kecamatan Cigugur, Langkaplancar, Kalipucang) 30

Sumber : Data diolah, 2013

Penilaian daya saing tersebut berdasar pada nilai komponen pertumbuhan PPWij hasil analisis Shift Share. Menurut Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda (2010) Regional Share Growth Component atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPWij) sedangkan menurut Sjafrizal (2008) disebut dengan Differential Shift (competitive shift) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif.

Asim Saputra (2010) mengungkapkan bahwa DOB Kabupaten Pangandaran merupakan wilayah dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Luas panen Padi sawah di daerah Kabupaten Pangandaran seluas 32.326 ha dengan produksi sebanyak 213,25 ton pada tahun 2009 . Kecamatan Padaherang yang merupakan produsen komoditas padi sawah yang paling baik. Kecamatan ini mencapai 46,40 ribu ton, dan dikatakan pula oleh Asim Saputra (2010) bahwa beberapa kecamatan lainnya ) masih diandalkan sebagai daerah lumbung padi di wilayah Ciamis Selatan, seperti Kecamatan Cimerak (20,23 ton), Kecamatan Cijulang (20,59ton), Kecamatan Parigi (25,93 ton), Kecamatan Langkaplancar (29,88ton) dan Kecamatan Mangunjaya (23,40 ton).

Komoditas perkebunan yang dominan di wilayah calon Kabupaten Pangandaran adalah kelapa, dengan jumlah produksi mencapai 36,02 ribu ton per tahun. Hampir separuh dari produksi tersebut merupakan hasil produksi perkebunan rakyat di 3 (tiga) kecamatan, yaitu: Kecamatan Cijulang (5,97 ribu ton), Kecamatan Parigi (5,76 ribu ton) dan Kecamatan Kalipucang (5,06 ribu ton).

(11)

Hasil hutan juga masih sangat melimpah. Kecamatan Kalipucang misalnya, masih terhampar 3,5 ribu Ha hutan rakyat yang produktif, kemudian di Kecamatan Cigugur masih terdapat 2,6 ribu Ha hutan rakyat yang memproduksi jenis kayu Albasia, Mahoni dan Jati.

BPS Kabupaten Ciamis (2012) menyatakan bahwa potensi peternakan DOB Kabupaten Pangandaran terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Ternak besar yang paling banyak dikembangkan yaitu Sapi. Jumlah populasi Sapi di daerah Kabupaten Pangandaran mencapai 36.588 ekor. Populasi sapi terbesar terdapat di kecamatan Sidamulih dengan jumlah populasi sapi 12.496 ekor pada tahun 2011.

Ternak kecil yang dikembangkan oleh masyarakat di kecamatan-kecamatan yang masuk DOB Kabupaten Pangandaran yaitu Domba. Pada tahun 2011 populasi domba di daerah Kabupaten Pangandaran mencapai 1.261.703 ekor dan populasi domba terbanyak terdapat di kecamatan Padaherang yaitu sebanyak 688.922 ekor.

Populasi ternak unggas mencapai 1.609.633 ekor. Sedangkan jenis ternak unggas yang dikembangkan oleh masyarakat di kecamatan-kecamatan yang masuk DOB Kabupaten Pangandaran yaitu ayam buras (1.261.703) yang diusahakan di seluruh kecamatan, ayam petelur (64.207 ekor) yang banyak diusahakan di kecamatan Cijulang dan Sidamulih, ayam ras pedagang (203.645 ekor) banyak diusahakan di Kecamatan Parigi, Cijulang, Langkaplancar, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang dan Pangandaran, dan ternak unggas Itik (80.078 ekor) yang diusahakan di Kecamatan Parigi, Cimerak, Cigugur, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, dan Sidamulih.

Kecamatan Padaherang merupakan kecamatan dengan populasi ternak unggas terbanyak yaitu sebanyak 743.258 ekor dengan Rincian 688.922 ekor Ayam Buras, 23.365 ayam ras pedagang dan 30.971 ekor itik.

Menarik dicermati, produksi hasil tangkapan ikan laut di kawasan Pangandaran selama kurun waktu 2004-2009 cenderung terus menurun. Tahun 2004, produksi hasil tangkapan ikan laut di kawasan ini masih mencapai 1.208,12 ton per tahun turun menjadi 714,82 ton di tahun 2005 dan pasca tsunami produksinya terus mengalami penurunan hingga menjadi 489,14 ton di tahun 2009. Data tersebut memberi gambaran bahwa kelangsungan hidup para nelayan di Kawasan Pangandaran mengalami

(12)

masa-masa yang sangat sulit. Bahkan, para pengusaha perikanan pun mulai menjauh dan beralih usaha ke sektor lain, karena usaha perikanan di Kawasan Pangandaran tidak lagi mampu melakukan ekspor ke luar negeri.

Besarnya potensi sumber daya alam yang tersedia di kawasan Pangandaran akan menjadi sia-sia jika tata kelolanya tidak dilakukan dengan baik dan kurang berorientasi pada kepentingan masyarakat secara luas. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Asim Saputra (2010) menyatakan bahwa Kualitas SDM didaerah menjadi prasyarat mutlak untuk memberdayakan kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi. Menurut data Survei Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Ciamis Tahun 2006 dalam Asim Saputra (2010) persentase penduduk daerah Kabupaten Pangandaran yang berpendidikan SMP ke atas di sepuluh kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran baru sekitar 21,23 persen sedangkan data BPS Kabupaten Ciamis (2012) memperlihatkan bahwa jumlah penduduk berusia 15 (lima belas) tahun ke atas di Kabupaten Ciamis yang berpendidikan SMP/Sederajat ke atas mencapai 33,20 persen. artinya tingkat pendidikan masyarakat DOB kabupaten Pangandaran relatif lebih rendah.

Minimnya SDM dengan tingkat pendidikan yang tinggi di Kawasan Pangandaran akan menjadi dilema dalam upaya mempercepat akselerasi pembangunan. Oleh karena itu, upaya mempercepat kualitas SDM menjadi tantangan terbesar bagi Kabupaten Pangandaran. Pelimpahan SDM yang handal dari pusat/provinsi/kabupaten/kota lain ke daerah otonom baru (manpower sharing) dapat dijadikan terobosan mengatasi kelangkaan sumber daya manusia. Beberapa kasus menunjukkan, sistem outsourcing SDM telah dilakukan oleh daerah otonom baru lainnya, seperti Kota Banjar dan Kota Tasikmalaya (Asim Saputra, 2010).

Dalam jangka panjang tentunya tidak cukup mengandalkan limpahan SDM dari daerah lain karena kemandirian dalam pengelolaan SDA tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu diupayakan pemberdayaan (empowerment) di DOB Kabupaten Pangandaran Untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sedarmayanti dalam Sukino (2013) menyatakan bahwa empowerment adalah suatu peningkatan kemampuan yang sesungguhnya potensinya ada. Meningkatkan status kurang berdaya menjadi lebih berdaya, sehingga lebih bertanggung jawab.

(13)

Sukirno (2013) menyatakan, salah satu strategi pemberdayaan petani ialah melalui pendidikan dan pelatihan baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Konsep pengembangan Sumber Daya Manusia melalui dua jalur, pertama adalah jalur pendidikan formal dan kejuruan yaitu mulai dari pendidikan TK sampai pada perguruan tinggi. Jalur ini menyediakan pengetahuan dasar yang bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan lain di dalam kehidupan sehari- sehari, baik di sektor formal maupun in formal. Bagi mereka yang hanya menamatkan pendidikan rendah banyak mengalami kesulitan bekerja, tetapi tidak demikian untuk lulusan di pendidikan tinggi. Tingkat yang lebih tinggi proses pendidikan diberikan pengembangan aspek kognisi atau kemampuan berpikir konseptual. Untuk tingkat ini peserta pendidikan dapat berasal dari karyawan, organisasi tertentu, yang memperoleh beasiswa. Setelah lulus diharapkan dapat memiliki bekal yang lebih baik untuk menyelesaikan berbagai masalah yang di hadapi di tempat bekerja (organisasi).

Kedua adalah jalur pendidikan non formal yaitu melalui pelatihan yang dapat mengembangkan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan sikap (attitude) dalam bekerja untuk mengembangkan usaha taninya. Pelatihan merupakan strategi pemberdayaan para petani yang sangat penting, karena pelatihan sangat relevan untuk diterapkan dalam pembangunan pertanian. pelatihan banyak disukai oleh para petani karena sangat cocok sebagai wahana pendidikan orang dewasa, dan lebih praktis dengan pelaksanaan waktu yang relatif singkat sehingga tidak membosankan dan lebih banyak mengampu kegiatan praktek dari pada teori.

Lebih lanjut Sukino (2013) menyatakan bahwa Teori dan praktek materi pertanian belum cukup untuk merubah pola pikir pengembangan usaha. Artinya bahwa penguasaan di bidang pertanian dapat dikuasai, namun untuk mengembangkan pertanian yang berdaya saing sangat diperlukan materi tambahan. Materi tambahan merupakan materi pendukung yang mampu (1) meningkatkan nilai tambah (value) dari obyek yang digarap (2) mengembangkan wawasan usaha pertanian (3) menggugah dan membangkitkan motivasi dengan strategi-strategi yang lain, yaitu dengan materi yang mendasari pola pikir.

(14)

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan sektor pertanian pada sepuluh kecamatan bagian Selatan Kabupaten Ciamis yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Ciamis. Namun, dalam struktur perekonomian di masing-masing kecamatan tersebut sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dari pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Selanjutnya Tiga dari sepuluh kecamatan di DOB Kabupaten Pangandaran memiliki daya saing Sektor pertanian yang kuat, yaitu Kecamatan Cimerak, Padaherang dan Pangandaran.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan untuk Disusun program pembangunan sektor pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran secara menyeluruh sesuai potensi pertanian masing-masing kecamatan. Pengembangan pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran tersebut perlu terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis sehingga sektor pertanian dapat terkoordinasi dengan baik dan pertumbuhannya lebih cepat; Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mendorong dan menfasilitasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan formal yang lebih tinggi ataupun melalui pendidikan nonformal (pelatihan) sehingga pengelolaan potensi pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran lebih optimal dan pada akhirnya diharapkan daya saing sektor pertanian menjadi lebih kuat; serta perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan alat analisis yang lebih tajam mengenai potensi pertanian di DOB Kabupaten Pangandaran, sehingga diketahui komoditas pertanian unggulan dan strategi pengembangannya di setiap kecamatan yang masuk ke DOB Kabupaten Pangandaran.

PUSTAKA

Arief Daryanto dan Yundy Hafiz Rianda. 2010. Model-model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi. Bogor : IPB Press

Asim Saputra. 2010. Tantangan Dan Prospek Pembentukan Kabupaten Pangandaran Dalam Perspektif Data Statistik. Ciamis: BPS Ciamis

Badan Pudat Statistik (BPS). 2012. Kabupaten Ciamis dalam Angka 2012. Ciamis : BPS Ciamis.

(15)

Dimyati, 2007. Pembinaan Petani dan Kelembagaan Petani. Balitjeruk Online. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung-Batu. Jawa Timur

Ernan Rustiadi. 2003. Pengembangan Wilayah Pesisir sebagai Kawasan Strategis Pembangunan Daerah. Bogor : IPB

Ikhsan, M. dan Armand. 1993. Sektor Pertanian Pangan, Peternakan dan Perikanan Menuju Tahun 2000. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Mestika Zed. 2008. Metode Penelitian Studi Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Mohamad Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sjafrijal. 2008. Ekonomi regional teori dan aplikasi. Jakarta: Bandouse Media

Sukino. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Tarigan Robinson, 2005. Ekonomi Regional (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Bumi Aksara Wedy Nasrul. 2012. Pengembangan Kelembagaan Pertanian untuk Peningkatan Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian. [Jurnal Menara Ilmu Vol. III No. 29, Juni 2012]: LPPM UMSB.

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Shift Share Subsektor-Subsektor Pertanian di DOB Kabupaten  Pangandaran
Tabel 3.    Banyaknya Kecamatan dengan Subsektor Pertanian yang berdaya Saing Kuat  di DOB Kabupaten Pangandaran

Referensi

Dokumen terkait

Proses perencananaan strategis melibatkan manajemen senior dan manajer dari unit bisnis atau pusat tanggungjawab utama lainnya, dibantu oleh staf mereka.tujuan

- Kantong emergensi belum lengkap - Petugas belum memakai pin, papan nama - Petugas diharapkan melakukan 5S - Kantong sampah medis tidak sesuai - Kran wastafel belum diganti -

Klik tombol Browse, untuk mengambil data Laporan Berkala yang sudah di-entry pada aplikasi data entry Laporan Berkala, dimana file tersebut ada di direktori

Kesadaran akan sebuah merek merupakan suaru penerimaan dari konsumen terhadap suatu merek dalam pikiran mereka. Dimana ditujukan dari kemampuan dalam mengingat dan

Solusi yang dapat ditawarkan yaitu dengan merancang aplikasi Mitra Futsal Kuy berbasis android yang bisa digunakan oleh penyedia lapangan futsal untuk melakukan

Penggunaan string matching khususnya dengan algoritma Boyer-Moore digunakan untuk mendeteksi sentimen sesuai dengan kata yang ada pada kalimat dan kamus.. Teknik ini

Setelah implementasi berjalan dan diadakan audit tahunan oleh Bank lndonesia terdapat temuan yang terkait dengan keamanan sistem informasi (Temuan Pemeriksaan Bank

Hasil unjukkan faktor aruh terhadap n pencegahan huan, sikap dan uk meningkatkan melaksanakan da pertolongan n peningkatan an untuk n nakes antara elatihan dapat rkala