• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang sedang berlangsung sekarang ini pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh manusia untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Peran pemerintah atau pihak luar dalam memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat hanyalah sebagai fasilitator, motivator, atau stimulator. Sebaiknya, setiap orang baik individu, kelompok, maupun masyarakat, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan menjaga kesehatan dirinya sendiri dari segala ancaman penyakit dan masalah kesehatan yang lain (Notoatmodjo, S, 2007).

Seorang anak memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keluarga dan bangsa. Setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan yang optimal merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan rangsangan atau stimulasi yang berguna (Dasuki, 2003). Ikatan batin yang sehat sangat penting bagi anak terutama dalam usia 2 tahun pertama yang akan menentukan

(2)

perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Selain faktor bawaan yang dianugerahkan Tuhan sejak lahir, stimulus dari luar juga berperan bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional anak (Wibowo, 2008).

Pada umumnya bayi mudah terserang penyakit karena bayi belum mampu/belum memiliki daya tahan tubuh yang baik/kuat, oleh sebab itu orangtua harus berpartisipasi dalam merawat bayi sebelum sakit dan ketika sakit. Bila terdapat tanda bayi sakit maka segera orang tua mengambil kebijakan untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan, untuk menghindari keparahan dari penyakit yang dialami bayi maka beberapa orangtua memilih untuk melakukan pengobatan dengan pijat bayi (Sanjaya, W, 2008).

Pijat merupakan salah satu bentuk terapi sentuh yang berfungsi sebagai salah satu teknik pengobatan penting yang sudah dikenal sejak lama, (Roesli. U., 2001). Melalui sentuhan pemijatan terhadap jaringan otot peredaran darah dapat meningkatkan jaringan otot ataupun posisi otot dapat dipulihkan dan diperbaiki sehingga dapat meningkatkan fungsi-fungsi organ tubuh dengan sebaik-baiknya. (Widyastuti-Widyani, 2007). Sentuhan atau pijatan pada bayi dapat meningkatkan produksi ASI (Mersmann, 2001).

Sentuhan dan pijatan pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman. Sentuhan dan pandangan dengan penuh kasih sayang yang ibu berikan kepada buah hati melalui pijatan akan direspon oleh bayi sebagai bentuk perlindungan, perhatian dan ungkapan cinta kepada bayi, sehingga akan menguatkan hubungan ibu dengan anaknya dan mengalirkan kekuatan jalinan kasih antara keduanya (Roesli, 2001).

(3)

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para pakar telah membuktikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan perubahan psikologi yang menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan, peningkatan daya tahan tubuh, dan kecerdasan emosi yang lebih baik. Ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuh dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila dilakukan sendiri oleh orang tua bayi (Prasetyono, 2009).

Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran zaman Mesir Kuno. Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800 SM) yang menuliskan tentang pijat, diet, dan olah raga sebagai cara penyembuhan utama masa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di Cina dari Dinasti Tang juga meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari 4 teknik pengobatan penting (Roesli, 2009).

Penelitian Field & Scafidi (1986) dalam Amelia (2010), menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat akan terjadi peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak). Peningkatan aktivitas nervus vagus akan meyebabkan peningkatan produksi enzim penyerapan seperti gastrin dan insulin sehingga penyerapan makanan menjadi lebih baik. Kondisi inilah yang dapat menjelaskan berat badan bayi yang dipijat lebih meningkat (Indah, 2010). Pada 20 bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gr), yang dipijat selama 3 kali 15 menit selama 10 hari, terjadi kenaikan berat badan 20% - 47% per hari, lebih dari yang tidak dipijat (Indah, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dasuko (2003) tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada kelompok yang dipijat 9,44%.

(4)

Sebuah penelitian tentang pijat bayi prematur, menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur berat badan 1280 dan 1176 gr, yang dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari mengalami berat badan per hari 20% sampai 47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1 – 3 bulan yang dipijat 15 menit 2 x seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dan kontrol (Roesli, 2001).

Walaupun banyak penelitian yang membuktikan manfaat pijat pada bayi, namun sayangnya masih banyak mitos-mitos dimasyarakat khususnya pada perawatan bayi yang tetap dipercaya, contohnya : Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir (Prasetyono, 2009). Menurut Brainbridge (2007), bahwa seorang yang akan melakukan pijat bayi, harus memperhatikan kesehatan bayi sebelum dilakukan pemijatan. Apabila dilakukan pemijatan pada bayi yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik, hal ini dapat menyebabkan penyakitnya akan semakin parah. Bayi tidak boleh diberikan pemijatan pada saat bayi dalam keadaan demam jika kita tidak yakin apa yang menjadi penyebabnya. Pernyataan Roesli, (2008) yang mengatakan bahwa cara pemijatan pada setiap umur bayi berbeda. Jika seluruh gerakan pemijatan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang lama ketakutannya akan berakibat terjadinya pergeseran atau gangguan pada struktur tulang pada bayi. Hal ini dikarenakan unsur pengalaman masa lalu, unsur sosial budaya dan pengetahuan yang kurang tentang pelaksanaan pijat bayi yang sesuai dengan anjuran medis.

Contoh lainnya, masih banyak ibu-ibu yang enggan untuk melakukan pemijatan secara rutin kepada bayinya apalagi diawal-awal kelahirannya karena mereka beranggapan bahwa bayi tidak boleh sering dipijat, badannya masih lemah atau alasan

(5)

lain yang tidak pernah dibuktikan kebenarannya. Mereka takut akan terjadi resiko pijat bayi pada buah hatinya. Padahal, cara pijat bayi yang sesuai ketentuan medis dapat mengurangi adanya resiko pijat bayi. Karena beberapa kenyataan di lapangan didapatkan bahwasanya banyak terjadi praktek pijat bayi yang memberikan efek samping dan efek negatif pada bayi. Efek samping dari kesalahan pemijatan diantaranya adalah pembengkakan, terdapatnya lebam, adanya rasa sakit pada bayi sehingga bayi menjadi rewel, pergeseran urat, cidera, bahkan bisa menyebabkan kematian pada bayi. Hal tersebut dapat terjadi apabila pemijatan dilakukan dengan cara yang salah dan tidak sesuai dengan ketentuan medis (Nestle,2005).

Resiko pijat bayi tersebut biasanya disebabkan oleh kelalaian praktisi pijat dalam memijat, salah pijat, pengalaman turun temurun dalam keluarga, dan kurangnya pengetahuan pemijat. Oleh karena itu, belajar cara pijat bayi yang benar dan baik, sangat diperlukan oleh orang tua dan praktisi pijat. Selain dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai pijat bayi, si ibu juga memerlukan dukungan suami atau keluarga yaitu dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan financial. Untuk meningkatkan peran suami dalam kesehatan yaitu membekali suami dengan informasi yang benar dan mengikutsertakan dalam setiap upaya peningkatan kesehatan, suami merupakan partner untuk mencapai kesehatan yang lebih baik (Bobak, dkk, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap beberapa responden di Kecamatan Kuta Alam, ibu-ibu banyak yang tidak mengetahui mengenai pijat bayi yang benar, mereka masih melakukan teknik pijat bayi tradisional sesuai dengan kemampuan sekedarnya yang dimiliki. Dan biasanya keluarga menganjurkan ibu untuk melakukan pijat bayi hanya saat bayi rewel dan sakit. Dan petugas kesehatan tidak pernah

(6)

memberikan konseling atau penyuluhan tentang pijat bayi yang benar. Berdasarkan pernyataan dari latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang hubungan pengetahuan dan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dilatar belakangi, maka rumusan masalah pada penelitian ini adakah hubungan pengetahuan dan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat bayi di Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat bayi di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pijat bayi di Kecamatan Kuta Alam.

b. Untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat bayi di Kecamatan Kuta Alam.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang hubungan pengetahuan, dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat bayi, serta meningkatkan wawasan tentang metodologi penelitian.

(7)

2. Bagi petugas kesehatan

Dapat menjadi motivasi dalam memberikan penyuluhan tentang pemijatan bayi, pengertian maupun penjelasan manfaat dilakukan pijat pada bayi sehingga dapat menambah wawasan bagi masyarakat maupun bagi petugas kesehatan itu sendiri.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi literatur bacaan mengenai hubungan pengetahuan, dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat bayi

(8)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pijat Bayi

1. Pengertian

Pijat bayi adalah mengurut bagian tubuh untuk melemaskan otot sehingga peredaran darah lancar yang dilakukan pada seluruh permukaan tubuh bayi. Seni pijat adalah terapi sentuhan kulit dengan menggunakan tangan. Pijat meliputi manipulasi terhadap jaringan atau organ tubuh dengan tujuan pengobatan serta sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan gerakan manipulasi tertentu dari jaringan lunak tubuh (Lowe, 2003).

Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpha (Subakti dan Rizky, 2008). Pijat bayi tidak hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan emosional bayi. Jika pijat bayi dilakukan oleh ayahnya, maka bisa meningkatkan produksi ASI pada tubuh ibu. Ini dinyatakan dalam suatu penelitian di Australia yang mengatakan bahwa ketika seorang ayah berinisiatif memijat bayi, hal itu akan menimbulkan perasaan positif pada istri. Inisiatif ini akan membuat istri merasa di sayang dan nyaman sehingga akan merangsang produksi oksitosin, sehingga berguna untuk memperlancar ASI (Waspada online, 2005).

2. Alasan Pemberian Pijatan Untuk Bayi

Sentuhan dan pijatan pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan

(9)

perasaan aman pada bayi. Sentuhan juga akan merangsang peredaran darah dan akan menambah energi karena gelombang oksigen yang segar akan lebih banyak dikirim ke otak dan seluruh tubuh (Roesli, 2009). Stimulasi sentuh dapat merangsang semua sistem sensorik dan motorik yang berguna untuk pertumbuhan otak, membentuk kecerdasan emosi, inter, intrapersonal dan untuk merangsang kecerdasan-kecerdasan lain (Riamelani,2006).

3. Manfaat Pijat Bayi

Melalui pemijatan aliran darah otot akan meningkat menyebabkan vaso dilatasi otot-otot yang aktif sehingga oksigen dan bahan gizi lain dalam jaringan jumlahnya meningkat dan curah jantung akan meningkat. Kecepatan aliran darah melalui kulit merupakan kecepatan yang berubah-ubah tergantung dari kecepatan kegiatan metabolisme tubuh dan suhu lingkungan (Tritton, 2009).

Pemijatan mampu meningkatkan sistem kekebalan, meningkatkan aliran cairan getah bening keseluruh tubuh untuk membersihkan zat yang berbahaya dalam tubuh, mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayinya, meningkatkan volume air susu ibu, mengembangkan komunikasi, memahami isyarat bayi, meningkatkan percaya diri (Roesli dan Lee, 2009).

Kontak fisik secara positif antar orang tua dan anaknya dapat membuat anak merasa berharga dan dicintai. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang

(10)

dipijat dengan penuh kasih sayang jarang sekali menangis dan sakit daripada bayi yang tidak dipijat. Pijat mampu meningkatkan relaksasi dan menenangkan bayi yang menangis (Heath dan Bainbridge, 2007).

Menurut Andria (2011) Pijat bayi merupakan teknik perawatan tradisonal yang berkembang secara turun menurun. Menurut penelitian medis, perawatan pijat bayi memiliki banyak manfaat, baik dari segi kesehatan bayi maupun dari segi psikologis bayi.

Manfaat pijat bayi dari segi kesehatan diantaranya:

a. Menstimulasi saraf otak. Hal ini baik untuk perkembangan otak bayi. b. Melatih respon saraf pada tubuh bayi, yang dapat memacu perkembangan

reflek tubuh bayi.

c. Membantu dan menstimulasi sistem pencernaan pada perut bayi, karena pijat bayi dapat meningkatkan kerja peristaltic usus.

d. Melancarkan sistem peredaran darah bayi. e. Meningkatkan berat badan bayi.

f. Melancarkan pernafasan bayi, karena dapat membantu suplai oksigen pada tubuh bayi.

g. Membantu perkembangan susunan otot bayi. h. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Sedangkan manfaat pijat bayi dari segi psikologis bayi diantaranya:

a. Apabila pijat bayi tersebut dilakukan oleh orang tua bayi, maka hal tersebut akan menambah kedekatan antara bayi dan orang tua. Karena bahasa sentuhan cinta sangat mempengaruhi perasaan bayi.

(11)

b. Mengembangkan terjalinnya komunikasi bayi. Karena dapat merangsang kontak mata, ekspresi wajah, dan ekspresi tubuh bayi.

c. Memberikan rasa nyaman pada bayi.

d. Membuat bayi lebih tenang dan tidak mudah rewel.

e. Agar dapat memperoleh manfaat pijat bayi yang maksimal, kita harus melakukan cara pijat bayi yang sesuai dengan ketentuan pemijatan

4. Efek samping pijat bayi

Di samping itu, cara pijat bayi yang sesuai ketentuan medis dapat mengurangi adanya resiko pijat bayi. Karena beberapa kenyataan di lapangan didapatkan bahwsanya banyak terjadi praktek pijat bayi yang memberikan efek samping dan efek negatif pada bayi. Hal tersebut dapat terjadi apabila pemijatan dilakukan dengan cara yang salah dan tidak sesuai dengan ketentuan medis. Efek samping dari kesalahan pemijatan diantaranya adalah pembengkakan, terdapatnya lebam, adanya rasa sakit pada bayi sehingga bayi menjadi rewel, pergeseran urat, cidera, bahkan bisa menyebabkan kematian pada bayi. Oleh karena itu, banyak orang tua yang enggan melakukan pijat bayi, mereka takut akan terjadi resiko pijat payi pada buah hatinya. Resiko pijat bayi tersebut biasanya disebabkan oleh kelalaian praktisi pijat dalam memijat, salah pijat, dan kurangnya pengetahuan pemijat. Untuk memperkecil resiko pijat bayi, hendaklah para orang tua jeli dalam memilih praktisi pijat untuk bayinya (Nestle, 2005).

5. Waktu Pijat Bayi

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai dengan keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan

(12)

mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia 6-7 bulan (Roesli, 2009). Waktu terbaik untuk memijat bayi ketika bayi terjaga dan senang. Demikian pula dengan orang tua sendiri harus dalam kondisi tenang dan santai, sehingga bayi juga merasa tenang (Heath dan Bainbridge, 2007) .

6. Persiapan Pijat Bayi

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemijatan. a. Tangan bersih dan hangat.

b. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit bayi.

c. Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap. d. Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar.

e. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum a. selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan. f. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang.

g. Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan bersih. h. Siapkan handuk, popok, baju ganti dan minyak bayi (baby oil/ lotion). i. Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara

membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya berbicara. (Williams, 2003)

7. Selama melakukan pemijatan, dianjurkan untuk selalu melakukan hal-hal berikut ini:

(13)

a. Memandang mata bayi, disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan berlangsung.

b. Bernyanyilah atau putarkanlah lagu-lagu yang tenang atau lembut, guna membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung. c. Awalilah pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian secara

bertahap tambahkanlah tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya apabila Anda sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pemijatan yang sedang dilakukan.

d. Sebelum melakukan pemijatan, lumurkanlah baby oil atau lotion yang lembut sesering mungkin.

e. Sebaiknya, pemijatan dimulai dari kaki karena umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat sebelum bagian lain dari badannya disentuh. Urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada bagian punggung.

f. Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi anda. Jika bayi menangis, cobalah untuk menenangkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi menangis lebih keras, hentikanlah pemijatan karena mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui atau sudah mengantuk dan sangat ingin tidur.

g. Mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih setelah terlumuri minyak bayi (baby oil). Namun, kalau pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan air hangat agar bersih dari minyak.

(14)

h. Lakukan konsultasi pada dokter atau perawat untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang pemijatan bayi.

i. Hindarkan mata bayi dari baby oil/ lotion. (Roesli, 2009)

8. Pada waktu pemijatan tidak dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut: a. Memijat bayi langsung setelah makan.

b. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan.

c. Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat. d. Memijat bayi pada saat bayi tak mau dipijat.

e. Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi (Roesli, 2009).

9. Cara Pemijatan Sesuai Usia Bayi

a. 0 - 1 bulan, disarankan gerakan yang lebih mendekat usapan-usapan halus. Sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di daerah perut.

b. 1 - 3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan dalam waktu yang singkat.

c. 3 bulan - 3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat. (Roesli, 2009)

10. Urutan Tehnik Pemijatan Bayi

a. Melakukan pemijatan pada daerah kaki

Gerakan tangan dari pangkal paha sampai kepergelangan kaki seperti memerah susu atau memeras. Mengurut telapak kaki bayi secara bergantian, pijat jari kaki dengan gerakan memutar dan diakhiri dengan

(15)

tarikan lembut pada setiap ujungnya. Untuk punggung kaki secara bergantian kemudian buat gerakan menggulung dari pangkal paha ke pergelangan kaki.

b. Melakukan pemijatan pada daerah perut

Lakukan gerakan seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas kebawah perut. Letakkan kedua ibu jari di samping kanan dan kiri pusar perut, gerakkan kedua ibu jari ke arah tepi kanan dan kiri perut. Lakukan gerakan “I LOVE U” memijat dari kanan atas perut bayi kemudian ke kiri bawah membentuk “L” terbalik. “YOU” memijat dari kanan bawah ke atas kemudian ke kiri dan berakhir di perut kiri bawah membentuk huruf “U”.

c. Melakukan pemijatan pada daerah dada

Lakukan pijatan kupu-kupu. Letakkan kedua tangan kita di tengah dada bayi kita dan gerakan keatas kemudian ke sisi luar tubuh dan kembali ke ulu hati tanpa mengangkat tangan seperti membentuk hati. Lalu dari tengah dada bayi dipijat menyilang dengan telapak tangan kita kearah bahu seperti membentuk kupu-kupu.

d. Melakukan pijatan pada daerah tangan

Buatlah gerakan memijat ketiak dari atas ke bawah, jika terdapat pembengkakan kelenjar di daerah ketiak jangan lakukan gerakan ini. Gerakan tangan seperti memerah susu atau seperti memeras dari pundak ke pergelangan tangan. Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan kearah jari-jari. Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju ke arah ujung jari dengan gerakan memutar, akhiri dengan tarikan

(16)

lembut pada setiap ujung jari. Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju kearah pergelangan tangan.

e. Melakukan pemijatan pada daerah muka

Gerakan tangan kita dari tengah wajah samping seperti membasuh mata. Tekankan jari-jari kita dari tengah dahi kesamping seperti menyetrika dahi. Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis, tekankan ibu jari anda dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung ke arah pipi dengan membuat gerakan kesamping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum (senyum I). Letakkan kedua ibu jari anda diatas mulut didaerah sekat hidung. Gerakkan kedua ibu jari dari tengah kesamping dan ke atas daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum (senyum II). Letakkan kedua ibu jari anda di tengah dagu. Tekankan kedua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi tersenyum (senyum III). Buatlah lingkaran-lingkaran kecil di daerah rahang bayi dengan kedua jari telunjuk tangan anda, berikan tekanan lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri.

f. Melakukan pemijatan pada daerah punggung

Menggerakkan tangan kita maju mundur dari bawah leher ke pantat bayi. Pegang dan tahan pantat bayi dengan tangan kanan, kemudian usapkan telapak tangan kiri kita seperti menyetrika punggung, dari leher ke pantat. (Roesli, 2009)

11. Gerakan Relaksasi dan Gerakan Peregangan Lembut

Membuat goyangan-goyangan ringan, tepukan-tepukan halus dan melambung-lambungkan secara lembut. Teknik sentuhan relaksasi mudah dan

(17)

sederhana. Dapat dikerjakan bersama-sama pijat bayi atau terpisah dari pijat bayi. Misalnya, waktu ibu mulai memijat bagian kaki bayi ternyata kakinya tegang dan kaku. Gerakan-gerakan sederhana yang meregangkan tangan dan kaki bayi, memijat perut dan pinggul, serta meluruskan tulang belakang bayi. Peregangan lembut ini dilakukan di akhir pemijatan atau diantara pijatan, setiap gerakan peregangan dapat dilakukan sebanyak 4-5 kali.

a. Tangan disilangkan

1)Pegang kedua pergelangan tangan bayi dan silangkan keduanya di dada. 2)Luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping

b. Membentuk diagonal tangan-kaki

1)Pertemukan ujung kaki kanan dan ujung tangan kiri bayi diatas tubuh bayi sehingga membentuk garis diagonal. Selanjutnya, tarik kembali kaki kanan dan tangan kiri bayi ke posisi semula.

2)Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung tangan kanan bayi diatas tubuh bayi. Selanjutnya, tarik kembali tangan dan kaki bayi ke posisi semula. Gerakan membentuk diagonal ini dapat diulang 4-5 kali.

c. Menyilangkan kaki

1)Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah silangan sehingga mata kaki kanan luar bertemu dengan mata kaki kiri dalam. Setelah itu, kembalikan pada posisi semula.

2)Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah silangan sehingga mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki kiri luar. Setelah itu, kembalikan pada posisi semula. Gerakan ini dapat diulang sebanyak 4-5 kali.

(18)

d. Menekuk kaki

Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi dalam posisi kaki lurus, lalu tekuk kaki perlahan menuju ke arah perut. Gerakan menekuk lutut ini dapat diulang sebanyak 4-5 kali.

e. Menekuk kaki bergantian

Gerakan sama seperti menekuk kaki, tetapi dengan mempergunakan kaki secara bergantian. (Roesli, 2008)

B. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan menurut Bloom (2003) adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar. Sedangkan menurut Indra Jaya pengetahuan didefinisikan sebagai berikut :

a. Sesuatu yang ada atau dianggap adab. Sesuatu hasil persesuaian subjek dan objek.

b. Hasil kodrat manusia.

(19)

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen : metode ilmiah. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan.Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

(20)

Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

a) Cara tradisional (non ilmiah)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.

Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain : 1) Coba-coba dan salah

(21)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.

4) Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

b) Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh

(22)

kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2005).

4. Sumber pengetahuan

Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

5. Pengukuran pengetahuan

Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76 - 100 % pertanyaan dijawab benar, cukup bila 56 - 75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab benar < 56 % (Arikunto, 2006).

C. Peran Petugas Kesehatan

Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan dalam menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.

(23)

1. Peran Bidan

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002)

Peran bidan yang diharapkan adalah: a. Sebagai pelaksana,

Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan

b. Peran sebagai pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim

c. Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader

d. Peran sebagai peneliti

Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun kelompok.

2. Fungsi Bidan

Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, kerja bagian tubuh (Tim Media Pena,2002).

3. Rumah Bersalin (RB)

Rumah Bersalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir (Peraturan DaerahKota Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, Bab 1Ketentuan

(24)

Umum, Pasal 1, no. 14). Rumah bersalin mepunyai sifat privat dansemi privat, sebab tidak semua orang dapat keluar masuk di dalam area ini. Sifat privat terdapat pada bentuk pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologi, masa nifas,bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).

4. Wewenang Bidan

Dalam menjalankan praktek profesionalnya wewenang bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibuhamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu.

Pengukuran peran petugas kesehatan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang sumber-sumber informasi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Sumber informasi yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan ada atau tidaknya informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang pijat pada bayi (Notoatmodjo, 2005).

D. Kerangka Teori

Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh Notoatmadjo (2005) faktor-faktor utama yang mempengaruhi tindakan seseorang, adalah tingkat pengetahuan, informasi tentang kesehatan, pendidikan, sosial budaya, lingkungan, pengalaman, peran atau dukungan keluarga, dan umur.

(25)

Karena keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti hanya mengambil tiga variabel seperti yang tergambar dalam kerangka konsep dibawah ini:

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Pengetahuan

Pijat bayi

Peran petugas kesehatan

(26)

E. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Dependent

1. Pijat bayi Mengurut seluruh

bagian tubuh bayi dengan cara-cara tertentu agar menimbulkan efek positif pada bayi dan si ibu.

Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, dengan kriteria:

a. Cukup, bila x ≥ 10 b. Kurang, bila x < 10 Daftar tilik a. Cukup b. Kurang Ordinal Independent

2. Pengetahuan Segala sesuatu

yang ibu ketahui mengenai pijat bayi, resiko, manfaat, langkah-langkah pemijatan, dsb. Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, dengan kriteria: a. Baik : 76-100% jika menjawab benar ≥ 15 pertanyaan. b. Cukup : 56-75% jika menjawab benar 11-14 pertanyaan. c. Kurang : <56% jika menjawab benar < 11 pertanyaan Kuesioner a. Baik b. Cukup c. Kurang Ordinal 3. Peran petugas kesehatan Dukungan yang diberikan oleh bidan atau petugas kesehatan lainnya kepada ibu untuk melakukan pijat bayi, baik berupa informasi teori maupun praktek pemijatan. Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, dengan kriteria: a. Baik, bila x ≥ 10 b. Kurang,bila x < 10 Kuesioner a. Baik b. Kurang Ordinal

(27)

F. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pijat pada bayi.

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (Notoatmodjo, 2005).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh pada tanggal 17 – 22 Februari tahun 2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 3-12 bulan yang berada di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh yang berjumlah 36 orang. Yaitu populasi yang sampai pada saat penelitian masih berusia 3-12 bulan.

2. Sampel

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik total populasi yaitu seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 3-12 bulan yang berjumlah 36 orang. Adapun kriteria inklusi dalam pengambilan sampel adalah:

a. Ibu yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan b. Ibu yang melakukan pijat bayi

(29)

D. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pernyataan dan pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden. Data primer dikumpulkan oleh peneliti dan enumerator yaitu kader di Kecamatan Kuta Alam. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan dan 8 pernyataan tentang peran petugas kesehatan, serta daftar tilik pijat bayi. F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diolah secara komputer dengan tahap:

a. Editing (Penyuntingan)

Semua kuesioner yang telah dijawab oleh respondden diperiksa dengan teliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu pengolahan data.

b. Coding (Pemberian Kode)

Memberikan kode berupa nomor pada tiap kuesioner yang diisi oleh responden, sehingga jawaban dari responden tidak tertukar. Kode pada kuesioner diisi oleh peneliti.

(30)

c. Master Sheet (Tabel Induk)

Memasukkan semua data ke dalam tabel induk atau master sheet. Setelah memasukkan data ke dalam tabel induk, dimasukkan ke komputer (entry data) (Gulo, 2007).

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara bertahap dari analisa univariat dan bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

Kemudian ditentukan persentase peroleh (P) untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Budiarto, 2002) sebagai berikut:

f

P = x 100 % N

Keterangan: P : persentase

F : frekuensi yang teramati N : jumlah sampel

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel terikat, yaitu kebiasaan makan dan variabel bebas, yaitu: pengetahuan dan sikap ibu.

(31)

Menurut (Supranto, 2003) pengetahuan, sikap, dan kebiasaan makan ibu dapat diukur dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: ∑x x = N Keterangan: x: rata-rata (mean) x : nilai tiap pengamatan n : jumlah pengamatan ∑ : jumlah

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan nilai Positif, bila x ≥ x dan Negatif, bila x < x

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data kategori Chi-Squere Test ( X2 ) pada tingkat kemaknaannya adalah 95 % (P < 0.05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus SPSS For Windows. Melalui perhitungan uji Chi-Squere selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai P lebih kecil dari nilai alpha (0.05) maka Ho

(32)

ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan varibel bebas.

Data masing-masing sub variabel dimasukkan ke dalam tabel dan kemudian tabel-tabel tersebut dianalisa untuk membandingkan antara nilai p value dengan nilai alpa = 0.05, selanjutnya menurut Hastono (2001) dapat ditarik kesimpulan:

1) Ho ditolak, jika nilai p < 0.05 yang artinya ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent.

2) Ho diterima, jika nilai p > 0.05 yang artinya tidak ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent.

Aturan yang berlaku pada uji Chi-square untuk program SPSS adalah sebagai berikut:

1) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) < 5, maka uji yang digunakan adalah Fishar Exact.

2) Bila pada tabel 2x2 tidak dijumpai nilai E < 5, maka uji yang digunakan sebaiknya Continuity Correction.

3) Bila pada tabel 2x2, misalnya 3x2, 3x3, dll, maka uji yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.

4) Bila pada tabel > dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dijumpai nilai E (harapan) < 5 maka merger ke tabel 2x2.

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Kuta Alam merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kota Banda Aceh. Luas wilayah Kecamatan Kuta Alam adalah ± 1004,7 Ha, dengan batas-batas wilayah meliputi:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kuta Raja 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syiah Kuala 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baiturrahman 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey analitik yaitu untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan penyebaran kuesioner yang berisi pernyataan dan pertanyaan yang dilakukan pada tanggal 17 – 22 Februari 2014 kepada seluruh ibu yang memiliki bayi 3-12 bulan di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2014.

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

1. Analisa Univariat a.Pengetahuan

(34)

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi Di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh

Tahun 2014 No Pengetahuan f % 1 Baik 20 55,6 2 Cukup 9 25,0 3 Kurang 7 19,4 Total 36 100

Sumber: Data Primer (Diolah, 2014)

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik tentang pijat pada bayi yaitu sebanyak 20 responden (55,6%) dari 36 responden.

b. Peran Petugas Kesehatan

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun 2014

Sumber: Data Primer (Diolah, 2014)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa jumlah peran petugas kesehatan yang baik terhadap tindakan pijat pada bayi lebih besar dibandingkan dengan yang berkategori kurang yaitu sebanyak 21 responden (58,3%) dari 36 responden. No Peran Petugas Kesehatan f % 1 Baik 17 47,2 2 Kurang 19 52,8 Total 36 100

(35)

c. Pijat Bayi

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pijat Bayi Di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun 2014

Sumber: Data Primer (Diolah, 2014)

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu yang melakukan pijat bayi dengan kategori cukup yaitu 23 responden (63,9%) dari 36 responden.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan tindakan pijat pada bayi Tabel 4.4

Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Pijat Bayi Di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun 2014

Signifikan P < 0,05

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden dengan tindakan pijat pada bayi, diperoleh dari 20 responden

No Pijat Bayi f %

1 Cukup 23 63,9

2 Kurang 13 36,1

Total 36 100

No Pengetahuan Pijat Bayi Jumlah

P value Cukup Kurang f % f % f % 1 Baik 17 85,0 3 15,0 20 100 0,01 2 Cukup 4 44,4 5 55,6 9 100 3 Kurang 2 28,6 5 71,4 7 100

(36)

berpengetahuan baik, mayoritas ibu melakukan pijat bayi berkategori cukup yaitu 17 responden (85%). Sedangkan dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas ibu yang melakukan pijat pada bayi berkategori kurang baik, yaitu sejumlah 5 (55,6%). Dan dari 7 responden yang berpengetahuan kurang, mayoritas ibu yang melakukan pijat bayi berkategori kurang baik, yaitu sejumlah 5 (71,4%) responden. Hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh nilai P = 0,01 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pijat pada bayi.

b. Hubungan peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi Tabel 4.5

Hubungan Peran petugas Kesehatan Terhadap Tindakan Pijat Bayi Di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun 2014

Signifikan P < 0,05

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil analisis hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi diperoleh dari 17 responden yang mendapatkan peran petugas kesehatan baik mayoritas ibu melakukan pijat bayi berkategori cukup yaitu sebanyak 14 (82,4%) responden. Dan dari 19 No Peran

Petugas Kesehatan

Pijat Bayi Jumlah

P value

Cukup Kurang

f % f % F %

1 Baik 14 82,4 3 17,6 17 100 0,067

(37)

responden yang mendapatkan peran petugas kesehatan kurang baik mayoritas ibu melakukan pijat bayi kurang baik, yaitu 10 (52,6%) responden. Hasil uji statistik (uji continuity corrections) diperoleh nilai p = 0,067 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi.

C. Pembahasan

1. Hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pijat pada bayi

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden dengan tindakan pijat pada bayi, diperoleh dari 20 responden berpengetahuan baik, mayoritas ibu melakukan pijat bayi berkategori cukup yaitu 17 responden (85%). Sedangkan dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas ibu yang melakukan pijat pada bayi berkategori kurang baik, yaitu sejumlah 5 (55,6%). Dan dari 7 responden yang berpengetahuan kurang, mayoritas ibu yang melakukan pijat bayi berkategori kurang baik, yaitu sejumlah 5 (71,4%) responden. Secara uji statistik (uji chi-square) menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pijat pada bayi dengan nilai p = 0,01 (p < 0,05). Sehingga hipotesa alternatif yang ditegakkan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pijat pada bayi dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian yg di dapat, juga sama dengan hasil penelitian yg dilakukan oleh Novitasari (2012) dengan hasil penelitian, sebagian besar atau 46,5 %, perawat memiliki pengetahuan tentang pijat bayi kategori cukup dan sebagaian besar atau 48,8 % perawat Instalasi rawat inap RSU Pandan Arang Boyolali memiliki sikap cukup positif terhadap tindakan pijat bayi. Hasil

(38)

uji statistik kendall tau-b diperoleh nilai p = p = 0,000 < 0,05. Disimpulkan : Ada hubungan pengetahuan perawat dengan sikap perawat tentang pijat bayi di RSU Pandan Arang Boyolali.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) pengetahuan baik tentang pijat bayi ditunjang dari karakteristik responden yaitu sebagian besar berada pada kelompok yang berpendidikan SMA. Hal ini sesuai dengan Diknas RI (2003) yang menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka tingkat pengetahuan, pemahaman, dan kepedulian terhadap suatu hal akan cenderung semakin tinggi. Dilihat dari paritas, responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar multipara. Responden yang memiliki beberapa anak cenderung mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam memberikan perhatian dan asuhan. Pengalaman pribadi dalam bidang tertentu dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan kemampuan. Pengalaman merupakan pendekatan yang penting dalam upaya memecahkan suatu masalah seperti melakukan pijat bayi.

Menurut Notoadmodjo (2003), semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin mudah untuk menerima hal–hal yang baru, apabila pengetahuan kurang akan lebih sulit untuk bersikap dan bertindak. Dari pengalaman dan pendidikan ternyata apabila perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan menjadi baik. Perilaku jika tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tersebut tidak berlangsung lama. Dalam hal ini, responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pijat bayi akan lebih terampil memijat bayinya. Sedangkan, responden yang kurang pengetahuannya kurang terampil melakukan pijat bayi.

(39)

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pijat pada bayi. Banyak ibu-ibu yang berkategori pengetahuan baik dan melakukan pijat dengan cukup baik. Hal ini disebabkan oleh kesadaran ibu yang memiliki bayi untuk melakukan pijat pada bayi. Pengetahuan yang mereka dapatkan dari berbagai media, seperti brosur, informasi dari bidan tempat bersalin, TV, video, serta pengalaman mereka dari anak sebelumnya.

2. Hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil analisis hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi diperoleh dari 17 responden yang mendapatkan peran petugas kesehatan baik mayoritas ibu melakukan pijat bayi berkategori cukup yaitu sebanyak 14 (82,4%) responden. Dan dari 19 responden yang mendapatkan peran petugas kesehatan kurang baik mayoritas ibu melakukan pijat bayi kurang baik, yaitu 10 (52,6%) responden. Hasil uji statistik (uji continuity corrections) diperoleh nilai p = 0,067 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi.

Secara uji statistik (uji continuity corrections) menunjukkan adanya hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi dengan nilai p = 0,067 (p > 0,05). Sehingga hipotesa alternatif yang ditegakkan dalam penelitian ini yaitu tidak adanya hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi dapat diterima.

(40)

Penelitian lain serupa juga di lakukan oleh Mulyati (2011) dengan hasil penelitian analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat (chi square, dan spearman correlations) pada α : 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara peran bidan dengan perilaku pemijatan pada bayi (P value: 0,329). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian yang digunakan, variabel penelitian dan lokasi serta waktu penelitian.

Menurut Darmayanti (2009), kurangnya dukungan dari petugas kesehatan merupakan salah satu faktor terhambatnya perilaku pemijatan pada bayi sehingga walaupun ibu pernah menerima atau tidak pernah menerima informasi dari petugas kesehatan tidak akan mempengaruhi tindakan ibu untuk melakukan pijat bayi pada bayi mereka.

Asumsi peneliti, tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pijat pada bayi, di karenakan kemungkinan ibu-ibu yang memiliki bayi walaupun mereka sudah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan, namun mereka belum menerapkan pijat bayi sebagaimana yang dianjurkan. Sehingga dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pijat pada bayi.

(41)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pijat pada bayi.

2. Tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tindakan pijat pada bayi.

Saran

1. Mahasiswa

Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar, mengendalikan karakteristik yang ada dan menggunakan instrumen yang lebih optimal.

Petugas Kesehatan

Mengingat adanya hubungan tersebut, untuk kesiapan responden yang lebih baik sehingga dapat melakukan pijat bayi dengan baik, maka penulis

menyarankan kepada petugas kesehatan yang akan memberikan pelayanan pijat bayi dengan memberdayakan orang tua agar memberikan pendidikan dan pelatihan pijat bayi sejak ibu hamil pada trimester III minimal dua kali. Apabila memungkinkan ibu hamil diorientasikan pada ibu nifas yang sedang memijat bayi sehingga saat ibu tersebut melahirkan sudah siap melakukan pijat bayi. Serta memberikan pelatihan pada kader agar dapat membantu ibu-ibu yang memiliki bayi untuk melakukan pijat pada bayi.

(42)

Semoga dapat menambah literatur bacaan tentang tindakan pijat pada bayi, sehingga dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian tentang pijat pada bayi selanjutnya.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, R. (2010). Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan. http://usupress.usu.ac.id/file/MKN/20 Maret 2009.pdf

Andria, A, Manfaat dan Efek Samping Pijat Bayi, 03 November, 2011 http://pakarbayi.com/manfaat-dan-efek-samping-pijat-bayi.html Bobak, dkk. 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :EGC.

Chaplin, J.P., 2002, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, Pusat Studi Kependidikan UGM.

Darmayanti, D. 2009. Kapital Selekta ASI dan Menyusui. Jakarta : Gramedia Pustaka. Dasuki M. Shoim, 2003. Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi

umur 4 Bulan. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Gizi dan Kesehatan. UGM: Yogyakarta.

Diknas RI, 2003, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional

Heath dan Bainbridge, 2007. Baby Massage. Dian Rakyat: Jakarta.

Indah, 2010. Efektivitas Pijat Bayi terhadap peningkatan berat badan bayi prematur di RSUD Kota Semarang. STIKES Karya Husada Semarang

Keputusan Menteri Kesehatan No. 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan

Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. ___________, 2005. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta. ___________, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

___________, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar, Rineke Cipta, Jakarta.

Prasetyo, 2009. Teknik-teknik Tepat memijat Bayi Sendiri Panduan Lengkap dan Uraian Kemanfaatannya. Jogjakarta : Diva Press

Riamelani, 2006. Pijat Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Bayi. 22 Desember 2006. http://riamelani.multiply.com/journal/item/6 di unduh 4 Maret 2010 jam 09.31 WIB.

(44)

Roesli, Utami, 2001. Pedoman Pijat Bayi Prematur dan Bayi Usia 0-3 Bulan. Trubus Agriwidya, Jakarta.

___________, 2009. Pedoman Pijat Bayi. PT Trubus Agri Widia: Jakarta.

Sanjaya Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group: Jakarta.

Subakti dan Deri Rizky, 2008. Keajaiban pijat bayi dan Balita. Wahyu Media: Jakarta.

Supranto. 2003. Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta. Wibowo, 2008. Pijat Bayi. http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/10/18/pijatbayi/

di unduh 4 April 2010 jam 07.01 WIB.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku dalam melakukan perbuatan meniru dan memalsu uang kertas negara atau uang kertas bank atau mata uang, didorong oleh suatu kehendak (maksud) yang ditujukan untuk

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan pembiayaan murabahah pada Bank Syari‟ah Mandiri (BSM) Cabang Jakarta – Saharjo dimulai dari permohonan pembiayaan yang

Skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kenaikan Kadar Albumin dalam Darah dan Berat Badan Pasien Rawat Jalan Tubeculosis Paru di Rumah

- Kolesterol Kolesterol bebas bebas yg yg diperoleh diperoleh dari dari jaringan jaringan perifer perifer / lipoprotein lain / lipoprotein lain.  diubah diubah menjadi

Bagi karyawan yang melakukan perjalanan dinas, dimana tempat tujuan tidak tersedia fasilitas penginapan milik perusahaan (mess atau tempat menginap yang disediakan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui peran e-marketing dalam memperluas jangkauan pemasaran perusahaan dan mengidentifikasi alat e- marketing yang dapat

Menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel dalam bukunya yang berjudul pemasaran promosi adalah komunikasi orang atau pasar yang menginformasikan dan mengingatkan calon pembeli