HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN KONTROL
PADA PASIEN
POST
OPERASI KATARAK DI POLIKLINIK MATA
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2017
MANUSKRIP
OLEH :
ERFAN MIHARDI
NPM. 1614201120413
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
i
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN KONTROL
PADA PASIEN POST OPERASI KATARAK DI POLIKLINIK MATA
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2017
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Pada Program Studi S.1 Keperawatan
Oleh :
ERFAN MIHARDI
NPM.1614201120413
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
ii
PENGESAHAN MANUSKRIP
Manuskrip ini dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Kontrol Pada Pasien
Post
Operasi Katarak Di Poliklinik Mata RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Banjarmasin oleh Erfan Mihardi, NPM. 1614201120413 telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing sebagai Hasil Skripsi Program S.1
Keperawatan
Fakultas
Keperawatan
dan
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
Banjarmasin, Juni 2017
Pembimbing 1
Yosra Sigit Pramono, Ns.,M.Kep
NIDN. 1116088901
Pembimbing 2
H. Imanuddin, S.Kep.,Ns.,MM
NIP. 19650505 198603 1027
Mengetahui
Kaprodi S.1 Keperawatan
Hj. Ruslinawati, Ns.,M.Kep
NIDN. 1107097801
1 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN KONTROL
PADA PASIEN POST OPERASI KATARAK DI POLIKLINIK MATA RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2017
Erfan Mihardi*, Yosra Sigit Pramono**, Imanuddin***
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Program Studi S.1 Keperawatan
Email: Erfan.Mihardi@gmail.com
Abstract
Background: Cataract is an eye disorders be main causes of blindness in the world or in Indonesia.
Cataract only can be cured by a surgery. After surgery the patient will be commits control on several times for prevention. Family support for control be able increase patient compliance control.
Purpose: Determine the relationship of family support with the compliance control on patient post surgery cataract in Eye Polyclinic RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin at 2017
Methods:
Analytic survey with cross sectional design. The research population of patient post
surgery cataract in February and March was 71 people. Samples of 39 people, with sampling
technique that is accidental sampling. Data collection used methods of interview and observation.
Result: Research result showed ρ (0,000) < α (0,05), so there is the relationship that significant between family support with compliance control on patient post surgery cataract in Eye Polyclinic RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin at 2017 with the strength of relationship between variables is strongKeywords: family support, compliance control
Abstrak
Latar Belakang: Katarak merupakan gangguan mata yang menjadi penyebab utama kebutaan di dunia maupun di Indonesia. Katarak hanya dapat disembuhkan melalui operasi. Setelah operasi pasien menjalani kontrol beberapa kali untuk pencegahan. Keluarga yang mendukung untuk kontrol dapat meningkatkan kepatuhan kontrol pasien.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017
Metode Penelitian: Survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian pasien post operasi katarak bulan Februari dan Maret sebanyak 71 orang. Sampel sebanyak 39 orang, dengan teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan obsevasi.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan nilai ρ (0,000) < α (0,05), jadi terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017 dengan kekuatan hubungan antara variabel kuat.
2 1. Pendahuluan
Mata adalah alat indra penglihatan dibentuk untuk menerima rangsangan, berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantara mengalihkan rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak, bagian mata berfungsi memfokuskan rangsangan cahaya ke retina adalah lensa (Wijaya et al, 2013)
Menurut World Health Organization (2012) dalam Infodatin (2014) secara global penyebab utama gangguan penglihatan adalah gangguan reflaksi yang tidak terkoreksi (myopia, hyperopia dan astigmatisme) sebesar 42%, penyakit katarak sebesar 33% dan glaukoma sebesar 2%, AMD 1%, kekeruhan kornea 1%, trachoma 1%, retinopati diabetik 1%, 18% tidak dapat ditentukan dan 1% akibat gangguan penglihatan semenjak anak-anak. Disebutkan juga menurut WHO dalam Budiono et al (2013) katarak merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan yang terbanyak. Pada tahun 2002 didapatkan lebih dari 17 juta (47,8%) penderita katarak dari 37 juta penduduk yang mengalami kebutaan. Angka kebutaan ini akan terus meningkat sampai sekitar 40 juta pada tahun 2020.
Menurut Rita Polana dalam Beritasatu (2013), Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi kedua di Asia Tenggara, mencapai 1,5% atau 2 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 240.000 orang yang terancam mengalami kebutaan. Sebagai perbandingan angka kebutaan: Bangladesh (1%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%). Survei Kemenkes menunjukkan, penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah penyakit katarak (0,78%), glaukoma (0,12%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit terkait usia lanjut (0,38%).
Riskesdas (2013) dalam Infodatin (2014) menyatakan bahwa di Kalimantan Selatan menempati urutan ke 28 dari 33 provinsi berjumlah sebanyak 1,4% dari 1,8% masyarakat Indonesia yang menderita katarak. Berdasarkan catatan Rekam Medik RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin di Poliklinik Mata didapat angka kejadian katarak yang rawat jalan dari tahun 2013 berjumlah 1035 orang, tahun 2014 berjumlah 1638 orang, tahun 2015 berjumlah 2232 orang dan pada tahun 2016 (Januari – Oktober) berjumlah 1767 orang. Dari data yang didapatkan pada tahun 2013 – 2015 ada peningkatan penderita katarak. Selain itu penyakit katarak ada didalam 10 besar penyakit mata, dan berada diperingkat pertama. Adapun jumlah pasien katarak yang telah melakukan operasi pada tahun 2016 dari bulan Januari – Oktober berjumlah sebanyak 309 orang.
Adapun untuk penyembuhan, operasi katarak merupakan satu-satunya cara untuk mengobati katarak dan menurunkan risiko kebutaan sehingga operasi katarak semakin ditingkatkan menjadi tiga kali lipat untuk mengimbangi peningkatan jumlah penderita katarak (Budiono et al, 2013).
Setelah operasi katarak dilakukan pasien akan melakukan kontrol kembali untuk memeriksakan matanya sehari setelah operasi, satu minggu setelah operasi dan sebulan setelah operasi (Snec, 2013). Karena kontrol yang dilakukan secara teratur bertujuan untuk mendeteksi secara dini apabila terjadi peningkatan faktor risiko, sehingga bisa dilakukan penanganan dan pengobatan segera. Disisi lain pemulihan setelah operasi katarak biasanya 1 – 1,5 bulan. Kedisiplinan dan perhatian dalam menjaga mata merupakan faktor pendukung yang sangat penting untuk menentukan lamanya masa perawatan (Perawat Ilmiah, 2015). Oleh karena itu dukungan keluarga dalam hal ini sangat diperlukan.
Keluarga merupakan support system utama dalam mempertahankan kesehatan (Maryam et al, 2009). Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga, melalui keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Dengan adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi (Susilawati, 2013).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dari tanggal 12-15 November di Poliklinik Mata RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dengan metode wawancara didapatkan kesimpulan dari 10 orang pasien post operasi katarak, 8 orang diantaranya mengatakan mendapat dukungan keluarga untuk kontrol sesuai dengan arahan dokter. Dari 8 orang yang mendapat dukungan keluarga, 6 orang diantaranya patuh dengan kontrol yang dijalani dan 2 orang sisanya tidak patuh dengan kontrol yang dijalaninya. Sedangkan 2 orang yang mengatakan kurang mendapat dukungan keluarga, 1 orang
3 diantaranya tidak patuh dengan kontrol yang dijalaninya, dan 1 orangnya lagi patuh dengan kontrol yang dijalaninya dia beralasan karena atas dasar inisiatif sendiri.
Hal ini didukungan dari hasil kesimpulan jurnal Lantu et al (2015) disebutkan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan kontrol pada pasien katarak post operasi dimana didapatkan jumlah yang memiliki dukungan keluarga 36 dari 40 responden dan yang tidak memiliki dukungan keluarga sebanyak 4 dari 40 responden.
Uraian latar belakang dan studi pendahuluan tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Kontrol Pada Pasien Post Operasi Katarak Di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017”.
2. Tinjauan Pustaka
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Mansjoer, 2000 dalam Aspiani, 2014). Menurut Mansjoer (2008) dalam Rahmadani (2016) mengatakan tidak terdapat pengobatan katarak, meskipun ada yaitu dengan teknik pembedahan/operasi. Pembedahan/operasi dapat dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Dari penjelasan tersebut sudahlah jelas bahwa untuk mengilangkan/mengobati katarak agar penglihatan kembali baik yaitu, hanya dapat diatasi dengan operasi. Ada tiga jenis operasi katarak yaitu: extracapsular cataract extractie (ECCE), intra capsular cataract extractie (ICCE) dan fakoemulsifikasi. Setelah operasi dilakukan pasien diberitahukan untuk kontrol kembali (Brunner et al, 2002). Standar kontrol yang diterapkan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebanyak 4 kali (1 minggu sekali). Maryunani (2010) mengemukakan bahwa kontrol yang dilakukan bertujuan agar dapat menunjukkan kelemahan dan kesalahan agar dapat meralat dan mencegah kelemahan dan kesalahan terjadi kembali, dalam hal ini adalah komplikasi yang bisa saja terjadi.
Niven (2012) mengemukakan kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Yang dimaksud disini adalah patuh dengan kontrol yang telah diinstruksikan oleh tenaga profesional kesehatan.
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan menurut Smet dalam Niven (2012), yaitu: dukungan profesional kesehatan, dukungan sosial/keluarga, perilaku sehat, dan pemberian informasi. Sedangkan faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven (2012) antara lain: pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan, sikap dan kepribadian. Di uraian ini dukungan keluarga dapat meningkatkan dan dapat mempengaruhi ketidakpatuhan. Ada 4 bentuk dukungan keluarga yang dikemukakan Setiadi (2008), yaitu: dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental.
3. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Supardi et al (2013) menyatakan cross sectional adalah suatu penelitian dimana faktor risiko/penyebab dan efeknya diambil sekaligus pada saat yang bersamaan. Pada penelitian ini variabel-variabel yang diteliti oleh peneliti adalah variabel-variabel independen “dukungan keluarga” dan variabel-variabel dependen “kepatuhan kontrol”.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post operasi katarak yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada bulan Februari – Maret tahun 2017 berjumlah 71 orang (Rekam Medik RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin). Sampel penelitian adalah pasien post operasi katarak yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin berjumlah 39 orang. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan teknik Accindental Sampling,yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan unit/individu yang dijumpai di tempat dan waktu penelitian, tanpa sistematika tertentu (Supardi et al, 2013). Tempat penelitian yaitu di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada bulan Maret 2017.
4 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara dan observasi. Metode wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuesioner tersebut dijawab langsung oleh responden itu sendiri atau disampaikan secara lisan kepada peneliti dari pertanyaan yang sudah dibacakan. Sedangkan metode observasi untuk melihat rekam medik dan menilai tanggal kontrol yang dilakukan responden. Kuesioner dukungan keluarga menggunakan skala Guttman dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Dan analisa data dianalisis menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan tingkat kepercayaan 95%.
4. Hasil Penelitian 4.1 Analisa Univariat
a. Gambaran dukungan keluarga di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga pada pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017
No. Dukungan Keluarga Frekuensi(Orang) Presentasi (%) 1 Kurang Mendukung 7 17,9 2 Mendukung 32 82,1
Total 39 100
Sumber: Lembar Kuesioner 2017
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar adalah mendukung dengan jumlah 32 orang (82,1%). Besarnya keluarga yang mendukung dikarenakan keluarga merupakan orang yang terdekat dengan pasien dan keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
b. Gambaran kepatuhan kontrol di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017
No Kepatuhan Kontrol Frekuensi (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Patuh 5 12,8
2 Patuh 34 87,2
Total 39 100
Sumber: Rekam Medik RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa sebagian besar adalah patuh dengan jumlah 34 orang (87,2%). Kepatuhan kontrol yang besar pada pasien post operasi katarak, salah satu akibat yang ditimbulkan oleh dukungan keluarga yang besar juga, karena keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang.
4.2 Analisa Bivariat
Pada analisis bivariat akan dijabarkan hasil uji statistik antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol. Hasil uji Spearman rank ini kemudian menentukan hipotesis yang diterima dan hipotesis ditolak.
a. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol
Tabel 4.3 Tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak di poliklinik mata RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 2017
5
Dukungan Keluarga
Kepatuhan control
Total Tidak Patuh Patuh
F % F % F % Kurang Mendukung 4 10,2 3 7,7 7 17,9
Mendukung 1 2,6 31 79,5 32 82,1 Total 5 12,8 34 87,2 39 100
Uji Spearman's rho ρ value = 0,000 < α = 0,05 R(Correlation Coefitient) = 0,620
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 39 orang responden terdapat 31 orang (79,5%) dengan keluarga mendukung dan patuh kontrol, 3 orang (7,7%) dengan keluarga kurang mendukung dan patuh kontrol, 1 orang (2,6%) dengan keluarga mendukung dan tidak patuh kontrol, serta yang terakhir 4 orang (10,2%) dengan keluarga kurang mendukung dan tidak patuh kontrol.
Setelah dilakukan uji statistik Spearman rank dengan nilai signifikan/probabilitas yakni sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 sebagai taraf yang telah ditentukan (p < α) dan dapat dinyatakan Ha diterima dan H0 ditolak yang secara uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak. Hubungan kedua variabel ini menunjukkan nilai korelasi Spearman rank 0,620 dengan makna kekuatan antar kedua variabel kuat.
5. Pembahasan
5.1 Pembahasan Univariat
a. Dukungan keluarga di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dari penderita katarak yang menjalani kontrol sebanyak 39 orang. Sebagian besar keluarga dalam kategori mendukung yaitu sebanyak 32 orang (82,1%) akan tetapi masih ada diantara keluarga yang kurang mendukung yaitu sebanyak 7 orang (17,9%).
Hasil penelitian yang didapat ini baik keluarga yang mendukung maupun yang kurang mendukung juga searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Lantu (2015) didapatkan bahwa sebagian besar keluarga mendukung terhadap kepatuhan lansia berobat yaitu sebesar 90,0% dan keluarga yang tidak (kurang) mendukung sebesar 10,0%.
Dilihat dari hasil penelitian yang tergambar pada tabel 4.1 bahwa jumlah pasien post operasi katarak yang mendapat dukungan keluarga tinggi sebesar 82,1%, dengan tingginya dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi pasien post operasi katarak untuk patuh kontrol, karena menurut Niven (2012) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan terutama kepatuhan akan intruksi tenaga kesehatan adalah adanya dukungan keluarga untuk memenuhi intruksi yang diberikan.
Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan dengan lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarganya dan bersifat mendukung serta memberikan pertolongan kepada anggota keluarga (Friedman, 2010). Dengan ada keluarga yang memberikan dukungan ataupun pertolongan yang bersifat positif tentunya akan berdampak positif pula bagi anggota yang mendapat pertolongan.
Setiadi (2008) mengemukakan ada 4 (empat) aspek dukungan keluarga yang biasanya sering diberikan kepada anggota keluarga, yaitu: dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan intrumental.
Dukungan keluarga juga dapat dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yang disampaikan oleh Purnawan (2008) yaitu: faktor internal (tahap perkembangan, pendidikan atau tingkat pengetahuan, faktor emosi, spiritual) dan faktor eksternal (praktik dikeluarga, faktor sosial ekonomi, latar belakang budaya).
6 Setiap individu/anggota keluarga yang mendapat dukungan sosial terutama dukungan keluarga akan merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai, dan dihargai sehingga dapat menjadi kekuatan individu yang dapat menolong secara psikologis maupun secara mental (Lubis, 2009).
Sudah seharusnya dan sepatutnya dukungan keluarga merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kepatuhan kontrol maupun kepatuhan tentang instruksi lain yang diberikan karena keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien. Setiap aspek dukungan keluarga yang positif diberikan kepada keluarga yang memerlukan pertolongan/ dukungan akan meningkatkan psikologis/semangat untuk mempertahankan kesehatan. Tentunya dukungan positif yang diterima akan berdampak positif pada penderita.
Dukungan informasi yang diberikan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan sehingga bisa gunakan untuk menangani masalah yang dihadapi. Dukungan emosional yang diberikan keluarga akan menjadikan penderita merasa disayangi dan dicintai sehingga dapat meningkatkan semangat dalam menangani masalah yang dihadapi. Dukungan penghargaan yang diberikan keluarga akan menjadikan penderita merasa dihargai dan dianggap dan dapat menghilangkan rasa tidak berarti yang bisa muncul pada dirinya. Dukungan instrumental yang diberikan bersifat nyata dalam bentuk materi maupun waktu dengan harapan mengurangi beban selain dari pada penyakit yang dideritanya. Diharapkan dengan dukungan yang diberikan keluarga tinggi dapat memenuhi kepatuhan yang diinstruksikan tenaga kesehatan, terutama patuh dengan kontrol post operasi katarak.
Selain itu dari hasil penelitian yang sudah pada didapat tabel 4.1 ada keluarga yang kurang mendukung, juga sebesar 17,9%. Hal ini tentunya ada kemungkin faktor yang dapat mempengaruhi dukungan kelurga tersebut sehingga keluarganya kurang mendukung, berdasarkan teori yang menurut Purnawan (2008) dari beberapa yang terpapar diatas, pendidikan (tingkat pengetahuan) dan praktik dalam keluarga mempunyai potensi lebih besar yang dapat mempengaruhi kurangnya dukungan keluarganya. Tingkat pengetahuan yang rendah akan membuat keluarga kurang dapat menilai bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat membantu anggota keluarga dalam menjalankan instruksi tenaga kesehatan. Adapun praktik dalam keluarga, terutama dalam keluarga yang mempunyai sifat kurang memperhatikan antar sesama keluarga juga akan berdampak pada dalam menjalankan instruksi tenaga kesehatan. b. Kepatuhan kontrol di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017 Berdasarkan hasil tabel 4.2 distribusi frekuensi responden kepatuhan kontrol pada pasien post
operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Sebagian besar dalam kategori patuh yaitu sebanyak 34 orang (87,2%), sedangkan yang tidak patuh sebanyak 5 orang (12,8%).
Hasil penelitian ini baik responden yang patuh maupun tidak patuh mendapatkan hasil yang searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Maloring (2014) menunjukkan bahwa pasien post operasi dengan kepatuhan baik pada perawatan yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 87,3% dan yang kepatuhannya kurang sebesar 12,7%.
Dilihat dari hasil penelitian yang tergambar pada tabel 4.2 bahwa jumlah pasien post operasi katarak yang patuh sebesar 87,2%, dengan tingginya kepatuhan kontrol yang dijalani pada pasien post operasi katarak salah satu faktor yang paling berpotensi yaitu adanya dukungan keluarga, karena menurut Niven (2012) dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan terutama kepatuhan akan intruksi tenaga kesehatan dalam hal ini kepatuhan kontrol post operasi katarak. Disamping itu, kontrol merupakan salah satu asuhan keperawatan post operasi katarak, dimana penderita sebelum pulang sudah diberikan pendidikan dalam perawatan post operasi katarak (Muttaqin et al 2009).
Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Niven 2012). Sedangkan kontrol adalah pengendalian atau memeriksakan segala sesuatu agar terjadi sesuai yang direncanakan (Maryunani, 2010). Sugiarti et al (2016) mengatakan kontrol yang dilakukan secara teratur pada post operasi bertujuan untuk mencegah
7 terjadinya infeksi. Jadi, kepatuhan kontrol yaitu patuh dengan instruksi yang diberikan profesional kesehatan untuk memeriksakan kembali sehingga infeksi post operasi dapat dicegah. Niven (2012) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan kontrol post operasi katarak yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, dukungan keluarga, keyakinan, sikap dan kepribadian.
Faktor yang memfasilitasi perilaku agar suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, meliputi: sumber daya (fasilitas), keterjangkauan berbagai sumber daya dan biaya. Faktor pendorong perilaku seseorang diluar individu tersebut, meliputi: dukungan keluarga, teman rekan kerja dan lain–lain (Notoatmodjo, 2011).
Berdasarkan paparan diatas dapat dimaknai bahwa salah satu upaya terkuat untuk menciptakan agar penderita patuh dalam kontrol adalah dengan adanya dukungan keluarga. Hal ini karena keluarga sebagian sebagai individu terdekat dari penderita. Tanpa melupakan faktor–faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan, dukungan keluarga memiliki kesempatan yang lebih besar dalam mempengaruhi kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak. Setiap kepatuhan pasien yang dilakukan berdasarkan instruksi yang diberikan oleh tenaga kesehatan mempunyai suatu tujuan yang harus dicapai seperti komplikasi yang dapat dicegah secara dini. Dengan kepatuhan yang tinggi seperti dari hasil penelitian yang telah didapat merupakan hal yang positif dan perlu dipertahankan dan di tingkatkan.
Disamping dari besarnya kepatuhan pasien post operasi katarak, tentunya masih ada pasien post operasi katarak yang tidak patuh dalam menjalani kontrol post operasi katarak yaitu sebesar 12,8%. Berdasarkan teori Niven (2012) yang terpapar diatas, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien diantaranya yang berpotensi tinggi dapat menjadikan pasien tidak patuh dengan kontrol yang dijalaninya adalah dukungan keluarga yang kurang dan tingkat pendidikan. Dengan kurangnya dukungan keluarga, maka masalah kesehatan pasien akan ditanggung sendiri oleh pasien tersebut, dan bisa berdampak pada kepatuhan dari instruksi yang diberikan. Sedangkan tingkap pendidikan juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang perilaku yang baik dan ketika pengambilan suatu keputusan dapat mempertimbangkan agar menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2010), menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk mengambil keputusan dalam berobat katarak.
5.2 Pembahasan Bivariat
a. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada keluarga yang mendukung, kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak sebesar 79,5%. Hal ini menggambarkan semakin mendukung keluarga, maka angka kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak juga semakin patuh dan semakin kurang mendukung keluarga, maka angka kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak juga semakin tidak patuh. Artinya dukungan keluarga dapat diasumsikan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak. Agar analisis ini lebih valid dan tentunya lebih meyakinkan maka diperlukan uji statistik lebih lanjut.
Hasil uji statistik menggunakan Spearman rank dapat dilihat dari tabel 4.3 bahwa antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak terdapat korelasi atau hubungan yang signifikan terlihat dari nilai signifikan 0,000 < 0,05. Artinya dapat di tarik kesimpulan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak, ini berarti terdapat hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak. Hubungan kedua variabel ini menunjukkan nilai korelasi Sperman rank 0,620 dengan makna kekuatan antara kedua variabel kuat.
8 Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yangdilakukan oleh Wilis (2016) mendapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga kepatuhan dalam perawatan post operasi katarak di RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah SM Batusangkar. Setelah operasi katarak dilakukan ada berbagai macam perawatan yang harus dipatuhi, yaitu disebutkan oleh Smeltzer & Bare (2002) pasien yang sudah melakukan operasi katarak akan melakukan kunjungan ulang atau kontrol rutin.
Berdasarkan yang di sampaikan oleh Yosep (2010) keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dan merupakan perawat utama bagi keluarga. Kemudian dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dalam penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Setiadi, 2008). Sehingga dengan keluarga orang yang paling dekat dengan pasien tentunya dukungan keluargalah yang pertama diterima oleh pasien.
Ada 4 bentuk dukungan keluarga yang dikemukan oleh Friedman (2010), yaitu: dukungan emosional, dukungan penilaan/penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasional. Dan dukungan keluarga juga dapat dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yang disampaikan oleh Purnawan (2008) yaitu: faktor internal (tahap perkembangan, pendidikan atau tingkat pengetahuan, faktor emosi, spiritual) dan faktor eksternal (praktik dikeluarga, faktor sosial ekonomi, latar belakang budaya).
Menurut Niven (2012) ada strategi dalam meningkatkan kepatuhan yaitu: dukungan profesional kesehatan, dukungan sosial/keluarga, perilaku sehat dan pemberian informasi. Disamping itu, ada faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan diantaranya yaitu: pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan, sikap dan kepribadian.
Kontrol yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan sendiri, di jelaskan oleh dalam Maryunani (2010) dikatakan bahwa kontrol bertujuan untuk mencegah kelemahan maupun kesalahan. Dalam hal ini untuk mencegah terjadiya infeksi pada pasien post operasi katarak.
Dilihat dari strategi dalam meningkatkan kepatuhan dan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ada faktor keluarga yang dapat mempengaruhi kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak. Tentunya dengan keluarga yang memberikan dukungan dapat meningkatkan kepatuhan dalam menjalani kontrol post operasi katarak, begitu juga ketika keluarga kurang memberikan dukungan, maka dapat membuat kontrol yang dijalani menjadi tidak patuh.
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak. Tentunya hasil ini juga sesuai dengan teori yang terpapar di atas bahwa keluarga merupakan faktor yang dapat berpengaruh sehingga dapat meningkatkan atau mengurangi kepatuhan sesorang dalam mengikuti instruksi tenaga kesehatan.
Hasil penelitian juga tergambar beberapa hal pada tabel 4.3, yang pertama didapat ada sebanyak 10,2% keluarga yang kurang mendukung dan tidak patuh kontrol hasil ini semakin memperkuat bahwa dukungan keluarga itu sangat mempengaruhi kepatuhan, disini dapat dilihat kurangnya mendukung keluarga dapat menjadikan perilaku yang tidak patuh kontrol pada pasien post operasi katarak, hal yang perlu di ingatkan kembali, keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan pasien dan sering berinteraksi sehingga dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak.
Hal yang kedua yang tergambarkan dari tabel 4.3 yaitu keluarga yang kurang mendukung dan pasien post operasi katarak patuh kontrol sebesar 7,7%, dari hasil ini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa walaupun dukungan keluarga mempengaruhi suatu kepatuhan, masih ada sebagian faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan seseorang dalam menjalankan instruksi dari tenaga kesehatan, diantaranya adanya pengetahuan baik yang dimiliki pasien dan juga adanya motivasi yang baik juga dari pasien sehingga walaupun kurang mendukungnya keluarga, tapi dengan pengetahuan baik yang dimiliki pasien dan adanya motivasi yang baik juga dari pasien dapat menjadikan seseorang tetap patuh dengan kontrol post operasi katarak yang dijalaninya.
9 Tabel 4.3 juga dapat di ambil kesimpulan lagi bahwa dengan keluarga yang mendukung tapi tetap tidak patuh kontrol sebesar 2,6% hasil ini juga membuktikan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang, kemungkinan sikap dari pasien lah yang masih tertutup sehingga baik dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan profesional dan faktor–faktor yang lainnya belum dapat untuk meningkatkan kepatuhan pada pasien post operasi katarak dalam menjalani kontrol.
Asumsi yang dikemukakan oleh peneliti diatas mengenai faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang selain dari dukungan keluarga seperti: pengetahuan, motivasi dan sikap, didukung oleh hasil penelitian lainnya dari Lantu (2015) dan Maloring (2014) didapatkan hasil penelitian mereka berdua bahwa adanya hubungan antara pengetahuan, motivasi dan sikap dengan kepatuhan pasien post operasi katarak terhadap kepatuhan berobatnya/kontrol maupun kepatuhan perawatan, dimana didalam perawatan post operasi katarak ada kontrol yang harus dilakukan pasien tersebut.
6. Kesimpulan dan Saran
6.1
KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1.1 Responden pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagian besar keluarga mendukung yaitu sebanyak 32 orang (82,1%).
6.1.2 Responden pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagian besar patuh kontrol yaitu sebanyak 34 orang (87,2%).
6.1.3 Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol pada pasien pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 2017, dengan nilai signifikan/probabilitas yakni sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 sebagai taraf yang telah ditentukan (p < α) dan dapat dinyatakan Ha diterima dan H0 ditolak yang
secara uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan konrol pada pasien post operasi katarak. Hubungan kedua variabel ini menunjukkan nilai korelasi Spearman rank 0,620 dengan makna kekuatan antar kedua variabel kuat.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan: 6.2.1 Responden dan Keluarga
Perlunya anggota keluarga yang terlibat langsung dengan pasien post operasi katarak untuk membantu dalam menjalankan kontrol, memberikan perhatian yaitu dengan selalu mengingatkan tentang jadwal kontrol dengan cara menjelaskan bahwa penting kontrol yang dilakukan, dan yang terpenting anggota keluarga selalu mendukung setiap usaha dalam kontrol yang dilakukan pasien post operasi katarak.
6.2.2 Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi ataupun bahan bacaan bagi mahasiswa. Disamping itu, selain sebagai sumber referensi, hasil penelitian ini juga diharapkan baik bagi mahasiswa maupun yang menjadi bagian dari institusi agar ikut memperhatikan bahwa katarak salah satu penyebab kebutaan tertinggi dan tentunya berperan dalam menekan angka kejadian katarak dengan sosialisi ke masyarakat yang dapat dilakukan aktivis–aktivis di institusi pendidikan.
6.2.3 Instansi Terkait
Hasil dari penelitian ini diharapan instansi terkait dapat melaksanakan program kemandirian atau melibatkan komponen keluarga dengan menyampaikan bahwa dukungan keluarga diperlukan dalam meningkatkan dan menjaga kepatuhan kontrol pasien post operasi katarak dan komplikasi dapat dihindari. Terutama harusnya orang–orang dengan pendidikan yang menengah kebawah diberikan perhatian lebih ketika pemberian instruksi tertentu, dikarenakan tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi dalam memahami isntruksi yang diberikan. Hal ini dilakukan bisa melalui proses sosialisasi ke masyarakat sehingga kepatuhan kontrol
10 yang bagus dapat diperoleh dengan bantuan dukungan kelurga yang bagus juga. Selain itu sosialisi ke masyarakat tentang operasi katarak massal juga perlu dilakukan untuk menekan angka kejadian katarak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh Rumah Sakit maupun Dinas Kesehatan dalam rentang waktu tertentu.
6.2.4 Peneliti Selanjutnya
Dapat dilakukan penelitian lanjutan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan kontrol pasien post operasi katarak antara lain sikap, keyakinan, pengetahuan, motivasi, dukungan profesional kesehatan, pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi dan dapat juga dilakukan pendekatan multivariat untuk meneliti dan menganalisa, dukungan keluarga yang mana yang lebih dominan dalam kepatuhan seseorang dalam kontrol yang dijalani. Contoh judul penelitian yang bisa dipakai oleh peneliti selanjutnya, seperti: faktor–faktor aksibilitas yang mempengaruhi kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak dan hubungan motivasi dan status sosial ekonomi dengan kepatuhan kontrol pada pasien post operasi katarak.
Daftar Rujukan
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jilid 1. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Beritasatu. (2013). Penderita Katarak Indonesia Terbesar Kedua Di Asia Tenggara. Tersedia dalam: <http://www.beritasatu.com> (diakses pada tanggal 16 Desember 2016).
Budiono, S., Saleh, T.T., Moestidjab. & Eddyanto. Eds. (2013). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press (AUP).
Brunner. & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Buku Panduan Skripsi Program Studi S.1 Keperawatan (2016). Edisi Revisi. Banjarmasin: Pusat Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat.
Dewi, M.R., Santyowibowo, S.F.I.T. & Yuliyani, E.A. (2010). Constraints and Supporting Factors to Access Free Cataract Surgery, Jurnal Oftalmologi Indonesia, 7(4), Desember 2010, pp. 144-149.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC. Infodatin. (2014). Situasi Gangguan Penglihatan Dan Kebutaan. (diakses pada tanggal 29 Oktober 2016) Lantu, N.R., Mobiliu, S. & Rahma, S. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Lansia
Berobat Katarak Di Poliklinik Mata RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Summary, 2015. Lubis. (2009). Depresi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Prenada Media.
Maloring, N., Kaawoan, A. & Onibala, F. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kepatuhan Perawatan Pada Pasien Post Operasi Katarak Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara. pp. 1-8.
Maryam, R., Ekasari, M., Jubaedi, A. & Batubara, I. (2009). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, A. (2010). Kamus Perawat Definisi,Istilah dan Singkatan Kata-Kata Dalam Kebidanan. Jakrata: CV. Trans Info Media.
Muttaqin, A. & Sari, K. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
11 Notoatmodjo, S. (2011). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Niven. (2012). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan ProfesionalKesehatan Lain. Alih Bahasa Agung Waluyo. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Perawat Ilmiah. (2015). Perawatan Pasca Operasi Katarak. Tersedia dalam: <http//:www.perawatilmiah.com> (diakses pada tanggal 29 Oktober 2016)
Purnawan. (2008). Konsep Dasar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Liberty
Rahmadani, M. (2016). Pengaruh Terapi Psikoedukasi Terhadap Motivasi Melakukan Operasi Katarak Pada Pasien Katarak DiWilayah Kerja Puskesmas Semboro Kabupaten Jember. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Setiadi.(2008). Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Singapore National Eye Center. (2013). Perawatan Setelah Operasi Katarak. Tersedia dalam: <http://www.snec.com> (diakses pada tanggal 29 Oktober 2016)
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta: EGC. Sugiarti, E.D., Knoch, A.M.H. & Budiman. (2016). Siang Klinik World Sight Day Bersama Kita Cegah
Kebutaan RS Mata Cicendo. Pusat Mata Nasional.
Supardi, S. & Rustika. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: TIM.
Susilawati, D. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Keperawatan, 4(2), Juli 2013, pp.87-99.
Wijaya. & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika. Wilis, R. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien Terhadap Perawatan Post
Operasi Katarak Di RSUD Prof. Dr. MA. Hanafiah SM Batusungkar. Skripsi, Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
* Erfan Mihardi. Mahasiswa S.1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
**Yosra Sigit Pramono, Ns.,M.Kep. Dosen S.1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin ***H. Imanuddin, S.Kep.,Ns.,MM. Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan